Anda di halaman 1dari 181

KEMENTERIAN PERTAHANAN

REPUBLIK INDONESIA

POSTUR PERTAHANAN NEGARA


KEMENTERIAN PERTAHANAN
REPUBLIK INDONESIA
postur pertahanan negara
ISBN 978-979-8878-03-9

Hak Cipta © 2007


Kementerian Pertahanan Republik Indonesia
Cetakan Ketiga, November 2015
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang.
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
dalam bentuk apapun,
tanpa ijin tertulis dari Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.

Diterbitkan oleh:
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia
Jl Medan Merdeka Barat No 13-14 Jakarta
Telp: (021) 3828055
Fax: (021) 3810954
Website: www.kemhan.go.id
Email: webstrahan@kemhan.go.id
Disahkan dengan
Peraturan Menteri Pertahanan republik Indonesia
Nomor 37 Tahun 2015
Tanggal 30 November 2015
iv POSTUR PERTAHANAN NEGARA
kata pengantar

KATA
PENGANTAR

D
engan mengucapkan puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
buku “Postur Pertahanan Negara
Edisi Tahun 2015” yang merupakan salah satu dari produk strategis di
bidang pertahanan dapat diselesaikan. Penyusunan Postur Pertahanan
Negara Edisi Tahun 2015 ini, dikembangkan dari Doktrin Pertahanan
Negara dan Strategi Pertahanan Negara dengan memperhatikan
geopolitik dan geostrategi Indonesia serta sistem pertahanan negara
yang bersifat semesta, yang merefleksikan kekuatan pertahanan
negara, tersusun dalam keterpaduan kekuatan, kemampuan, serta
penggelaran sumber daya nasional yang sekaligus menjabarkan
kebijakan, visi, misi dan nawacita pemerintah serta kebijakan poros
maritim dunia.

Selain itu, penyusunan Postur Pertahanan Negara Edisi Tahun


2015 dibuat agar pembangunan di bidang pertahanan secara bertahap
hingga pencapaian postur pertahanan negara yang diharapkan dapat
diwujudkan sehingga postur pertahanan negara ini dapat menghadapi
berbagai macam ancaman. Kondisi ini sangat mempengaruhi pola
dan bentuk ancaman yang semakin kompleks dan multidimensional,
berupa ancaman militer, ancaman nonmiliter, dan ancaman hibrida
yang dapat dikategorikan dalam bentuk ancaman nyata dan belum
nyata. Bentuk ancaman nyata tersebut diantaranya terorisme dan
radikalisme, separatisme dan pemberontakan bersenjata, bencana

POSTUR PERTAHANAN NEGARA v


kata pengantar

alam, pelanggaran wilayah perbatasan, perompakan dan pencurian


kekayaan alam, wabah penyakit, serangan siber dan spionase,
peredaran dan penyalahgunaan narkoba serta konflik terbuka atau
perang konvensional. Pembangunan postur pertahanan negara
diselenggarakan secara sinergis dan berkelanjutan dengan melibatkan
seluruh komponen pertahanan negara sesuai sistem pertahanan yang
bersifat semesta meliputi komponen utama, komponen cadangan,
komponen pendukung, unsur utama, serta unsur lain kekuatan
bangsa. Postur Pertahanan Negara ini selanjutnya dapat digunakan
sebagai pedoman dalam pembangunan postur pertahanan militer dan
pembangunan postur pertahanan nirmiliter, baik oleh Kementerian
Pertahanan, TNI, maupun Kementerian/Lembaga di luar bidang
pertahanan.

Saya selaku pimpinan Kementerian Pertahanan Republik


Indonesia menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberi kontribusi dalam
penyusunan Postur Pertahanan Negara ini. Saya yakin, peran serta
tersebut merupakan darma bakti bagi bangsa dan negara Indonesia
yang kita banggakan dan cintai bersama.

vi POSTUR PERTAHANAN NEGARA


kata pengantar

Semoga Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa memberikan rahmat


dan hidayah-Nya kepada seluruh bangsa Indonesia.


Jakarta, 30 November 2015
MENTERI PERTAHANAN,


RYAMIZARD RYACUDU

POSTUR PERTAHANAN NEGARA vii


daftar isi
Kata Pengantar v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Umum 1
1.2 Maksud dan Tujuan 3
1.3 Ruang Lingkup dan Tata Urut 4

BAB 2 PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS


2.1 Umum 5
2.2 Dinamika Keamanan Lingkungan Strategis di Kawasan Asia Pasifik 6
2.3 Modernisasi Kekuatan Militer 8
2.4 Isu Perbatasan Antarnegara 9
2.5 Konflik Intra dan Antarnegara 10
2.6 Kecenderungan Konflik Kontemporer 11
2.7 Isu Senjata Pemusnah Massal 12
2.8 Terorisme 13
2.9 Spionase 13
2.10 Kejahatan Lintas Negara 14
2.11 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 15
2.12 Perubahan Iklim 16
2.13 Bencana Alam 17
2.14 Keamanan Pangan, Air, dan Energi 18
2.15 Epidemi 19
2.16 Perkembangan Lingkungan Strategis 20
2.17 Prediksi Ancaman Ke Depan 24

BAB 3 ANCAMAN
3.1 Hakikat Ancaman 26
3.2 Ancaman Militer 27
3.2.1 Ancaman Militer Agresi 27
3.2.2 Ancaman Militer Bukan Agresi 27
3.3 Ancaman Nonmiliter 31

viii POSTUR PERTAHANAN NEGARA


daftar isi

3.3.1 Ancaman berdimensi Ideologi 31


3.3.2 Ancaman berdimensi Politik 32
3.3.3 Ancaman berdimensi Ekonomi 32
3.3.4 Ancaman berdimensi Sosial Budaya 32
3.3.5 Ancaman berdimensi Keselamatan Umum 33
3.3.6 Ancaman berdimensi Teknologi 33
3.3.7 Ancaman berdimensi Legislasi 33
3.4 Ancaman Hibrida 34
3.5 Bentuk Ancaman 34
3.5.1 Ancaman Nyata 35
3.5.2 Ancaman Belum Nyata 35

BAB 4 POKOK-POKOK PEMBANGUNAN POSTUR PERTAHANAN NEGARA


4.1 Umum 36
4.2 Tantangan 37
4.3 Arah Pembangunan 40
4.4 Kerangka Pokok 43
4.5 Strategi Perancangan Postur 44
4.6 Sasaran Pembangunan 48
4.6.1 Postur Pertahanan Militer 48
4.6.2 Postur Pertahanan Nirmiliter 103

BAB 5 PENTAHAPAN PEMBANGUNAN POSTUR PERTAHANAN NEGARA


5.1 Umum 111
5.2 Pembangunan Postur Pertahanan Negara Tahun 2015-2019 112
5.2.1 Pembangunan Pertahanan Militer 112
5.2.2 Pembangunan Pertahanan Nirmiliter 136
5.3 Pembangunan Postur Pertahanan Negara Tahun 2020-2024 137
5.3.1 Pembangunan Postur Pertahanan Militer 138
5.3.2 Pembangunan Postur Pertahanan Nirmiliter 161

BAB 6 PENUTUP
6.1 Pernyataan Risiko 162
6.2 Petunjuk Akhir 162

POSTUR PERTAHANAN NEGARA ix


PENDAHULUAN

111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA


PENDAHULUAN

Bab 1

PENDAHULUAN

1.1 Umum
Pembangunan Postur Pertahanan Negara merupakan
komponen integral dari pembangunan nasional yang sinergis dan
searah dengan pembangunan bidang lainnya, demi terwujudnya
pencapaian Visi, Misi dan Nawacita pemerintah dalam tatanan
Pembangunan Nasional. Pembangunan Postur Pertahanan
Negara dilaksanakan dengan mengintegrasikan pembangunan
postur pertahanan militer dan pembangunan postur pertahanan
nirmiliter. Pertahanan militer bertumpu pada Tentara Nasional
Indonesia (TNI) sebagai Komponen Utama (Komput) yang didukung
oleh Komponen Cadangan (Komcad) dan Komponen Pendukung
(Komduk) melalui mobilisasi yang dipersiapkan dan diorganisir
untuk menghadapi ancaman militer dan ancaman hibrida yang
dapat dikategorikan dalam bentuk ancaman nyata dan belum
nyata. Pertahanan nirmiliter adalah peran serta Kementerian/
Lembaga (K/L) di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama
dan unsur kekuatan lainnya dalam menghadapi ancaman yang
berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi,
keselamatan umum, dan ancaman yang berdimensi legislasi.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 1


111
PENDAHULUAN

Perwujudan pembangunan Postur Pertahanan Negara


ditentukan oleh komitmen pemerintah dalam mengalokasikan
anggaran pertahanan dalam skema anggaran yang realistis guna
menjamin kesinambungan rencana pembangunan pertahanan
jangka panjang sesuai Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025. Di samping itu, pembangunan
Postur Pertahanan Negara akan tercapai, jika didukung oleh
sumber daya nasional dan meningkatnya perekonomian
negara. Pembangunan Postur Pertahanan Negara diarahkan
untuk mewujudkan keterpaduan kekuatan, kemampuan, serta
penggelaran pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter yang
memiliki kemampuan pertahanan negara yang handal dan mampu
mendukung kebijakan Poros Maritim Dunia (PMD).

Pembangunan Postur Pertahanan Negara tetap merujuk


kepada Doktrin dan Strategi Pertahanan Negara yang telah direvisi.
Pembangunan Postur Pertahanan Negara harus dapat digunakan
sebagai pedoman dalam rencana pembangunan kekuatan,
kemampuan, dan gelar pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter
disesuaikan dengan doktrin dan strategi pertahanan negara, serta
diselaraskan dengan adanya sumber daya yang terbatas dan
kemungkinan adanya ancaman yang dihadapi.

Pembangunan Pertahanan Negara dalam lima tahun


ke depan masih dihadapkan pada dinamika perkembangan
lingkungan strategis, baik global, regional, maupun nasional yang
akan memunculkan berbagai tantangan sekaligus ancaman.
Dinamika lingkungan strategis tersebut juga menuntut Indonesia
untuk berperan aktif dalam rangka menciptakan perdamaian global
dan regional kawasan, termasuk peluang melakukan kerjasama
keamanan internasional. Namun demikian, kondisi tersebut
sekaligus menimbulkan tantangan bagi pembangunan Indonesia

2 POSTUR PERTAHANAN NEGARA


PENDAHULUAN

kedepan, diantaranya adalah bagaimana pemerintah mampu


menghadapi konstelasi keamanan regional dan internasional terkait
dengan perubahan balance of power; antisipasi kejadian konflik
teritori terkait kedaulatan dan perebutan sumber daya; kerjasama
penanganan kejahatan transnasional; pengelolaan keamanan
siber/informasi/kontra intelijen, dan penanganan bencana alam. Di
samping itu, kondisi keamanan maritim terutama pada jalur ALKI,
meningkatnya ketegangan di kawasan Laut China Selatan dan
Semenanjung Korea, menuntut Indonesia berperan aktif dalam
menciptakan perdamaian di kawasan regional termasuk menjaga
stabilitas keamanan di kawasan Samudera Hindia dan Pasifik.

Postur Pertahanan Negara ditetapkan menjadi suatu


kebijakan pertahanan negara yang komprehensif dan dapat
digunakan sebagai pedoman dalam mewujudkannya. Kebijakan
tersebut memuat pokok-pokok Pembangunan Postur Pertahanan
Negara serta pentahapannya, meliputi kekuatan, kemampuan dan
gelar pertahanan militer maupun pertahanan nirmiliter.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud.

Memberikan gambaran tentang pembangunan Postur pertahanan


negara dalam sistem pertahanan negara.

1.2.2 Tujuan.

Agar dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengembangan


Postur pertahanan negara kedepan yang mendekati ideal dalam
rangka membangun sistem pertahanan negara.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 3


PENDAHULUAN

1.3 Ruang Lingkup dan Tata Urut.


Disusun dengan ruang lingkup dan tata urut sebagai berikut :

1.3.1 Ruang Lingkup.

Postur pertahanan negara ini dibatasi pada Pengembangan Postur


Pertahanan Negara kedepan dalam rangka mendukung sistem
pertahanan negara.

1.3.2 Tata Urut.

Postur pertahanan negara ini disusun dengan tata urut sebagai


berikut :
a. Pendahuluan.
b. Perkembangan Lingkungan Strategis.
c. Ancaman.
d. Pokok-Pokok Pembangunan Postur Pertahanan Negara.
e. Pentahapan Pembangunan Postur Pertahanan Negara.
f. Penutup.

4 POSTUR PERTAHANAN NEGARA


PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

Bab 2

PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

2.1 Umum
Dalam upaya pencapaian tujuan nasional dan melindungi
kepentingan nasional, Kementerian Pertahanan (Kemhan)
merumuskan sejumlah faktor yang dapat dikategorikan sebagai
ancaman. Proses analisis strategis dalam merumuskan ancaman
dilaksanakan secara terus menerus terhadap data, fakta dan
kecenderungan situasi pada skala global, regional dan nasional.

Perkembangan lingkungan strategis secara umum


menunjukkan gejala semakin eskalatif dan kompleks diberbagai
belahan dunia. Hal ini menunjukkan cerminan kelanjutan dari
persoalan sebelumnya yang diakibatkan oleh berbagai faktor
yang melatar belakanginya.

Berbagai isu-isu strategis yang berkembang di kawasan


menjadi perhatian dunia karena intensitasnya semakin dinamis.
Oleh karena itu, pemahaman tentang dinamika lingkungan
strategis merupakan faktor penting dalam merumuskan kebijakan
dan strategi pertahanan negara dalam rangka mendukung
kebijakan pemerintah terkait PMD.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


5
PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

2.2 Dinamika Keamanan Lingkungan Strategis di


Kawasan Asia Pasifik
Kawasan Asia-Pasifik adalah kawasan yang strategis, baik
dalam aspek ekonomi, politik, maupun militer. Di kawasan ini
terdapat negara-negara berpenduduk lebih dari satu miliar (India
dan Tiongkok), berteknologi militer modern, SDM militer yang
besar, yang berpengaruh terhadap ekonomi dan politik global.

Dalam perspektif keamanan tradisional, kawasan Asia-


Pasifik memiliki peluang dan tantangan yang sangat kompleks,
serta faktor risiko yang dapat menimbulkan konflik antarnegara.
Sengketa di Laut Cina Selatan, Laut Cina Timur, Semenanjung
Korea, dan ketegangan di beberapa wilayah perbatasan
antarnegara merupakan hal yang perlu disikapi secara bijaksana.
Sementara dalam perspektif keamanan non-tradisional,
kawasan ini memiliki sejarah panjang penyelundupan narkotika,
penyelundupan manusia, penyelundupan senjata, perompakan
di laut, pencurian kekayaan alam, serta separatisme. Selain itu,
dalam tiga dasawarsa terakhir isu terorisme semakin menguat
yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain masalah
ekonomi dan paham radikal.

Perkembangan kawasan Asia Pasifik yang sangat dinamis


akan berdampak pada masalah ekonomi dan keamanan.
Perkembangan yang perlu dicermati dan berpengaruh terhadap
stabilitas keamanan adalah kebijakan ekonomi dan militer
Tiongkok, kebijakan strategis Amerika Serikat (AS) di kawasan,
dan sengketa di Laut Cina Selatan.

Tiongkok dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi


memungkinkan negara tersebut melakukan modernisasi
militernya. Kondisi tersebut menimbulkan spekulasi dan

6 POSTUR PERTAHANAN NEGARA


PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

tanggapan beragam di negara-negara dalam kawasan dan


kekhawatiran terhadap keseimbangan militer, sehingga, dapat
menjadi dilema keamanan bagi negara-negara di kawasan.

Kebijakan penyeimbangan kembali (rebalancing) AS


di kawasan Asia Pasifik ditempuh melalui tiga inisiatif yaitu:
keamanan melalui kehadiran kekuatan militer, ekonomi melalui
Trans Pacific Partnership (TPP) untuk mengimbangi Regional
Comprehensive Economic Partnership (RCEP) serta diplomacy
engagement.

Sengketa Laut Cina Selatan


yang melibatkan beberapa negara,
dapat memengaruhi stabilitas
keamanan di kawasan Asia
Pasifik. Kawasan ini memiliki posisi
geografi yang sangat strategis,
dan potensi sumber daya alam
yang bernilai ekonomi tinggi. Posisi
geografi yang merupakan jalur
pelayaran dan komunikasi
internasional, sedangkan potensi Sengketa Laut Cina Selatan yang
melibatkan beberapa negara, dapat
sumber daya alam berpeluang memengaruhi stabilitas keamanan
untuk dieksplorasi. di kawasan Asia Pasifik

Sengketa di Laut Cina Selatan berpotensi menjadi konflik


bersenjata (terbuka) yang disebabkan oleh tiga alasan. Pertama,
para pihak yang terlibat dalam sengketa Laut Cina Selatan
sering menggunakan instrumen militer untuk memperkuat
klaimnya. Kedua, ada keterlibatan negara-negara di luar
kawasan dalam konflik tersebut. Ketiga, belum ada institusi atau
organisasi internasional yang kredibel dalam menyelesaikan

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


7
PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

persengketaan. Namun sebaliknya, konflik bersenjata tidak akan


terjadi karena di antara negara-negara ASEAN memiliki komitmen
dalam penyelesaian konflik dilakukan tidak dengan kekerasan
bersenjata, melainkan dengan cara dialog dan persaudaraan
yang dilandasi saling pengertian, menghormati, dan percaya.

2.3 Modernisasi Kekuatan Militer


Beberapa negara di kawasan Asia Pasifik telah modernisasi
kekuatan pertahanan, yang didukung pertumbuhan ekonomi
yang lebih baik. Tujuan tidak hanya untuk kesetaraan dan
mencapai standarisasi dengan sistem aliansi, namun juga
untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kontijensi akibat
ketidakpastian situasi strategis. Modernisasi sistem persenjataan
dan penempatan yang provokatif dapat menimbulkan miskalkulasi
dan mispersepsi. Kesalahan penilaian/persepsi terhadap
suatu peristiwa dapat menciptakan situasi yang kompleks dan
berbahaya, terutama dikaitkan dengan adanya potensi konflik
yang sedang berlangsung di kawasan, seperti di Laut Cina Timur
dan Laut Cina Selatan.

Modernisasi kekuatan militer juga dipengaruhi oleh


kemajuan teknologi pertahanan. Beberapa negara di kawasan
telah memanfaatkan teknologi tersebut untuk memodernisasi
sistem persenjataan konvensional strategis maupun sistem
penginderaan modern terintegrasi seperti Komando, Kendali,
Komunikasi, Komputer, Intelijen, Pengamatan dan Pengintaian
(K4IPP), dan sistem pertahanan siber. Khusus tentang siber,
dewasa ini perang siber telah menjadi strategi untuk menimbulkan
kerugian yang berdampak strategis terhadap suatu negara.

8 POSTUR PERTAHANAN NEGARA


PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

2.4 Isu Perbatasan Antarnegara


Kawasan Asia Pasifik masih memiliki potensi sengketa
perbatasan yang belum sepenuhnya dapat diselesaikan. Fakta
empiris menunjukkan bahwa salah satu penyebab utama
terjadinya perang adalah persoalan batas wilayah. Konflik
dan krisis yang sedang berlangsung dalam konteks ini dapat
meningkatkan terjadinya ancaman tradisional apabila manajemen
sengketa tidak dilakukan secara tepat.

Sebagai sebuah negara kepulauan yang sangat terbuka


dari berbagai arah, Indonesia memiliki sejumlah permasalahan
perbatasan yang belum terselesaikan. Selain itu, negara
Indonesia memiliki 92 pulau-pulau kecil terluar/terdepan, yang
12 pulau-pulau kecil terluar diantaranya memerlukan prioritas
dalam pengelolaannya agar kedaulatan dan keutuhan wilayah
NKRI dapat terjamin secara optimal. Kondisi ini berpotensi
menyebabkan terjadinya pelanggaran terhadap wilayah
kedaulatan NKRI, terutama di kawasan perbatasan darat negara
yang belum mendapatkan kesepakatan bersama dan pulau-
pulau kecil terluar/terdepan yang belum dikelola dengan baik.

Perbatasan wilayah NKRI dengan negara-negara tetangga

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


9
PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

Pelanggaran terhadap kedaulatan negara di wilayah udara dan


laut, seperti penerbangan/pelayaran asing akan menimbulkan
ketegangan, bahkan dapat mengarah kepada konflik.

2.5 Konflik Intra dan Antarnegara


Konflik intra dan antarnegara masih terjadi di beberapa
kawasan dunia. Di kawasan Afrika, Timur Tengah, Eropa Timur
dan Eropa Barat masih terjadi konflik internal, bahkan sampai
perang saudara yang menyebabkan terjadinya pengungsian
penduduk. Pemicu konflik umumnya akibat pertarungan politik dan
kekuasaan, ketidakpuasan dan ketidakadilan, persaingan akses
ke sumber daya, penindasan, korupsi dan masalah absennya
demokrasi. Beberapa pemicu konflik ini dapat bertransformasi ke
kawasan Asia Pasifik.

Konflik intranegara cenderung bereskalasi dan


bertransformasi secara signifikan. Konflik yang terjadi di beberapa
kawasan di Afrika Utara, Afrika Tengah, Israel-Palestina, Irak,
Suriah, Afganistan, Asia Selatan, Asia Tenggara, Asia Timur dan
Eropa masih terjadi, bahkan cenderung meningkat dan dapat
berubah menjadi perang saudara yang sulit untuk dicarikan
solusi damai. Demikian juga konflik antarnegara, masih
berpotensi terjadi di wilayah Asia Timur yang penyelesaiannya
membutuhkan pendekatan-pendekatan baru dan tidak
menggunakan pendekatan kekerasan yang dapat mengancam
stabilitas keamanan dan perdamaian di kawasan Asia Pasifik.

10 POSTUR PERTAHANAN NEGARA


PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

2.6 Kecenderungan Konflik Kontemporer


Pola konflik bersenjata saat ini mengalami perubahan yang
signifikan sehingga memengaruhi kecenderungan bentuk konflik
kontemporer di dunia. Hal ini disebabkan adanya perkembangan
teknologi militer, keinginan untuk mengurangi jatuhnya korban,
biaya perang yang tinggi dan semakin ketatnya penerapan
kaidah-kaidah hukum dan konvensi internasional.

Pola untuk menguasai ruang tidak lagi dilakukan secara


frontal, melainkan dilakukan dengan cara-cara nonlinier, tidak
langsung, dan bersifat proxy war. Tren menguasai suatu negara
dengan menggunakan ‘senjata’ asimetris yang dibangun secara
sistematis, seperti konflik Suriah dan perang di Ukraina semakin
meningkat. Penciptaan kondisi lewat propaganda dilakukan
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan ruang
siber seperti media sosial.

Permasalahan serius terkait


konflik kontemporer adalah
meningkatnya konflik internal, yaitu
konflik yang dapat memicu gerakan
separatis karena kepentingan politik
dan wilayah, termasuk konflik sosial
yang terjadi di beberapa negara
dengan dilatarbelakangi dinamika
sosial, budaya, primordialisme,
suku, ras, dan agama.

Pola devide et impera atau


memecah-belah komponen-komponen bangsa dalam negeri
merupakan cara yang efektif untuk menghancurkan suatu negara.
seperti yang terjadi pada fenomena Arab Spring, kekacauan

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


11
PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

politik dan keamanan di Mesir, serta perang saudara di Irak,


Afghanistan, Libya, dan Suriah membuktikan adanya pola konflik
tersebut.

2.7 Isu Senjata Pemusnah Massal


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
dalam bidang kimia, biologi, radiologi, nuklir, dan bahan peledak
(Chemical, Biological, Radiological, Nuclear, and Explosives/
CBRNE) yang bersamaan dengan kemajuan alat transportasi
dan komunikasi informasi telah meningkatkan penguasaan,
penggunaan, dan penyebaran CBRNE hakekatnya dapat
digunakan untuk kepentingan kesejahteraan manusia. Namun,
bahan-bahan berbahaya tersebut berpotensi mengancam
keamanan dan keselamatan umat manusia, apabila dikuasai
oleh kelompok yang tidak bertanggungjawab. Kerawanan
ini dipertegas bahwa masih terdapat beberapa negara yang
memproduksi bahan-bahan berbahaya tersebut secara tidak
transparan. Hal ini berimplikasi terhadap negara-negara lain
untuk menghadapi ancaman penggunaan senjata CBRNE.

Ancaman penggunaan senjata CBRNE

12 POSTUR PERTAHANAN NEGARA


PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

Dalam era keterbukaan saat ini, perdagangan, pelintasan,


dan penyebaran bahan-bahan berbahaya secara ilegal
menyebabkan kerawanan terhadap keamanan. Kondisi ini
bila tidak ditangani dan dikontrol secara optimal berpotensi
mengancam pertahanan negara.

