Makalah Pembelajaran Bahasa Inggris
Makalah Pembelajaran Bahasa Inggris
a. Latar belakang
Dalam proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media
pembelajaran. Dalam makalah ini akan membahas bagaimana perbedaan antara media
pembelajaran, media pendidikan serta media massa dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode mengajar dan
medis pendidikan sebagai alat bantú mengajar. Sedangkan penilaian adalah untuk mengukur atau
menentukan taraf tercapai tidaknya tujuan pengajaran. Kedudukan media pendidikan sebagi alat
bantú mengajar ada dalam komponen metodologi, sebagai salah satu lingkungan belajar yang
diatur oleh guru.
Di sini juga akan dibahas penggunaan media pembelajaran. Seperti yang kita ketahui media
pembelajaran itu banyak macamnya. Untuk proses belajar mengajar yang baik kita harus
menggunakan media pembelajaran yang tepat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian
dalam makalah ini.
b. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Media Pembelajaran
2. Mengetahui perbedaaan Media Pembelajaran dengan Media Pendidikan dan Media Massa
3. Mengetahui Manfaat media pembelajaran dalam pengajaran bahasa inggris
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti “tengah”,
“perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara () atau pengantar
pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Menurut Gerlach dan Ely (1971), media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Sehingga guru, buku teks dan lingkungan sekolah
marupakan media.
Fleming (1987: 234) menyatakan media berfungsi untuk mengatur hubungan yang efektif antara
dua pihak yaitu siswa dan isi pelajaran.
Hainich dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah media sebagai perantara yang
mengantar informasi antara sumber dan penerima.
Kesimpulannya, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
dari pengirim ke penerima. Sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat
siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
• Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran menurut Gagne dan Briggs (1975)
media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi
pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide
(gambar), foto, gambar, grafik, televisi dan computer.
• Media Pendidikan
Adapun pengertian media pendidikan itu antara lain:
a. Media pendidikan memiliki pengertian fisik (hardware) atau perangkat keras, yaitu sesuatu
benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan panea indera.
b. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik (software) atau perangkat lunak, yaitu
kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin
disampaikan kepada siswa.
c. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
d. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di
luar kelas.
e. Media pendidikan dapat digunakan secara missal (radio, TV), kelompok besar dan kecil (film,
slide, video, OHP), atau perorangan (modul, computer, radio, tape,/kaset, video recorder)
Jadi kesimpulannya, media pendidikan adalah perantara yang membawa informasi atau pesan-
pesan sebagai sumber belajar, baik berupa software dan hardware. Contoh media pendidikan
adalah gambar, foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, radio dan lain-lain.
• Media Massa
Media massa berasal dari dua kata, yaitu media dan massa. Media adalah alat atau perantara,
sedangkan massa adalah orang banyak dan masyarakat umum. Jadi dapat disimpulkan bahwa
media massa adalah suatu perantara untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat atau orang
banyak. Pesannya itu mengandung informasi-informasi yang diperlukan masyarakat, baik
mengenai politik, sosial, ekonomi, maupun budaya. Sehingga dengan adanya media massa
masyarakat mendapat pengetahuan tentang negaranya. Contoh dari media massa adalah surat
kabar dan Koran.
Alasan-alasan mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa yaitu:
a. Alasan yang pertama yaitu berkenaan dengan menfaat media pengajaran itu sendiri, antara
lain:
1. Pengajaran lebih menarik perhatian siswa, sehingga menumbuhkan motivasi belajar.
2. Bahan pengajaran lebih jelas maknanya, sehingga dapat menguasai tujuan pembelajaran
dengan baik.
3. Metode pengajaran akan bervariasi
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan aktivitas belajar, seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lain.
b. Alasan kedua yaitu sesuai dengan taraf berpikir siswa. Dimulai dari taraf berfikir konkret
menuju abstrak, dimulai dari yang sederhana menuju berfikir yang kompleks. Sebab dengan
adanya media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, dan hal-hal yang kompleks
dapat disederhanakan. Itulah beberapa alasan mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi
keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
e. Kartun
Yaitu penggambaran dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang, gagasan, atau situasi
yang didesain untuk mempengaruhi opini masyarakat.
f. Komik
Yaitu suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam
urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberi hiburan kepada para
pembaca.
Media merupakan suatu perantara (alat) untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan
media yang tepat dapat menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran. Media dua dimensi
dan tiga dimensi masing-masing berbeda dan mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri.
Media pembelajaran yang diuraikan diatas mampu diaplikasikan dalam pengajaran bahasa
Inggris. Hal ini akan lebih mempermudah bagi guru dan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Seperti yang kita ketahui media pembelajaran itu banyak macamnya. Untuk
proses belajar mengajar yang baik kita harus menggunakan media pembelajaran yang tepat. Oleh
karena itu guru harus dapat memilih media yang sesuai dengan bahan pembelajaran sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik dan lancar.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Deskripsi Teoritik
A. Proses Belajar Mengajar
B. Proses Pembelajaran Bahasa
C. Proses Belajar Mengajar Yang Efektif & Efisien
2. Pembelajaran Reading
3. Pembelajaran Writing
4. Pembelajaran Listening
5. Pembelajaran Speaking
6. Kerangka Berfikir
BAB III METODOTOLOGI PENELITIAN
1. Subjek Penelitian
2. Objek Penelitian
3. Tempat dan Waktu penelitian
4. Pengumpulan Data
5. Instrumen Penelitian
6. Analisis Data
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
menyusun paragraf menjadi teks. Pemberian materi secara tepat akan memberikan hasil yang
optimal. Selain itu, faktor lain yang turut berpengaruh adalah penggunaan waktu dan tenaga
secara efisien. Efisiensi dalam penggunaan waktu dan tenaga akan membantu siswa dalam
menghasilkan pekerjaan yang lebih baik dalam writing.
Berhubungan dengan materi yang diajarkan, keefektifan pembelajaran listening dipengaruhi oleh
keautentikan materi tersebut. Siswa akan lebih mudah memahami materi yang berhubungan
dengan masalah-masalah yang sering mereka dengar, misalnya berita dari televisi atau radio,
prakiraan cuaca, instruksi, pengumuman, lagu, dan sebagainya. Selain dipengaruhi oleh
pembicara yang mereka dengarkan, apakah pembicara itu penutur asli atau bukan, efisiensi dapat
dicapai melalui penggunaan fasilitas seperti laboratorium bahasa dan tape recorder.
Keautentikan materi juga berpengaruh pada keefeektifan pembelajaran speaking. Siswa akan
lebih mudah mengekspresikan masalah-masalah yangsering mereka hadapi dalam kehidupannya.
Dalam mengungkapkan masalah-masalah itu, siswa akan melibatkan pikiran dan perasannya
sehingga komunikasi yang dilakukan akan tampak natural. Efisiensi dalam speaking
berhubungan dengan level siswa. Siswa dibagi dalam tiga level, yaitu beginner (pemula),
intermediate, dan advanced. Bagi pemula, akan lebih efektif dan efisien jika diberikan materi
yang sederhana dulu kemudian baru materi yang lebih kompleks.
