Anda di halaman 1dari 10

Pertanyaan mengenai jam kerja di

Indonesia
Jam Kerja, waktu Istirahat kerja, waktu lembur diatur dalam pasal 77 sampai pasal 85
Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Di beberapa perusahaan, jam
kerja,waktu istirahat dan lembur dicantumkan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

Sungguh melelahkan bukan, bila kita diharuskan bekerja berjam-jam di dalam dan di luar
kantor sehari-hari, bahkan ada yang sampai kerja lembur. Bagaimana dengan upah lembur
kita? Berapa sih upah yang sesuai untuk jam kerja kita tersebut? Belum lagi, di sela-sela jam
kerja itu, karyawan juga berhak untuk mendapat jam istirahat dan waktu untuk beribadah.
Pertanyaan – pertanyaan tersebut pasti sering terlintas di pikiran anda. Sekarang, mari kita
tela’ah bersama ya.

Berapa lama sebenarnya jam kerja kita dalam sehari?

Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam 1
hari dan 40 jam dalam 1 minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam 1
minggu, kewajiban bekerja mereka 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu.

Apa kata Undang-Undang mengenai Jam Kerja?


Jam Kerja dalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan/atau
malam hari. Jam Kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam Undang-Undang
No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85.

Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan


ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem seperti yang telas
disebutkan diatas yaitu:

 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam
1  minggu; atau
 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1
minggu.

Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam kerja yaitu 40 (empat puluh)
jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila melebihi dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka
waktu kerja biasa dianggap masuk sebagai waktu kerja lembur sehingga pekerja/buruh
berhak atas upah lembur.

 
Akan tetapi, ketentuan waktu kerja tersebut tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan
tertentu seperti misalnya pekerjaan di pengeboran minyak lepas pantai, sopir angkutan jarak
jauh, penerbangan jarak jauh, pekerjaan di kapal (laut), atau penebangan hutan.

Ada pula pekerjaan-pekerjaan tertentu yang harus dijalankan terus-menerus, termasuk pada
hari libur resmi (Pasal 85 ayat 2 UU No.13/2003). Pekerjaan yang terus-menerus ini
kemudian diatur dalam Kepmenakertrans No. Kep-233/Men/2003 Tahun 2003 tentang Jenis
dan Sifat Pekerjaan yang Dijalankan Secara Terus Menerus. Dan dalam penerapannya tentu
pekerjaan yang dijalankan terus-menerus ini dijalankan dengan pembagian waktu kerja ke
dalam shift-shift.

Bagaimana Perjanjian Kerja Bersama mengatur mengenai Jam Kerja?

Ketentuan mengenai pembagian jam kerja, saat ini mengacu pada UU No.13/2003. Ketentuan
waktu kerja diatas hanya mengatur batas waktu kerja untuk 7 atau 8 sehari dan 40 jam
seminggu dan tidak mengatur kapan waktu atau jam kerja dimulai dan berakhir.

Pengaturan mulai dan berakhirnya waktu atau jam kerja setiap hari dan selama kurun waktu
seminggu, harus diatur secara jelas sesuai dengan kebutuhan oleh para pihak dalam
Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

Pada beberapa perusahaan, waktu kerja dicantumkan dalam Peraturan Perusahaan (PP) atau
Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Sebagaimana diatur dalam Pasal 108 ayat 1 UU
No.13/2003, PP dan PKB mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau pejabat yang
ditunjuk (biasanya Disnaker).

Apa yang dimaksud dengan waktu kerja lembur?

Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari untuk 6 hari kerja dan 40
jam dalam seminggu atau 8 jam sehari untuk 8 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau
waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan
Pemerintah (Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri no.102/MEN/VI/2004).

Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam/hari dan 14 jam dalam 1
minggu diluar istirahat mingguan atau hari libur resmi.

Bagaimana dengan perhitungan upah lembur?


Perhitungan Upah Lembur didasarkan upah bulanan dengan cara menghitung upah sejam
adalah 1/173 upah sebulan.

Berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam Kepmenakertrans No. 102/MEN/VI/2004 ,


Rumus perhitungan upah lembur adalah sebagai berikut:

a) Perhitungan Upah Lembur Pada Hari Kerja

PERHITUNGAN UPAH LEMBUR PADA HARI KERJA  


Jam
Rumus Keterangan  
Lembur
1,5  X 1/173
Jam Upah Sebulan adalah 100% Upah bila upah yang berlaku di
x Upah
Pertama perusahaan terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap.
Sebulan
Atau 75% Upah bila Upah yang berlaku di perusahaan terdiri
Jam Ke-2 2   X 1/173 x dari upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap.
 
&3 Upah Sebulan Dengan ketentuan Upah sebulan tidak boleh lebih rendah dari
upah minimum
 

Contoh:

Jam kerja Manda adalah 8 jam sehari/40 jam seminggu. Ia harus melakukan kerja lembur
selama 2 jam/hari selama 2 hari. Gaji yang didapat Manda adalah Rp. 2.000.000/bulan
termasuk gaji pokok dan tunjangan tetap. Berapa upah lembur yang didapat Manda?

Manda hanya melakukan kerja lembur total adalah 4 jam. Take home pay Manda berupa Gaji
pokok dan tunjangan tetap berarti Upah sebulan = 100% upah

Sesuai dengan rumus maka Upah Lembur Manda :

4 jam x 1/173 x Rp. 2.000.000 = Rp.46.243

Apa yang kata Undang-Undang mengenai panggilan kerja secara tiba-tiba?

Dalam UU Tenaga Kerja No.13 tahun 2003 sendiri, tidak mengatur mengenai panggilan kerja
secara tiba-tiba. Akan tetapi UU No.13/2003 mengatur mengenai waktu kerja lembur pada
hari kerja, hari-hari libur mingguan maupun libur resmi. Pertanyaan mengenai kerja lembur
pada hari libur mingguan dan libur nasional dapat Anda lihat di “Akhir Pekan dan Hari
Libur"
Bagaimana Perjanjian Kerja Bersama mengatur mengenai panggilan kerja secara tiba-
tiba?

Karena UU Tenaga Kerja No.13 tahun 2003 tidak mengatur mengenai panggilan kerja secara
tiba-tiba. Peraturan Perusahaan ataupun Perjanjian Kerja Bersama-lah yang mengatur
mengenai ketentuan panggilan kerja secara tiba-tiba di hari libur.  Syarat dari pemanggilan
kerja secara tiba-tiba ini adalah :

 Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan


 Terdapat pekerjaan yang membahayakan keselamatan perusahaan jika tidak cepat
diselesaikan.
 Dalam penyelesaian pekerjaan yang sangat penting bagi perusahaan dan
tetap memperhatikan saran – saran Serikat Pekerja.

Managemen perusahaan dapat mengatur jam kerja dan kerja lembur dan perhitungan upah
lembur (baik melalui Peraturan Perusahaan maupun Perjanjian Kerja Bersama) sepanjang
masih sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Apa yang dimaksud dengan istirahat kerja?

Jam istirahat kerja adalah waktu untuk pemulihan setelah melakukan pekerjaan untuk waktu
tertentu. Sudah merupakan kewajiban dari perusahaan untuk memberikan waktu istirahat
kepada pekerjanya.

Apa kata Undang-Undang mengenai Jam Istirahat Kerja?

 Setiap pekerja berhak atas istirahat antara jam kerja dalam sehari, sekurang kurangnya
1/2 jam setelah bekerja 4 jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak
termasuk jam kerja (Pasal 79 UU 13/2003).  Selain itu, pengusaha wajib memberikan
waktu secukupnya bagi pekerja untuk melaksanakan ibadah (Pasal 80 UU 13/2003).
 Masa istirahat mingguan tidak boleh kurang dari 1 (satu) hari setelah 6 (enam) hari
kerja atau tidak boleh kurang dari 2 (dua) hari setelah 5 (lima) hari kerja dalam satu
minggu (Pasal 79 UU 13/2003).

