DAFTAR ISI................................................................................................................................................i
DAFTAR TABEL........................................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................................ii
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Deskripsi Singkat Modul Pelatihan..................................................................................................2
C. Tujuan Pelatihan..............................................................................................................................2
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok...............................................................................................2
PEMBESARAN DI KOLAM TANAH DAN KOLAM TEMBOK..........................................................16
A. Pembesaran di Kolam Tanah.........................................................................................................16
B. Pembesaran di Kolam Tembok......................................................................................................17
C. Pemberian Pakan...........................................................................................................................18
D. Pakan Buatan.................................................................................................................................18
E. Pakan alternatif..............................................................................................................................19
F. Penanganan Hama dan Penyakit....................................................................................................20
PEMBESARAN DI KOLAM TERPAL....................................................................................................22
A. Lokasi untuk Kolam Terpal...........................................................................................................22
B. Membuat Kolam............................................................................................................................23
C. Konstruksi Kolam..........................................................................................................................25
D. Pemberian Pakan...........................................................................................................................27
E. Simulasi Usaha..............................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................31
DAFTAR TABEL
A. Latar Belakang
Lele merupakan komoditas perikanan budidaya global. Lele merupakan salah
satu komoditas budidaya yang diekspor ke seluruh dunia dalam berbagai produk
diantaranya daging sayat (fillet), utuh (whole around), tanpa kepala (headless) tanpa
insang dan isi perut (whole gill gutted/GG) dan daging lumat (surimi). Ikan lele
ukuran ekspor berukuran sekitar 500 g/ekor. Beberapa negera eksportir ikan lele dari
Indonesia diantaranya adalah Taiwan, Singapura, Hongkong, Jepang, Belanda,
Prancis, Italia, Spayol, USA, Turki, Emirat Arab, dan Afrika Selatan (Mahyudin
2008).
Permintaan ikan lele di dalam negeri sendiri termasuk sangat tinggi mengingat
telah berkembangnya usaha kuliner warung tenda pecel lele yang tersebar diseluruh
provinsi di Indonesia. Pada umumnya permintaan ikan lele untuk warung tenda pecel
lele di dalam negeri yaitu ikan lele dengan ukuran berat 100 g -125 g atau 8-10
ekor/kg. Tingginya permintaan ikan lele untuk warung pecel ikan lele di dalam negeri
menunjukkan bahwa ikan lele sangat digemari sebagai ikan konsumsi untuk berbagai
kalangan masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu, pangsa pasar ikan lele selalu
meningkat.
Ikan lele memiliki nilai gizi yang sangat baik bagi manusia. Kandungan gizi
ikan lele diantaranya adalah protein, fosfor, potasium, natrium, dan omega 3. Nilai
protein ikan lele lebih tinggi dibanding dengan protein dalam susu dan daging sapi.
Kandungan fosfor yang tinggi dalam ikan lele yang mencapai 168 g/ 100 g ikan lele
membuat fosfor pada ikan lele lebih tinggi dari telur. Fosfor bermanfaat bagi ibu
hamil untuk merangsang pertumbuhan tulang pada janin, ditambah dengan adanya
omega 3 yang juga bermanfaat untuk membantu pertumbuhan otak janin
(Tempo.com, 2019/4/13). Penggunaan ikan lele sebagai tambahan pada formulasi
MPASI dengan batas 25% juga baik bagi bayi karena mengandung asam amino dan
memiliki daya cerna yang baik (Aprilia, 2016). Tidak hanya bagi ibu hamil dan bayi
saja ikan lele juga baik dikonsumsi oleh orang dewasa yang memiliki gangguan
kolestrol karena kolestrol pada ikan lele lebih rendah dibanding sumber protein
hewani lainnya seperti daging ayam, sapi, telur, dan seafood (Saidin, 1999). Dengan
banyaknya manfaat dari kandungan ikan lele bagi kesehatan ibu hamil dan bayi maka
konsumsi ikan lele juga bisa membantu penyelesaian permasalahan stunting di
Indonesia.
Melihat banyaknya permintaan ikan lele baik dari sisi ekspor maupun konsumsi
dalam negeri, maka kegiatan budidaya ikan lele sangat berpotensi untuk
dikembangkan sebagai bentuk usaha masyarakat. Ditambah dengan mudahnya cara
budidaya ikan lele dibanding jenis ikan lainnya seperti nila, gurame, patin dan
lainnya. Ikan lele merupakan ikan yang memiliki daya tahan hidup sangat tinggi
karena memiliki alat pernapasan labirin (Aboresen) yang membuat ikan lele dapat
mengambil oksigen dari udara selain itu juga lele merupakan ikan yang tidak pilih-
pilih pakan.
Jenis ikan lele yang ada di pasaran saat ini ada beberapa macam yaitu: Ikan lele
lokal (Clarias batracus) biasanya hasil tangkapan dari alam, hasil dari budidaya
1
jumlahnya sangat sedikit, ikan lele dumbo merupakan hasil kawin silang antar lele
Afrika Clarias gariepenus dengan lele Taiwan Clarias fuscus, Lele phyton
merupakan hasil kawin silang antara lele dumbo F2 betina dari Thailand (F2089CPP)
dengan lele dumbo F6 Jantan asal Indonesia, Lele sangkuriang 1 merupakan hasil
kawin lele dumbo F2 betina Indonesia denga F6 jantan Indonesia menghasilkan F2 F6
jantan, selanjutnya F2 F6 jantan dikawinkan dengan F2 betina lain, anaknya disebut
lele sangkuriang, Lele sangkuriang 2 merupakan jenis lele yang dirilis tahun 2012
sama dengan lele sangkuriang 1 tetapi induk pokoknya asli Clarias gariepenus yang
dikirim langsung dari Kenya tanpa dikawin silangkan dengan lele Taiwan (Clarias
fuscus), tetapi dengan induk sesama Clarias gariepenus. Lele sangkuriang 2 ini
pertumbuhannya lebih cepat dibanding lele sangkuriang 1.
Permasalahan pada budidaya ikan lele selama ini terjadi pada keamanan pangan
(food safety) dan citra pangan atau (food image). Sehingga higienitas pembudidayaan
ikan lele sangat perlu diperhatikan oleh pembudidaya. Demikian juga untuk promosi
produk ikan lele juga perlu ditingkatkan untuk meningkatkan citra produk ikan lele di
mata konsumen. Upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi isu permasalahan
dalam pembudidayaan lele diantaranya adalah budidaya ikan lele tidak boleh
dilakukan dengan kolam comberan, kolam tempat pembuangan limbang rumah
tangga, memberi pakan bangkai, kotoran hewan dan lain-lain secara langsung tanpa
melalui proses keamanan pakan dan kesehatan terlebih dahulu.