2.8 Terorisme
Terorisme merupakan isu
sentral keamanan global yang
memanfaatkan perkembangan
teknologi informasi melalui jejaring
sosial untuk memperkuat jaringan
globalnya guna mendapatkan
persenjataan, dukungan finansial
maupun tempat-tempat berlindung.

Aksi terorisme global seperti gerakan radikal Islamic State


in Iraq and Syria (ISIS) merupakan bukti nyata terorisme telah
menjadi satu kekuatan untuk melancarkan aksi kekerasan
dengan mengatasnamakan paham radikal untuk menyerang
rezim yang tidak sejalan dengan paradigma yang diyakini. Selain
itu, terdapat juga kelompok radikal lainnya yang berkembang
karena berafiliasi atau terinspirasi oleh ideologi Al-Qaeda
termasuk Home-Grown Terrorist dan Returning Fighters.

2.9 Spionase
Spionase merupakan aktivitas pengumpulan informasi
dan data yang dilakukan oleh suatu negara terhadap negara
lain dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dan dokumen

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


13
PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

strategis melalui berbagai cara dan metode. Dewasa ini


lingkungan strategis berkembang sangat dinamis, penuh
ketidakpastian dan kompleks, sehingga sangat sulit bagi suatu
negara untuk mengetahui potensi dan hakikat ancaman serta
tantangan terhadap kepentingan nasionalnya. Oleh karena
itu, setiap negara akan berusaha mendapatkan informasi dan
dokumen strategis melalui berbagai kegiatan spionase.

2.10 Kejahatan Lintas Negara


Kejahatan  lintas negara saat ini dipandang sebagai
salah satu ancaman terhadap keamanan global. Di kawasan
Asia Tenggara, kejahatan ini merupakan ancaman serius dan
menjadikan kerawanan bagi stabilitas keamanan. Sesuai dengan
program implementasi rencana aksi ASEAN dalam memerangi
kejahatan lintas negara (Programme to Implement the ASEAN
Plan of Action to Combat Transnational Crime) yang menyatakan
bahwa di kawasan ini terdapat beberapa jenis kejahatan lintas
negara seperti: perdagangan gelap narkoba, perdagangan
manusia, perompakan laut, penyelundupan senjata, pencucian
uang, terorisme, kejahatan perbankan internasional dan
kejahatan siber.

Disamping itu keja­


hatan lintas negara yang
menjadi ancaman bersama
dan serius diantaranya
adalah kejahatan narkoba
yang dapat berkaitan
dengan sumber pendanaan
Kejahatan lintas negara sebagai salah satu
ancaman terhadap keamanan global bagi kelompok terorisme

14 POSTUR PERTAHANAN NEGARA


PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

dan separatisme. Perkembangan kejahatan lintas negara ini


tumbuh secara masif dari dalam suatu wilayah dan kelompok-
kelompok beraliran keras maupun kriminal yang terorganisasi.

Mengingat fenomena kejahatan ini berdampak besar


terhadap stabilitas keamanan dan berpotensi mengganggu serta
mengancam pembangunan nasional, maka Indonesia senantiasa
konsisten dalam upaya penegakan hukum dan melindungi warga
negara dari mata rantai kejahatan lintas negara.

2.11 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Kemajuan iptek memengaruhi bentuk dan pola perang
dimasa yang akan datang. Walaupun pola dan bentuk perang
asimetris masih terjadi di beberapa wilayah, akan tetapi
teknologi persenjataan perang konvensional tetap berkembang
dengan pesat. Perang dimasa yang akan datang semakin
mempertimbangkan pengurangan dampak kerusakan dan korban
dikalangan sipil, dengan menerapkan teknologi senjata akurasi
tinggi dan penerapan teknologi robot pada berbagai sistem
persenjataan guna mengurangi penggunaan dan pengerahan
personil maupun peralatan perang.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga


menciptakan peperangan berbasis jaringan yang mengandalkan
keunggulan informasi, sekaligus mampu melaksanakan perang di
ranah digital ataupun ruang siber. Dampak yang ditimbulkan dapat
menjadikan situasi keamanan dunia yang mengkhawatirkan,
diantaranya kejahatan siber yang tidak mengenal batas, termasuk
pemanfaatan rekayasa genetika bioteknologi, dan teknologi
nano yang sulit dideteksi. Disamping itu rekayasa teknologi juga

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


15
PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

berkembang di dunia penerbangan, pembuatan senjata nuklir


maupun wahana peluncur roket, peluru kendali maupun wahana
terbang tanpa awak serta teknologi satelit juga dimanfaatkan
untuk kepentingan pertahanan negara.

Dari aspek pertahanan, ruang


siber telah menjadi dimensi kelima
yang dapat dijadikan sebagai
medan peperangan, selain medan
perang darat, laut, udara dan ruang
angkasa. Penggunaan sistem,
peralatan, dan platform berbasis
internet cenderung semakin
meluas yang berpotensi menjadi
kerawanan.

2.12 Perubahan Iklim


Perubahan iklim global berpengaruh pada lingkungan
kehidupan manusia. Perubahan ini telah memperlihatkan
kecenderungan naiknya temperatur permukaan bumi, perubahan
suhu air laut, perubahan ekosistem, naiknya permukaan air laut,
perubahan musim yang tidak menentu, meningkatnya curah
hujan, kekeringan, serta badai dan topan. Kecenderungan
tersebut berdampak secara langsung maupun tidak langsung
pada kebutuhan dasar umat manusia, terutama pangan, air,
kesehatan dan energi.

Perubahan iklim secara tidak langsung akan berpengaruh


pada masalah keamanan. Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
hidup manusia akan menyebabkan terganggunya ketahanan

16 POSTUR PERTAHANAN NEGARA


PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

dan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang dapat


mengarah kepada kerawanan. Hal ini juga berpengaruh terhadap
dinamika politik, perekonomian, krisis air dan pangan, munculnya
berbagai penyakit pandemik, migrasi penduduk dan berbagai
konflik.

2.13 Bencana Alam


Indonesia merupakan wilayah pertemuan tiga Lempeng
bumi yang bergerak aktif, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng
Eurasia dan Lempeng Pasifik serta dilalui oleh jalur pegunungan
aktif dunia yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania. Hal ini
menyebabkan Indonesia termasuk bagian dari lintasan Ring
of Fire atau cincin api pasifik dunia, yang merupakan jalur
pegunungan aktif, sehingga di Indonesia rentan terhadap gempa
tektonik maupun vulkanik.

Lintasan Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


17
PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

Potensi bencana alam berdampak luas terhadap


kehidupan masyarakat yang terdiri atas tsunami, gempa bumi,
banjir, angin puting beliung, kekeringan, tanah longsor, erupsi
gunung berapi, serta kebakaran hutan dan lahan gambut yang
berakibat bencana kabut asap. Kejadian bencana alam sering
terjadi pada beberapa negara, merupakan tantangan dan risiko
yang akan terus dihadapi dan perlu diantisipasi oleh setiap
negara.

2.14 Keamanan Pangan, Air, dan Energi


Ketersediaan pangan dunia yang semakin berkurang,
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan pangan dalam
negeri. Kelangkaan ini disebabkan oleh pertambahan jumlah
penduduk dunia, meningkatnya kualitas hidup manusia, dan
berkembangnya industri yang memanfaatkan lahan produktif,
sehingga ketersediaan lahan yang semakin sempit, serta
berkembangnya industri yang mengurangi lahan produktif.
Diperkirakan penduduk dunia pada tahun 2050 mencapai
10 miliar, sehingga memerlukan tambahan pangan yang
cukup besar. Ke depan, diprediksi akan terjadi kelangkaan
pangan yang disebabkan oleh beberapa hal seperti kerusakan
lingkungan, konversi lahan, tingginya harga bahan bakar fosil
dan perubahan iklim.

Berkurangnya lahan pertanian sebagai akibat pertumbuhan


dan kebutuhan penduduk yang pesat serta berkurangnya sumber
daya manusia pengelola pertanian, merupakan faktor penting
penyebab berkurangnya ketahanan pangan. Ketergantungan
pangan antarnegara diprediksi masih dapat berkembang seiring
bertambahnya jumlah penduduk.

18 POSTUR PERTAHANAN NEGARA


PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

Krisis air bersih menjadi fenomena yang disebabkan


penanganan lingkungan dan aset alam yang tidak terkendali.
Pengelolaan sumber-sumber air bersih yang tidak terkendali
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas dan ketersediaan
sumber air bersih.

Kebutuhan energi mengalami peningkatan dari tahun ke


tahun. Pertumbuhan penduduk, laju perkembangan industri,
serta semakin tingginya arus lalu lintas barang dan jasa,
menyebabkan tingginya tingkat kebutuhan energi. Dengan
semakin berkurangnya sumber-sumber energi dan belum
efektifnya upaya diversifikasi sumber energi, diperkirakan
minyak dan gas bumi menjadi sumber daya strategis yang
semakin diperebutkan.

Krisis pangan, air dan energi berpotensi menjadi pemicu


terjadinya konflik. Isu sumber daya strategis tersebut bisa
menjadi sumber konflik baru dan mendorong terjadinya benturan
kepentingan terutama jika gagal dalam pengelolaannya.

2.15 Epidemi
Dunia masih
menghadapi epidemi
beberapa penyakit
infeksi yang berbahaya
pada manusia. Badan
Kesehatan Dunia (World
Health Organization/
WHO) terus memberikan peringatan kepada dunia bahwa
penyakit infeksi berbahaya bagi umat manusia belum

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


19
PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

sepenuhnya dapat diatasi bahkan penyebarannnya cenderung


semakin luas.

Hampir setiap tahun ditemukan satu hingga tiga varian


penyakit infeksi baru pada manusia atau penyakit lama yang
muncul kembali. Ada kecenderungan bahwa penyakit infeksi
pernapasan pada manusia bertambah dengan munculnya kasus-
kasus baru pada populasi yang terindikasi di kawasan tertentu.
WHO telah mengumumkan sejumlah penyakit yang masih
mengancam umat manusia, yaitu demam berdarah (Dengue
Fever), Tubercolosis (TBC), Human Immunodeficiency Virus/
Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), penyakit
sapi gila (Mad Cow) atau Variant Creutzfeldt-Jakob Disease
(VCJD), Avian Influenza (H5N1) atau flu burung (Bird Flu), Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS), flu babi (Swine Flu/H1N1
flu virus), Middle East Respiratory Syndrome (MERS), Ebola,
dan Avian Influenza (H7N9) atau flu burung varian baru, serta
virus Zika. Secara geografis, kawasan Asia, Afrika Sub-Sahara,
Amerika Latin, dan Karibia diidentifikasi oleh WHO sebagai
wilayah yang rawan terhadap munculnya berbagai penyakit yang
berbahaya.

2.16 Perkembangan Lingkungan Strategis Nasional


Ideologi

Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan


hal yang fundamental dalam tatanan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai ideologi negara

20 POSTUR PERTAHANAN NEGARA


PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

Pancasila merupakan falsafah


dan pandangan hidup bangsa
Indonesia yang mengandung nilai-
nilai moral, etika dan cita-cita luhur
serta tujuan yang akan dicapai
bangsa Indonesia. Pengamalan
Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
berupa nilai-nilai keselarasan,
keseimbangan dan keserasian,
persatuan dan kesatuan, kekeluargaan dan kebersamaan, yang
senantiasa menjadi landasan filosofis bagi warga negara dalam
bepikir, bersikap dan bertindak dalam rangka penyelenggaraan
pertahanan negara.

Pengembangan nilai-nilai kebhinnekaan dan nilai-nilai


keadilan yang terdapat dalam Pancasila dimaksudkan untuk
mencegah munculnya ego kedaerahan dan memperkuat
nasionalisme. Penerapan nilai-nilai Pancasila akan meredam
timbulnya aktivitas kelompok-kelompok radikal dalam
lingkungan masyarakat.

Politik

Kondisi politik nasional


sedang mengalami penataan
secara signifikan pada aspek
infrastruktur politik, suprastruktur
politik, dan budaya politik.
Isu-isu yang terkait komitmen
politik hendaknya dilaksanakan
secara proporsional pada semua

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


21
PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

aspek, sementara pemerintahan terus berupaya membangun


komunikasi politik secara demokratis sesuai mekanisme
hubungan kerja. Selanjutnya dinamika politik yang berkembang
saat ini terus mengalami pembenahan menuju tatanan yang
demokratis, sehingga sistem politik nasional dapat berjalan
dengan baik.

Sistem demokrasi yang diharapkan dapat berjalan dengan


baik, masih perlu pembenahan terkait hasil penghitungan suara
pada pemilihan umum, komunikasi politik Pemda dengan
Pemerintah Pusat yang belum optimal, Kepala Daerah yang lebih
mengutamakan kepentingan daerah dibanding kepentingan
nasional, pemekaran wilayah dan sengketa perbatasan wilayah,
yang akan berpotensi menimbulkan konflik.

Ekonomi

Kecenderungan ekonomi global yang diwarnai ketidakpastian


mensyaratkan kebijakan yang cepat,
tepat dan terukur guna merespon
peluang dan tantangan termasuk dengan
diberlakukannya Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA). Kesiapan Indonesia
dalam menghadapi lima bidang meliputi
arus bebas barang, jasa, tenaga terampil,
modal, dan investasi merupakan hal yang
perlu diantisipasi secara menyeluruh.
Pemerintah telah menyesuaikan target pertumbuhan
ekonomi guna meningkatkan kinerja perekonomian Indonesia.
Kondisi tersebut akan memengaruhi iklim usaha terutama di
sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) yang banyak menyerap
tenaga kerja.

22 POSTUR PERTAHANAN NEGARA


PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

Sosial Budaya
Globalisasi yang sarat dengan semangat perubahan
berdampak kepada perubahan nilai-nilai yang memengaruhi
pola pikir, pola sikap dan pola tindak generasi penerus bangsa
serta berbagai permasalahan
kebangsaan yang secara
signifikan berpengaruh terhadap
tatanan budaya bangsa.
Perkembangan iptek
membawa nilai-nilai tertentu
yang secara langsung atau tidak
langsung bersinggungan dengan
nilai-nilai sosial budaya bangsa
yang sudah ada. Pemahaman
generasi penerus bangsa terkait
nilai-nilai yang terkandung dalam
Keanekaragaman budaya Indonesia yang
Pancasila, UUD NRI 1945, mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa dalam
memperkokoh persatuan dan kesatuan
NKRI, dan sesanti Bhinneka
Tunggal Ika, semakin terkikis oleh
derasnya nilai-nilai baru yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa.
Degradasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia telah memengaruhi
merosotnya sikap nasionalisme, patriotisme dan cinta tanah air
bagi warga negara dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa.
Keamanan Dalam Negeri
Separatisme masih menjadi isu keamanan yang
mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI,
dan keselamatan segenap bangsa. Separatisme dilakukan
melalui gerakan politik dan bersenjata dengan mengeksploitasi
kelemahan penyelenggaraan fungsi pemerintahan.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


23
PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

Berbagai konflik horizontal yang dipicu oleh keragaman budaya masyarakat, suku
bangsa, agama, etnis, dan golongan, serta kondisi sosial

Penanganan keamanan dalam negeri sebagai akibat konflik


horizontal yang dipicu oleh keragaman budaya masyarakat, suku
bangsa, agama, etnis, dan golongan, serta kondisi sosial masih
mewarnai konflik-konflik yang terjadi di daerah tertentu.

2.17 Prediksi Ancaman Ke Depan


Ancaman merupakan faktor utama yang menjadi dasar
dalam penyusunan desain sistem pertahanan negara, baik yang
bersifat aktual maupun potensial. Berdasarkan analisa strategis

24 POSTUR PERTAHANAN NEGARA


PERKEMBANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS

dan identifikasi terhadap hakikat ancaman yang sangat dinamis,


sehingga memungkinkan terjadinya penggabungan berbagai
jenis ancaman. Karenanya ancaman saat ini dan masa depan
dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu ancaman militer baik
bersenjata maupun tidak bersenjata, ancaman nonmiliter, dan
ancaman hibrida. Sumber ancaman dapat berasal dari dalam
maupun luar negeri, serta dilakukan oleh aktor negara maupun
nonnegara, yang bersifat nasional, regional dan internasional.
Adapun dampak yang ditimbulkan meliputi segala aspek kondisi
sosial terdiri atas ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan dan keamanan. Dalam kurun waktu lima tahun ke
depan, sesuai dengan prediksi dan prioritasnya maka ancaman-
ancaman tersebut dikategorikan dalam bentuk ancaman nyata
dan belum nyata.

ILLEGAL FISHING

PELANGGARAN
WILAYAH

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


25
ancaman

Bab 3

ANCAMAN
3.1. Hakikat Ancaman
Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan baik dari
dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan keselamatan
segenap bangsa. Ancaman merupakan faktor utama yang menjadi
dasar dalam penyusunan desain sistem pertahanan negara, baik
yang bersifat aktual maupun potensial. Berdasarkan identifikasi
terhadap hakikat ancaman yang sangat dinamis, sehingga
memungkinkan terjadinya penggabungan berbagai ancaman
yang dinamakan hibrida. Karenanya bentuk ancaman saat ini dan
ke depan dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu ancaman
militer baik bersenjata dan tidak bersenjata, ancaman nonmiliter
dan ancaman hibrida. Sumber ancaman dapat berasal dari dalam
maupun luar negeri, serta dilakukan oleh aktor negara maupun non
negara, yang bersifat nasional, regional dan internasional. Adapun
dampak yang ditimbulkan meliputi segala aspek kondisi sosial
terdiri dari ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan
dan keamanan.

26 POSTUR PERTAHANAN NEGARA


ancaman

3.2. Ancaman Militer


Merupakan ancaman yang menggunakan kekuatan
bersenjata dan terorganisasi serta dinilai mempunyai kemampuan
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan
keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer antara lain dapat
berupa ancaman militer dalam bentuk agresi dan ancaman militer
dalam berbentuk bukan agresi.

3.2.1. Ancaman Militer Agresi


Ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata
oleh negara lain untuk melakukan aksi pendudukan sehingga
mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan
keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer agresi antara lain
berupa invasi, bombardemen, blokade, serangan unsur bersenjata
negara lain, keberadaan atau tindakan unsur kekuatan bersenjata
asing dalam wilayah Indonesia yang bertentangan dengan
ketentuan atau perjanjian, tindakan suatu negara yang mengijinkan
penggunaan wilayahnya menjadi daerah persiapan, pengiriman
kelompok bersenjata atau tentara bayaran oleh negara lain.

3.2.2. Ancaman Militer Bukan Agresi


Ancaman militer bukan agresi merupakan ancaman yang
dapat menggunakan kekuatan senjata ataupun tidak bersenjata,
berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri serta dilakukan
oleh aktor negara maupun aktor non negara yang membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa.
Pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer bukan
agresi disesuaikan dengan skala ancaman yang dihadapi,
dimana pelibatan TNI melalui pengerahan kekuatan berdasarkan
kebijakan dan keputusan politik negara. Ancaman militer bukan
agresi antara lain:

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


27
ancaman

3.2.2.1 Pelanggaran Wilayah

Ancaman terhadap pertahanan negara dapat berupa ancaman


melalui wilayah perbatasan darat, laut dan udara.

a. Pelanggaran Wilayah Perbatasan Darat Negara


Potensi ancaman pelanggaran wilayah darat
negara berupa pelanggaran pelintas batas, pencurian
SDA, penyelundupan senjata, amunisi dan bahan peledak,
narkoba serta berbagai kegiatan pelanggaran ilegal lainnya
yang bersifat transnasional.

b. Pelanggaran Wilayah Laut
Pelanggaran wilayah laut yang menggunakan
kapal ataupun sarana transportasi laut lainnya, termasuk
pelanggaran hukum yang terjadi diwilayah laut NKRI.
Potensi pelanggaran yang terjadi di wilayah laut dapat
berupa pembajakan atau perompakan, penangkapan
ikan secara ilegal atau pencurian kekayaan di laut dan
penggunaan jasa maritim secara ilegal.

c. Pelanggaran Wilayah Udara dan Dirgantara


Pelanggaran wilayah udara dan dirgantara dapat
terjadi dengan menggunakan pesawat
tempur, pesawat nonkomersial dan
sarana transportasi udara serta
wahana angkasa lainnya. Potensi
ancaman di wilayah dirgantara
dapat berupa kegiatan pengintaian,
perlintasan benda-benda asing dan
Intersepsi oleh pesawat tempur Indonesia
terhadap pesawat asing yang melakukan
pemanfaatan kegiatan di wilayah
pelanggaran wilayah udara nasional dirgantara secara ilegal.

28 POSTUR PERTAHANAN NEGARA


ancaman

Pemberlakuan ASEAN Open Sky Policy 2015


tidak saja memberikan peluang ekonomi bagi Indonesia,
tetapi juga menimbulkan kerawanan dari sisi keamanan
udara terutama terkait dengan ancaman-ancaman yang
berkenaan dengan keamanan non tradisional yang bersifat
transnasional. Di sisi lain ASEAN Open Sky Policy 2015
dapat berpotensi menjadi ancaman bagi kedaulatan udara
dan melemahkan pertahanan udara.

3.2.2.2 Spionase

Ancaman spionase yang dilakukan oleh negara lain masih akan


tetap berpotensi terjadi untuk mencari dan mendapatkan rahasia
pertahanan negara Indonesia. Negara-negara tersebut akan
berusaha mendapatkan informasi strategis untuk menjawab
hakikat ancaman dan tantangan terhadap kepentingan
nasionalnya.

3.2.2.3 Sabotase Terhadap Instalasi Penting Militer dan


Objek Vital Nasional yang Bersifat Strategis

Sabotase terhadap instalasi penting militer dan ancaman


terhadap obyek vital nasional yang bersifat strategis akan
berdampak pada keselamatan segenap bangsa dan
mengganggu kepentingan masyarakat. Obyek vital nasional
yang bersifat strategis merupakan kawasan, lokasi, bangunan,
instalasi dan/atau usaha menyangkut hajat hidup orang banyak,
harkat dan martabat bangsa serta kepentingan nasional yang
apabila terjadi ancaman dan gangguan dapat membahayakan
kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa.
Obyek vital nasional yang bersifat strategis antara lain:
Istana Presiden/Wapres, kediaman Presiden/Wapres, bandar

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


29
ancaman

udara internasional, pelabuhan


internasional, eksplorasi/eksploitasi
sumber daya alam, instalasi nuklir,
industri biologi dan kimia skala
besar, industri pertahanan, industri
dan badan keantariksaan dan
Penanggulangan ancaman terhadap obyek vital perusahaan umum percetakan uang
nasional yang bersifat strategis
Republik Indonesia.

3.2.2.4 Terorisme.

Aksi teror bersenjata dilakukan oleh jaringan teroris internasional


yang bekerjasama dengan teroris dalam negeri bereskalasi tinggi
sehingga membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
dan keselamatan segenap bangsa.

3.2.2.5 Pemberontakan Bersenjata.

Gerakan separatis bersenjata di beberapa wilayah Indonesia


yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang berkeinginan untuk
memisahkan diri dari NKRI dengan mengeksploitasi kelemahan
penyelenggaraan fungsi pemerintahan yang dapat mengganggu
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa.

3.2.2.6 Konflik Komunal.

Konflik komunal merupakan ancaman yang berpontensi terjadi


karena heterogenitas masyarakat Indonesia dengan keragaman
suku bangsa, agama, etnis dan golongan. Selain hal tersebut
di Indonesia masih terdapat sejumlah daerah tertinggal yang
sebagian besar dikategorikan daerah rawan konflik. Konflik
komunal juga dapat disebabkan oleh: masalah sengketa lahan,

30 POSTUR PERTAHANAN NEGARA


ancaman

tuntutan kenaikan upah kerja dan ketidakpuasan masyarakat


atas kebijakan publik serta ekses kegiatan politik yang tidak
bermartabat.

3.3 Ancaman Nonmiliter



Ancaman nonmiliter merupakan usaha atau kegiatan tanpa
bersenjata yang dinilai mempunyai kemampuan membahayakan
atau berimplikasi mengancam kedaulatan negara, keutuhan
wilayah negara dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman
ini dapat berasal dari luar negeri dan dapat pula bersumber
dari dalam negeri yang dilakukan oleh aktor negara maupun
nonnegara. Ancaman nonmiliter digolongkan ke dalam ancaman
yang berdimensi antara lain: ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, keselamatan umum, teknologi dan legislasi.

