Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik merupakan salah satu gangguan fungsi ginjal. Gagal ginjal
kronik adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif dan ireversibel. Gagal ginjal
kronik biasanya timbul beberapa tahun setelah penyakit atau kerusakan ginjal, tetapi
pada situasi tertentu dapat muncul secara mendadak. Dialisis atau transplantasi ginjal
diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien gagal ginjal kronis. Dialisis dilakukan
pada pasien yang mengalami gangguan ginjal untuk membantu mendapatkan kembali
fungsi ginjal yang seharusnya.
Hemodialisis merupakan prosedur penyelamatan jiwa yang mahal dan akhir-
akhir ini dilakukan lebih dari 100.000 orang Amerika. Hemodialisis memungkinkan
sebagian penderita hidup mendekati keadaan yang normal meskipun menderita gagal
ginjal yang tanpa terapi hemodialisis akan menyebabkan kematian.
Hemodialisis digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan
memerlukan terapi dialisis jangka pendek atau pasien dengan penyakit gagal ginjal
stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen.
Hemodialisis dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan
membran penyaring semi permiabel (ginjal buatan) yang memindahkan produk-
produk limbah yang terakumulasi dari darah ke dalam mesin dialisis. Pada mesin
dialisis, cairan dialirkan dipompa melalui salah satu sisi membran filter (ginjal buatan)

B. Tujuan Hemodialisis
Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan
pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali (Smeltzer dan Bare, 2002). Terapi
pengganti, kegiatan Hemodialisis mempunyai tujuan :
1. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat
2. Membuang kelebihan air.
3. Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh.
4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
5. Memperbaiki status kesehatan penderita.Sasaran dan Ruang Lingkup
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah
Kab. Penajam Paser Utara terdiri dari :
a. Pelayanan Hemodialisis Rawat Jalan
b. Pelayanan Hemodialisis Rawat Inap

D. Batasan Operasional
1. Untuk pelayanan Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Penajam Paser
Utara dilaksanakan Hari Senin – Sabtu
2. Untuk pelayanan Cito/ On call
E. Landasan Hukum
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan
Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Penajam Paser Utara diperlukan
peraturan perundang-undangan pendukung (Legal Aspect). Beberapa ketentuan
perundang-undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. UU NO 29 TAHUN 2004 tentang praktek kedokteran
2. UU NO.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
3. Peraturan pemerintah No.32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
4. Keputusan menteri kesehatan No.1933 tahun 1999 tentang standart pelayanan
rumah sakit
5. Peraturan menteri kesehatan No. 512 Tahun 2007 Tentang Ijin Praktek dan
Pelaksanaan praktek kedokteran / kedokteran gigi.
6. Peraturan menteri kesehatan No.290 tahun 2008 tentang persetujuan tindakan
kedokteran
7. Peraturan menteri kesehatan no. 812 tahun 2010 tentang penyelenggaraan
pelayanan dialysis pada fasilitas pelayanan kesehatan
8. Pedoman Pelayanan Hemodialisis di sarana pelayanan Kesehatan, direktorat bina
pelayanan kesehatan medic spesialistik tahun 2008
9. UU keperawatan No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan
10. Peraturan menteri kesehatan no. 17 tentang permenkes perubahan no. 148 tahun
2010 tentang praktik perawat
11. Undang – undang no. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Dokter
Dokter Spesialis yang mempunyai pengalaman kerja 5 tahun dan bersertifikat
Pelayanan Hemodialisis.
2. Perawat
a. S1 Keperawatan / Ners dengan pengalaman kerja 5 tahun dan bersertifikat
Hemodialisis
b. D3 Keperawatan dengan pengalaman kerja 5 tahun dan besertifikat
Hemodialisis.