C. Tujuan Pelatihan
Tujuan modul pelatihan ini yaitu untuk memberikan pedoman bagi
pembudidaya ikan lele terkait metode pembudidayaan ikan lele yang sesuai dengan
standar yang berlaku. Meningkatkan kecermatan dan kemampuan telusur induk yang
akan dipijahkan untuk mencegah penurunan kualitas benih. Memahami kualitas benih
sehingga dapat memperoleh keuntungan dalam kegiatan usaha pembesaran ikan lele.
Memberikan pengetahuan tentang metode pembesaran ikan lele di wadah dan
pemberian pakan yang standar agar citra ikan lele dimata konsumen tetap tinggi.
2
2. Pembesaran di Kolam Tanah dan Kolam Tembok
i. Pembesaran di Kolam Tanah
ii. Pembesaran di Kolam Tembok
iii. Pemberian Pakan
iv. Pakan buatan
v. Pakan Alternatif
vi. Penanggulangan hama dan penyakit
3. Pembesaran di Kolam Terpal
i. Lokasi Kolam Terpal
ii. Membuat Kolam
iii. Pemberian Pakan
iv. Simulasi usaha pembesaran
MATERI POKOK 1.
PEMBENIHAN
i. Lokasi
Usaha buidaya ikan lele tidak memerlukan persyaratan yang ketat seperti pada
jenis ikan lainnya. Sebagai indikator kalau lahan yang cocok untuk budidaya ikan
lain, maka lahan tersebut juga pasti coock untuk ikan lele. Namun agar usaha
berkesinambungan dalam pemilihan lokasi untuk pembudidayaan ikan lele harus
dipertimbangkan hal sebagai berikut:
1. Lokasi berada pada daerah yang bebas banjir dan bebas pengaruh pencemaran
2. Tanah dasar kolam merupakan tanah yang stabil warna kehitaman yang
memiliki tekstur 50-60% lempung, lebih kecil dari 20% pasir dan sisanya
serbuk bahan organik.
3. Keasaman (pH) tanah lebih dari 5.
4. Sumber air tidak tercemar dan tersedia sepanjang tahun.
3
5 Amoniak (NH3) mg/l <0,01
Sumber: SNI 01-6484.3-2000
ii. Induk
Induk lele dumbo adalah ikan hibrida (hasil kawin silang). Pembenihan induk
untuk jenis ikan hibrida itu harus sangat hati-hati, bila salah mungkin benih yang
dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu bagi pelaku utama
pembenihan ikan lele harus rajin berkonsultasi dengan pemerintah untuk
mendapatkan induk yang bermutu, dalam hal ini pemerintah telah membuat jejaring
pengembangan induk ikan lele (Pusiena) (Tabel 2.)
Penggunaan bahan:
Pakan : Pellet (dosis dan frekuensi pemberian lihat tabel 3)
Obat dan bahan kimia : Antibiotik (jika diperlukan, oksitetrasikindengan
dosis 5 mg/l-10 mg/l, kalium permanganat 1 mg/l
3 mg/l, formalin 25 ppm, garam 500 mg/l – 1000
4
mg/l dengan caraperendaman selama24 jam.
Pupuk organik : dengan dosis 500 g/m3
Kapur tohor : dengan dosis 50-100 g/m3
a. Persyaratan Induk
1. Kriteria kualitatif
i. Asal : Hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas
induk dasar.
ii. Warna : Bagian atas kepala berwarna hijau kehitaman, bagian punggung atas
sampai pangkal ekor berwarna hijau kecoklatan dengan loreng berwarna
coklatkehitaman, mulai kepla bagian bawah sampai ke pangkal ekor berwarna
putihkeruh.
iii. Bentuk : Bagian kepala pipih horizontal, bagian badan bulat memanjang dan
bagian ekor pipih vertikal.
iv. Kesehatan : Anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan
tidak ada Kelainanbentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak, tubuh tidak ditempeli
jasad pathogen,insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut,
tutup insang normal dan tutup berlendir.
v. Gerakan : Lamban dan jinak.
2. Kriteria kuantitatif
Tabel 4. Kriteria Kuantitatif Sifat Reproduksi
Jenis kelamin
Kriteria Satuan
Jantan Betina
Umur induk Bulan 8-12 12-15
Panjang standar Cm 40-45 38-40
Bobot badan pertama matang
g/ekor 500-750 400-500
gonad
Fekunditas Butir/kg bobot tubuh - 50.000-100.000
Diameter telur Mm - 1,4-1,5
Sumber: SNI 01-6484.1-2000
5
b. Pemijahan Induk
Betina Jantan
Perut membesar/buncit dan terasa lembek jika Alat kelamin memerah.
diraba Alat kelamin tampak jelas dan
Pergerakan lamban dan jinak. meruncing
Alat kelamin bulat, berwarna kemerahan dan Tubuh ramping dan gerakannya
tampak membesar (bengkak) lincah.
Cara menenntukan kematangan gonad Warna tubuh jadi coklat
dilakukan dengan meraba bagian perut dan kemerahan.
pengamatan bagian anus. Alat kelamin memerah dan
Matang gonad ditunjukkan dengan bagian meruncing serta panjangnya
perut membesar lunak kalau diraba. sudha melampaui pangkal sirip
Bagian anus menonjol kemerahan ekor.
Sumber: Mahyudin (2008) dan SNI: 01-6484.1-2000
c. Bak Pemijahan
Bak pemijahan sebaiknya dari semen, fiber glass, atau terpal agar mudah
dibersihkan. Bak pemijahan basanya berukuran panjang 2-3 cm, lebar 1-2 m dan
tinggi 1 m. Setelah bak dikeringkan dan dijemur, diisi air bersih setinggi 40-70 cm.
Bak pemijahan dipasang kakaban yang terbuat dari ijuk yang dijepit dengan bambu.
Kakaban disusun secara teratur agara berada antara 5-10 cm dibawah permukaan air.
d. Teknik Pemijahan
Pada dasarnya semua biota dewasa akan berusaha untuk berkembang biak. Jadi
kalau manusia menyiapkan sarana dan prasarana yang sesuai untuk terjadinya
pemijahan pada ikan lele yang telah matang gonad, proses pemijahan akan terjadi
secara alami. Namun demikian pada ikan yang telah matang gonad tetapi tidak mau
memijah, pemijahan bisa dilakukan dengan menyuntikkan hormon perangsang
memijah. Secara garis besar proses pemijahan dapat dilihat pada Gambar 1.
