Anda di halaman 1dari 50

KARYA TULIS ILMIAH

DAMPAK PANDEMI TERHADAP PENURUNAN KESEHATAN


MENTAL DI KABUPATEN KARAWANG

Diajukan sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu Ririn Sri Kuntorini, Dra., M. Hum.

Diusulkan Oleh:

RAHMAWATY KHOERUNNISA- 10070320125

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

BANDUNG

2020
PRAKATA

Assalammualaikum wr wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat-Nya


penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

Karya tulis yang telah diselesaikan oleh penulis berjudul “ Dampak


Pandemi Terhadap Penurunan Kesehatan Mental Pada Remaja di Kabupaten
Karawang”

Dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini penulis tidak menemukan kendala
yang berarti yang dapat menghambat proses penulisan. Dalam penyusunan karya
tulis ilmiah ini, penulis mendapatkanbanyak dukungan dari berbagai pihak. Untuk
itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua
orangtua yang selalu memberikan kritik dan saran, Ibu Ririn Sri Kuntorini, Dra.
M. Hum, sebagai dosen mata kuliah Bahasa Indonesia dan semua pihak yang telah
terlibat.

Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat


konstruktif demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap semoga
gagasan pada karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Wassalammualaikum wr wb

Karawang, 1 Januari 2021

Penulis

ii
ABSTRAK

Penulisan dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui pemicu yang
menyebabkan angka kesehatan mental pada remaja di Kabupaten Karawang
menurun di tengah pandemi Covid-19 ini. Adapun yang menjadi latar belakang
penulisan ini karena Karawang merupakan salah satu kabupaten yang secara
general masyarakatnya memiliki kondisi kesehatan mental terburuk di Jawa Barat.

Tingginya angka orang dengan gangguan mental di Kabupaten Karawang


menyebabkan banyak dampak negatif bagi masyarakat sekitar dan penderita itu
sendiri. Dampak yang ditimbulkan bagi masyarakat sekitar merasa kurang
nyaman berada dalam satu lingkungan dengan orang gangguan mental, hal ini
karena masyarakat masih memiliki stigma negatif terhadap orang dengan
gangguan mental. Selain itu dampak yang ditimbulkan bagi penderita sendiri
adalah semakin terpuruk dan tertekan atas stigma yang diberikan oleh masyarakat
hal ini akan mengganggu proses penyembuhan mereka. Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah dengan metode sampling.
Penulis membagikan kuisoner mealui google form kepada delapan puluh
responden. Kuisoner ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mendorong penurunan mental pada remaja, serta respond keluarga dan
masyarakat responden terhadap penderita gangguan kesehatan mental. Data yang
telah didapat kemudian diolah baik secara deskriptif, kualitatif maupun
kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyaknya penyebab yang


menyebabkan kesehatan mental pada remaja menurun pada era pandemi Covid-19
ini, hal itu dapat disebabkan oleh keluarga, lingkungan, dan faktor dari dalam diri.
Selain itu, buruknya edukasi mengenai permasalahan kesehatan mental di
masyarakat menjadi catatan bagi pemerintah Kabupaten Karawang untuk bisa
memberikan edukasi kepada masyarakat dan memberikan fasilitas layanan
kesehatan mental bagi masyarakat.

Kata kunci: Kesehatan Mental, Remaja, Pandemi, Kabupaten Karawang

iii
ABSTRACT

The writing of this scientific paper is to find out the triggers that cause
mental health rates in adolescents in Karawang Regency to decline amid the
Covid-19 pandemic. As for the background of this writing because Karawang is
one of the districts where in general people have the worst mental health
conditions in West Java.

The high number of people with mental disorders in Karawang Regency


causes many negative impacts on the surrounding community and the sufferers
themselves. The impact on the surrounding community feels uncomfortable in an
environment with mentally impaired people, this is because society still has a
negative stigma against people with mental disorders. In addition, the impact on
sufferers themselves is getting worse and more depressed by the stigma given by
the community this will disrupt their healing process. The data collection method
used in this scientific paper is the sampling method. The author distributes
questionnaires via google form to eighty respondents. This questionnaire is used
to determine what factors encourage mental decline in adolescents, as well as
family and community respondents' responses to sufferers of mental health
disorders. The data that has been obtained are then processed both descriptively,
qualitatively and quantitatively.

The results showed that the number of causes that caused mental health in
adolescents to decline during the Covid-19 pandemic era, it could be caused by
family, environment, and internal factors. In addition, poor education regarding
mental health problems in the community is a note for the Karawang Regency
government to be able to provide education to the community and provide mental
health service facilities for the community.

Keywords: Mental Health, Adolescents, Pandemic, Karawang Regency

iv
DAFTAR ISI

PRAKATA ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I 9
PENDAHULUAN 9
1.1 Latar Belakang Masalah 9
1.2 Rumusan Masalah 12
1.3 Tujuan Penelitian 12
1.4 Manfaat Penelitian 13
BAB II 14
LANDASAN TEORI 14
2.1 Definisi Dampak 14
2.1.1. Definisi Pengaruh 14
2.2 Definisi Pandemi 14
2.2.1 Definisi Epidemiologi 15
2.3 Definisi Kesehatan 16
2.4 Definisi Mental 16
2.5 Definisi Gangguan 17
2.6 Definisi Kesehatan Mental 17
2.7 Penyebab Terjadinya Gangguan Kesehatan Mental 18
2.8 Kesehatan Mental Pada Remaja 20
BAB III 21
DAMPAK PENURUNAN KESEHATAN MENTAL DI 21
KABUPATEN KARAWANG 21
3.1 Fenomena Penurunan Kesehatan Mental di Kabupaten Karawang 21
3.1.1. Kesehatan Mental di Kabupaten Karawang Sebelum Terjadinya Pandemi 22

v
3.1.2. Gambaran Umum Kesadaran Masyarakat Kabupaten Karawang Terhadap Isu
Kesehatan Mental 23
3.2 Data 23
3.2.1. Data Kuisoner 23
3.3 Analisis Data 25
3.3.1. Analisis Dampak Pandemi Terhadap Kesehatan Mental Remaja 25
3.3.2. Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Penurunan Kesehatan Mental Pada
Remaja di Kabupaten Karawang 28
3.3.3. Analisis Akibat dan Pencegahan Terhadap Penurunan Kesehatan Mental di
Kabupaten Karawang 36
3.4 Kajian Islam 38
3.5 Hasil Penelitian 41
BAB IV 42
KESIMPULAN DAN SARAN 42
4.1 Kesimpulan 42
4.2 Saran 43
SINOPSIS 44
DAFTAR PUSTAKA 45
INDEKS 47
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 49

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sampel Kuisoner

Tabel 3.2 Akumulasi Kuisioner Pertanyaan Nomor 1 dan Nomor 2

Tabel 3.3 Akumulasi Kuisioner Pertanyaan Nomor 3 dan Nomor 4

Tabel 3.4 Akumulasi Kuisioner Pertanyaan Nomor 5 dan Nomor 6

Tabel 3.5 Akumulasi Kuisioner Pertanyaan Nomor 7 dan Nomor 8

Tabel 3.6 Akumulasi Kuisioner Pertanyaan Nomor 9 dan Nomor 10

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Riwayat Hidup 49

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan sempurna baik secara fisik,
mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan
(WHO,1947). Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 36 tahun 2009
definisi kesehatan adalah “ keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomi” (UU No. 36 tahun 2009). Salah satu masalah yang sering
kali dihadapi oleh masyarakat dan dianggap hal sepele adalah mengenai
kesehatan mental.

Menurut seorang ahli kesehatan Merriam Webster, kesehatan mental


merupakan suatu keadaan emosional dan psikologis yang baik, dimana
individu dapat memanfaatkan kemampuan kognisi dan emosi, berfungsi dalam
komunitasnya, dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Inti dari
kesehatan mental sendiri adalah lebih pada keberadaan dan pemeliharaan
mental yang sehat. Akan tetapi, dalam praktiknya seringkali kita temui bahwa
tidak sedikit praktisi di bidang kesehatan mental lebih banyak menekankan
perhatiannya pada gangguan mental daripada mengupayakan usaha-usaha
mempertahankan kesehatan mental itu sendiri (Dewi, 2012). World Health
Organization (WHO, 2001), menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan
kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang didalmnya terdapat
kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk
bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta turut berperan dalam
komunitasnya.

