Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN BULANAN

BULAN KE-1 HINGGA KE-4

TENAGA AHLI PEMETAAN


PEKERJAAN SWAKELOLA

DATA PENGENDALIAN TANAH TERINDIKASI TERLANTAR,


HGU HABIS, DAN PELEPASAN SEBAGIAN

Michael Timothy Tasliman, S.T., M.Sc.

TAHUN ANGGARAN 2020

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG


DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN
DAN PENERTIBAN TANAH DAN RUANG
Daftar Isi

Daftar Isi ........................................................................................................................i


Daftar Gambar ............................................................................................................. ii
Bab 1 Pendahuluan ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan Kegiatan ......................................................................................... 3
1.3 Sasaran Kegiatan ........................................................................................ 3
1.4 Lingkup kegiatan ....................................................................................... 3
1.5 Pelaporan.................................................................................................... 4
Bab 2 Tinjauan Pustaka ............................................................................................... 5
2.1 Hak Atas Tanah.......................................................................................... 5
2.2 Hak Guna Bangunan .................................................................................. 6
2.3 Hak Guna Usaha ........................................................................................ 8
2.4 Pemantauan dan Evaluasi......................................................................... 10
2.5 Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah Sebagai Instrumen
Pengendalian Pemanfaatan Tanah ........................................................... 11
Bab 3 Metode Pelaksanaan........................................................................................ 13
3.1 Pelaksanaan Kegiatan .............................................................................. 13
3.2 Tahapan Pelaksanaan kegiatan................................................................. 13
3.2.1 Persiapan........................................................................................ 13
3.2.2 Pemantauan.................................................................................... 16
3.2.3 Pengolahan Data ............................................................................ 21
3.2.4 Evaluasi ......................................................................................... 22
3.2.5 Penyusunan Rekomendasi ............................................................. 22
3.2.6 Pelaporan ....................................................................................... 24
Bab 4 Laporan Kegiatan Bulanan.............................................................................. 25
4.1 Bulan Pertama, Bulan Kedua, Bulan Ketiga, Bulan Keempat ................. 25
Daftar Pustaka ............................................................................................................. 26

i
Daftar Gambar

Gambar 3.1 Bagan Alur Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pemberian Hak Atas
Tanah/DPAT dalam Rangka Pelaksanaan Program Pengendalian dan
Pemantauan Pertanahan .......................................................................... 13

ii
Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Negara melalui pemerintah maupun Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional (ATR/BPN) mengeluarkan kebijakan-kebijakan dan program-
program pertanahan agar bumi, air, dan ruang angkasa dalam rangka mencapai
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pelaksanaan dari kebijakan pertanahan salah
satunya melalui pelaksanaan kegiatan prioritas yang telah ditetapkan sebagai sasaran
strategis Kementerian ATR/BPN yaitu program reforma agraria. Reforma agraria,
diantaranya diselenggarakan melalui program legalisasi aset (pemberian hak atas
tanah) dan optimalisasi penguasaan dan pemilikan tanah (redistribusi tanah,
pendayagunaan tanah terlantar, dan optimalisasi pemanfaatan pelepasan kawasan
hutan).

Direktorat Pengendalian dan Pemantauan Pertanahan mempunyai tugas diantaranya


pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengendalian dan pemantauan
pertanahan. Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut diselenggarakan pemantauan
dan evaluasi pertanahan yang di dalamnya meliputi pemantauan dan evaluasi hak
atas tanah pertanian dan tanah non pertanian.

Pemberian hak atas tanah kepada Badan Hukum sangat dipengaruhi oleh
kepentingan perorangan/kelompok tertentu, bahkan berisiko tinggi terhadap konflik
horisontal dengan masyarakat setempat. Kepentingan pengusaha bermodal besar
sering kali mengalahkan masyarakat, bahkan sebagian besar pemahaman pemegang
hak Badan Hukum beranggapan bahwa Izin Lokasi yang diberikan oleh
Bupati/Walikota sebagai kekuatan hukum untuk menguasai tanah yang pada
kenyataannya masih terdapat hak keperdataan dari masyarakat (adat) setempat. Data
Kementerian ATR/BPN menunjukkan bahwa pada tahun 2016, ketimpangan yang
ditunjukkan dengan indeks GINI mencapai 0,59, jauh lebih tinggi dari ketimpangan

1
pendapatan yang mencapai 0,43. Implikasinya, dimungkinkan juga
ketidakharmonisan antara masyarakat setempat dengan pengusaha yang berakibat
pada okupasi masyarakat terhadap penguasaan hak atas tanah skala besar.

Selanjutnya, pasca pemberian Hak Atas Tanah (HAT), Dasar Penguasaan Atas
Tanah (DPAT), perlu dilakukan pemantauan atas pemenuhan kewajiban-kewajiban
pemegang HAT/DPAT, pembatasan kepemilikan tanah oleh badan hukum dalam
satu grup, peralihan atau take over, berakhirnya hak atas tanah,
perpanjangan/pembaruan hak, dan sebagainya. Hal ini untuk memastikan bahwa
tanah yang telah diberikan haknya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

Selama tiga tahun terakhir (2015-2017), kegiatan pemantauan dan evaluasi hak atas
tanah pertanian (khususnya Hak Guna Usaha) dan tanah non pertanian (Hak Guna
Bangunan yang dimiliki Badan Hukum) dilaksanakan secara swakelola oleh
pelaksana Direktorat Pengendalian dan Pemantauan Pertanahan baik di pusat
maupun di daerah. Pelaksana pusat melakukan klarifikasi terhadap hasil supervisi
oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (Kanwil BPN) pada kegiatan
pemantauan dan evaluasi hak atas tanah yang dilaksanakan oleh pelaksana di Kantor
Pertanahan (Kantah).