6
I
(
n
a
j
o
G
g
M
k
u
ti
e
b
d
t
d
a
)
e. Pemijahan Alami
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Gambar 1. Proses Pemijahan
7
8. Selanjutnya, pindahkan indukan yang telah memijah dari kolam pemijahan ke
kolam pemeliharaan induk. Induk betina dapat dipijahkan kembali setelah tiga
minggu sampai satu bulan masa istirahat. Sedangkan induk jantan memerlukan
waktu 1-2 minggu masa istirahat.
8
e) Dengan tetap menggunakan pinset, kelenjar hipofisa diangkat dan diletakkan ke
dalam cawan yang bersih untuk dicuci dengan aquades hingga darah yang melekat
hilang. Cara membersihkannya dengan dicuci dengan aquades menggunakan pipet.
f) Setelah butir kelenjar hipofisa bersih, lalu masukan ke dalam tabung penggerus
(dapat menggunakan kantong plastik kecil atau gelas). Selanjutnya kelenjar
hipofisa digerus atau dipencet hingga hancur.
g) Encerkan kelenjar hipofisa tersebut dengan 1-1,5 ml aquades atau larutan garam
fisiologis. Larutan garam fisiologis atau sering pula disebut cairan infus yang
dapat diperoleh di apotek (dijual bebas). Dengan demikian, hormon GSH yang
terkandung didalam hipofisa akan terlarut dalam cairan.
h) Larutan tersebut diendapkan beberapa menit hingga kotoran tampak mengendap di
dasar. Cairan di bagian atas diambil dengan tabung injeksi (spuit) untuk
disuntikkan pada ikan.
9
c) Pilih induk jantan yang sehat, tidak cacat, tidak berpenyakit. Lele jantan terlihat
dari alat kelaminnya (perut tetap langsing) kalau diurut juga tidak dapat
mengeluarkan sperma. Oleh karena itu, lele disuntik dengan hormon.
d) Pisahkan induk jantan dna betina dalam wadah atau hapa tersendiri sambil
menunggu saat disuntik.
iii. Siapkan alat dan homon ovaprim untuk disuntikkan
Gunakan alat suntik yang sudah dibersihkan/dicuci dengan air panas atau gunakan
alat yang baru.
iv. Timbang Induk betina dan tentukan dosis ovaprim
a) Induk yang beratnya 1 kg, dosis hormon ovaprim 0,3-0,5 cc. Bila beratnya 0,5 kg
maka dosisnya setengahnya yaitu 0,15-0,25 cc (sesuai petunjuk pada wadah
hormon tersebut).
b) Sedot dengan injeksi spuit sebanyak hormon yang diperlukan, misalnya 0,5 ml.
setelah itu sedot lagi dengan jarum yang sama aquades atau larutan garam
fisiologis 0,7% sebanyak 0,5 ml yang juga untuk mengencerkan hormon tadi.
v. Cara penyuntikkan
a) Seorang membantu memegang ikan lele yang hendak disuntik (ikan betina lebih
dulu) dengan satu tangan lagi memegang pangkal ekor ikan. Letakkan ikan
tersebut sambil terus dipegang di atas meja yang sudah disiapkan dan diberi alas
handuk/lap bersih.
b) Seorang lainnya menyuntikkan hormon yang sudah disiapkan kedalam daging lele
dibagian punggung. Sebanyak setengah dosis disebelah kiri sirip punggung dan
setengah dosis lagi di sebelah kanan.
c) Lakukan penyuntikan secara hati-hati. Setelah hormon didorong masuk, jarum
dicabut, lalu bekas suntikan tersebut ditekan/ditutup dengan jari beberapa saat agar
hormon tidak keluar.
d) Setelah disuntik, ikan jantan dan betina dimasukkan ke dalam kolam pemijahan
yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
vi. Siapkan kolam penetasan telur
a) Kolam penetasan telur dapat berupa kolam tanah yang luasnya 25-100 m2.
Beberapa hari sebelumnya, kolam ini sudah dikeringkan/ dijemur dan dibersihkan
dari segala hama. Setelah itu, kolam diairi sedalam 10-20 cm tiga hari sebelum
digunakan.
b) Kolam penetasan telur dapat juga berupa kolam berlapis plastik, ukuran lebar 2-3
m dan panjang 8-10 m. Setiap dua hari sebelum digunakan, kolam telah
dibersihkan, lalu diisi air dari sumur pompa yang bebas hama. Penggunaan air
langsung dari sungai kurang baik untuk penetasan telur, karena mengeluarkan
jamur atau bakteri yang menyerang telur.
Pengalaman dari Pembudidaya, air untuk pembenihan dari sumur bor yang
disimpan dalam tendon besar (3-5 m3). Air di tandon tersebut ditebari garam kasar
(tanpa iodium) sebanyak 100 gr setiap 1 m 3 air, lalu diaduk dan diendapkan.
Ternyata dengan perlakuan tersebut, penetasan dan pemeliharaan benih lancar serta
tidak pernah menderita kematian karena jamur dan bakteri.
10
g. Pemijahan Setelah Penyuntikan Hormon
Setelah hormon disuntikkan, induk lele siap dipijahkan. Pemijahan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu secara alami dan pengurutan (striping).
11
lembut. Pemberiannya sedikit saja dengan cara dipercikkan di beberapa tempat.
Pemberian tepung ikan jangan berlebihan karena sisa tepung yang tidak termakan
dapat membusuk.
Burayak-buarayak dari hasil penetasan telur dipelihara lebih lanjut, tetap di
dalam kolam penetasan hingga berumur 12-15 hari. Sampai umur 2 minggu, air tidak
perlu diganti, cukup ditambah sedikit saja bula ada penguapan. Pada umur itu,
buarayak sudah siap untuk dijual atau dipelihara dalam kolam pembesaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses pengurutan telur adalah sebagai
berikut:
12
1) Kain yang digunakan untuk menutup kepala ikan pada waktu diurut harus halus
dan bersih. Penggunaan kain ini dimaksudkan supaya lele tidak meronta waktu
diurut.
2) Wadah atau baskom untuk menampung telur harus benar-benar kering dan
bersih karena kotoran dapat mempengaruhi proses fertilisasi.
13
ditumbuhi jamur. Oleh karena itu, telur yang telah berwarna putih harus segera
dibuang.
h. Pendederan
a) Pendederan pertama (P1)
Pemeliharaan benih dari tingkat larva sampai ke tingkat benih ukuran 1-3 cm.
b) Pendederan kedua (P2)
Pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 1-3 cm sampai ke tingkat benih
ukuran 3-5 cm.
c) Pendederan ketiga (P3)
Pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 3-5 cm sampai ke tingkat ukuran 5-8
cm.
d) Pendederan keempat (P4)
Pemeliharaan benih ikan dari tingkat ukuran 5-8 cm sampai ke ukuran 8-12
cm.