B. Distribusi Ketenagaan
1. Dokter
Dokter spesialis yang melaksanakan pelayanan hemodialisis sebagaimana terlampir
dalam jadwal.
2. Perawat
Semua perawat yang bekerja di unit hemodialisis yang terdiri dari :
a. Lulusan S1/ Ners : 1 orang
b. D III Keperawatan : 4 orang

C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jadwal dalam pelayanan hemodialisis disesuaikan dengan jadwal dinas
yang terdiri dari :
 Piket Pagi (pukul 06.00 – 14.00)
 Piket Sore (pukul 12.00 – 18.00)
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
Alat Medis di Ruang Hemodialisis Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Penajam Paser Utara
2017
Kondisi
No Nama Alat Standar Jumlah Ket
Baik Rusak

1. Tabung oksigen

2. Ambubag Dewasa

Fistula needle set


3.
AVF 166x1.25

Fistula needle set


4.
AVF 166x1

Venous Blood
5. Tubing set for
Hemodialisis

6. Tensimeter

7. Timbangan BB

8. Pinset anatomis

9. Pinset cirugis

10. Bengkok

11. Gunting Hecting 0ff

12. Bak instrumen

13. Korentang

14. Gunting Plester

15. Spatel Lidah

16. Kom Kecil

17. Tempat Kasa Steril

18. Tempat tidur pasien

19. Stetoskop

20. Kursi Roda


21. Tempatkorentang

22. Tromol besar

23. Klem

24. Suction

25. Troli kecil

26. Brangkar

27. WWZ

28. Gelas ukur

29. Standar infus

30. Urinal

31. Pispot

32. Nallfuder

33. Arteri klem

34. Timbang badan

Inventaris Alat Rumah Tangga di Ruang Hemodialisis Rumah Sakit Umum Daerah Kab.
Penajam Paser Utara 2017
Kondisi
No Nama Alat Standar Jumlah Ket
Baik Rusak

1. Almari obat

Kompor dan Gas


2.
Elpiji

3. Dispenser

4. Kulkas

Tempat sampah
5.
medis
Tempat sampah
6.
nonmedis

Tempat Sampah
7.
tertutup

Tempat Sampah
8.
Kranjang

8. Ember

9. Telepon

10. Gudang

11. Loker obat

12. TV

13. Komputer

14. Meja

15. Ruang perawat

16. Kipas Angin

17. Papan tulis

18. Jam dinding

19. AC

20. Cermin

Kebutuhan Alat Tulis Kantor Di Ruang Hemodialisis


NO Jumlah Keterangan

Nama alat dan Sarana alat Kebutuhan

1. Ballpoint

2. Blangko resep askes rawat


jalan

3. Blangko resep umum

4. Buku batik sedang

5. Buku batik ekspedisi


6. Buku batik folio

7. Buku inventaris ruangan

8. Kartu register

9. Kartu control HD

10 Map kertas folio

11. Buku penerimaan obat

12. Buku permintaan barang

13. Form Askep HD

14. Form Absensi unjungan HD


Askes

15. Form pemeriksaan lab Rajal

16. Form permintaan lab


RANAP

17. Form permintaan darah

18. Form permintaan Rontgen

19. Form Habis Pakai HD

20. Form Kwitansi Rajal Umum


HD

21. Form 4c

22. Form pengembalian obat

23. Isi staples

24. Kertas karbon

25. Klip

26. Lem kertas

27. Lembar konsultasi

28. Penggaris

29. Penghapus pensil

30. Penghapus white board


31. Pensil

32. Map snelhecter

33. Map snelhecter transparan

34. Pensil merah biru

35. Spidol biasa

36. Spidol white board

37. Staples

38. White board

Alat tenun di Ruang Hemodialisis Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Penajam Paser Utara
2017