Berhubungan dengan teknik yang dipakai dalam proses belajar mengajar, pembelajaran reading
berhubungan dengan mikro skills: scanning, skimming, explicit dan implicit reading, menarik
kesimpulan dari konteks, dan membaca untuk hiburan. Keefektifan berhubungan dengan mikro
skills yang terlibat. Penggunaan teknik yang bervariasi dalam pembelajaran akan mengurangi
kebosanan siswa. Selain itu, efisiensi juga berhubungan dengan karakteristik kelas. Misalnya
untuk kelas yang pasif, explicit reading dan membaca untuk hiburan akan lebih sesuai.
Pembelajaran listening dapat dilakukan dengan berbagai teknik, misalnya mendengarkan tape
recorder, menjawab pertanyaan berdasarkan teks, menulis ulang lagu, mendengarkan radio dan
televisi, dan sebagainya. Keefektifan berhubungan dengan pemilihan teknik yang tepat untuk
kelas tertentu. Sedangkan efisiensi berhubungan dengan penggunaan fasilitas yang tersedia.
Keefektifan dalam pembelajaran speaking berkaitan dengan kegiatan siswa selama proses belajar
mengajar, apakah mereka aktif atau tidak. Salah satu upaya untuk mendorong siswa menjadi
aktif adalah dengan menggunakan information gap. Caranya dengan membagi kelas menjadi dua
kelompok. Kelompok A mendapatkan informasi yang tidak diketahui oleh kelompok B, dan
sebaliknya. Dengan cara ini akan terjadi komunikasi antara kelompok A dan B secara alami.
Untuk memperoleh hasil yang optimal, proses ini harus efisien. Dalam hal ini efisiensi
berhubungan dengan topik, apakah topik itu menarik atau tidak.
Berhubungan dengan waktu dan tempat yang tepat untuk proses belajar mengajar, tidak ada
perbedaan antara reading, listening, speaking, dan writing. Keefektifan dan efisiensi tergantung
pada tingkat kesulitan materi. Misalnya, reading dan writing membutuhkan banyak konsentrasi,
oleh karena itu akan lebih efektif jika dilakukan pada pagi hari. Sedangkan untuk pembelajaran
listening dan speaking dapat dilakukan pada siang hari.
Keefektifan dan efisiensi berhubungan dengan tempat yang sesuai untuk proses belajar mengajar
listening, speaking, reading, dan writing berkaitan dengan ketersediaan media di dalam kelas.
Misalnya, pembelajaran reading, speaking, dan writing dapat dilakukan di dalam kelas. Tetapi,
pembelajaran listening akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan di laboratorium bahasa,
karena disana tersedia peralatan yang diperlukan untuk pembelajaran seperti tape recorder, kaset,
dan sebagainya.
Penelitian ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam proses
belajar mengajar Bahasa Inggris pada kelas X SMA Negeri 1 Jamblang, Cirebon pada tahun
ajaran 2014/2015.
BAB II
PEMBAHASAN
Setiap potongan dari jigsaw puzzle sangat penting untuk membentuk sebuah gambar
yang sempurna. Begitu juga dengan setiap siswa memiliki peranan penting untuk
membentuk kelompok dan mendukung terciptanya pembelajaran yang efektif. Untuk itu
teknik ini sangat membantu para siswa untuk berpikir kreatif dan tidak bergantung pada
lainnya.
1. Pembagian kelompok yang berisi 5 atau 6 orang. Sangat ideal untu kelas yang berisi 30
siswa. Kelompok awal ini bisa dinamakan jigsaw grup.
2. Setiap grup harus memilih ketua yang bisa di katakan paling berani berbicara di
kelompoknya.
3. Materi di bagi menjadi 5 – 6 bagian( untuk setiap anggota grup).
4. Setiap siswa di berikan satu bagian dari materi untuk dipelajari.
5. Siswa harus diberikan waktu untuk membaca dan memahami bagiannya paling tidak dua
kali.
6. Satu siswa dari setiap jigsaw grup yang memiliki bagian materi sama membentuk grup
atau kelompok yang disebut grup ahli atau expert grup. Dalam expert grup mereka
diberikan waktu untuk mendiskusikan poin penting dan menyiapkan materi yang akan
mereka sampaikan pada grup awal mereka.
7. Para siswa kembali ke grup awal atau jigsaw grup.
8. Siswa menyampaikan bagian materi yang mereka diskusikan pada grup expert secara
berurutan sesuai materi. Anggota kelompok yang lain dapat bertanya pada siswa yang
sedang menyampaikan materi.
9. Guru mengawasi proses diskusi dan mengatasi masalah yang terjadi pada grup.
10. Kuis harus diberikan di akhir sehingga para siswa sadar kegiatan belajar tersebut tidak
hanya untuk kesenangan dan permainan tetapi juga ada penilaian untuk proses tersebut.
Teori Piaget mengemukakan bahwa anak SD berada pada tahap operasional konkret (Sagala,
2006: 27). Pada tahapan ini anak telah mampu berpikir rasional namun belum mampu berurusan
dengan materi abstrak, sehingga dalam mencapai tahapan berpikirnya tersebut anak masih
memerlukan benda-benda konkrit atau dikaitkan dengan suatu pengalaman tertentu, agar dapat
diterima oleh akal secara rasional. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
pembelajaran writing bahasa Inggris di SD pada hakikatnya memerlukan suatu proses, seorang
guru layaknya menugaskan writing melalui serangkaian tahapan yang dapat menunjang proses
berfikir anak. Namun sayangnya beberapa guru SD masih memerintahkan siswanya untuk
melakukan Instant writing. dalam hal ini siswa akan kesulitan jika controlled writing
activities atau guided writing activities sebelumnya tidak diberikan.
Beberapa hambatan yang dirasakan oleh siswa ketika menulis bahasa Inggris disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor internal. Faktor internal ialah hambatan yang timbul dari dalam siswa itu sendiri misalnya
Siswa tidak memiliki vocabulary yang cukup, siswa belum bisa membaca dalam bahasa ibu.
2. Faktor eksternal. Faktor eksternal ialah hambatan yang timbul dari luar diri siswa yaitu dari guru
itu sendiri seperti: Guru tidak menyediakan process writing bagi siswa, sehingga tidak ada
tahapan-tahapan yang dapat membantu siswa dalam membuat karya tulisnya. Guru tidak
mengajarkan menulis dengan menggunakan teknik yang tepat. Guru tidak menyediakan materi
atau media yang menarik dalam aktivitaswriting siswa.
Seperti yang telah ditegaskan sebelumnya bahwa aktivitas menulis membutuhkan waktu
dan proses. Aktivitas menulis sepert halnya aktivitas berbahasa lisan, dimulai dari kontrol
sampai dengan bebas sama sekali. Biasanya guru banyak melakukan guided activities pada
tingkat dasar, tapi walaupun begitu free activities jangan ditiadakan. Pada
umumnya controlled dan guided activities dilakukan untuk memperaktekkan bahasa dan
pemusatan bahasa. Free activities memperbolehkan siswa untuk mengungkapkan ekspresinya
walaupun sederhana, dan untuk tingkat SD mengenai isi tulisan tidak terlalu di permasalahkan.