3.3.1 Ancaman berdimensi Ideologi.

Ancaman yang berdimensi Ideologi adalah berkembangnya


ideologi yang bertentangan dengan ideologi Pancasila. Ancaman
tersebut yang berasal dari luar negeri antara lain penetrasi faham
liberalisme dan komunisme. Ancaman dari dalam negeri berupa
dalam bentuk faham anarkis yang dilakukan oleh kelompok-
kelompok radikal dengan alasan keagamaan dan golongan
fundamental anti kemapanan, tindakan tidak konstitusional dan
bertentangan dengan hukum serta kegiatan aliran sesat. Adanya
kecenderungan menguatnya ego kedaerahan dan primordialisme
sempit (ethno-nationalism).

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


31
ancaman

3.3.2 Ancaman berdimensi Politik.

Ancaman berdimensi politik dapat berasal dari luar negeri berupa


tekanan dan intervensi politik, dengan menggunakan isu global
seperti penegakan Hak Azasi Manusia (HAM), lingkungan hidup,
demokratisasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih
dan akuntable. Sedangkan ancaman dari dalam negeri seperti
kurangnya tingkat kedewasaan berpolitik yang berujung pada
mobilisasi massa atau penggalangan kekuatan politik untuk
melemahkan dan atau menumbangkan pemerintah.

3.3.3 Ancaman berdimensi Ekonomi.

Ancaman berdimensi ekonomi dari luar negeri antara lain berupa


embargo atau bentuk-bentuk penghalang nontarif (nontariff barrier)
terhadap produk-produk ekspor maupun impor barang-barang
kebutuhan strategis. Sementara itu ancaman berdimensi ekonomi
dari dalam negeri antara lain inflasi yang tinggi, pengangguran,
kemiskinan, kesenjangan ekonomi, infrastruktur yang buruk.

3.3.4 Ancaman berdimensi Sosial Budaya.

Ancaman berdimensi sosial budaya misalnya: konflik horizontal


seperti pertikaian suku, agama, ras, dan antar golongan.
Penggunaan teknologi informasi yang tidak terkontrol dapat
memicu terjadinya benturan antar peradaban, termasuk dampak
peredaran dan penyalahgunaan narkoba yang dapat mengancam
generasi muda. Rendahnya kualitas SDM menyebabkan lemahnya
daya saing yang berakibat meningkatnya pengangguran sehingga
dapat memicu terjadinya kerawanan sosial. Korupsi sebagai
akibat rendahnya kualitas moral SDM dan lemahnya penegakan
hukum berdampak pada terhambatnya pembangunan nasional.

32 POSTUR PERTAHANAN NEGARA


ancaman

3.3.5 Ancaman berdimensi


Keselamatan Umum.

Ancaman terhadap keselamatan


umum dapat terjadi karena bencana
alam maupun bencana sosial yang
tidak dapat diprediksi. Bencana alam
seperti tsunami, gempa bumi, banjir,
puting beliung, kekeringan, tanah
longsor, erupsi gunung berapi dan
kebakaran hutan. Bencana sosial
seperti kerusuhan, konflik horisontal,
pencemaran lingkungan hidup,
epidemi penyakit dan kegagalan
Ancaman berdimensi
infrastruktur sosial. keselamatan umum

3.3.6 Ancaman berdimensi Teknologi.

Dampak kemajuan teknologi dibidang informasi yang selalu


berorientasi terhadap bisnis dan mengabaikan aspek moral.
Program TV yang tidak memiliki standar untuk acara-acara
yang ditonton anak-anak, internet yang tidak dapat dikontrol
secara penuh. Kejahatan yang memanfaatkan siber antara lain
kejahatan perbankan, penyadapan dan pembajakan hak cipta.
Ancaman berdimensi teknologi juga dapat terjadi dalam bentuk
penyalahgunaan agensia biologi patogen untuk melancarkan
bioterorisme dan perang biologi.

3.3.7 Ancaman berdimensi Legislasi.

Ancaman berdimensi legislasi berpotensi terjadi dalam proses


pembentukan atau pemaknaan substansi suatu undang-undang

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


33
ancaman

yang dapat menyebabkan ancaman terhadap kedaulatan wilayah,


keutuhan NKRI dan keselamatan segenap bangsa. Dimensi
ancaman legislasi antara lain: adanya upaya pihak-pihak luar
yang ingin mewujudkan perundang-undangan di Indonesia sesuai
kepentingannya, mengintervensi proses penyusunan perundang-
undangan dan melemahkan ataupun berupaya mencabut
perundang-undangan yang tidak sesuai dengan kepentingannya.

3.4 Ancaman Hibrida


Hakikat ancaman hibrida adalah ancaman yang bersifat
campuran yang merupakan keterpaduan antara ancaman militer
dan nonmiliter. Ancaman hibrida antara lain mengkombinasikan
antara ancaman konvensional, asimetrik, teroris dan cyber
warfare serta kriminal yang beragam dan dinamis. Selain berbagai
kombinasi ancaman tersebut, ancaman hibrida dapat juga berupa
keterpaduan serangan antara penggunaan senjata kimia, biologi,
nuklir dan bahan peledak (Chemical, Biological, Radiological,
Nuclear and Explosive/CBRNE) dan perang informasi.

3.5 Bentuk Ancaman


Implikasi dari perkembangan lingkungan strategis saat ini
dan kedepan akan mempengaruhi timbulnya berbagai bentuk
ancaman. Adapun bentuk-bentuk ancaman yang menjadi prioritas
pertahanan negara dapat dikategorikan dalam ancaman nyata
dan ancaman belum nyata.

34 POSTUR PERTAHANAN NEGARA


ancaman

3.5.1. Ancaman Nyata

Ancaman nyata adalah ancaman yang sewaktu-waktu


terjadi yang terdiri dari: terorisme dan radikalisme, separatisme
dan pemberontakan bersenjata, bencana alam, pelanggaran
wilayah perbatasan, perompakan dan pencurian kekayaan alam,
wabah penyakit, serangan siber dan spionase, peredaran dan
penyalahgunaan narkoba.

3.5.2. Ancaman Belum Nyata

Ancaman belum nyata merupakan bentuk ancaman yang


masih belum menjadi prioritas didasarkan analisa strategis.
Ancaman ini dapat berupa konflik terbuka/perang konvensional
(konflik tetap ada namun kecil kemungkinan terjadi) dan berbagai
bentuk ancaman lainnya yang juga akan berpotensi sewaktu-
waktu terjadi.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


35
Bab 4

POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

4.1 Umum
Pembangunan pertahanan negara berpedoman kepada
kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun
2005-2025 sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2007 dan Kebijakan Umum Pertahanan Negara
yang dilegalisasi oleh Presiden. Rencana strategis pembangunan
bidang pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan sesuai
dengan pentahapan perencanaan pembangunan untuk periode 5
(lima) tahunan. Penyelenggaraan dan pengelolaan pembangunan
pertahanan negara tertuang pada penyusunan Postur Pertahanan
Negara yang meliputi kemampuan, kekuatan dan gelar pertahanan
militer dan pertahanan nirmiliter. Pembangunan pertahanan negara
diarahkan untuk membangun postur pertahanan yang tangguh
dan memiliki kekuatan penangkalan sebagai negara kepulauan
dalam mendukung kebijakan PMD.

Pembangunan Postur Pertahanan Negara pada Tahap I


tahun 2010-2014 merupakan pentahapan pembangunan sebagai
starting point Renstra selanjutnya untuk mencapai kondisi
pemenuhan Minimum Essential Force (MEF) pertahanan negara.
Dihadapkan dengan perkembangan lingkungan dan konteks

111
36 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

strategis yang menghadirkan berbagai potensi ancaman sangat


mempengaruhi terhadap pembangunan postur pertahanan negara.
Untuk menjaga kesinambungan pembangunan pertahanan negara
maka pentahapan akan dilanjutkan pada Tahap II tahun 2015-
2019 dan Tahap III tahun 2020-2024.

4.2 Tantangan
Pembangunan Postur Pertahanan Negara tidak terlepas dari
berbagai tantangan yang berasal dari dalam maupun dari luar yang
timbul. Timbulnya berbagai tantangan tersebut menjadi perhatian
khusus pada setiap Renstra Pembangunan Kekuatan Pokok
Pertahanan. Hal tersebut akan di eliminir dengan meningkatkan
kemampuan melalui pembangunan Postur Pertahanan Negara.
Berbagai bentuk tantangan dalam pembangunan postur berupa
perubahan geopolitik internasional, potensi ancaman terhadap
kedaulatan negara dan kemungkinan adanya embargo terhadap
Alutsista TNI.

Perubahan geopolitik internasional yang ditandai dengan


memudarnya prinsip multilateralisme dan menguatnya pendekatan
unilateralisme yang berdampak pada berkembangnya doktrin
pertahanan pre-emptive strike akan mengubah sama sekali
tataran politik internasional dan dapat menembus batas-batas
yurisdiksi sebuah negara di luar kewajaran hukum internasional
yang berlaku saat ini. Selain itu, menguatnya kemampuan militer
negara tetangga yang secara signifikan melebihi kemampuan
pertahanan Republik Indonesia telah melemahkan posisi tawar
dalam ajang diplomasi internasional. Oleh karena itu, salah satu
tantangan utama pembangunan kemampuan pertahanan dan
keamanan yang harus diatasi pada masa mendatang adalah

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


37
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

membangun kekuatan pertahanan yang melampaui kekuatan


pertahanan minimal dan mampu mendukung PMD, sehingga
disegani di kawasan regional dan internasional.

Potensi ancaman yang didukung dengan perkembangan


metode dan alat teknologi tinggi diperkirakan akan makin meningkat
pada masa mendatang. Potensi dan ancaman tersebut adalah
terorisme, konflik komunal, kejahatan transnasional, kejahatan
terhadap kekayaan negara terutama di wilayah yurisdiksi laut
Indonesia dan wilayah perbatasan, serta berkembangnya variasi
tindak kriminal konvensional. Tantangan lain dalam pembangunan
pertahanan dan keamanan adalah meningkatkan profesionalisme
TNI, kesejahteraan prajurit serta penguatan kapasitas lembaga
intelijen dan kontra intelijen dalam rangka menciptakan keamanan
nasional.

Ancaman dan gangguan bagi kedaulatan negara, keutuhan


wilayah dan keselamatan bangsa, sangat terkait dengan posisi
geografis yang strategis, sumber kekayaan alam, serta sumber daya
manusia yang berkaitan dengan belum tuntasnya pembangunan
karakter kebangsaan. Terkait dengan posisi geografis memicu
perebutan pengaruh oleh negara-negara lain yang mempunyai
berbagai kepentingan. Sementara sumber kekayaan alam
yang melimpah menjadi kebutuhan sangat mendasar bagi
negara yang perlu dipertahankan. Sedangkan pembangunan
sumber daya manusia, dengan belum tuntasnya pembentukan
karakter kebangsaan, terutama pemahaman mengenai masalah
multikulturalisme yang bersifat kedaerahan akan berdampak pada
munculnya gerakan separatisme dan konflik horizontal.

Kemampuan pertahanan dan keamanan saat ini dihadapkan


pada posisi pembangunan kekuatan pokok pertahanan yang
belum selesai sesuai tahapan pembangunan. Situasi kekurangan

111
38 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

jumlah dan ketidaksiapan Alutsista serta alat utama lainnya jika


tidak dilaksanakan melalui percepatan pembangunan akan
menyulitkan pelaksanaan tugas dalam menegakkan kedaulatan
negara, menjaga keutuhan wilayah dan menyelamatkan segenap
bangsa. Keadaan tersebut diperburuk oleh terjadinya kelemahan
sistemik Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung
pertahanan yang merupakan prasyarat berfungsinya sistem
pertahanan semesta.

Tantangan yang juga harus diatasi untuk membangun


kemampuan pertahanan dan keamanan dengan meningkatkan
jumlah dan kondisi Alutsista TNI untuk mencapai kekuatan yang
melampaui kekuatan pertahanan minimal. Upaya dilakukan
dengan mengembangkan alat utama TNI, lembaga intelijen, sesuai
dengan kemajuan teknologi, meningkatkan kesiapan Komponen
Cadangan dan Komponen Pendukung termasuk membangun
kemampuan industri pertahanan nasional.

Modernisasi Alutsista TNI


masih memungkinkan terhambat
oleh embargo yang dilakukan oleh
beberapa negara. Pembangunan
Alutsista TNI sebagian besar masih
tergantung pada produk dari luar
Proses produksi Panser Anoa oleh
negeri. Kondisi itu belum sepenuhnya PT Pindad
dapat didukung oleh kemampuan
industri pertahanan nasional. Ketidaksesuaian antara kebutuhan
Alutsista dengan kemampuan teknis dan finansial industri nasional,
merupakan salah satu penyebab ketertinggalan dan ketergantungan
peralatan pertahanan terhadap negara lain. Dengan demikian,
untuk mewujudkan kemandirian dalam pembangunan pertahanan
negara diperlukan industri nasional yang tangguh.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


39
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

4.3 Arah Pembangunan


Pembangunan Postur Pertahanan Negara diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan pertahanan negara, baik pertahanan
militer maupun pertahanan nirmiliter. Potensi ancaman yang
dihadapi Indonesia semakin kompleks dan beragam memerlukan
kemampuan pertahanan negara yang kuat. Postur Pertahanan
Negara terus disesuaikan dan diarahkan agar dapat menjawab
berbagai kemungkinan tantangan, ancaman potensial dan aktual.

Pembangunan Komponen Utama diarahkan untuk


menghadapi ancaman militer dan ancaman hibrida. Pembangunan
postur pertahanan matra darat diarahkan untuk mampu
mengamankan wilayah daratan dan perbatasan darat dari
berbagai ancaman, serta mampu memberikan dukungan operasi
kepada matra lain. Pembangunan matra laut diarahkan untuk
membangun kemampuan dalam mengamankan luasnya wilayah
laut Nusantara di permukaan dan kedalaman serta memberikan
dukungan dan kompatibilitas terhadap pergerakan matra darat
dan udara. Pembangunan postur matra udara diarahkan untuk
dapat mengawasi terutama ruang udara nasional dan sebagian
ruang udara regional, mampu melakukan penjagaan ruang udara
nasional, mampu memanfaatkan ruang angkasa, dan memberikan
dukungan operasi bersama antarmatra.

Pembangunan Komponen Cadangan dari sumber daya


nasional diselenggarakan dengan memperhatikan keseimbangan
antara hak-hak sipil dan kewajiban warga negara dalam usaha
pertahanan negara. Pelaksanaannya disusun secara terencana,
bertahap, dan proporsional yang dikembangkan dan disiagakan
di tiap daerah sesuai kebutuhan setiap matra. Secara ekonomi,
Komponen Cadangan ini akan lebih realistis dan tidak menggunakan

111
40 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

anggaran pertahanan yang besar. Komponen Cadangan ini


akan mempunyai kekuatan ganda yang dapat memperbesar
dan memperkuat Komponen Utama dalam penyelenggaraan
pertahanan militer dan sekaligus dapat memperkuat pertahanan
nirmiliter sebagai unsur lain. Dengan demikian, pembangunan
Komponen Cadangan akan menekankan pada aspek kemampuan
yang dimiliki. Selanjutnya, di masa datang kualitas Komponen
Cadangan akan sejalan dengan perkembangan kualitas dari
Komponen Utama, namun dari aspek kuantitas akan lebih besar
dari Komponen Utama dan lebih sedikit jumlah personelnya dari
Komponen Pendukung dalam satu kerangka piramida kekuatan
pada Sistem Pertahanan Semesta.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


41
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Pembentukan Komponen Pendukung dengan


memanfaatkan kondisi sumber daya alam dan buatan,
sinkronisasi pembangunan sarana, prasarana nasional terhadap
kepentingan pertahanan, partisipasi masyarakat madani dalam
penyusunan kebijakan pertahanan negara, komponen bela negara
masyarakat, dukungan mutualisme industri strategis pertahanan
negara baik secara langsung maupun kemampuan konversi
industri, serta keberlanjutan pembiayaan pertahanan negara
melalui pengelolaan keuangan negara. Peran lembaga legislatif
(DPR) sangat perlu segera mendukung perwujudan Komponen
Cadangan dan Komponen Pendukung melalui penetapan regulasi
terkait dengan dua komponen pertahanan negara tersebut. Tanpa
adanya dukungan regulasi, maka sistem pertahanan negara tidak
mungkin diimplementasikan dalam tatanan kehidupan berbangsa
dan bernegara.

111
42 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Pembangunan postur Pertahanan nirmiliter diarahkan dalam


rangka mendukung pembangunan nasional yang mendukung
kebijakan PMD terutama terkait budaya maritim, pengelolaan
sumberdaya laut, pembangunan infrastruktur dan konektifitas
maritim serta diplomasi maritim untuk mencapai kesejahteran dan
keamanan nasional. Unsur pertahanan nirmiliter dibangun sebagai
kekuatan utama dalam menangkal ancaman nonmiliter yang
berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi,
keselamatan umum, dan ancaman yang berdimensi legislasi.

4.4 Kerangka Pokok


Postur Pertahanan Negara yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan postur pertahanan militer dan pertahanan
nirmiliter. Integrasi pertahanan negara berdasarkan strategi
yang merefleksikan kemampuan, kekuatan dan gelar kekuatan
pertahanan. Dalam rangka melaksanakan strategi pertahanan
negara, Postur Pertahanan Negara dikembangkan untuk mencapai
standar penangkalan (deterrence standard), yakni postur yang
mampu menangkal dan mengatasi ancaman agresi terhadap
kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan
bangsa.


Dalam lingkup tersebut, Postur dikembangkan untuk
menghadapi kondisi terburuk berupa perang. Jika Postur
Pertahanan Negara yang dibangun dengan standar konvensional
mampu mempertahankan diri dari agresi, niscaya tugas-tugas
pertahanan lainnya akan dapat dilaksanakan.

Pembangunan Postur dilakukan dengan menyinergikan


segenap kekuatan pertahanan. Pembangunan pertahanan militer

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


43
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

berbasis Alutsista dan pertahanan nirmiliter berbasis perlawanan


tidak bersenjata. Khusus untuk Postur Pertahanan Militer
dikembangkan dalam pola Tri-Matra Terpadu antara kekuatan
matra darat, kekuatan matra laut, dan kekuatan matra udara.
Kemampuan tersebut diwujudkan sesuai standar kemampuan
pertahanan (capability based defence) dan disesuaikan dengan
kondisi kemampuan anggaran. Standar kemampuan tersebut pada
hakikatnya merupakan postur pertahanan reguler, yakni wujud
pertahanan konvensional untuk menghadapi ancaman militer dari
negara lain dalam kurun waktu tertentu. Pembangunan Postur
Pertahanan Negara harus mencerminkan kapabilitas pertahanan
yang melampaui tingkat MEF.

4.5 Strategi Perancangan Postur


Pembangunan Postur Pertahanan Negara didasarkan
pada kemampuan negara dalam mengalokasikan anggaran
pertahanan dengan tidak mengganggu keseimbangan sektor-
sektor pembangunan nasional secara menyeluruh. Meskipun
demikian dalam membangun Postur Pertahanan Negara harus
pula memperhatikan urgensi fungsi pertahanan berdasarkan
dinamika kondisi lingkungan dan konteks strategis berdimensi
ancaman yang dihadapi.

Strategi Perancangan Postur Pertahanan Negara sampai


dengan tahun 2024 disusun sebagai berikut:

Pertama, kecenderungan dalam beberapa tahun yang


akan datang, anggaran masih menjadi faktor penentu terhadap
desain postur pertahanan. Skema anggaran pertahanan untuk
pembangunan Postur Pertahanan Negara disusun sebagai berikut;
Anggaran pertahanan mulai tahun 2015 diproyeksikan sebesar

111
44
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

2,2% dari PDB yang bergeser ke arah peningkatan secara bertahap


pada tahun-tahun berikutnya hingga mencapai 3,14% dari PDB
pada tahun 2024. Hal tersebut diarahkan untuk menyelaraskan
pembangunan pertahanan terhadap pembangunan ekonomi
dengan mengutamakan pembangunan SDM melalui pendidikan
nasional untuk mencapai Indonesia mandiri, maju, adil dan
makmur.

Kedua, perancangan Postur Pertahanan Negara didasarkan


atas beberapa pembangunan sebagai berikut:

Pembangunan industri per­


tahanan. Pemerintah melakukan
penelitian dan pengembangan
industri pertahanan untuk memper­
kecil risiko dan ancaman yang
disebabkan kemungkinan adanya
embargo. Selain hal tersebut Helikopter buatan
PT Dirgantara Indonesia
pemerintah melakukan koordinasi,
pembinaan dan pengawasan terhadap implementasi dari kebijakan
dan regulasi industri pertahanan. Peningkatan pembangunan
industri pertahanan ini dimaksudkan untuk mendorong dan
memajukan pertumbuhan industri pertahanan, termasuk kegiatan
untuk memajukan industri dalam negeri.

Dalam rangka membangun kemampuan pertahanan


secara mandiri serta membangun kemandirian dibidang Industri
Pertahanan, Pemerintah menetapkan Program Nasional yang
memberikan arah dan sasaran dalam penguasaan teknologi
dibidang pertahanan. Program nasional ini didukung dengan
SDM yang memadai, penguasaan teknologi, sarana prasarana,
kebijakan, sinkronisasi program lintas K/L, kerjasama industri

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


45
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

pertahanan baik dalam negeri


maupun luar negeri, termasuk
pembiayaan. Program nasional
meliputi 7 (tujuh) program, yaitu
pengembangan Jet Tempur KF-X/
IF-X, pembangunan Kapal Selam,
pembangunan Industri Propelan,
pengembangan Roket Nasional,
pengembangan Rudal Nasional, pengembangan Radar Nasional
dan pengembangan Tank Sedang dan berat.

Pembangunan intelijen. Pembangunan kemampuan


intelijen, baik melalui suprastruktur, seperti peningkatan kualitas
kemampuan di BIN (Badan Intelijen Negara), BAIS TNI (Badan
Intelijen Strategis TNI), dan tataran berurutan bawahnya dari
lembaga/institusi intelijen lainnya, maupun intelijen dari infrastruktur
dalam kerangka mengimplementasikan pertahanan negara dari
ancaman militer dan nonmiliter secara sinergis disertai dengan
pemanfaatan dan penguasaan teknologi siber.

Pembangunan Wilayah Perbatasan dan Pulau-Pulau


Kecil Terluar (PPKT). Pembangunan Wilayah Perbatasan dan
PPKT difokuskan pada pemberdayaan wilayah pertahanan untuk
meningkatkan pengamanan wilayah daratan dan perbatasan darat
melalui konsep sabuk pengamanan (security belt) secara terpadu
dan peningkatan pengamanan pulau-pulau kecil terdepan/terluar
sebagai beranda depan NKRI, terutama di wilayah perbatasan
Papua, Kalimantan, NTT dan Kepulauan Natuna.

Pembangunan Sistem Pertahanan Udara Nasional


(Sishanudnas). Pembangunan Sishanudnas dibentuk secara
terintegrasi untuk menjamin keunggulan wilayah udara nasional

111
46
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

secara komprehensif dan


strategis dengan didukung
oleh teknologi yang memadai.
Alutsista yang digunakan
dengan pemanfaatan
radar-radar yang mampu
mencakup seluruh wilayah
Alutsista Pertahanan Udara Nasional
NKRI. Radar-radar yang ada
harus mampu dikembangkan
dan diintegrasikan dengan satelit untuk mengamankan wilayah
udara nasional serta didukung oleh pemanfaatan sistem Pesawat
Terbang Tanpa Awak (PTTA/drone).

Pembangunan Satuan Komunikasi dan Elektronika


(Satkomlek). Pembangunan Sishanudnas yang baik harus
didukung oleh pembangunan Satkomlek sebagai perwujudan
antisipasi globalisasi dan ancaman yang sarat dengan teknologi
dan komunikasi satelit. Pembangunan Satkomlek dilaksanakan
secara terkoordinasi dan terintegrasi, sehingga diharapkan dapat
merespons terhadap setiap kemajuan dan perubahan teknologi
yang semakin meningkat.

Pembangunan Satuan Peluru Kendali Strategis (Sat


Rudal Strat). Pembangunan Sat Rudal Strat di era globalisasi
dan modernisasi sistem persenjataan sangat diperlukan. Terlebih,
persoalan pertahanan yang melibatkan kekuatan militer dan
kekuatan nirmiliter tak dapat dilepaskan dari hal-hal yang strategis
sebagai kekuatan pemukul. Sat Rudal Strat dapat dilakukan dari
darat ke darat, dari darat ke laut, dari darat ke udara atau dari laut
ke darat, dari laut ke laut, dari laut ke udara atau dari udara ke
darat, dari udara ke laut, dari udara ke udara.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


47
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Ketiga, Pembangunan Kelembagaan. Pembangunan


kelembagaan diselenggarakan melalui pembangunan Kantor
Pertahanan (Kanhan) di daerah. Keberadaan Kanhan sebagai
Instansi vertikal Kemhan dioperasionalkan untuk mengintegrasikan
dan menyinergikan penyelenggaraan pertahanan militer dan
pertahanan nirmiliter di daerah secara lebih optimal.

