Anda di halaman 1dari 35

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................................i
DAFTAR TABEL........................................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................................ii
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Deskripsi Singkat Modul Pelatihan..................................................................................................2
C. Tujuan Pelatihan..............................................................................................................................2
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok...............................................................................................2
PEMBESARAN DI KOLAM TANAH DAN KOLAM TEMBOK..........................................................16
A. Pembesaran di Kolam Tanah.........................................................................................................16
B. Pembesaran di Kolam Tembok......................................................................................................17
C. Pemberian Pakan...........................................................................................................................18
D. Pakan Buatan.................................................................................................................................18
E. Pakan alternatif..............................................................................................................................19
F. Penanganan Hama dan Penyakit....................................................................................................20
PEMBESARAN DI KOLAM TERPAL....................................................................................................22
A. Lokasi untuk Kolam Terpal...........................................................................................................22
B. Membuat Kolam............................................................................................................................23
C. Konstruksi Kolam..........................................................................................................................25
D. Pemberian Pakan...........................................................................................................................27
E. Simulasi Usaha..............................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................31

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Parameter dan Kisaran Optimum Kualitas Air................................................................................3


Tabel 2 Pusat Pengembangan Induk Ikan Lele (Pusiena)............................................................................4
Tabel 3. Proses produksi Induk Ikan Lele Dumbo.......................................................................................4
Tabel 4. Kriteria Kuantitatif Sifat Reproduksi.............................................................................................5
Tabel 5 Ciri-ciri dan Cara Menentukan Induk Matang Gonad.....................................................................5
Tabel 6. Kriteria Kuantitatif Benih Ikan Lele Dumbo...............................................................................14
Tabel 7. Proses Produksi Benih Ikan Lele Dumbo Pada Setiap Tingkatan Pemeliharaan..........................15
Tabel 8. Jumlah pakan yang diberikan pada ikan lele................................................................................28
Tabel 9. Syarat mutu pakan ikan lele dumbo.............................................................................................29
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Pemijahan......................................................................................................................6


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lele merupakan komoditas perikanan budidaya global. Lele merupakan salah
satu komoditas budidaya yang diekspor ke seluruh dunia dalam berbagai produk
diantaranya daging sayat (fillet), utuh (whole around), tanpa kepala (headless) tanpa
insang dan isi perut (whole gill gutted/GG) dan daging lumat (surimi). Ikan lele
ukuran ekspor berukuran sekitar 500 g/ekor. Beberapa negera eksportir ikan lele dari
Indonesia diantaranya adalah Taiwan, Singapura, Hongkong, Jepang, Belanda,
Prancis, Italia, Spayol, USA, Turki, Emirat Arab, dan Afrika Selatan (Mahyudin
2008).
Permintaan ikan lele di dalam negeri sendiri termasuk sangat tinggi mengingat
telah berkembangnya usaha kuliner warung tenda pecel lele yang tersebar diseluruh
provinsi di Indonesia. Pada umumnya permintaan ikan lele untuk warung tenda pecel
lele di dalam negeri yaitu ikan lele dengan ukuran berat 100 g -125 g atau 8-10
ekor/kg. Tingginya permintaan ikan lele untuk warung pecel ikan lele di dalam negeri
menunjukkan bahwa ikan lele sangat digemari sebagai ikan konsumsi untuk berbagai
kalangan masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu, pangsa pasar ikan lele selalu
meningkat.
Ikan lele memiliki nilai gizi yang sangat baik bagi manusia. Kandungan gizi
ikan lele diantaranya adalah protein, fosfor, potasium, natrium, dan omega 3. Nilai
protein ikan lele lebih tinggi dibanding dengan protein dalam susu dan daging sapi.
Kandungan fosfor yang tinggi dalam ikan lele yang mencapai 168 g/ 100 g ikan lele
membuat fosfor pada ikan lele lebih tinggi dari telur. Fosfor bermanfaat bagi ibu
hamil untuk merangsang pertumbuhan tulang pada janin, ditambah dengan adanya
omega 3 yang juga bermanfaat untuk membantu pertumbuhan otak janin
(Tempo.com, 2019/4/13). Penggunaan ikan lele sebagai tambahan pada formulasi
MPASI dengan batas 25% juga baik bagi bayi karena mengandung asam amino dan
memiliki daya cerna yang baik (Aprilia, 2016). Tidak hanya bagi ibu hamil dan bayi
saja ikan lele juga baik dikonsumsi oleh orang dewasa yang memiliki gangguan
kolestrol karena kolestrol pada ikan lele lebih rendah dibanding sumber protein
hewani lainnya seperti daging ayam, sapi, telur, dan seafood (Saidin, 1999). Dengan
banyaknya manfaat dari kandungan ikan lele bagi kesehatan ibu hamil dan bayi maka
konsumsi ikan lele juga bisa membantu penyelesaian permasalahan stunting di
Indonesia.
Melihat banyaknya permintaan ikan lele baik dari sisi ekspor maupun konsumsi
dalam negeri, maka kegiatan budidaya ikan lele sangat berpotensi untuk
dikembangkan sebagai bentuk usaha masyarakat. Ditambah dengan mudahnya cara
budidaya ikan lele dibanding jenis ikan lainnya seperti nila, gurame, patin dan
lainnya. Ikan lele merupakan ikan yang memiliki daya tahan hidup sangat tinggi
karena memiliki alat pernapasan labirin (Aboresen) yang membuat ikan lele dapat
mengambil oksigen dari udara selain itu juga lele merupakan ikan yang tidak pilih-
pilih pakan.
Jenis ikan lele yang ada di pasaran saat ini ada beberapa macam yaitu: Ikan lele
lokal (Clarias batracus) biasanya hasil tangkapan dari alam, hasil dari budidaya

1
jumlahnya sangat sedikit, ikan lele dumbo merupakan hasil kawin silang antar lele
Afrika Clarias gariepenus dengan lele Taiwan Clarias fuscus, Lele phyton
merupakan hasil kawin silang antara lele dumbo F2 betina dari Thailand (F2089CPP)
dengan lele dumbo F6 Jantan asal Indonesia, Lele sangkuriang 1 merupakan hasil
kawin lele dumbo F2 betina Indonesia denga F6 jantan Indonesia menghasilkan F2 F6
jantan, selanjutnya F2 F6 jantan dikawinkan dengan F2 betina lain, anaknya disebut
lele sangkuriang, Lele sangkuriang 2 merupakan jenis lele yang dirilis tahun 2012
sama dengan lele sangkuriang 1 tetapi induk pokoknya asli Clarias gariepenus yang
dikirim langsung dari Kenya tanpa dikawin silangkan dengan lele Taiwan (Clarias
fuscus), tetapi dengan induk sesama Clarias gariepenus. Lele sangkuriang 2 ini
pertumbuhannya lebih cepat dibanding lele sangkuriang 1.
Permasalahan pada budidaya ikan lele selama ini terjadi pada keamanan pangan
(food safety) dan citra pangan atau (food image). Sehingga higienitas pembudidayaan
ikan lele sangat perlu diperhatikan oleh pembudidaya. Demikian juga untuk promosi
produk ikan lele juga perlu ditingkatkan untuk meningkatkan citra produk ikan lele di
mata konsumen. Upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi isu permasalahan
dalam pembudidayaan lele diantaranya adalah budidaya ikan lele tidak boleh
dilakukan dengan kolam comberan, kolam tempat pembuangan limbang rumah
tangga, memberi pakan bangkai, kotoran hewan dan lain-lain secara langsung tanpa
melalui proses keamanan pakan dan kesehatan terlebih dahulu.

B. Deskripsi Singkat Modul Pelatihan


Materi budidaya ikan lele ini menjelaskan tentang proses pembenihan,
pendederan dan pembesaran ikan lele diberbagai bentuk wadah dengan metode
pemeliharaan sesuai dengan standar yang berlaku.

C. Tujuan Pelatihan
Tujuan modul pelatihan ini yaitu untuk memberikan pedoman bagi
pembudidaya ikan lele terkait metode pembudidayaan ikan lele yang sesuai dengan
standar yang berlaku. Meningkatkan kecermatan dan kemampuan telusur induk yang
akan dipijahkan untuk mencegah penurunan kualitas benih. Memahami kualitas benih
sehingga dapat memperoleh keuntungan dalam kegiatan usaha pembesaran ikan lele.
Memberikan pengetahuan tentang metode pembesaran ikan lele di wadah dan
pemberian pakan yang standar agar citra ikan lele dimata konsumen tetap tinggi.

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


1. Pembenihan
i. Lokasi
ii. Induk
iii. Bak pemijahan
iv. Teknik Pemijahan
v. Rangsangan Pemijahan dengan Penyuntikan Hormon
vi. Pemijahan Setelah Penyuntikan Hormon
vii. Pendederan
viii. Simulasi usaha pembernihan

2
2. Pembesaran di Kolam Tanah dan Kolam Tembok
i. Pembesaran di Kolam Tanah
ii. Pembesaran di Kolam Tembok
iii. Pemberian Pakan
iv. Pakan buatan
v. Pakan Alternatif
vi. Penanggulangan hama dan penyakit
3. Pembesaran di Kolam Terpal
i. Lokasi Kolam Terpal
ii. Membuat Kolam
iii. Pemberian Pakan
iv. Simulasi usaha pembesaran

MATERI POKOK 1.

PEMBENIHAN

i. Lokasi
Usaha buidaya ikan lele tidak memerlukan persyaratan yang ketat seperti pada
jenis ikan lainnya. Sebagai indikator kalau lahan yang cocok untuk budidaya ikan
lain, maka lahan tersebut juga pasti coock untuk ikan lele. Namun agar usaha
berkesinambungan dalam pemilihan lokasi untuk pembudidayaan ikan lele harus
dipertimbangkan hal sebagai berikut:

1. Lokasi berada pada daerah yang bebas banjir dan bebas pengaruh pencemaran
2. Tanah dasar kolam merupakan tanah yang stabil warna kehitaman yang
memiliki tekstur 50-60% lempung, lebih kecil dari 20% pasir dan sisanya
serbuk bahan organik.
3. Keasaman (pH) tanah lebih dari 5.
4. Sumber air tidak tercemar dan tersedia sepanjang tahun.

Untuk membangun kolam (wadah budidaya) konstruksi pematang harus kuat


dibuat dari tanah tembook atau dilapisi terpal. Luas kolam disesuaikan dengan padat
tebar ikan lele. Kedalaman air antara 0,75 m – 1,5 m. Harus diperhatikan bahwa
wadah harus dapat dikeringkan.
Kualitas air yang diperlukan sebaiknya pada kisaran seperti pada tabel berikut:
Tabel 1.Parameter dan Kisaran Optimum Kualitas Air
No Parameter Satuan Kisaran Optimum
.
o
1 Suhu C 25-30
2 Nilai pH - 6,5-8,5
3 Oksigen mg/l >4
terlarut
4 Kecerahan cm 25-30

3
5 Amoniak (NH3) mg/l <0,01
Sumber: SNI 01-6484.3-2000

ii. Induk
Induk lele dumbo adalah ikan hibrida (hasil kawin silang). Pembenihan induk
untuk jenis ikan hibrida itu harus sangat hati-hati, bila salah mungkin benih yang
dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu bagi pelaku utama
pembenihan ikan lele harus rajin berkonsultasi dengan pemerintah untuk
mendapatkan induk yang bermutu, dalam hal ini pemerintah telah membuat jejaring
pengembangan induk ikan lele (Pusiena) (Tabel 2.)