Berdasarkan pasal 85 UU no. 13 tahun 2003, pekerja tidak wajib bekerja pada hari – hari
libur resmi ataupun hari libur yang ditetapkan oleh perusahaan. Karena waktu istirahat itu
merupakan hak kita, maka perusahaan wajib memberikan upah penuh. Akan tetapi, ada
kalanya perusahaan menuntut pekerja untuk tetap bekerja pada hari – hari libur karena sifat
pekerjaan yang harus dilaksanakan terus – menerus. Perusahaan yang mempekerjakan
pekerjanya di hari libur, wajib membayar upah lembur.

Bagaimana Perjanjian Kerja Bersama mengatur mengenai Jam Istirahat Kerja?


Syarat-syarat kerja yang harus dicantumkan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) salah
satunya adalah Hari Kerja, Jam Kerja, Istirahat dan Waktu Lembur. Waktu istirahat yang
sesuai dengan UU No.13/2003, waktu istirahat antara jam kerja sekurang-kurangnya setengah
jam setelah bekerja selama 4 jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk
jam kerja (Pasal 79 UU 13/2003). Dan waktu istirahat mingguan adalah 1 hari untuk 6 hari
kerja/minggu atau 2 hari untuk 5 hari kerja/minggu (Pasal 79 UU 13/2003).

Pada praktiknya, waktu istirahat ini diberikan oleh perusahaan pada jam makan siang, ada
yang 11.30-12.30, atau 12.00-13.00 ada pula yang memberikan waktu istirahat 12.30-13.30.
Ada yang memberi waktu istirahat hanya setengah jam, namun sebagian besar perusahaan
memberikan waktu istirahat satu jam. Dan penentuan jam istirahat ini menjadi kebijakan dari
masing-masing perusahaan yang diatur dalam Peraturan Perusahaan (PP), atau Perjanjian
Kerja Bersama (PKB).

Dalam Perjanjian Kerja Bersama, diatur lebih merinci mengenai jam kerja, waktu istirahat
dan jam kerja bagi yang bekerja dengan sistem shift-shift. Dan biasanya dalam PKB pun,
dirinci jam kerja shift bagi setiap divisi (contoh divisi produksi, keamanan, dll).

Ketentuan hari dan jam kerja dalam Perjanjian Kerja Bersama dapat dirubah berdasarkan
kesepakatan antara Pengusaha dengan  Serikat  Pekerja  serta  pelaksanaannya  dilakukan 
dengan menetapkan kalender kerja setiap tahunnya dengan tentunya mengindahkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Berapa lama waktu istirahat kerja dalam sehari yang berhak didapatkan karyawan?

Setiap karyawan berhak atas istirahat antara jam kerja dalam sehari, sekurang kurangnya 1/2
jam setelah bekerja 4 jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam
kerja. Selain itu, pengusaha wajib memberikan waktu secukupnya bagi karyawannya untuk
melaksanakan ibadah.

Apa kata Undang-Undang mengenai kerja shift pagi, siang dan malam?
Pengaturan jam kerja dalam sistem shift diatur dalam UU no.13/2003 mengenai
Ketenagakerjaan yaitu diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut :

 Jika jam kerja di lingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya (selanjutnya
disebut “perusahaan”) ditentukan 3 (tiga) shift, pembagian setiap shift adalah
maksimum 8 jam per-hari, termasuk istirahat antar jam kerja (Pasal 79 ayat 2 huruf a
UU No.13/2003)
 Jumlah jam kerja secara akumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih dari 40 jam
per minggu (Pasal 77 ayat 2 UU No.13/2003).
 Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam/hari per-shift atau
melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40  jam per minggu, harus sepengetahuan dan
dengan surat perintah (tertulis) dari pimpinan (management) perusahaan yang
diperhitungkan sebagai waktu kerja lembur (Pasal 78 ayat 2 UU No.13/2003).

