Anda di halaman 1dari 5

6 LEVELLING

Ada beberapa metode penentuan ketinggian (elevasi) suatu tempat yaitu: (a)
trigonometri, (b) barometrik dan (c) levelling. Metode trigonometri, disebut juga dengan
‘indirect levelling’, menggunakan prinsip ilmu ukur segitiga dan dilakukan dengan
pengukuran sudut vertikal dan jarak, dan metode barometrik (‘barometric levelling’)
menggunakan prinsip perubahan tekanan udara yang dipengaruhi oleh ketinggian
tempatnya. Levelling atau Pengukuran sipat datar, disebut juga sebagai ‘direct
levelling’, memanfaatkan sifat-sifat alami benda cair yang selalu membentuk sipatan
mendatar di permukaannya, dan levelling merupakan metode penentuan ketinggian
yang paling teliti dari pada metode penentuan tinggi yang lain.

7.1. Pengertian dan prinsip pengukuran sipat datar

Levelling adalah metode penentuan tinggi titik-titik di permukaan bumi. Tinggi/


elevasi sebuah titik di permukaan bumi adalah jarak vertikal di atas atau di bawah
suatu bidang yang disebut level surface, yaitu permukaan lengkung yang di setiap
elemennya tegaklurus garis unting-unting (plumb line). Level surface yang dipakai
sebagai referensi disebut datum, dan datum yang digunakan pada umumnya adalah
permukaan laut rata-rata atau Mean Sea Level (MSL).
Garis level (level line) adalah suatu garis yang berjarak tetap terhadap
permukaan laut rata-rata, dan ini merupakan garis yang berbentuk kurva yang terletak
pada level surface. Sedangkan garis horisontal (horizontal line) merupakan garis
singgung terhadap garis level di suatu titik, dan karena itu garis ini akan tegak lurus
arah gravitasi bumi di titik tersebut.
Untuk jarak relatif pendek, garis level dan garis horisontal dianggap berimpit,
tetapi untuk jarak yang jauh diperlukan adanya koreksi akibat kelengkungan bumi.
Koreksi kelengkungan bumi untuk jarak 100 meter adalah kurang dari 1 milimeter.
Prinsip dasar pengukuran levelling:

Pengukuran levelling dilaksanakan dengan alat yang disebut level atau


waterpass. Alat ini jenisnya ada beberapa macam, dan yang membedakan terutama
dalam hal konstruksinya dan cara pengaturannya, namun penggunaannya pada
prinsipnya sama. Karena itu para Surveyor dan pemakai alat level dituntut untuk
memahami prinsip dan konstruksi alat level, cara pengaturannya, test atau memeriksa
kondisi alat (kelaikannya) dan koreksinya (adjustment) bila ada kesalahan.
Level pada prinsipnya adalah alat untuk membentuk bidang horisontal atau alat
yang garis bidiknya (line of collimation) selalu membentuk garis horisontal. Prinsip
dasar pengukurannya seperti dilukiskan pada gambar berikut ini.

a LEVEL b

δ Hab = a-b
B
δ Hab
A

Gambar 11. Prinsip pengukuran sipat datar


Pengukuran levelling antara dua buah titik (A dan B) pada dasarnya adalah
mengukur beda tinggi antara dua titik tersebut, dan alat level biasanya didirikan di
antaranya. Apabila pada rambu ukur di titik A (‘backsight’) dibaca a, dan pada rambu
ukur di titik B (‘foresight’) dibaca b, maka beda tinggi ( δHab) = a - b atau sama
dengan bacaan rambu belakang dikurangi bacaan rambu depan.
B

δHab
Hb
A
Ha
MSL
Gambar 12. Pengertian tinggi titik
7.2. Macam dan kegunaan pengukuran sipat datar

1. Sipat datar memanjang


3’ b
2’ 3
1’ B
a 1 2 3

A 1 2

Gambar 13. Pengukuran sipat datar memanjang


Pengukuran sipat datar memanjang dilakukan untuk menentukan ketinggian
suatu titik atau beberapa titik yang jaraknya relatif jauh, sehingga jalur pengukuran
perlu dibagi dalam beberapa bagian (jaraknya maksimum 50 meter).