Tabel 2 Pusat Pengembangan Induk Ikan Lele (Pusiena)


No Instansi Telepon
.
1 BBPBAT Sukabuumi 0266-225240
0266-225211
0266-221762
2 BRPBAT Bogor 0251-8313200
3 LRPTPBAT 0260-520500
Sukamandi 0260-520663
4 PBIAT Ngrajek 0293-788306
5 BPBAT Cijengkol 0260-520084

Proses produksi induk yang berkualitas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Proses produksi Induk Ikan Lele Dumbo

Penebaran Pemberian Pakan Wakt Pemanenan


Kepad Dosis Frekuens u
Panjang
Wadah atan (%bobo i Pemel Sintasa Bobot
Ukuran standard
(ekor/ t (Kali/har iharaa n (%) (g)
(cm)
m3) biomas) i) n
Kolam
Pembesaran 10-15 10-15 4-5 2-3 90- 80 100- 25-30
1 100 150
Pembesaran 3-5 100- 3-4 2-3 150- 80-90 500- 40-45
2 150 175 750
Sumber: SNI 01-6484.1-2000

Penggunaan bahan:
 Pakan : Pellet (dosis dan frekuensi pemberian lihat tabel 3)
 Obat dan bahan kimia : Antibiotik (jika diperlukan, oksitetrasikindengan
dosis 5 mg/l-10 mg/l, kalium permanganat 1 mg/l
3 mg/l, formalin 25 ppm, garam 500 mg/l – 1000

4
mg/l dengan caraperendaman selama24 jam.
 Pupuk organik : dengan dosis 500 g/m3
 Kapur tohor : dengan dosis 50-100 g/m3

a. Persyaratan Induk
1. Kriteria kualitatif
i. Asal : Hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas
induk dasar.
ii. Warna : Bagian atas kepala berwarna hijau kehitaman, bagian punggung atas
sampai pangkal ekor berwarna hijau kecoklatan dengan loreng berwarna
coklatkehitaman, mulai kepla bagian bawah sampai ke pangkal ekor berwarna
putihkeruh.
iii. Bentuk : Bagian kepala pipih horizontal, bagian badan bulat memanjang dan
bagian ekor pipih vertikal.
iv. Kesehatan : Anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan
tidak ada Kelainanbentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak, tubuh tidak ditempeli
jasad pathogen,insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut,
tutup insang normal dan tutup berlendir.
v. Gerakan : Lamban dan jinak.

2. Kriteria kuantitatif
Tabel 4. Kriteria Kuantitatif Sifat Reproduksi
Jenis kelamin
Kriteria Satuan
Jantan Betina
Umur induk Bulan 8-12 12-15
Panjang standar Cm 40-45 38-40
Bobot badan pertama matang
g/ekor 500-750 400-500
gonad
Fekunditas Butir/kg bobot tubuh - 50.000-100.000
Diameter telur Mm - 1,4-1,5
Sumber: SNI 01-6484.1-2000

5
b. Pemijahan Induk

Tabel 5 Ciri-ciri dan Cara Menentukan Induk Matang Gonad

Betina Jantan
 Perut membesar/buncit dan terasa lembek jika  Alat kelamin memerah.
diraba  Alat kelamin tampak jelas dan
 Pergerakan lamban dan jinak. meruncing
 Alat kelamin bulat, berwarna kemerahan dan  Tubuh ramping dan gerakannya
tampak membesar (bengkak) lincah.
 Cara menenntukan kematangan gonad  Warna tubuh jadi coklat
dilakukan dengan meraba bagian perut dan kemerahan.
pengamatan bagian anus.  Alat kelamin memerah dan
 Matang gonad ditunjukkan dengan bagian meruncing serta panjangnya
perut membesar lunak kalau diraba. sudha melampaui pangkal sirip
 Bagian anus menonjol kemerahan ekor.
Sumber: Mahyudin (2008) dan SNI: 01-6484.1-2000

c. Bak Pemijahan
Bak pemijahan sebaiknya dari semen, fiber glass, atau terpal agar mudah
dibersihkan. Bak pemijahan basanya berukuran panjang 2-3 cm, lebar 1-2 m dan
tinggi 1 m. Setelah bak dikeringkan dan dijemur, diisi air bersih setinggi 40-70 cm.
Bak pemijahan dipasang kakaban yang terbuat dari ijuk yang dijepit dengan bambu.
Kakaban disusun secara teratur agara berada antara 5-10 cm dibawah permukaan air.

d. Teknik Pemijahan
Pada dasarnya semua biota dewasa akan berusaha untuk berkembang biak. Jadi
kalau manusia menyiapkan sarana dan prasarana yang sesuai untuk terjadinya
pemijahan pada ikan lele yang telah matang gonad, proses pemijahan akan terjadi
secara alami. Namun demikian pada ikan yang telah matang gonad tetapi tidak mau
memijah, pemijahan bisa dilakukan dengan menyuntikkan hormon perangsang
memijah. Secara garis besar proses pemijahan dapat dilihat pada Gambar 1.

6
I
(
n
a
j
o
G
g
M
k
u
ti
e
b
d
t
d
a
)
e. Pemijahan Alami

1.

2.
3.

4.

5.

6.

7.
Gambar 1. Proses Pemijahan

Pemijahan alami tidak menggunakan tambahan obat-obatan untuk merangsang


pemijahan. Pemijahan alami masih banyak diterapkan oleh para pembudidaya lele
saat ini. Mereka beranggapan bahwa hasil yang diperoleh dengan teknik buatan
belum tentu lebih baik daripada teknik pemijahan alami. Cara pemijahan alami
diyakini lebih baik daripada menggunakan pemijahan buatan karena tidak terlalu
memaksa indukan untuk mengeluarkan telurnya. Jika induk ini telah siap memijah
maka setelah induk jantan dan betina disatukan, diharapkan akan terjadi pemijahan.

Berikut ini langkah-langkah untuk melakukan pemijahan secara alami:


Siapkan kolam pemijahan dengan membersihkannya terlebih dahulu. Setelah itu
masukkan kakaban sebagai tempat menempelnya telur. Untuk kolam berukuran 2
m x 2 m x 1 m, dibutuhkan kakaban sebanyak 10-12 buah. Kakaban diletakkan
didasar dan diberikan pemberat berupa batu. Kakaban disusun berjajar memenuhi
dan mengikuti panjang kolam agar seluruh telur menempel pada kakaban.
Isi kolam dengan air hingga ketinggian 40 cm.
Lakukan seleksi induk untuk mendapatkan induk yang siap memijah dan memiliki
gonad yang berkualitas dan berpotensi menghasilkan banyak telur.
Setelah wadah terisi air, masukkan induk yang telah diseleksi ke dalam kolam
pemijahan dengan perbandingan 1 ekor jantan 2 ekor betina. Biasanya, idnuk
dipindahkan ke dalam wadah pemijahan pada sore hari sekitar pukul 15.00-17.00.
Pemindahan dari kolam indukan ke kolam pemijahan dilakukan secara hati-hati
dengan menggunakan seser atau serokan.
Biarkan induk dalam kolam selama satu malam. Secara umum, lele akan memijah
pada malam hari sekitar pukul 22.00-02.00. Pada proses pemijahan, betina akan
mengeluarkan telur dan dibuahi oleh sang jantan.
Lakukan pengecekan pada pagi harinya. Jika pemijahan berlangsung lancar, pada
pukul empat pagi telur-telur akan memenuhi kakaban.
Pindahkan kakaban yang telah ditempeli telur secara hati-hati ke dalam kolam
penetasan. Jika induk baru memijah pada pagi hari maka pemindahan kakaban
dilakukan pada sore hari, sekitar pukul 14.00-16.00. Setelah itu, tinggal menunggu
telur menetas.

7
8. Selanjutnya, pindahkan indukan yang telah memijah dari kolam pemijahan ke
kolam pemeliharaan induk. Induk betina dapat dipijahkan kembali setelah tiga
minggu sampai satu bulan masa istirahat. Sedangkan induk jantan memerlukan
waktu 1-2 minggu masa istirahat.

f. Rangsangan Pemijahan dengan Penyuntikan Hormon


Kebutuhan benih lele yang sangat besar tidak mungkin dapat dicukupi hanya
oleh induk-induk yang memijah secara alami. Penyuntikan hormon mutlak
diperlukan.
Hormon alamiah bisa disiapkan dari kelenjar hipofisa lele atau dari ikan mas.
Hormon buatan/sintesis adalah hormon buatan pabrik. Beberapa jenis hormon sintesis
tersebut misalnya Ovaprim, HCG, dan LHRH. Hormon Ovaprim realtif lebih mudah
diperoleh karena sudah dijual umum di toko perikanan di beberapa kota besar. HCG
sebenarnya merupakan hormon untuk manusia, sehingga hanya dapat diperoleh bila
disertai resep dokter, sedangkan LHRH tergolong agak sulit diperoleh.

1. Penyuntikan hormon alamiah (hipofisa)


Hormon ini diambilkan dari kelenjar hipofisa yang terletak dibagian bawah otak
kecil. Setiap ikan (juga makhluk bertulang belakang lainnya) mempunyai kelenjar
hipofisa yang terletak di bawah otak kecil. Untuk penyuntikan, diperlukan kelenjar
hipofissa yang diambil dari donor, sedangkan penerimanya disebut resipiem. Sebagai
donor dapat dipilihkan lele, ikan mas (tombro, karper, Cyprinus carpio), atau lele
lokal (Clarian batracus). Hormon yang berasal dari ikan jenis lain tidak cocok.
Karena hormon unntuk keperluan penyuntikan ini diambil dari hipofisa maka
tindakan penyuntikan untuk merangsang pemijahan ini disebut hipofisasi.
i. Dosis hipofisa
Banyaknya kelenjar hipofisa yang perlu disuntikkan kepada induk lele adalah 3
dosis. Artinya ikan yang beratnya 0,5 kg, misalnya memerlukan kelenjar hipofisa
yang berasal dari donor yang berat badannya 1,5 kg. Ikan donor seberat 1,5 kg itu
dapat terdiri dari 3 ekor yang masing-masing beratnya 0,5 kg atau 2 ekor beratnya 1
kg dan 0,5 kg atau dapat juga dipakai seekor yang beratnya 1,5 kg. sebagai donor
sebaiknya dipilihkan ikan yang sudah dewasa, jantan maupun betina sama aja.
Apabila dipilhkan ikan belum dewasa kadar hormon dalam hipofisanya sedikit.

ii. Pengambilan hipofisa dan pembuatan ekstrak


Cara mengambil kelenjar hipofisa dari ikan donor adalah sebagai berikut:
a) Siapkan ikan (lele/mas) yang akan dijadikan donor.
b) Pegang bagian kepalanya bila licin, badanya dapat dibungkus dengan lap.
Sementara bagian kepala di pegang, bagian badan diletakkan di atas talenan.
Kepala ikan dipotong dibagian belakang tutup insangnya hingga kepalanya putus.
c) Setelah terpotong, sisir tulang kepalanya di atas mata hingga tulang tengkoraknya
terbuka dan otaknya kelihatan.
d) Singkap otaknya menggunakan punset, tepat dibagian bawah otak akan terlihat
kelenjar hipofisa berwarna putih sebesar butiran kacang hijau.