Kondisi
No Nama Alat Standar Jumlah Ket
Baik Rusak

1. Sprei

2 Sarung bantal

3 Selimut

4 Perlak

6 Stik laken

7 Korden

8 Lemari linen
BAB IV
TATA LAKSANA

A. Pengertian Hemodialisis
Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan
produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut
(Smeltzer dan Bare, 2002). Hemodialisis dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin
yang dilengkapi dengan membran penyaring semi permiabel (ginjal buatan) yang
memindahkan produk-produk limbah yang terakumulasi dari darah ke dalam mesin
dialisis.
B. Etiologi Hemodialisis
Dialisis dilakukan pada ginjal untuk mengeluarkan zat-zat toksik dan limbah
tubuh yang dalam keadaan normal diekskresikan oleh ginjal yang sehat. Dialisis juga
dilakukan dalam penanganan pasien dengan edema yang membandel (tidak responsif
terhadap terapi), koma hepatikum, hiperkalemia, hiperkalsemia, hipertensi, dan uremia.
Dialisis akut diperlukan bila terdapat kadar kalium yang tinggi atau yang meningkat,
kelebihan muatan cairan atau edema pulmoner yang mengancam, asidosis yang
meningkat, perikarditis dan konfusi yang berat.
Sedangkan dialisis kronis atau pemeliharaan dibutuhkan pada gagal ginjal kronis
(Smeltzer dan Bare, 2002) (penyakit ginjal stadium terminal) dalam keadaan berikut:
Terjadinya tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai seluruh sistem tubuh
(mual serta muntah, anoreksia berat, peningkatan letargi, konfusi mental).
1. Kadar kalium serum meningkat.
2. Muatan cairan berlebih yang tidak responsif terhadap terapi diuretik serta
pembatasan cairan.
3. Penurunan status kesehatan yang umum.
4. Terdengarnya suara gesekan perikardium (pericardial friction rub) melalui
auskultasi.
C. Metode Hemodialisis
Metode terapi dialisa mencakup hemodialisis, hemofiltrasi, dan peritoneal dialisis.
Hemodialisis dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus segera dikeluarkan
untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian. Hemofiltrasi
digunakan untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan. Sedangkan, peritoneal dialisis
mengeluarkan cairan lebih lambat daripada bentuk-bentuk dialisis yang lain (Smeltzer
dan Bare, 2002).
D. Indikasi Hemodialisis
Hemodialisis diindikasikan pada gagal ginjal akut dan kronis, intoksikasi obat dan
zat kimia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat dan sindrom hepatoreanal
(Faisal, 2007). Di samping itu, terdengarnya suara gesekan perikardium (pericardial
friction rub) melalui auskultasi merupakan indikasi yang mendesak untuk dilakukan
dialisis untuk pasien gagal ginjal kronis (Smeltzer dan Bare, 2002).
Menurut konsensus Pernefri (2003) secara ideal semua pasien dengan Laju
Filtrasi Goal (LFG) kurang dari 15 mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan
gejala uremia/malnutrisi dan LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun tanpa gejala dapat
menjalani dialisis. Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu
apabila terdapat komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik
berulang, dan nefropatik diabetik.
Menurut Pernefri (2003) waktu atau lamanya Hemodialisis disesuaikan dengan
kebutuhan individu. Tiap Hemodialisis dilakukan 4 – 5 jam dengan frekuensi 2 kali
seminggu. Hemodialisis idealnya dilakukan 10 – 15 jam/minggu dengan QB 200–300
mL/menit. Sedangkan menurut Corwin (2000) Hemodialisis memerlukan waktu 3 – 5
jam dan dilakukan 3 kali seminggu. Pada akhir interval 2 – 3 hari diantara Hemodialisis,
Sedangkan Hemodialisis rutin menurut Pernefri (2003) dijelaskan bahwa
Hemodialisis rutin ini dilakukan pada keadaan yang sudah direncanakan atau ditentukan
waktunya. Umumnya dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal kronik yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sedangkan pasien Hemodialisis rutin adalah
pasien-pasien yang sudah terencana dalam menjalani program Hemodialisis sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
E. Prinsip-prinsip Kerja Hemodialisis
Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis menurut Smeltzer dan Bare
(2002), yaitu: difusi, osmosis dan ultrafiltrasi.