Untuk lebih jelasnya macam-macam aktivitas tersebut peneliti paparkan sebagai berikut:
1. Controlled writing activities. Writing kadang-kadang digunakan sebagai suatu cara untuk
belajar, memperkuat, atau menguji konsep tata bahasa. Tipe menulis intensip terlihat pada
aktivitas ini. Pada tipe writitng ini tidak mengijinkan siswa berkreativitas banyak pada setiap
bagian tulisannya. Siswa hanya menyalin tulisan atau merubah beberapa struktur tata bahasa
saja. Contoh activitas ini yaitu: straight copying, matching, organising and copying, delayed
copying, copying book, dictation,merubah present tense verbs to past tense.
2. Guided writing activities. Guru sedikit menghilangkan controlled activities nya, namun masih
tetap memberikan beberapa arahan atau tuntunan sebagai sebuah stimulus bagi siswa. Contoh
kegiatan ini ialah fill-in exercises, letters with guided, questions-answers.
3. Free-writing activities. Siswa diberikan kebebasan untuk melakukan aktivitas menulis sesuai
dengan ide, gagasan, dan tujuannya. Guru tidak banyak terlibat dalam aktivitas ini.
Contohnya : narrative writing, report writing, dan description writing.
Berkaitan dengan pembelajaran writing, Orr (Growing up with english, 1999:
79)berpendapat bahwa ada 5 tahapan dalam proses menulis yaitu: prewriting, drafting, sharing,
revising dan publishing. Namun tidak semua tahapan menulis digunakan dalam setiap kegiatan
menulis siswa. Tahapan-tahapan ini dapat disesuaikan dengan keahlian dan umur siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
That is an easy way to make fried rice, will have to try when cooking in a happy
mood. Because it turns out the feeling when cooking can affect flavors. If you do not get along
with instructions to make fried rice on top of it does not need to be applied. Ignore it and use the
recipe to make fried rice you want.
Untuk lebih jelasnya perhatikan dibawah ini :
INFERENCE (Penutup)
That is an easy way to make fried rice, will have to try when cooking in a happy mood.
Because it turns out the feeling when cooking can affect flavors. If you do not get along with
instructions to make fried rice on top of it does not need to be applied. Ignore it and use the
recipe to make fried rice you want.
Similarly, we can describe the material that is the subject of this proposal, of course, there
are still many shortcomings and weaknesses, because they lack the knowledge and the lack of
reference or the reference has to do with the title of this proposal. Author much hope dear
readers, providing constructive criticism and suggestions for the perfect proposal to the author in
the writing of the proposal in the next opportunities.
Hopefully this paper is useful for writers in particular are also dear readers in general.
Such review this time, may be useful for you and also inspire.
Demikian ulasan singkat tentang penutup sebuah makalah versi bahasa Inggris.
Dan jika ada kata kata yang menyinggung saya minta maaf yang sebesar-besanya.
DAFTAR PUSTAKA
Carrell, Patricia L. (1990). Interactive Approach to Second Language Reading. California:
Cambridge University Press.
E. Alatis, James. (1981). The Second Language Classroom Directions for the 1980’s. Oxford:
Oxford University Press.
Finocchiaro, Mary et al. (1973). The Foreign Language Learner: A Guide for Teachers. New
York: Regents Publishing Company, Inc.
Goetting, M.L. (1942). Teaching in the Secondary School. New York: Prentice Hall, Inc.
Littlewood, William. (1984). Language Acquisition Research and Its Implications for the
Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.
Posting Komentar
Pengikut
Mengenai Saya
Andriz Iniesta
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2015 (2)
o ▼ Agustus (1)
MAKALAH BAHASA INGGRIS
o ► Juli (1)
B. Pengertian Bahasa Inggris, Fungsi dan Tujuan, Ruang Lingkup dan Metode-Metode
Pembelajaran Bahasa Inggris
1. Pengertian bahasa Inggris
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional
siswa dan merupakan kunci penentu menuju keberhasilan dalam mempelajari semua
bidang studi. Bahasa diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, dan
budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam
masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, membuat keputusan yang
bertanggung jawab pada tingkat pribadi dan sosial, menemukan serta menggunakan
kemampuan-kemampuan analisis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan.
Pengertian berkomunikasi dimaksudkan adalah memahami dan mengungkapkan
informasi, pikiran, perasaan, serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
budaya dengan menggunakan bahasa tersebut. Kemampuan berkomunikasi dalam
pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana.[12]
2. Fungsi dan tujuan
Dalam konteks pendidikan, bahasa Inggris berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi
dalam rangka mengakses informasi, dana dalam konteks sehari-hari, sebagai alat
untuk membina hubungan interpersonal, bertukar informasi serta menikmati estetika
bahasa dalam budaya Inggris.
Mata pelajaran bahasa Inggris memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tersebut, dalam bentuk
lisan dan tulis. Kemampuan berkomunikasi meliputi mendengarkan (listening),
berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing).
b. Menumbuhkan kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris sebagai
salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar.
c. Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antar bahasa dan budaya
serta memperluas cakrawala budaya. Demikian siswa memiliki wawasan lintas budaya
dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.
3. Ruang lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Inggris meliputi:
a. Ketrampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
b. Sub-kompetensi yang meliputi kompetensi tindak bahasa, linguistik (kebahasaan),
sosiokultural, strategi dan kompetensi usaha.
c. Pengembangan sikap yang positif terhadap bahasa Inggris sebagai alat komunikasi.
4. Macam-macam metode-metode pembelajaran bahasa Inggris
Tiap-tiap pelajaran mempunyai metode atau cara pengajaran tersendiri, disesuaikan
dengan pelajaran atau materi yang disampaikan. Dalam pengajaran bahasa Inggris
terdapat berbagai macam metode atau cara penyajian atau teknik pengajaran bahasa
Inggris, diantaranya adalah;
a. Metode Grammar-Translation
Metode Grammar translation bukanlah metode baru.Metode ini mempunyai
banyak nama, tetapi telah banyak digunakan oleh guru bahasa selama bertahun-
tahun. Dulu metode ini disebut metode klasik sejak pertama kali digunakan dalam
pengajaran bahasa klasik seperti Latin dan Yunani (chastain,1988). Pada awal abad
ini, metode ini digunakan untuk membantu siswa dalam membaca dan mengapresiasi
literatur bahasa asing.[13]
Menurut guru yang menggunakan metode Grammar-Translation tujuan
fundamental mempelajari bahasa asing adalah agar dapat membaca literatur tertulis
dalam bahasa asing tersebut. Untuk melakukannya, siswa perlu mempelajari aturan
tata bahasa dan kosa kata dari bahasa yang menjadi target. Sebagai tambahan banyak
orang yakin bahwa mempelajari bahasa asing akan membantu meningkatkan otak
mereka.
Peran guru dalam metode ini sangat tradisional, guru adalah otoritas di ruang
kelas. Siswa melakukan apa yang diperintahkan guru sehingga mereka dapat belajar
dari pengetahuan guru.