8
e) Dengan tetap menggunakan pinset, kelenjar hipofisa diangkat dan diletakkan ke
dalam cawan yang bersih untuk dicuci dengan aquades hingga darah yang melekat
hilang. Cara membersihkannya dengan dicuci dengan aquades menggunakan pipet.
f) Setelah butir kelenjar hipofisa bersih, lalu masukan ke dalam tabung penggerus
(dapat menggunakan kantong plastik kecil atau gelas). Selanjutnya kelenjar
hipofisa digerus atau dipencet hingga hancur.
g) Encerkan kelenjar hipofisa tersebut dengan 1-1,5 ml aquades atau larutan garam
fisiologis. Larutan garam fisiologis atau sering pula disebut cairan infus yang
dapat diperoleh di apotek (dijual bebas). Dengan demikian, hormon GSH yang
terkandung didalam hipofisa akan terlarut dalam cairan.
h) Larutan tersebut diendapkan beberapa menit hingga kotoran tampak mengendap di
dasar. Cairan di bagian atas diambil dengan tabung injeksi (spuit) untuk
disuntikkan pada ikan.

iii. Penyuntikan ekstrak hipofisa


Induk sebagai resipien yang telah dipersiapkan sebelumnya, diambil dari dalam
hapa. Induk tersebut dipegang dengan bantuan penyerok dan jaring supaya tidak licin.
Hormon di dalam spuit disuntikkan didekat sirip punggung kedalam daging induk
(Intrafascular). Setelah disuntik, Induk betina dimasukkan ke dalam kolam
pemijahan yang telah dipersiapkan. Biarkan lele dalam keadaan tenang.

2. Penyuntikan Hormon buatan


Hormon sintesis (buatan) kini dapat dibeli di toko-toko obat perikanan, yaitu
hormon yang disebut ovaprim. Ovaprim berbentuk cairan yang disimpan dalam
ampul. Satu ampul berisi 10 ml. Dosis pemakaiannya 0,3-0,5 ml untuk lele yang
beratnya 1 kg. Induk lele seberat 0,5 kg berarti memerlukan hormon ovaprim 0,15-
0,25 ml.
Penyuntikan menggunakan hormon ovaprim sangat praktis sebab sudah berupa
larutan sehingga tinggal disuntikkan saja, hormon sisa dialam ampul dapat disimpan
di tempat yang tidka terkena sinar matahari langsung (suhu kamar). Homon ovaprim
dapat bertahan 3-4 bulan didalam ruang tersebut.
Urutan pemijahan lele dengan hormon buatan adalah sebagai berikut:
i. Siapkan kolam pemijahan
a) Keringkan dan bersihkan kolam/bak yang hendak digunakan untuk pemijahan.
b) Cuci dan jemur kakaban dengan jumlah cukup menutupi 75% dasar kolam.
c) Pasang kakaban di dasar kolam/bak, letakkan kakaban iitu 5-10 cm diatas dasar
kolam, ginakan bata merah yang sudah dicuci bersih sebagai pengganjalnnya, Di
atasnya juga ditindih dengan bata agar kakaban tidak mudah bergeser.
d) Menjelang dilakukan penyuntikan, kolam tersebut diisi dengan air sampai kakaban
terendam air 5 cm-10 cm.
ii. Seleksi induk lele betina dan jantan yang siap memijah
a) Pada pagi hari, tangkap induk lele betina dan jantan.
b) Pilih Induk betina yang matang telur, perutnya besar dan lunak, tetapi kalau diurut
tidak dapat keluar telurnya.

9
c) Pilih induk jantan yang sehat, tidak cacat, tidak berpenyakit. Lele jantan terlihat
dari alat kelaminnya (perut tetap langsing) kalau diurut juga tidak dapat
mengeluarkan sperma. Oleh karena itu, lele disuntik dengan hormon.
d) Pisahkan induk jantan dna betina dalam wadah atau hapa tersendiri sambil
menunggu saat disuntik.
iii. Siapkan alat dan homon ovaprim untuk disuntikkan
Gunakan alat suntik yang sudah dibersihkan/dicuci dengan air panas atau gunakan
alat yang baru.
iv. Timbang Induk betina dan tentukan dosis ovaprim
a) Induk yang beratnya 1 kg, dosis hormon ovaprim 0,3-0,5 cc. Bila beratnya 0,5 kg
maka dosisnya setengahnya yaitu 0,15-0,25 cc (sesuai petunjuk pada wadah
hormon tersebut).
b) Sedot dengan injeksi spuit sebanyak hormon yang diperlukan, misalnya 0,5 ml.
setelah itu sedot lagi dengan jarum yang sama aquades atau larutan garam
fisiologis 0,7% sebanyak 0,5 ml yang juga untuk mengencerkan hormon tadi.
v. Cara penyuntikkan
a) Seorang membantu memegang ikan lele yang hendak disuntik (ikan betina lebih
dulu) dengan satu tangan lagi memegang pangkal ekor ikan. Letakkan ikan
tersebut sambil terus dipegang di atas meja yang sudah disiapkan dan diberi alas
handuk/lap bersih.
b) Seorang lainnya menyuntikkan hormon yang sudah disiapkan kedalam daging lele
dibagian punggung. Sebanyak setengah dosis disebelah kiri sirip punggung dan
setengah dosis lagi di sebelah kanan.
c) Lakukan penyuntikan secara hati-hati. Setelah hormon didorong masuk, jarum
dicabut, lalu bekas suntikan tersebut ditekan/ditutup dengan jari beberapa saat agar
hormon tidak keluar.
d) Setelah disuntik, ikan jantan dan betina dimasukkan ke dalam kolam pemijahan
yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
vi. Siapkan kolam penetasan telur
a) Kolam penetasan telur dapat berupa kolam tanah yang luasnya 25-100 m2.
Beberapa hari sebelumnya, kolam ini sudah dikeringkan/ dijemur dan dibersihkan
dari segala hama. Setelah itu, kolam diairi sedalam 10-20 cm tiga hari sebelum
digunakan.
b) Kolam penetasan telur dapat juga berupa kolam berlapis plastik, ukuran lebar 2-3
m dan panjang 8-10 m. Setiap dua hari sebelum digunakan, kolam telah
dibersihkan, lalu diisi air dari sumur pompa yang bebas hama. Penggunaan air
langsung dari sungai kurang baik untuk penetasan telur, karena mengeluarkan
jamur atau bakteri yang menyerang telur.

Pengalaman dari Pembudidaya, air untuk pembenihan dari sumur bor yang
disimpan dalam tendon besar (3-5 m3). Air di tandon tersebut ditebari garam kasar
(tanpa iodium) sebanyak 100 gr setiap 1 m 3 air, lalu diaduk dan diendapkan.
Ternyata dengan perlakuan tersebut, penetasan dan pemeliharaan benih lancar serta
tidak pernah menderita kematian karena jamur dan bakteri.

10
g. Pemijahan Setelah Penyuntikan Hormon
Setelah hormon disuntikkan, induk lele siap dipijahkan. Pemijahan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu secara alami dan pengurutan (striping).

1. Pemijahan secara alami


Setelah disuntik hormon indu-insuk betina dilepaskan ke dalam kolam
pemijahan yang telah disiapkan. Selang waktu satu jam setelah penyuntikan induk
betina, induk jantan barulah disuntik dengan hormon yang telah disiapkan (cara
penyiapan sama seperti untuk penyuntikan induk betina). Selang waktu itu diberikan
karena reaksi terhadap hormon pada induk jantang lebih cepat dibanding dnegan
induk betina. Dengan demikian, induk betina dan induk jantan akan memijah
bersamaan.
Kolam pemijahan untuk sepasang induk sebaiknya berukuran minimal 6 m2 atau
2x3 m. Kolam dapat berupa kolam tanah atau kolam semen dengan kedalaman air
kurang dari 75 cm. Bila kolam pemijahan terlalu sempit, induk betina dapat
menderita luka-luka karena perilaku pejantan yang telalu kuat atau ganas.
Setelah mendapatkan suntikan hormon, induk jantan dimasukkan ke dalam
kolam pemijahan bercampur dengan induk betina yang telah disuntik hormon lebih
dahulu. Menurut pengalaman, induk lele biasanya disuntik pada pukul 15.00. Pada
malam hari sekitat pukul 19.00, induk lele sudah mulai berkejaran tanda hendak
memijah (kawin). Sekitar pukul 24.0, bila dilihat dengan lampu senter, induk sudah
tenang kembali pertanda pemijahan sudah selesai. Saat itu telur-telur ikan terlihat
banyak sekali melekat di kakaban.
Keesokan harinya, antara pukul 08.00 – 09.00, tampak telur0telur melekat pada
kakaban. Telur yang dibuahi berbentuk bulat dan jernih berwarna abu-abu sedikit
kekuningan. Bila telur tidak terbuahi, akan berwarna putih dan akan ditumbuhi jamur
atau dimakan bakteri. Telur yang mati tersebut sedapat mungkin segera dibuang agar
tidak menular ke telur yang lain.
Kakaban yang telah ditempeli telur dipindahkan ke dalam kolam/bak penetasa
yang telah dibersihkan dan diisi air sebanyak 20-30 cm. kolam pemijahan diberi atap
dari palastik yang tembus cahaya agar tidak terkena hujan maupun panas matahari
langsung. Kolam penetasan juga berlanjut menjadi kolam pendederan sampai
buarayak berumur 12-15 hari.
Setelah 30-40 jam, telur lele akan menetas. Setalah telur menetas, kakaban
dikeluarkan dari dalam kolam penetasan untuk dicuci, lalu dijemur agar dapat
digunakan kembali. Anak lele yang baru menetas (burayak) masih membawa kantung
kuning telur dan gerak renangnya masih lambat. Kadang kala katak juga bertelur di
dalam kolam penetasan tersebut sehingga telur-telur katak harus dibuang secepat
mungkin sebelum menetas agara berudunya tidak mengganggu burayak ikan lele.
Supaya katak yang dapat memangsa burayak lele tersebut tidak dapat masuk ke
dalam kolam penetasan maka kolam/bak harus diiberi penutup dari kawat anyaman
kandang ayam.
Pada hari ke-2 setelah menetas burayak lele meulai makan sehingga harus
diberi pakan berupa kutu air yang kecil (Rotifera dan daphnia). Hari ke-4 milai diberi
makan cacing sutera. Sebagai tambahan, dapat juga diberi tepung ikan yang disaring

11
lembut. Pemberiannya sedikit saja dengan cara dipercikkan di beberapa tempat.
Pemberian tepung ikan jangan berlebihan karena sisa tepung yang tidak termakan
dapat membusuk.
Burayak-buarayak dari hasil penetasan telur dipelihara lebih lanjut, tetap di
dalam kolam penetasan hingga berumur 12-15 hari. Sampai umur 2 minggu, air tidak
perlu diganti, cukup ditambah sedikit saja bula ada penguapan. Pada umur itu,
buarayak sudah siap untuk dijual atau dipelihara dalam kolam pembesaran.