Pribadi yang normal dan bermental sehat adalah pribadi yang menampilkan
tingkah laku yang adekuat dan bisa diterima masyarakat pada umumnya, sikap
hidupnya sesuai norma dan pola kelompok masyarakat, sehingga terdapat relasi
interpersonal dan intersosial yang memuaskan (Kartono, 1989). Sedangkan

9
10

menurut Karl Menninger, individu yang sehat mentalnya adalah mereka yang
memiliki kemampuan untuk menahan diri, menunjukkan kecerdasan,
berperilaku dengan menenggang perasaan orang lain, serta memiliki sikap
hidup yang bahagia. Saat ini, individu yang sehat mental dapat didefinisikan
dalam dua sisi, secara negatif dengan absennya gangguan mental dan secara
positif yaitu dengan hadirnya karakteristik individu sehat mental. Adapun
karakteristik individu sehat mental mengacu pada kondisi atau sifat-sifat
positif, seperti: kesejahteraan psikologis (psychological well-being) yang
positif, karakter yang kuat serta sifat-sifat baik/ kebajikan (virtues) (Dewi,
2012).

Saat ini, sejak virus COVID-19 mulai merebak dan menyebar ke seluruh
dunia masyarakat dianjurkan untuk tetap berada di rumah serta melakukan
pembatasan sosial dan pembatasan fisik, hal ini diakibatkan karena virus
corona ditransmisikan melalui cairan lendir atau yang biasa dikenal dengan
droplet. Setiap hari di Indonesia terus mengalami peningkatan kasus pasien
positif COVID-19, hal ini menimbulkan rasa takut dan panik. Terlebih anjuran
untuk diam di rumah serta kebijakan social distancing yang kini disebut
physical distancing, sedikit banyak menimbulkan jarak secara emosional antara
keluarga, sahabat, teman, atau rekan kerja yang dapat saling memberi
dukungan. Bagi sebagian orang, hal ini dapat dirasakan sebagai sesuatu
tekanan atau beban yang berat. Bila tidak dikendalikan, tekanan tersebut akan
berdampak negatif pada kesehatan mental.

Gangguan kesehatan mental yang terjadi selama pandemi dapat disebabkan


oleh beberapa hal, seperti ketakutan terhadap wabah, rasa terasing selama
menjalani masa karantina, kesedihan, dan kesepian karena jauh dari dari
keluarga, kecemasan akan kebutuhan hidup sehari-hari, serta kecemasan karena
informasi yang simpang siur. Hal-hal tersebut tidak hanya berdampak terhadap
pada orang yang telah memiliki masalah kesehatan mental, seperti depresi atau
gangguan kecemasan umum, namun juga dapat mempengaruhi orang yang
sehat secara fisik dan mental.
11

Beberapa kelompok yang rentan mengalami stres psikologis selama


pandemi virus corona adalah anak-anak, remaja, lansia, dan petugas medis.
Setelah penutupan sekolah dan diberlakukannya sistem pembelajaran jarak
jauh membuat para remaja tidak dapat beraktivitas dan bersosialisasi secara
normal. Jika normalnya mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama
teman dan aktivitas di sekolah, kini terpaksa berada di rumah dalam waktu
yang tidak dapat ditentukan. NYU Langone Health menyatakan bahwa
kebanyakan remaja terlihat sedih, murung, dan kecewa ketika menjalani
karantina di rumah selama pandemi Covid-19.

Menurut Dr. Aleta G. Angelosante, Phd, asisten profesor department


psikiatri anak dan remaja di NYU Langone Health, ada beberapa hal yang
mendasari hal ini. Rasa sedih dan kecewa yang dialami oleh remaja selama
pandemi merupakan hal yang wajar dan normal. Media sosial dan permainan di
ponsel tidak dapat menggantikan interaksi sosial dan perasaan emosional yang
tercipta ketika kita mengobrol bersama teman, menertawakan hal-hal yang
lucu, hingga mendengar segala percakapan yang terjadi di sekitar.

Selain kebutuhan emosional yang kurang terpenuhi, kesehatan mental pada


remaja juga dipengaruhi oleh tidak kondusifnya lingkungan keluarga sehingga
mereka merasa tertekan ketika melakukan karantina di rumah, hal lain yang
mempengaruhi kesehatan mental pada remaja adalah mereka turut memikirkan
nasib keluarganya karena pandemi ini membuat sebagian orang kehilangan
sumber pendapatannya.

Menuru data yang diperoleh dari WHO lebih dari 60% negara melaporkan
gangguan pelayanan kesehatan mental untuk orang-orang yang rentan,
termasuk anak-anak dan remaja sebanyak 72%, orang dewasa sebanyak 70%,
dan wanita yang membutuhkan layanan antenatal atau postnatal sebanyak 61%.
Oleh karena itu, keluarga dan lingkungan sekitar perlu memperhatikan
beberapa tanda yang perlu diwaspadai, seperti:

1. Keluhan fisik seperti sakit perut, pusing, atau gejala fisik lainnya;
2. mengisolasi diri dari orang tua, teman sebaya, hingga mengubah kelompok
pertemanan;
12

3. minat belajar turun drastis yang mengakibatkan prestasi belajar menurun;


4. Sering mengkritik diri sendiri ( Azmi, 2020).

Pada tahun 2019 kabupaten Karawang tercatat sebagai salah satu daerah
dengan gangguan kesehatan mental tertinggi di Jawa Barat. Tercatat sebanyak
10.948 orang mengalami gangguan kesehatan mental skala ringan seperti
depresi dan kecemasan. Di tengah kondisi pandemi ini, dimana seluruh orang
mengalami berbagai macam tekanan mendorong penulis untuk meneliti
kesehatan mental khususnya pada remaja.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor serta dampak yang


terjadi dari pandemi covid-19 khususnya pada remaja di Kabupaten Karawang.
Dengan penelitian ini, diharapkan mampu menghasilkan ide-ide maupun solusi
atas masalah yang terjadi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang menjadi faktor-faktor penyebab gangguan kesehatan mental


pada remaja?
2. Bagaimana tanda-tanda gangguan kesehatan mental yang dialami oleh
remaja?
3. Apa akibat yang ditimbulkan dari gangguan kesehatan mental yang dialami
oleh remaja?
4. Apa yang harus dilakukan ketika remaja terindikasi mengalami gangguan
kesehatan mental?
5. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk menghindari gangguan kesehatan
mental pada remaja?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui faktor-faktor penyebab gangguan kesehatan mental pada


remaja.
2. Mengetahui tanda-tanda gangguan kesehatan mental yang dialami oleh
remaja.
13

3. Mengetahui akibat yang ditimbulkan dari gangguan kesehatan mental pada


remaja.
4. Mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan ketika menghadapi remaja
dengan gangguan kesehatan mental.
5. Mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari gangguan
kesehatan mental yang terjadi pada remaja.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan edukasi kepada pembaca mengenai masalah kesehatan mental


yang menyerang remaja.
2. Sebagai saran kepada pemerintah Kabupaten Karawang untuk
memperhatikan masalah kesehatan mental untuk masyarakat umumnya dan
remaja khususnya.
3. Sarana sosialisasi kepada orang tua mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan mental pada remaja, dampak yang ditimbulkan
dari gangguan kesehatan mental pada remaja, serta upaya pencegahan yang
dapat dilakukan untuk menghindari gangguan kesehatan mental pada
remaja.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Dampak

Dampak adalah imbas, akibat, atau pengaruh yang terjadi dari suatu
tindakan oleh seseorang atau beberapa orang yang melakukan kegiatan
tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dampak adalah
benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif.
Secara sederhana, dampak memiliki arti sebagai pengaruh atau akibat. 1

Setiap hal yang dilakukan atau setiap keputusan yang diambil oleh
seseorang pasti memiliki dampak. Baik itu dampak positif maupun dampak
negatif. Selain itu, dampak juga memiliki definisi sebagai proses lanjutan dari
suatu pelaksanaan pengawasan internal (Teguh Setiawan: 1982).
Seseorangyang bijaksana, sudah seharusnya memiliki kemampuan untuk dapat
memprediksi dampak apa yang ditimbulkan dari keputusan yang diambil.

2.1.1. Definisi Pengaruh

Pengaruh yaitu daya yang timbul dari sesuatu, baik itu orang atu benda,
yang ikut membentuk sifat, watak, kepercayaan atau perbuatan dari seseorang.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengaruh adalah
suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat
antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. 2

2.2 Definisi Pandemi

Pandemi merupakan istilah yang digunakan dalam epidemiologi. Menurut


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pandemi adalah wabah yang
berjangkit serentak di mana-mana, meliputi daerah geografis yang luas.