Pada Tahun 2020 ini, kegiatan pemantauan dan evaluasi hak atas tanah menjadi salah
satu Proyek Prioritas Nasional karena sebagai salah satu usaha dalam rangka
Penataan Penguasaan dan Pemilikan Tanah Objek Reforma Agraria (TORA). Dalam
rangka tersebut, maka perlu perubahan metode dalam melaksanakan pemantauan
yang dilakukan sesuai dengan kewenangan pemberian hak oleh Menteri ATR/Kepala
BPN, Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (Kakanwil BPN), Kepala
Kantor Pertanahan (Kakantah) berdasarkan luasan tertentu. Dengan demikian,
masing-masing satuan kerja pusat dan daerah melakukan pemantauan dan evaluasi
terhadap hak atas tanah yang berbeda sesuai dengan kewenangannya. Diharapkan
dengan metode tersebut menjadi semakin banyak hak atas tanah yang dapat dipantau
secara efektif sehingga penguasaan dan pemanfaatan tanahnya menjadi optimal.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut diperlukan jasa konsultan

2
lainnya untuk membantu pelaksanaan pemantauan dan pengolahan data baik tekstual
maupun spasial.

1.2 Tujuan Kegiatan


Tujuan kegiatan ini secara umum adalah terpantaunya HAT/DPAT secara lebih
optimal. Sedangkan tujuan secara khusus adalah terkelolanya data pemantauan hak
atas tanah dan pengolahan data baik tekstual maupun spasial sebagai bahan analisis
untuk pengambilan kebijakan dan/atau rekomendasi pemenuhan hak atas tanah,
perpanjangan, pembatalan hak atas tanah, pelepasan hak atas tanah, tanah terindikasi
terlantar, dan rekomendasi lainnya.

1.3 Sasaran Kegiatan


Sasaran kegiatan ini adalah terlaksananya pemantauan dan evaluasi terhadap
pemenuhan kewajiban pemegang Hak Atas Tanah/ DPAT, tersusunnya rekomendasi
hasil pemantauan dan evaluasi Hak Atas Tanah/ DPAT, serta terlaksananya tindak
lanjut rekomendasi hasil hasil pemantauan dan evaluasi Hak Atas Tanah/ DPAT.

1.4 Lingkup kegiatan


Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah/DPAT dilaksanakan dalam
rangka:
1. Pelaksanaan program pertanahan terkait pelaksanaan pengendalian dan
pemantauan pertanahan;

2. Menindaklanjuti permohonan maupun laporan dari masyarakat, badan


hukum, instansi pemerintah, maupun kebijakan pimpinan.

Oleh karenanya maka ruang lingkup substansi dari petunjuk teknis ini adalah:
1. Obyek pemantauan;

2. Pelaksana pemantauan dan evaluasi;

3. Tahapan pemantauan dan evaluasi;

4. Pembiayaan.

3
1.5 Pelaporan
Proses pelaksanaan pekerjaan dilakukan melalui tahapan pekerjaan yang diwujudkan
dalam bentuk penyerahan produk laporan bulanan. Laporan diserahkan setiap akhir
bulan dan memuat progres kegiatan pemantauan dan evaluasi Hak Atas Tanah/
DPAT.

4
Bab 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Hak Atas Tanah


Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria (UUPA), Hak Atas Tanah memberi wewenang untuk
mempergunakan tanah yang bersangkutan demikian pula tubuh bumi dan air serta
ruang yang ada di atasnya, sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung
berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut undang-
undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi. Sederhananya, hak
atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada pihak tertentu untuk
mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah yang menjadi haknya. Hak atas
tanah dapat diberikan kepada kepada perseorangan baik warga negara Indonesia
maupun warga negara asing, kelompok, dan badan hukum baik privat maupun
publik.

Dalam UUPA pasal 16 jo. Pasal 53, sifat dari hak atas tanah dapat dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu:
1. Hak atas tanah yang bersifat tetap, yaitu hak-hak atas tanah yang akan tetap
selama UUPA masih berlaku atau belum diganti dengan undang-undang yang
baru;
2. Hak atas tanah yang akan ditetapkan oleh undang-undang, yaitu hak atas tanah
yang akan lahir kemudian berdasarkan undang-undang yang akan ditetapkan
nantinya;
3. Hak atas tanah yang bersifat sementara, yaitu hak atas tanah yang akan
dihapuskan dalam waktu singkat karena mengandung sifat-sifat pemerasan, sifat
feodal, dan bertentangan dengan UUPA.
Orang, kelompok, atau badan hukum yang memiliki hak atas tanah akan dikenakan
hak penguasaan atas tanah. Hak penguasaan atas tanah berisi serangkaian wewenang,

5
kewajiban, dan atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu pada
tanah yang menjadi haknya. Sesuatu yang boleh, wajib atau dilarang untuk diperbuat,
dibedakan menurut jenis hak atas tanah yang diatur dalam UUPA. Dari segi asal
tanahnya, jenis hak atas tanah dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:

1. Hak atas tanah yang bersifat primer, yaitu hak atas tanah yang berasal dari tanah
negera seperti hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai atas
negara;
2. Hak atas tanah yang bersifat sekunder, yaitu hak atas tanah yang berasal dari
tanah pihak lain seperti hak guna bangunan atas tanah hak milik, hak pakai atas
tanah hak pengelolaan, hak pakai atas tanah hak milik, hak sewa untuk
bangunan, hak gadai, hak bagi hasil, hak menumpang, dan hak sewa tanah
pertanian.

2.2 Hak Guna Bangunan


Hak Guna Bangunan (HGB) adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan
yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu tertentu. HGB memiliki sifat dan
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tergolong hak yang wajib didaftarkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah;
2. Dapat diwariskan;
3. Dapat dialihkan, seperti jual beli, hibah, tukar-menukar, lelang, penyertaan
modal;
4. Dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani Hak Tanggungan;
5. Haknya mempunyai jangka waktu tertentu;
6. Dapat berinduk pada hak atas tanah yang lain;
7. Peruntukkannya terbatas.

