Anda di halaman 1dari 18

Percobaan ke-2

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA I

“Penentuan Kalor Pembakaran Zat”

DISUSUN OLEH:

Kelompok 1 (satu)

1. Anis fahrunisah (170332614512) ***


2. Ernesta Purnamarini (1703326145)
3. Siti Nur Mahmudah (1703326145)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

FEBRURI 2019
A. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat menentukan kalor pembakaran zat dengan menggunakan Parr
Adiabatic Bomb Calorimeter.

B. Dasar Teori

Proses yang terjadi di dalam kalorimeter bom berlangsung secara adiabatik.


Kalor yang dilepaskan dalam proses pembakaran digunakan untuk menaikkan
suhu kalorimeter. Berdasarkan kenaikan suhu kalorimeter tersebut dapat
ditentukan kalor pembakarannya.

Pereaksi pada suhu T1 ∆UC Hasil reaksi pada suhu T2

∆U = C (T2 ― T1)

∆UT
Hasil reaksi pada suhu T1

Keterangan:
C = Kapasitas kalor (kal/oC) kalorimeter (ember + air + bom)

∆UT = Perubahan energi dalam sistem

∆UC = Perubahan energi dalam kalorimeter

T1 = Suhu awal pereaksi

T2 = Suhu akhir hasil reaksi

Hal yang ditentukan dalam percobaan ini yaitu ∆U T, yaitu perubahan energi
dalam yang dialami sistem atau bahan yang dibakar. Dengan mengasumsikan
bahwa proses yang terjadi pada bomb calorimeter merupakan proses adiabatis
sempurna, maka ∆UC = 0. Berdasarkan hukum Hess, dapat dirumuskan sebagai
berikut:

∆UC = ∆UT + ∆U
0 = ∆UT + C (T2 ― T1)

∆UT = –C (T2 ― T1) …………… (1)

Langkah pertama dalam percobaan ini yaitu menentukan kapasitas kalor


kalorimeter bom. Kapasitas kalor merupakan suatu besaran terukur yang
menggambarkan banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu
zat dengan jumlah tertentu. Penentuan kapasitas kalor dilakukan dengan cara
membakar sejumlah zat standar yang telah diketahui kalor pembakarannya. Zat
standar yang biasa digunakan yaitu asam benzoat. Nilai kapasitas kalor tersebut
selanjutnya digunakan untuk menentukan kalor pembakaran zat sampel, yaitu
kalor yang dilepaskan atau diserap oleh 1 mol unsur atau senyawa.

Sampel yang akan ditentukan kalor pembakarannya dibakar dengan kondisi


yang sama dengan kondisi pembakaran zat standar. Langkah berikutnya, kenaikan
suhu yang dihasilkan pada proses pembakaran (T2 - T1) diukur. Dengan demikian,
∆UT setiap sampel dapat ditentukan dengan menggunakan harga C yang telah
ditentukan sebelumnya pada pembakaran zat standar.

Pada penentuan kalor pembakaran dengan cara tersebut, perlu dilakukan


koreksi, karena terdapat kalor yang dilepaskan akibat terjadi pembentukan asam
nitrat dan pembakaran kawat pemanas. Jika zat yang dibakar mengandung
belerang, maka harus ada koreksi pula terhadap kalor pembentukan sulfat. Jika
∆U1 merupakan koreksi terhadap pembentukan asam nitrat dan ∆U2 merupakan
koreksi terhadap kalor pembakaran kawat pemanas, maka persamaan (1) harus
diubah menjadi:

∆UT + ∆U1 + ∆U2 = – C (T2 ― T1) ……………. (2)

Secara praktis:
∆U1 = Volume (mL) larutan Na2CO3 0,0725 N yang diperlukan untuk
menetralkan asam nitrat x (–1 kal/mL)

∆U2 = Panjang kawat yang terbakar (cm) x (–2,3 kal/cm).