1
https://kbbi.web.id/dampak
2
https://kbbi.web.id/pengaruh

14
15

WHO mendefinisikan pandemi sebagai penyebaran penyakit baru ke seluruh


dunia, dengan kata lain penyakit ini telah menjadi masalah bersama bagi
seluruh warga dunia. Tercatat beberapa penyakit pandemi yang pernah terjadi
seperti, cacar, campak, flu spanyol, black death, dan HIV/AIDS.

Pandemi adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya


penyakit) frekuensinya dalam waktu yang singkat memperlihatkan peningkatan
yang amat tinggi serta penyebarannya telah mencakup suatu wilayah yang amat
luas (Arie Wuryanto: 2009). Terdapat tiga kriteria umum sebuah penyakit
dikatakan sebagai sebuah pandemi. Pertama, virus dapat menyebabkan
penyakit atau kematian. Kedua, penularan virus dari orang ke orang yang tak
terkontrol. Ketiga, virus telah menyebar ke hampir seluruh dunia.

2.2.1 Definisi Epidemiologi

Kata epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, Epi berarti pada/tentang,


demos berarti penduduk, logos berarti ilmu. Jadi epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang penduduk. Menurut Mag Mahon dan Pugh (1970)
epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan faktor-
faktor yang menentukan terjadinya penyakit terhadap manusia.

Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan tentang


keadaan atau kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu
dan aplikasinya untuk menanggulangi masalah kesehatan (Last: 1988).
Penyakit pada populasi manusia tidak terjadi dan tersebar begitu saja secara
acak, pasti terdapat faktor penyebab dan faktor pencegahan yang dapat
diketahui melalui penelitian secara sistematik pada populasi, tempat dan waktu.

Dapat disimpulkan epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang


distribusi, determinan, frekuensi penyakit dan penyebaran masalah kesehatan
pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. 3

3
Wuriyanto, Arie. 2009. Dasar Epidemiologi
16

2.3 Definisi Kesehatan

Definisi sehat menurut WHO adalah suatu keadaan sejahtera yang


meliputi fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan. Sedangkan dalam Piagam Ottawa dikatakan bahwa kesehatan
merupakan sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup.
Kesehatan ialah konsep positif yang menekankan pada sumber daya pribadi,
sosial, dan kemampuan fisik.

Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 1992 kesehatan merupakan


keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.4 Kesehatan merupakan suatu
keadaan yang seimbang dan dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh juga
berbagai faktor yang mempengaruhinya (Perkins: 1938).

Kesehatan sebagai fungsi yang efektif dari sumber-sumber perawatan diri


yang menjamin sebuah tindakan untuk perawatan diri. Kesehatan merupakan
perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukannya untuk mendapatkan,
mempertahankan, dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual
(Paune: 1982). Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah nasional
ulama pada tahun 1983 menyebutkan kesehatan merupakan ketahanan
jasmani, rohani, dan sosial yang dimiliki manusia sebagai karunia dari Allah
yang wajib disyukuri dengan cara mengamalkan segala ajaran-Nya.

2.4 Definisi Mental

Secara etimologi kata mental berasal dari bahasa Yunani, yang mempunyai
pengertian sama dengan pengertian psyche, artinya psikis, jiwa atau kejiwaan.
Kata mental diambil dari bahasa Latin yaitu dari kata mens atau metis yang
memiliki arti jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat. Dengan demikian mental
adalah hal-hal yang berkaitan dengan kejiwaan yang dapat mempengaruhi

4
balitbangham.go.id
17

perilaku individu. Setiap perilaku dan ekspresi merupakan dorongan dan


cerminan dari kondisi (suasana) mental.

James Draver memaknai mental sebagai revering to the mind maksudnya


adalah sesuatu yang berhubungan dengan pikiran atau pikiran itu sendiri.
Pengertian lain mental didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan
pikiran, akal, ingatan, atau proses yang berasosiasi dengan pikiran, akal, dan
ingatan.

Mental adalah paduan secara menyeluruh antara berbagai fungsi-fungsi


psikologis dengan kemampuan menghadapi krisis-krisis psikologis yang
menimpa manusia dan berpengaruh terhadap emosi, dari emosi ini akan
mempengaruhi kondisi mental (Al-Quusy: 1970). Dari beberapa pengertian di
atas dapat disimpulkan mental adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
akal, jiwa, hati (qalbu), dan etika (moral) serta tingkah laku. Satu kesatuan
inilah yang membentuk mentalitas atau kepribadian.

2.5 Definisi Gangguan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gangguan adalah


menggoda; mengusik; merintangi; menyebabkan tidak berjalan sebagaimana
mestinya (tentang keadaan umum, kesehatan badan, dan sebagainya). 5
Gangguan adalah suatu keadaan dimana kita merasakan hal yang tidak biasa
dari yang seharusnya dan menyebabkan timbulnya hambatan dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari.

2.6 Definisi Kesehatan Mental

Kesehatan mental oleh para ahli didefinisikan sebagai terwujudnya


keselarasan antar fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk
menghadapi masalah-masalah biasa yang terjadi dan merasakannya secara
positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya (Dradjat: 2001). Menurut WHO,
kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu,
5
https://kbbi.web.id/gangguan
18

yang di dalmnya terdapat kemampuan mengelola stres kehidupan yang wajar,


untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan di dalam
komunitasnya.

Pipper dan Uden (2006) mendefinisikan kesehatan mental sebagai suatu


keadaan dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap diri
sendiri, memiliki penilaian yang realistis terhadap dirinya sendiri dan dapat
menerima segala kekurangan dan kelemahannya, mampu mengatasi masalah di
dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosial serta memiliki
kebahagiaan dalam hidupnya.

Orang yang sehat mentalnya adalah orang tahan terhadap sakit jiwa atau
terbebas dari sakit dan gangguan jiwa. Vaillaint ( dalam Notosoedirjo dan
Latipun: 2005), mengatakan bahwa kesehatan mental atau psikologis yaitu “ as
the presence of successfull adjusment or the absence of psychopatology” dan
Kadzin menyatakan kesehatan mental “as a state in which there is an absence
of disfunction in psychological, emotional, behavioral, and social spheres”.

Pengertian tersebut bersifat dikotomis, orang yang berada dalam keadaan


sakit atau sehat psikisnya. Orang yang sehat adalah orang yang tidak memiliki
gangguan psikis sedikit pun, sedangkan jika seseorang memiliki gangguan
psikis orang tersebut diklasifikasikan sebagai orang sakit. Dengan kata lain
sehat dan sakit mental bersifat nominal yang dapat dibedakan kelompok-
kelompoknya. Sehat dengan pengertian “terbebas dari gangguan”, dapat
diartikan jika terdapat gangguan sedikit pun, seseorang dapat dianggap tidak
sehat.

2.7 Penyebab Terjadinya Gangguan Kesehatan Mental

Penyebab tingginya masalah kesehatan mental dipicu kurangnya


keterbukaan masyarakat mengenai isu ini, mereka memilih untuk diam dan
mencoba untuk menanganinya sendiri dengan cara yang primitif dan kuno.
Kurang adanya keterbukaan juga menutup kemungkinan adanya penanganan
yang dilakukan oleh tenaga ahli atau institusi lembaga kesehatan. Masyarakat
19

masih menganggap kelainan mental bukanlah suatu penyakit yang memerlukan


penanganan serius, mereka beranggapan demikian karena hal tersebut tidak
terlihat secara fisik.

Terdapat beberapa hal yang menjadi pemicu tingginya masalah kesehatan


mental yaitu kurangnya edukasi dan minimnya pengetahuan masyarakat akan
isu kesehatan mental serta adanya stigma buruk masyarakat terhadap penderita
masalah gangguan mental. Pada kasus stigma buruk terhadap penderita
gangguan mental membuat terjadinya perlakuan yang tidak manusiawi dan
perlakuan yang kurang wajar, salah satu bentuknya adalah pemasungan.

Kasus pemasungan biasanya terjadi di daerah pedalaman atau pelosok


daerah. Masyarakat pelosok masih memiliki anggapan bahwa pemasungan
adalah salah satu treatment padahal itu merupakan cara yang salah. Apabila
cara ini masih dianggap sebagai cara yang relevan maka tingginya angka
kelainan mental akan semakin sulit untuk dihindarkan.