Karakteristik dari proses belajar mengajar dalam metode Grammar Translation
yaitu sesuai diajarkan untuk menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa yang lain.
Sering kali apa yang mereka terjemahkan adalah materi membaca dalam bahasa
target (asing) tentang aspek budaya dari komunitas bahasa target tersebut. Siswa
belajar tata bahasa secara deduktif yakni mereka diberi aturan tata bahasa beserta
contohnya kemudian disuruh menghafalkannya dan kemudian diminta menerapkan
aturan tersebut ke contoh lainnya. Mereka juga mempelajari paradigma tata bahasa
sebagai kata kerja konjugasi, mereka menghafal bahasa asli mereka seperti halnya
menghafalkan bahasa target.
Adapun evaluasi metode ini yaitu test tulis diberikan kepada siswa untuk
diterjemahkan dari bahasa mereka ke bahasa target, atau sebaliknya. Sering
digunakan pertanyaan tentang budaya dari bahasa target atau pertanyaan untuk
menerapkan aturan tata bahasa juga banyak digunakan.[14]
b. Direct methods
Metode pengajaran dengan direct method maksudnya adalah bahwa pengajaran bahas
Inggris diberikan langsung dengan menggunakan bahasa target (Inggris). Yaitu
langsung menunjuk atau memperlihatkan benda, gambar, langsung dengan bahas
aslinya. Sehingga berdampak pada penguasaan vocabulary yang banyak dengan
menuntut anak untuk berbicara dalam bahasa target.
Dalam mempraktekkan metode ini harus diperhatikan prinsip-prinsip dan prosedur
yang ada, yaitu:
1) Kelas dibentuk, dibuat atau disituasionalkan dalam bahasa target.
2) Hanya mengajarkan vocabulary (kosakata) dan kalimat yang digunakan sehari-hari.
3) Grammar diajarkan secara induktif.
4) Pengajaran diberikan secara oral/lisan.
5) Vocabulary diajarkan melalui demonstrasi, menunjukkan objek atau gambar (dengan
bahasa asli).
6) Baik percakapan dan pemahaman bacaan (juga) diajarkan.
7) Ditekankan pada pembentukan/pengoreksian pronounciation (ucapan) dan grammar
(susunan kata).[15]
Metode ini bagus untuk diterapkan dalam pengajaran bahasa Inggris, murid dapat
mengembangkan kemampuan dan memperkaya melalui kosakata yang diperolehnya
dari percakapan sehari-hari dengan bahasa asli, tanpa harus membuka kamus, sebab
bahasa yang dipergunakan dalam metode ini adalah bahasa target.
c. Audio Lingual
Yakni suatu metode pengajaran bahas yang bertujuan melatih pemahaman
pendengaran (listening comprehension), cara pengucapan yang akurat atau tepat
(accurate pronunciation), mengenali simbol-simbol ujaran seperti grafik dan
kemudian mampu untuk mewujudkannya kembali ke dalam tulisan. Tujuan lain dari
metode ini adalah: (1) untuk mengontrol pola-pola suara bentuk, dan perintah dalam
bahas baru, (2) mengenali item-item kosakata yang terdapat pola tersebut, (3) arti
atau maksud yaitu agar siswa dapat berbicara dengan bahasa tersebut seperti aslinya.
[16]
Selain itu metode ini menuntut siswa untuk aktif berbahasa di kelas sehingga
menghilangkan kejemuan dan membuang rasa takut berbahasa. Prosedur
pengajarannya adalah (menurut Brooks yang dinukil oleh Jack C. Richards dan
Theodore S. Roggers):
1). Student first hear 2 model dialogue (either read by teacher orang on tape)
containing the key structure that are the focus of the lesson. They repeat each line
of the dialogue, individually and in chorus. The teacher pays attention to
pronunciation, intonation, and fluency. Correction of mistake of pronunciation orang
grammar is direct and immediate; the dialogue is memorized gradually, line by line.
A line may be broken down into several phrases if necessary. The dialogue is read a
loud in chorus, one half staying on speakers part and the other half responding. The
students do not consult their book through out this phrase.
2). The dialogue is adapted to the students interest orang situation through changing
certain key words orang phrases. This is acted out by the students.
3). Certain key structures from the dialogue are selected and used as the basis foe
pattern drills of different kind. These are first practiced in chorus and then
individually. Some grammatical explanation may be offered at this point, but this is
kept to an absolute minimum.
4). The students may be refer to their text book, and follow up reading, writing or
vocabulary activities based on the dialogue may be introduced, at the beginning
level, writing is purely imitative and consist of little more than copying out
sentences that have been practiced. As proficiency increases, student may write out
variations or given topics with the help of framing question, which will guide their
use of the language.
5). Follow up activities may take place in the language laboratory, where further
dialogue and drill work is carried out.[17]
Metode ini bagus untuk dipraktekkan dalam pengajaran bahasa sebab metode
ini memandang bahasa dengan menyeluruh dan dengan cara yang lebih lengkap,
karena metode ini memperhatikan semua kemahiran berbahasa (mendengar,
berbicara, membaca dan menulis).
Demikian beberapa metode pengajaran bahasa Inggris yang menurut penulis
merupakan metode yang efektif dan dapat diterapkan dalam proses pengajaran
bahasa umumnya dan bahasa Inggris khususnya.
d. Sillent Way Method
Karakteristik mengajar dari metode sillent way adalah siswa mulai belajar
bahasanya melalui bangunan dasar dan suara bahasa. Ini semua diperkenalkan melalui
tabel berwarna suara spesifik dari bahasa. Dengan mengandalkan pada suara yang
sudah diketahui dari bahasa asli mereka, guru tinggal mengarahkan siswa untuk
mengasosiasikan suara dari target bahasa dengan warna khusus yang dimaksud.
Kemudian warna yang sama ini digunakan untuk membantu siswa belajar mengeja
yang cocok dengan suara (melalui tabel kode warna fidel) bagaimana membaca dan
mengucapkan kata dengan benar.
Guru harus menciptakan situasi yang dapat memfokuskan perhatian siswa pada
susunan bahasa. Situasi tersebut akan memberi mereka arahan untuk menangkap arti.
Situasi itu sendiri kadang memerlukan penggunaan penyemangat tapi kadang tidak,
itu semua secara typical hanya melibatkan satu susunan pada satu waktu. Dengan
petunjuk tutur minimal siswa diarahkan memproduksi susunan bahasa. Guru bekerja
bersama mereka, berusaha keras, mengucapkan kata-kata yang dapat dimengerti
penutur asli dari bahasa target. Guru menggunakan kesalahan siswa sebagai bukti
yang dapat menyatakan mana bahasa yang tidak jelas untuk siswa.
Siswa menerima praktek dengan susunan bahasa target secara lebih tanpa
pengulangan untuk mereka sendiri. Mereka mendapatkan kebebasan bahasa dengan
menjelajah dan membuat pilihan. Guru bertanya kepada siswa untuk menggambarkan
reaksi pada pelajaran atau apa saja yang telah mereka pelajari. Hal ini akan memberi
mereka informasi berharga untuk guru dan menyemangati siswa agar lebih
bertanggung jawab untuk belajar.