Menurut UUPA Pasal 36 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Pasal 19,
subyek yang dapat memiliki HGB adalah Warga Negara Indonesia (WNI) dan badan
hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
HGB dapat diberikan berdasarkan penetapan langsung oleh pemerintah, perjanjian
pemberian oleh pemegang Hak Milik dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat

6
Akta Tanah (PPAT), atau berdasarkan undang-undang terkait ketentuan tentang
konversi. Hak Pemegang HGB diatur dalam Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor
40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas
Tanah sebagai berikut:
1. Menguasai dan mempergunakan tanah selama waktu tertentu;
2. Mendirikan dan mempunyai bangunan untuk keperluan pribadi atau usahanya;
3. Mengalihkan hak tersebut kepada pihak lain;
4. Membebani dengan Hak Tanggungan.
Sedangkan kewajiban pemegang HGB diatur dalam Pasal 30 Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 sebagai berikut:
1. Membayar uang pemasukan kepada negara;
2. Menggunakan tanah sesuai peruntukkannya;
3. Memelihara dengan baik tanah dan bangunan yang ada di atasnya serta menjaga
kelestarian lingkungan hidup;
4. Menyerahkan kembali tanah yang diberikan HGB kepada negara, pemegang
Hak Pengelolaan atau pemegang Hak Milik sesudah HGB dihapus;
5. Menyerahkan sertifikat HGB yang telah dihapus kepada kepala kantor
pertanahan;
6. Memberikan jalan keluar atau jalan air atau kemudahan lain bagi pekarangan
atau bidang tanah yang terkurung oleh tanah HGB.

Jangka waktu pemberian HGB dapat dibedakan menurut asal tanahnya, HGB atas
tanah negara dan tanah Hak Pengelolaan berjangka waktu untuk pertama kali paling
lama 30 tahun, dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 20 tahun, dan
dapat diperbarui untuk jangka waktu paling lama 30 tahun. Sedangkan HGB atas
tanah Hak Milik berjangka waktu paling lama 30 tahun, tidak ada perpanjangan
waktu. Namun, atas kesepakatan antara pemilik tanah dengan pemegang HGB dapat
diperbarui dengan pemberian HGB baru dengan akta yang dibuat oleh PPAT dan
wajib didaftarkan pada kantor BPN setempat. Dihapusnya HGB diatur dalam Pasal
40 UUPA dan pasal 35 PP No. 40/1996 sebagai berikut:
1. Jangka waktunya berakhir;

7
2. Dibatalkan oleh pejabat yang berwenang, pemegang Hak Pengelolaan atau
pemegang Hak Milik sebelum jangka waktu berakhir, karena:
 Tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak yang tertuang
dalam perjanjian pemberian hak antara pemegang HGB dengan pemegang
Hak Pengelolaan atau pemegang Hak Milik;
 Putusan pengadilan yang berkekuatan tetap.
3. Dilepaskan secara suka rela oleh pemegang haknya;
4. Dicabut untuk kepentingan umum;
5. Diterlantarkan;
6. Tanahnya musnah;
Pemegang HGB tidak memenuhi syarat sebagai subjek pemegang HGB.

2.3 Hak Guna Usaha


Hak Guna Usaha (HGU) adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai
langsung oleh negara dalam jangka waktu tertentu guna kegiatan usaha pertanian,
perkebunan, perikanan, atau peternakan. HGU memiliki sifat dan ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Tergolong hak yang wajib didaftarkan menurut PP No. 24/1997;
2. Dapat diwariskan;
3. Dapat dialihkan, seperti jual beli, hibah, tukar-menukar, lelang, penyertaan
modal;
4. Dapat dilepaskan untuk kepentingan sosial;
5. Dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani Hak Tanggungan;
6. Haknya mempunyai jangka waktu tertentu;
7. Dapat berinduk pada hak atas tanah yang lain;
8. Peruntukkannya terbatas.

Subyek yang dapat memperoleh HGU menurut UUPA Pasal 30 jo. Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Pasal 2 adalah Warga Negara Indonesia dan
Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia. HGU dapat diberikan melalui pemberian hak oleh pemerintah dan
berdasarkan ketentuan undang-undang. Pemegang HGU berhak untuk menguasai dan

8
menggunakan sumber air dan sumber daya alam lainnya yang terdapat di atas tanah
tersebut dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku dan kepentingan masyarakat
sekitar. Sedangkan kewajiban pemegang HGU adalah sebagai berikut:
1. Membayar uang pemasukan kepada negara;
2. Melaksanakan usaha pertanian, perkebunan, perikanan, dan atau peternakan
sesuai dengan peruntukkan dan syarat yang ditetapkan dalam keputusan
pemberian haknya;
3. Mengusahakan sendiri tanah tersebut dengan baik sesuai dengan kelayakan
usaha yang ditetapkan oleh instansi teknis;
4. Membangun dan memelihara prasarana lingkungan dan fasilitas tanah yang ada
di lingkungan areal tanah tersebut;
5. Memelihara kesuburan tanah, mencegah kerusakan sumber daya alam dang
menjaga kelestarian kemampuan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
6. Menyampaikan laporan tertulis setiap akhir tahun mengenai penggunaan tanah
tersebut;
7. Menyerahkan kembali tanah tersebut kepada negara setelah HGU nya dihapus;
8. Menyerahkan sertifikat HGU yang telah dihapus kepada kepala kantor
pertanahan.

Menurut UUPA Pasal 29, jangka waktu kepemilikan HGU untuk pertama kalinya
paling lama adalah 35 tahun dan dapat diperpanjang hingga jangka waktu paling
lama 25 tahun. Sedangkan menurut PP No. 40 Tahun 1996 Pasal 8, jangka waktu
kepemilikan HGU untuk pertama kalinya adalah 35 tahun, kemudian dapat
diperpanjang paling lama 25 tahun dan dapat diperbaharui paling lama 35 tahun.
Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan perpanjangan waktu atau
pembaharuan hak adalah:

1. Tanahnya masih diusahakan dengan baik sesuai keadaan, sifat dan tujuan
pemberian haknya;
2. Syarat-syarat pemberian hak tersebut dipenuhi dengan baik oleh pemegang hak;
3. Pemegang hak masih memenuhi syarat sebagai pemegang hak.