Minimnya edukasi dan pengetahuan di masyarakat mengenai kesehatan dan


kelainan mental beserta penanganannya menjadisalahsatu faktor masih
tingginya angka gangguan mental di Indonesia. Peranan dalam memberikan
edukasi dan pemahaman mengenai kesehatan mental dengan penanganannya
bukan hanya dibutuhkan oleh keluarga yang memiliki anggota dengan
gangguan mental, melainkan kepada masyarakat pada umumnya.

Ketersediaan informasi yang tersampaikan kepada masyarakat merupakan


salahsatu bentuk upaya untuk menggeser stigma buruk masyarakat mengenai
kesehatan mental. Melalui pemahaman yang dilakukan oleh kelompok maupun
personal dapat menghapuskan paradigma yang ada. Paradigma baru yang
terbentuk tentunya akan menjadi hal baru dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan menciptakan lingkungan yang baik yang dapat
mendorong kesembuhan penderita gangguan kesehatan mental.
20

2.8 Kesehatan Mental Pada Remaja

Remaja merupakan kelompok yang paling rentan mengalami gangguan


mental, hal ini karena banyak faktor risiko yang dihadapi remaja yang
berpotensi memengaruhi kesehatan mental mereka. Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan stres selama masa remaja antara lain tekanan di tengah
lingkungan sosial, keinginan besar untuk mencoba mandiri, kondisi keluarga
dan kekerasan seksual, serta akses dan penggunaan teknologi.

Pernyataan di atas didukung oleh teori yang disampaikan oleh Walker


(2002) prevelensi gangguan kesehatan jiwa anak dan remaja cenderung akan
meningkat sejalan dengan permasalahan kehidupan dan kemasyarakata yang
semakin kompleks, oleh karena itu memerlukan pelayanan kesehatan jiwa yang
memadai sehingga memungkinkan anak dan remaja untuk mendapatkan
kesempatan tumbuh kembang semaksimal mungkin. Pada masa remaja, banyak
terjadi perubahan biologis, psikologis, maupun sosial. Tetapi umumnya proses
pematangan kejiwaan (psikososial) (Huang et al., 2007). Seorang anak remaja
tidak lagi didapat sebagai anak kecil, tetapi belum juga dianggap sebagai orang
dewasa. Disatu sisi ia ingin bebas dan mandiri, lepas dari pengaruh orang tua,
disisi lain pada dasarnya ia tetap memerlukan bantuan, dukungan perlindungan
orang tuanya (Guzmdn et al., 2004). Orang tua sering tidak mengetahui atau
memahami perubahan yang terjadi sehingga tidak menyadari bahwa anak
mereka telah tumbuh menjadi seorang remaja, bukan lagi anak yang selalu
dibantu (Fellinge et al., 2009).

Menurut Eka Viora (Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis


Kedokteran Jiwa Indonesia, 2018) satu diantara 6 anak berusia 10-19 tahun
mengalami gangguan kesehatan mental. Di seluruh dunia, diperkirakan 10-20
persen remaja pernah mengalami masalah kesehatan mental, namun
underdiagnosed dan undertreated. Buruknya kesehatan mental pada remaja
terjadi karena kurangnya pengetahuan atau kesadaran tentang kesehatan mental
diantara tenaga kesehatan, atau stigma yang mencegah mereka untuk mencari
pertolongan.
BAB III

DAMPAK PENURUNAN KESEHATAN MENTAL DI

KABUPATEN KARAWANG

3.1 Fenomena Penurunan Kesehatan Mental di Kabupaten Karawang

Karawang merupakan kabupaten yang berpusat pada kehidupan perkotaan.


Angka mobilitas di Kabupaten Karawang sangat tinggi, masyarakatnya pun
senang dalam bersosialisasi, terutama para pemuda dengan rentang usia 15-25
tahun mereka biasanya sangat senang dalam berkumpul di tempat-tempat
umum seperti cafe, mall, dan angkringan. Sejak pandemi dan diberlakukannya
PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) serta diberlakukannya jam malam
membuat segala kegiatan sangatlah terbatas, hal yang paling menunjukan
perbedaan yang signifikan adalah frekuensi dalam bersosialisasi.

Terbatasnya kegiatan sosial bersama teman, keluarga, dan kerabat membuat


timbulnya perasaan terasingkan, kecemasan, serta kesepian. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap kesehatan mental khususnya para remaja yang sedang
dalam masa ingin banyak bergaul. Penurunan kesehatan mental pada remaja ini
terlihat dalam pengamatan yang dilakukan penulis selama pandemi, beberapa
orang yang biasanya ceria dan selalu bersemangat sejak pandemi ini seperti
menjadi seseorang yang berbeda. Mereka cenderung lebih murung, mudah
marah, serta menceritakan segala keungkinan mengerikan yang akan
dihadapi.Faktor pendukung dari penurunan kesehatan mental pada remaja ini
biasanya diakibatkan dari tidak kondusifnya lingkungan keluarga, stres karena
pekerjaan sekolah yang menumpuk, dan tidak adanya interaksi sosial secara
langsung, hal tersebut adalah hal yang mungkin dirasakan mengingat status
manusia sebagai makhluk sosial.

21
22

3.1.1. Kesehatan Mental di Kabupaten Karawang Sebelum Terjadinya


Pandemi

Isu kesehatan mental di Kabupaten Karawang masih menjadi sesuatu hal


yang tabu di masyarakat hal ini terlihat dari data yang diperoleh melalui dinas
kesehatan Kabupaten Karawang pada tahun 2018 sebanyak 10948 orang
mengidap gangguan kesehatan mental mulai dari gejala ringan hingga berat.
Kelompok masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan mental pun
beragam, mulai dari rentang usia 8 hingga 50 tahun. Karena stigma negatif dari
masyarakat beberapa korban mengalami perlakuan tidak adil, bahkan
perlakuan itu dilakukan oleh keluarga merek. Hal ini terlihat dari tingginya
angka pemasungan di Kabupaten Karawang ini terjadi karena keluarga
merasa resah korban selalu kabur dan mengganggu tetangga sekitar.

Menurut Sri Sugihartati, Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan


Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang menyebutkan bahwa
gangguan kesehatan mental yang terjadi pada usia anak dan remaja di
Kabupaten Karawang disebabkan oleh salahnya pola asuh orang tua dan
kurangnya rasa kasih sayang yang diberikan orang tua kepada anak. Salahnya
pola asuh ini mengakibatkan batin anak terluka yang menyebabkan trauma hal
inilah yang berdampak pada kesehatan mental anak.

Tingginya angka penderita gangguan mental di Kabupaten Karawang juga


dipengaruhi oleh tekanan sosial dan ekonomi yang tinggi. Faktor ini tidak
hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga pada remaja. Remaja dituntut
untuk bersaing menjadi yang terbaik dalam bidang akademik dan mereka pun
dituntut untuk selalu mengikuti trend yang ada agar dianggap oleh lingkungan
sosial mereka, tidak jarang mereka mengalami pembullyan ketika mereka tidak
dapat memenuhi standar masyarakat.
23

3.1.2. Gambaran Umum Kesadaran Masyarakat Kabupaten Karawang


Terhadap Isu Kesehatan Mental

Kesadaran masyarakat di Kabupaten Karawang terhadap isu kesehatan


mental masih sangatlah minim, kurangnya edukasi yang dilakukan baik oleh
pemerintah maupun komunitas membuat masyarakat tidak menyadari
pentingnya memiliki mental yang sehat. Masyarakat tidak menyadari bahwa
rasa sedih, kecewa, dan marah merupakan emosi yang wajar yang terjadi pada
manusia, namun apabila emosi tersebut telah menghambat aktivitas seperti
menjadi sulit berkonsentrasi, tidak menyukai kegiatan yang disukai, mengalami
demotivasi dll. Mungkin ada hal yang salah yang terjadi dalam diri kita.

Masyarakat yang menyadari adanya gangguan dalam mental mereka pun


tidak memiliki keberanian untuk berbicara kepada keluarga ataupun sahabat,
mereka juga takut untuk bertemu dengan psikolog ataupun psikiater, hal ini
karena masih tingginya stigma negatif yang diberikan oleh lingkungan sosial
sehingga menimbulkan banyaknya penderita gangguan mental yang telah
memasuki fase berat karena terlambat dalam penanganannya. Kesadaran
masyarakat Kabupaten Karawang terhadap isu kesehatan mental juga
dipengaruhi oleh tidak adanya fasilitas layanan yang diberikan oleh pemerintah
Kabupaten Karawang seperti call center pengaduan bunuh diri, rumah sakit
jiwa, dan layanan psikolog/psikiater.