1. Klasifikasi
Benih ikan lele dumbo kelas benih sebar digolongkan dalam 1 (satu) tingkatan
mutu berdasarkan kriteria kualitatif dan kuantitaif.
2. Persyaratan
a. Kriteria kualitatif
i. Larva
a) Asal : Hasil penetasan telur dari pemijahan induk kelas induk pokok
antara induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan.
b) Warna : Coklat-Hitam, bergantung warna wadah.
c) Bentuk : Belum sempurna.
d) Gerakan : Berenang aktif dan tidak bergerombol
ii. Benih P1
a) Asal : Larva penetasan telur dari pemijahan induk kelas induk
pokok antara induk jantan dan induk betina bukan satu
keturunan.
b) Warna : Bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna
gelap.
c) Bentuk : Menyerupai betuk dewasa
d) Gerakan : Berenang lambat di permukaan tepi wadah, gerkaan vertical
saat mengambil oksigen ke atas permukaan air, setelah
berumur 10 hari.
iii. Benih P2
a) Asal : Hasil P1 dari pemijahan pemijahan induk kelas induk pokok
antara induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan.
b) Warna : Bagian perut berwarna putih, punggung berwarna gelap.
c) Bentuk : Menyerupai betuk dewasa
d) Gerakan :Berenang menyebar dengan aktif, sesekali gerakannya vertikal
saat mengambil oksigen ke atas permukaan air.
iv. Benih P3
14
a) Asal : Hasil P2 dari pemijahan pemijahan induk kelas induk pokok
antara induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan.
b) Warna : Bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna
gelap hijau, kelabu dan ekor berwarna terang bersinar.
c) Bentuk : Menyerupai bentuk dewasa.
e) Gerakan : berenang menyebar dan aktif, sesekali gerakannya vertikal
saat mengambil oksigen ke atas permukaan air.
v. Benih P4
a) Asal : Hasil dari P3 dari pemijahan induk kelas pokok antara induk
jantan dan induk betina bukan satu keturunan.
b) Warna : Bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna
gelap hijau, kelabu dan ekor berwarna terang bersinar.
c) Bentuk : Menerupai bentuk dewasa.
f) Gerakan : berenang menyebar dan aktif, sesekali gerakannya vertikal
saat mengambil oksigen ke atas permukaan air.
b. Kriteria kuantitatif
Kriteria kuantitatif benih ikan lele dumbo kelas benih sebar dapat dilihat di
tabel 6.
Tabel 7. Proses Produksi Benih Ikan Lele Dumbo Pada Setiap Tingkatan
Pemeliharaan
No Kriteria Satuan P1 P2 P3 P4
1 Pupuk g/m2 500 200 200 200
organik
2 Kapur tohor g/m2 50 50 50 50
3 Ukuran cm 0,75-1,00 1-3 3-5 5-8
benih
4 Padat tebar Ekor/m2 100 50 25 20
5 Pakan
i. Tingkat i. % bobot 20 10 5 3-4
pemberian biomasa
15
ii. Frekuensi ii. kali/hari 2 3 3 3
pemberian
6 Waktu Hari 20 40 54 75
pemeliharaa
n
7 Sintasan % 60 70 80 90
8 Ukuran cm 1-3 3-5 5-8 8-12
panen
Sumber: SNI 01-6484.4.2000
a) Luasan lahan
Lahan kolam perawatan induk 30 m2.
Lahan kolam pemijahan 302.
Lahan kolam pendederan 40m2.
b) Wadah pembenihan
Kolam pembenihan dari terpal dengan ukuran 2 m x 3 m x 0,6 m. terdiri dari:
Kolam pemijahan ada 5unit kolam
Kolam pendederan ada 6 unit kolam
c) Sarana dan Prasarana
Prasarana
o Pengadaan induk 30 pasang.
o Perbaikan/pembuatan kolam.
o Pengadaan peralatan:
Kakaban dari ijuk minimal 20 buah
Thermometer, pH meter, water heater
Pompa air, aerator
Sarana
o Pakan induk berupa pelet dengan kandungan protein 28-30%. Pakan diberikan
sebanyak 2-3% berat ikan dengan frekuensi 3 kali sehari.
o Pakan larva berupa suspensi kuning telur selama 5 hari. Satu butir telur untuk
100.000 larva. Setelah umur 4-5 hari setelah menetes, larva mulai diberikan
pakan alami, seperti moina, daphnia, larva nyamuk, dan cacing sutera.
o Pakan benih umur 10-15 hari berupa tepung pelet.
d) Tenaga kerja yang digunakan 1 orang dan ditambah tenaga dari keluarga jika
dibutuhkan
e) Jumlah induk jantan 30 ekor dan induk betina 30 ekor. Induk lele dumbo jantan
yang dipersiapkan berumur 8-12 bulan dengan berat 500-700 gram, sedangkan
betina umur 12-15 bulan dengan berat 400-500 gram. Pemijahan lele dumbo dapat
16
dilakukan secara alami atau menggunakan hormon (hipofisa). Perbandingan bobot
atau jumlah antar induk jantan dan betina adalah 1:1.
f) Frekuensi pemijahan. Recovery gonad induk lele 1-2 bulan. Jadi, dalam 1 tahun
dapat dipijahkan 4-6 kali.
g) Jumlah benih yang dihasilkan dari 20 induk yang dapat menghasilkan telur
masing-masing 20.000 butir dan setahun 4 kali pijah dengan SR (survival rate)
80% adalah 20 x 20.000 x 4 x 80% = 1.280.000 ekor per tahun.
h) Siklus periode pembenihan ikan lele 2-3 bulan.
MATERI POKOK 2.
1. Pengeringan
Pengeringan kolam bertujuan membasmi hama dan penyakit, menghilangkan
senyawa atau gas-gas beracun, serta untuk mengistirahatkan lahan. Proses
pengeringan/penjemuran di dasar kolam dilakukan selama 3-7 hari, tergantung
kondisi dan cuaca dan keadaan tanah. Pengeringan kolam dianggap selesai jika tanah
dasar kolam menjadi retak-retak.
17
Tanah dasar kolam yang berlumpur, berbau busuk dan menyengat, serta
berwarna hitam pekat, sebaiknya diangkat dan dibuang karena tiap tanah tersebut
terlalu asam. Lapisan tanah dasar kolam yang berwarna hitam tersebut dicangkul
sedalam 5-10 cm, lalu diangkat dan dipindahkan ke pematang atau tempat lain di luar
kolam.