2. Pemijahan telur melalui pengurutan (Striping)


Alternatif lain pembuahan (fertilisasi) buatan yaitu dengan melakukan
pengurutan (striping). Setelah hormon disuntikan dan induk siap untuk memijah,
disaat yang tepat dilakukan pengurutan telur dan sperma untuk dicampurkan dalam
suatu wadah agar terjadi pembuahan secara buatan didalam baskom.
Cara pengurutan ini lebih canggih dan hasil benihnya lebih banyak karena
segalanya lebih terkontrol. Namun, proses ini memerlukan teknisi pelaksana yang
mempunyai keterampilan lebih baik.
Beberapa keuntungan cara pengurutan ini antara lain sebagai berikut:
i. Jumlah telur yang dihasilkan dapat dihitung secara persis (lebih ilmiah)
ii. Jumlah telur yang dibuahi oleh sperma (derajat fertilisasi) lebih banyak.
iii. Dapat dilakukan pengaturan waktu, misalnya pengurutan, waktu
mendapatkanbuarayak, dan pengaturan waktu lainnya.
Telur dalam wadah dibuahi lalu diteteskan di dalam hapa dengan diairi air terus
menerus sampai 2 minggu lamanya dengan diberi pakan zooplankton dan serbuk
pakan yang mencukupi.

a) Cara pengeluaran telur


Setelah disuntik dengan hormon ovaprim atau hormon dari hipofisa, induk
jantan maupun induk betina dipisahkan, masing-masing diletakkan di dalam hapa
yang telah dipasang di kolam yang airnya jernih dan tenang. Sekitar 10 jam setelah
disuntik, diperkirakan telur sudah dapat diurut. Namun, sebelumnya induk lele
tersebut perlu diperika dahulu (sudah siap diurut atau belum). Cara memeriksanya
antara lain
1) Induk lele ditangkap menggunakan serok. Badannya dipegang dan kepalanya
ditutupi dengan handuk basah, lalu perutnya diurut sedikit kearah dubur.
2) Apabila beberapa butir telur dapat keluar maka induk betina itu sudah siap
untuk diurut. Pengurutan dilanjutkan untuk mengeluarkan seluruh telurnya.
Dengan hati-hati tetapi cukup kuat, perut ikan diurut mulai dari sirip dada
kearah dubur. Telur yang keluar ditampung didalam baskom yang bersih dan
kering.
3) Apabila telur belum dapat keluar saat diurut maka induk lele tersebut
dikembalikan kedalam hapa penampungan lagi. Selanjutnya, perlu diperika lagi
setiap 10-15 menit, barang kali telur sudah siap dikeluarkan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses pengurutan telur adalah sebagai
berikut:

12
1) Kain yang digunakan untuk menutup kepala ikan pada waktu diurut harus halus
dan bersih. Penggunaan kain ini dimaksudkan supaya lele tidak meronta waktu
diurut.
2) Wadah atau baskom untuk menampung telur harus benar-benar kering dan
bersih karena kotoran dapat mempengaruhi proses fertilisasi.

b) Cara mengeluarkan sperma


Sperma ikan lele dumbo tidak dapat dikeluarkan dengan cara pengurutan,
melainkan harus dibedah, jadi induk jantan harus dimatikan. Berikut ini adalah cara
mengeluarkan sperma ikan lele:
1) Induk jantan dibedah perutnya lalu seluruh kantong spermanya diambil.
2) Kantung sperma dipotong dengan gunting yang bersih, kemudian dicampur
dengan 100-200 ml larutan garam fisiologis (larutan NaCl 7%). Kantung
sperma tersebut dijepit dengan pinset (atau dengan jari tangan yang bersih), lalu
diremas-remas agar sel sperma keluar ke dalam larutan NaCl tersebut. Tidak
ada ketentuan khusus tentang banyaknya larutan garam fisiologis yang
digunakan untuk mencampur sperma. Namun, umumnya setengah gelas (100
ml) cukup untuk kantung sperma dari seekor lele jantan. Hal yang perlu
diketahui bahwa manfaat larutan garam 7% adalah untuk mengencerkan sperma
agar telur yang akan dibuahi semakin banyak, dan untuk memperpanjang umur
sel sperma setelah keluar dari kantung sperma. Jika didalam air tanpa garam
NaCl, sperma lele hanya akan bertahan hidup selama sekitar 3 menit,
sedangkan di dalam larutan garam tersebut, dapat sel sperma dapat hidup
sampai 60 menit.

c) Cara melakikan pembuahan


Setelah telur dan sperma berhasil dikeluarkan, segera dilakukan pembuahan
buatan. Caranya adalah sebagai berikut:
1) Telur ditampung dalam baskom. Sperma di dalam cawan tadi dituangkan ke
dalam telur lalu diaduk menggunakan bulu ayam yang sudah dicuci bersih dan
dikeringkan sebelumnya.
2) Campurkan telur dan sperma tersebut lalau diaduk selama 2-3 deti, lalu dituangi
air bersih (air sumur atau air dari mata air) sebanyak 1-2 liter. Penuangan air
dilakukan secara perlahan-lahan sambil terus diaduk selama 2 menit. Menurut
pengalaman, saat ini semua telur telah terbuahi oleh sperma.
3) Telur dicuci atau dibilas dengan air bersih lebih banyak lagi agar sperma yang
tersisa dapat terbuang karena sperma adalah protein yang mudah membusuk
yang dapat berakibat buruk terhadap telur.
4) Selanjutnya, telur yang telah terbuahi itu ditebarkan dalam suatu tempat
penetasan yang berbentuk nampan dari kain kelambu atau dari bahan jaring
yang diapungkan di dalam bak berisi air bersih dengan aliran air jernih
perlahan-lahan.
5) Telur akan menetas dalam waktu 36-40 jam pada suhu air 26-28oC. telur yang
tidak terbuahi akan mati dan warnanya berubah menjadi putih dan akibatnya

13
ditumbuhi jamur. Oleh karena itu, telur yang telah berwarna putih harus segera
dibuang.

h. Pendederan
a) Pendederan pertama (P1)
Pemeliharaan benih dari tingkat larva sampai ke tingkat benih ukuran 1-3 cm.
b) Pendederan kedua (P2)
Pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 1-3 cm sampai ke tingkat benih
ukuran 3-5 cm.
c) Pendederan ketiga (P3)
Pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 3-5 cm sampai ke tingkat ukuran 5-8
cm.
d) Pendederan keempat (P4)
Pemeliharaan benih ikan dari tingkat ukuran 5-8 cm sampai ke ukuran 8-12
cm.

1. Klasifikasi
Benih ikan lele dumbo kelas benih sebar digolongkan dalam 1 (satu) tingkatan
mutu berdasarkan kriteria kualitatif dan kuantitaif.
2. Persyaratan
a. Kriteria kualitatif
i. Larva
a) Asal : Hasil penetasan telur dari pemijahan induk kelas induk pokok
antara induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan.
b) Warna : Coklat-Hitam, bergantung warna wadah.
c) Bentuk : Belum sempurna.
d) Gerakan : Berenang aktif dan tidak bergerombol
ii. Benih P1
a) Asal : Larva penetasan telur dari pemijahan induk kelas induk
pokok antara induk jantan dan induk betina bukan satu
keturunan.
b) Warna : Bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna
gelap.
c) Bentuk : Menyerupai betuk dewasa
d) Gerakan : Berenang lambat di permukaan tepi wadah, gerkaan vertical
saat mengambil oksigen ke atas permukaan air, setelah
berumur 10 hari.
iii. Benih P2
a) Asal : Hasil P1 dari pemijahan pemijahan induk kelas induk pokok
antara induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan.
b) Warna : Bagian perut berwarna putih, punggung berwarna gelap.
c) Bentuk : Menyerupai betuk dewasa
d) Gerakan :Berenang menyebar dengan aktif, sesekali gerakannya vertikal
saat mengambil oksigen ke atas permukaan air.
iv. Benih P3

14
a) Asal : Hasil P2 dari pemijahan pemijahan induk kelas induk pokok
antara induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan.
b) Warna : Bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna
gelap hijau, kelabu dan ekor berwarna terang bersinar.
c) Bentuk : Menyerupai bentuk dewasa.
e) Gerakan : berenang menyebar dan aktif, sesekali gerakannya vertikal
saat mengambil oksigen ke atas permukaan air.
v. Benih P4
a) Asal : Hasil dari P3 dari pemijahan induk kelas pokok antara induk
jantan dan induk betina bukan satu keturunan.
b) Warna : Bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna
gelap hijau, kelabu dan ekor berwarna terang bersinar.
c) Bentuk : Menerupai bentuk dewasa.
f) Gerakan : berenang menyebar dan aktif, sesekali gerakannya vertikal
saat mengambil oksigen ke atas permukaan air.

b. Kriteria kuantitatif
Kriteria kuantitatif benih ikan lele dumbo kelas benih sebar dapat dilihat di
tabel 6.

Tabel 6. Kriteria Kuantitatif Benih Ikan Lele Dumbo


No Kriteria Satuan Larva P1 P2 P3 P4
1 Umur Hari 3 20 40 54 75
0,75-
2 Panjang Cm 1-3 3-5 5-8 8-12
1,0
3 Bobot Gram 0,5 10 25 50 100
Keseragaman
4 % > 90 > 75 > 75 > 75 > 75
ukuran
5 Keseragaman warna % 100 > 90 > 90 > 90 > 98

Tabel 7. Proses Produksi Benih Ikan Lele Dumbo Pada Setiap Tingkatan
Pemeliharaan
No Kriteria Satuan P1 P2 P3 P4
1 Pupuk g/m2 500 200 200 200
organik
2 Kapur tohor g/m2 50 50 50 50
3 Ukuran cm 0,75-1,00 1-3 3-5 5-8
benih
4 Padat tebar Ekor/m2 100 50 25 20
5 Pakan
i. Tingkat i. % bobot 20 10 5 3-4
pemberian biomasa

15
ii. Frekuensi ii. kali/hari 2 3 3 3
pemberian
6 Waktu Hari 20 40 54 75
pemeliharaa
n
7 Sintasan % 60 70 80 90
8 Ukuran cm 1-3 3-5 5-8 8-12
panen
Sumber: SNI 01-6484.4.2000

i. Simulasi usaha Pembenihan


Simulasi usaha pembenihan ikan lele yang dilakukan di kolam terpal dengan
kolam perawatan induk dari tembok adalah sebagai berikut:

a) Luasan lahan
 Lahan kolam perawatan induk 30 m2.
 Lahan kolam pemijahan 302.
 Lahan kolam pendederan 40m2.
b) Wadah pembenihan
Kolam pembenihan dari terpal dengan ukuran 2 m x 3 m x 0,6 m. terdiri dari:
 Kolam pemijahan ada 5unit kolam
 Kolam pendederan ada 6 unit kolam
c) Sarana dan Prasarana
 Prasarana
o Pengadaan induk 30 pasang.
o Perbaikan/pembuatan kolam.
o Pengadaan peralatan:
 Kakaban dari ijuk minimal 20 buah
 Thermometer, pH meter, water heater
 Pompa air, aerator
 Sarana
o Pakan induk berupa pelet dengan kandungan protein 28-30%. Pakan diberikan
sebanyak 2-3% berat ikan dengan frekuensi 3 kali sehari.
o Pakan larva berupa suspensi kuning telur selama 5 hari. Satu butir telur untuk
100.000 larva. Setelah umur 4-5 hari setelah menetes, larva mulai diberikan
pakan alami, seperti moina, daphnia, larva nyamuk, dan cacing sutera.
o Pakan benih umur 10-15 hari berupa tepung pelet.
d) Tenaga kerja yang digunakan 1 orang dan ditambah tenaga dari keluarga jika
dibutuhkan
e) Jumlah induk jantan 30 ekor dan induk betina 30 ekor. Induk lele dumbo jantan
yang dipersiapkan berumur 8-12 bulan dengan berat 500-700 gram, sedangkan
betina umur 12-15 bulan dengan berat 400-500 gram. Pemijahan lele dumbo dapat

16
dilakukan secara alami atau menggunakan hormon (hipofisa). Perbandingan bobot
atau jumlah antar induk jantan dan betina adalah 1:1.
f) Frekuensi pemijahan. Recovery gonad induk lele 1-2 bulan. Jadi, dalam 1 tahun
dapat dipijahkan 4-6 kali.
g) Jumlah benih yang dihasilkan dari 20 induk yang dapat menghasilkan telur
masing-masing 20.000 butir dan setahun 4 kali pijah dengan SR (survival rate)
80% adalah 20 x 20.000 x 4 x 80% = 1.280.000 ekor per tahun.
h) Siklus periode pembenihan ikan lele 2-3 bulan.

MATERI POKOK 2.

PEMBESARAN DI KOLAM TANAH DAN KOLAM TEMBOK

Pembesaran ikan merupakan tahapan kegiatan budidaya yang bertujuan


menghasilkan lele konsumsi. Pembesaran lele dapat dilakukan di kolam tanah dan
kolam tembok.