Dalam penerapannya, terdapat pekerjaan yang dijalankan terus-menerus yang dijalankan


dengan pembagian waktu kerja ke dalam shift-shift. Menurut Kepmenakertrans
No.233/Men/2003, yang dimaksud dengan pekerjaan yang diljalankan secara terus menerus
disini adalah pekerjaan yang menurut jenis dan sifatnya harus dilaksanakan atau dijalankan
secara terus menerus atau dalam keadaan lain berdasarkan kesepakatan antara pekerja dengan
pengusaha. Contoh-contoh pekerjaan yang jenis dan sifatnya harus dilakukan terus menerus
adalah : pekerjaan bidang jasa kesehatan, pariwisata, transportasi, pos dan telekomunikasi,
penyediaan listrik, pusat perbelanjaan, media massa, pengamanan dan lain lain yang diatur
dalam Kep.233/Men/2003 pasal 2.

Ada pula peraturan khusus yang mengatur mengenai pembagian waktu kerja bagi para
Satpam yaitu SKB Menakertrans dan Kapolri Nomor Kep.275/Men/1989 dan Nomor
Pol.Kep/04/V/1989. Dan juga peraturan khusus mengenai waktu kerja bagi pekerja di sektor
usaha energi dan sumber daya mineral yaitu Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI Nomor Kep.234//Men/2003 tentang Waktu Kerja dan Waktu Istirahat Pada
Sektor Usaha Energi Dan Sumber Daya Mineral pada Daerah Tertentu.

Apa kata Undang-Undang mengenai pekerja perempuan yang bekerja shift malam?
Menurut pasal 76 Undang-Undang No. 13 tahun 2003, pekerja perempuan yang berumur
kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan
pukul 07.00, yang artinya pekerja perempuan diatas 18 (delapan belas) tahun diperbolehkan
bekerja shift malam (23.00 sampai 07.00). Perusahaan juga dilarang mempekerjakan pekerja
perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan
kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul
07.00.

Bagaimana Perjanjian Kerja Bersama mengatur mengenai kerja shift pagi, siang dan
malam?
Karena tidak diatur secara spesifik mengenai pembagian jam kerja ke dalam shift-shift dalam
UU no.13/2003, berapa jam seharusnya 1 shift dilakukan, maka pihak manajemen perusahaan
dapat melakukan pengaturan jam kerja shift (baik melalui Peraturan Perusahaan, Perjanjian
Kerja maupun Perjanjian Kerja Bersama) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Saat seorang karyawan bekerja sampai melewati jam kerja normal, benarkah bahwa
perusahaan wajib menyediakan transportasi untuk mengantar pulang karyawan tsb?
Apakah upah kita akan dibayar penuh di hari waktu istirahat mingguan (weekend/day
off) dan hari libur nasional?

Sudah merupakan kewajiban dari perusahaan untuk memberikan waktu istirahat kepada
pekerjanya. Masa istirahat mingguan tidak boleh kurang dari 1 (satu) hari setelah 6 (enam)
hari kerja atau tidak boleh kurang dari 2 (dua) hari setelah 5 (lima) hari kerja dalam satu
minggu dan berdasarkan Undang – Undang no. 13 pasal 85 tahun 2003, pekerja tidak wajib
bekerja pada hari – hari libur resmi ataupun hari libur yang ditetapkan oleh perusahaan.
Karena waktu istirahat itu merupakan hak kita, maka perusahaan wajib memberikan upah
penuh. Akan tetapi, ada kalanya perusahaan menuntut pekerja untuk tetap bekerja pada hari –
hari libur karena sifat pekerjaan yang harus dilaksanakan terus – menerus. Perusahaan yang
mempekerjakan pekerjanya di hari libur, wajib membayar upah lembur.

Bagaimana apabila jam kerja kita jauh melebihi jam kerja standar (40jam/minggu)?
Dan bagaimana bila perusahaan tidak membayar kelebihan jam kerja tersebut?

Jam kerja yang sesuai dengan Undang –undang di Indonesia adalah 40 jam/minggu, untuk
jam kerja lebih dari itu, perusahaan wajib membayarkan upah lembur. Apabila perusahaan
tidak memberikan upah lembur, pekerja bisa menuntut via manajemen sumber daya manusia
di perusahaan tersebut ataupun berkonsultasi dengan serikat buruh dan perusahaan pun bisa
terkena sanksi pidana/administratif.