1. Difusi adalah pengeluaran toksin dan zat limbah dalam darah dengan bergerak
dari darah yang berkonsentrasi tinggi, ke cairan dialisat dengan konsentrasi yang
lebih rendah.
2. Osmosis adalah bergeraknya air dari daerah bertekanan lebih tinggi (tubuh
pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat), sehingga air yang
berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh.
3. Ultrafiltrasi adalah penambahan tekanan negatif
F. Komplikasi Hemodialisis
Komplikasi terapi dialisis mencakup hal-hal berikut (Smeltzer dan Bare, 2002):
1. Hipervolemia, ditandai dengan peningkatan tekanan darah, nadi, frekuensi
pernapasan, tekanan vena sentral, dispnea, rales basah, batuk, edema, dan
peningkatan berat badan yang berlebihan sejak dialisis terakhir.
2. Ultrafiltrasi yang berlebihan, ditandai dengan gejala-gejala: hipotensi, mual, muntah,
berkeringat, pusing, dan pingsan.
3. Hipovolemia, ditandai dengan penurunan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi
dan pernapasan, turgor kulit buruk, mulut kering, tekanan vena sentral menurun, dan
penurunan haluaran urine.
4. Hipotensi, pada awal dialisis dapat terjadi pada pasien dengan volume darah sedikit,
seperti anak-anak dan orang dewasa yang kecil. Sedangkan hipotensi lanjut pada
dialisis biasanya karena ultrafiltrasi berlebihan atau terlalu cepat.
5. Hipertensi, penyebab yang paling sering adalah kelebihan cairan, sindrom
disequilibrium, respons renin terhadap ultrafiltrasi, dan ansietas.
6. Sindrom disequilibrium dialisis, dimanifestasikan oleh sekelompok gejala-gejala
yang diduga disfungsi serebral. Rentang beratnya gejala-gejala dari mual ringan,
muntah, sakit kepala, dan hipertensi sampai agitasi, kedutan, kekacauan mental, dan
kejang.
7. Infeksi, yang diperkirakan karena penurunan respons imunologik pada pesien uremik
yang mengalami penurunan resisten terhadap infeksi.
G. Persiapan sebelum hemodialisis
Persiapan Pasien :
1. Surat dari dokter nefrologi / penyakit dalam untuk tindakan hemodialisis
( intruksi dokter )
2. Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan hemodialisis
3. Riwayat penyakit yang pernah diderita ( penyakit lain dan alergi )
4. Keadaan umum pasien
5. Keadaan psikososial
6. Keadaaan fisik ( ukur tanda-tanda vital, berat badan, warna kulit, mata,
ekstremitas ederna +/-)
7. Data laboratorium : hb, ureum, kreatin, HbSAg
8. Pastikan bahwa pasien telah benar-benar siap dilakukan hemodialisis.
Persiapan Mesin :
1. Listrik
2. Air yang sudah diubah dengan cara :
a. Filtrasi
b. Softening
c. Deionisasi
d. Reverse osmosis
Sistem sirkulasi dialisat :
1. Sistem proporsioning
2. Asetat / bikarbonat