A. Pembesaran di Kolam Tanah


Hal yang perlu diperhatikan dalam pembesaran ikan lele di kolam tanah adalah
persiapan kolam. Kolam disiapkan untuk wadah pembesaran hingga nantinya
didapatkan lingkungan yang optimal bagi kehidupan ikan. Tujuan akhirnya agar ikan
lele dapat hidup dan tumbuh maksimal. Persiapan kolam pembesaran ikan lele pada
umumnya meliputi pengeringan, pengolahan dasar kolam, pengangkatan lumpur
hitam, perbaikan pematang saluran, pengapuran, pemupukan, serta pengisian air
kolam.

1. Pengeringan
Pengeringan kolam bertujuan membasmi hama dan penyakit, menghilangkan
senyawa atau gas-gas beracun, serta untuk mengistirahatkan lahan. Proses
pengeringan/penjemuran di dasar kolam dilakukan selama 3-7 hari, tergantung
kondisi dan cuaca dan keadaan tanah. Pengeringan kolam dianggap selesai jika tanah
dasar kolam menjadi retak-retak.

2. Pengolahan dasar kolam


Selesai pengeringan, dasar kolam tanah perlu diolah. Pengolahan dasar kolam
bertujuan menggemburkan tanah, memungkinkan proses pengudaraan dalam tanah
berlangsung sempurna. Mempercepat berlangsungnya proses penguraian senyawa-
senyawa organik dalam tanah, dan membuang gas-gas beracun supaya terlepas ke
udara.

3. Pengangkatan lumpur hitam

17
Tanah dasar kolam yang berlumpur, berbau busuk dan menyengat, serta
berwarna hitam pekat, sebaiknya diangkat dan dibuang karena tiap tanah tersebut
terlalu asam. Lapisan tanah dasar kolam yang berwarna hitam tersebut dicangkul
sedalam 5-10 cm, lalu diangkat dan dipindahkan ke pematang atau tempat lain di luar
kolam.

4. Perbaikan pematang saluran


Perbaikan pematang perlu dilakukan jika ada yang rusak dan mencegah
kebocoran pematang. Perbaikan pematang yang bocor dilakukan dengan menyimbat
bagian yang bocor dengan tanah atau dengan ijuk. Sementara itu, perbaikan saluran
dilakukan agar pemasukan air berjalan dengan lancar. Perbaikan ini biasanya
dilakukan pada saat pengeringan kolam atau bersamaan dengan pengangkatan
lumpur.

5. Pengapuran
Pengapuran bertujuan membunuh hama, parasit, dan penyakit ikan. Jenis kapur
yang digunakan adalah kapur pertanian (CaCO3) atau dolomit dalam bentuk CaMg
(CO3)2, pemberian kapur disebat merata di permukaan tanah dasar kolam. Setelah
pengapuran selesai, tanah dasar kolam dibalik dengan menggunakan cangkul. Jumlah
kapur sekitar 60-2000 gram/m2, tergantung kondisi pH tanah. Semakin rendah pH
tanah maka kebutuhan kapur semakin banyak.

6. Pemupukan
Pemupukan berguna untuk menyediakan media tempat tumbuh pakan alami dan
unsur hara bagi plankton yang menjadi pakan bagi ikan lele. Pupuk yang sering
digunakan terdiri dari kotoran yang sudah kering dari ternak besar (sapi, domba, atau
kerbau) dengan dosis 150 g/m2, pupuk urea 15 g/m2, dan TSP 10 g/m2. Dosis tersebut
disesuaikan dengan kesuburan kolam.

7. Pengisian air kolam


Pengisian air kolam dilakukan setelah kegiatan pengapuran dan pemupukan
selesai. Pengisian air kolam dilakukan dengan ketinggian air mencapai40-50 cm dari
dasar kolam. Waktu penebaran benih ikan, air kolam tetap dipertahankan pada
ketinggian semula karena ukuran benih masih kecil. Ketinggian air kolam dinaikkan
seiring dengan bertambahnya ukuran dan berat lele hingga ketinggian 100-150 cm,
tergantung konstruksi dan ketinggian kolam.
Setelah melalui tahapan persiapan kolam di atas, selanjutnya dilakukan
penebaran benih. Padat tebar benih yaitu jumlah ikan yang ditebarkan per satuan luas
atau volume. Semakin tinggi padat tebar benih maka semakin instensif
pemeliharaanya. Padat tebar benih lele di kolam tanah disesuaikan dengan ukuran
kolam. Idealnya, untuk benih ukuran 3-5 cm kepadatan tebaran benihnya 500-1000
ekor/m2, untuk ukuran 5-8 cm bisa ditebarkandengan kepadatan 200-500 ekor/m 2,
sementara itu, benih ukuran 8-12 cm bisa ditebarkan dengan kepadatan 100-200
ekor/m2.

18
B. Pembesaran di Kolam Tembok
Persiapan awal kolam tembok sebelum digunakan meliputi pengeringan,
pembersihan lumpur dan kotoran, pengapuran, pemupukan, serta pengisian air kolam.
Pengeringan untuk kolam tembok dianggap selesai jika dasar dan dinding kolam
sudah kering dan tidak basah. Pengeringan dilakukan dengan menjemur kolam
dibawah sinar matahari selama 2-3 hari.
Langkah selanjutnya adalah pembuangan lumpur hitam dan membersihkan
kotoran yang menempel di dinding kolam. Pembuangan lumpur hitam dilakukan
dengan cara digelontor pakai air atau disedot dengan pompa diesel. Setelah itu,
pengapuran dan pemupukan kolam. Pengapuran untuk kolam semen dengan cara
dinding dan dasar kolam diberi kapur yang telah dicampur air. Kapur yang sering
digunakan adalah kapur pertanian atau dolomit dengan dosis 60-200 gram/m 2,
Sementara itu, pemupukan menggunakan pupuk kandang dengan dosis 200-500
gram/m2. Kegiatan selanjutnya adalah mengisi kolam dengan ketinggian 40-50 cm.
Padat penebaran benih ikan lele di kolam tembok ini berkisar antar 150-400 ekor/m 3
air, tergantung sistem pembesaran yang dilakukan.

C. Pemberian Pakan
Untuk hidup dan menjadi besar lele memerlukan pakan. Jenis, ukuran dan
jumlah pakan yang diberikan tergantung dari ukuran dan jumlah lele yang
dibudidaya. Ada dua jenis pakan yang paling disukai lele, yaitu pakan alami dan
pakan buatan. Pakan alami merupakan mikroorganisme yang hidup di dalam air,
seperti plankton, sedangkan pakan buatan adalah pakan yang dibuat oleh manusia
atau pabrik. Maskipun demikian, pakan alami dapat dibuat dengan cara
membudidayakannya. Selain pakan tersebut, ada lagi satu jenis pakan yang dapat
diberikan, aykni pakan alternatif. Pakan alternatif yang dapat diberikan kepada ikan
lele antaara lain adalah ikan rucah atau ikan-ikan hasil tangkapan dari laut yang sudah
tidak layak dikonsumsi manusia, limbah peternakan ayam, limbah pemindangan ikan,
dan daging bekicot atau daging keong mas.
Karena lele tergolong karnivora atau pemakan daging, pakan yang dberikan,
baik buatan atau alami, harus mengandung daging. Pakan buatan seperti pellet
biasanya telah mengandung daging yang berasal dari tepung ikan, dengan kandungan
protein tidak kurang dari 30%. Pakan buatan dalam bentuk pellet diberikan pada lele
yang telah berukuran agak besar, yakni 30 gram ke atas. Sementara itu, lele yang
berukuran lebih kecil dapat diberi pelet, tetapi dalam bentuk tepung atau crumble
yang ukurannya lebih besar daripada tepung. Ukuran pakan buatan yang diberikan
disesuaikan dengan bukaan mulut lele. Semakin kecil bukaan mulat, semakin kecil
ukuran pakan yang diberikan.
Setiap hari pakan yang diberikan sebanyak 3-6% bobot total ikan. Menjelang
panen pakan dikurangi menjadi 2-3%. Cara pemberian pakan ditaburkan secara
merata agar semua ikan memiliki peluang yang sama. Frekuensi pemberikan pakan 3-
4 kali sehari. Pemberian pakan pada sore atau malam hari sebaiknya diberi porsi
pakan yang lebih banyak.

D. Pakan Buatan

19
Jika bahan baku cukup tersedia sepanjang tahun, pembudidaya bisa membuat
pakan sendiri secara perorangan atau kelompok. Pakan buatan yang dikeluarkan oleh
pabrik dengan harga yang bervariasi dan tergantung dari kandungan proteinnya.

1. Buatan pabrik
Pakan yang diproduksi oleh pabrik dikenal dalam bentuk pellet dengan ukuran
yang bervariasi. Saat ini negara kita cukup banyak pabrik yang memproduksi pellet.
Protein yang terkanding dalam pelet juga bermacam-macam, tergantung dari pabrik
yang memproduksinya dan jenis ikan yang akan mengkonsumsi pelet tersebut. Ada
dua macam pelet, yaitu pelet terapung dan pellet tenggelam. Pelet terapung adalah
pelet yang diberikan pada ikan, beberapa saat akan terapung di atas air kolam,
sedangkan pelet tenggelam jika diberikan kepada ikan biasanya langsung tenggelam
atau melayang beberapa saat di dalam air.

2. Buatan sendiri
Pakan buatan sendiri, sepanjang bahan baku tersedia dapat dibuat oleh
pembudidaya. Peralatan yang digunakan cukup sederhana, yang penting adalah alat
pencetak atau penggiling daging yang diputar dengan tangan. Sementara itu, bahan
-bahan yang dibutuhkan harus mengandung protein, karbohidrat, mineral, dan
vitamin. Protein dapat berasal dari dedak halus atau ampas tahu. Vitamin dan mineral
jumlahnya tidak telalu banyak dan bisa diperoleh di toko-toko yang menjual pakan
ternak.

E. Pakan alternatif
Pakan alternatif adalah pakan jenis lain yang dapat diberikan kepada ikan lele
pada kegiatan pembesaran. Pakan tesebut bukan makanan buatan pabtiik atau buatan
sendiri, tetapi pakan yang dibuat dengan memanfaatkan sisa-sisa industri peternakan,
limbah pemindangan, ikan rucah, atau berupa hama-hama yang menyerang tanaman
padi, seperti keong mas. Kelamahan pakan alternatif terdapat pada saat
pemberiannya, yakn kurang praktis jika dibandingkan dengan pakan buatan seperti
pellet.
1. Limbah peternakan
Bagi para pembudidaya lele yang lokasi budidayanya dekat dengan usaha
peternakan ayam atau budidaya tersebut terpadu, yakni antara budidaya lele dan
ayam, usaha pembesaran lele akan sangat menguntungkan. Hal ini disebabkan pakan
yang dibutuhkan lele cukup dengan memanfaatkan limbah peternakan ayam tersebut.
Pakan berupa bangkai ayam sebaiknya tidak diberikan secara langsung. Bulu-bulu
ayam harus dibuang dengan cara dibakar atau direbus. Jika ayam yang akan diberikan
terlebiih dulu dibakar, dikhawatirkan bagian dalam perut daging ayam tidak akan
masak, tetapi jika direbus, semua organ ayam akan masak, termasuk bagian
dalamnya. Jika pakan banyak yang tersisa dan membusuk, kualitas air bisa menurun.