δ Hab = δ Ha1 + δ H12 + δ H23 + δ H3b


= (a – 1) + (1’- 2) + (2’- 3) + (3’- b)
atau
δ Hab = (a+1’+2’+3’) – (1+2+3+b)
(Selisih dari jumlah bacaan rambu belakang dan jumlah bacaan rambu depan)

2. Sipat datar profil

Pengukuran sipat datar profil dilakukan untuk tujuan memperolehgambar profil


atau gambar potongan (“cross-section”). Gambar potongan diperlukan pada proyek
yang bentuk wilayahnya memanjang, seperti proyek jalan, sungai/ saluran, transmisi
listrik, dll.
Gambar profil terdiri dari profil memanjang (“long-section”) dan profil melintang
(“cross-section”). Dalam menggambarkan gambar profil biasanya dilengkapi pula
dengan “Plan” atau peta situasi, atau dilengkapi dengan peta topografi (peta kontur).
3. Sipat datar luas/ contouring

Pengukuran sipat datar luas dilakukan untuk tujuan memperoleh gambar situasi
ketinggian dari suatu bidang tanah.
Dengan membaca rambu ukur yang dipasang di beberapa tempat, maka
ketinggiannya dapat dihitung/ diketahui, dan agar titik-titik yang diukur dapat
digambarkan maka harus pula diukur sudut horisontalnya dan jarak-jaraknya.
Pengukuran jaraknya dapat secara optik (dengan membaca benang atas dan benang
bawah) atau dengan meteran.

CONTOH SOAL :

1. Levelling Terbuka
Pengukuran leveling dari titik A ke B melalui beberapa titik yaitu 1, dan 2.
Bila tinggi titik A = 80,000 meter, Hitung tinggi titik B.
Hasil pembacaan rambu ukur adalah sbb:

POSISI BACAAN RAMBU


ALAT (mm) Beda tinggi / δH
PATOK Tinggi ( m )
(mm)
Belakang Depan
A 1236 80,000
I - - - - - (- 189 )
1 1425
1 2455 (79.811)
II - - - - - ( 1745 )
2 0710
2 2224 (81.566)
III - - - - - ( 326 )
B 1898 - - - - - (81.882)
∑ ( 5915 ) ( 4033 ) 1882

Note : kebiasaan dalam membaca rambu ukur dalam satuan milimeter dan selalu ditulis 4 angka.

III

I II

2 B

A 1
2. Levelling Tertutup

POSISI BACAAN RAMBU


(mm) Beda tinggi Koreksi
ALAT PATOK Tinggi ( m )
(mm) (mm)
Belakang Depan
A 1236 80,000
I - - - - - (- 189 )
1 1425 1

1 2455 -----
II - - - - ( 1745 )
2 0710 1

2 2224 -----
III - - - - - ( 326 )
3 1898 1

3 1228 -----
IV - - - - ( - 183 )
4 1411 1

4 1145 -----
V - - -- - ( - 782 )
5 1927 1

5 1555 -----
VI - - -- - ( - 923 )
A 2478 1 80,000
∑ ( 9843 ) ( 9849 ) -6

1 posisi level
A 2

posisi level 5 3

Note : pada umumnya cara koreksi levelling tertutup : kesalahan pengukuran beda tinggi dibagi kesemua
Beda tinggi sebanding dengan jaraknya.

- Pada contoh soal levelling tertutup diatas, besar kesalahan penutup beda tinggi = - 6 mm
- Maka kesalahan tersebut dikoreksikan ke semua beda tinggi antara dua titik, sehingga tiap
sisi diberi koreksi 1 mm dengan tanda beda (tanda koreksi = minus kesalahan).
- Contoh diatas dianggap jarak antar titik sama, tapi kalau dilakukan pengukuran jarak antar
titik maka dikoreksi sebanding dengan jaraknya. Koreksi = Ji / ∑J x ∑ kesalahannya.
Disini ∑ kesalahannya = - 6 milimeter.

Anda mungkin juga menyukai