9
Sementara itu menurut UUPA pasal 34 dan PP No. 40 Tahun 1996 pasal 17
dihapusnya HGU dapat terjadi karena beberapa hal seperti:
1. Jangka waktunya berakhir;
2. Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat yang tidak
dipenuhi;
3. Dilepaskan secara suka rela oleh pemegang haknya;
4. Dicabut untuk kepentingan umum;
5. Diterlantarkan;
6. Tanah musnah;
7. Pemegang HGU tidak memenuhi syarat sebagai subjek pemegang HGU.

2.4 Pemantauan dan Evaluasi


Pemantauan dan Evaluasi merupakan dua kegiatan terpadu dalam rangka
pengendalian suatu program atau kebijakan. Meskipun merupakan satu kesatuan
kegiatan, pemantauan dan evaluasi memiliki fokus yang berbeda satu sama lain.
Pemantauan adalah aktifitas yang ditujukan untuk memberikan informasi tentang
sebab dan akibat dari suatu program atau kebijakan yang sedang dilaksanakan.
Pemantauan dilakukan ketika sebuah program atau kebijakan sedang
diimplementasikan. Pemantauan diperlukan agar kesalahan awal dapat segera
diketahui dan dapat dilakukan tindakan perbaikan, sehingga mengurangi resiko yang
lebih besar. Tujuan dari pemantauan menurut Sekretariat Kabinet Republik Indonesia
(2015) adalah:
1. Menjaga agar program atau kebijakan yang sedang diimplementasikan sesuai
dengan tujuan dan sasaran;
2. Menemukan kesalahan sedini mungkin sehingga mengurangi resiko yang lebih
besar;
3. Melakukan tindakan modifikasi terhadap program atau kebijakan apabila hasil
monitoring mengharuskan untuk itu.
Jenis-jenis pemantauan adalah sebagai berikut:
1. Kepatuhan (compliance): untuk menentukan tingkat kepatuhan implementor
terhadap standar dan prosedur yang telah ditetapkan.

10
2. Pemeriksaaan (auditing): untuk melihat sejauh mana sumberdaya dan pelayanan
sampai pada kelompok sasaran.
3. Akuntansi (accounting): untuk mengkalkulasi perubahan sosial dan ekonomi
yang terjadi setelah diimplementasikan suatu kebijakan.
4. Eksplanasi (explanation): untuk menjelaskan adanya perbedaan antara hasil dan
tujuan kebijakan.

Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi baru
dapat dilakukan jika suatu program atau kebijakan sudah berjalan dalam jangka
waktu tertentu. Tujuan dari evaluasi adalah:
1. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan: melalui evaluasi maka dapat
diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.
2. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan: melalui evaluasi dapat diketahui
berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.
3. Mengukur tingkat keluaran: mengukur berapa besar dan kualitas pengeluaran
atau output dari suatu kebijakan.
4. Mengukur dampak suatu kebijakan: evaluasi ditujukan untuk melihat dampak
dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun negatif.
5. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan: untuk mengetahui adanya
penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara
membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.
6. Sebagai masukan (input) suatu kebijakan yang akan datang: untuk memberikan
masukan bagi proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih
baik.

2.5 Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah Sebagai


Instrumen Pengendalian Pemanfaatan Tanah
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa setiap pemegang hak atas tanah baik itu
HGB maupun HGU memiliki kewajiban yang harus dipenuhi. Kewajiban tersebut
dibebankan untuk menjaga kualitas fisik tanah maupun lingkungan yang dimiliki
oleh pemegang hak. Selain itu kewajiban tersebut juga berguna untuk menghindari

11
terjadinya penelantaran tanah dan timbulnya sengketa atau konfilik dengan
masyarakat sekitar.

Pemantauan dan evaluasi hak atas tanah merupakan salah satu instrumen
pengendalian pemanfaatan tanah untuk mengetahui apakah pemegang hak atas tanah
telah melaksanakan kewajiban sesuai dengan yang tercantum dalam SK pemberian
haknya, maupun kewajiban-kewajiban lain berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku. Melalui pemantauan dan evaluasi hak atas tanah dapat disusun rekomendasi
maupun tindak lanjut atas hak atas tanah yang diberikan, baik itu teguran, sanksi,
hingga pencabutan hak atas tanah yang telah diberikan.

12
Bab 3

Metode Pelaksanaan

3.1 Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah/DPAT di Kantor Pusat
dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh Direktorat Pengendalian dan Pemantauan
Pertanahan. Dalam hal terbatasnya sumber daya manusia, pelaksanaan kegiatan
Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah/DPAT ini melibatkan tenaga ahli.

3.2 Tahapan Pelaksanaan kegiatan


Tata cara pelaksanaan kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah/DPAT
adalah sebagai berikut:

Persiapan Pembinaan

Pemantauan
rsiapannan

Pengolahan
Evaluasi Rekomendasi Pelaporan
Data

Tindak Lanjut
Rekomendasi

Gambar 3.1 Bagan Alur Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pemberian Hak Atas
Tanah/DPAT dalam Rangka Pelaksanaan Program Pengendalian dan
Pemantauan Pertanahan

3.2.1 Persiapan
Kegiatan dalam rangka persiapan meliputi:
a. Pengumpulan Data Awal

13
Kegiatan ini merupakan aktifitas untuk memperoleh informasi/data awal
dari Hak Atas Tanah/DPAT yang sesuai obyek pemantauan dan evaluasi.
Aktifitas kegiatan ini antara lain:

1) Inventarisasi Hak Atas Tanah/DPAT melalui pengumpulan data baik


data yang ada pada Kantah/Kanwil/Pusat maupun unit kerja terkait
lainnya;
2) Memastikan hasil inventarisasi obyek pemantauan tidak tumpang
tindih antara Kantah, Kanwil dan Pusat sehingga tidak terjadi
pembiayaan ganda (double accounting);
3) Pemilihan obyek pemantauan dan evaluasi sesuai kriteria obyek;
4) Penyusunan hasil pengumpulan data awal yang disusun berdasarkan
jenis hak, subyek hak, kelengkapan data spasial dan tekstual, lamanya
hak diberikan, luasnya tanah hak/DPAT, adanya permasalahan atas
obyek bidang tanah dimaksud, serta pertimbangan lainnya.
b. Penyiapan Administrasi dan Sarana Penunjang, berupa:
1) Penetapan lokasi pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi yang
dituangkan dalam Surat Keputusan (SK). Keputusan ini menunjuk
pada hak atas tanah/DPAT yang akan dilakukan kegiatan pemantauan
lapangan. Aktifitas pada kegiatan ini adalah:
a) Penentuan prioritas obyek yang akan dilakukan pemantauan dan
evaluasi. Sehubungan obyek pemantauan didasarkan pada target
yang telah ditentukan, maka dari hasil pengumpulan data awal
selanjutnya dipilih berdasarkan prioritas tertentu. Penentuan
prioritas obyek dimaksud adalah dengan memperhatikan hal-hal
berikut ini:
- Pemegang Hak Atas Tanah/DPAT diutamakan berbentuk
badan hukum;
- Obyek pemantauan Hak Atas Tanah/DPAT yang telah
berakhir haknya;
- Obyek pemantauan akan habis hak atas tanahnya dalam 5
tahun;

14
- Obyek pemantauan Hak Atas Tanah/DPAT yang kondisi
fisiknya tidak dimanfaatkan dan belum masuk basis data
tanah terindikasi terlantar;
- Obyek pemantauan dengan luasan lebih besar;
- Adanya permasalahan atas obyek pemantauan;
- Pertimbangan lainnya.
Sementara berkenaan dengan Izin Lokasi yang ditetapkan sebagai
objek adalah Izin Lokasi yang tanahnya telah dibebaskan.

2) Pemberitahuan ke pemegang Hak Atas Tanah/DPAT tentang


pelaksanaan pemantauan dan evaluasi secara lisan atau surat resmi.
Apabila alamat pemegang hak tidak diketahui pemantauan dan
evaluasi tetap dapat dilaksanakan, pemberitahuan disampaikan kepada
kepala desa/lurah;
3) Penyediaan ATK dan bahan penunjang komputer;
4) Penyiapan administrasi dan keuangan;
5) Peralatan pendukung yang diperlukan, antara lain kompas/GPS
Handheld/drone/kamera.
c. Penyiapan Data Pendukung, meliputi:
1) Mengumpulkan sekaligus mendokumentasikan bahan-bahan
pendukung kegiatan pemantauan dan evaluasi Hak Atas Tanah/DPAT
baik data tekstual maupun data spasial, antara lain:
a) SK Pemberian Hak Atas Tanah/DPAT;
b) Proposal Permohonan Hak;
c) Dokumen pendukung permohonan Hak Atas Tanah/ DPAT
lainnya sebagaimana ditentukan dalam ketentuan peraturan
perundangan;
d) Buku Tanah;
e) Peta-peta, diantaranya:
- Peta Rencana Tata Ruang Wilayah;
- Peta Penggunaan Tanah;
- Peta Kemampuan Tanah;
- Peta Penguasaan Tanah;

15
- Peta Pendaftaran Tanah;
- Peta Bidang Tanah;
- Peta Dasar Pendaftaran Tanah (Citra atau peta foto);
- Bahan pendukung lain yang diperlukan.
Peta-peta ini digunakan sebagai acuan dalam pembuatan Peta
Kerja.

2) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan unit kerja lain terkait


dengan penyiapan bahan dan data;

Persiapan dilaksanakan melalui rapat dalam kantor terkait penyusunan


jadwal, penetapan lokasi, penunjukan pelaksana kegiatan, dan koordinasi
dengan instansi terkait. Sementara dalam rangka pengumpulan data awal dan
pengumpulan data pendukung dapat melalui perjalanan dinas ke instansi atau
pemegang hak.

3.2.2 Pemantauan
Pemantauan dilakukan dengan melakukan survei lapangan. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengamati pelaksanaan pemenuhan kewajiban oleh
pemegang hak di lokasi obyek pemantauan.

Keakuratan data dan informasi yang dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan


menjadi sangat penting sebagai dasar dikeluarkannya suatu
kebijakan/rekomendasi. Oleh karenanya saat pemantauan, petugas harus
mampu memperoleh data dan informasi yang akurat.

Aktivitas yang dilaksanakan oleh petugas pemantauan di lapangan adalah:

a. Menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan pemantauan lapangan kepada


pemegang Hak Atas Tanah/DPAT atau yang mewakilinya atau aparat
desa/kelurahan;
b. Mengingatkan kembali kepada pemegang Hak Atas Tanah/DPAT tentang
kewajiban yang harus dipenuhi sesuai SK Pemberian Hak Atas
Tanah/DPAT dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku;

16
c. Mengamati objek pemantauan, mengambil data lapangan, dan
mengumpulkan data pendukung serta mendokumentasikan data hasil
lapangan.
Hal-hal yang diamati dalam pelaksanaan pemantauan antara lain:

a. Penguasaan tanah
1) Data yang diambil saat mengamati terkait penguasaan tanah adalah untuk
mengetahui penguasaan atas bidang tanah sesuai Hak Atas Tanah/DPAT-
nya: seluruhnya, sebagian, atau tidak sama sekali;
2) Jika penguasaan atas bidang tanah sebagian atau tidak sama sekali, perlu
diketahui alasan dan luasan yang dikuasainya, serta penguasaan tanah di
luar Hak Atas Tanah/DPAT-nya: ada tidaknya, luas, dan status
perizinannya;
3) Batas penguasaan tanah oleh pemegang hak, penguasaan pihak lain, dan
penguasaan di luar batas Hak Atas Tanah/DPAT-nya dipetakan dengan
melakukan:
a) Tracking dengan menggunakan GPS Handheld;
b) Delineasi penguasaan tanah pada peta kerja saat pemantauan
sepanjang dapat teridentifikasi pada citra yang ada;
4) Hasil pengamatan dari kegiatan ini dapat berupa:
a) data tekstual dan spasial penguasaan tanah;
b) dokumentasi (foto).
b. Fisik tanah
Data fisik tanah yang diambil adalah data kemampuan tanah dan topografi.
Data kemampuan tanah dapat diperoleh dari peta kemampuan tanah, baik
kecamatan, kabupaten, atau Dinas atau Kementerian Pertanian. Data
kemampuan tanah yang dipilih merupakan data paling detail yang tersedia.
Data topografi dapat diperoleh dari peta topografi skala 1:50.000 yang
tersedia atau Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:25.000 dari Badan
Informasi Geospasial (BIG).