3.2 Data

3.2.1. Data Kuisoner

Keterangan pilihan jawaban:

1. SS = Sangat Setuju
2. S = Setuju
3. TS = Tidak Setuju
4. STS = Sangat Tidak Setuju

Data diri:

1. Nama : Novita Andika


24

2. Email : Novitadika17@gmail.com
3. Usia : 19
4. Pekerjaan : Mahasiswa

Tabel 3.1

Sampel Kuisioner

No. Pertanyaan Pilihan Jawaban


SS S TS STS
1. Apakah Anda setuju jika pandemi dapat 
merusak kesehatan mental pada remaja?
2. Apakah Anda setuju jika pandemi ini 
membuat Anda mudah tertekan dan stres?
3. Apakah Anda setuju jika lingkungan 
keluarga yang tidak supportif menjadi
penyebab gangguan kesehatan mental pada
remaja?
4. Apakah Anda setuju jika permasalahan 
ekonomi menjadi penyebab gangguan
kesehatan mental pada remaja?
5. Apakah Anda setuju adanya pembatasan 
interaksi sosial dengan teman menjadi
penyebab gangguan kesehatan mental pada
remaja?
6. Apakah Anda setuju di Kabupaten Karawang 
masih minimnya edukasi mengenai
kesehatan mental?
7. Apakah Anda setuju jika lingkungan 
keluarga masih menganggap kesehatan
mental merupakan sesuatu yang tabu?
8. Apakah Anda setuju di masyarakat masih 
terdapat stigma negatif terhadap penderita
gangguan kesehatan mental?
9. Apakah Anda setuju tingginya angka bunuh 
diri terhadap remaja diakibatkan kurangnya
kesadaran terhadap kesehatan mental?
10. Apakah Anda setuju untuk mendukung 
program pemerintah dalam menggalakan aksi
peduli terhadap penderita gangguan
kesehatan mental?
25

3.3 Analisis Data

Data ini dikumpulkan melalui kuisioner yang dibagikan melalui google


formulir. Waktu pengumpulan data ini dimulai sejak tanggal 16 Desember
2020 pukul 7 malam hingga tanggal 17 Desember 2020 pukul 9 malam. Jumlah
responden yang terlibat sebanyak 80 orang.

3.3.1. Analisis Dampak Pandemi Terhadap Kesehatan Mental Remaja

Tabel 3.2

Akumulasi Kuisioner Pertanyaan Nomor 1 dan Nomor 2

NO. Pertanyaan Nomor 1 Pertanyaan Nomor 2


SS S TS STS SS S TS STS
1.  
2.  
3.  
4.  
5.  
6.  
7.  
8.  
9.  
10.  
11.  
12.  
13.  
14.  
15.  
16.  
17.  
18.  
19.  
20.  
21.  
22.  
23.  
24.  
25.  
26.  
27.  
28.  
29.  
26

30.  
31.  
32.  
33.  
34.  
35.  
36.  
37.  
38.  
39.  
40.  
41.  
42.  
43.  
44.  
45.  
46.  
47.  
48.  
49.  
50.  
51.  
52.  
53.  
54.  
55.  
56.  
57.  
58.  
59.  
60.  
61.  
62.  
63.  
64.  
65.  
66.  
67.  
68.  
69.  
70  
71.  
72.  
73.  
74.  
75.  
27

76.  
77.  
78.  
79.  
80.  

Berdasarkan hasil kuisoner, sebanyak 55,1% responden setuju bahwa


pandemi dapat merusak kesehatan mental pada remaja hal ini karena remaja
sedang dalam fase tumbuh dan mengeksplorasi diri, mereka sedang dalam
masa senang dalam berteman dan melakukan aktivitas yang menyenangkan.
Tentu saja dengan adanya pandemi Covid-19 ini segala aktivitas mereka
menjadi terhambat, mereka terkurung dalam ruangan hingga waktu yang tidak
dapat dipastikan, hal tersebut dapat membuat mereka jenuh dan stres. Keadaan
emosi yang tidak stabil dapat memengaruhi kesehatan mental, mengurangi
kreativitas dan daya pikir mereka.

Emosi yang tidak stabil selalu dikaitkan dengan remaja, apalagi sejak
pandemi remaja menjadi lebih mudah tertekan, cepat marah dan stres.
Penyebab remaja mudah mengalami perubahan emosi disaat pandemi
umumnya terjadi karena mereka kurang nyaman berada di rumah, dan tertekan
lantaran tidak leluasa bermain bersama teman-temannya. Selain itu lingkungan
keluarga yang tidak supportif juga menjadi penyebab mengapa remaja lebih
mudah tertekan dan stres, hal lain yang menyebabkan remaja mudah stres dan
tertekan juga diakibatkan karena selama masa pandemi ini mereka selalu
mengerjakan kegiatan yang berulang-ulang setiap hari nya, tentu saja hal
tersebut mudah membuat para remaja burnout. Hal tersebut dibuktikan dengan
51,9% responden sangat setuju dengan pertanyaan ini.
28

3.3.2. Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Penurunan Kesehatan Mental


Pada Remaja di Kabupaten Karawang

Tabel 3.3
Akumulasi Kuisioner Pertanyaan Nomor 3 dan Nomor 4

NO. Pertanyaan Nomor 3 Pertanyaan Nomor 4


SS S TS STS SS S TS STS
1.  
2.  
3.  
4.  
5.  
6.  
7.  
8.  
9.  
10.  
11.  
12.  
13.  
14.  
15.  
16.  
17.  
18.  
19.  
20.  
21.  
22.  
23.  
24.  
25.  
26.  
27.  
28.  
29.  
30.  
31.  
32.  
33.  
34.  
35.  
36.  
37.  
38.  
29

39.  
40.  
41.  
42.  
43.  
44.  
45.  
46.  
47.  
48.  
49.  
50.  
51.  
52.  
53.  
54.  
55.  
56.  
57.  
58.  
59.  
60.  
61.  
62.  
63.  
64.  
65.  
66.  
67.  
68.  
69.  
70  
71.  
72.  
73.  
74.  
75.  
76.  
77.  
78.  
79.  
80.  

Faktor penyebab terjadinya penurunan kesehatan mental pada remaja di


Kabupaten Karawang yang pertama adalah lingkungan keluarga yang tidak
30

supportif. Hal ini biasanya disebabkan oleh orang tua yang terlalu banyak
menuntut, biasanya mereka selalu memaksakan kehendak dan tidak mau
mendengarkan anak. Tentu di masa yang sulit ini anak membutuhkan dorongan
dari keluarga, mereka hanya perlu didengarkan. Pada masa normal saja mereka
telah sulit menghadapi banyak tuntutan sosial apalagi disaat pandemi seperti ini
beban mereka menjadi berkali-kali lipat. Sebanyak 100% responden sangat
setuju dengan pernyataan ini.

Faktor kedua yang menjadi penyebab penurunan kesehatan mental pada


remaja di Kabupaten Karawang adalah faktor ekonomi, sebanyak 58,2%
responden setuju dengan pertanyaan ini. Disaat pandemi seperti ini banyak
perusahaan yang terpaksa merumahkan karyawannya, hal ini tidak hanya
memukul orang dewasa saja tetapi juga anak-anak mereka. Para remaja pun
memikirkan nasib mereka kedepannya, apalagi jika mereka mendengar keluhan
orang tua untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau pembayaran sekolah.
Mereka akan merasakan perasaan tidak berguna, putus harapan serta perasaan
negatif lainnya.

Tabel 3.4
Akumulasi Kuisioner Pertanyaan Nomor 5 dan Nomor 6

NO. Pertanyaan Nomor 5 Pertanyaan Nomor 6


SS S TS STS SS S TS STS
1.  
2.  
3.  
4.  
5.  
6.  
7.  
8.  
9.  
10.  
11.  
12.  
13.  
14.  
15.  
31

16.  
17.  
18.  
19.  
20.  
21.  
22.  
23.  
24.  
25.  
26.  
27.  
28.  
29.  
30.  
31.  
32.  
33.  
34.  
35.  
36.  
37.  
38.  
39.  
40.  
41.  
42.  
43. 
44.  
45.  
46.  
47.  
48.  
49.  
50.  
51.  
52.  
53.  
54.  
55.  
56.  
57.  
58.  
59.  
60.  
61.  
32

62.  
63.  
64.  
65.  
66.  
67.  
68.  
69.  
70  
71.  
72.  
73.  
74.  
75.  
76.  
77.  
78.  
79.  
80.  