Jika dalam percobaan, m gram zat terbakar dan menimbulkan kenaikan suhu
sebesar ∆T, maka kalor pembakaran zat tersebut dihitung dengan rumus:

∆UT = – (C. ∆T ― ∆U1 ― ∆U2)/m (dalam kal/gram) …………… (3)

Jika dalam percobaan, n mol zat terbakar dan menimbulkan kenaikan suhu sebesar
∆T, maka kalor pembakaran zat tersebut dihitung dengan rumus:

∆UT = – (C. ∆T ― ∆U1 ― ∆U2)/n (dalam kal/mol) …………… (4)


Hasil pengukuran juga dapat dinyatakan dalam perubahan entalpi ∆H, dengan
menggunakan hasil perhitungan persamaan (4), dimasukkan pada persamaan:

∆HT = ∆UT + (n2 ― n1)RT

= ∆UT + ∆n.RT (dalam kal/mol) …………(5)

Dengan (n2 ― n1) merupakan perbedaan jumlah mol produk dan mol pereaksi
yang berwujud gas pada suhu T.

C. Metodologi

 Alat:

1. Parr Adiabatic Bomb Calorimeter (1 buah)

2. Neraca analitik (1 buah)

3. Stop Watch (1 buah)

4. Botol semprot (1 buah)

5. Termometer (1 buah)

6. Erlenmeyer (1 buah)

7. Buret (1 buah)

 Bahan:

1. Air
2. Naftalena

3. Briket

4. Gas oksigen

5. Larutan standar Na2CO3 0,0725 N

6. Indikator metil merah

7. Akuades
 Prosedur Percobaan

1. Penentuan kapasitas kalor Bomb Calorimeter

Naftalena

- Diambil sebanyak 1 tablet dan ditimbang dengan menggunakan


neraca analitik.
- Dimasukkan ke dalam mangkuk sampel dalam bom.
- Dipasang kawat pemanas pada kedua elektroda, hingga kawat harus
tepat menyentuh permukaan naftalena.
- Ditutup bom dengan rapat.
- Diisi dengan gas oksigen secara perlahan-lahan sampai tekanan
pada manometer menunjukkan 20 atmosfer.
- Diisi ember kalorimeter dengan 2 L air.
- Dimasukkan ke dalam kalorimeter.
- Diletakkan bom ke dalam ember dan dipasangkan termometer.
- Dibiarkan selama 4 - 5 menit.
- Dijalankan arus listrik untuk membakar cuplikan, dengan menekan
tombol selama lebih dari 5 detik.
- Dicatat suhu air tiap menit, hingga tercapai harga maksimum yang
konstan selama paling tidak 2 menit.
- Dikeluarkan gas-gas hasil reaksi melalui lubang di atas bom dengan
memutar drei.
- Dibuka kalorimeter dan dikeluarkan bom dari dalam ember secara
perlahan-lahan.
- Dicuci bagian dalam bom dengan menggunakan botol semprot.
- Ditampung filtrat hasil cucian dalam labu Erlenmeyer.
- Ditambahkan 3 tetes indikator metil merah.
- Dititrasi dengan larutan Na2CO3 0,0725 N.
- Dilepaskan kawat pemanas yang tidak terbakar dari elektroda dan
diukur panjangnya.
- Dihitung kapasitas kalor kalorimeter dengan menggunakan
persamaan (3)

Hasil
2. Penentuan Kalor Pembakaran Zat

Briket
-Diambil sebanyak 1 tablet dan ditimbang dengan menggunakan
neraca analitik.
-Dimasukkan ke dalam mangkuk sampel dalam bom.
-Dipasang kawat pemanas pada kedua elektroda, hingga kawat
harus tepat menyentuh permukaan briket.
-Ditutup bom dengan rapat.
-Diisi dengan gas oksigen secara perlahan-lahan sampai tekanan
pada manometer menunjukkan 20 atmosfer.
-Diisi ember kalorimeter dengan 2 L air.
-Dimasukkan ke dalam kalorimeter.
-Diletakkan bom ke dalam ember dan dipasangkan termometer.
-Dibiarkan selama 4-5 menit.
-Dijalankan arus listrik untuk membakar cuplikan, dengan menekan
tombol selama lebih dari 5 detik.
-Dicatat suhu air tiap menit, hingga tercapai harga maksimum yang
konstan selama paling tidak 2 menit.
-Dikeluarkan gas-gas hasil reaksi melalui lubang di atas bom
dengan memutar drei.
-Dibuka kalorimeter dan dikeluarkan bom dari dalam ember secara
perlahan-lahan.
-Dicuci bagian dalam bom dengan menggunakan botol semprot.
-Ditampung filtrat hasil cucian dalam labu Erlenmeyer.
-Ditambahkan 3 tetes indikator metil merah.
-Dititrasi dengan larutan Na2CO3 0,0725 N.
-Dilepaskan kawat pemanas yang tidak terbakar dari elektroda dan
diukur panjangnya.
-Dihitung kalor pembakaran briket.