2. Ikan rucah
Ikan rucah atau ikan-ikan hasil tangkapan dari laut yang tidak dikonsumsi
manusia merupakan salah satu pakan yang disukai lele. Ikan rucah banyak sekali

20
ditemui di daerah pantai, terutama di daerah yang dekat dengan pelelangan ikan.
Harga ikan ini relatif murah dan terjangkau bagi para pembudidaya lele. Jika
berukuran keciil dan tidak bayak mengandung duri dan tulang, ikan rucah dapat
diberikan langsung tanpa diolah terlebih dahulu. Namun, jika banyak mengandung
tulang atau duri, sebelum diberikan ikan rucah harus direbus terlebih dahulu setengah
masak untuk memisahkan daging dengan tulang atau durinya. Dedak halus dapat
ditambahkan untuk menambah gizinya. Pakan selanjutnya ditebarkan secara langsung
atau dengan cara disimpan menggunakan wadah, seperti ayakan yang ditempatkan
beberapa buah di bawah permukaan air.

3. Mogot
Ulat mogot adalah biokonversi dari bungkil kelapa sawit. Biiokonversi adalah
merubah bentuk dari produk/limbah produk/ampas agar mendapatkan nilai optimal
melalui proses biologi. Penggunaan ampas kelapa sawit untuk dijadikan mogot
dilakukan melalui proses fermentasi. Fermentasi ampas akan menarik lalat hutan
(Hermetia illucens) meletakkan telurnya. Ulat mogot menetas dari telur tersebut dan
dapat dijadikan pakan lele yang proteinnya sangat tinggi dan sangat disukai lele.

4. Keong atau Bekicot


Pakan alternatif lain yang dapat diberikan kepada lele adalah daging keong mas
atau daging bekicot. Kedua jenis hewan tersebut merupakan musuh para petani,
karena menyerang tanaman padi milik petani. Dengan demikian, sebetulnya
memanfaatkan keong mas sebagai makanan ikan lele berarti ikut pula membantu
petani dalam memberantas hama tanaman padi.
Keong mas atau bekicot tidak dapat diberikan langsung, tetapi harus dipisahkan
daging dengan cangkangnya terlebih dahulu. Caranya cukup mudah, yaitu dengan
merebus keong mas beberapa menit di dalam wadah tertentu, kemudian satu per satu
dagingnya dicongkel menggunakan alat yang runcing, sehingga terpisah dari
cangkangnya. Cara lainnya dengan memecahkan cangkangnya, kemudian mengambil
dagingnya.

F. Penanganan Hama dan Penyakit


Salah satu kendala yang sering dialami pembudidaya lele adalah serangan hama
dan penyakit. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan hama biasanya tidak sebesar
serangan penyakit. Pencegahan merupakan tindakan paling efektif dibandingkan
dengan pengobatan. Para pembudidaya yang baru bergerak di bidang budidaya lele,
tentu akan mengalami kesulitan dalam menanggulangi serangan hama dan penyakit.
Karena itu perlu tindakan pencegahan serangan hama dan penyakit.

1. Penanggulangan Hama

21
Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh, dan
mempengaruhi produktivitas, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama ini
biasanya memangsa telur hingga lele dewasa. Hama masuk ke dalam lewat tiga cara
yaitu lewat air (ikan liar, belut, katak), lewat darat (ular, katak) dan lewat udara
(burung).
Beberapa cara pencegahan yang perlu dilakukan untuk mencegah serangan
hama:
a) Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran
sebaiknya dosis pemakaiannya diperhatikan atau dipatuhi.
b) Pada pintu pemasukan dipasang saringan atau kain kasa agar hama tidak
masuk ke dalam kolam.
c) Untuk hama yang masuk lewat udra, pencegahannya dilakukan dengan
memasang jaring di atas kolam.

Selain hama, gulma yang tumbuh di permukaan air kolam juga harus
dibersihkan karena bisa menjadi saingan dalam memperebutkan unsur hara yang
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton. Sealin itu, gulma juga menghalangi
masuknya sinar matahari dan menyulitkan saat pemanenan.

2. Penanggulangan Penyakit
Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang di
dalam tubuh ikan lele, sehingga organ tubuh ikan lele terganggu. Jika salah satu atau
sebagian organ tubuh terganggu, akan mengganggu jaringan tubuh lainnya pada ikan
lele. Kemudian penyakit akan timbul dan jika terjadi ketidakseimbangan antara
kondisi lele, lingkungan, dan pathogen. Lele yang kondisi tubuhnya buruk sangat
besar kemungkinan terserang penyakit. Kondisi tubuh yang buruk dapat disebabkan
oleh berbagai hal seperti terjadinya perubahan lingkungan secara mendadak yang
membuat lele menjadi stress atau terjadi luka dan pendarahan pada tubuhnya.
Luka dan pendarahan dapat terjadi akibat penanganan yang kurang baik,
terutama saat panen dan sistem pengangkutan yang kurang tepat. Demikian halnya
dengan kondisi lingkungan, jika lingkungan kurang baik, seperti kandungan oksigen
di kolam rendah, ada gas beracun, atau terjadi pencemaran baik oleh limbah industri
maupun limbah rumah tangga.

a) Penyakit akibat bakteri


Bakteri yang menyerang lele dumbo adalah bakteri Aeromonas dan
Pseudomonas. Kedua bakteri ini bentuknya menyerupai batang berukuran sangat
kecil dan menempel pada kulit, mulut, dan sirip. Gejala penyakitnya adalah muncul
luka di kulit dan lama kelamaan akan bernanah. Lele yang terserang bakteri selalu
muncul kepermukaan air dalam posisi vertikal atau tubuhnya berputar-putar dalam
air. Jika tidak ditanggulangi, penyakit akibat bakteri bisa menyebabkan kematian
massal.
Pengendalian penyakit akibat bakteri dilakukan dengan mencampur pakan
dengan antibiotik seperti Chloramphe-nical, Terramytin atau Oxsytetracycline.
Dosisnya sebanyak 5-7,5 gram/100 kg pakan. Pemberian pakan yang telah dicampur

22
antibiotik dilakukan selama 5-15 hari. Sealin itu, penanggulangan penyakit akibat
bakteri juga bisa dilakukan dengan menaburkan Furaltadone sebanyak 50 ppm/jam.
Furaltadonesangat efektif karena cepat diserap oleh kulit dan insang sehingga bisa
digunakan untuk pencegahan ataupun pengobatan lele dumbo yang terserang bakteri.

b) Penyakit akibat jamur


Jamur saprolegnia dan jamur Achyla sering tumbuh pada lele yang terluka.
Kedua jamur ini bisa menyerang telur, lava, benih dan lele dewasa. Gejala serangan
jamur dapat diketahui dan tumbuhnya serabut seperti kapas di telur atau larva. Pada
benih lele dumbo dewasa, serabut seperti kapas ini tumbuh di kulit, mulut, dan kumis.
Gejala lele yang terserang jamur terlihat sering berputar-putar saat berenang.
Untuk benih dan lele dumbo dewasa, pengendalian penyakit akibat jamur
dilakukan dengan mencampurkan fungisida Malachite Green Oxalate sebanyak 0,05-
0,1 ppm ke dalam air kolam. Sementara itu, untuk mencegah serangan jamur pada
telur dan larva dilakukan dengan merendam induk betina ke dalam larutan
Wescodyner dengan dosis 25 ppm. Perendaman dilakukan selama 5-10 menit. Satu
jam setelah induk betina di srtipping. Selain itu, perendaman juga bisa dilakukan
menggunakan Malachite Green Oxalate yang bebas seng dengan dosis 0,10-0,20 ppm
selama satu jam, atau dengan dosis 5-10 ppm selama 15 menit.

c) Penyakit akibat parasit


Parasit penyebab penyakit pada lele adalah protozoa (jenis Costia,
Chilodonella, dan Trichadina) dan trematoda (jenis Dactylogyrus dan Gyrodoctylus).
Gejala serangan parasit dapat diketahui dari munculnya lapisan lendir berwarna
kelabu di kulit lele dumbo. Lele yang terserang penyakit sering terlihat muncul ke
permukaan air dengan posisi vertikal atau terlihat menggesek-gesekkan tubuh dan
kepalanya ke pinggiran kolam. Penyakit akibat parasit bisa menyebabkan kematian
massal pada lele dumbo. Penanggulangannya dilakukan dengan mencampurkan
formalin sebanyak 25 ppm ke dalam air kolam.

MATERI POKOK 3.

PEMBESARAN DI KOLAM TERPAL

Teknologi kolam terpal berkembang dari budidaya lele. Kolam terpal pertama
kali ditemukan dan diujicobakan pada tahun 1999. Tujuannya adalah apabila banjir
ikan tidak hilang hanyut terbawa banjir ini. Kini, budidaya terpal telah berkembang di
beberapa daerah dan penggunaanya tidak lagi terbatas pada komoditas ikan lele,
tetapi juga gurame (Osphoronemus gouramy), patin (Pangasius nilatica), belut
(Monopterus albus), lobster air tawar (Cherax sp), dan berbagai ikan hias.

A. Lokasi untuk Kolam Terpal

23
Kolam terpal merupakan salah satu alternatif teknologi budidaya yang
diterapkan pada lahan sempit, lahan minim air, atau lahan yang tanahnya porous,
terutama tanah berpasir. Artinya kolam terpal merupakan salah satu solusi untuk
pengembangan budidaya ikan di lahan kritis dan sempit. Manfaat lahan sempit atau
kritis untuk pembangunan kolam terpal perlu beberapa pertimbangan, antara lain:

1. Pertimbangan teknis
Kolam terpal dapat dibangun di beberapa tempat, termasuk di halaman rumah,
bekas garasi mobil, atau bekas gedung. Beberapa faktor yang perlu di pertimbangkan
dalam membangun kolam terpal adalah sebagai berikut:
a) Ada sumber air untuk mengisi kolam terpal. Sumber air tersebut dapat
berasal dari air sumur, air PAM, air hujan yang ditampung, dan lain-lain
yang layak digunakan. Lebih ideal lagi jika kolam terpal mendapat pasokan
dari sungai, saluran irigasi, waduk, atau danau.
b) Ketiinggian lokasi perlu diperhatikan karena terkait dengan suhu air. Untuk
budidaya ikan lele, ketinggian yang cocok adalah 0-700 m dpl.
c) Ukuran ikan lele yang hendak dipelihara perlu diperhatikan karena terkait
dengan kedalaman air di dalam kolam, misalnya benih lele cocok
dipelihara pada kedalaman air 30-40 cm. Untuk menampung air sedalam
40 cm, cukup dibuat kolam dengan ketinggian atau kedalaman sekitar 60
cm.
d) Dasar tanah untuk peletakankolam terpal harus rata, begitu pula kerangka
yang digunakan tidak berbahaya tajam yang dapat membuat terpal sobek.
Bila tanah tidak rata, sebaiknya diberi lapisan dari pelepah batang pisang
atau sekam padi. Selain berfungsi untuk mertakan tanah, kedia bahan dapat
menstabilkan suhu.
e) Untuk kolam yang dibangun di daerah pemukiman penduduk, perlu
dipikirkan penangan limbah air kolam. Diupayakan penampungan untuk
buangan air limbah sehingga air limbah dari pemeliharaan ikan dapat
diolah lebih dahulu sebelum dibuang ke saluran umum. Selain itu, dapat
pula membangun bak atau sumur resapan untuk menampung limbah ynag
di buang, atau membangun saluran permanen, yang terhubung langsung
dengan sungai atau kanal besar.

2. Pertimbangan sosial-ekonomi
Budidaya ikan lele di kolam terpal juga perlu dipertimbangkan faktor sosial
ekonomi, antara lain:
a) Lokasi yang dipilih untuk memelihara lele dengan kolam terpal bukanlah
lokasi sengketa. Sekalipun kolam terpal mudah dibongkar dan dipindahkan,
namun sebaiknya lokasi yang dipersengketakan tidak dipilih karena dapat
merugikan.
b) Dekat dengan daerah pengembangan budidaya ikan leel sehingga memudahkan
memperoleh induk atau benih.
c) Tersedia saran dan prasarana transportasi yang memadai untuk memudahkan
pengadaan alat, bahan, transportasi benih, hasil panen dan lain-lain.