Sebanyak 57% responden setuju bahwa pembatasan interaksi sosial dengan


teman menjadi faktor ketiga penyebab penurunan kesehatan mental pada
remaja di Kabupaten Karawang. Interaksi sosial merupakan hal alamiah yang
terjadi terhadap diri manusia, mengingat manusia menyaandang sebagai
makhluk sosial dan tidak dapat hidup sendiri. Sejak diberlakukannya karantina
dan pembatasan sosial tingkat depresi pada remaja menjadi meningkat, mereka
merasakan perasaan loneliness. Perasaan kesepian itu terjadi karena tidak
adanya interaksi langsung dengan teman-temannya, interaksi melalui gawai
tidak dapat menggantikan human sensibility seorang manusia dimana mereka
dapat berempati serta membentuk kesadara pikiran dan perasaan yang lebih
intense ketika manusia berinteraksi secara langsung.

Faktor keempat yang menjadi penyebab penurunan kesehatan mental pada


remaja di Kabupaten Karawang adalah minimnya edukasi kesehatan mental
yang dilakukan baik itu oleh pemerintah maupun komunitas-komunitas
pendukung kesehatan mental. Kurangnya edukasi terhadap masyarakat ini
menyebabkan mereka tidak peka terhadap lingkungan sekitar, mereka tidak
mengetahui bahwa ada orang-orang yang sedang membutuhkan pertolongan.
33

Mereka menganggap orang-orang dengan gangguan kesehatan mental adalah


orang yang hanya mencari perhatian. Jika saja masyarakat memiliki edukasi
akan pentingnya kesehatan mental mereka akan lebih peduli dan dapat
menciptakan lingkungan yang baik untuk orang-orang dengan gangguan
mental. 59,5% responden setuju dengan pertanyaan ini.

Tabel 3.5

Akumulasi Kuisioner Pertanyaan Nomor 7 dan Nomor 8

NO. Pertanyaan Nomor 7 Pertanyaan Nomor 8


SS S TS STS SS S TS STS
1.  
2.  
3.  
4.  
5.  
6.  
7.  
8.  
9.  
10.  
11.  
12.  
13.  
14.  
15.  
16.  
17.  
18.  
19.  
20.  
21.  
22.  
23.  
24.  
25.  
26.  
27.  
28.  
29.  
30.  
31.  
32.  
33.  
34

34.  
35.  
36.  
37.  
38.  
39.  
40.  
41.  
42.  
43.  
44.  
45.  
46.  
47.  
48.  
49.  
50.  
51.  
52.  
53.  
54.  
55.  
56.  
57.  
58.  
59.  
60.  
61.  
62.  
63.  
64.  
65.  
66.  
67.  
68.  
69.  
70  
71.  
72.  
73.  
74.  
75.  
76.  
77.  
78.  
79.  
35

80.  

Pada pertanyaan nomor 7 sebanyak 41,8% responden setuju bahwa


keluarga masih menganggap kesehatan mental merupakan sesuatu yang tabu
dan hal ini dapat berdampak ke dalam penurunan kesehatan mental pada
remaja di Kabupaten Karawang. Pada dasarnya tabu nya kesehatan mental di
keluarga diakibatkan tidak adanya edukasi mengenai kesehatan mental itu
sendiri. Sering kali keluarga merasa bahwa penyakit mental adalah aib bagi
keluarga hal ini tentu sangatlah berbahaya, bagaimana pun juga keluarga
adalah rumah tempat kita berlindung, jika keluarga saja memandang sebelah
mata terhadap penderita gangguan mental lalu dimana mereka dapat
berlindung dari justifikasi sosial? Bagaimana mereka bisa mendapatkan
lingkungan yang nyaman untuk mendorong proses pemulihan mereka? Oleh
karena itu, keluarga sangatlah memegang peran penting dalam proses
penyembuhan penderita gangguan mental, mereka hanya perlu dorongan dan
didengarkan.

Faktor terakhir yang menjadi penyebab penurunan kesehatan mental di


Kabupaten Karawang adalah adanya stigma negatif terhadap penderita
gangguan mental. Stigma negatif terhadap orang dengan gangguan jiwa ini
sangatlah sulit untuk dihilangkan, dengan adanya label negatif ini tentu saja
berdampak buruk terhadap para pasien. Masyarakat masih menganggap
persoalan kesehatan mental adalah hal berkaitan dengan spiritualitas, mereka
beranggapan bahwa seseorang yang menderita penyakit mental merupakan
seseorang yang tidak rajin ibadah. Dengan cap negatif dari masyarakat tersebut
banyak penderita gangguan mental tidak memiliki keberanian untuk berobat
menemui psikolog ataupun psikiater. Hal ini tentu saja akan memperparah
kondisi mereka karena bisa saja seseorang yang tadinya hanya mengidap
depresi ringan dapat merambat menjadi depresi berat, anorexia hingga bipolar
disorder. Langkah yang tepat untuk menghapus stigma negatif ini adalah
dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai kesehatan mental.
Jika masyarakat telah teredukasi maka stigma negatif ini akan memudar dan
dapat menciptakan lingkungan sehat yang mendukung bagi para penderita
36

gangguan mental. Hal ini dibuktikan dengan 53,2% responden setuju dengan
pertanyaan ini.

3.3.3. Analisis Akibat dan Pencegahan Terhadap Penurunan Kesehatan


Mental di Kabupaten Karawang

Tabel 3.6
Akumulasi Kuisioner Pertanyaan Nomor 9 dan Nomor 10

NO. Pertanyaan Nomor 9 Pertanyaan Nomor 10


SS S TS STS SS S TS STS
1.  
2.  
3.  
4.  
5.  
6.  
7.  
8.  
9.  
10.  
11.  
12.  
13.  
14.  
15.  
16.  
17.  
18.  
19.  
20.  
21.  
22.  
23.  
24.  
25.  
26.  
27.  
28.  
29.  
30.  
31.  
32.  
33.  
34.  
35.  
37

36.  
37.  
38.  
39.  
40.  
41.  
42.  
43.  
44.  
45.  
46.  
47.  
48.  
49.  
50.  
51.  
52.  
53.  
54.  
55.  
56.  
57.  
58.  
59.  
60.  
61.  
62.  
63.  
64.  
65.  
66.  
67.  
68.  
69.  
70  
71.  
72.  
73.  
74.  
75.  
76.  
77.  
78.  
79.  
80.  
38

Dampak fatal yang dapat ditimbulkan dari turunnya kesehatan mental


pada remaja di Kabupaten Karawang adalah tingginya angka bunuh diri. Hal
ini didukung oleh 51,9% responden setuju. Bunuh diri dapat terjadi jika korban
tidak mendapatkan penanganan yang tepat, kepekaan orang tua dan lingkungan
sekitar sangat dibutuhkan oleh mereka. Biasanya bunuh diri yang dilakukan
oleh remaja terjadi karena banyaknya tekanan yang diberikan oleh lingkungan,
pembullyan, dan korban kekerasan seksual. Di tengah pandemi ini angka
bunuh diri cukup meningkat, pada orang dewasa hal ini diakibatkan dari
keputusasaan terhadap ekonomi yang tidak stabil. Sedangkan pada pelajar
bunuh diri terjadi karena tuntutan tugas yang terlalu banyak yang
mengakibatkan stres berat.

Pencegahan penurunan kesehatan mental di Kabupaten Karawang dapat


dilakukan oleh pemerintah maupun komunitas-komunitas terkait yang peuli
akan isu kesehatan mental. Dalam survei ini 78,5% responden sangat setuju
apabila pemerintah kabupaten Karawang menggalakan aksi peduli terhadap
penderita gangguan mental. Aksi ini dapat dimulai dengan memberikan
edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental.
Dengan melakukan aksi ini pemerintah telah mengambil satu langkah maju
untuk menciptakan lingkungan yang nyaman bagi para penderita gangguan
mental.