4.6 Sasaran Pembangunan


Timbulnya berbagai potensi ancaman terhadap kedaulatan
negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa
menjadi acuan bagi pembangunan Postur Pertahanan Negara.
Pembangunan kekuatan pertahanan sesuai RPJPN Tahun 2005-
2025 untuk mewujudkan Indonesia aman, damai dan bersatu.
Sasaran pembangunan yang hendak dicapai adalah untuk
mewujudkan pembangunan Postur Pertahanan Negara yang
handal dan mampu mendukung PMD serta disegani di kawasan
regional dan internasional. Untuk mencapai sasaran diperlukan
manajemen pertahanan yang komprehensif dan adaptif dengan
didukung oleh teknologi yang handal.

4.6.1 Postur Pertahanan Militer

Pembangunan postur pertahanan militer dilakukan dengan


mewujudkan penataan organisasi melalui pembangunan 3 (tiga)
wilayah pertahanan, yang dimaksudkan untuk mewujudkan
strategi militer yang bersifat Trimatra Terpadu. Pembangunan
tetap berorientasi pada pembentukan Kogabwilhan yang
didukung oleh profesionalisme dan kesejahteraan prajurit, dalam
rangka mewujudkan pertahanan maritim yang berperan sebagai
pilar dalam menopang PMD. Pertahanan militer diselenggarakan

111
48
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

dalam rangka mempersiapkan pertahanan yang bersifat semesta,


mempersiapkan pertahanan defensif aktif dan menyusun
pertahanan berlapis guna menghadapi ancaman.

4.6.1.1 Kekuatan Pertahanan Militer

a. Kekuatan Komponen Utama

Postur Komponen Utama yang dibangun di masa


datang tidak diarahkan untuk menambah personel dan tetap
berorientasi pada struktur piramida. Penataan organisasi
menjadi salah satu aspek yang dibenahi dalam membangun
postur komponen utama. Penataan organisasi harus dapat
mewujudkan strategi militer yang bersifat Trimatra Terpadu.
Pembentukan organisasi baru atau pengembangan
organisasi yang ada tidak otomatis berimplikasi kepada
penambahan personel untuk memperbesar kekuatan. Jumlah
kekuatan personel Komponen Utama yang ada saat ini akan
dipertahankan dan relatif tidak dilakukan penambahan.
Pengisian organisasi bentukan baru atau organisasi yang
dikembangkan diprioritaskan dari personel yang ada.

Pelaksanaan pengisian organisasi bentukan baru


diintegrasikan dengan penataan Markas Besar (termasuk
Kementerian Pertahanan), Balakpus, dan Markas Komando
di tingkat Kotama. Penataan organisasi pada tingkat
tersebut diarahkan pada perampingan organisasi sehingga
menjadi efektif dan berbasis kinerja. Pelaksanaannya
melalui perubahan sistem dari padat manusia menjadi padat
teknologi dan diawaki oleh personel yang berkualitas tinggi
(high-quality based and merit system). Organisasi pada
tingkatan tersebut tidak mengikuti model piramida; personel

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


49
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

TNI dengan pangkat rendah atau pegawai negeri sipil dengan


golongan rendah dan dengan latar belakang pendidikan
SMA ke bawah perlu dibatasi. Pengisian organisasi pada
tingkatan tersebut adalah yang berkualifikasi pendidikan
tinggi setingkat pascasarjana yang sesuai dengan bidang
atau fungsi yang diembannya.

Pola rekrutmen prajurit/


pegawai harus benar-benar selektif
dengan persyaratan yang ketat
sesuai kebutuhan tugas dan fungsi
organisasi. Pada tingkatan operasional
yakni kesatuan-kesatuan lapangan
setingkat Batalyon sampai Divisi,
penataan organisasi menggunakan
model Piramida yang menekankan
pada integritas kemampuan sesuai
Latihan fisik guna membentuk sosok prajurit
yang tanggap, tanggon, dan trengginas tugas yang diemban. Dalam hal ini
mengutamakan integritas dari faktor
intelektual, mental, dan fisik dalam membentuk sosok prajurit
yang tanggap, tanggon, dan trengginas. Pembangunan
Postur kekuatan Komponen Utama meliputi:

1) Mabes TNI

Mabes TNI terdiri atas staf Mabes TNI, Balakpus


TNI, dan Staf Pelayanan. Kondisi saat ini dan perkiraan
yang akan datang untuk mendukung kepentingan
pertahanan, diantaranya perlu dicermati hal-hal sebagai
berikut:
Pertama, Kohanudnas yang dibentuk untuk
menjamin keunggulan wilayah udara nasional secara

111
50
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

komperhensif dan strategis. Alutsista dipergunakan,


utamanya dengan pemanfaatan satelit sebagai sarana
komunikasi pertahanan dan keamanan, maupun sistem
informasi pertahanan negara dan pengintegrasian
radar-radar yang mampu mencakup seluruh wilayah
NKRI. Radar-Radar yang ada perlu dikembangkan
dan diintegrasikan dengan satelit untuk mengamankan
wilayah udara nasional. Penentuan Air Defence
Identification Zone (ADIZ) yang meliputi dari Sabang
sampai Merauke sebagai wilayah yurisdiksi nasional.

Kedua, Bais TNI sebagai pengembangan


dan penjabaran informasi akurat yang harus mampu
mengintegrasikan kemampuan intelijen TNI/Militer dan
memfasilitasi atau mengakomodasi setiap angkatan.
Pembangunan dan pengembangan kemampuan
intelijen harus terus ditingkatkan. Jika memungkinkan
seluruh bidang pertahanan harus mempunyai
kemampuan intelijen baik yang bertaraf nasional
maupun internasional.

2) TNI AD

TNI AD terdiri atas kekuatan terpusat, kekuatan


kewilayahan, dan kekuatan pendukung yang didukung
oleh Alutsista modern dan ketersediaan pangkalan.
Perbatasan wilayah darat dengan negara tetangga
seperti PNG, Malaysia, dan Timor Leste merupakan
area yang luas dan memerlukan pengawasan yang
optimal. Perbatasan tersebut menyimpan potensi
konflik yang setiap saat bisa timbul seperti: pemindahan
pilar batas wilayah, illegal logging, human trafficking,

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


51
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

dan penyelundupan barang-barang ilegal. Di sisi lain


kekuatan yang ada tidak seimbang antara kekuatan
Kodam/Satuan yang berada di P. Jawa dengan Kodam/
Satuan di luar P. Jawa, terutama pada Kodam-Kodam
di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku, dan
Papua, sehingga belum mampu mendukung peran
dan Tupok TNI AD. Adapun penjabaran kekuatan TNI
AD adalah:

Kekuatan Terpusat. Saat ini kekuatan terpusat


diproyeksikan pada 2 Trouble Spots. Di masa
depan akan diproyeksikan pada 4 Trouble Spots
untuk menjangkau wilayah konflik maupun wilayah
perbatasan dengan negara tetangga, sehingga
diperlukan pengembangan 2 Divisi Infanteri Kostrad
untuk menjangkau seluruh wilayah nasional, namun
demikian pengerahan kekuatan tersebut masih sangat
dipengaruhi kemampuan sarana angkutan laut maupun
udara.

Struktur Kesatuan Infanteri Kostrad akan disusun


ke dalam satuan yang
berkemampuan Linud,
Raiders/Mobud, serta
Mekanis. Satuan-satuan
Kostrad dikembangkan
untuk dapat digelar di
daerah-daerah operasi
dengan karakteristik
yang ada di Indonesia.
Multiple Launch Rocket System (MLRS) Astros II sebagai bagian dari Satuan-satuan reguler
modernisasi Alutsista TNI AD yang ada saat ini akan

111
52
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

dikembangkan secara bertahap ke arah satuan Infanteri


Mekanis guna menyesuaikan revolusi di bidang militer
(Revolution in Military Affairs/RMA) yang berpengaruh
terhadap strategi perang dan strategi militer. Satuan
Kavaleri Kostrad secara bertahap akan diperbarui
dengan titik berat pada pengadaan Kendaraan Tempur
yang dilengkapi dengan sistem senjata yang modern
yang menjamin efektifitas serta daya gerak dan daya
tembak.

Satuan Artileri Medan Kostrad secara


bertahap diperbarui dengan mengutamakan sistem
senjata Armed generasi baru untuk menggantikan
sistem senjata generasi lama yang kurang layak pakai
dan tidak efektif untuk dipertahankan atau digunakan
dalam perang modern. Satuan Arhanud Kostrad secara
bertahap diperbarui dengan sistem senjata Arhanud
generasi baru untuk menggantikan sistem senjata
generasi lama yang kurang layak pakai dan tidak
efektif lagi untuk digunakan dalam perang modern.
Satuan Arhanud juga dilengkapi dengan sistem senjata
roket buatan dalam negeri yang diintegrasikan dengan
sistem roket TNI AL dan TNI AU dalam sistem komando
yang dikendalikan melalui satelit. Satuan Zeni Kostrad
disusun sesuai dengan kepentingan satuan yang
didukungnya, misalnya, Infanteri Linud, Mobud, Raider,
dan Mekanik dengan teknologi modern.

Kekuatan Kopassus terdiri atas 2 Grup


Parako, 1 Grup Sandha, 1 Satuan Gultor, dan 1 Pusat
Pendidikan Passus tetap dipertahankan. Perubahan
organisasi lebih dititikberatkan pada validasi orga­

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


53
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

nisasi berdasarkan eva­


lu­
asi terhadap orga­
nisasi yang ada. Validasi
yang berakibat kepada
penghapusan atau
penam­bahan orga­ni­
sasi ditujukan pada
pening­katan efektifitas
dan keandalan serta ciri
Kopassus. Kopassus
diarahkan memiliki kemampuan mobillitas yang tinggi
yang digerakkan melalui angkutan darat dan udara.

Kekuatan Kewilayahan. Pengembangan dan


pemantapan Komando Kewilayahan seperti Korem,
Kodim serta unsur Satintel, Satpur dan Banpur
disesuaikan dengan luasnya wilayah. Organisasi
Kodam akan disesuaikan dengan pembentukan Kodam
Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, Kodam
Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah, serta Kodam
Papua Barat. Dengan pembentukan 3 Kodam baru,
maka nantinya keseluruhan Kodam akan berjumlah 15
Kodam. Untuk pengembangan Kodam selanjutnya akan
disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi
di daerah. Setiap Kodam akan dilengkapi masing-
masing minimal dengan 1 Brigade Infanteri, 1 Batalyon
Infanteri Raider, dan 1 Yon Mekanis serta 1 Batalyon
Satbanpur, 1 Batalyon Satbanmin dan dilengkapi
dengan satuan Penerbad untuk mendukung mobilitas,
dalam menyelenggarakan strategi penangkalan.

111
54
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Brigade Infanteri Kodam akan disusun ke


dalam Yonif-Yonif yang mempunyai kemampuan
sesuai tipologi wilayah operasi yakni perkotaan, hutan,
gunung, dan ralasuntai. Satuan Kavaleri Kodam
secara bertahap diperbarui dengan titik berat pada
Ranpur generasi baru yang dilengkapi sistem senjata
guna mempertinggi daya gerak dan daya tembak
(Armored). Satuan Armed Kodam diperbarui secara
bertahap dengan sistem senjata Armed generasi baru
untuk menggantikan sistem senjata generasi lama
yang kurang layak pakai dan tidak efektif lagi untuk
dipertahankan atau digunakan dalam perang modern.
Satuan Arhanud Kodam diperbarui secara bertahap
dengan sistem senjata Arhanud generasi baru untuk
menggantikan sistem senjata generasi lama yang
kurang layak pakai dan tidak efektif lagi untuk digunakan
dalam perang modern. Satuan Arhanud Kodam juga
dilengkapi dengan sistem senjata roket buatan dalam
negeri yang diintegrasikan dengan sistem roket TNI AL
dan TNI AU dalam sistem komando yang dikendalikan
dengan menggunakan satelit. Satuan Zeni Tempur
Kodam secara bertahap divalidasi dari kondisi satuan

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


55
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

yang padat manusia menjadi padat teknologi. Satuan-


satuan Banmin Kodam secara bertahap direvitalisasi
dengan peralatan modern.

Satuan-satuan jajaran Komando Kewilayahan


(Kowil) di tingkat Provinsi ditingkatkan minimal menjadi
Korem. Penambahan Kowil baru atau pengembangan
Kowil yang sudah ada dapat diselenggarakan
didasarkan pada perkembangan daerah dengan tidak
mengakibatkan penambahan jumlah personel baru.
Pelaksanaannya sedapat mungkin ditempuh melalui
pergeseran personel yang ada pada wilayah Kodam
yang bersangkutan.

Kekuatan Pendukung. Kekuatan Satuan


Pendukung Brigade Infanteri Kodam akan disusun ke
dalam Yonif-Yonif yang mempunyai kemampuan Mobud
dan Hutan Gunung Rawa Laut serta Mekanis. Satuan-
satuan Brigif Kodam dikembangkan sesuai dengan
kondisi geografi daerah yang menjadi daerah operasi
satuan-satuan tersebut, sedangkan Yonif Kodam
yang sudah tergelar saat ini akan diorganisasikan
menjadi Batalyon-Batalyon di bawah Brigade Infanteri
Kodam. Rancang bangun kekuatan satuan pendukung
diarahkan untuk:

Pertama, Organisasi dari padat manusia


menjadi padat teknologi. Jumlah Personel yang mengisi
kesatuan-kesatuan tersebut tidak perlu besar tetapi
lebih mengutamakan kualitas.

Kedua, Lembaga pendidikan direvitalisasi untuk


menjadi pusat keunggulan (center of excellence),

111
56
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

sehingga benar-benar dapat melaksanakan fungsinya


sebagai wadah untuk pencetak personel TNI yang
berkualitas. Revitalisasi ditujukan pada peningkatan
kualitas 10 komponen pendidikan. Peningkatan
kesejahteraan dan karier tenaga pendidik yang
ditugaskan di lembaga pendidikan secara bertahap
diperbaiki sampai pada tingkatan yang layak.

Ketiga, Satuan Penerbad dikembangkan untuk


mencapai kekuatan yang mampu melayani Kotama-
Kotama dengan kekuatan 1 Flight untuk Makostrad, 1
Skadron Komposit di tiap Divisi, 1 Skadron Komposit
di Kopassus, dan 1 Skadron Komposit di tiap Kodam.
Satuan Penerbad terpusat berkekuatan 9 Skadron
terdiri atas Heli Serbu, Angkut, Intai/Komando dan
Latih yang berkemampuan sebagai Heli serang berat
dan ringan, Heli angkut berat, dan ringan serta pesawat
sayap tetap sesuai dengan kebutuhan.

AH-64 Apache dan Mi-35, Helikoptertempur/serbu modern TNI AD

Keempat, Pengembangan Alutsista. Pengem­


bangan materiil/Alutsista TNI AD secara bertahap
diarahkan untuk diperbaharui Alutsista generasi
baru, menggantikan Alutsista generasi lama yang

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


57
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

tidak efektif untuk membangun daya tangkal. Materiil/


Alutsista berupa senjata Infanteri, senjata Artileri,
senjata Kavaleri, Ranpur/Rantis, Pesawat Udara, Alat
Angkut Air, Matzi, Alhub, Aloptik, Alkapsus dan MKB/
MKK secara bertahap ditambah untuk memenuhi
kebutuhan organisasi ke depan. Pengadaan Alutsista
TNI AD meliputi penggantian/modernisasi senjata
perseorangan dan Alat Angkut Rantis Infanteri, peng­
gantian Ranpur Kavaleri menjadi Ranpur Kavaleri
panser/Tank cannon, penggantian Meriam Artileri
Medan yang mempunyai jangkauan jarak tembak
minimal 11 km serta sistem Roket, penggantian Rudal
yang telah habis masa pakainya dengan Rudal baru
yang dikendalikan melalui satelit, penggantian meriam
Arhanud dengan meriam komposit yang berteknologi
modern, pengembangan pesawat Heli serbu maupun
serang baik ringan maupun berat dan pengembangan

111
58 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

alat angkut, serta pengembangan Matzi/Alhub/ Aloptik


dan Alkapsus kearah alat peralatan yang berteknologi
modern.
Kelima, Pangkalan. Ketersediaan Pangkalan
berupa kantor, asrama dan perumahan mencapai
100%, pangkalan dengan fasilitasnya harus dapat
menjamin fungsi tempat bekerja, tempat berlatih, dan
tempat tinggal sehingga mempunyai kesiapsiagaan
yang tinggi.

3) TNI AL

TNI AL disusun dalam Sistem Senjata Armada


Terpadu (SSAT). SSAT terdiri dari 4 komponen, meliputi:
Kapal Perang, Pesawat Udara, Marinir, dan Pangkalan
yang merupakan kekuatan utama TNI AL dan didukung
oleh kekuatan pendukung lainnya yaitu:

Kapal Perang Republik Indonesia (KRI).


KRI merupakan kekuatan utama dalam penegakan
kedaulatan dan hukum di wilayah perairan NKRI.
Untuk memenuhi kebutuhan yang memadai, jumlah
dan struktur KRI dikembangkan hingga mencapai
kekuatan pokok ideal. Pengembangan kekuatan
diprioritaskan untuk pengadaan Kapal Patroli Cepat
(siap dipasang Rudal bila keadaan krisis), guna
mencapai keseimbangan kekuatan dengan matra
yang lain, sedangkan pengadaan Kapal Selam dan
Kapal Kombatan dilaksanakan secara bertahap untuk
meningkatkan daya tangkal (deterrence). Paralel dengan
pengembangan KRI, juga dikembangkan sistem senjata
Rudal dan sistem Pernika yang dimiliki kemampuan

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


59
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

berimbang dengan negara-negara di kawasan.

Dalam konteks pembinaan dan operasi,


KRI tersebut diwadahi dalam organisasi di bawah
Komando Armada Republik Indonesia (Koarmada RI)
yang dibagi dalam beberapa satuan sesuai dengan
susunan tempurnya yaitu: Satuan Kapal Eskorta,
Satuan Kapal Selam, Satuan Kapal Amfibi, Satuan
Kapal Cepat, Satuan Kapal Ranjau, Satuan Kapal
Patroli dan Satuan Kapal Bantu. Satuan-satuan
kapal tersebut masing-masing membawahi divisi-
divisi sesuai fungsi asasinya. Koarmada RI akan
membawahi Kopaskahanla, Kolathanla, Lantamal
dan tiga Koarmada wilayah sebagai Kolakops
(Komando Armada Barat, Komando Armada Tengah
dan Komando Armada Timur) di mana masing-
masing armada membawahi Guspurla. Dibentuknya
tiga Koarmada wilayah agar dapat mengamankan 3
corong strategis yakni: ALKI-I (Wilayah Barat), ALKI-II
(Wilayah Tengah) dan ALKI-III (Wilayah Timur).

KRI Bung Tomo – 357,


Korvet modern TNI AL

111
60
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Untuk kebutuhan pertahanan dan pengendalian


laut, proyeksi kekuatan ke darat dan untuk penegakan
hukum di laut sesuai kebutuhan operasional, disusun
dalam tiga susunan tempur, yakni: susunan tempur
pemukul (striking force) adalah kelompok kapal-
kapal yang disiapkan secara penuh untuk dapat
melaksanakan tugas-tugas tempur dan pemukul.
Susunan tempur patroli (patroling force) adalah
kelompok kapal-kapal yang disiapkan untuk tugas-
tugas operasi dalam rangka menjaga keamanan
laut. Susunan tempur pendukung (supporting force)
adalah kelompok kapal-kapal yang disiapkan untuk
mendukung susunan tempur pemukul dan susunan
tempur patroli serta tugas-tugas dukungan lainnya.

Sedangkan tingkat kesiapan dan kesiagaan


unsur diperoleh melalui pengaturan yang seimbang
dari struktur kekuatan yang siap operasional, latihan
dan pemeliharaan (Employment Cycle). Penentuan
Employment Cycle selalu dikaitkan dengan anggaran
yang mampu disediakan untuk mewujudkan tingkat
kesiapan yang memadai, oleh karena itu digunakan
Employment Cycle 1/3 : 1/3 : 1/3 untuk Striking
Force yaitu 33,33 % dari kekuatan yang ada dalam
status operasi, 33,33 % siap operasi dan sisanya
melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan di
pangkalan induk. Untuk Patrolling Force dengan pola
40 : 30 : 30, dan untuk Supporting Force dengan pola
60 : 20 : 20.

Kekuatan Tempur KRI ideal berjumlah 274


unit yang diantaranya meliputi: Kekuatan Tempur

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


61
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Pemukul (Striking Force) meliputi 97


unit dengan susunan 36 unit Kapal
Perusak Kawal Rudal/PKR (Frigate),
4 unit Kapal Perusak Kawal Rudal/
PKR (Destroyer), 12 unit Kapal
Selam (KS), 18 unit Perusak Kawal
Rudal/PKR (Korvet) dan 27 unit
Kapal Cepat Rudal (KCR); Kekuatan
Kapal selam sebagai alutsista strategis TNI AL Tempur Patroli (Patroling Force)
92 unit meliputi 42 unit Offshore
Patrol Vessel (OPV) dan 50 unit
Kapal Patroli Cepat; Kekuatan Tempur Pendukung
(Supporting Force) meliputi 85 unit kapal dengan
susunan 4 unit Kapal Landing Helicopter Dock (LHD),
28 unit Kapal Angkut Tank (AT), 8 unit Kapal Landing
Platform Dock (LPD), 6 unit Bantu Rumah Sakit (BRS),
6 unit Kapal Tanker (BCM), 6 unit Kapal Bantu Tunda
(BTD), 6 unit Kapal Bantu Umum (BU), 12 unit Kapal
Hidro Oseanografi (BHO), 6 unit Kapal Buru Ranjau
(BR) dan 3 unit Kapal Latih (LAT).
Pesawat Udara. Pesawat udara (Pesud)
merupakan salah satu unsur kekuatan laut yang vital
untuk mendukung penyelenggaraan fungsi pengen­
dalian laut, penegakan hukum di laut, serta dukungan
proyeksi kekuatan di darat. Guna memenuhi kekuatan
pokok ideal, dibutuhkan sejumlah Pesud berbagai
kemampuan dan jenis yang diproyeksikan sebagai
berikut: Sayap tetap (fix wing) untuk intai taktis, angkut
sedang/ringan, patroli maritim dan latih; Sayap putar
(rotary wing). Untuk AKPA, AKS, angkut sedang/
ringan dan latih.

111
62
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Guna mendukung operasional pesawat


udara TNI AL dibangun pangkalan udara TNI AL
(Lanudal) yang digolongkan dalam tiga kategori
yakni Lanudal Kelas A, Kelas B, dan Kelas C.
Dalam hal pembinaan personel dan pesawat udara,
diorganisasikan dalam 3 Wing Udara (Wing Udara 1
di wilayah Barat, Wing Udara 2 di wilayah Tengah, dan
Wing Udara 3 di wilayah Timur) yang disertai dengan
peningkatan kemampuan fasilitas pemeliharaan dan
perbaikan yang berada di Lanudal. Masing-masing
Wing Udara berada di bawah Balakpus Mabesal
(Puspenerbal).

Wing Udara membawahi Skuadron Udara


100 (Anti Kapal Permukaan), Skuadron Udara 200
(Latih), Skuadron Udara 400 (Anti Kapal Selam),
Skuadron Udara 600 (Angkut Taktis), Skuadron
Udara 800 (Patroli Maritim), masing-masing skuadron
membawahi 12-16 pesawat, disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemungkinan ancaman yang dihadapi.
Dalam hal pemeliharaan dan perbaikan pesawat udara
dilaksanakan oleh Skuadron 900 (Pemeliharaan).
Sedangkan kekuatan ideal Pesud sejumlah 160 buah,
diantaranya 16 Heli AKPA, 16 Heli AKS, 24 MPA, 10
UAV, 32 Heli Angkut, 14 Pesud Angkut, 8 Heli Escort,

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


63
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

16 Latih dasar (8 fixed wing dan 8 rotary wing) dan 12


Latih lanjut (6 fixed wing dan 6 rotary wing).

Marinir. Kekuatan Marinir merupakan salah satu


bagian kekuatan laut sebagai pasukan pendarat
dalam penyelenggaraan operasi amfibi dan anti amfibi,
serta tugas-tugas operasi lainnya. Kekuatan Marinir
dikembangkan ke dalam 3 Divisi Marinir disesuaikan
dengan Koarmada yang terdiri dari 3 Koarmada
wilayah. Selain ketiga Divisi Marinir juga dibangun
2 Brigade Marinir BS, 1 Komando Latih Marinir
(Kolatmar), Pasusla, 5 Pangkalan Marinir (Lanmar), 1
Satintel dan 11 Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan
dan Detasemen Jala Mangkara.