Tujuan guru menggunakan sillent way yaitu karena siswa harus dapat
menggunakan bahasa untuk ekspresi diri, untuk mengekspresikan pikiran, persepsi dan
perasaan. Untuk dapat melakukannya, mereka perlu meningkatkan kebebasan dari
guru, untuk meningkatkan kriteria dalam diri mereka untuk membetulkannya, dengan
mengandalkan diri mereka sendiri mereka akan lebih bebas. Guru harus memberi
mereka apa yang benar-benar mereka butuhkan untuk mendukung pembelajaran
mereka.
Peran guru dalam metode ini adalah sebagai teknisi atau insinyur. Hanya siswa
yang dapat melakukan pembelajaran tetapi guru dapat mengandalkan apa yang telah
diketahui oleh siswa, dapat memberikan bantuan yang diperlukan mereka,
memfokuskan persepsi siswa, menekankan kesadaran mereka dan memberikan
latihan-latihan untuk memastikan fasilitas mereka dengan bahasa. Guru harus
merespek otonomi siswa dalam setiap usaha mereka untuk berhubungan dan
berinteraksi dengan tantangan baru.
Sedangkan peran siswa adalah memanfaatkan apa yang mereka ketahui,
membebaskan mereka dari tiap hambatan yang merintangi dengan memberi perhatian
sepenuhnya pada tugas yang diberikan serta secara aktif mengajak mereka sama-sama
menjelajah bahasa. Tak ada seorang pun yang dapat belajar untuk kita. Menurut
Gattegno “belajar adalah tanggung jawab individu kita.”
Evaluasi dari metode ini yaitu :
Meski guru hampir tidak pernah memberi tes formal, dia dapat mengukur
belajar siswa tiap waktu. Selama mengajar dihubungkan dengan belajar siswa harus
responsif terhadap kebutuhan belajar yang muncul. Diamnya guru akan
membebaskannya untuk berada di antara siswanya dan waspada akan kebutuhan ini.
Kebutuhan tersebut akan jelas bagi guru yang mengamati perilaku siswanya. Satu
kriteria tentang ya tidaknya siswa belajar adalah kemampuan mereka untuk
mentransfer apa yang telah pelajari ke dalam konteks baru.
Guru tidak akan memuji atau mengkritik perilaku siswa karena hal ini akan
mempengaruhi perkembangan kriteria ke dalam diri mereka.. Guru akan
mengharapkan siswanya untuk belajar pada tingkatan berbeda. Dia harus mengacu
pada perkembangan bukan pada kesempurnaan.[18]
e. Desuggestopedia methods
Metode ini merupakan metode ilustratif seperti yang disebut Celce-Murcia
(1991) sebagai pendekatan afektif humanistik, suatu pendekatan yang sangat
menghargai perasaan siswa. Penemu metode ini George Lazanov percaya bahwa
mempelajari bahasa dapat dilakukan lebih cepat dari biasanya. Alasan untuk
ketidakefisienannya, Lazanov menegaskan, kami akan mengatur psikologis belajar,
kami takut tidak akan dapat berbuat, karena kami dibatasi ketidakmampuan kami
untuk belajar, sehingga kami akan gagal. Hasilnya kami tidak akan mampu
menggunakan kekuatan mental penuh yang kami miliki.
Karakteristik proses belajar mengajar dari metode Desuggestopedia adalah
materi Desuggestopedic dilakukan di ruang kelas yang terang dan ceria. Poster
tentang grammar dipasang di mana-mana agar dapat bermanfaat bagi belajar siswa.
Poster tersebut diganti setiap Minggu untuk menciptakan suasana baru dalam
lingkungan belajar.
Siswa menyeleksi nama-nama dalam bahasa target dan memilih jenis-jenis
pekerjaan baru. Selama pelajaran mereka membentuk keseluruhan biografi dengan
identitas baru mereka.
Lembar kerja siswa dari buku pegangan yang berisi dialog panjang (sebanyak
800 kata) dalam bahasa target. Untuk dialog berikutnya adalah yang diterjemahkan ke
dalam bahasa asal siswa. Ada beberapa catatan untuk kosakata dan grammar yang
harus dicetak tebal dalam dialog.
Guru menghadirkan dialog selama dua bagian, terdiri dari fase utama (fase
reseptif). Pada bagian pertama (bagian aktif) guru membaca dialog, menyesuaikan
suaranya dengan ritme dan titinada musik. Dengan cara ini, seluruh otak (otak kanan
dan otak kiri) siswa menjadi diaktifkan. Siswa mengikuti dialog bahasa target yang
dibaca guru dengan nyaring. Mereka juga ikut mengecek terjemahannya. Bagian
kedua adalah (bagian pasif), siswa mendengarkan dengan tenang ketika guru
membaca dialog pada batas kecepatan normal. Untuk pekerjaan rumah siswa cukup
membaca dialog sebelum mereka tiur, dan lagi ketika mereka bangun pagi berikutnya.
Apa yang mengikuti fase utama kedua (fase aktivasi) dimana siswa terlibat
dalam beragam kegiatan yang didesain untuk membantu mereka memperoleh fasilitas
dari materi baru. Aktivitasnya mencakup dramatisasi, permainan, menyanyi dan
latihan tanya jawab.
Tujuan guru menggunakan Dessugestopesia adalah guru berharap untuk
mengakselerasi proses belajar bahasa asing siswa untuk berkomunikasi setiap hari.
Untuk melakukannya, semua kekuatan mental siswa dikerahkan..Hal ini dilakukan
dengan mensugesti kembali hambatan psikologi siswa yang membawa mereka pada
situasi belajar dan menggunakan teknik untuk mengaktifkan bagian “paraconscious”
otak di bawah kesadaran sepenuhnya.
Peran guru dalam metode ini otoritas di kelas , agar metode ini berhasil, siswa harus
percaya dan menghormati guru. Siswa akan memperoleh informasi lebih baik dari
seseorang jika ada kepercayaan dan mensugesti betapa mudahnya hal ini untuk
kesuksesan mereka.
Ketika siswa mempercayai guru mereka akan merasa lebih aman. Jika mereka aman
mereka akan menjadi lebih spontan dan tidak malu-malu lagi.
Evaluasi dalam metode ini biasanya dilakukan pada siswa secara normal melalui
aktivitas dalam kelas tidak melalui tes formal yang akan mengancam suasana rileks
yang dianggap esensial untuk pembelajaran akselerasi .[19]
f. CLT (Communicative Language Teaching)
Yang dimaksud dengan CLT adalah pengajaran bahas dengan pendekatan
komunikatif seperti dikemukakan oleh Jack C. Richards dan Theodore S. Rodgers,
bahwa: “the communicative approach ia language teaching starts from a theory of
language as communication. The goal of language teaching is to develop what Hymes
(1972) referred to as communicative competence”.[20]
Pendekatan komunikatif ini lahir bermula dari pandangan tentang bahasa, bahwa
bahasa adalah alat komunikasi. Menurut Hymes, teori tersebut menekankan tujuan
akhir pengajaran bahasa adalah kemampuan komunikatif para siswa. Lebih lanjut,
Hymes memperjelas bahwa yang dimaksud mengembangkan kemampuan komunikatif
para siswa adalah hal-hal yang harus diketahui dalam berkomunikasi sehingga mereka
mampu memerankan komunikasi dengan menggunakan bahasa sasaran dengan tepat.