Akan tetapi, terkadang ada perusahaan di jenis pekerjaan tertentu yang memang
mengharuskan pekerjanya untuk bekerja lebih dari jam kerja standar. Pengusaha yang
mempekerjakan pekerja melebihi waktu harus memenuhi syarat :

a. ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan


b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam
1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu

Biasanya perusahaan akan memberi tahu jam kerja kita yang melebihi standar dan sistem
pengupahannya pada saat interview dan kita berhak melakukan n egosiasi mengenai hal ini.
Kesepakatan jam kerja itu akan ditulis dalam Surat Perjanjian Kerja. Jika telah terjadi
kesepakatan mengenai hal ini, kita tidak bisa menuntut.

Bagaimana dengan perhitungan jam kerja shift malam?

Menurut Undang-Undang no.13 tahun 2003, jam kerja yang berlaku adalah 7 jam dalam 1
hari dan 40 jam dalam 1 minggu untuk karyawan dengan 6 hari kerja. Sedangkan untuk
karyawan dengan 5 hari kerja dalam 1 minggu, kewajiban bekerja mereka 8 jam dalam 1 hari
dan 40 jam dalam 1 minggu. Akan tetapi, ketentuan waktu kerja diatas tidak berlaku bagi
sektor usaha atau pekerjaan tertentu contohnya : pekerjaan di sektor pertambangan, layanan
jasa 24 jam seperti Rumah Sakit, Pemadam Kebakaran, Call Center, dsb. Jam kerja pada
pekerjaan ini mencapai 8 sampai 12 jam kerja dalam 1 hari.

Untuk jam kerja shift malam, pada prakteknya karyawan shift malam bekerja selama 7 jam
dalam 1 hari selama 5 hari kerja dengan total 35 jam dalam 1 minggu, berbeda 5 jam dalam
seminggu dibanding jam kerja shift pagi/siang. Akan tetapi ada juga perusahaan yang tetap
mempekerjakan karyawan shift malam sama seperti karyawan shift pagi/siang yaitu 8
jam/hari atau 40 jam seminggu dengan memberikan tunjangan shift.

Apakah kedatangan 2 kali dalam 1 hari kerja bagi para pekerja shift itu
diperbolehkan? Apakah hal tersebut sesuai dengan UU yang berlaku?

Tidak ada Undang-Undang Ketenagakerjaan yang mengatur bahwa pekerja shift diharuskan
datang 2 kali dalam 1 hari kerja.  UU baik Peraturan Menteri Kep.234/MEN/2003 maupun
Permen Menteri No.15 Tahun 2005 Tentang Waktu Kerja dan Istrahat Pada Sektor Usaha
Pertambangan Umum Pada Daerah Operasi Tertentu juga tidak mengatur shift  seperti
tersebut.

Pasal 77 ayat (3) UU No.3 Tahun 2003 yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut;

(3)     Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku bagi
sektor usaha atau pekerjaan tertentu.

Sementara itu penjelasan terkait pasal 77 ayat (3) adalah yang dimaksud sektor usaha atau
pekerjaan tertentu dalam ayat ini misalnya pekerjaan di pengeboran minyak lepas pantai,
sopir angkutan jarak jauh, penerbangan jarak jauh, pekerjaan di kapal (laut), atau penebangan
hutan.

Jadi, bila ada  Peraturan Perusahaan (PP) di perusahaan tempat Anda bekerja bertentangan
dengan Peraturan yang ada maka Peraturan Perusahaan tempat anda bekerja menjadi batal
demi hukum.

Apa yang harus dilakukan apabila perusahaan mengadakan kegiatan aktifitas diluar
jam kerja yang tidak ada hubungannya dengan pelayanan kerja seperti senam pagi?
Apakah hal tersebut dapat dikategorikan sebagai waktu kerja lembur bagi pekerja
shift/ pekerja yang sedang libur?