Sirkulasi darah :
1. dialyzer / hollow fiber
2. Priming
Persiapan alat :
1. Dialyzer
2. AV blood line
3. AV fistula
4. NaCl 0,9 %
5. Infus set
6. Spuit
7. Heparin
8. Lidocain
9. Kassa steril
10. Duk
11. Sarung tangan
12. Mangkok kecil
13. Desinfektan (alkohol/betadine)
14. Klem
15. Matcan
16. Timbangan
17. Tensimeter
18. Termometer
19. Plester
20. Perlak kecil
Langkah-langkah :
1. Setting dan Priming.
a. Mesin dihidupkan
b. Lakukan setting dengan cara
1) Keluarkan dialyzer dan AV blood line dari bungkusnya, juga slang infus set dan
NaCl-nya (perhatikan sterilitasnya).
2) Dengan teknik aseptik hubungkan ujung AV blood line pada dialyzer.
3) Pasang alat tersebut pada mesin sesuai dengan tempatnya.
4) Hubungkan Na Cl melalui infus set bebas dari udara dengan mengisinya terlebih
dahulu.
5) Tempatkan ujung V blood line dalam penampung, hindarkan kontaminasi dengan
penampung dan jangan terendam dengan air yang keluar.
c. Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan yang merah (inlet)
di bawah, caranya :
1) Alirkan NaCl ke dalam sirkulasi dengan kecepatan 100cc/menit.
2) Udara dikeluarkan dari sirkulasi.
3) Setelah semua sirkulasi terisi dan bebas dari udara, pompa dimatikan, klem
ujung AV blood line.
4) Hubungkan ujung A blood line dan V blood line dengan memakai konektor
dan klem dibuka kembali.
5) Sambungkan cairan dialisat dengan dialyzer dengan posisi outlet di bawah
dan inlet diatas.
6) Lakukan sirkulasi 5-10 menit dengan QB 150 cc/menit
7) Masukkan Heparin 1500  dalam sirkulasi.
H. Punksi Akses Vaskuler
1. Tentukan tempat punksi atau periksa tempat shunt.
2. Alasi dengan perlak kecil dan atur posisi.
3. Bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur pasien (alat-alat steril dimasukkan ke dalam
bak steril)
4. Cuci tangan, bak steril dibuka kemudian memakai hand-scoon.
5. Beritahu pasien bila akan dilakukan punksi.
6. Pasang duk steril, sebelum disinfeksi daerah yang akan dipunksi dengan betadine dan
alkohol.
7. Ambil fistula dan punksi outlet terlebih dahulu, bila perlu lakukan anaesthesi lokal,
kemudian desinfeksi.
8. Ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium.
9. Bolus heparin yang sudah diencerkan dengan Na Cl 0,9% (dosis awal).
10. Selanjutnya punksi inlet dengan cara yang sama kemudian difiksasi.
I. Memulai Hemodialisis
1. Sebelum dilakukan punksi dan memulai hemodialisis, ukur tanda-tanda vital
dan berat badan pre hemodialisis.
2. Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV blood line
diklem.
3. Sambungan AV blood line dilepas, kemudian A blood line dihubungkan dengan
punksi outlet. Ujung V blood line ditempatkan ke matcan.
4. Buka semua klem dan putar pompa perlahan-lahan sampai kurang lebih 100 cc/menit
untuk mengalirkan darah, mengawasi apakah ada penyulit.
5. Biarkan darah memasuki sirkulasi sampai pada bubble trap V blood line, kemudian
pompa dimatikan dan V blood line diklem.
6. Ujung V blood line dibuka (pastikan sambungan bebas dari udara).
7. Putar pompa dengan QB 100cc/menit kemudian naikkan perlahan-lahan antara 150 –
200 cc/menit.
8. Fiksasi AV blood line agar tidak mengganggu pergerakan.
9. Hidupkan heparin pump sesuai dengan lamanya hemodialisis.
10. Buka klem slang monitor AV pressure.
11. Hidupkan detektor kebocoran udara.
12. Ukur tekanan darah, nadi dan pernafasan.
13. Cek mesin dan sirkulasi dialisat.
14. Cek posisi dialyzer (merah diatas, biru dibawah).
15. Observasi kesadaran dan keluhan pasien.
16. Programkan hemodialisis.
17. Isi formulir hemodialisis.
18. Rapikan peralatan.
J. Penatalaksanaan Hemodialisis.
Memprogram dan Memonitor Mesin Hemodialisis.