Persenjataan Marinir diarahkan pada kemampuan


mobilitas yang tinggi didukung dengan daya tembak,
daya kejut dan daya gerak guna mendapatkan
keunggulan tempur. Secara bertahap kekuatan
Alutsista Marinir akan diperbaharui dengan generasi
baru untuk mengganti Alutsista lama yang sudah tidak
efektif lagi. Sedangkan kekuatan Alutsista marinir
sejumlah 1.439, diantaranya 171 unit Tank Amfibi, 350
Rantatfib berbagai jenis, 30 KAPA,168 Armed dan 720
Arhanud.

111
64
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Pangkalan. Pangkalan sebagai pendukung unsur-


unsur operasional mengemban 4 fungsi terdiri atas
Repair, Replenishment, Rest dan Recreations.
Sesuai dengan kemampuan dukungan dalam hal
sarana dan prasarana, Pangkalan TNI Angkatan Laut
digolongkan dalam empat kategori yakni Lanal kelas
A, Lanal kelas B, Lanal kelas C, Lanal Khusus dan
Posal. Pengembangan pangkalan disesuaikan dengan
pembentukan organisasi Koarmada RI.

Pangkalan TNI AL dikembangkan menjadi 14 Lantamal,


26 Lanal kelas B, 22 Lanal kelas C, 3 Lanal Khusus.
Pangkalan Udara TNI AL membawahi 9 Lanudal, terdiri
dari 1 Lanudal kelas A, 6 Lanudal kelas B, 2 Lanudal
kelas C. Pos Pengamat TNI AL berjumlah 214 Satuan.
Fasharkan TNI AL berjumlah 9 Fasharkan, terdiri dari
6 Fasharkan kelas A, 2 Fasharkan kelas B dan 1
Fasharkan kelas C.

Koharmatal. Kohartamal yaitu Komando


Pemeliharaan Materiil TNI AL yang merupakan
organisasi pembentukan baru setingkat badan
pelaksana pusat yang merupakan regrouping dari
organisasi pemeliharaan dan perbaikan yang ada
di Koarmabar, Koarmatim, Kormar dan Lantamal.
Pemeliharaan dan perbaikan KRI, Pesud dan Ranpur
Marinir di bawah tanggung jawab suatu Badan
Pemeliharaan dan Perbaikan yang berada dibawah
Kepala Staf Angkatan Laut. Secara operasional,
pemeliharaan serta perbaikan dilaksanakan oleh
Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (Fasharkan).
Pengembangan Fasharkan dilaksanakan secara

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


65
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

bertahap, dari padat manusia menjadi padat teknologi.

Kekuatan Satuan Pendukung. Penang­


gulangan dan penindakan setiap aksi terorisme yang
terjadi di dan atau lewat laut, TNI Angkatan Laut
menyiapkan Detasemen Jala Mangkara (Denjaka)
sebagai pasukan antiteror yang memiliki kemampuan
penanggulangan terorisme aspek laut. Sedangkan
untuk menanggulangi ancaman di laut yang
bersifat khusus disiapkan Komando Pasukan Katak
Pertahanan Laut (Kopaskahanla) sebagai satuan
yang dimiliki kemampuan peperangan khusus di laut
(Naval Special Warfare), dalam pengoperasiannya
berada di bawah Komando Armada RI.

Dukungan Angkutan Laut Militer (Anglamil)


dilaksanakan oleh Kolinlamil, membawahi tiga Satuan
Lintas Laut Militer (Satlinlamil) yang berada di Jakarta,
Surabaya dan Sorong, pengoperasiannya berada di
bawah komando dan pengendalian (Kodal) Mabes
TNI. Pelayanan informasi di bidang Hidro-Oseanografi

111
66
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

berupa peta laut dan publikasi nautis yang berbasis


teknologi mutakhir sesuai persyaratan internasional
untuk mendukung kepentingan militer maupun sipil,
dilaksanakan oleh Pusat Hidro-Oseanografi TNI
Angkatan Laut. Dalam hal pengoperasian dan kegiatan
pemetaan di laut, didukung oleh unsur-unsur yang
berkemampuan ocean survey dan coastal survey.
Lembaga pendidikan Angkatan Laut
dikembangkan dengan meningkatkan kualitas 10
komponen pendidikan di Lemdik TNI AL, yang
menerapkan kemajuan IPTEK dan menghasilkan
lulusan yang profesional, mampu menjawab tuntutan
tugas yang berbasis kompetensi dengan prioritas pada
delapan aspek pendidikan. Meliputi pendidikan pertama,
pendidikan pembentukan, pendidikan pengembangan,
pendidikan spesialisasi, pendidikan Iptek, pendidikan
peralihan, pendidikan pengkajian dan pengembangan
doktrin operasi laut.

4) TNI AU
TNI AU diarahkan untuk mencapai keunggulan
kekuatan di udara yang mampu melaksanakan
penyerangan dari udara serta memberikan
perlindungan yang maksimal bagi TNI AD dan TNI
AL. Untuk mencapai kekuatan pokok ideal, maka
kekuatan TNI AU perlu dikembangkan disesuaikan
dengan struktur organisasi. Sasaran pembangunan
TNI AU diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
dan kesiapan pesawat, melakukan penggantian
terhadap pesawat tempur yang masa pakainya telah
dioperasikan selama 25 tahun dan melaksanakan

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


67
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

pergantian terhadap pesawat angkut yang telah


berusia 35 tahun atau lebih serta sudah mengalami
perpanjangan usia setelah melaksanakan program
Service Life Extension Programmed (SLEP).

Pesawat tempur
Sukhoi 27/30 TNI AU.

Di samping itu meningkatkan kesiapan Skadron


tempur, angkut, intai, helikopter dan latih serta Satuan
Radar dan Satuan Rudal. Skadron Tempur dibangun
untuk mencapai jumlah 11 Skadron. Menambah 4
Skadron tempur baru dan mengganti 1 Skadron OV-10
Bronco (usia pakainya habis tahun 2007), 1 Skadron
Hawk MK-53 (usia pakainya habis tahun 2014), 1
Skadron pesawat F-5 E/F Tiger (usia pakainya habis
tahun 2020).

Kekuatan Skadron Angkut ditingkatkan


mencapai 6 Skadron angkut Berat dan Ringan,
dengan menambah 1 Skadron Angkut Berat dan 1
Skadron Angkut Sedang/Ringan serta akan dibentuk
juga 1 Skadron Tanker.

111
68
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Pembangunan Skadron Angkut sedang


dan ringan dilaksanakan dengan memaksimalkan
pengadaan pesawat dan peralatan pendukungnya
dari produksi dalam negeri. Skadron CN-235 dan CN-
295 menjadi Skadron angkut yang dikembangkan
dengan menggunakan produk-produk dalam negeri.
Sedangkan Skadron angkut berat dari produk luar
negeri diutamakan sekelas C-130 keatas, yang sudah
diyakini keandalannya. Skadron Intai dikembangkan
menjadi 2 Skadron agar mampu menjalankan
fungsinya, baik fungsi
strategis maupun fungsi taktis,
Pembangunan Skadron Intai
Taktis diutamakan dengan
melengkapi secara bertahap
jenis-jenis pesawat berbadan
kecil produksi dalam negeri
Pesawat Terbang Tanpa Awak yang dioperasikan jika mampu memenuhi
oleh Skadron Udara 51 TNI AU
operational requirement TNI
AU, serta pembangunan
Skadron Intai Strategis tetap menggunakan produksi
luar negeri yang sudah teruji kehandalannya.
Sedangkan Skadron pesawat tanpa awak dibentuk
sebanyak 3 Skadron.

Skadron Helikopter dan Latih dikembangkan


untuk mencapai kekuatan di atas kekuatan pokok
minimum. Pembangunan Skadron Heli ditujukan untuk
pengganti pesawat yang telah habis usia pakainya dan
pengadaannya dilaksanakan secara bertahap sampai
mencapai 4 Skadron.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


69
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Pengembangan Skadron Latih diarahkan untuk


dilengkapi dengan sistem simulasi (siswa penerbang
sangat memerlukan jam terbang untuk mematangkan
skill terbang, bukan hanya sekedar simulator).
Simulator ditujukan untuk melatih penerbang pada
kondisi tertentu yang berbahaya jika dipraktekkan
pada pesawat sebenarnya seperti kondisi emergency
guna meningkatkan profesionalisme awak pesawat
dalam menghadapi segala keadaan terutama kondisi
darurat, sedangkan fungsi Skadron latih harus mampu
mempersiapkan dan menghasilkan awak pesawat
secara maksimal.
Satuan Radar
dalam operasi Hanud
diselenggarakan dalam
rangka deteksi, identifikasi,
penindakan, dan netralisasi
ancaman udara, dalam
pola Sishanudnas (Hanud
titik, terminal dan area)
yang mampu melakukan
pengamatan/pemantauan
di seluruh objek yang
bermanuver di wilayah yurisdiksi udara
nasional, dengan sasaran utama untuk meningkatkan
jarak capai dan cakupan Radar sehingga seluruh
wilayah Indonesia berada dalam cakupan efektif sistem
Radar yang digelar. Penambahan kekuatan Radar
baru digelar pada wilayah-wilayah yang mempunyai
nilai strategis. Satuan Radar ini diproyeksikan dalam
tahapan jangka panjang yang mencapai 32 Radar

111
70
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Hanud dengan menambah kekuatan 12 Satuan Radar.


Satuan Radar dikembangkan melalui interkoneksi
dengan sistem satelit, sehingga terwujud integrasi
antara Radar, pesawat surveillance, kapal, dan sistem
Rudal yang dimiliki setiap angkatan.

Unsur satuan Rudal terdiri atasi Sistem Radar,


Meriam dan Rudal. Satuan Rudal yang dikembangkan
adalah sistem Rudal yang andal baik yang melekat
pada Alutsista udara, Radar, Rudal maupun dukungan
sistem komunikasi. Untuk pencapaian sasaran
kebutuhan peralatan dalam sistem Rudal mengarah
pada penahapan pengembangan yang diisi secara
berlanjut, dimulai satuan Rudal jarak pendek, dan
jarak sedang serta dibangun sistem meriam dan
sistem Rudal yang diintegrasikan dengan sistem
kendali satelit.

Pangkalan secara bertahap ditingkatkan untuk


mendukung operasional TNI AU dengan proyeksi pada

Skyshield 35 Mk-2, senjata


pertahanan udara modern
TNI AU yang dioperasikan
oleh Detasemen Pertahanan
Udara (Denhanud) Paskhas.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


71
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Lanud-Lanud Induk. Pengembangan kemampuan


Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas)
dilaksanakan secara bertahap pada empat Kosek
dengan memaksimalkan satuan-satuan Radar yang
berkemampuan tinggi, serta satuan Rudal dan satuan
Meriam.
Pengembangan kemampuan penangkis serangan
udara (PSU) dilaksanakan dalam rangka mewujudkan
strategi penangkalan yang mampu memberikan
perlindungan maksimal terhadap Alutsista TNI AU
di pangkalan-pangkalan udara dari serangan udara
lawan.

Kekuatan Pasukan Khas TNI AU (Paskhasau)


tetap dipertahankan jumlahnya sebagai bagian dari
Strategi Penangkalan. Paskhasau diorganisasikan
dalam tiga Grup Paskhas untuk menjalankan fungsi
sebagai Batalyon Paskhas, Den Hanud dan Kompi
Paskhas, fungsi pendidikan, antiteror serta fungsi

111
72
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

kawal protokol. Satuan Bravo akan terus ditingkatkan


kemampuannya, bersama-sama satuan antiteror matra
lain yang menjadi andalan dalam menanggulangi
ancaman terorisme.

Kemampuan Komando Pemeliharaan Materiil


TNI AU (Koharmatau) bertumpu pada Depo-Depo
Pemeliharaan, selanjutnya akan dikembangkan secara
bertahap untuk beralih dari pola padat manusia ke pola
padat teknologi.

Fungsi pendidikan yang diemban oleh Lembaga


Pendidikan TNI AU direvitalisasi, sehingga menjadi pusat
keunggulan (center of excellence) serta melaksanakan
fungsinya sebagai wadah untuk mencetak sumber
daya manusia pertahanan yang berkualitas. Sasaran
revitalisasi ditujukan untuk kurikulum, sarana
dan prasarana pendidikan yang memadai, serta
kesejahteraan dan karier tenaga pendidik yang
ditugasi di lembaga pendidikan yang diperbaiki secara
bertahap sampai pada tingkatan yang layak.

5) Kesejahteraan Prajurit

Tercapainya kesejahteraan prajurit meliputi gaji,


tunjangan, layanan kesehatan, penyediaan fasilitas
perumahan, dan sistem pensiunan bagi prajurit TNI,
secara proporsional dan dapat dirasakan oleh prajurit
dan keluarga.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


73
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

b. Kekuatan Komponen Cadangan

Kekuatan Komponen Cadangan disesuaikan dengan


kebutuhan personel yang diperlukan tiap-tiap matra. Secara
kuantitas Komcad matra darat sudah terbentuk sejumlah
1 Satuan Setingkat Batalyon (SSY) untuk setiap Komando
Distrik Militer (Kodim), 1 Satuan Komcad matra laut (meliputi
profesi pelaut, navigator, teknik kapal, dan dukungan
administrasi pelayaran) untuk setiap Lanal, dan 1 Satuan
Komcad matra udara (meliputi profesi pilot, navigator, teknik
pesawat udara, dan dukungan administrasi penerbangan)
untuk setiap Lanud.

c. Kekuatan Komponen Pendukung

Kekuatan Komponen Pendukung ditata sesuai


kebutuhan Komponen Utama dan Komponen Cadangan
untuk meningkatkan mobilitas dan kekuatan logistik/
perbekalan. Pengelolaan dan penyelengaraan Komponen
Pendukung dilaksanakan oleh Kementerian Pertahanan
bekerjasama dengan Kementerian/Lembaga di luar bidang

111
74
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

pertahanan. Pemanfaatan Komponen Pendukung diluar


kepentingan pertahanan untuk memperkuat Komponen
Utama dan Komponen Cadangan tetap menjadi hak
dan wewenang serta tanggung jawab K/L di luar bidang
pertahanan.

4.6.1.2 Kemampuan Pertahanan Militer

Pengembangan ke­
mam­ puan pertahanan mi­
liter diarahkan pada kemam­
puan di bidang intelijen,
kemampuan di bidang diplo­
masi, kemampuan di bidang
pertahanan, kemampuan
pemberdayaan wilayah, dan
kemampuan dukungan. Kemampuan pertahanan militer dapat
diproyeksikan untuk menghadapi ancaman militer dan ancaman
hibrida serta diarahkan untuk mendukung terwujudnya PMD.

a. Kemampuan Intelijen
Kemampuan Intelijen, yang meliputi kemampuan
menggunakan agen, klandestin atau mata-mata (Human
Intelligence) maupun dengan penggunaan teknologi
seperti intelijen citra (Imagery Intelligence), intelijen sinyal
(Signals Intelligence), intelijen pengukuran (Measurement
and Signature Intelligence), intelijen elektronik (Electronic
Intelligence), intelijen teknik (Technical Intelligence) dan
intelijen sumber terbuka (Open Source Intelligence)
digunakan secara optimal dengan memanfaatkan
teknologi mutakhir serta terintegrasi dan bersinergi dengan
penyelenggaraan pertahanan nirmiliter.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


75
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

b. Kemampuan Diplomasi

Kemampuan diplomasi dilakukan dengan


menerapkan manajemen yang lebih baik untuk
mengimplementasikan strategi pertahanan militer. Usaha
dan kegiatan diplomasi diarahkan untuk membangun sikap
saling percaya dan saling menghormati antar Angkatan
Bersenjata masing-masing negara serta untuk membangun
persepsi daya tangkal melalui berbagai bentuk kerja sama
pertahanan dan penyelenggaraan dialog dalam forum
lingkup nasional, regional, dan internasional.

c. Kemampuan Pertahanan
Kemampuan pertahanan yang terdiri dari
kemampuan pertahanan udara nasional, pemukul
strategis, Pernika, dan pertahanan siber. Kemampuan
pertahanan udara nasional dikembangkan dengan
melaksanakan pendeteksian, pengamatan, pengintaian,
dan perlindungan terhadap seluruh wilayah udara nasional.
Kemampuan ini diselenggarakan oleh Kohanudnas dan
unsur-unsur pertahanan udara dengan memaksimalkan
sistem senjata pertahanan udara yang digelar di tiap
matra.
Kemampuan pemukul strategis disiapkan dan
diselenggarakan oleh satuan Pasukan Pemukul Reaksi
Cepat (PPRC) TNI serta kekuatan pemukul laut dan
pemukul udara strategis. Kemampuan peperangan
elektronika (Pernika) disiapkan dalam mendukung kegiatan
operasi dan latihan TNI, yang meliputi alat peralatan
Pernika, sumber daya manusia yang mengawaki, serta
pendukung lainnya.

111
76
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Kemampuan pertahanan siber dikembangkan untuk


memastikan dunia siber yang aman bagi keamanan nasional
yang terkait dengan aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan pertahanan keamanan.

Kemampuan siber terintegrasi


dan bersinergi dengan semua
instrumen kekuatan nasional
lainnya untuk mengurangi risiko
yang timbul dari serangan di ruang
siber, sehingga dijalin kerja sama
lintas sektor untuk mewujudkan
keamanan nasional. Kemampuan
pertahanan siber terkait dengan
strategi Pertahanan Siber Nasional
untuk menjamin ketahanan
informasi dan sistem informasi
nasional, yang menyangkut
pembinaan aset dan infrastruktur
strategis nasional beserta sistem pendukungnya, sehingga
dapat meniadakan atau meminimalisasi ancaman siber
terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan
keselamatan bangsa.

Pertahanan militer mampu mewujudkan keamanan


nasional yang meliputi kemampuan personel serta
dukungan Alutsista dalam menjamin keamanan nasional
dan keselamatan bangsa serta keamanan internal TNI
dari segi personel, kesatuan, instalasi, serta sarana dan
prasarana dari segala bentuk ancaman.

Kemampuan menjamin keamanan nasional dan


keselamatan bangsa dijabarkan kedalam; Pertama,

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


77
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

kemampuan mengamati dan mengamankan wilayah


daratan, maritim dan dirgantara serta menempatkan wilayah
perbatasan dan pulau-pulau terdepan sebagai daerah yang
mendapat prioritas; Kedua, kemampuan penegakan hukum
di laut dan udara nasional untuk mencegah dan mengatasi
setiap pelanggaran dan ancaman yang membahayakan
kepentingan masyarakat dan kepentingan nasional secara
keseluruhan; dan Ketiga, kemampuan untuk mengatasi
gerakan separatis, terorisme, spionase, pemberontakan
bersenjata, insurjensi, perompakan, pembajakan,
konflik komunal, dan gangguan keamanan lainnya yang
penanganannya dilakukan melalui Operasi Militer Selain
Perang (OMSP).

d. Kemampuan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan


Kemampuan pemberdayaan wilayah mencakup
penyiapan potensi wilayah menjadi kekuatan pertahanan,
penyelenggaraan pendidikan dasar kemiliteran, serta
pemberdayaan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
Penyiapan potensi wilayah menjadi kekuatan pertahanan
meliputi wilayah negara beserta kekuatan pendukungnya
untuk diberdayakan menjadi kekuatan pertahanan.
Pemberdayaan wilayah diwujudkan melalui penyiapan
wilayah untuk kepentingan pertahanan. Pemberdayaan
wilayah pertahanan juga mencakup pengamanan
wilayah perbatasan dan pengamanan pulau-pulau kecil
terluar. Pendidikan dasar kemiliteran secara wajib bagi
warga negara sebagai perwujudan hak dan kewajiban
warga negara dalam usaha pertahanan negara dan
diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Dalam konteks ini menyangkut kemampuan

111
78
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

personel TNI untuk memberikan pelatihan kepada warga


negara, serta sumber daya yang diperlukan seperti fasilitas
pelatihan dan instrumen lain yang dibutuhkan.

e. Kemampuan Dukungan

Kemampuan dukungan mencakup: Pertama,


bantuan kemanusiaan dalam mengatasi dampak bencana
alam. Kedua, kemampuan bantuan terhadap otoritas
sipil dalam mengatasi permasalahan sosial dan bantuan
lain dalam membantu mengatasi kesulitan masyarakat.
Ketiga, kemampuan dukungan untuk membantu fungsi
pertahanan nirmiliter dalam rangka penyediaan logistik
pertahanan, penguatan diplomasi, survei dan pemetaan
wilayah negara, penataan ruang nasional, kegiatan bela
negara, serta penelitian dan pengembangan teknologi
maupun industri nasional untuk pertahanan. Keempat,
kemampuan diplomasi militer, operasional (termasuk
operasi perlindungan dan penyelamatan WNI di luar
negeri), kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas
perdamaian dunia atau tugas kemanusiaan pada lingkup
internasional dan lingkup regional. Kelima, kemampuan
memaksimalkan Komando, Kendali, Komunikasi,
Komputer, Informasi, Pengamatan, dan Pengintaian
(K4IPP) dalam rangka mewujudkan stricking forces dan
high mobility kekuatan militer. Keenam, kemampuan
administrasi dibina dan dikelola secara proporsional dan
profesional melalui peningkatan dukungan anggaran,
pemeliharaan, perawatan, sarana dan prasarana, serta
dukungan bahan minyak dan pelumas (BMP).

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


79
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

4.6.1.3 Gelar Pertahanan Militer

Gelar pertahanan militer diselenggarakan dalam


rangka mempersiapkan pertahanan yang bersifat semesta,
mempersiapkan pertahanan defensif aktif, dan menyusun
pertahanan berlapis. Dalam rangka menyusun pertahanan berlapis,
gelar pertahanan militer disinergikan dengan gelar pertahanan
nirmiliter untuk melaksanakan penangkalan, menghadapi
ancaman militer, ancaman hibrida dan ancaman nonmiliter,
melaksanakan kerja sama pertahanan, dan melaksanakan
perdamaian dunia. Gelar pertahanan militer diselenggarakan
dalam keterpaduan matra darat, matra laut, dan matra udara
serta ditata secara seimbang dan proporsional sesuai dengan
kondisi geografi Indonesia. Gelar Pertahanan Militer terdiri dari:
Gelar Komponen Utama, Gelar Komponen Cadangan dan Gelar
Komponen Pendukung. Adapun penjabarannya sebagai berikut:

a. Gelar Komponen Utama

Gelar kekuatan TNI diselenggarakan dalam rangka


Strategi Penangkalan guna terwujudnya efektifitas
penyelenggaraan operasi militer dalam menghadapi
ancaman, dengan memaksimalkan keterpaduan Trimatra.
Dalam rangka gelar penangkalan, diselenggarakan dalam
keterpaduan TNI AD, TNI AL, dan TNI AU sesuai dengan
kondisi geografi wilayah Indonesia.

1) TNI AD

TNI AD memiliki gelar kekuatan yang mencakup


gelar kekuatan terpusat, gelar kekuatan
kewilayahan, dan gelar kekuatan pendukung. Gelar

111
80
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

kekuatan terpusat terdiri dari gelar Kostrad dan gelar


Kopassus, gelar kekuatan kewilayahan bertumpu
pada gelar Kodam yang diintegritaskan dalam gelar
organisasi wilayah pertahanan, sedangkan gelar
kekuatan satuan pendukung bertumpu pada gelar
Satuan Balakpus. Adapun gelar kekuatan TNI AD
dijabarkan sebagai berikut:
Kekuatan Terpusat. Pertama, Gelar
Kostrad merupakan gelar terpusat TNI AD yang
diselenggarakan berdasarkan
perkiraan ancaman dan konstelasi
geografi Indonesia untuk
mencapai efek mobilitas yang
tinggi (rapid deployment) dan
mendapatkan efek penggentar.
Gelar Kostrad disiapkan untuk
mampu menghadapi empat
trouble spots sekaligus. Sampai
saat ini, kekuatan Kostrad yang
tergelar baru dua Divif, sehingga
akan dikembangkan menjadi
empat Divisi. Dengan adanya penambahan dua
Divisi maka gelar kekuatan Kostrad akan ditambah
dengan 6 Brigif yang berkemampuan Linud,
Raider dan Mekanis beserta unsur Satbanpur
dan Satbanminnya serta dibentuk pula Brigade
Tim Pertempuran Berat. Kedua, Gelar Kopassus
merupakan gelar terpusat yang diselenggarakan
berdasarkan kekhasan tugas pokoknya, sehingga
penggelarannya disusun sedemikian rupa untuk
mencapai keleluasaan dan kecepatan bertindak.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


81
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Gelar Kopassus tidak diukur


dengan standar MEF, melainkan
pemenuhan secara ideal agar
memiliki kemampuan maksimal.
Penggelaran pasukan Kopassus
tidak mengenal pembatasan oleh
aspek geografi dan regional,
karena gelar Kopassus saat ini
berada di pulau Jawa maka pengembangan
sarana untuk mendukung mobilitas yang tinggi
menjadi prioritas. Untuk mendukung terwujudnya
kemampuan yang handal diperlukan modernisasi
alat perlengkapan. Gelar Kopassus yang sudah
ada tetap dipertahankan dan dapat berubah sesuai
perkembangan kepentingan nasional.