c. Tanda batas dan pengamanan tanah

17
1) Data yang diambil dari kegiatan ini adalah tanda batas berupa jenis,
jumlah, telah dipasang/tidak, dipelihara/tidak, dan alasan tidak/belum
dipasang atau tidak dipelihara;
2) Bentuk pengamanan tanah perlu dipantau terkait pembangunan parit
keliling untuk HGU, pemagaran keliling, atau gambaran batas alamiah;
3) Sampel tanda batas yang dipantau minimal 3 (tiga) buah dan
dokumentasi kondisi tanda batas yang terpasang.
d. Penggunaan/pemanfaatan tanah saat pemantauan
Data yang diambil dari kegiatan ini adalah:

1) Data penggunaan/pemanfaatan tanah beserta alasannya;


2) Komoditi tanaman;
3) Sistem pembukaan tanah untuk hak atas tanah yang berasal dari bekas
kawasan hutan;
4) Kemajuan/perkembangan pemanfaatan tanahnya;
5) Pemeliharaan atas tanaman/bangunan beserta alasannya;
6) Data lainnya yang menurut petugas pemantauan perlu dicatat dan
didokumentasikan.
Batas penggunaan tanah termasuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) dipetakan
dengan melakukan tracking atas batas penggunaan tersebut dengan
menggunakan GPS Handheld, atau mendelineasi penggunaan saat
pemantauan pada peta kerja.

e. Pelaksanaan fungsi sosial


Data yang diambil dari hasil aktivitas ini adalah:

1) Keberadaan objek pantauan yang menutup akses jalan/sumber


air/jalan air;
2) Pelaksanaan Coorporate Social Resposibility (CSR) dan plasma
perkebunan;
3) Data pantauan lainnya terkait fungsi sosial tanah.
Data ini dapat diperoleh baik melalui wawancara dengan pemegang
Hak Atas Tanah/DPAT dan/atau masyarakat sekitar dan/atau aparat,
maupun pengamatan dari akses jalan/sumber air/jalan air.

18
f. Pelaksanaan Pemeliharaan Lingkungan Hidup
Kegiatan ini untuk mengetahui antara lain:

1) Pengelolaan limbah, arah pembuangan limbah, kolam limbah, dan


pemanfaatan limbah dari aktivitas yang ada di atas obyek
pemantauan;

2) Keberadaan embung atau lahan konservasinya;

3) Sistem drainase (keberadaan dan pemeliharaannya);

4) Pemeliharaan lingkungan hidup lainnya.

Data ini dapat diperoleh dari hasil laporan yang disampaikan oleh pemegang
hak, dan atau wawancara dengan pemegang hak/masyarakat sekitar/aparat,
dan atau pengamatan langsung yang didokumentasikan.

g. Kewajiban pemegang Hak Atas Tanah/DPAT yang belum dan telah


dilaksanakan serta alasan belum dilaksanakannya kewajiban. Kewajiban
pemegang Hak Atas Tanah/DPAT yang dipantau adalah kewajiban-
kewajiban yang tercantum dalam Keputusan Pemberian Hak Atas
Tanah/DPAT, maupun kewajiban-kewajiban pemegang hak atas
tanah/perijinan menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960, Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996, dan peraturan perundangan lainnya.
h. Data lainnya, antara lain:
1) Data pengusahaan tanah yang dilakukan sendiri atau oleh pihak
ketiga;
2) Ketersediaan sarana dan prasarana pengendalian kebakaran lahan
pada area HGU;
3) Kesesuaian luas ijin lokasi dengan luas hak atas tanahnya.
Dalam pengamatan lapangan, petugas pemantauan dapat meminta
keterangan kepada pemegang Hak Atas Tanah/DPAT atau yang mewakilinya.
Bila dianggap perlu, pelaksana tugas pemantauan dapat meminta keterangan lain
dari masyarakat sekitar atau pemerintah daerah setempat. Keterangan yang dapat
diminta meliputi:

19
a. Penguasaan tanah hak/DPAT oleh masyarakat, terkait sejak kapan terjadinya
penguasaan, perolehan tanah oleh perusahaan termasuk ada tidaknya ganti
rugi atas perolehan tanah tersebut;
b. Ada tidaknya sengketa/perkara di pengadilan termasuk kemajuan
penyelesaian sengketa/perkara atas tanah tersebut;
c. Riwayat penguasaan dan pemilikan tanah, termasuk ada tidaknya peralihan di
bawah tangan;
d. Ketidaksesuaian peruntukan dengan pemanfaatan tanah eksisting dengan
memastikan ada atau tidaknya izin mengenai:
1) perubahan penggunaan tanah dari pertanian ke non pertanian;
2) perubahan penggunaan tanah dari non pertanian ke pertanian;
3) perubahan antar komoditas tanaman;
4) perubahan antar bidang usaha non pertanian;
5) alasan ketidaksesuaian peruntukan dengan pemanfaatan tanah.
6) hal-hal lain yang dianggap penting.
Hasil pemantauan (pengamatan), dokumentasi lapangan (peta kerja, foto,
catatan dan data-data yang diberikan oleh pemegang
hak/masyarakat/pemerintah daerah setempat) sebagai dasar dalam pengisian
Berita Acara Lapangan.