1. Lamanya hemodialisis.
2. QB (kecepatan aliran darah) = 150 – 250 cc/menit
3. QD (kecepatan aliran dialisat) = 400-600 cc/menit
4. Temperatur dialisat 37-400C
5. TMP dan UFR
6. Heparinisasi
a. Dosis awal = 50 –100 /kgBB
1) diberikan pada waktu punksi
2) untuk priming = 1500
3) diberikan pada waktu sirkulasi AV blood line
b. Dosis maintenance = 500-2000/jam Diberikan pada waktu hemodialisis
berlangsung. kontinyu : diberikan secara terus menerus dengan bantuan pompa dari
awal hemodialisis sampai dengan 1 jam sebelum hemodialisis ber
c. intermitten : diberikan 1 jam setelah hemodialisis berlangsung dan pemberian
selanjutnya dimasukkan tiap selang waktu 1 jam terakhir tidak diberikan.
d. minimal heparin : heparin dosis awal kurang lebih 2000 selanjutnya diberikan
kalau perlu.
7. Pemeriksaan Laboraturium, ECG, dll)
8. Pemberian obat-obatan, transfusi dll.
9. Monitoring tekanan.
a. fistula pressure.
b. arterial pressure
c. venous pressure
d. dialisat pressure
e. Detektor (udara, blood leak detector)
Observasi pasien.
1) Tanda-tanda vital (TNSR, kesadaran)
2) Fisik
3) Mesin dibersihkan dan didesinfektan.
4) Setelah proses pembersihan selesai, mesin dimatikan, lepas steker mesin dari
stop kontak dan tutup kran air.
5) Bersihkan ruangan hemodialisis
Hal-hal yang perlu diperhatikan : Vital sign, Hb, Kelancaran sirkulasi ekstracorporeal.
K. Masalah Keperawatan Pada Hemodialisis
1. Ketidakseimbangan Cairan
a. Hipervolemia
b. Hipovolemia
c. Ultra filtrasi
d. Rangkaian ultrafiltrasi (Diafiltrasi)
e. Hipotensi
f. Hipertensi
g. Sindrome disequilibrium dialysis
2. Ketidakseimbangan Elektrolit
Elektrolit merupakan perhatian utama dalam dialisis, yang normalnya dikoreksi
selama prosedur adalah natrium, kalium, bikarbonat, kalisum, fosfor, dan
magnesium.
3. Infeksi
Pasien uremik mengalami penurunan resisten terhadap infeksi, yang diperkirakan
karena penurunan respon imunologik. Infeksi paru merupakan penyebab utama
kematian pada pasein uremik.
4. Perdarahan dan Heparinisasi
Perdarahan selama dialysis mungkin karena konsidi medik yang mendasari seperti
ulkus atau gastritis atau mungkin akibat antikoagulasi berlebihan. Heparin adalah
obat pilihan karena pemberiannya sederhana, meningkatkan masa pembekuan
dengan cepat, dimonitor dengan mudah dan mungkin berlawanan dengan protamin.
5. Masalah peralatan
a. Konsentrasi dialisat
b. Aliran dialisat
c. Temperatur
d. Aliran darah
e. Kebocoran darah
f. Emboli udara
BAB V
LOGISTIK
A. ATK
Kebutuhan ATK dipenuhi oleh Bagian Rumah Tangga dan perlengkapan Rumah Sakit
Umum Daerah Kab. Penajam Paser Utaramelalui buku permintaan
B. Sarana dan Prasarana untuk Pasien
Sarana dan Prasarana untuk pasien terkoordinasi dengan bagian Teknik, Laundry, dan
IPS RS. Bagian Teknik dan IPS RS bekerjasama dalam hal pemeliharaan alat dan
pemeliharaan gedung. Sedangkan bagian Laundry bekerjasama dalam hal kebersihan
sprei, sarung bantal, dsb yang diganti setiap maksimal seminggu sekali atau sesuai
kebutuhan.
C. Persediaan Bahan Obat dan Alat Habis Pakai
Sistem Pengelolaan Bahan Obat dan Alat Habis Pakai merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi aspek seleksi dan perumusan kebutuhan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan obat. Tujuan dari pengadaan yaitu
untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup
dengan kualitas harga yang dapat dipertanggung jawabkan, dalam waktu dan tempat
tertentu secara efektif dan efisien. Perencanaan pengadaan Bahan Obat dan Alat Habis
Pakai harus sesuai dengan formularium yang telah ditetapkan oleh Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (IFRS). Bahan Obat dan Alat Habis Pakai yang akan dibeli atau
diadakan harus direncanakan secara rasional agar jenis dan jumlahnya sesuai sehingga
merupakan produk atau bahan yang terbaik, meningkatkan penggunaan yang rasional
dengan harga yang terjangkau atau ekonomis.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Setiap pasien yang datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Penajam Paser Utara
dengan indikasi Hemodialisis mendapat pelayanan sesuai kebutuhannya dengan
memperhatikan keselamatan pasien, terutama agar terhindar dari cidera yang mungkin
dapat terjadi
B. Tatalaksana keselamatan pasien
1. Identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif
3. Kewaspadaan terhadap obat
4. Keselamatan terhadap tindakan
5. Mencegah tranmisi infeksi kuman rumah sakit
6. Mencegah pasien jatuh.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Yang dimaksud dengan keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mencegah dan
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja karyawan yang terjadi dilingkungan RS, dengan
memberikan perlindungan pada karyawan yang sedang bekerja dengan menggunakan alat
perlindungan diri ( APD ).
Potensi bahaya di RS, selain penyakit–penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya
lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran,
kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi liktrik, dan sumber-sumber cidera lainnya),
radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial, dan
ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut diatas jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi
para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakan, oleh karena itu K3RS perlu dikelola dengan
baik yang disertai dengan menjalankan K3RS sesuai dengan program yang telah ditetapkan.
BAB VIII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
MUTU PELAYANAN HEMODIALISIS