24
d) Adanya alat dan bahan disekitar lokasi atau pengadaanya mudah.
e) Pasar cukup terbuka untuk menampung produksi, baik pasar lokal maupun
pasar ekspor, serta harga yang cukup memadai.
f) Lokasi cukup aman dari berbagai gangguan, baik hewan-hewan liar maupun
gangguan manusia (pencurian). Atau ada cara efektif untuk mengatasi
gangguan tersebut.
g) Adanya dukungan dari pihak-pihak terkai, misalnya permodalan dan lain-lain.
Unutk pembudidaya ikan kecil, dukungan juga dapat berupa penyuluhan teknis
dan pemasaran hasil.

B. Membuat Kolam
Sesuai dengan namanya, kolam terpal adalah kolam yang keseluruhan
bentuknya dari bagian dasar hingga sisa-sisa dindingnya menggunakan bahan utama
berupa terpal. Selain berbentuk kolam tanah atau kolam tembok, kolam terpal juga
dapat berbentuk bak, tetapi disokong dengan kerangka dari bambu, kayu atau besi.
Jika dibandingkan dengan kolam lain (kolam tembok), kolam terpal lebih
praktis, harganya terjangkau, dan dapat dipindahkan karena tidak permanen.
Sewaktu-waktu, pemilik kolam atau pemilik tanah juga dapat mengalihfungsikan
lokasi tersebut. Biaya pembongkaran kolam terpal juga tidak mahal dan mudah
membongkarnya.

1. Jenis kolam terpal


Berdasarkan peletakannya, kolam terpal terdiri dari:
a) Kolam terpal di atas permukaan tanah
Kolam terpal di atas permukaan tanah adalah kolam yanng dibangun
dengan tanpa menggali atau melubangi permukaan tanahnya. Kolam terpal jenis
ini lebih cocok dibangun di lahan yang miskin air, di tanah relatif datar, dan di
tanah berpasir, tetapi luasnya mencukupi. Konstruksi kolam yang dibangun di
atas permukaan tanah dapat menggunakan kerangka dari bambu, kayu, pipa besi,
atau batako/batu bata.

b) Kolam terpal dibawah permukaan tanah


Kolam terpal di bawah permukaan tanah perlu melubangi atau menggali
tanah untuk memendam sebagian atau seluruhnya kolam terpal. Bila kolam terpal
yang dimasukkan ke dalam hanya sebagian saja maka keliling kolam harus diberi
kerangka dari kayu, bambu, besi, atau batu bata untuk menyangga sisi atau tepi
kolam. Jika kolam ditanam seluruhnya dalam tanah maka terpal harus diikat
dengan pasak di sepanjang tepian lubang atau pada ujung terpal dilipat dan
ditindih dengan batu bata, kayu atau pot tanaman. Kolam terpal di bawah
permukaan tanah, sealin berfungsi menghemat air agar tidak merembes, juga
mencegah berbagai organisme tanah yang melubangi kolam. Suhu air pada kolam
terpal yang dibangun di bawah permukaan tanah juga lebih stabil. Berdasarkan
bahan dan cara pembutannya, terutaa dinding atau kerangka kolam, ada beberapa
jenis kolam terpal antara lain:
 Kolam terpal dengan kerangka bambu, kayu, atau besi.

25
 Kolam terpal dengan kerangka dinding batako atau batu bata.
 Kolam terpal dengan dinding tanah.
 Kolam beton atau kolam tanah berlapis terpal.
Kolam 1 dan 2 merupakan kolam di atas permukaan tanah, kolam 3 adalah
kolam di bawah permukaan tanah, sedangkan kolam 4 dapat berupa kolam bawah
permukaan tanah atau di atas permukaan tanah.

2. Bahan dan Alat


Bahan-bahan untuk membuat kolam terpal mudah didapatkan di toko bahan
bangunan. Demikian pula alat-alat tersebut merupakan alat-alat yang umum
digunakan dalam rumah tangga. Berikut beberapa bahan dan alat yang dibutuhkan
untuk membuat kola terpal.
 Plastik terpal
Plastik terpal yang digunakan haruslah memiliki ketebalan yang memadai dan
mampu menahan tekanan air. Ketebalan terpal yang biasa digunakan adalah
ukuran A5 dan A6 dengan masa pemakaian mencapai 5 tahun.
 Kayu, bambu, atau besi
Untuk membuat kerangka kolam terpal yang dibangun di atas permukaan tanah
dibutuhkan kayu, bambu, atau pipa. Untuk tiang sebaiknya digunakan bambu
bulat dan untuk penyangga horizontal dapat berupa bambu yang dibelah.
 Papan, seng, atau asbes
Pipa seng, datau asbes juga bisa digunakan untuk membuat dinding kolam.
 Pipa paralon
Untuk mengatur ketinggian air dan memudahkan pengeringan kolam, diperlukan
pipa atau selang sebagai saluran pembuangan. Pipa paralon atau PVC umum
digunakan sebagai saluran. Untuk kolam terpal berukuran 4x6 m, dapat
menggunakan pipa paralon berdiameter 4 inci. Bila kolam yang dibangun kecil,
cukup menggunakan pipa paralon 2 atau 3 inci. Paralon sebaiknya dilengkapi
dengan bengkokan pipa (knee).
 Paku kawat, dan tali
Paku, kawat dan tali berfungsi sebagai bahan untuk menyambung atau
memperkuat kerangka kolam pada saat dibangun.
 Alat kerja
Untuk membuat kolam terpal, dibutuhkan berbagai peralatan sesuai dengan
kebutuhan, seperti gergaji, parang, pahat, palu, dan gunting. Untuk menggali
tanah saat membangun kolam terpal di bawah permukaan tanah, dibutuhkan
cangkul, sekop dan linggis.

C. Konstruksi Kolam
Membuat kolam terpal sangat praktis dan biasanya pun murah karena kolam
terpal yang dibangun tersebut hanya membutuhkan waktu beberapajam dan tenaga
kerja yang sedikit. Bahan untuk kolam terpal dapat diperoleh di toko bahan
bangunan.

26
1. Kolam terpal dengan kerangka bambu dan kayu
Kolam terpal dengan kerangka bambu atau kayu adalah kolam terpal yang dibuat
di atas permukaan tanah. Ukuran kolam disesuaikan dengan luas lahan yang tersedia.
Umumnya kola mm yang dibuat disesuaikan dengan ukuran terpal, misalnya ukuran
kolam 2 x 3 x 1 m, 4 x 5x 1 m, 6 x 4 x 1 m atau 4 x 8 x 1 m. Langkah-langkah
pembuatan kolam terpal dengan kerangka bambu atau kayu adalah sebagai berikut:
a. Persiapkan lahan untuk kolam terpal, bersihkan dari benda-benda yang dapat
mengganggu misalnya rumput atau pepohonan, dan ratakan tanah.
b. Jika tanah tidak rata karena miring maka tanah diratakan dengan menggunakan
pelepah pisang atau sekam padi.
c. Siapkan tonggak/tiang dari bambu atau kayu, kemudian tancapkan tiang utama
di setiap sudur kolam.
d. Untuk pembuatan kerangka, bambu atau kayu yang telah dipilih dapat
dipotong-potong sesuai ukuran kolam terpal yang akan dibuat. Digunakan paku
ukuran 7 atau 9 cm untuk menyatukan kerangka dengan tiang penyangga atau
dapat juga diikat dengan menggunakan tali atau kawat.
e. Untuk membuat dinding, dapat menggunakan bambu, kayu, atau papan.
f. Jika kerangka sudah terbentuk, misalnya kotak berukuran 6 x 4 x 1 m maka
perlu diatur kemiringan ke salah satu untuk memudahkan pengeringan
kolamdan pemanenan ikan.
g. Setelah kerangka kolam selesai, selanjutnya memasang plastik terpal. Siapkan
terpal sesuai ukuran kolam. Untuk kolam yang berukuran 6 x 4 x 1 m,
digunakan terpal 8 x 6 m. Sedangkan untuk kolam ukuran 4 x 5 x 1 m,
digunakan terpal ukuran 6 x 7 m. Terpal dipasang dengan baik hingga merapat
ke tepi. Bagian sudut dapat dilipat.
h. Pada salah satu sudut yang telah di atur kemiringannya, dipasang paralon
sebagai saluran pembuangan air. Terpal disobek sedikit dengan cara
mengguntingnya berbentuk bintang agar dapat dipasang bengkokan pipa (knee)
i. Selanjutnya, kolam terpal diisi dengan kebutuhan pemeliharaan ikan. Kolam
terpal diperiksa untuk memastikan bahwa kolam kokoh dan tidak ada
kebocoran terbal.

2. Kolam terpal dengan kerangka pipa atau besi


Kolam terpal dengan kerangka pipa atau besi juga merupakan kolam terpal di atas
permukaan tanah. Pembuatan kolam hampir sama dengan pembuatan kolam dengan
kerangka kayu atau bambu. Teknik pembuatannya saja yang sedikit berbeda. Berikut
ini urutan pembuatan kolam dengan kerangka pipa atau besi:
a. Lahan dipersiapkan dan tanah diratakan.
b. Jika menggunakan pipa ledeng maka panyambungan pipa harus menggunakan
bengkokan pipa, bila menggunakan besi siku, dapat dilakukan dengan
menggunakan cara gilas.
c. Kerangka yang sudah terbentuk selanjutnya di pasangi dinding dari kawat
anyam, kemudan dipasangi plastik terpal.

27
d. Selanjutnya dipasangi pipa paralon atau PVC.

3. Kolam terpal dengan dinding batako


Kolam terpal dengan dinding batako juga merupakan kolam terpal diatas
permukaan tanah. Pembuatan kolam terpal seperti ini sangat sederhana karena hanya
membutuhkan dinding penahan berupa batako atau batu bata. Berikut urutannya:
a. Lahan dipersiapkan dan ditanam diratakan.
b. Selanjutnya batako disusun membentuk fondasi atau pematang kolam dengan
ketinggian yang diinginkan. Lebar batako lebih baik minimal 40 cm.
c. Jika kolam sudah terbentuk selanjutnya dipasangi plastik terpal.
d. Selanjutnya, dipasangi pipa paralon PVC dan siap diisi air.

4. Kolam terpal dengan dinding tanah


Kolam terpal dengan dinding tanah adalah kolam terpal dibawah permukaan tanah.
Biasanya jenis kolam ini dibangun diatas tanah porous. Kelebihannya adalah suhu air
lebih stabil dibandingan dengan kolam terpal yang dibangun diatas permukaan tanah.
Urutan-urutan pembuat kolam terpal dengan dinding tanah adalah sebagai berikut:
a. Sipakan lahan untuk kolam terpal dan bersihkan dari benda-benda yang
mengganggu misalnya rumput atau semak-semak
b. Jika ingin membuat kolam terpal ukuran 6 x 4 m maka perlu dilakukan
penggalian tanah sedalam 50-60 cm. rapihkan galian dan bentuk pematang.
c. Jika kolam sudah terbentuk maka plastik terpal ukuran 8 x 6 m diap dipasang.
Pasang terpal hingga merapat ke tepi bagian atas terpal dapat dijepit atau
ditimbun dengan tanah agar tidak terkulai.
d. Selanjutnya, pasang pipa paralon atau PVC dan siap diisi air.
e. Untuk mencegah kolam dari banjir ketika terjadi hujan deras dibuat tanggul
penahan yang tinggi.