5. Pengapuran
Pengapuran bertujuan membunuh hama, parasit, dan penyakit ikan. Jenis kapur
yang digunakan adalah kapur pertanian (CaCO3) atau dolomit dalam bentuk CaMg
(CO3)2, pemberian kapur disebat merata di permukaan tanah dasar kolam. Setelah
pengapuran selesai, tanah dasar kolam dibalik dengan menggunakan cangkul. Jumlah
kapur sekitar 60-2000 gram/m2, tergantung kondisi pH tanah. Semakin rendah pH
tanah maka kebutuhan kapur semakin banyak.
6. Pemupukan
Pemupukan berguna untuk menyediakan media tempat tumbuh pakan alami dan
unsur hara bagi plankton yang menjadi pakan bagi ikan lele. Pupuk yang sering
digunakan terdiri dari kotoran yang sudah kering dari ternak besar (sapi, domba, atau
kerbau) dengan dosis 150 g/m2, pupuk urea 15 g/m2, dan TSP 10 g/m2. Dosis tersebut
disesuaikan dengan kesuburan kolam.
18
B. Pembesaran di Kolam Tembok
Persiapan awal kolam tembok sebelum digunakan meliputi pengeringan,
pembersihan lumpur dan kotoran, pengapuran, pemupukan, serta pengisian air kolam.
Pengeringan untuk kolam tembok dianggap selesai jika dasar dan dinding kolam
sudah kering dan tidak basah. Pengeringan dilakukan dengan menjemur kolam
dibawah sinar matahari selama 2-3 hari.
Langkah selanjutnya adalah pembuangan lumpur hitam dan membersihkan
kotoran yang menempel di dinding kolam. Pembuangan lumpur hitam dilakukan
dengan cara digelontor pakai air atau disedot dengan pompa diesel. Setelah itu,
pengapuran dan pemupukan kolam. Pengapuran untuk kolam semen dengan cara
dinding dan dasar kolam diberi kapur yang telah dicampur air. Kapur yang sering
digunakan adalah kapur pertanian atau dolomit dengan dosis 60-200 gram/m 2,
Sementara itu, pemupukan menggunakan pupuk kandang dengan dosis 200-500
gram/m2. Kegiatan selanjutnya adalah mengisi kolam dengan ketinggian 40-50 cm.
Padat penebaran benih ikan lele di kolam tembok ini berkisar antar 150-400 ekor/m 3
air, tergantung sistem pembesaran yang dilakukan.
C. Pemberian Pakan
Untuk hidup dan menjadi besar lele memerlukan pakan. Jenis, ukuran dan
jumlah pakan yang diberikan tergantung dari ukuran dan jumlah lele yang
dibudidaya. Ada dua jenis pakan yang paling disukai lele, yaitu pakan alami dan
pakan buatan. Pakan alami merupakan mikroorganisme yang hidup di dalam air,
seperti plankton, sedangkan pakan buatan adalah pakan yang dibuat oleh manusia
atau pabrik. Maskipun demikian, pakan alami dapat dibuat dengan cara
membudidayakannya. Selain pakan tersebut, ada lagi satu jenis pakan yang dapat
diberikan, aykni pakan alternatif. Pakan alternatif yang dapat diberikan kepada ikan
lele antaara lain adalah ikan rucah atau ikan-ikan hasil tangkapan dari laut yang sudah
tidak layak dikonsumsi manusia, limbah peternakan ayam, limbah pemindangan ikan,
dan daging bekicot atau daging keong mas.
Karena lele tergolong karnivora atau pemakan daging, pakan yang dberikan,
baik buatan atau alami, harus mengandung daging. Pakan buatan seperti pellet
biasanya telah mengandung daging yang berasal dari tepung ikan, dengan kandungan
protein tidak kurang dari 30%. Pakan buatan dalam bentuk pellet diberikan pada lele
yang telah berukuran agak besar, yakni 30 gram ke atas. Sementara itu, lele yang
berukuran lebih kecil dapat diberi pelet, tetapi dalam bentuk tepung atau crumble
yang ukurannya lebih besar daripada tepung. Ukuran pakan buatan yang diberikan
disesuaikan dengan bukaan mulut lele. Semakin kecil bukaan mulat, semakin kecil
ukuran pakan yang diberikan.
Setiap hari pakan yang diberikan sebanyak 3-6% bobot total ikan. Menjelang
panen pakan dikurangi menjadi 2-3%. Cara pemberian pakan ditaburkan secara
merata agar semua ikan memiliki peluang yang sama. Frekuensi pemberikan pakan 3-
4 kali sehari. Pemberian pakan pada sore atau malam hari sebaiknya diberi porsi
pakan yang lebih banyak.
D. Pakan Buatan
19
Jika bahan baku cukup tersedia sepanjang tahun, pembudidaya bisa membuat
pakan sendiri secara perorangan atau kelompok. Pakan buatan yang dikeluarkan oleh
pabrik dengan harga yang bervariasi dan tergantung dari kandungan proteinnya.
1. Buatan pabrik
Pakan yang diproduksi oleh pabrik dikenal dalam bentuk pellet dengan ukuran
yang bervariasi. Saat ini negara kita cukup banyak pabrik yang memproduksi pellet.
Protein yang terkanding dalam pelet juga bermacam-macam, tergantung dari pabrik
yang memproduksinya dan jenis ikan yang akan mengkonsumsi pelet tersebut. Ada
dua macam pelet, yaitu pelet terapung dan pellet tenggelam. Pelet terapung adalah
pelet yang diberikan pada ikan, beberapa saat akan terapung di atas air kolam,
sedangkan pelet tenggelam jika diberikan kepada ikan biasanya langsung tenggelam
atau melayang beberapa saat di dalam air.
2. Buatan sendiri
Pakan buatan sendiri, sepanjang bahan baku tersedia dapat dibuat oleh
pembudidaya. Peralatan yang digunakan cukup sederhana, yang penting adalah alat
pencetak atau penggiling daging yang diputar dengan tangan. Sementara itu, bahan
-bahan yang dibutuhkan harus mengandung protein, karbohidrat, mineral, dan
vitamin. Protein dapat berasal dari dedak halus atau ampas tahu. Vitamin dan mineral
jumlahnya tidak telalu banyak dan bisa diperoleh di toko-toko yang menjual pakan
ternak.
E. Pakan alternatif
Pakan alternatif adalah pakan jenis lain yang dapat diberikan kepada ikan lele
pada kegiatan pembesaran. Pakan tesebut bukan makanan buatan pabtiik atau buatan
sendiri, tetapi pakan yang dibuat dengan memanfaatkan sisa-sisa industri peternakan,
limbah pemindangan, ikan rucah, atau berupa hama-hama yang menyerang tanaman
padi, seperti keong mas. Kelamahan pakan alternatif terdapat pada saat
pemberiannya, yakn kurang praktis jika dibandingkan dengan pakan buatan seperti
pellet.