Hasil
D. Pembahasan
a. Data Hasil Pengamatan

Pengamatan Percobaan 1 Percobaan 2


No. (Naftalena) (Briket)
1. Massa Zat (gram) 1,04 0,924
2. Suhu air dalam ember (T1) 25,9 26,4
3. Suhu air (oC) Menit ke-1: 25,9 Menit ke-1: 26,2
Menit ke-2: 26 Menit ke-2: 26,4
Menit ke-3: 26 Menit ke-3: 26,4
Menit ke-4: 26 Menit ke-4: 26,4
Menit ke-1: 28,6
Menit ke-2: 29,4 Menit ke-1: 27,2
Menit ke-3: 29,7 Menit ke-2: 28,0
Menit ke-4: 29,9 Menit ke-3: 28,4
Menit ke-5: 30,1 Menit ke-4: 28,4
Menit ke-6: 30,1 Menit ke-5: 28,4
Menit ke-7: 30,1
4. Suhu akhir (T2) 30,1 oC 28,4 oC
5. Panjang kawat (cm) Awal= 10,00 Awal= 5,1 cm
Sisa= 4 cm Sisa= 4,9 cm
Terbakar = 6 cm Terbakar = 0,2 cm
6. Tekanan (atm) 20 20
7. Volume air dalam ember (L) 2 Liter 2 Liter

Data titrasi

Titran : Larutan standar Na2CO3 0,0725 N

Titrat : Larutan hasil cucian bomb

Indikator : Metil merah

Percobaan 1 Percobaan 2
(Naftalena) (Briket)
Volume titrat (mL) 50 50
Volume titran yang V Na2CO3 yang terpakai= 5,8 V Na2CO3 yang terpakai = 5
dibutuhkan (mL)
Perubahan  Sebelum titrasi: Larutan  Sebelum titrasi: Larutan
tidak berwarna tidak berwarna
 Setelah ditambah indikator:  Setelah ditambah indikator:
Larutan berwarna merah Larutan berwarna merah
muda muda
 Setelah titrasi: Larutan Setelah titrasi: Larutan
kuning kecoklatan. kuning kecoklatan.
b. Perhitungan

1. Naftalena
 ∆U1 naftalena

∆T = T2 – T1 = 30,1 – 26 = 4,1

kal
∆U1 = V x -1
mL

kal
∆U1 = 5,8 mL x -1
mL

∆U1 = -5,8 kal

 ∆U2 naftalena

kal
∆P = P1 – P2 = 10 - 4 = 6 cm
cm

kal
∆U2 = 6 cm x (-2,3 )
cm

∆U2 = -13,8 kal

2. Kapasitas kalor kalorimeter bom (C)


Diketahui:

Massa naftalena= 1,04 gram

Dari data literatur didapatkan:

∆UT naftalena= -2429,5 kkal/gram = 2429500 kal/gram

T1 = 26oC ∆T = 4,1oC

T2 = 30,1oC

∆U1 = -5,8 kal = -5,8 x 10-3 kkal

∆U2 = -13,8 kal = -13,8 x 10-3 kkal

Ditanya: C = …?

Jawab:

C x ∆T −(∆ U 1−∆ U 2)
∆UT naftalena = - ( )
massa naftalena
kal C x 4,1o C – (−5,8¿ – (−13,8 ) ) kal
2429500 =-
gram 1,04 gram

kal
C . 4,1oC = ( 2429500 x 1,04 g ) + 19,6 kal
gram

2526699,6 kal
C=
4,1O C

C = 616268,19 kal/oC

= 616,27 kkal/ oC

3. Briket

∆T = T2 – T1 = 28,4 – 26,4 = 2 oC

 ∆U1 briket

kal
∆U1 = V x (-1 )
mL

kal
∆U1 = 5 mL x (-1 )
mL

∆U1 = -5 kal

 ∆U2 briket

∆p = P1 – P2 = 10 – 5,1 = 4,9

kal
∆U2 = 4,9 cm x (-2,3 )
cm

∆U2 = -11,27 kal

 ∆UT briket
Diketahui:

Massa briket= 0,924 gram

C = 616,27 kkal/ oC

T1 = 26,4oC ∆T = 2oC

T2 = 28,4oC
∆U1 = -5 kal

∆U2 = -11,27 kal

Ditanya: ∆UT briket = …?