Penekanan pendekatan komunikatif di sini, menurut para ahli bahasa bertujuan
untuk: (1) menjadikan kemampuan komunikatif (communicative competence) sebagai
tujuan pengajaran dalam pengajaran bahasa, (2) mengembangkan prosedur
pengajaran yang menekankan keterkaitan keempat ketrampilan bahasa. Empat
ketrampilan tersebut yaitu: reading (membaca), grammar/structure (susunan kata),
writing (menulis), dan listening (mendengarkan).
Prosedur pengajaran dengan CLT:
1). Presentasi dialog singkat yang didahului dengan motivasi sekitar situasi dalam dialog
tersebut. Contohnya dengan menanyakan pengalaman yang pernah dialami para siswa
berkenaan dengan topik dialog tersebut. Pengajar dapat pula mendiskusikan tentang
orang-orang yang terlibat dalam dialog tersebut, misalnya perannya, settingnya,
pemakaian bahasanya dan lain-lain.
2). Praktek mengucapkan ujaran-ujaran yang tepat, baik secara individu, kelompok,
seluruh kelas separuh kelas yang biasanya diperankan oleh pengajar terlebih dahulu.
3). Pertanyaan berdasarkan dialog yang dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari
dilanjutkan dengan variasi dari pengembangan kelas.
4). Mempelajari ungkapan-ungkapan komunikatif yang ada dalam kelas dialog tersebut
dikontraskan dengan pengembangan yang mungkin telah dimiliki oleh para siswa.
5). Kesimpulan secara umum tentang fokus penggunaan komunikasi yang ada dalam
dialog tersebut baik yang sering digunakan dalam bahasa lisan ataupun tertulis.
6). Kegiatan percakapan yang dilanjutkan dengan percakapan bebas.
7). Menirukan dialog tanpa teks di luar kelas yang dapat diperagakan dalam bentuk role-
play.
8). Memberi pekerjaan rumah tertulis ataupun orally.
9). Evaluasi dengan bentuk ungkapan yang diperagakan secara oral.[21]
g. Community Language Learning
Karakteristik dari proses belajar mengajar dari metode CLL ini adalah siswa
secara tipikal memiliki sebuah percakapan yang menggunakan bahasa asal mereka.
Guru membantu mereka untuk mengekspresikan apa yang ingin mereka kaakan dengan
memberi sepotong terjemahan bahasa target.potongan tersebut direkam, kemudian
dipuar, suaranya seperti suara percakapan ang berubah-ubah, kemudian dibuat
transkip percakapan dan terjemahan dengan bahasa target ditulis dibawahnya.
Transkip percakapan akan banyak membantu siswa. Beragam kegiatan dilakukan
seperti (ujian grammar, pronounciation atau membuat kalimat baru dengan kata-kata
dari transkip) agar siswa dapat lebih menjelajahi bahasa mereka, selama pelajaran
siswa diajak untuk mengungkapkan bagaimana mereka merasakan dan sebaliknya guru
memahami mereka.
Menurut Curran, ada enam elemen yang eiperlukan untuk pembelajaran
nondevensi. Pertama, adalah keamanan, selanjutnya adalah penyerangan, yang
dimaksud Curran adalah bahwa siswa harus diberi kesempatan untuk menunjukan diri
mereka, terlibat aktif dan menginvestadikan diri mereka dalam pengalaman belajar
caranya dengan mengajak siswa melakukan percakapan mereka sendiri didalam kelas
yang kita observasi. Elemen yang ketiga adalah perhatian, salah satu skill yang
diperlukan dalam mempelajari bahasa kedua atau bahasa asing adalah kemampuan
mengikuti banyak faktor secara serempak. Untuk menjadikan skill ini lebih mudah
dipelajari, khususnya pada permulaan proses belajar, guru harus membantu
mempersempit sekup perhatian. Ingatkan guru tersebut untuk meminta siswa agar
siswa tidak mengkopi transkipnya selama dia menulis dipapan tulis, sebaliknya dia
meminta siswa untuk memperhatikan apa yang ditulisnya dan menambahkan
terjemahan apa yang bisa mereka lakukan untuk melengkapi transkipnya.
Element keempat adalah refleksi yang terjadi dalam dua cara berbeda selama
pelajaran. Pertama ketika siswa terefleksi pada bahasa saat guru membaca transkip
tiga kali. Yang kedua ketika siswa diminta berhenti dan menadari pengalaman akif
yang mereka alami. Memori asalah element kelima , yaitu integrasi materi baru yang
terjadi dalam diri secara keseluruhan. Element terakhir adalh diskriminasi yakni
membedakan bentuk bahasa target. Kita melihat ini ketika siswa meminta untuk
mendengarkan Human computer dan berusaha untuk menyesuaikan pronounciation
mereka dengan komputer.
Guru yang menggunakan meode CLL menginginkan agar siswanya belajar
tentang pembelajaran mereka sendiri, untuk ikut bertanggungjawab meningkatkan hal
tersebut, dan untuk belajar bagaimana belajar dari satu orang kelainnya. Semua hal
objektif ini dapat dilakukan dengan cara nondensif jika guru dan siswa saling
melengkapi satu sama lain sebagian individu secara utuh memberi makna melalui
pikiran dan perasaan.
Peran guru dalam metode ini pada dasarnya sebagai konselor. Ini idak berarti
bahwa guru sebagai terapis atau guru tidak mengajar . Tetapi lebih pada guru
menyadari seberapa mengancamkah suatu situasi belajar yang baru lagi siswa dewasa,
sehingga secara skill paham dan mensuport siswanya agar lebih berusaha keras untuk
menguasai bahasa target. Pada awalnya siswa sangat bergantung pada guru. Hal itu
sangat diakui namun sebagaimana siswa terus belajar mereka menjadi semakin
independen. Metode CLL telah mengidentifikasi lima tahap pada gerakan ini dari
dependensi ke saling interdependensi dari guru pada tahap I, II, dan III guru fokus
tidak hanya pada bahasanya saja, tapi juga bagaimana menjadi suportif. siswa pada
saat belajar dalam tahap IV karena lebih banyak pengamanan siswa dalam bahasa
serta kesiapan untuk mengambil untung dari koreksi, guru dapat lebih fokus dari
akurasi. Perlu dicatat bahwa akurasi selaliu menjadi fokus meski pada tiga tahap
pertama, berkaitan dengan kelancaran kebalikannya pada bab IV dan V. Evaluasi pada
metode ini adalah tidak ada model evaluasi khusus yang disarankan untuk metode CLL
ini, apapun evaluasi yang dilakukan harus tetap berpegang pada prinsip metode.