1. Limbah peternakan
Bagi para pembudidaya lele yang lokasi budidayanya dekat dengan usaha
peternakan ayam atau budidaya tersebut terpadu, yakni antara budidaya lele dan
ayam, usaha pembesaran lele akan sangat menguntungkan. Hal ini disebabkan pakan
yang dibutuhkan lele cukup dengan memanfaatkan limbah peternakan ayam tersebut.
Pakan berupa bangkai ayam sebaiknya tidak diberikan secara langsung. Bulu-bulu
ayam harus dibuang dengan cara dibakar atau direbus. Jika ayam yang akan diberikan
terlebiih dulu dibakar, dikhawatirkan bagian dalam perut daging ayam tidak akan
masak, tetapi jika direbus, semua organ ayam akan masak, termasuk bagian
dalamnya. Jika pakan banyak yang tersisa dan membusuk, kualitas air bisa menurun.
2. Ikan rucah
Ikan rucah atau ikan-ikan hasil tangkapan dari laut yang tidak dikonsumsi
manusia merupakan salah satu pakan yang disukai lele. Ikan rucah banyak sekali
20
ditemui di daerah pantai, terutama di daerah yang dekat dengan pelelangan ikan.
Harga ikan ini relatif murah dan terjangkau bagi para pembudidaya lele. Jika
berukuran keciil dan tidak bayak mengandung duri dan tulang, ikan rucah dapat
diberikan langsung tanpa diolah terlebih dahulu. Namun, jika banyak mengandung
tulang atau duri, sebelum diberikan ikan rucah harus direbus terlebih dahulu setengah
masak untuk memisahkan daging dengan tulang atau durinya. Dedak halus dapat
ditambahkan untuk menambah gizinya. Pakan selanjutnya ditebarkan secara langsung
atau dengan cara disimpan menggunakan wadah, seperti ayakan yang ditempatkan
beberapa buah di bawah permukaan air.
3. Mogot
Ulat mogot adalah biokonversi dari bungkil kelapa sawit. Biiokonversi adalah
merubah bentuk dari produk/limbah produk/ampas agar mendapatkan nilai optimal
melalui proses biologi. Penggunaan ampas kelapa sawit untuk dijadikan mogot
dilakukan melalui proses fermentasi. Fermentasi ampas akan menarik lalat hutan
(Hermetia illucens) meletakkan telurnya. Ulat mogot menetas dari telur tersebut dan
dapat dijadikan pakan lele yang proteinnya sangat tinggi dan sangat disukai lele.
1. Penanggulangan Hama
21
Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh, dan
mempengaruhi produktivitas, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama ini
biasanya memangsa telur hingga lele dewasa. Hama masuk ke dalam lewat tiga cara
yaitu lewat air (ikan liar, belut, katak), lewat darat (ular, katak) dan lewat udara
(burung).
Beberapa cara pencegahan yang perlu dilakukan untuk mencegah serangan
hama:
a) Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran
sebaiknya dosis pemakaiannya diperhatikan atau dipatuhi.
b) Pada pintu pemasukan dipasang saringan atau kain kasa agar hama tidak
masuk ke dalam kolam.
c) Untuk hama yang masuk lewat udra, pencegahannya dilakukan dengan
memasang jaring di atas kolam.
Selain hama, gulma yang tumbuh di permukaan air kolam juga harus
dibersihkan karena bisa menjadi saingan dalam memperebutkan unsur hara yang
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton. Sealin itu, gulma juga menghalangi
masuknya sinar matahari dan menyulitkan saat pemanenan.
2. Penanggulangan Penyakit
Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang di
dalam tubuh ikan lele, sehingga organ tubuh ikan lele terganggu. Jika salah satu atau
sebagian organ tubuh terganggu, akan mengganggu jaringan tubuh lainnya pada ikan
lele. Kemudian penyakit akan timbul dan jika terjadi ketidakseimbangan antara
kondisi lele, lingkungan, dan pathogen. Lele yang kondisi tubuhnya buruk sangat
besar kemungkinan terserang penyakit. Kondisi tubuh yang buruk dapat disebabkan
oleh berbagai hal seperti terjadinya perubahan lingkungan secara mendadak yang
membuat lele menjadi stress atau terjadi luka dan pendarahan pada tubuhnya.
Luka dan pendarahan dapat terjadi akibat penanganan yang kurang baik,
terutama saat panen dan sistem pengangkutan yang kurang tepat. Demikian halnya
dengan kondisi lingkungan, jika lingkungan kurang baik, seperti kandungan oksigen
di kolam rendah, ada gas beracun, atau terjadi pencemaran baik oleh limbah industri
maupun limbah rumah tangga.
22
antibiotik dilakukan selama 5-15 hari. Sealin itu, penanggulangan penyakit akibat
bakteri juga bisa dilakukan dengan menaburkan Furaltadone sebanyak 50 ppm/jam.
Furaltadonesangat efektif karena cepat diserap oleh kulit dan insang sehingga bisa
digunakan untuk pencegahan ataupun pengobatan lele dumbo yang terserang bakteri.
MATERI POKOK 3.
Teknologi kolam terpal berkembang dari budidaya lele. Kolam terpal pertama
kali ditemukan dan diujicobakan pada tahun 1999. Tujuannya adalah apabila banjir
ikan tidak hilang hanyut terbawa banjir ini. Kini, budidaya terpal telah berkembang di
beberapa daerah dan penggunaanya tidak lagi terbatas pada komoditas ikan lele,
tetapi juga gurame (Osphoronemus gouramy), patin (Pangasius nilatica), belut
(Monopterus albus), lobster air tawar (Cherax sp), dan berbagai ikan hias.