Jawab:

∆UT briket = - ¿ )

616268,19 kal¿ o C x 2o C – (−5 kal¿−(−11,27 kal))


∆UT briket = -
0,924 gram

1232536,38 kal¿O C + ( 5+11,27 ) kal


∆UT briket = -
0,924 gram

1232552,65 kal
∆UT briket = -
0,924 gram

∆UT briket = -1333931,44 kal/gram

= -1333,93 kkal/gram

c. Pembahasan

Pada percobaan yang berjudul “Penentuan Kalor Pembakaran Zat”, terdapat


dua macam percobaan, yaitu penentuan kapasitas kalor kalorimeter bom dan
penentuan kalor pembakaran suatu zat. Penentuan kapasitas kalor kalorimeter
bom dilakukan dengan membakar 1,04 g naftalena yang memiliki ∆U T sebesar –
2429,5 kkal/g. Sebelum dibakar, rangkaian alat dan bahan dalam kalorimeter bom
dibiarkan selama 4-5 menit untuk mengetahui suhu awal sebelum pembakaran,
diperoleh T1 sebesar 26oC. Langkah selanjutnya yaitu menjalankan arus listrik
untuk membakar cuplikan, dengan menekan tombol pada sumber listrik selama ±
5 detik. Saat penekanan tombol pada sumber arus listrik ini harus hati-hati, tidak
boleh terlalu lama atau terlalu cepat (ditekan sampai warna lampunya merah).
Jika terlalu lama, akan menyebabkan teralirinya arus listrik pada kita dan jika
terlalu cepat maka kawat yang dipasang dalam bom belum putus. Pada
pembakaran tersebut, didapat suhu akhir T2 sebesar 30,1oC. Setelah pembakaran
selesai dilakukan, drei pada kalorimeter bom diputar untuk mengeluarkan gas
hasil pembakaran. Tujuan dari pembebasan gas-gas tersebut yaitu agar penutup
kalorimeter bom tidak mendapat dorongan dari tekanan yang disebabkan oleh
gas-gas tersebut ketika dibuka. Langkah berikutnya yaitu mencuci bagian dalam
kalorimeter bom dengan menggunakan botol semprot dan menampung filtrat
hasil cucian pada Erlenmeyer. Filtrat tersebut kemudian ditambah dengan 3 tetes
larutan indikator metil merah, dihasilkan larutan berwarna merah muda dan
dititrasi dengan larutan Na2CO3 0,0725 N, hingga terjadi perubahan warna dari
merah muda menjadi kuning kecoklatan (warna teh). Berdasarkan hasil titrasi,
diperoleh bahwa volume Na2CO3 yang bereaksi dengan naftalena sebanyak 5,8
mL. Sejumlah volume tersebut memberikan nilai ∆U1 sebesar –5,8 kal.
Kemudian, kawat pemanas yang tersisa dari pembakaran 1,04 g naftalena tersebut
diukur, diperoleh nilai 4 cm. Dengan demikian, panjang kawat yang terbakar
yaitu 6 cm. Panjang kawat tersebut memberikan nilai ∆U2 sebesar -13,8 kal.
Berdasarkan data yang telah diketahui, diperoleh bahwa kapasitas kalor
kalorimeter bom (C) yaitu 616,27 kkal/oC