5. Kolam beton atau kolam tanah berlapis terpal


Kolam beton atau berlapis tanah atau terpal dapat berupa kolam yang dibangun di
atas permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah. Kolam beton yang berlapis
plastik biasanya mengalami retak atau bocor, sedangkan tanah yang dilapisi plastik
biasanya tanahnya porous atau kolam yang bocor. Berikut ini cara membuat kolam
tanah yang berlapis plastik:
a. Tentukan kolam yang dilapisi terpal dan dilapisi dari benda-benda yang
dianggap mengganggu.
b. Pastikan di dalam kolam tidak terdapat air saat hendak memasang terpal
sehingga saat dipasang terpal tidak menggelembung.
c. Ukuran kolam biasanya sangat luas sehingga terpal yang tersedia tidak
sesuai. Untuk mengatasinya, terpal dapat disambung dengan menggunakan
lem atau pres.
d. Pasang terpal hingga merapat ke tepi, lalu lipat dibagian sudutnya sehingga
tampak rapi. Bagian atas terpal dijepit dengan kayu atau ditindih dengan
batako.
e. Pasang pipa paralon PVC ynag telah ditentukan dan kolam siap diiss air.

28
D. Pemberian Pakan
Kegiatan budidaya lele dilakukan untuk menghasilkan lele konsumsi, permintaan
dalam negeri biasanya ukuran 8-10 ekor/kg. Sedangkan ukuran ekspor rata-rata
sekitar 2 ekor/kg. Jumlah benihnya yang ditebar rata-rata 100-300 ekor/m2 dengan
kedalaman sekitar 80-100 cm bisa mencapai 500 ekor/m 2 dengan pemberian
probiotik. Lele diberi pakan pellet 3-4% dari bobot biomassa diberikan 2-3 kali
sehari.
Pellet yang dibberikan kepada lele minimal mengandung protein 20%. Pakan
dengan kandungan protein 25-28% cukup memadai untuk memacu pertumbuhan lele,
karena lele adalah ikan yang rakus, maka dapat pula diberikan pakan tambahan
berupa daging bekicot, ikan rucah, bangkai aya yang telah direbus atau dibakar dan
daging hewani lainnya. Selama 2,5 bulan pemeliharaan, iakn dapat mencapai ukuran
8-12 ekor/kg.
Agar membuat ikan kebal terhadap serangan penyakit, dapat digunakan vitamin C
dosis 250-500 mg/kg berat tubuh selama beberapa hari. Atau menggunakan probiotik
sebagai imunostimulan, misalnya lipo polisakarida 10 mg/l untuk mempertahankan
stamina ikan.
Sebagaimana pendederan, kolam terpal pada pembesaran juga harus dijaga
kebersihannya sehingga tidka menjadi sarang penyakit. Sisa pakan dan kotoran ikan
di dasar kolam terpal secara rutin dibersihkan dengan melakukan penyifonan setipal
20-30 hari sekali.

1. Waktu pemberian pakan


Waktu pemberian pakan dapat dilakukan pagi, siang, sorem atau malam hari,
hanya frekuensinya yang berbeda. Pemberian pakan yang teratur dimaksudkan untuk
mendisiplinkan waktu makan ikan.

2. Jumlah (porsi) pakan


Jumlah pakan adalah porsi atau banyaknya pakan yang dibutuhkan dan harus
diberikan pada ikan. Biasanya, hitung dalam persen per hari berat (bobot)
keseluruhan jumlah ikan dalam kolam. Ikan lele membutuhkan pakan 15-30% per
berat total ikan dalam kolam tergantung dari ukuran ikan. Pada umur ikan 20-30 hari,
lele membutuhkan pakan 90 hari ke atas, membutuhkan pakan sebanyak 4-3% bobot
tubuh/hari. Pakan yang diberikan harus berkualitas baik. Minimal menggandung 25%
protein.
Tabel 8. Jumlah pakan yang diberikan pada ikan lele

Umur ikan lele


Dosis pemberian pakan (% bobot tubuh/hari)
(hari)
20-30 20-15
31-40 15-10
41-55 7-5
56-90 4-3

29
91-dst 4-3
Kordi (2010)

Pembudidaya sebaiknya melakukan pengamatan jumlah pakan setiap 2 minggu


sekali. Pengamatan ini dapat dilakukan saat sedang memberikan pakan pada ikan.
Caranya, bila ikan sudah terlihat kenyang, pemberian pakan dhentikan dan hitung
jumlah kilogram pakan yang diberikan dalam sehari (A). Selanjutnya tangkap
beberapa ikan sambel cukup (10-15 ekor) kemdian hitung bobot rata-ratanya. Dengan
mengalikan bobot rata-rata ikan dengan jumlah keseluruhan ikan di dalam kolam
dapat dihitung bobot ikan dalam wadah (B). Selanjutnya rumusnya A/B x 100%,
dapat diketahui persentase pakan yang harus diberikan (C%).
Selama kebutuhan porsi tetap, ikan boleh diberikan pakan sesuai porsi C% dari
total berat ikan. Minggu-minggu selanjutnya, porsi pakan dapat berubah naik atau
turun sehingga porsi pakan yang diberikan juga harus diubah sesuai kenaikan dan
penurunannya. Bagi pembudidaya ikan atau teknisi yang berpengalaman, jumlah
pakan untuk ikan selalu berpatokan pada saat ikan-ikan terlihat kenyang (dihentikan
kira-kira 15 menit setelah ikan-ikan tidak mau makan).

3. Frekuensi pemberian pakan


Frekuensi pemberikan pakan adalah banyaknya waktu pemberian pakan dalam
sehari, mungkin 1,2, atau 3 kali atau lebih sering lagi. Frekuensi pemberian pakan ini
berhubungan dengan frekuensi lapar ikan. Kadang frekuensi pemberian pakan ini
diatur untuk memacu pertumbuhan ikan. Pemberian pakan sedikit demi sedikit,
namun dengan frekuensi yang lebih sering akan membuat ikan tidak lekas kenyang
dan nafsu makan ikan tetap terjaga. Dengan demikian jumlah atau porsi makan yang
dimakan ikan dapat lebih banyak sehingga pertumbuhan ikan akan lebih cepat.

4. Tempat pemberian pakan


Tempat pemberian pakan adalah letak atau posisi pakan itu harus diberikan. Pakan
itu dapat diberikan pada satu tempat, selain untuk menjamin semua ikan mendapatkan
pakan dalam porsi yang cukup. Letak pemberian pakan yang tepat juga dimaksudkan
untuk mengefisiensikan jumlah pakan yang diberikan.
Ikan selalu mengingat waktu dan tempat dimana setiap kali diberi pakan. Oleh
karena itu, ikan-ikan selalu menunggu ditempat pemberian pakan bila waktu
pemberian pakan. Dengan mendisiplinkan ikan dalam pemberian pakan, baik waktu
maupun tempat, pakan dapat dimanfaaatkan secara efisien.
Untuk mengefisienkan pakan, menjaga lingkumgan hidup tetap baik (tidak terjadi
penimbunan pakan di dasar kolam), serta menekan biaya produksi dan untuk
mengjindari kerugian yang lebih besar yang akhirnya dapat mengambil keuntungan
yang sebesar-besarnya, penerapan teknik pencari ikan yang tepat harus benar-benar
dilakukan.

Tabel 9. Syarat mutu pakan ikan lele dumbo

No Jenis uji Satuan Persyaratan

30
(as feed) Benih Pembesaran Induk
1 Kadar aiir, maks % 12 12/12 12
2 Kadar abu, maks % 13 13/13 13
3 Kadar protein, min % 30 28/25 30
4 Kadar lemak, min % 5 5/5 5
5 Kadar serat kasar, maks % 6 8/8 8
6 Non protein nitrogen, maks % 0,2 0,2 0,2
7 Diameter pellet mm <2 2,3-3,4 >4
8 Floating rate, min % 80 80 80
9 Kestabilan dala air Menit 15/5 15/5 15/5
mengapung/tenggelam, min
10 Kandungan mikroba/toksin Ppb/kol/g <50 (neg) <50 (neg) <50 (neg)
1. Alfatoksin
2. Salmonella
11 Kandungan antibiotik Mirkrogra 0 0 0
terlarang m/kg
1. Nitrofauran
2. Ronisozol
3. Dapson
4. Kloramfenikol
5. Kolikisin
6. Klorpromazon
7. Triklorfon
8. Dimetildazol
9. Metronidazol
10. Aristolochia spp

E. Simulasi Usaha
Simulasi usaha pembesaran ikan lele yang dilakukan di koam terpal adalah sebagai
berikut:
1. Luas lahan. Luas lahan yang digunakan tidak lebih 100 m 2. Lahan seluas tersebut
dapat disisakan sedikit untuk jalan inspeksi dan penanganan operasional produksi.
2. Wadah pembesaran berupa kolam terpal berukuran 3 m x 5 m x 1 m. satu unit
wadah teradapat 6 kolam pembesaran.
3. Sarana dan Prasarana
a. Prasarana
i. Pengadaan benih ukuran 5-7 cm yang siap tebar
ii. Perbaikan/Pembuatan kolam
iii. Pengadaan peralatan: Thermometer, pH meter/kertas lakmus, pompa air.
b. Sarana
i. Pakan induk berupa pellet dengan kandungan protein 28-30%. Pakan
diberikan sebanyak 2-3% berat ikan dengan frekuensi 3 kali sehari. Selama
pemeliharaan hingga panen lele dapat diberipakan pellet buatan pabrik,
meramu sendiri, atau pakan dari ikan atau binatang yang dicincang. Jika

31
menggunakan pakan pellet dan tidak tepat konversinya dapat menyebabkan
biaya pemeliharaan tinggi.
ii. Oba-obatan.
4. Tenaga kerja yang digunakan 1 orang untuk operasional.
5. Jumlah benih yang ditebar dengan kepadatan 150 ekor/m2.
6. Frekuensi pembesaran 4-6 kali setahun.
7. Jumlah ikan yang dihasilkan dengan ukuran 8-10 ekor/kg dan tingkat kehidupan
ikan 90% adalah (13.000 x 90%): 8 = 1.519 kg.
8. Siklus periode pembenihan ikan lele 2-3 bulan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, V., Hati. F.S. 2016. Formulasi bubur bayi MPASI yang diperkaya hidrolisat
protein ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Gizi dan Dietetik
Indonesia. 4(2): 88-96.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. SNI: 01.6484.2-2000. Induk Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus x C. fuscus) Kelas Induk Pokok (Parent Stock). BSN.
Jakarta.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. SNI: 01.6484.3-2000. Induk Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus x C. fuscus) Kelas Induk Pokok (Parent Stock). BSN.
Jakarta

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. SNI: 01.6484.4-2000. Induk Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus x C. fuscus) Kelas Induk Pokok (Parent Stock). BSN.
Jakarta

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. SNI: 01.4087-2006. Pakan Buatan untuk Ikan
Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada Budidaya intensif. BSN. Jakarta

Kordi, M.G.H.K. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal. Lily Publiser.
Yogyakarta. 114 hal.

Mahyudin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.


171 hal.

Mahyudin, K. 2011. Pembesaran Lele di Berbagai Wadah Pemeliharaan. Penebar


Swadaya. Jakarta. 84 hal.

Saidin, M. Kandungan kolesterol dalam berbagai bahan makanan hewani. Buletin


Penelitian Kesehatan. 27 (2).

Sarah. E.D.S. 4 manfaat konsumsi ikan lele, proteinnya lebih tinggi dari susu.
Tempo.co. ed. Tarigan. E. 2019-4-13.https://gaya.tempo.co/read/1184678/4-
manfaat-konsumsi-ikan-lele-proteinnya-lebih-tinggi-dari-susu.

Thaib, E.A., Mulyanto. 2011. Budidaya Ikan Lele. Pusat Penyuluh Kelautan dan
Perikanan. Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan. Kementerian
Kelautan dan Perikanan.

33

Anda mungkin juga menyukai