Selanjutnya Berita Acara Lapangan ditandatangani oleh petugas


pemantauan dan pemegang Hak Atas Tanah/DPAT atau yang mewakilinya.
Jika pemegang hak tidak ada/hadir maka pada berita acara diberi catatan oleh
pelaksana tugas pemantauan. Jika pemegang Hak Atas Tanah/DPAT atau
yang mewakili tidak mau menandatangani, maka pada berita acara
dicantumkan alasan tidak mau menandatanganinya. Berita Acara Lapangan,
dokumentasi lapangan (peta kerja, foto, catatan dan data-data yang diberikan
oleh pemegang hak/masyarakat/pemerintah daerah setempat) dijadikan satu
sebagai dokumen laporan hasil kegiatan pemantauan.

Selanjutnya petugas pemantauan melaporkan hasil pemantauan kepada


atasan langsung dan menyampaikan berkas pertanggungjawaban pelaksanaan
perjalanan dinas dengan melampirkan:

20
a. Surat Tugas pelaksanaan perjalanan dinas dan SPPD;
b. Berita Acara Lapangan.

3.2.3 Pengolahan Data


Pengolahan data dimaksud terdiri dari:
a. Pengolahan Data Tekstual
Pengolahan data tekstual adalah melakukan penyusunan hasil pengamatan,
keterangan pemegang hak/masyarakat/ pemerintah setempat, dan data
pendukung lain baik hasil pengumpulan data awal maupun dokumen
pendukung yang diperoleh saat pemantauan di lapangan. Selanjutnya data
yang disusun tersebut dibuat resume hasil lapangan. Resume disusun
berdasarkan kewajiban pemegang hak sebagaiman Keputusan Pemberian
Hak Atas Tanah/DPAT, sertipikat hak atas tanah dan dan peraturan
perundangan lainnya.

b. Pengolahan Data Spasial


Kegiatan pengolahan data spasial meliputi:

1) Overlay data spasial dari peta pendaftaran/SU/Peta Bidang Tanah obyek


pemantauan dengan data spasial penguasaan tanah hasil pemantauan.
Kegiatan ini untuk mengetahui letak dan batas penguasaan tanah oleh
pemegang Hak Atas Tanah/DPAT dan/atau pihak lain,
sengketa/permasalahan, termasuk yang di luar Hak Atas Tanah/DPAT-
nya. Hasil kegiatannya berupa Peta Penguasaan Tanah Hasil Pemantauan
dan Evaluasi Pemberian Hak Atas Tanah/DPAT;
2) Overlay data spasial dari peta pendaftaran/SU/Peta Bidang Tanah obyek
pemantauan dengan data spasial pemanfaatan/penggunaan tanah saat ini
hasil pemantauan. Kegiatan ini untuk mengetahui letak dan batas
pemanfaatan tanah yang dilaksanakan oleh pemegang Hak Atas
Tanah/DPAT dan/atau pihak lain. Hasil kegiatannya berupa Peta
Kesesuaian Pemanfaatan Tanah Hasil Pemantauan dan Evaluasi Hak
Atas Tanah/DPAT;
3) Overlay data spasial Peta Kesesuaian Pemanfaatan Tanah hasil
Pemantauan dengan Peta Rencana Tata Ruang. Kegiatan ini untuk

21
mengetahui kesesuaian pemanfaatan obyek pemantauan dengan Rencana
Tata Ruang saat ini. Hasil Kegiatan ini berupa Peta Kesesuaian
Pemanfaatan tanah dengan Rencana Tata Ruangnya.
3.2.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan lanjutan setelah menyelesaikan pengolahan data.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara membandingkan hasil pemantauan
dengan kewajiban yang disebut dalam Keputusan Pemberian Hak Atas
Tanah/DPAT, sertipikat hak atas tanah dan peraturan perundangan lainnya.
Kegiatan ini untuk mengetahui kewajiban yang sudah atau belum dipenuhi
oleh pemegang Hak Atas Tanah/DPAT. Kegiatan evaluasi dilaksanakan
melalui rapat dalam kantor.

3.2.5 Penyusunan Rekomendasi


Hasil pemantauan dan evaluasi di atas, selanjutnya dilakukan analisa terhadap
aspek administrasi, aspek fisik, dan aspek yuridis atas penilaian kepatuhan
pemegang Hak Atas Tanah/DPAT dalam melaksanakan kewajiban atas Hak
Atas Tanah/DPAT yang diperolehnya. Hasil analisa ini untuk menentukan
rekomendasi yang tepat bagi pemegang Hak Atas Tanah/DPAT.
Rekomendasi ini dijadikan dasar untuk tindak lanjut pembinaan dan
penertiban pemenuhan kewajiban pemegang Hak Atas Tanah/DPAT tanah
pertanian dan tanah non pertanian. Isi rekomendasi yang diberikan antara lain
berupa:

a. Percepatan pemanfaatan tanah sesuai dengan peruntukan dalam Keputusan


Pemberian Haknya;
b. Pelaksanaan/peningkatan fungsi sosial hak atas tanah;
c. Pelaksanaan/peningkatan Coorporate Social Resposibility (CSR);
d. Pelaksanaan pembangunan plasma untuk HGU tertentu;
e. Pemberian status tanah terindikasi terlantar seluruhnya ataupun sebagian;
f. Pelepasan sebagian/seluruh hak atas tanah;
g. Pembatalan Hak Atas Tanah/DPAT;
h. Penghapusan hak atas tanah;
i. Persetujuan perpanjangan atau pembaharuan hak atas tanah;

22
j. Rekomendasi lainnya.
Pemberian rekomendasi sebagaimana dimaksud di atas dengan
mempertimbangkan lamanya Hak Atas Tanah/DPAT, besaran
pelanggarannya, niat baik pemegang hak untuk memenuhi kewajibannya dan
pertimbangan lainnya.