Ketika sekolah meminta siswa istirahat di akhir pelajaran, guru merasa pas untuk
melaksanakannya. Selain itu tes kelas buatan guru akan terasa sebagai integratif tes
dari pada tes perlahan. Siswa akan diminta untuk menulis paragraf atau diinterview,
dari pada diminta untuk menjawab pertanyaan yang hanya berkaitan bahasa saat itu
(dibandingkan dengan prosedur evaluasi untuk metode audio lingual). Akhirnya, akan
lebih baik guru untuk memberi semangat siswa agar melakukan evaluasi pribadi untuk
lebih melihat belajar mereka sendiri serta agara lebih sadar terhadap kemajuan
mereka.[22]
h. Total Physical Response (TPR)
Karakteristik proses belajar mengajar metode TPR ini adalah tahap pertama
dari pelajaran adalah model. Instruktur memberikan perintah pada beberapa siswa
kemudian guru ikut melakukan apa yang diperintahkannya bersama siswa tadi. Pada
tahap kedua siswa mendemontrasikan bahwa mereka mampu dan paham perintah
dengan mengerjakannya sendiri, siswa lainnya yang mengamati juga mempunyai
kesempatan untuk mendemonstrasikan pemahaman mereka.
Kemudian guru kembali mengkombinasikan elemen perintahnya agar siswa
dapat mengembangkan fleksibilitasnya dalam memahami ungkapan yang tidak
familier. Perintah yang akan dikerjakan siswa biasanya yang lucu-lucu.
Setelah belajar, agar dapat merespons perintah secara lisan, siswa belajar
untuk membaca dan menulisnya ketika siswa siap untuk berbicara, mereka menjadi
orang yang melakukan perintah. Setelah siswa mulai berbicara, kegiatan ditambah
dengan permainan.
Guru yang menggunakan TPR percaya pentingnya membuat siswa menikmati
(enjoy) pengalaman mereka dalam belajar untuk berkomunikasi dalam bahasa asing.
Sebenarnya TPR dikembangkan untuk mengurangi stress yang dirasakan ketika orang
mempelajari bahasa asing dan kemudian mendorong siswa untuk tekun belajar bahasa
agar melampaui batas percakapan.
Untuk melakukannya, Asher percaya agar dalam belajar bahasa asing didasari
cara bagaimana anak-anak belajar bahasa asli mereka. Peran guru dalam metode ini
bertindak sebagai sutradara bagi perilaku siswa. Siswa sebagai peniru model non
verbal guru. Pada beberapa hal (biasanya setelah sepuluh sampai duapuluh jam)
beberapa akan siap untuk berbicara. Pada point tersebut akan ada latihan peran
dengan individu siswa dengan mengarahkan guru ataupun siswa lainnya.
Evaluasi dari metode ini adalah guru akan tahu secara langsung apakah siswa
paham atau tidak dengan mengamati aksi mereka. Evaluasi formal dapat dilakukan
secara sederhana dengan memberi perintah individu pada siswa untuk melakukan
serangkaian aksi. Ketika siswa meningkat levelnya, performa mereka dalam
melakukan instruksi bisa menjadi dasar evaluasi.[23]
0
Makalah Metode Speaking Bahasa Inggris
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional. Sangat penting untuk dipelajari. Dalam
dunia pendidikan, pada tahun 90an Bahasa Inggris mulai dipelajari di bangku SMP. Namun,
pada tahun 2000an Bahasa Inggris sudah dipelajri di bangku SD bahkan ada juga yang sudah
mempelajari dibangku TK. Namun walaupun begitu, Bahasa Inggris tetap saja dirasa sulit untuk
dipelajari.
Mengapa Bahasa Inggris begitu tidak mudah untuk dikuasai? Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi sulitnya belajar Bahasa Inggris.
Faktor yang pertama dan yang utama mengapa Bahasa Inggris begitu tidak mudah untuk
dikuasai adalah karena Bahasa Inggris bukan bahasa ibu kita.
Faktor yang kedua, tidak memadainya sistim pendidikan yang ada. Dalam arti, pelaku
pendidikan bahasa Inggris saat ini, baik tenaga pendidik maupun yang dididik, sama-sama tidak
memahami teori dan pendekatan yang efektif untuk diaplikasikan dalam mempelajari Bahasa
Inggris.
Faktor yang ketiga, tentunya adalah faktor internal, yaitu kurangnya kesungguhan
pembelajar Bahasa Inggris itu sendiri dalam mempelajari Bahasa Inggris.
Dari ketiga faktor tersebut, yang perlu penulis bahas adalah faktor yang kedua.
B. SARAN
Dari pembahasan dalam makalah ini, saran penulis adalah sebagai berikut:
a. Belajarlah dengan sungguh-sungguh dalam mempelajari speaking bahasa inggris. Insyaallah
pasti akan bisa.
b. Hendaknya dalam memulai speaking bahasa inggris memperhatikan beberapa teori yang ada
sehingga memudahkan dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
http://karodalnet.blogspot.com/2012/06/cara-mudah-belajar-bahasa-inggris.html
(diakses 04 Oktober 2012 pkl.19.30)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terlepas dari diabaikannya Pengenalan Bahasa Inggrs di SD, dmana mapel in
tidak terlalu dibutuhkan untuk anak-anak, namun bagi penulis sendiri memliki pendapat
yang berbeda. Bagi penulis Bahasa Inggris perlu diperkenalkan kepada anak-anak
bahkan anak di PAUD dan TK sekalipun. Pengenalan Bahasa Inggris untuk anak-anak
tentunya dengan cara tersendiri dan berbeda dengan anak-anak sekolah lanjutan
seperti SMP dan SMA.
Pengenalan bahasa inggris untuk anak-anak dengan sifatnya yang tidak
membebani, tidak membuat anak bosan, dikemas dalam bentuk bermain sambil belajar,
atau bahkan kesannya bukan belajar tetapi bermain yang memberikan keterampilan
Bahasa Inggris bagi mereka.
Selanjutnya seperti apakah kita mengenalkan Bahasa Inggris kepada anak-
anak ? Bahasa Inggris memang bukan Bahasa Ibu, Bahasa Inggris merupakan Bahasa
Asing, namun anak-anak kita memiliki potensi untuk memiliki kemampuan berbahasa
Inggris. Mengenalkan Bahasa Inggris wajib menyenangkan bukan sebaliknya
memaksa dan membebani mereka. Menyanyi, permainan, menggambar, mewarnai,
storytelling, dan lainnya merupakan metode yang efektif untuk introducing bahasa
inggris kepada anak-anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nyanyian (Songs)
Nyanyian adalah serangkaian kata-kata yang dilagukan dengan irama dan nada
tertentu. Dengan nyanyian lagu tersebut, guru dapat mengajak siswa untuk melakukan
kegiatan yang berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari anak.
Menyanyi selain sebagai kegiatan yang dapat membawa fun tersendiri bagi
anak, dapat juga mengembangkan imajinasi dan rasa percaya diri anak, sehingga
memacu anak untuk lebih kreatif dan berani tampil didepan umum, kemampuan anak
dalam bernyanyi pada usia dini ini biasanya didasarkan oleh pengalamannya pada saat
mendengar musik ataupun mendengar orang tua dan orang-orang disekitarnya
bernyanyi.[1]
Lagu diciptakan dengan tujuan utama yaitu :
a) Lagu yang diciptakan hanya sekedar untuk dinikmati dan
b) Lagu diciptakan dengan tujuan pembelajaran.