Kekuatan Kewilayahan. Gelar


kekuatan kewilayahan TNI AD disiapkan untuk
mampu beroperasi di wilayah secara mandiri
dan berkelanjutan dengan mengikuti struktur
organisasi TNI yang berbasis kewilayahan. Gelar
kekuatan Kodam dan jajarannya
diproyeksikan untuk menyesuaikan
dengan struktur organisasi. Untuk
mengintegrasikan dengan struktur
gelar, maka gelar organisasi TNI
AD ke depan disusun secara
kenyal dan disesuaikan dengan
kondisi geografi wilayah, sehingga
memungkinkan terselenggaranya
interoperabilitas pelaksanaan

111
82
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

fungsi pertahanan secara Trimatra terpadu. Gelar


Kekuatan Kewilayahan akan ditambah dengan 2
Kodam, 2 Korem, 8 Kodim, 124 Koramil, 1 Brigif
Mekanis, 4 Brigif, 4 Yonif Raider, 7 Yonif Mekanis,
5 Yonif, 2 Yonkav (pengembangan 2 Denkav),
1 Yonarhanud, 3 Yonzipur (pengembangan 3
Denzipur) dan 12 Skadron Serbu Penerbad.

Dalam rangka mengintegrasikan dengan


struktur gelar organisasi, gelar TNI AD akan
­
disusun secara kenyal dan disesuaikan dengan
kondisi geografis wilayah sehingga memungkinkan
terselenggaranya interoperabilitas pelaksanaan
fungsi secara Trimatra terpadu. Rencana
pengembangan Postur Kodam ke depan
diarahkan kepada pengembangan satuan dengan
memodernisasi alat perlengkapan yang dirinci
sebagai berikut. Makodam, Makorem, Makodim,
dan Koramil diarahkan kepada efisiensi personel
yang berkualitas dan profesional serta padat
teknologi.

Pengorganisasian Satpur minimal berkekuatan


1 Brigif, di mana unsur-unsur satuan Yonif di
bawahnya memiliki kemampuan secara spesifik,
yaitu pertempuran kota,
pertempuran rawa laut, dan perang
hutan gunung. Untuk mendukung
kemampuan pertempuran kota,
diperlukan Yonif Mekanis; untuk
mendukung kemampuan perang
rawa laut sungai dan pantai,

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


83
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

diperlukan Yonif yang dilengkapi dengan Alang air


modern, dan untuk mendukung kemampuan perang
hutan gunung diperlukan sarana mobilitas udara
(Yonif Mobud). Kodam memiliki satuan setingkat
Yonif yang menjadi satuan pemukul pada tingkat
Kodam, yaitu Yonif Linud/BS dan Yonif Raider.

Pengorganisasian Satbanpur minimal


berkekuatan 1 Batalyon Kavaleri Komposit, 1
Batalyon Arhanudse Komposit, dan 1 Batalyon
Zipur. Pengorganisasian Satbanmin minimal
berkekuatan 1 Detasemen Intelijen, dan
Balakdam diarahkan kepada efisiensi personel
yang berkualitas dan profesional serta padat
teknologi. Pengorganisasian Satuan Penerbad
tiap Kodam berkekuatan 1 Skadron Komposit
dengan kemampuan serang dan serba guna.
Pengorganisasian Lemdikrah minimal berkekuatan
1 Rindam dan diarahkan untuk mampu mendidik
prajurit-prajurit reguler dan Komponen Cadangan.
Untuk itu, peningkatan kualitas 10 komponen
pendidikan menjadi prioritas.

Kodam Iskandar Muda digelar di wilayah


Nanggroe Aceh Darussalam, dikembangkan menjadi
2 Makorem, 16 Makodim, 1 Kodim BS, 231 Koramil,
2 Mabrigif, 1 Yonif Raider, 5 Yonif Diperkuat, 2 Yonif,
1 Yonkav, 1 Yonarmed, 1 Denarhanud, 1 Yonzipur,
1 Deninteldam, 2 Timintelrem, 17 Unitinteldim, 1
Rindam dan 15 Balakdam, 1 Denpom, 1 Kompi
Jihandak dan Kompi Nubika, 1 Rumkit, 1 Ajenrem
serta 1 Skadron Heli Komposit.

111
84
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Kodam I/Bukit Barisan digelar di wilayah


Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau,
dikembangkan menjadi 5 Makorem, 33 Makodim,
354 Koramil, 4 Koramil Pulau Terluar, 1 Mabrigif,
1 Yonif Raider, 1 Yonif Mekanis, 8 Yonif, 1 Yonif
Diperkuat, 1 Yonkav, 1 Kikavser, 1 Yonarmed, 2
Yonarhanud Rudal, 1 Denarhanud Rudal, 1
Yonzipur, 2 Denzipur, 1 Deninteldam, 5 Timintelrem,
33 Unitinteldim, 1 Rindam dan 15 Balakdam, 1
Kompi Jihandak dan Kompi Nubika serta 1 Skadron
Heli Komposit.

Kodam II/Sriwijaya digelar di wilayah


Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu,
Jambi dan Lampung, dikembangkan menjadi 5
Makorem, 27 Makodim, 241 Koramil, 1 Mabrigif, 1
Yonif Raider, 1 Yonif Mekanis, 6 Yonif, 1 Yonkav, 1
Yonarmed, 1 Yonarhanud, 1 Yonzipur, 1 Deninteldam,
5 Timintelrem, 27 Unitinteldim, 1 Rindam dan 15
Balakdam, 1 Kompi Jihandak dan Kompi Nubika
serta 1 Skadron Heli Komposit.

Kodam III/Siliwangi digelar di wilayah Jawa


Barat dan Banten, dikembangkan menjadi 4
Makorem, 23 Makodim, 366 Koramil, 1 Mabrigif,
1 Yonif Raider, 1 Yonif Mekanis, 5 Yonif, 1 Yonkav,
1 Kikavser, 2 Yonarmed, 2 Yonarhanud Rudal,
1 Yonzipur, 1 Deninteldam, 4 Timintelrem, 23
Unitinteldim, 1 Rindam dan 15 Balakdam, 1 Kompi
Jihandak dan Kompi Nubika serta 1 Skadron Heli
Komposit.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


85
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Kodam IV/Diponegoro digelar di wilayah


Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta,
dikembangkan menjadi 4 Makorem, 36 Makodim,
585 Koramil, 1 Mabrigif, 1 Yonif Raider, 1 Yonif
Mekanis, 6 Yonif, 1 Yonkav, 1 Kikavser, 1 Yonarmed,
1 Yonarhanud Rudal, 1 Yonzipur, 1 Deninteldam,
4 Timintelrem, 36 Unitinteldim, 1 Rindam dan 15
Balakdam, 1 Kompi Jihandak dan Kompi Nubika
serta 1 Skadron Heli Komposit.
Kodam V/Brawijaya digelar di wilayah Jawa
Timur, dikembangkan menjadi 4 Makorem, 33
Makodim, 596 Koramil, 1 Mabrigif, 1 Yonif Raider,
1 Yonif Mekanis, 4 Yonif, 1 Yonkav, 1 Kikavser, 1
Yonarmed, 1 Yonarhanud Rudal, 1 Yonzipur, 1
Deninteldam, 4 Timintelrem, 33 Unitinteldim, 1
Rindam dan 15 Balakdam, 1 Kompi Jihandak dan
Kompi Nubika serta 1 Skadron Heli Komposit.
Kodam VI/Tanjungpura digelar di wilayah
Kalimantan direncanakan dikembangkan menjadi
3 Makorem, 23 Makodim, 165 Koramil, 1 Koramil
Pulau Terluar, 1 Mabrigif, 1 Yonif Raider, 1 Yonif
Diperkuat, 2 Yonif Mekanis,4 Yonif, 1 Yonkav,

111
86
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

1 Denkav, 1 Yonarmed, 1 Yonarmed Roket, 1


Denarhanud Rudal, 1 Yonzipur, 2 Denzipur, 1
Deninteldam, 3 Timintelrem, 23 Unitinteldim, 1
Rindam, 15 Balakdam dan Perubahan Lokasi 5
Kompi (Kompi C Yonif-600/R, Kompi B Yonif-613,
Kompi A, B, C Yonif-631) serta 1 Peleton Pimu
Yonif-631, 1 Kompi Jihandak dan Kompi Nubika
serta 2 Skadron Heli Komposit.
Kodam VII/Wirabuana digelar di wilayah
Sulawesi dikembangkan menjadi 7 Makorem, 37
Makodim, 358 Koramil, 2 Mabrigif, 1 Yonif Raider, 1
Yonif Diperkuat, 2 Yonif Mekanis, 6 Yonif, 1 Yonkav,
1 Kikavser, 1 Yonarmed, 1 Yonarmed Komposit,
1 Yonarhanud, 1 Yonzipur, 1 Deninteldam, 7
Timintelrem, 37 Unitinteldim, 1 Rindam dan 15
Balakdam, 1 Kompi Jihandak dan Kompi Nubika
serta 1 Skadron Heli Komposit.
Kodam IX/Udayana digelar di wilayah Bali,
Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
dikembangkan menjadi 3 Makorem, 27 Makodim,
181 Koramil, 1 Mabrigif, 1 Yonif Raider, 1 Yonif
Diperkuat Penebalan, 3 Yonif, 1 Kikav, 1 Yonzipur,
1 Deninteldam, 3 Timintelrem, 26 Unitinteldim, 1
Rindam dan 15 Balakdam, 1 Kompi Jihandak dan
Kompi Nubika serta 1 Skadron Heli Komposit.

Kodam XII/Kalbar. Sebagai pengembangan


dari Kodam VI/Tpr yang terdiri dari 2 Makorem, 13
Makodim, 194 Koramil, 1 Koramil Pulau Terluar, 1
Mabrigif,1 Yonif Diperkuat, 1 Yonif Raider, 6 Yonif,
1 Yonkav, 1 Kikavser, 1 Yonarmed Komposit, 1

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


87
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Yonarmed, 1 Yonzipur, 1 Denzipur, 15 Balakdam, 1


Deninteldam, 2 Timintelrem, 13 Unitinteldim dan 1
Rindam, 1 Kompi Jihandak dan Kompi Nubika serta
1 Skadron Heli Komposit.

Kodam XVI/Pattimura digelar di wilayah


Maluku Utara dan Maluku Selatan, dikembangkan
menjadi 2 Makorem, 9 Makodim, 60 Koramil, 4
Koramil Pulau Terluar, 1 Mabrigif, 1 Yonif Raider, 3
Yonif Diperkuat, 1 Yonif Mekanis, 1 Yonif, 1 Denkav,
1 Denzipur, 1 Deninteldam, 2 Timintelrem, 9
Unitinteldim, 1 Rindam dan 15 Balakdam, 1 Kompi
Jihandak dan Kompi Nubika serta 1 Skadron Heli
Komposit.

Kodam XVII/Trikora digelar di wilayah


Papua dan Irianjaya Barat direncanakan akan
dikembangkan menjadi 4 Makorem, 14 Makodim,
123 Koramil, 1 Mabrigif, 1 Yonif Raider, 5 Yonif
Diperkuat, 1 Denkav, 1 Yonarhanud, 4 Denzipur,
1 Deninteldam, 4 Timintelrem, 14 Unitinteldim, 1
Rindam dan 15 Balakdam, 2 Kompi Jihandak dan 2
Kompi Nubika serta 2 Skadron Heli Komposit.

Kodam Jaya digelar di wilayah Daerah Khusus


Ibukota, dikembangkan menjadi 2 Makorem, 9
Makodim, 83 Koramil,1 Mabrigif Mekanis, 3 Yonif
Mekanis, 2 Yonkav, 1 Yonarmed, 1 Menarhanud, 1
Yonarhanud, 1 Yonarhanud Rudal, 1 Denarhanud
Rudal, 1 Yonzipur, 1 Deninteldam, 2 Timintelrem, 9
Unitinteldim, 1 Rindam dan 15 Balakdam.

111
88
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Tiga Kodam bentukan baru dikembangkan di


wilayah Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah,
Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah serta Papua
Barat dengan pembentukan setiap Kodam minimal
1 Makodam, 1 Brigif 1 Yonif Mobud, 1 Yonif Mekanis
dan 1 Yonif Hutan Gunung Ralasutai, 1 Yonif Linud,
1 Yonif Raider, 1 Yonkav, Armed, Arhanud, Zipur,
1 Denintel, 1 Yonangair, 1 Zidam, 1 Paldam, 1
Bekangdam, 1 Pomdam, 1 Kesdam, 1 Ajendam,
1 Topdam, 1 Bintaldam, 1 Pendam, 1 Jasdam,
1 Infolahtadam, 3 Kompi Jihandak dan Kompi
Nubika, 1 Rindam serta 1 Skadron Heli Komposit.

Satuan Pendukung. Gelar Kekuatan


Satuan Pendukung disesuaikan
dengan sistem distribusi
logistik dan sistem dukungan
lainnya bagi kepentingan
penyelenggaraan operasi
militer, baik OMP maupun
OMSP, serta dukungan bagi
kepentingan penyelenggaraan
seluruh fungsi pertahanan.
Khusus Gelar Penerbad
diselenggarakan untuk mendukung pelaksanaan
operasi TNI AD oleh Kopassus, Kostrad dan
Kodam, serta untuk mendukung struktur Kogabwil.

Kodiklat dikembangkan menjadi 19 Lemdik (Pusdikif,


Pusdikkav, Pusdikarmed, Pusdikarhanud, Pusdikzi,
Pusdikhub, Pusdikpal, Pusdikpom, Pusdikbekang,
Pusdikku, Pusdikkum, Pusdiktop, Pusdikajen,

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


89
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Pusdikkes, Pusdikintel, Pusdikjas, Pusdik Kowad


dan Pusdik Gumiltih) 1 Puslatpur, 1 Pussimpur
dan 1 Lemjiantek. Puscabfung dikembangkan
20 Puscabfung dengan penambahan 2 Grup
Penerbad, 5 Skadron Penerbad, 2 Lanudad, dan 1
Disjarah TNI AD.

2) TNI AL

Dalam postur Angkatan Laut tahun 2010-


2024 disesuaikan dengan struktur organisasi
pembentukan Koarmada RI, mulai dari kekuatan
terpusat, kewilayahan serta pendukung. Gelar
Organisasi terdiri dari organisasi kekuatan terpusat,
organisasi kekuatan kewilayahan dan organisasi
kekuatan pendukung.

Organisasi Kekuatan Terpusat.


Penggelaran organisasi TNI Angkatan Laut
sebagai Kotama Binops terdiri dari Koarmada RI
yang membawahi 3 Kolak Ops (Koarmada Barat,
Koarmada Tengah dan Koarmada Timur di mana
masing-masing Koarmada membawahi Guspurla),
Lantamal dan Kolinlamil serta 1 Kotama Bin yaitu
Kormar. Sebagai implikasi terbentuknya Koarmada
RI, maka Satkopaska Koarmabar dan Satkopaska
Koarmatim di-regrouping menjadi Kopaskahanla,
sedangkan Kolatarmabar dan Kolatarmatim di-
regrouping menjadi Kolathanla di bawah Koarmada
RI. Selain itu dibentuk Divisi 1, 2 dan 3 Marinir,
sebagai Kolakbin Kormar yang saat ini disebut
pasukan Marinir 1 dan pasukan Marinir 2, sedangkan

111
90
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

organisasi bentukan baru


Divisi 3 Marinir di Sorong
akan diproyeksikan sebagai
salah satu komponen SSAT
di Komando Armada RI
Kawasan Timur. Dengan
adanya 3 Koarmada maka
sebagai komponen SSAT
di wilayah Timur dibentuk
Pangkalan Marinir Sorong.

Organisasi Kekuatan Kewilayahan. Gelar


organisasi TNI Angkatan Laut yang tergolong dalam
kekuatan kewilayahan dikembangkan menjadi 14
Pangkalan kelas A (Lantamal) di bawah Koarmada
RI, sedangkan Lantamal membawahi 26 Pangkalan
kelas B, 27 Pangkalan kelas C. Dengan Komposisi
sebagai berikut: Lantamal I Belawan membawahi
Lanal kelas B (Sabang, Lhokseumawe, Dumai)
dan Lanal kelas C (Tg. Balai Asahan, Simeulue);
Lantamal II Padang membawahi Lanal kelas B
(Bengkulu) dan Lanal kelas C (Sibolga); Lantamal
III Tg. Pinang membawahi Lanal kelas B (Batam,
Ranai, dengan bentukan baru Tg. Uban) dan
Lanal kelas C (Tarempa, Dabo Singkep, Tg. Balai
Karimun); Lantamal IV Jakarta membawahi Lanal
kelas B (Palembang, Banten, Babel, Lampung)
dan Lanal kelas C (Cirebon) serta Lanal Khusus
(Bandung); Lantamal V Pontianak membawahi Lanal
kelas C (dengan bentukan baru Paloh, Mempawah,
Ketapang, Sambas); Lantamal VI Surabaya

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


91
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

membawahi Lanal kelas B (Cilacap, Semarang,


Denpasar) dan Lanal kelas C (Tegal, Batuporon,
Banyuwangi ) serta Lanal Khusus (Jogjakarta,
Malang). Lantamal VII Tarakan membawahi Lanal
kelas B (Balikpapan, Banjarmasin) dan Lanal
kelas C (Nunukan, Sangatta, Kotabaru); Lantamal
VIII Makassar membawahi Lanal kelas B (Palu,
Kendari) dan Lanal kelas C (dengan bentukan
baru Mamuju, Bau-bau, Kolaka); Lantamal IX
Kupang membawahi Lanal kelas B (Mataram)
dan Lanal kelas C (Maumere, Pulau Rote dengan
bentukan baru Waingapu); Lantamal X Manado
membawahi Lanal kelas B (Tahuna) dan Lanal kelas
C (Melonguane, Gorontalo, Toli-Toli); Lantamal XI
Ambon membawahi Lanal kelas B (Ternate, Tual)
dan Lanal kelas C (Saumlaki, Morotai); Lantamal
XII Sorong membawahi Lanal kelas C (dengan
bentukan baru Manokwari, Fakfak, Kaimana,
Bintuni); Lantamal XIII Jayapura membawahi Lanal
kelas B (Biak) dan Lanal kelas C (dengan bentukan
baru Mamuju Sarmi, Serui, Nabire); Lantamal XIV
Merauke membawahi Lanal Lanal kelas C (Aru,
Timika dengan bentukan baru Torasi, Agats).

Organisasi Kekuatan Pendukung.


Penggelaran organisasi kekuatan pendukung yaitu
Markas Besar yang terdiri atas:

Pertama, Eselon Pimpinan, Eselon


Pembantu Pimpinan, 25 Balakpus dan membawahi
3 Kotama Binops, 1 Kotama Pembinaan serta 3
Kotama Kolakops dengan uraian sebagai berikut:

111
92
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Unsur pimpinan terdiri dari Kasal dan Wakasal;


Unsur pembantu pimpinan/Staf terdiri atas: Itjen
TNI AL, Staf Ahli Kasal, Srena TNI AL, Spam TNI
AL, Sops TNI AL, Spers TNI AL, Slog TNI AL: Unsur
pelayanan/pelaksana staf terdiri atas: Puskodal,
Setumal dan Denma Mabesal; Unsur Pelaksana
Pusat, terbagi atas 25 Balakpus yang terdiri dari:
Akademi TNI Angkatan Laut, Seskoal, Dispamal,
Dispenal, Dishidros, Diskomlekal, Puspe­ nerbal,
Diskumal, Dispotmar, Disminpersal, Disdikal,
Diswatpersal, Diskesal, Puspomal, Dissenlekal,
Dislaikmatal, Disadal, Disfaslanal, Disbekal, Diskual,
Dislitbangal, Disinfolahtal, Dispsial, Disopslatal,
Koharmatal; Kotama Pembi­naan dan Operasional
terdiri Koarmada RI, Kolin­lamil dan Kormar; Kotama
Pembinaan terdiri atas Kobangdikal; 3 Kotama
Kolakops terdiri atas: Koar­mada Barat, Koarmada
Tengah dan Koarmada Timur.
Kedua, Gelar Kekuatan dan Kemampuan TNI
Angkatan Laut. Gelar kekuatan tersebut disesuaikan
dengan kekuatan TNI
Angkatan Laut yang
diarahkan untuk mendukung
tugas-tugas TNI Angkatan
Laut. Diselenggarakan
dalam kerangka Strategi
Pertahanan untuk menjaga
kedaulatan negara dan
keutuhan wilayah NKRI
Gelar Kekuatan dan Kemampuan yang mampu menjangkau
TNI Angkatan Laut.
seluruh wilayah perairan

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


93
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

NKRI, sehingga menjadi kekuatan yang disegani


kawan dan lawan. Pelaksanaan gelar kekuatan
TNI AL diarahkan untuk mampu memberikan efek
penangkalan yang tinggi dalam mengawal dan
menjaga wilayah NKRI, serta disesuaikan dengan
Strategi Pertahanan Laut Nusantara.
Penggelaran kekuatan dan kemampuan
TNI Angkatan Laut meliputi: Gelar Penindakan
(employment) dan Gelar Permanen (deployment).
Gelar penindakan diarahkan untuk melaksanakan
Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer
Selain Perang (OMSP), yang tetap mengacu
kepada perkembangan lingkungan strategis.
Gelar penindakan merupakan gelar operasional
dalam rangka penegakan kedaulatan negara,
yang penggunaannya berada di bawah Komando
dan Pengendalian Panglima TNI. Susunan gelar
yang bersifat penindakan disesuaikan dengan
hakikat ancaman yang dihadapi. Gelar penindakan
disusun dalam kekuatan SSAT yang terdiri dari
KRI, Pesawat Udara, Pangkalan dan Marinir serta
dilengkapi oleh satuan pendukung.
Kekuatan KRI terdiri atas unsur-unsur
kekuatan pemukul yang digelar di ZEE dan corong-
corong strategis, kekuatan patroli digelar di tiga ALKI
dan wilayah laut yang memiliki potensi gangguan
keamanan tinggi, sedangkan kekuatan pendukung
digelar berdasarkan kebutuhan operasi. Kekuatan
Pesud digelar dan dioperasikan dalam rangka
mendukung gelar penindakan unsur-unsur TNI AL

111
94
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

di wilayah kerja yang


menjadi tanggung ja­
wab masing-masing
Koar­mada. Kekuatan
Marinir digelar dalam
rangka proyeksi keku­
atan ke darat untuk ope­
rasi amfibi, operasi anti
amfibi dan tugas-tugas
KRI sebagai unsur operasi militer lain.
kekuatan pemukul
yang digelar di
ZEE dan corong- Dalam rangka mendukung Strategi
corong strategis,
serta kekuatan Pertahanan Laut Nusantara untuk digelar sesuai
patroli di tiga ALKI
dan wilayah laut
konstelasi geografi Indonesia sebagai negara
yang memiliki kepulauan, kebutuhan pokok TNI Angkatan Laut
potensi gangguan
keamanan tinggi adalah unsur KRI sebanyak 274 kapal berbagai jenis,
Pesud 160 unit berbagai jenis, Marinir sebanyak 3
Divisi marinir dan 2 Brigade BS dengan kebutuhan
Ranpur 1.439 unit,
Meriam 793 pucuk,
Roket 128 pucuk
serta 14 Pangkalan
Utama TNI Angkatan
Laut, serta Fasharkan
yang digelar secara
menyebar untuk
memberikan dukungan
maksimal.

Sedangkan Gelar Permanen merupakan


gelar kekuatan relatif tetap yang menjadi basis
kekuatan untuk mengantisipasi poros ancaman

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


95
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

secara proporsional. Implementasi dari gelar


permanen ini mencakup gelar satuan kapal, satuan
pesud, pangkalan dan satuan marinir pada tempat-
tempat yang strategis dan mampu melaksanakan
pengendalian laut serta proyeksi kekuatan secara
optimal, efektif dan efisien. Gelar permanen lebih
dititikberatkan pada tugas penyiapan kemampuan
dan memberi dukungan bagi satuan operasional
apabila terjadi krisis sekaligus dapat memberikan
efek penggentar (deterrence effect).