23
Kolam terpal merupakan salah satu alternatif teknologi budidaya yang
diterapkan pada lahan sempit, lahan minim air, atau lahan yang tanahnya porous,
terutama tanah berpasir. Artinya kolam terpal merupakan salah satu solusi untuk
pengembangan budidaya ikan di lahan kritis dan sempit. Manfaat lahan sempit atau
kritis untuk pembangunan kolam terpal perlu beberapa pertimbangan, antara lain:
1. Pertimbangan teknis
Kolam terpal dapat dibangun di beberapa tempat, termasuk di halaman rumah,
bekas garasi mobil, atau bekas gedung. Beberapa faktor yang perlu di pertimbangkan
dalam membangun kolam terpal adalah sebagai berikut:
a) Ada sumber air untuk mengisi kolam terpal. Sumber air tersebut dapat
berasal dari air sumur, air PAM, air hujan yang ditampung, dan lain-lain
yang layak digunakan. Lebih ideal lagi jika kolam terpal mendapat pasokan
dari sungai, saluran irigasi, waduk, atau danau.
b) Ketiinggian lokasi perlu diperhatikan karena terkait dengan suhu air. Untuk
budidaya ikan lele, ketinggian yang cocok adalah 0-700 m dpl.
c) Ukuran ikan lele yang hendak dipelihara perlu diperhatikan karena terkait
dengan kedalaman air di dalam kolam, misalnya benih lele cocok
dipelihara pada kedalaman air 30-40 cm. Untuk menampung air sedalam
40 cm, cukup dibuat kolam dengan ketinggian atau kedalaman sekitar 60
cm.
d) Dasar tanah untuk peletakankolam terpal harus rata, begitu pula kerangka
yang digunakan tidak berbahaya tajam yang dapat membuat terpal sobek.
Bila tanah tidak rata, sebaiknya diberi lapisan dari pelepah batang pisang
atau sekam padi. Selain berfungsi untuk mertakan tanah, kedia bahan dapat
menstabilkan suhu.
e) Untuk kolam yang dibangun di daerah pemukiman penduduk, perlu
dipikirkan penangan limbah air kolam. Diupayakan penampungan untuk
buangan air limbah sehingga air limbah dari pemeliharaan ikan dapat
diolah lebih dahulu sebelum dibuang ke saluran umum. Selain itu, dapat
pula membangun bak atau sumur resapan untuk menampung limbah ynag
di buang, atau membangun saluran permanen, yang terhubung langsung
dengan sungai atau kanal besar.
2. Pertimbangan sosial-ekonomi
Budidaya ikan lele di kolam terpal juga perlu dipertimbangkan faktor sosial
ekonomi, antara lain:
a) Lokasi yang dipilih untuk memelihara lele dengan kolam terpal bukanlah
lokasi sengketa. Sekalipun kolam terpal mudah dibongkar dan dipindahkan,
namun sebaiknya lokasi yang dipersengketakan tidak dipilih karena dapat
merugikan.
b) Dekat dengan daerah pengembangan budidaya ikan leel sehingga memudahkan
memperoleh induk atau benih.
c) Tersedia saran dan prasarana transportasi yang memadai untuk memudahkan
pengadaan alat, bahan, transportasi benih, hasil panen dan lain-lain.
24
d) Adanya alat dan bahan disekitar lokasi atau pengadaanya mudah.
e) Pasar cukup terbuka untuk menampung produksi, baik pasar lokal maupun
pasar ekspor, serta harga yang cukup memadai.
f) Lokasi cukup aman dari berbagai gangguan, baik hewan-hewan liar maupun
gangguan manusia (pencurian). Atau ada cara efektif untuk mengatasi
gangguan tersebut.
g) Adanya dukungan dari pihak-pihak terkai, misalnya permodalan dan lain-lain.
Unutk pembudidaya ikan kecil, dukungan juga dapat berupa penyuluhan teknis
dan pemasaran hasil.
B. Membuat Kolam
Sesuai dengan namanya, kolam terpal adalah kolam yang keseluruhan
bentuknya dari bagian dasar hingga sisa-sisa dindingnya menggunakan bahan utama
berupa terpal. Selain berbentuk kolam tanah atau kolam tembok, kolam terpal juga
dapat berbentuk bak, tetapi disokong dengan kerangka dari bambu, kayu atau besi.
Jika dibandingkan dengan kolam lain (kolam tembok), kolam terpal lebih
praktis, harganya terjangkau, dan dapat dipindahkan karena tidak permanen.
Sewaktu-waktu, pemilik kolam atau pemilik tanah juga dapat mengalihfungsikan
lokasi tersebut. Biaya pembongkaran kolam terpal juga tidak mahal dan mudah
membongkarnya.
25
Kolam terpal dengan kerangka dinding batako atau batu bata.
Kolam terpal dengan dinding tanah.
Kolam beton atau kolam tanah berlapis terpal.
Kolam 1 dan 2 merupakan kolam di atas permukaan tanah, kolam 3 adalah
kolam di bawah permukaan tanah, sedangkan kolam 4 dapat berupa kolam bawah
permukaan tanah atau di atas permukaan tanah.
C. Konstruksi Kolam
Membuat kolam terpal sangat praktis dan biasanya pun murah karena kolam
terpal yang dibangun tersebut hanya membutuhkan waktu beberapajam dan tenaga
kerja yang sedikit. Bahan untuk kolam terpal dapat diperoleh di toko bahan
bangunan.
26
1. Kolam terpal dengan kerangka bambu dan kayu
Kolam terpal dengan kerangka bambu atau kayu adalah kolam terpal yang dibuat
di atas permukaan tanah. Ukuran kolam disesuaikan dengan luas lahan yang tersedia.
Umumnya kola mm yang dibuat disesuaikan dengan ukuran terpal, misalnya ukuran
kolam 2 x 3 x 1 m, 4 x 5x 1 m, 6 x 4 x 1 m atau 4 x 8 x 1 m. Langkah-langkah
pembuatan kolam terpal dengan kerangka bambu atau kayu adalah sebagai berikut:
a. Persiapkan lahan untuk kolam terpal, bersihkan dari benda-benda yang dapat
mengganggu misalnya rumput atau pepohonan, dan ratakan tanah.
b. Jika tanah tidak rata karena miring maka tanah diratakan dengan menggunakan
pelepah pisang atau sekam padi.
c. Siapkan tonggak/tiang dari bambu atau kayu, kemudian tancapkan tiang utama
di setiap sudur kolam.
d. Untuk pembuatan kerangka, bambu atau kayu yang telah dipilih dapat
dipotong-potong sesuai ukuran kolam terpal yang akan dibuat. Digunakan paku
ukuran 7 atau 9 cm untuk menyatukan kerangka dengan tiang penyangga atau
dapat juga diikat dengan menggunakan tali atau kawat.
e. Untuk membuat dinding, dapat menggunakan bambu, kayu, atau papan.
f. Jika kerangka sudah terbentuk, misalnya kotak berukuran 6 x 4 x 1 m maka
perlu diatur kemiringan ke salah satu untuk memudahkan pengeringan
kolamdan pemanenan ikan.
g. Setelah kerangka kolam selesai, selanjutnya memasang plastik terpal. Siapkan
terpal sesuai ukuran kolam. Untuk kolam yang berukuran 6 x 4 x 1 m,
digunakan terpal 8 x 6 m. Sedangkan untuk kolam ukuran 4 x 5 x 1 m,
digunakan terpal ukuran 6 x 7 m. Terpal dipasang dengan baik hingga merapat
ke tepi. Bagian sudut dapat dilipat.
h. Pada salah satu sudut yang telah di atur kemiringannya, dipasang paralon
sebagai saluran pembuangan air. Terpal disobek sedikit dengan cara
mengguntingnya berbentuk bintang agar dapat dipasang bengkokan pipa (knee)
i. Selanjutnya, kolam terpal diisi dengan kebutuhan pemeliharaan ikan. Kolam
terpal diperiksa untuk memastikan bahwa kolam kokoh dan tidak ada
kebocoran terbal.