3.4 Kajian Islam

Konsep kesehatan mental telah dijelaskan oleh seorang dokter dari Persia
yang bernama Abu Zayd Ahmed Ibnu Sahl al-Balkhi (850-934) dalam kitabnya
yang berjudul Masalih al-Abdan wa al- Anfus (Makanan Untuk Tubuh dan
Jiwa), Abu Zayd berhasil menghubungkan antara tubuh dan jiwa dengan
penyakit mental. Dalam kitabnya Abu Zayd menggunakan istilah al-Tibb al-
Ruhani dalam menjelaskan kesehatan spiritual dan kesehatan psikologis.
Sedangkan untuk kesehatan mental ia menggunakan istilah Tibb al-Qalb.
Menurut Abu Zayd badan dan jiwa memiliki keseimbangan dan
ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan dalam tubuh menyebabkan sakit
39

kepala, demam, dan rasa sakit di sekujur tubuh, sedangkan ketidakseimbangan


dalam jiwa menimbulkan rasa kegelisahan, kemarahan, dan kesedihan.

Prof. Dr. Zakiah Daradjat (1985) mendefinisikan kesehatan mental sebagai


terhindarnya seseorang dari gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala
penyakit jiwa (psychose). Selain itu beliau juga mengatakan bahwa kesehatan
mental merupakan kemampuan seseoranguntuk menyesuaikan diri dengan
orang laindan lingkungan sekitar. Sementara itu Dr. Jalaluddin dalam bukunya
“psikologi agama” menyebutkan kesehatan mental adalah kondisi jiwa dalam
keadaan tenang, damai, dan aman. Upaya untuk menemukan ketenangan
tersebut dapat dilakukan dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah
SWT.

Agama sebagai pengobatan dari kesehatan mental telah ditunjukkan dalam


Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 97.

Artinya:

Barang siapa yangmengerjakan amal saleh, baik laki -laki maupun


perempuan dalam keadaan beriman, maka sesu ngguhnya akan kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan
kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan (Q.S An -Nahl 16:97).

Selain ayat Al-Qur’an surat An-Nahl, Q.S Ar-Ra’ad ayat 28 pun


menjelaskan mengenai ketentraman jiwa.

Artinya:

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi
tentram (Q.S Ar-Ra’ad 13:28).
40

Dari kedua ayat al-qur’an diatas dapat disimpulkan bahwa ketika manusia
melupakan Sang Maha Pencipta maka hidup akan terasa hampa, menjauhkan
diri dari Allah SWT berarti kita mendekatkan diri ke dalam jurang kerugian.
Ajaran islam memberikan tuntunan kepada manusia dalam mengatasi kesulitan
hidup, seperti dengan melaksanakan salat, dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah
ayat 153 dijelaskan.

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan salat sebagai


penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar
(Q.S Al-Baqarah: 153).

Islam mengajarkan untuk selalu mengikut i ketakwaan yang diberikan


oleh Nabi Muhammad SAW. Ajaran islam menuntun agar kita
berpikir dengan akal yang sehat dan benar melalui Al -Qur’an. Islam
beserta petunjuk di dalamnya merupakan obat bagi jiwa atau obat
dari segala penyakit yang terdapat dalam d iri manusia. Hal tersebut
dijelaskan dalam surat Yunus ayat 57.

Artinya:

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada mupelajaran dari


Tuhan mu dan penyembuh bagi penyakit -penyakit (yang berada)
dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman (Q.S Yunus:57)

Ajaran islam mengajarkan manusia untuk menjalin hubungan baik


dengan kepada Allah Swt, sesama manusia maupun dengan alam dan
lingkungan. Peran agama islam dapat mengobati jiwa dan mencegah
dari gangguan kejiwaan serta menuntun dalam mewujudkan mental
yang sehat. Dengan menghayati dan mengamalkan ajaran -ajaran
41

islam manusia dapat memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraa


hidup di dunia dan akhirat.

3.5 Hasil Penelitian

Semenjak adanya wabah virus Covid-19 ini trend terhadap


penurunan kesehatan mental pada remaja meningkat, hal ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor seperti tidak adanya interaksi
dengan teman, lingkungan keluarga yang tidak mendukung, besarnya
tekanan yang dihadapi, dan kecemasan mengenai informasi yang
simpang siur.

Gangguan kesehatan mental pada remaja ditandai dengan


penarikan diri dari lingkungan sosial, mengalami jam tidur yang
berantakan, emosi nya cenderung cepat berubah, dan tidak memiliki
semangat untuk hidup.Gangguan kesehatan mental ini bukanlah hal
yang sepele, kebanyakan orang menganggap kesehatan mental
merupakan sesuatu hal yang tidak penting. Masyarakat pun memiliki
stigma negatifterhadap penderita gangguan mental karena label
yangdiberikan oleh masyarakat itulah yang menyebabkan seseorang
tidak ingin menemui psikolog atau psikiater, padahal jika didiamkan
saja hal tersebut dapat mengganggu aktivitas kita dan gejala yang
dirasakan pun akan semakin berat.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Faktor yang menjadi penyebab terjadinya gangguan mental di kalangan


remaja di saat pandemi ini adalah rasa kesepian, kecemasan, stres, dan
lingkungan keluarga yang kurang mendukung.
2. Pada umumnya gejala gangguan kesehatan mental ditandai dengan rasa
cemas yang berlebih, jadwal tidur yang berantakan, emosi yang tidak stabil
dan sering berubah-ubah serta menarik diri dari lingkungan.
3. Gangguan kesehatan mental yang dialami remaja dapat berdampak pada
proses tumbuh kembang mereka, fase remaja adalah masa dimana anak
mulai aktif mengeksplorasi diri dan mulai mencari jati diri ketika kesehatan
mereka terganggu mereka cenderung menarik diri dari lingkungan,
kebanyakan dari mereka pun tidak memiliki semangat untuk hidup dan
cenderung memiliki emosi yang tidak stabil hal inilah yang menghambat
tumbuh kembang mereka baik dalam kreativitas maupun emosional.
4. Hal pertama yang harus dilakukan oleh remaja yang memiliki gangguan
kesehatan mental adalah berusaha untuk menerima keadaan, sadarilah
segala emosi baik dan emosi buruk yang ada dalam diri. Komunikasikan
hal ini dengan keluarga dan carilah pertolongan dari psikolog maupun
psikiater.
5. Upaya yang dapat dilakukan oleh para remaja untuk menghindari gangguan
kesehatan mental yang pertama adalah atur pola makan dan pola tidur
karena ini sangat berpengaruh terhadap emosi dan tingkat stres. Kedua
ekspresikan segala emosi yang terjadi dalam diri, mintalah bantuan orang
tua atau sahabat untuk mendengarkan cerita Anda. Ketiga berilah apresiasi
kepada diri Anda, sekecil apapun hal yang telah dilakukan cobalah untuk
mengapresiasi nya.

42
43

4.2 Saran

Sudah semestinya masyarakat menyadari pentingnya kesehatan mental.


Peran pemerintah juga sangat dibutuhkan untuk memberikan edukasi mengenai
pentingnya kesehatan mental terhadap masyarakat. Selain itu peran masyarakat
dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman serta menghilangkan
sentimen negatif terhadap penderita gangguan mental sangat membantu dalam
proses penyembuhan pasien.
SINOPSIS

Saat ini masyarakat masi banyak yang tidak menyadari pentingnya


menjaga kesehatan mental, padahal kesehatan mental merupakan faktor
essensial yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik. Masyarakat masih
memiliki stigma negatif terhadap penderita gangguan mental, mereka masih
beranggapan bahwa orang yang memiliki gangguan mental adalah orang yang
jauh dari Tuhan dan ibadah. Padahal gangguan kesehatan mental dapat terjadi
kepada siapapun dan dapat disebabkan oleh berbagai hal.

Dimasa pandemi saat ini kesehatan mental merupakan sesuatu hal yang
mahal yang harus kita jaga, seperti yang kita ketahui saat ini banyak terjadi
krisis ekonomi, ketidakpastian akan hidup, serta kesepian. Hal ini dapat
mempengaruhi kesehatan mental kita, terbukti dengan data yang dipaparkan
oleh WHO bahwa angka gangguan kesehatan mental terus meningkat disaat
pandemi virus Covid-19.

Gangguan kesehatan mental tidak hanya terjadi pada orang dewasa


tetapi juga dapat menyerang remaja. Di tengah pandemi virus Covid-19 ini
banyak remaja yang merasakan kesepian, tertekan, depresi, dan mengalami
ketakutan yang berlebihan. Hal ini dapat disebabkan oleh naluri mereka yang
seharusnya sedang aktif mengeksplorasi diri terpaksa harus berkutat dalam
ruang untuk waktu yang tidak dapat ditentukan.