Gelar KRI sebagai


efek penggentar
(deterrence effect). Dalam rangka mendukung kebutuhan
operasional, disusun gelar yang bersifat permanen
disesuaikan dengan struktur organisasi Koarmada
RI, dengan wilayah kerja sebagai berikut:
Koarmada Barat dengan mako di Jakarta memiliki
wilayah tanggung jawab perairan barat sumatera
sampai dengan ALKI-I, Koarmada Tengah dengan
Mako di Surabaya memiliki wilayah tanggung
jawab perairan Laut Jawa, perairan selatan Jawa
(Samudera Hindia) sampai ALKI-II, Koarmada

111
96
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Timur dengan Mako


di Sorong memiliki
wilayah tanggung
jawab ALKI-III sampai
dengan perairan terluar
Papua. Koarmada
RI diintegrasikan
dengan struktur
organisasi terkait guna
mengamankan tiga
corong strategis yakni ALKI-I (Wilayah Barat), ALKI-
II (Wilayah Tengah) dan ALKI III (Wilayah Timur).

Dalam rangka mendukung unsur operasional


Koarmada, digelar 14 (empat belas) Lantamal
meliputi Lantamal I dengan Mako di Belawan,
Lantamal II dengan Mako di Padang, Lantamal
III dengan Mako di Tanjung Pinang, Lantamal IV
dengan Mako di Jakarta, Lantamal V dengan
Mako di Pontianak, Lantamal VI dengan Mako di
Surabaya, Lantamal VII dengan Mako di Tarakan,
Lantamal VIII dengan Mako di Makassar, Lantamal
IX dengan Mako di Kupang, Lantamal X dengan
Mako di Manado, Lantamal XI dengan Mako di
Ambon dan Lantamal XII di Sorong, Lantamal
XIII dengan Mako di Jayapura, Lantamal XIV
dengan Mako di Merauke serta dilengkapi dengan
Pangkalan Udara TNI AL (Lanudal) yang berlokasi
di Sabang, Matak, Tg. Pinang, Jakarta, Surabaya,
Manado, Ambon, Kupang, Aru, dan Biak.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


97
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Divisi 1 Marinir dengan


Mako di Surabaya digelar
untuk mendukung wilayah
kerja Koarmada Tengah,
Divisi 2 Marinir dengan Mako
di Jakarta digelar untuk
mendukung wilayah kerja
Koarmada Barat, Divisi 3
Marinir dengan Mako di Sorong digelar untuk
mendukung wilayah kerja Koarmada Timur.

3) TNI AU

TNI AU melaksanakan gelar kekuatan yang


diselenggarakan dalam kerangka Strategi
Pertahanan Udara Indonesia dengan konsep
strategi untuk memberikan efek deterrence dan
mengamankan wilayah dirgantara Indonesia sampai
di luar wilayah ZEE Indonesia. Fungsi yang diemban
dalam penggelaran kekuatan TNI AU diarahkan untuk
menghancurkan kekuatan musuh serta memberikan
payung udara yang melindungi kekuatan TNI dalam
penyelenggaraan operasi, baik di laut maupun di
darat. Gelar kekuatan TNI AU tersebut dikembangkan
dalam kerangka Trimatra Terpadu. Dalam rangka
itu, penggelaran tiga Koopsau akan disesuaikan
dengan penggelaran Divisi Kostrad dan Armada TNI
AL, sehingga menghasilkan suatu keterpaduan.

Penggelaran Kekuatan TNI AU meliputi


gelar kekuatan Pertahanan Udara (Hanud),
gelar kekuatan Pemukul Udara, gelar kekuatan

111
98
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

dalam rangka pengamanan ALKI, gelar kekuatan


dalam rangka pembinaan kemampuan dan gelar
kekuatan untuk memberikan dukungan logistik.
Gelar kekuatan Hanud diselenggarakan dalam
empat Kosek yang bermarkas di Medan, Jakarta,
Makassar, dan Biak.

Gelar satuan Radar (Satrad), unsur Tempur


Sergap, Satrudal dan Satmer di masing-masing
Kosek disesuaikan dengan datangnya ancaman
serta kemampuan Alutsista yang digelar. Gelar
tersebut telah memenuhi struktur pengembangan
organisasi yang direncanakan, sehingga langkah
ke depan adalah memantapkan gelar satuan-
satuan yang berada di lingkungan masing-masing
Kosek.

Gelar Satrad Kohanudnas, khususnya di


wilayah-wilayah yang belum terpasang sistem
radar, akan dikembangkan sehingga seluruh
wilayah NKRI dapat diawasi oleh sistem Radar.
Prioritas pengembangan Satrad diarahkan ke
wilayah Indonesia Tengah dan
Indonesia Timur. Gelar Satrad
tersebut dikembangkan untuk
menutup wilayah-wilayah
yang masih terdapat celah
(gap) sehingga diharapkan
gelar Satrad ini dapat
melingkupi seluruh wilayah
Nusantara. Pengamanan dan
pengendalian wilayah yurisdiksi

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


99
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

udara nasional (dirgantara) penting artinya dan


mempunyai nilai strategis meliputi deteksi dan
identifikasi.

Memperhatikan faktor ancaman dan kondisi


geografis Indonesia wilayah dirgantara dibagi dalam
Zona lapis III, II dan I. Hak Lintas Damai di ruang
udara nasional suatu negara seperti hubungan
pada hukum laut ditiadakan. Jadi, tidak satu pun
pesawat udara asing diperbolehkan melalui ruang
udara nasional suatu negara, tanpa izin negara
yang bersangkutan.
Satuan Rudal (Satrudal) yang selama ini belum
dapat direalisasikan akan dibangun dan dilengkapi
secara bertahap dengan mengombinasikan sistem
Rudal produksi dalam negeri yang dikendalikan
melalui satelit. Gelar Satrudal diprioritaskan di Pulau
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Timor, Maluku
Selatan (Tanimbar) dan Papua (Merauke). Pemukul
udara yang meliputi unsur-unsur pesawat penyerang
darat dan maritim, unsur pengintai strategis dan
taktis, unsur lintas udara, unsur SAR dan Paskhas
digelar di pangkalan-pangkalan operasi. Sistem gelar
tersebut mempunyai pertimbangan strategis untuk
mencapai kemampuan pendadakan yang tinggi
serta daya penghancuran maksimal terhadap setiap
ancaman udara terutama tindakan pelanggaran
wilayah udara atau serangan udara dari negara lain.
Berkaitan dengan hal tersebut, khusus
Skadron Tempur digelar secara seimbang di setiap
Koops. Skadron tempur di Pekanbaru ditujukan

100
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

untuk mewujudkan kekuatan


Trimatra Terpadu yang meliputi
wilayah Sumatera-Kalbar-
Kalteng. Skadron tempur yang
digelar di Lanud Iswahyudi
sekaligus ditujukan untuk
mewujudkan kekuatan Trimatra
Skadron tempur
di Pekanbaru Terpadu di wilayah Jawa. Gelar
ditujukan untuk
mewujudkan Skadron Tempur di Makassar sekaligus ditujukan
kekuatan Trimatra
Terpadu yang
untuk mewujudkan kekuatan Trimatra Terpadu
meliputi wilayah pada struktur organisasi yang dikembangkan.
Sumatera-Kalbar-
Kalteng Untuk menjamin pengamanan pangkalan, serta
kebutuhan gelar dalam rangka
penindakan pada sasaran
terpilih, Kesatuan Kopaskhas
digelar, baik di setiap Pangkalan
Induk maupun di pangkalan
lain dan dapat dikembangkan
sesuai dengan nilai strategis
pangkalan tersebut.

Skadron Angkut digelar secara seimbang


di masing-masing Koops untuk memaksimalkan
penyelenggaraan fungsi Lintas Udara, Pengungsian,
Medis Udara, SAR Udara, Penyusupan Udara, serta
transportasi udara dalam rangka operasi bantuan
TNI. Dalam rangka itu, gelar Skadron Angkut akan
dikembangkan secara bertahap. Bersamaan dengan
itu, dikembangkan juga pesawat angkut strategis
dan pesawat angkut taktis serta Heli sampai pada
tingkatan kemampuan di atas MEF, termasuk

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


101
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

diantaranya meningkatkan kemampuan pesawat


angkut khusus untuk VVIP dan VIP.

Gelar Skadron
Angkut akan
dikembangkan
secara bertahap.

Dalam struktur pengembangan organisasi,


gelar kekuatan TNI AU berada dalam suatu
keterpaduan antara Komando Kewilayahan TNI AD
dan Sistem Senjata Armada Terpadu TNI AL.

b. Gelar Komponen Cadangan


Komponen cada­ngan digelar sesuai de­ngan gelar
Komponen Utama
di setiap wilayah.
Komponen Cadangan
untuk memperkuat Kom­
ponen Utama seba­ gai
pengelola dan penye­
lenggara perta­hanan ne­
gara dalam menghadapi
Komponen Cadangan untuk memperkuat Komponen
setiap ancaman militer
Utama dan nonmiliter.

102
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

c. Gelar Komponen Pendukung

Komponen Pendukung digelar sesuai dengan kebutuhan


dukungan kepada Komponen Utama dan Komponen
Cadangan di setiap wilayah. Pengelolaan dan
penyelenggaraan Komponen Pendukung dilaksanakan
oleh Kementerian/Lembaga di luar bidang pertahanan.

4.6.2 Postur Pertahanan Nirmiliter

Pembangunan Pos­ tur per­


ta­hanan nirmiliter diseleng­garakan
pada kekuatan, kemampuan dan
gelar dalam rangka pertahanan
negara. Postur Pertahanan Nirmiliter
dikembangkan oleh masing-masing
Kementerian/Lembaga di luar bi­
Postur Pertahanan Nirmiliter dang pertahanan sesuai dengan
dikembangkan oleh masing-masing
Kementerian/Lembaga di luar bidang fungsinya dan ancaman nonmiliter
pertahanan sesuai dengan fungsinya yang dihadapi dalam wadah unsur
dan ancaman nonmiliter yang dihadapi.
utama dan unsur-unsur lain.

4.6.2.1 Kekuatan Pertahanan Nirmiliter


Kekuatan pertahanan nirmiliter dikembangkan oleh
masing-masing Kementerian/Lembaga di luar bidang pertahanan
sesuai dengan fungsinya masing-masing serta ancaman
nonmiliter yang dihadapi dalam wadah unsur utama dan unsur-
unsur lainnya.
a. Unsur Utama
Kekuatan unsur utama yang disiapkan oleh
Kementerian/Lembaga telah operasional sesuai dengan
ancaman nonmiliter yang dihadapi dan bersinergi dengan

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


103
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

seluruh kekuatan bangsa lainnya. Unsur utama menjadi


kekuatan utama dalam menghadapi ancaman nonmiliter.
Keterpaduan/sinergitas antara pertahanan militer dan
nirmiliter dalam pengelolaan dan penyelenggaraan
pertahanan negara.

b. Unsur-unsur Lain Kekuatan Bangsa


Semua unsur kekuatan bangsa di luar kekuatan unsur
utama yang dipersiapkan oleh Kementerian/Lembaga telah
bersinergi untuk membantu unsur utama sesuai ancaman
nonmiliter yang dihadapi.

Unsur-unsur lain kekuatan bangsa disiapkan sesuai


dengan peran dan fungsi dari masing-masing Kementerian/
Lembaga dalam rangka memberikan daya tangkal dan
menambah daya kekuatan untuk pertahanan nirmiliter.

4.6.2.2 Kemampuan Pertahanan Nirmiliter


Kemampuan pertahanan nirmiliter dibangun dalam
rangka mendukung penyelenggaraan pertahanan negara dalam
menghadapi ancaman nonmiliter. Kemampuan dari pertahanan
nirmiliter meliputi:

104
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

a. Kemampuan Kewaspadaan Dini


Kemampuan kewaspadaan dini dikembangkan untuk
mendukung sinergitas penyelenggaraan pertahanan militer
dan pertahanan nirmiliter secara optimal, sehingga terwujud
kondisi kepekaan, kesiagaan, dan antisipasi setiap warga
negara dalam menghadapi potensi dan indikasi timbulnya
bencana, baik bencana perang, bencana alam, maupun
bencana karena ulah manusia. Di sisi lain, kewaspadaan
dini dilakukan untuk memprediksi dampak ideologi, politik,
ekonomi, sosial dan budaya yang bisa menjadi ancaman/
gangguan bagi kedaulatan dan keutuhan NKRI serta
keselamatan bangsa yang berdasarkan UUD 1945.

b. Kemampuan Bela Negara


Kemampuan bela negara yang baik akan menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia.
Bela negara merupakan sikap dan perilaku setiap warga
negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Setiap negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan
diatur dengan undang-undang. Kemampuan bela negara itu
hakikatnya kesadaran dan kesediaan berbakti pada negara
serta kesediaan berkorban
membela negara.

Spektrum bela negara


itu sangat luas, dari yang
paling halus hingga yang
paling keras. Mulai dari

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


105
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-


sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.
Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat
yang terbaik bagi bangsa dan negara. Karena itu setiap
warga negara diarahkan untuk memiliki unsur dasar bela
negara, berupa: cinta tanah air; kesadaran berbangsa dan
bernegara; yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;
rela berkorban untuk bangsa dan negara; serta memiliki
kemampuan awal bela negara.

c. Kemampuan Diplomasi
Kemampuan diplomasi
dilakukan dengan menerapkan
manajemen yang lebih baik untuk
mengimplementasikan kebijakan
politik negara. Usaha dan kegiatan
diplomasi sebagai salah satu
kemampuan pertahanan nirmiliter
dioptimalkan untuk mendukung
upaya pertahanan negara. Usaha
dan kegiatan diplomasi diarahkan
untuk membangun sikap saling
percaya dan saling menghormati
kemerdekaan dan kedaulatan
masing-masing negara, serta tidak
saling mengintervensi urusan dalam negeri masing-
masing. Usaha diplomasi juga diarahkan sebagai lapis
pertahanan terdepan dalam menyelesaikan bentuk-
bentuk perselisihan atau konflik dengan negara lain.

106
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

d. Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)


dioptimalkan untuk mendukung pertahanan nirmiliter.
Iptek mencakup berbagai cabang ilmu pengetahuan
yang berpotensi memberikan dukungan besar bagi
kesejahteraan bangsa, keamanan, kelestarian lingkungan
hidup, pelestarian budaya bangsa dan taraf hidup
manusia. Kemajuan Iptek yang pesat dan bersifat universal
merupakan peluang bagi pembangunan kemampuan
pertahanan negara, terlebih dalam mempersiapkan
pertahanan nirmiliter yang melibatkan disiplin ilmu secara
integral. Kemampuan penguasaan teknologi bangsa
Indonesia secara umum dapat meningkatkan pertahanan
nirmiliter. Hal ini dapat dilihat dari penguasaan teknologi
kedirgantaraan, kelautan dan bahkan keantariksaan
secara terbatas. Penguasaan teknologi juga dapat dilihat
dari kemampuan membuat berbagai perangkat yang
berteknologi tinggi guna mendukung pertahanan siber.
Termasuk dalam penguasaan teknologi ini, di bidang biologi
untuk membangun biodefence.

e. Kemampuan Ekonomi

Kemampuan ekonomi dikem­


bangkan sampai pada tingkat
pertumbuhan yang cukup tinggi, berdaya
saing, dan mampu menyejahterakan
rakyat secara keseluruhan. Dalam
kondisi damai, usaha-usaha ekonomi
harus dapat mewujudkan kemandirian
serta menjamin kepastian dalam

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


107
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

penyediaan kebutuhan dasar masyarakat secara


berkesinambungan, yang pada gilirannya menjadi
penopang kepentingan pertahanan. Dalam kondisi darurat,
termasuk keadaan perang, kemampuan perekonomian
nasional harus dapat menjamin keberlangsungan upaya
pertahanan, termasuk menjamin kebutuhan logistik untuk
menghadapi perang berlarut dan mampu survive apabila
diembargo atau diblokade secara ekonomi.

f. Kemampuan Sosial

Kemampuan sosial diaktualisasikan dalam tata


kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Aktualisasi ini
diarahkan untuk menjunjung tinggi kerukunan dan hidup
berdampingan secara damai, tanpa mempersoalkan
perbedaan ras, agama, suku, dan golongan serta
kemampuan penyelamatan warga negara dari bencana
dan melakukan bantuan kemanusiaan. Perwujudan
kemampuan sosial bangsa Indonesia dikembangkan
melalui pendidikan, kesehatan, penanganan bencana dan
ketaatan terhadap hukum. Faktor-faktor tersebut menjadi
modalitas yang memberikan kontribusi bagi pertahanan
negara, yakni menentukan pembentukan masyarakat
yang cerdas, sehat, dan berkualitas. Selain itu, peran
media massa, sistem komunikasi dan informasi publik
dioptimalkan untuk mendukung implementasi kemampuan
sosial dalam mendukung keberhasilan usaha-usaha
pertahanan negara.

g. Kemampuan Moral
Kemampuan moral di­ ak­
tualisasikan dalam se­
mangat, motivasi, sikap, dan tata laku untuk menum­

108
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

buhkembang­kan na­­si­
o­na­lisme, patrio­tis­me,
dan heroisme dalam
rangka membela dan
mempertahankan Indo­
nesia dengan segala
kepentingannya.
Kemampuan moral juga
mencakup komitmen
bangsa Indonesia untuk
bangga sebagai bangsa Indonesia, percaya akan masa
depan bangsa Indonesia yang lebih baik, setia (loyal)
kepada negara dan pemerintah, memegang teguh nilai-
nilai kebangsaan yang terangkum dalam Pancasila,
serta menegakkan nilai-nilai universal seperti demokrasi,
hukum dan hak asasi manusia, serta keseimbangan dan
kelestarian lingkungan.

h. Kemampuan Dukungan Penyelenggaraan Pertahanan


Negara

Kemampuan dukungan penyelenggaraan


pertahanan negara mencakup kemampuan untuk
mengoptimalkan sarana dan prasarana serta wilayah
pertahanan untuk kepentingan kesejahteraan sekaligus
dapat didayagunakan untuk kepentingan pertahanan.
Pembangunan sarana dan prasarana pertahanan
disinkronkan di seluruh wilayah secara proporsional dan
seimbang. Pemberdayaan wilayah untuk kepentingan
pertahanan meliputi penataan ruang, alat, dan kondisi
juang yang memadukan kepentingan kesejahteraan dan
kepentingan pertahanan. Dalam pemberdayaan wilayah

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


109
111
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

pertahanan untuk mendukung kepentingan kesejahteraan


masyarakat dilaksanakan melalui pembangunan nasional
yang berkelanjutan. Pemberdayaan wilayah pertahanan
untuk meningkatkan kemampuan pertahanan dikelola
dengan memperhatikan hak masyarakat dan kepentingan
umum.

4.6.2.3 Gelar Kekuatan Pertahanan Nirmiliter


Gelar Kekuatan Pertahanan Nirmiliter diwujudkan dalam
Unsur Utama dan Unsur Lain yang dirancang untuk menghadapi
nonmiliter. Sedangkan Pertahanan Nirmiliter dikembangkan oleh
masing-masing Kementerian/ Lembaga di luar bidang pertahanan
sesuai dengan fungsinya masing-masing.

a. Unsur Utama
Unsur utama digelar pada lini depan (lapis pertama) di
daerah yang mengalami ancaman nonmiliter. Keberadaan
Kementerian/ Lembaga sesuai dengan peran dan
fungsinya sebagai unsur utama untuk mengatasi ancaman.
Gelar unsur utama disesuaikan dengan kantor atau badan
di wilayah pada setiap Propinsi/Kotamadya/Kabupaten di
seluruh wilayah Indonesia.

b. Unsur-unsur Lain Kekuatan Bangsa


Unsur-unsur lain kekuatan bangsa digelar sesuai dengan
peran dan fungsinya untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pelaksanaan tugas dari unsur utama. Unsur-
unsur lain kekuatan bangsa dapat memperkuat unsur
utama disesuaikan dengan ancaman yang dihadapi baik
ancaman bersifat militer maupun nonmiliter dalam rangka
mendukung pertahanan militer dan nirmiliter.

110
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Bab 5

PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

5.1 Umum
Pembangunan Postur Pertahanan Negara dilaksanakan sesuai
dengan pentahapan pada Renstra Pembangunan Nasional.
Sasaran pembangunan Postur Pertahanan Negara adalah
mendukung terwujudnya Indonesia dalam kondisi aman, damai
dan bersatu. Pembangunan Postur Pertahanan Negara pada
Tahap I merupakan pentahapan pembangunan yang telah
dilaksanakan serta sebagai starting point pada Tahap selanjutnya.
Untuk menjaga kesinambungan pembangunan pertahanan
negara maka pentahapan akan dilanjutkan pada Tahap II tahun
2015-2019 dan Tahap III tahun 2020-2024. Penyelenggaraan
pembangunan Postur Pertahanan Negara membutuhkan
dukungan alokasi anggaran pertahanan yang lebih proposional
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat
pula. Realisasi pembangunan Postur Pertahanan Negara sampai
dengan tahun 2014 belum mencapai 1% dari PDB. Diharapkan
untuk pembangunan Postur Pertahanan Negara pada Tahap
berikutnya dukungan anggaran akan mengalami peningkatan
yang signifikan dan proporsional seiring dengan pertumbuhan
perekonomian negara.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


111
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

5.2 Pembangunan Postur Pertahanan Negara Tahun


2015-2019
Sasaran Pembangunan Postur Pertahanan Negara Tahap II
merupakan kelanjutan Tahap I. Sasaran pembangunan meliputi
tercapainya pemenuhan Alutsista TNI, Harwat serta organisasi dan
Sarpras yang didukung oleh industri pertahanan, profesionalisme
dan kesejahteraan prajurit, menguatnya kemampuan intelijen,
menguatnya keamanan laut dan daerah perbatasan, serta
pembangunan organisasi sesuai rencana. Pembangunan Postur
Pertahanan untuk mewujudkan kondisi aman, damai dan bersatu
yang semakin mantap di seluruh wilayah Indonesia. Alokasi
anggaran pertahanan untuk mewujudkan pembangunan Postur
TNI pada Tahap II berkisar 2,2%-2,61% dari PDB.

5.2.1 Pembangunan Pertahanan Militer

Pembangunan Postur Pertahanan Militer dilaksanakan


melalui pembangunan Komponen Utama, Komponen Cadangan
dan Komponen Pendukung.

5.2.1.1 Komponen Utama

a. Mabes TNI

Mabes TNI telah melakukan beberapa pengadaan seperti:


Pengadaan kebutuhan alat peralatan dalam rangka
mendukung kegiatan operasi TNI bersifat Trimatra Terpadu
meliputi: Rantis dan Ransus, Alpalsus, senjata dan munisi,
Alkom, peralatan deteksi, peralatan Jihandak, peralatan
intelijen, K4IPP, Siskomsat, Alpernika, Aloptik, PUO dan
peralatan bantu isyarat/Sandi Manuvra Imager; Pengadaan
kebutuhan komunikasi elektronik, K4IPP, Siskomsat

112
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

dalam rangka mendukung kegiatan operasi TNI bersifat


Trimatra Terpadu. Pengadaan kebutuhan alat kesehatan
dalam rangka mendukung kegiatan operasi TNI bersifat
Trimatra Terpadu; Terpenuhinya kekuatan Matkomlek
dan Matpernika baik untuk Siskom, Sislek dan Sispernika
strategis yang meliputi: Alkomlek Siskomsat TNI, Alkom
Pam VVIP Kodam dan Paspampres, Alkom Passus, Alkom
Pamtas, Alpernika TNI, Alat Elektronika Deteksi, Simulator
Sislek dan Pernika, Alkom Kodalops; Terwujudnya
peningkatan kemampuan
bidang Komlek yang
meliputi: Peningkatkan
prosentase kemampuan
Pernika TNI baik untuk
serangan elektronika
(electronic attack),
perlindungan elektronika
(electronic protection)
maupun dukungan Pernika
(electronic warfare support)
yang semula cukup
tangguh (60%) menjadi tangguh (62%), peningkatan
prosentase kemampuan dukungan Komlek TNI dalam
rangka mendukung tugas-tugas TNI yang semula cukup
tangguh (69%) menjadi tangguh (71%); Terselenggaranya
gelar Komlek strategis TNI yang meliputi: Gelar Siskom
Pamtas Darat RI dengan negara tetangga, Gelar Siskom
Pam ALKI, Gelar Siskom Kodalops, Gelar Siskom Pam
VVIP, Gelar Sislek dan Pernika TNI.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


113
111
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

b. TNI AD

TNI AD melakukan pembangunan Komponen Utama


melalui pembangunan kekuatan, kemampuan dan gelar.
Pembangunan Kekuatan digolongkan lagi menjadi empat
bagian yaitu: organisasi, personel, materiil dan fasilitas
pangkalan. Pengembangan organisasi dilakukan dengan
mempedomani kebijakan right sizing yang diarahkan untuk
mencapai komposisi yang proporsional antara satuan
operasional dengan satuan pendukung yaitu 80:20, meliputi:
pembentukan satuan baru, pengembangan satuan/validasi
satuan dalam rangka peningkatan kemampuan dan alih
kodal satuan.