27
d. Selanjutnya dipasangi pipa paralon atau PVC.
28
D. Pemberian Pakan
Kegiatan budidaya lele dilakukan untuk menghasilkan lele konsumsi, permintaan
dalam negeri biasanya ukuran 8-10 ekor/kg. Sedangkan ukuran ekspor rata-rata
sekitar 2 ekor/kg. Jumlah benihnya yang ditebar rata-rata 100-300 ekor/m2 dengan
kedalaman sekitar 80-100 cm bisa mencapai 500 ekor/m 2 dengan pemberian
probiotik. Lele diberi pakan pellet 3-4% dari bobot biomassa diberikan 2-3 kali
sehari.
Pellet yang dibberikan kepada lele minimal mengandung protein 20%. Pakan
dengan kandungan protein 25-28% cukup memadai untuk memacu pertumbuhan lele,
karena lele adalah ikan yang rakus, maka dapat pula diberikan pakan tambahan
berupa daging bekicot, ikan rucah, bangkai aya yang telah direbus atau dibakar dan
daging hewani lainnya. Selama 2,5 bulan pemeliharaan, iakn dapat mencapai ukuran
8-12 ekor/kg.
Agar membuat ikan kebal terhadap serangan penyakit, dapat digunakan vitamin C
dosis 250-500 mg/kg berat tubuh selama beberapa hari. Atau menggunakan probiotik
sebagai imunostimulan, misalnya lipo polisakarida 10 mg/l untuk mempertahankan
stamina ikan.
Sebagaimana pendederan, kolam terpal pada pembesaran juga harus dijaga
kebersihannya sehingga tidka menjadi sarang penyakit. Sisa pakan dan kotoran ikan
di dasar kolam terpal secara rutin dibersihkan dengan melakukan penyifonan setipal
20-30 hari sekali.
29
91-dst 4-3
Kordi (2010)
30
(as feed) Benih Pembesaran Induk
1 Kadar aiir, maks % 12 12/12 12
2 Kadar abu, maks % 13 13/13 13
3 Kadar protein, min % 30 28/25 30
4 Kadar lemak, min % 5 5/5 5
5 Kadar serat kasar, maks % 6 8/8 8
6 Non protein nitrogen, maks % 0,2 0,2 0,2
7 Diameter pellet mm <2 2,3-3,4 >4
8 Floating rate, min % 80 80 80
9 Kestabilan dala air Menit 15/5 15/5 15/5
mengapung/tenggelam, min
10 Kandungan mikroba/toksin Ppb/kol/g <50 (neg) <50 (neg) <50 (neg)
1. Alfatoksin
2. Salmonella
11 Kandungan antibiotik Mirkrogra 0 0 0
terlarang m/kg
1. Nitrofauran
2. Ronisozol
3. Dapson
4. Kloramfenikol
5. Kolikisin
6. Klorpromazon
7. Triklorfon
8. Dimetildazol
9. Metronidazol
10. Aristolochia spp
E. Simulasi Usaha
Simulasi usaha pembesaran ikan lele yang dilakukan di koam terpal adalah sebagai
berikut:
1. Luas lahan. Luas lahan yang digunakan tidak lebih 100 m 2. Lahan seluas tersebut
dapat disisakan sedikit untuk jalan inspeksi dan penanganan operasional produksi.
2. Wadah pembesaran berupa kolam terpal berukuran 3 m x 5 m x 1 m. satu unit
wadah teradapat 6 kolam pembesaran.
3. Sarana dan Prasarana
a. Prasarana
i. Pengadaan benih ukuran 5-7 cm yang siap tebar
ii. Perbaikan/Pembuatan kolam
iii. Pengadaan peralatan: Thermometer, pH meter/kertas lakmus, pompa air.
b. Sarana
i. Pakan induk berupa pellet dengan kandungan protein 28-30%. Pakan
diberikan sebanyak 2-3% berat ikan dengan frekuensi 3 kali sehari. Selama
pemeliharaan hingga panen lele dapat diberipakan pellet buatan pabrik,
meramu sendiri, atau pakan dari ikan atau binatang yang dicincang. Jika
31
menggunakan pakan pellet dan tidak tepat konversinya dapat menyebabkan
biaya pemeliharaan tinggi.
ii. Oba-obatan.
4. Tenaga kerja yang digunakan 1 orang untuk operasional.
5. Jumlah benih yang ditebar dengan kepadatan 150 ekor/m2.
6. Frekuensi pembesaran 4-6 kali setahun.
7. Jumlah ikan yang dihasilkan dengan ukuran 8-10 ekor/kg dan tingkat kehidupan
ikan 90% adalah (13.000 x 90%): 8 = 1.519 kg.
8. Siklus periode pembenihan ikan lele 2-3 bulan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, V., Hati. F.S. 2016. Formulasi bubur bayi MPASI yang diperkaya hidrolisat
protein ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Gizi dan Dietetik
Indonesia. 4(2): 88-96.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. SNI: 01.6484.2-2000. Induk Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus x C. fuscus) Kelas Induk Pokok (Parent Stock). BSN.
Jakarta.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. SNI: 01.6484.3-2000. Induk Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus x C. fuscus) Kelas Induk Pokok (Parent Stock). BSN.
Jakarta
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. SNI: 01.6484.4-2000. Induk Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus x C. fuscus) Kelas Induk Pokok (Parent Stock). BSN.
Jakarta
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. SNI: 01.4087-2006. Pakan Buatan untuk Ikan
Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada Budidaya intensif. BSN. Jakarta
Kordi, M.G.H.K. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal. Lily Publiser.
Yogyakarta. 114 hal.
Sarah. E.D.S. 4 manfaat konsumsi ikan lele, proteinnya lebih tinggi dari susu.
Tempo.co. ed. Tarigan. E. 2019-4-13.https://gaya.tempo.co/read/1184678/4-
manfaat-konsumsi-ikan-lele-proteinnya-lebih-tinggi-dari-susu.
Thaib, E.A., Mulyanto. 2011. Budidaya Ikan Lele. Pusat Penyuluh Kelautan dan
Perikanan. Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan. Kementerian
Kelautan dan Perikanan.
33