Kebijakan senam pagi yang dibuat oleh perusahaan tersebut bila dipandang dari sisi positif 
adalah untuk kepentingan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran para karyawan. Akan
tetapi bila  bertolak belakang dengan jam tugas dengan shift yang tidak memungkinkan 
dilaksanakan, maka Anda dapat mennyampaikan keberatan kepada manajemen perusahaan
dengan alasan yang tepat.

Akan tetapi, apabila perusahaan Anda mengadakan kegiatan/pertemuan diluar jam kerja
berkaitan dengan tugas, maka Anda berhak atas upah lembur sesuai ketentuan perundang-
undangan. Perintah lembur  harus atas persetujuan karyawan yang bersangkutan berdasarkan 
ketentuan Pasal 78 ayat (1) dan ayat (2) yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut;

Ayat (1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat :

a. ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan

b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari
dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.

Ayat (2) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib membayar upah kerja lembur.

Bagaimana peraturan mengenai pasal 5 ayat 2 di Kepmen No.234 tahun 2003 tentang
waktu kerja dan istirahat pada sektor usaha energi dan sumber daya mineral pada
daerah tertentu?

Isi dari Kepmenakertrans No.234/MEN/2003 Tentang Waktu Kerja dan Istirahat Pada Sektor
Usaha Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Daerah Tertentu pasal 5 ayat (2) adalah :

Pasal 5

(2) Perusahaan yang menggunakan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) huruf c sampai dengan huruf n, harus menggunakan perbandingan waktu kerja dengan
waktu istirahat 2 (dua) banding 1 (satu) untuk 1 (satu) periode kerja dengan ketentuan
maksimum 14 (empat belas) hari terus menerus dan istirahat minimum 5 (lima) hari dengan
upah tetap dibayar.

Bila melihat ketentuan Pasal 5 ayat 2 No.234/MEN/2003 Kepmenakertrans tersebut diatas,


maka seharusnya apabila Anda bekerja selama 6 minggu seharusnya mendapatkan 19 hari
istrahat. Namun demikian bila  mengacu pada Pasal 3 dan Pasal 4 ayat (1), dan (2) 
Kepmennakertrans No.234/MEN/2003 yang berbunyi sebagai berikut;

Pasal 3

Pelaksanaan waktu istirahat diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Pasal 4

(1)     Perusahaan dapat melakukan pergantian dan atau perubahan waktu kerja dengan
memilih  dan menetapkan kembali waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1).
(2)     Pergantian dan atau perubahan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib diberitahukan terlebih dahulu oleh Pengusaha kepada pekerja/buruh sekurang-
kurangnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal perubahan dilaksanakan.

Pasal 3 diatas cukup jelas diatur Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja
Bersama. Pasal 4 ayat (1) jelas perusahaan dapat melalukan penggantian waktu kerja.
Namun  juga diikat pada ayat (2), bila anda setuju tidak jadi masalah. Khusus untuk
Perjanjian Kerja Bersama mekanismenya harus  menjadi Serikat Buruh.

Jika kita masuk kerja terlambat namun masih bekerja terhitung kerja 4 jam (kurang
dari 8 jam), apakah hak upah makan tidak diberikan? 

Tetap dapat uang makan, setiap Buruh/Pekerja telah bekerja 4 jam secara terus menerus
berhak untuk mendapat upah makan.

Sumber:

 Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.


 Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Kepala Kepolisian RI Nomor
Kep.275/Men/1989 dan Nomor Pol.Kep /04/V/1989 tentang Pengaturan Jam Kerja,
Shift dan Jam Istirahat serta Pembinaan Tenaga Satuan Pengamanan (SATPAM).
 Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor
Kep.233/Men/2003 tentang Jenis dan Sifat Pekerjaan yang dijalankan secara terus
menerus.
 Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor
Kep.234//Men/2003 tentang Waktu Kerja dan Waktu Istirahat Pada Sektor Usaha
Energi Dan Sumber Daya Mineral pada Daerah Tertentu

Anda mungkin juga menyukai