A. Pengertian
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar
pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, dan kebijakan yang
ditetapkan dapat mencapai sasaran yang dikehendaki.
Pengawasan memberikan dampak positif berupa :
a. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban.
b. Mencegah terulang kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban.
c. Mencari cara yang lebih baik atau membina yang lebih baik untuk mencapai
tujuan dan melaksanakan tugas organisasi.
2. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan perbaikan yang
terjadi sesuai dengan tujuan arah pengawasan dan pengendalian.
Bertujuan agar semua kegiatan dapat tercapai secara berdayaguna dan
berhasilguna. Dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas, rumusan
kerja, pedoman pelaksanaan dan peraturan yang berlaku.
Empat langkah yang dapat dilakukan dalam pengawasan dan pengendalian mutu
pelayanan yaitu :
a. Penyusunan standar biaya, standar performance mutu, standar kualitas
pelayanan.
b. Penilaian kesesuaian yaitu membandingkan dari produk yang
dihasilkan atau pelayanan yang ditawarkan terhadap standar tersebut.
c. Melakukan koreksi bila diperlukan, yaitu dengan mengoreksi penyebab
dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan.
d. Perencanaan peningkatan mutu, yaitu ; membangun upaya-upaya-upaya
yang berkelanjutan untuk memperbaiki standar yang ada.
B. Bentuk-Bentuk Pengawasan dan Pengendalian
Beberapa bentuk pengawasan dan pengendalian di Ruang Hemodialisis Rumah Sakit
Umum Daerah Kab. Penajam Paser Utara adalah sebagai berikut :
1. Pembagian tugas organizing
a. Pembagian Tugas
b. Pendelegasian Tugas
c. Koordinasi Tugas
d. Pengaturan/Manajemen Waktu
e. Pengaturan dan pengendalian situasi tempat praktek
f. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi klien
g. Pengembangan MPKP dengan MPM
1) Pelaksanaan Tugas
a) Pelaksanaan tugas Kepala Ruang Keperawatan
b) Pelaksanaan tugas Primary Nurse
c) Pelaksanaan tugas Assosiated Nurse
2) Hubungan Profesional
a) Hubungan Profesional antara Staf Keperawatan dengan Pasien
b) Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan
c) Hubungan Profesional/Kemitraan Antara Staf Keperawatan
Dengan Dokter/Tim Kesehatan Lain
d) Hubungan Profesional Antara Staf Keperawatan Dengan Peserta
Didik Dengan MPM
e) Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (operan)
f) Pelaksanaan Meeting Morning
g) Pelaksanaan Pre Conference
h) Pelaksanaan Post Conference
i) Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
a. Pelaksanaan informasi pasien baru
2. Pelaksanaan tugas meeting pre-post konfrens
a) Pengarahan
b) Supervise staff
c) Koordinasi
d) Orientasi staff
e) Orientasi pasien/keluarga
f) Memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan.
g) Memberi motivasi pada anggota
h) Membuat keputusan
i) Manajemen konflik
j) Menelaah kemampuan individu
k) Membimbing tenaga keperawatan
l) Mengadakan pertemuan berkala/sewaku-waktu dengan staff keperawatan
dan petugas lain yang bertugas diruang rawatnya
m) Memberi kesempatan/ijin kepada staf keperawatan
n) Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan
o) Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter
p) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat
menurut tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi untuk kelancaran pemberia
asuhan keperawatan
q) Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan asuhan
keperawatan
r) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruang rawat
s) Menyiapkan berkas catatan medik pasien
t) Memberi penyuluhan kesehatan
u) Melakukan serah terima pasien dan lain-lain pada saat pergantian dinas
3. Pelaksanaan tugas coordinator ruangan
a) Pengawasan langsung melalui inspeksi
b) Pengawasan langsung melalui laporan langsung secara lisan
c) Pengawasan langsung melalui laporan tertulis
d) Pengawasan kelemahan yang ada
e) Pengawasan tidak langsung dengan mengecek daftar hadir perawat yang
ada
f) Pengawasan tidak langsung dengan membaca dan memeriksa rencana
keperawatan
g) Pengawasan dengan mendengar laporan dari PN mengenai pelaksanaan
tugas
h) Evaluasi upaya pelaksanaan
i) Membandingkan dengan rencana perawatan yang telah disusun bersama
dengan PN
j) Pengawasan yang dilakukan oleh kepala unit :
1) Sosialisasi kebijakan
2) Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan kebijaksanaan
3) Mengecek kelengkapan inventaris peralatan
4) Mengecek obat – obatan yang tersedia
5) Melakukan supervisi
6) Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan
7) Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan
4. Melakukan pengembangan SDM melalui pelatihan, seminar work shop dan temu
ilmiah
BAB IX
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aspek penting dalam merawat pasien yang mengalami nyeri adalah mengkaji kembali
nyeri setelah intervensi diterapkan. Mengevaluasi seberapa efektif tindakan yang diterapkan
didasarkan pada pengkajian nyeri pasien. Jika intervensi tidak efektif perawat harus
mempertimbangkan tindakan lain dengan konsultasi dokter.