Pada penentuan kalor pembakaran zat, digunakan briket sebagai zat yang
akan dihitung kalor pembakarannya. Perlakuan pada penentuan kalor pembakaran
zat tersebut sama dengan perlakuan pada penentuan kapasitas kalor kalorimeter
bom. Namun, briket yang akan dibakar harus dipreskan dulu sebelum ditimbang.
Briket dengan massa sebesar 0,924 g dibakar dengan kondisi yang sama dengan
pembakaran naftalena. Sebelum dibakar, diperoleh bahwa suhu awal T1 sebesar
26,4oC. Langkah berikutnya yaitu membakar cuplikan dengan menekan tombol
pada sumber listrik selama ±5 detik. Saat penekanan tombol pada sumber arus
listrik ini harus hati-hati, tidak boleh terlalu lama atau terlalu cepat (ditekan
sampai warna lampunya merah). Jika terlalu lama, akan menyebabkan teralirinya
arus listrik pada kita dan jika terlalu cepat maka kawat yang dipasang dalam bom
belum putus. Pada pembakaran tersebut, didapat suhu akhir T 2 sebesar 28,4,oC.
Setelah pembakaran selesai dilakukan, drei pada kalorimeter bom diputar untuk
mengeluarkan gas hasil pembakaran. Langkah berikutnya yaitu mencuci bagian
dalam kalorimeter bom dengan menggunakan botol semprot dan menampung
filtrat hasil cucian pada Erlenmeyer. Filtrat tersebut kemudian ditambah dengan 3
tetes larutan indikator metil merah, dihasilkan larutan berwarna merah muda dan
dititrasi dengan larutan Na2CO3 0,0725 N hingga terjadi perubahan warna dari
merah muda menjadi kuning kecoklatan . Berdasarkan hasil titrasi, diperoleh
bahwa volume Na2CO3 yang bereaksi dengan briket sebanyak 5 mL. Sejumlah
volume tersebut memberikan nilai ∆U1 sebesar –5 kal. Kemudian, kawat pemanas
yang tersisa dari pembakaran 0,924 g briket tersebut diukur dan diperoleh angka
5,1 cm. Dengan demikian, panjang kawat yang terbakar yaitu 4,9 cm. Panjang
kawat tersebut memberikan nilai ∆U2 sebesar –11,27 kal. Berdasarkan data yang
telah diketahui dan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa kalor
pembakaran briket yaitu sebesar -1333,93 kkal/gram.
E. Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan yang telah diuraikan dan pembahasan yang


dipaparkan, maka pada percobaan yang berjudul “Penentuan Kalor Pembakaran
Zat” dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kapasitas kalor (C) kalorimeter bom yang diperoleh sebesar 616,27 kkal/oC

2. Kalor pembakaran briket yang didapatkan sebesar -1333,93 kkal/gram.

F. Pertanyaan dan Jawaban

1. Apakah perbedaan antara ∆HT dan ∆UT?


Jawab:

∆HT hanya berupa perubahan kalor reaksi saja, sedangkan perubahan yang
berkaitan dengan volume benda diabaikan, dengan syarat reaksinya terjadi pada
tekanan tetap. Hal tersebut disebabkan pada tekanan tetap, proporsi energi yang
berubah menjadi naik turunnya suhu dan mengembang kempisnya volume
bersifat tetap, sehingga bersifat spesifik. Akan tetapi, ∆U T merupakan energi
dalam yang dialami sistem yang menyertai perubahan fisika atau perubahan
kimia.

2. Mengapa ∆UC pada persamaan (1) sama dengan nol?


Jawab:

Karena, diasumsikan bahwa proses yang terjadi pada kalorimeter bom adalah
adiabatis sempurna, sehingga ∆UC = 0.
G. Daftar Pustaka

Kbk kimia fisika. 2019. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Universitas Negeri
Malang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Kimia.

Wikipedia. 2016. Kapasitas Kalor. (Online),


(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kapasitas_kalor/), diakses 19 Februari 2019.
H. Lampiran

Pengambilan kawat
pemanas
Penimbangan Naftalena

Pemasangan kawat pemanas


pada kedua elektroda
Penutupan bom
Pengisian bom dengan gas
oksigen

Pengisian oksigen sampai


tekanan 20 atm
Pengisian air 2000 mL Peletakan bom ke dalam
pada ember kalorimeter ember
Pengukuran waktu dengan
stopwatch untuk Pemasangan tali karet
mengetahui kenaikan suhu
Pemasangan termometer tiap 1 menit.

Hasil sesudah dititrasi


dengan larutan Na2CO3
Penambahan indikator
metil merah jadi
berwarna pink

Anda mungkin juga menyukai