Lagu dan irama merupakan bagian penting dari kehidupan anak-anak dan juga
merupakan alat atau sebagai media pembelajaran bahasa kepada anak. Yaitu
pengajaran dan pembelajaran terutama bahasa asing, belajar bahasa melalui nyanyian
membuat anak-anak merasa senang dalam pembelajaran karena mereka menikmat
lagu, sambil bernyanyi mereka pun sebenarnya belajar bahasa inggris.
Lagu yang diciptakan untuk pembelajaran anak-anak mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
a) Berisi kata, frasa, atau kalimat dengan tema tertentu.
b) Unsur bahasa diulang-ulang.
c) Umumnya nyanyian berkonteks sehingga mudah dihafal.
d) Lagu dinyanyikan dengan gerakan-gerakan anggota badan (action songs)
e) Lagu bisa dinyanyikan diluar kelas oleh anak.
f) Bernada gembira.
Dalam mengajar bahasa inggris dengan lagu, seorang guru perlu
memperhatikan beberapa hal penting, antara lain sebagai berikut :
Pilihlah lagu yang sesuai dengan karateristik siswa dan tingkat perkembangan bahasa.
Lirik lagu janganlah terlalu panjang supaya tidak sulit untuk dihafal.
Lagu sebaiknya menarik, dinamis, dan bernada gembira.
Untuk tujuan tertentu, misalnya guru ingin mengajar butir bahasa tertentu, maka
pilihlah lagu yang berisi pengulangan butir bahasa tersebut.
Dalam memilih lagu, perlu dipertimbangkan penggunaan kata-kata sederhana dan
mudah diucapkan.
Nyanyian pendek dengan kata-kata sederhana dan bernada gembira akan cepat
dihapal oleh anak-anak.
Contoh :nyanyian 1
Sebagai pengantar, lagu twinkle, little star guru dapat menjelaskan atau
bertanya terlebih dahulu kepada siswa tentang arti star. Setelah siswa memiliki konsep
yang jelas, kemudian guru dapa mengajak anak-anak bernyanyi bersama.
What is a star ?
A star : is a small twinkling light
We sometimes see in the night time sky
Stars are far from the earth. The sun
Is a special star that we can see during
The day. A star is also a kind of shape.
Lagunya :
Twin-kle, twin-kle lit-tle star. How I won-der what you are !
Up a-bove the world so high. Like a dia-mond in the sky.
Twin-kle, twin-kle lit-tle star. How I won-der what you are ![2]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nyanyian adalah serangkaian kata-kata yang dilagukan dengan irama dan nada
tertentu. Dengan nyanyian lagu tersebut, guru dapat mengajak siswa untuk melakukan
kegiatan yang berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari anak.
Lagu diciptakan dengan tujuan utama yaitu :
a. Lagu yang diciptakan hanya sekedar untuk dinikmati dan
b. Lagu diciptakan dengan tujuan pembelajaran.
Permainan adalah aktivitas yang dilakukan berdasarkan aturan tertentu. Anak
bermain karena mereka senang. Anak belajar melalui permainan. Pada saat mereka
bermain bersama, anak berinteraksi satu dengan yang lainnya. Dalam interaksi
tersebut, keterampilan berbahasa dapat dibangun, terutama menyimak dan berbicara.
Beberapa contoh permainan yang dapat dilakukan:
Simon Says
Question Answer
Guessing Games
Find Differences
Whisper Game.
B. Saran
Penulis mengharapkan kepada pendidik dan peserta didik untuk dapat sadar dan
memahami serta berupaya untuk dapat meningkatkan kualialitas pengetahuan terhadap
pembelajaran Bahasa Inggris dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami,
selalu memberikan yang terbaik sesuai dengan yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 2010. Stategi belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta
Kasihani K.E Suyanto. 2008. English For Young Learners. Jakarta: Bumi Aksara.
Semiawan, : 2003 Paradigma Baru Pendidikan Anak Dini Usia, Bumi Aksara, Jakarta.
http://fitrirohmawati.blogspot.com/2013/12/metode-pembelajaran-pada-pendidikan.html
[1] Semiawan, Paradigma Baru Pendidikan Anak Dini Usia ( jakarta : Bumi Aksara,
2003), hal. 20.
[2] Kasihani K.E suyanto, english for young learners, (Jakarta: PT.Bumi
Aksara,2007), hlm. 115.
[3] Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan, Stategi Belajar Mengajar, (2010: Rineka Cipta, 2010), hal. 30-32.
Kemampuan listening dapat ditingkatkan asalkan kita tekun belajar bahasa Inggris. Berikut
adalah beberapa tips berguna bagi kalian yang ingin meningkatkan kemampuan listening :
• Latihan yang paling utama adalah membiasakan telinga kalian untuk mendengarkan orang yang
berbicara dalam bahasa Inggris. Saat ini, sudah banyak media yang dapat kalian manfaatkan
sebagai media pembelajaran, misalnya lagu-lagu barat. Pada latihan awal ini, kalian hanya
tinggal membiasakan diri saja. Apabila kalian melakukannya dengan rutin, maka kalian akan
terbiasa dan ketajaman kalian dalam memahami pun akan terolah.
Selain lagu, kalian dapat mencoba nonton TV channel asing melalui fasilitas TV kabel. Kalian
harus dapat memfokuskan diri pada setiap percakapan dan kosakata yang dilafalkan. Cara lain
yang cukup menyenangkan adalah menonton film berbahasa Inggris favorit kalian tanpa subtitle.
Karena bentuknya percakapan disertai dengan gestur dan mimi, maka kalian akan lebih mudah
memahaminya.
• Latihan selanjutnya adalah kalian harus menambah daftar kosakata kalian beserta cara
pengucapannya. Hal ini akan menyebabkan kalian tidak kesulitan pada saat mendengar kata-kata
yang sulit (karena dialek native). Selain itu, kalian dapat memahami kosakatanya lebih baik.
• Setelah kalian cukup terbiasa dengan mendengarkan pembicaraan dalam bahasa Inggris, kalian
dapat melakukan latihan selanjutnya, yaitu dengan mencoba mendengarkan suatu kuliah singkat
atau presentasi. Latihan tersebut dapat melatih kalian untuk menganalisis gagasan dari suatu
pembicaraan yang kontennya lebih berat. Jangan lupa untuk membiasakan menulis catatan-
catatan kecil untuk membantu dalam menginat detail yang disampaikan. Dengan catatan
tersebut, kalian dapat membuat suatu rangkuman sederhana yang akan memudahkan kalian
dalam memahami apa yang disampaikan pembicara.
Sebenarnya, masih banyak lagi cara untuk mengasah kemampuan listening kalian. Kuncinya
adalah belajar dengan tekun dan mencoba untuk membiasakan telinga kalian dengan percakapan
bahasa Inggris.