B. Saran
Setelah intervensi mengalami keberhasilan pasien diminta untuk menilai intensitas
nyerinya, sehingga dapat menunjukkan keefektifan tindakan pereda nyeri dan memberikan
dasar untuk melanjutkan atau memodifikasi rencana perawatan.
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitor
1. Keperawatan
Sistem monitoring keperawatan dilaksanakan sesuai dengan metode asuhan
keperawatan pada pasien Hemodialisis meliputi:
a. Ketepatan dalam melaksanakan tindakan ( Cara, alat-alat penunjang asuhan
keperawatan )
b. Respon pasien saat dilaksanakan implementasi
2. Medis
Monitoring dilaksanakan berdasarkan teknik pemberian dan jenis obat yang diberiakan
sesuai dengan indikasi meliputi:
a. Ketepatan pemberian obat
( Tepat pasien, Jenis Obat, Dosis, Cara, dan Cara Pemberian )
b. Reaksi pasien setelah pemberian terapi
3. Kolaboratif
Monitoring dilaksanakn setelah melaksankan tindakan kolaboratif meliputi:
a. Tindakan kolaboratif dengan unit rawat inap dan rawat jalan
b. Unit penunjang
4. Pelayanan
Monitoring dilaksanakan oleh kepala bidang pelayanan yang diawasi langsung oleh
wakil direktur bidang pelayanan.

B. Evaluasi
Pelayanan pada pasien Hemodialisis merupakan salah satu pelayanan pasien yang dinilai
berdasarkan pelayanan secara komprehensif yang dapat tercapai atau tak tercapainya
pelayanan tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan kepada pasien yang gagal ginjal kronis dengan Hemodialisis oleh petugas
kesehatan dilakukan dengan cara memberi pelayanan khusus jasmaniah dan rohaniah sebelum
pasien di lakukan tindakan Hemodialisis. Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan
biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual pasien Hemodialisis dengan memperhatikan
moral, etika serta menumbuhkan sikap empati dan caring kepada pasien.

B. Saran
Penanganan pasien perlu dukungan semua pihak yang terkait, terutama keluarga
pasien dan perlu tindakan yang tepat dari perawat dan dokter yang merawatnya.

Anda mungkin juga menyukai