Rekomendasi pembatalan Hak Atas Tanah/DPAT apabila hasil pemantauan


dan evaluasi menunjukan bahwa pemegang hak tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana yang disebut diktum Keputusan pemberian Hak Atas
Tanah/DPAT. Sementara rekomendasi penghapusan hak, apabila hasil
pemantauan dan evaluasi pemberian hak memenuhi ketentuan sebagaimana
Pasal 27, Pasal 34, dan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960; Pasal
35, Pasal 40 dan Pasal 55 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996.

Pemberian status tanah terindikasi terlantar diberikan apabila hasil


pemantauan dan evaluasi diketahui bahwa pemegang hak tidak
memanfaatkan tanahnya sehingga termasuk kategori sebagaimana Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010.

Persetujuan perpanjangan/pembaharuan hak atas tanah tergantung kondisi


pemanfaatan tanah oleh pemegang hak berdasarkan tujuan dari pemberian
haknya. Apabila terhadap jangka waktu hak atas tanah yang akan berakhir,
maka rekomendasinya adalah persetujuan dapat/tidak dapat diperpanjang atau
hanya dapat diperpanjang atas sebagian tanah yang telah digunakan.
Demikian pula jangka waktu hak atas tanah tersebut telah berakhir, maka
rekomendasinya adalah persetujuan dapat/tidak dapat diperbaharui atau hanya
dapat diperbaharui atas sebagian tanah yang telah digunakan.

Pemberian rekomendasi pelaksanaan/peningkatan fungsi sosial hak atas


tanah/CSR/pembangunan plasma apabila hasil pemantauan diketahui
belum/tidak melaksanakan atau melaksanakan sebagian dari kewajiban
pelaksanaan fungsi sosial hak atas tanah/CSR/pembangunan plasma.

Pemberian rekomendasi pelepasan sebagian/seluruh hak atas tanah apabila


diketahui hasil pemantauan dan evaluasi antara lain terdapat:

23
a. Kampung atau tanah masyarakat, dan masyarakat tetap tidak mau diganti rugi
dan sudah berlarut-larut sehingga sulit untuk diselesaikan;
b. Adanya perjanjian antara pemegang hak dengan masyarakat, yang dalam
perjalanan atas perjanjian tersebut menyebabkan salah satu pihak tidak mau
melanjutkan perjanjian dan atau tidak mau diganti rugi;
c. sisa tanah merupakan fasilitas sosial dan atau fasilitas umum dari suatu
perumahan.

Dokumen hasil analisa dan penyusunan rekomendasi tersebut dituangkan


dalam Telaahan Staf Hasil Pemantauan dan Evaluasi Pemberian Hak atas
Tanah/DPAT. Kegiatan penyusunan rekomendasi dilaksanakan melalui rapat-
rapat.

3.2.6 Pelaporan
Laporan dibuat sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan
pemantauan dan evaluasi pemberian Hak Atas Tanah/DPAT pertanahan.
Laporan akhir ini selain berisi tentang proses pelaksanaan sesuai tahapan
kegiatan pada masing-masing unit kerja juga di dalamnya dimasukan HKM
(Hambatan, Kendala, dan Masalah) yang ditemui selama pelaksanaan
kegiatan, serta penyelesaian terhadap HKM tersebut.

Laporan akhir hasil pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi


pemberian Hak Atas Tanah/DPAT didokumentasikan dalam bentuk hardcopy
maupun softcopy sebagai bentuk pengamanan terhadap dokumen
pengendalian pertanahan.

Selanjutnya laporan akhir tersebut dibuat sekurang-kurangnya empat rangkap


untuk kegiatan di kantah (satu arsip, satu disampaikan kepada Kepala Kantor,
satu di kirim ke Kanwil, dan satu di kirim ke pusat), tiga rangkap untuk
kegiatan di kanwil (satu arsip, satu disampaikan ke Kepala Kanwil, dan satu
di kirim ke pusat) dan tiga rangkap di Pusat.

24
Bab 4

Laporan Kegiatan Bulanan

4.1 Bulan Pertama, Bulan Kedua, Bulan Ketiga, Bulan


Keempat
Kegiatan yang dilakukan di Bulan ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-4 adalah melakukan rekap
data tekstual dan spasial. Data tersebut ialah data Hak Atas Tanah yaitu Hak Guna
Usaha dan Hak Guna Bangunan suatu badan hukum. Data HGU dan HGB
didapatkan dari Pusdatin dan KKP, dimana data yang diambil ialah data HGU dan
HGB yang menjadi kewenangan pusat. Kriteria kewenangan pusat diantaranya
adalah: Surat keputusan HGB dan HGU pusat dan luas bidang tanah. Luas bidang
tanah yang menjadi kewenangan pusat, untuk HGB dengan luas diatas 15 hektar, dan
HGU dengan luas diatas 200 hektar. Pada tahun 2020 ini, objek pemantauan dan
evaluasi ada di 3 provinsi yaitu, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Riau, dan
Provinsi Sumatera Selatan.

Setelah data Tekstual dan Spasial didapatkan selanjutnya adalah merekap data HGU
dan HGB yang akan dibawa dalam Perjalanan Dinas Pengumpulan data Tekstual dan
Spasialnya. Setelah semua rekapan data yang didapat dari Pusdatin dan KKP (HAT
Kewenangan Pusat) kegiatan selanjutnya ialah Perjalanan Dinas Pengumpulan Data
Awal meliputi :

1. Akta Pendirian Badan Hukum


2. SK Pemegang Hak Atas tanah
3. Buku Tanah/Sertifikat
4. SU dan GU
5. Izin Lokasi
6. Proposal Permohonan Hak
7. Laporan Tahunan
8. Lain-Lain (SITU, SIUP dll).

25
Daftar Pustaka

Pemerintah Republik Indonesia. 1960. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960


tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 1960. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997


tentang Pendaftaran Tanah. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 1960. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996


tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah.
Jakarta.

http://setkab.go.id/pengertian-monitoring-dan-evaluasi-kebijakan-pemerintah/
(diperoleh tanggal 16 April 2018 pukul 10.00 WIB)

26

Anda mungkin juga menyukai