Gangguan kesehatan mental akan sangat berpengaruh terhadap


perkembangan motorik dan emosional remaja, jika hal ini dibiarkan maka akan
berapa banyak generesi yang harus dikorbankan? Orang tua selaku seseorang
yang memegang peran penting dalam tumbuh kembang mereka harus
mengetahui segala perubahan-perubahan sikap yang terjadi pada anaknya. Jika
orang tua tidak segera menyadari adanya perubahan dalam diri anaknya maka
itu dapat membahayakan kesehatan mental anak ketingkat yang lebih lanjut.

44
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Hakam, 2014. Pengertian Mental. Januari 2014. Tersedia di


http://hakamabbas.blogspot.com/2014/01/pengertian-mental.html [diakses 10
Desember 2020]

Adrian, Kevin, 2020. Memahami Epidemiologi dan Istilah-istilahnya. Alodokter.


10 Agustus. Tersedia di https://www.alodokter.com/memahami-epidemiologi-
dan-istilah-istilahnya [10 Desember 2020]

Anonim, 2015. 6 Pengertian Kesehatan Menurut Para Ahli. Seputar Pengetahuan.


10 November. Tersedia di https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/11/10-
pengertian-kesahatan-menurut-para-ahli-terlengkap.html#1_Undang-
Undang_No_23_Tahun_1992 [diakses 9 Desember 2020]

Anonim. 2018. “Dinkes: 10948 Warga Karawang Alami Gangguan Jiwa”. Dalam
https://tvberita.co.id/news/regional/dinkes-10948-warga-karawang-alami-
gangguan-jiwa/. Diakses 27 November 2020.

Aula, Achmad Chasina, 2019. Paradigma Kesehatan Mental. 10 Oktober. Tersedia


di http://news.unair.ac.id/2019/10/10/paradigma-kesehatan-mental/ [Diakses 10
Desember 2020]

Ayuningtyas, Dumilah dan Marisa Rayhani. 2018. “ Analisis Situasi Kesehatan


Mental pada Masyarakat di Indonesia dan Strategi Penanggulangannya.” Dalam
http://103.208.137.59/index.php/jikm/article/view/241/189. Diakses 26 November
2020.

Ayuningtyas, Putri, 2012. Hubungan Psikologi dan Kesehatan Mental. 18 Maret.


Tersedia di http://putri-ayuningtyas.blogspot.com/2012/03/hubungan-psikologi-
dan-kesehatan-mental_18.html [diakses 10 Desember 2020]

Azmi, Nabila. 2020. “Pengaruh Pandemi Terhadap Kesehatan Remaja, Apa


Saja?”. Dalam https://hellosehat.com/coronavirus/covid19/dampak-pandemi-
mental-remaja/#gref. Diakses 26 November 2020.

Bastiandy, Benny. 2019. “268 Orang Dengan Gangguan Jiwa di Jawa Barat Masih
Dipasung”. Dalam https://mediaindonesia.com/nusantara/216435/268-orang-

45
46

dengan-gangguan-jiwa-di-jawa-barat-masih-dipasung. Diakses 27 November


2020.

Brunier, Alison. 2020. “COVID-19 disrupting mental health services in most


countries, WHO survey”. Dalam https://www.who.int/news/item/05-10-2020-
covid-19-disrupting-mental-health-services-in-most-countries-who-survey.
Diakses 27 November 2020.

Bukhori, Baidi. (2006). Kesehatan Mental Mahasiswa Ditinjau dari Religiusitas


dan Kebermaknaan Hidup, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, Vol 11, No.
22, hal. 272, tersedia di
https://journal.uii.ac.id/index.php/Psikologika/article/view/272 [diakses tanggal
10 Desember 2020]

Dewi, Kartika Sari. 2012. “Buku Ajar Kesehatan Mental” Dalam


http://eprints.undip.ac.id/38840/1/KESEHATAN_MENTAL.pdf. Diakses 26
November 2020.

Handayani, dkk.(2020). Pandemi COVID-19, Respon Imun Tubuh, dan Herd


Immunity, Jurnal Kesehatan, Vol 10, No. 3, hal. 373-380, tersedia di 830-
Article%20Text-3201-2-10-20200830.pdf [diakses tanggal 9 Desember 2020]

Indarjo, Sofwan. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja, Jurnal Ilmu Kesehatan


Masyarakat, Vol 5, No. 1, hal. 48-57, tersedia di
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/1860/2000 [diakses
tanggal 11 Desember 2020]

Nadhira, Andi Marsa. 2020. “Menjaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Virus
Corona”. Dalam https://www.alodokter.com/menjaga-kesehatan-mental-saat-
pandemi-virus-corona. Diakses 26 November 2020.

Utami, Fajria Anindya, 2020. Apa Itu Pandemi. Warta Ekonomi. 16 Maret.
Tersedia di https://www.wartaekonomi.co.id/read276620/apa-itu-pandemi
[diakses 9 Desember 2020]

Viora, Eka, 2018. Kesehatan Jiwa Remaja. Tersedia di


https://www.pdskji.org/downlod.php?file=temu%20media%20-hkjs-2018-
indonesia%20%20version-converted.pdf [diakses 11 Desember 2020]

Wuriyanto, Arie, 2009. Dasar Epidemiologi. Tersedia di


http://arie_wuryanto.blog.undip.ac.id/files/2009/10/definisi-epidemiologi.pdf
[diakses 9 Desember 2020]
INDEKS

D
K
Dampak, 12
Kesehatan mental, 15
E
M
epidemiologi, 13
mental, 14
G
S
gangguan, 15
sehat, 14

47
LAMPIRAN

48
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA LENGKAP : RAHMAWATY KHOERUNNISA


NAMA PANGGILAN : RAHMA
ANAK KE_ DARI_SAUDARA : 3 DARI 3
TEMPAT, TANGGAL LAHIR : KARAWANG, 3 FEBRUARI 2003
JENIS KELAMIN, GOL. DARAH : PEREMPUAN/ B
AGAMA : ISLAM
ALAMAT : JL BINA JAYA RT 01/03, DS.
PURWASARI KEC. PURWASARI KAB.
KARAWANG
ALAMAT FACEBOOK : RAHMAWATY KHOERUNNISA
ALAMAT TWITTER :-
ALAMAT INSTAGRAM : RAHMAKHRNZ
ALAMAT SUREL : RAHMAKHRNZ@GMAIL.COM
NO. TELPON/WHATSAPP : 087773712220
NPM, KELAS, PRODI : 10070320125, KELAS D, TEKNIK
PERENCANAAN WILAYAH DAN
KOTA
FAKULTAS : TEKNIK
ASAL SMA : SMAN 3 KARAWANG
UKM YANGDIIKUTI: : BELUM MEMULAI MENGIKUTI UKM
HOBI : MENDENGARKAN MUSIK DAN
MEMBACA NOVEL
MINAT DAN BAKAT : PUBLIC SPEAKING
CITA-CITA : MENJADI ORANG YANG BAHAGIA
PENGALAMAN ORGANISASI : 1. PRAMUKA SMP PUPUK KUJANG
2. MARCHING BAND GITA BIRA SMP
PUPUK KUJANG
3. KARYA ILMIAH REMAJA SMAN 3
KARAWANG

49
50

NAMA AYAH : UNDANG SETIA TEJA SUKMANA


TEMPAT, TANGGAL LAHIR : SUMEDANG, 25 MEI 1958
ALAMAT AYAH : JL BINA JAYA RT01/03 DS.
PURWASARI KEC. PURWASARI KAB.
KARAWANG
PEKERJAAN : WIRASWASTA
NO HP : 085215598714
PENDIDIKAN TERAKHIR : SMA
SUKU BANGSA : SUNDA
NAMA IBU : IIN SUHERNI
TEMPAT, TANGGAL LAHIR : KARAWANG, 19 SEPTEMBER 1964
ALAMAT IBU : JL BINA JAYA RT01/03 DS.
PURWASARI KEC. PURWASARI KAB.
KARAWANG
PEKERJAAN : PNS
NO HP : 082246549314
PENDIDIKAN TERAKHIR : S1
SUKU BANGSA : SUNDA

KARAWANG, 1 JANUARI 2021


HORMAT SAYA,

RAHMAWATY KHOERUNNISA

Anda mungkin juga menyukai