Pembentukan satuan baru


yang akan dilakukan adalah: Satpur
yang terdiri dari Divisi Raider di
Semarang (Kostrad), Brigif Kodam
VII/Wirabuana, Brigif di Masohi
(Kodam XVI/Patimura), Brigif di
Nagan Raya (Kodam IM), Yonif di
Natuna (Kodam I/ Bukit Barisan),
Yonif Mekanis di Sulut, Yonif di
Montasik (Kodam IM); Satbanpur
dan Satbanmin yang terdiri dari Kibengharlap Divisi (Linud,
Raider dan Mekanis) Kostrad, Kikes Divisi (Linud, Raider
dan Mekanis) Kostrad; Satkowil yang terdiri dari Likuidasi
Kodam VII/Wrb menjadi Kodam VII/Wrb dan Kodam Sulut,
Korem Kalimantan Utara (Kodam VI/Mulawarman), Yonif
Kodam XII/Tanjungpura Paloh Sambas, Korem Gorontalo
dan Korem Sulbar (Kodam VII/Wirabuana), Kodim Siak
dan Kodam Rokan Hilir (Kodam I/Bukit Barisan), Kodim

114
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

di Sangihe Talaud, Kodim di Aceh Tamiang


(Kodam IM), Koramil Oli Kobel, Mapuru Jaya,
Fakfak Barat, Buru Way, Fakfak Timur, Akat,
Kanggeme, Prafi, Payit dan Masni (Kodam
XVII/Cendrawasih), Koramil Kuta Panjang,
Merah Dua, Weh Pesam, Paya Bintang, Suak Setia,
Gumpang, Jeumpa, Lembah Sabil, Woyla Barat, Pandrah,
Klipe Jaya, Kluet Tengah, Lembah Selawah, Suro Makmur,
Blang Penggayong, Lambaro, Celala, Sema­dam, Singkil
Utara dan Blang Jeranggo (Kodam IM); Satintel yang terdiri
dari Deniteldam Sulut dan Unitinteldim di Sangihe Talaud;
Balakpus yang terdiri dari Skadron Serbu Kodam XII/Tpr
dan Skadron Serbu Kodam XVII/Cen.
Pengembangan Satuan/Validasi Satuan dalam
rangka peningkatan kemampuan yang akan dilakukan
adalah Satpur yang terdiri dari Madivif-1 menjadi Madiv Linud
di Cilodong (Kostrad), Madivif-2 menjadi Madiv Mekanis di
Singosari (Kostrad), Mabrigif 9 menjadi Mabrigif 9 Mekanis
di Jember (Kostrad), Mabrigif 6 menjadi Mabrigif 6/Raider
di Solo (kostrad), Yonif-509 menjadi Yonif-509/Mekanis di
Jember (Kostrad), Yonif 413 menjadi Yonif 413 Mekanis di
Sukoharjo (Kostrad), Yonif 515 menjadi Yonif 515 Mekanis
di Tanggul (Kostrad), Yonif 411 di Salatiga menjadi Yonif
411/Raider (Kostrad), Yonif 122 menjadi Yonif 122 Mekanis
di Pematang Siantar (Kodam I/Bukit Barisan).
Alih Kodal Satuan akan diterapkan di Brigif L-18
beserta Satjarnya dari Divif-2 ke Divisi Linud (kostrad),
Yonif 413 di Sukoharjo dari Brigif 6 ke Brigif 9 (Kostrad),
Yonif 514/R di Bondowoso dari Brigif 9 ke Brigif 6 (kostrad),
Seluruh satuan TNI AD di wilayah Provinsi Sulut, Sulteng
dan Gorontalo ke Kodam Sulut.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


115
111
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Pembangunan kekuatan personel dilakukan dengan


mempedomani kebijakan zero growth of personnel,
sehingga hanya diarahkan untuk pengisian kekurangan
akibat adanya proses pemisahan dan alih golongan.
Komposisi kekuatan militer sebanyak 316.198 orang
terdiri dari Perwira 37.483 orang, Bintara 142.224 orang,
Tamtama 136.491 orang dan PNS sebanyak 43.100 orang
terdiri dari Gol. IV 316 orang, Gol. III 9.712 orang, Gol. II
32.500 orang, Gol. I 572 orang.

Pengembangan materiil Alutsista dan Nonalutsista


diarahkan untuk modernisasi melalui pengadaan baru
untuk memenuhi kebutuhan satuan maupun penggantian
Alustsista/ Nonalustista yang dimiliki satuan, dengan rincian
sebagai berikut: pemenuhan materiil dan rematerialisasi
satuan.

Pemenuhan materiil pada senjata


sebanyak 32.558 pucuk yang terdiri dari
senjata ringan 32.550 pucuk dan senjata
berat 8 pucuk, ranpur sebanyak 371 unit
yang terdiri dari Panser Yonif Mekanis 110
unit dan Ranpur Kavaleri 261 unit, Rantis/
Ranmin/ Ransus sebanyak 3.573 unit,
Alangair dan Alperbekud sebanyak 3.436
unit/set, Bekal sebanyak 481.829 unit/buah/
set, Pesawat Terbang sebanyak 196 unit,
Materiil Zeni sebanyak 10.458 unit/bh/ set.

Alhub sebanyak 19.841 unit/buah/set, Matsus Intel


sebanyak 4.831 unit/bh/set, Munisi sebanyak 361.508.431
butir yang terdiri dari MKK 359.310.926 butir, MKB 488.508
butir, Musus 1.632.916 butir, Musus Sabang 76.081 butir,

116
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Optik sebanyak 752 unit/buah/set, Altop sebanyak 3.212


unit/buah/set, Materiil Kopassus sebanyak 6.184.278 unit/
buah/set dan Alkes sebanyak 7.953 unit/buah/set.

Rematerialisasi Satuan
dilaksa­
nakan di Kikavtai 1 di
Jakarta (Kostrad), Kikavser di
Kampar (Kodam I/Bukit Barisan).
Kikavser 2 di Yogyakarta (Kodam
IV/ Diponegoro), Kikavser di
Denpasar (Kodam IX/ Udayana),
Denkav 5 di Ambon (Kodam XVI/ Patimura), Denkav 3
di Timika, Yonkav 11 di Jantho (Kodam IM), Yonkav 7 di
Jakarta (Kodam Jaya).

Pengembangan fasilitas pangkalan diarahkan untuk


melanjutkan pembangunan pangkalan satuan baru yang
belum terpenuhi pada Renstra sebelumnya, melaksanakan
pembangunan pangkalan satuan baru sesuai pentahapan
pembangunan yang direncanakan serta melaksanakan
pemeliharaan bangunan perkantoran, perumahan dinas
dan fasilitas lainnya dalam rangka mendukung kesiapan
satuan.

Pembangunan Kemampuan terbagi atas,


kemampuan intelijen, kemampuan tempur, kemampuan
teritorial dan kemampuan dukungan. Kemampuan Intelijen
dilaksanakan melalui pendidikan dan latihan secara
berkesinambungan yang dilaksanakan dengan optimal
dan menghasilkan kegiatan intelijen sebagai berikut:
Penyelidikan, yaitu kemampuan untuk melaksanakan
penyelidikan baik dalam kegiatan maupun operasi intelijen
guna mengumpulkan bahan keterangan/data dalam rangka

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


117
111
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

tercapainya deteksi dini dan peringatan


dini di semua tingkat Komando
untuk setiap pelaksanaan tugas;
Pengamanan, yaitu kemampuan
melaksanakan pengamanan baik
pengamanan tubuh (personel,
materiil, berita dan kegiatan) maupun
pengamanan obyek vital nasional yang
bersifat strategis serta pengamanan
terhadap VVIP/VIP dalam rangka tercapainya situasi kondisi
yang aman dan kondusif dalam setiap pelaksanaan tugas;
Penggalangan, yaitu kemampuan melaksanakan kegiatan
penggalangan sesuai dengan tingkat keinginan yang
diharapkan guna penciptaan/pembentukan opini. Kontra
opini dalam rangka menciptakan kondisi yang diharapkan
untuk kepentingan TNI AD.

Kemampuan Tempur dikelompokkan menjadi tujuh.


Pertama, kemampuan pemukul strategis. Kemampuan
PPRC sebagai satuan kekuatan terpusat di Pulau Jawa dan
Pulau Central of Gravity Indonesia lainnya secara umum
dibangun secara seimbang, selaras optimal dan tangguh
antara Alutsista dan peralatan pendukung lainnya; Kedua,
kemampuan khusus, yaitu kemampuan operasi khusus
yang dilakukan oleh pasukan khusus untuk melaksanakan
Operasi Komando, Operasi Penanggulangan Teror serta
Operasi Sandi Yudha, secara terpusat dengan sarana
prasarana dan kemampuan mobilitas tinggi didukung
modernisasi Alutsista serta sumber daya manusia
yang profesional melalui pendidikan dan latihan yang
optimal; Ketiga, Kemampuan Raider, yaitu kemampuan

118
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Pasukan Raider Kodam/Kostrad yang profesional untuk


melaksanakan operasi penangkal awal Kodam dan
Kostrad secara umum dilengkapi Alutsista dan peralatan
pendukung guna menunjang pelaksanaan tugas; Keempat,
Kemampuan Pertahanan Wilayah Darat.

Pertahanan wilayah darat disusun dalam 15


Komando Kewilayahan secara tangguh sebagai sinergitas
antara operasi intelijen, operasi tempur dan operasi teritorial
guna terciptanya stabilitas wiayah untuk mencegah niat
disintegrasi, yang dilaksanakan dengan peningkatan
kekuatan, kemampuan dan penataan gelar; Kelima,
Kemampuan Pertahanan Udara Terbatas. Kemampuan
Pertahanan Udara Terbatas adalah optimalisasi Alutsista
dengan peranti teknologi tinggi, perlunya sumber
daya manusia berkompeten dan peralatan pendukung
dalam pelaksanaan tugas yang lebih optimal; Keenam,
Kemampuan Perang Elektronika (Pernika) Terbatas.
Kemampuan Pernika Terbatas disiapkan dalam rangka
mendukung kegiatan operasi dan latihan untuk menjamin
terselenggaranya komando dan pengendalian serta
pencegahan dan penindakan gangguan komunikasi dari
pihak lawan, didukung alat peralatan Pernika, sumber daya
manusia inovatif serta pendukung lainnya yang kenyal
dan adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi; Ketujuh, Kemampuan Nubika Pasif.
Kemampuan Nubika Pasif dengan dukungan dan gelar alat
peralatan kualitas tinggi dan kualitas sumber daya manusia
yang handal, sehingga mampu melaksanakan tindakan
pencegahan dan pengurangan dampak negatif terhadap
senjata nuklir, biologi dan kimia (Nubika).

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


119
111
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Kemampuan Teritorial. Memantapkan kemampuan


Binter melalui pengembangan Doktrin, pemenuhan sarana
prasarana dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
Aparat Teritorial.
Kemampuan Dukungan meliputi: Kemampuan
Diplomasi Militer. Pembinaan kemampuan militer
ditujukan pada terwujudnya peningkatan hubungan
persahabatan dengan Angkatan Darat negara sahabat
dengan mengedepankan prinsip saling menghormati,
kesetaraan, mendukung kepentingan nasional dan
kepentingan pertahanan serta tidak mencampuri urusan
dalam negeri melalui peningkatan kemampuan satuan
melalui: Menciptakan kepercayaan dan meningkatkan
persahabatan (Confidence Building Measures) guna
terselenggaranya kerjasama internasional yang saling
menguntungkan, bertingkat dan berlanjut; Mengupayakan
diplomasi mencegah konflik (Preventive Diplomacy)
dengan sasaran mencegah dan menurunnya tingkat
konflik dan pertikaian antara TNI AD dengan Angkatan
Darat negara lain; Turut serta dalam menciptakan
keamanan kawasan (Security Enhancement) dengan
sasaran meningkatnya keamanan dan menurunnya tingkat
kejahatan tradisional di wilayah nasional dan wilayah
regional serta meningkatnya pengakuan dunia terhadap
peran dan kontribusi TNI AD dalam upaya memelihara
stabilitas keamanan kawasan regional; Melaksanakan
misi damai dalam memberikan bantuan kemanusiaan dan
penanggulangan bencana serta pemeliharaan perdamaian
dunia (Humanitarian Assistance, Disaster Relief dan
Peace Keeping Operation) dengan sasaran meningkatnya
kemampuan dan peran serta TNI AD dalam misi damai

120
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

di forum internasional untuk bantuan kemanusiaan dan


penanggulangan bencana, meningkatnya pengakuan
dunia terhadap profesionalitas Satgas TNI AD pada misi
perdamaian PBB dan terpenuhinya standar kemampuan
Alutsista dan peralatan pendukung yang dipersyaratkan
kepada Satgas TNI AD pada misi perdamaian PBB.

Kemampuan Menguasai Perkembangan Teknologi


Militer dengan cara pengembangan teknologi militer yang
mendukung tercapainya MEF yang mampu menjalankan
tugas-tugas operasional keseluruh wilayah NKRI serta
memiliki kemampuan menangkal berbagai ancaman
terhadap kedaulatan Negara, peningkatan kemampuan
kerjasama dengan pabrikan produsen Alut/Alutsista dari luar
negeri melalui Joint research and development maupun joint
production guna transfer of technology dalam pembuatan
produk Alut/Alutsista dan peningkatan tingkat kandungan
dalam negeri (TKDN). Pengembangan produk baru (new
products development) yang memiliki kemampuan daya
penggentar (deterrent effect) yang dihasilkan secara mandiri
oleh seluruh potensi nasional secara sinergi.

Kemampuan Komando
Kendali Komunikasi Komputer
Intelejen Pengamatan
dan Pengintaian (K4IPP).
Peningkatan kemampuan
menye­lenggarakan K4IPP
guna menjamin ketepatan,
kecepatan dan kerahasiaan
dalam penyelenggaraan
pem­ binaan kekuatan dan

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


121
111
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

penggunaan kekuatan. Kemampuan ini digunakan


melalui Puskodal untuk pengoperasian dan pengolahan
data. Peningkatan kemampuan perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, pengawasan dan penyajian data dan
informasi yang diperlukan pimpinan untuk melaksanakan
Komando dan Kendali dalam rangka pembinaan dan
kesiapan satuan.

Sistem Informasi. Peningkatan kemampuan


perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengawasan dan
pengendalian sistem informasi yang diperlukan pimpinan
untuk melaksanakan Komando dan Kendali dalam rangka
pembinaan dan kesiapan satuan.

Sistem Komunikasi. Peningkatan kemampuan


perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengawasan dan
pengendalian sistem komunikasi yang diperlukan Pimpinan
untuk melaksanakan Komando dan Kendali dalam rangka
pembinaan dan kesiapan satuan.

Kemampuan Bantuan Operasi Kemanusiaan dan


Penanggulangan Bencana. Dalam pelaksanaan tugas
OMSP bersifat Non Tempur, satuan tugas TNI AD dalam
membantu penanggulangan bencana alam, pengungsian
dan pemberian bantuan kemanusiaan membutuhkan suatu
Organisasi dan Tugas (Orgas) yang memadai, dihadapkan
kepada bencana alam yang terjadi di darat, dimulai dari
tahap kegiatan perencanaan, persiapan, pelaksanaan
sampai dengan tahap pengakhiran.

Organisasi TNI AD untuk membantu menanggulangi


akibat bencana alam, pengungsian dan bantuan
kemanusiaan berbentuk Satuan Tugas (Satgas) PRC PB

122
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

TNI AD tingkat Nasional,


Satgas PRC PB tingkat
Provinsi dan Satgas PRC
PB tingkat Kabupaten/
Kota dan susunan
tugasnya sesuai dengan
tingkat bencana alam
yang terjadi. Organisasi
TNI AD berbentuk Satgas
PRC PB TNI AD yang
membawahi Staf Satgas dan Pelaksana Unit Kesehatan,
Unit Bekang, Unit Zeni, Yon PRC PB, Unit Komlek dan Unit
Evakuasi. Organisasi dan tugas dibentuk sesuai dengan
skala tingkatan bencana alam pada tingkat Nasional sampai
Daerah Kabupaten/Kota dan digerakkan atas permintaan
Kepala Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota melalui Kepala
BNPB Pusat, dan atau ke Kepala BPBD, dengan uraian
tugasnya masing-masing tahapan berisi kegiatan pada
Pra Bencana, Tanggap Darurat dan pasca Bencana.
Kemampuan melaksanakan Bantuan kepada
Pemda dan Polri. Penggunaan kekuatan TNI AD untuk
membantu pemerintah dalam hal ini Polri dalam rangka
tugas keamanan dan ketertiban masyarakat; bertujuan
untuk membantu tugas keamanan dan ketertiban
masyarakat, dilaksanakan atas permintaan pemerintah
dalam hal ini Polri atau dalam keadaan memaksa dan atau
mendesak untuk mengatasi eskalasi yang mengancam
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
bangsa. Pengerahan bantuan perkuatan TNI AD kepada
pemerintah dalam hal ini Polri untuk mencegah dan
menanggulangi gangguan keamanan dan ketertiban

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


123
111
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

masyarakat dilaksanakan dalam bentuk operasi militer


yang bersifat non tempur, yang terdiri dari operasi intelijen,
operasi teritorial, dan operasi bantuan Kamtibmas,
secara mandiri maupun terpadu dengan menggunakan
kemampuan tempur, kemampuan intelijen, kemampuan
pembinaan teritorial, dan kemampuan dukungan.

Pengerahan kekuatan bantuan satuan TNI AD


kepada pemerintah dalam hal ini Polri dalam rangka tugas
Kamtibmas dilaksanakan dalam bentuk operasi mandiri
ataupun terpadu yang penyelenggaraan dalam operasi
mandiri dilaksanakan secara tidak langsung melalui operasi
intelijen, operasi yustisi dan operasi teritorial sebagai
imbangan untuk membantu Polri dalam rangka tugas
Kamtibmas. Sedangkan operasi terpadu dilaksanakan
secara langsung dengan pengerahan kekuatan yang
sifatnya untuk membantu, memperkuat, melindungi dan
mengganti, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan
permintaan bantuan dari pihak pemerintah dalam hal ini
Polri.

Kemampuan mewujudkan Perdamaian Dunia.


Operasi pemeliharaan perdamaian
dunia merupakan salah satu bentuk
dari Operasi Dukungan Perdamaian
di bawah bendera PBB. Tujuan
operasi ini adalah menciptakan
perdamaian di suatu kawasan dalam
rangka mewujudkan keamanan dan
perdamaian internasional. Legalitas
Operasi Perdamaian Dunia diatur di
dalam Chapter VI Piagam PBB dimana

124
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

terdapat kewenangan pengerahan personel dan satuan


militer tanpa menggunakan kekuatan bersenjata (non-
use of force) yang realisasinya harus ada persetujuan
atau kesepakatan (consent) dengan negara tuan rumah
(host nation). Keabsahan pelibatan TNI dalam operasi
perdamaian dunia diatur dalam Pasal 7b Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI sebagai salah satu
bentuk operasi militer selain perang dan sebagai bentuk
komitmen bangsa Indonesia untuk berpartisipasi aktif dalam
terciptanya keamanan dan perdamaian dunia. Penyiapan
Kontingen TNI AD dalam operasi Perdamaian Dunia
merupakan rangkaian kegiatan penyiapan personel dan
kesatuan yang memuat penyiapan administrasi, organisasi,
materiil dan latihan berdasarkan ketentuan persyaratan dan
tugas pokok kontingen serta alokasi kebutuhan personel
dan kesatuan yang ditentukan oleh Mabes TNI. Organisasi
penugasan Kontingen TNI AD dalam operasi Perdamaian
Dunia dibentuk dalam rangka penugasan perorangan
maupun satuan mengacu kepada persyaratan yang harus
dipenuhi baik persyaratan administrasi, kemampuan serta
persyaratan kesiapan.

Pembangunan Gelar Kekuatan dikelompokkan


menjadi kekuatan terpusat, kekuatan kewilayahan dan
kekuatan pendukung. Kekuatan terpusat dilaksanakan di
Kostrad dengan melakukan pembentukan satuan baru,
meliputi Divisi Raider di Semarang, 3 Kibengharlap Divisi
(Linud, Raider dan Mekanis) dan 3 Kikes Divisi (Linud,
Raider dan Mekanis); Validasi satuan, meliputi Madivif-1
menjadi Madiv Linud di Cilodong, Madivif-2 menjadi
Madiv Mekanis di Singosari, Yonif-509 menjadi Yonif-509/

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


125
111
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Mekanis di Jember, Yonif 413 menjadi Yonif 413 Mekanis


di Sukoharjo, Yonif 515 menjadi Yonif 515 Mekanis di
Tanggul, Mabrigif 9 menjadi Mabrigif 9 Mekanis di Jember,
Mabrigif 6 menjadi Mabrigif 6/Raider di Solo dan Yonif 411
di Salatiga menjadi Yonif 411/Raider; Alih Kodal satuan,
meliputi Brigif L-18 beserta Satjarnya dari Divif-2 ke Divisi
Linud, Yonif 413 di Sukoharjo dari Brigif 6 ke Brigif 9 dan
Yonif 514/R di Bondowoso dari Brigif 9 ke Brigif 6; dan
Rematerialisasi Kikavtai 1 di Jakarta.

Gelar Kekuatan Kewilayahan terdiri atas Kodam I/


Bukit Barisan yang melakukan pembentukan satuan baru,
meliputi Yonif di Natuna dan 2 Kodim (Siak dan Rokan
Hilir), Rematerialisasi Kikavser di Kampar dan validasi
Yonif 122 menjadi Yonif 122 Mekanis di Pematang Siantar;
Kodam IV/Diponegoro melakukan rematerialisasi Kikavser
2 di Yogyakarta; Kodam VI/Mulawarman melakukan
pembentukan Korem (Pati) di Kalimantan Utara; Kodam
VII/Wirabuana melakukan pembentukan satuan baru,
meliputi likuidasi Kodam VII/Wrb menjadi Kodam VII/Wrb

126
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

dan Kodam Sulut, pembentukan 2 Korem (Gorontalo dan


Sulbar), Kodim di Sangihe Talaud, Unit Inteldim di Sangihe
Talaud, 1 Yonif Mekanis di Sulut dan 1 Brigif Kodam VII/
Wrb dan alih kodal seluruh satuan TNI AD di wilayah
Provinsi Sulut, Sulteng dan Gorontalo ke Kodam Sulut;
Kodam IX/Udayana melakukan rematerialisasi Kikavser di
Denpasar.
Kodam XVI/Patimura melakukan pembentukan Brigif
di Masohi, dan rematerialisasi Denkav 5 di Ambon; Kodam
XVII/Cendrawasih melakukan pembentukan satuan baru,
terdiri dari 10 (Oli Kobel, Mapuru Jaya, Fakfak Barat, Buru
Way, Fakfak Timur, Akat, Kanggeme, Prafi, Payit dan Masni),
dan rematerialisasi Denkav 3 di Timika; Kodam Iskandar
Muda melakukan pembentukan satuan baru, meliputi Brigif
di Nagan Raya, Kodim di Aceh Tamiang, 1 Yonif di Montasik
dan 20 Koramil (Kuta Panjang, Merah Dua, Weh Pesam,
Paya Bintang, Suak Setia, Gumpang, Jeumpa, Lembah Sabil,
Woyla Barat, Pandrah, Klipe Jaya, Kluet Tengah, Lembah
Selawah, Suro Makmur, Blang Penggayong, Lambaro,
Celala, Semadam, Singkil Utara dan Blang Jeranggo), dan
rematerialisasi Yonkav 11 di Jantho, Kodam Jaya melakukan
rematerialisasi Yonkav 7 di Jakarta.
Kekuatan Pendukung dilaksanakan dengan
melakukan pembentukan 2 Skadron Serbu (Kodam XII/Tpr
dan Kodam XVII/Cen).

c. TNI AL

Pembangunan kekuatan tahap II TNI Angkatan Laut


merupakan tindak lanjut dari pembangunan tahap I dengan
fokus menyelesaikan dan melanjutkan rencana strategi

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


127
111
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

tahap I yang belum selesai. Lanjutan pembangunan pada


tahap II tetap difokuskan kepada peningkatan kemampuan,
pengembangan organisasi dan pembangunan Alutsista.

Pembangunan tahap II diharapkan dapat


memantapkan pencapaian sasaran yang diproyeksikan
pada tahap I, serta memberikan landasan yang kuat untuk
pembangunan kekuatan tahap berikutnya. Pembangunan
kekuatan TNI Angkatan Laut pada tahap II tetap berorientasi
pada Trimatra terpadu.

Pembinaan/Pembangunan Kemampuan meliputi:


Intelijen, pertahanan, keamanan, pemberdayaan wilayah
pertahanan Laut (Dawilhanla) dan dukungan. Pembinaan
intelijen difokuskan kepada peningkatan kemampuan
pengamatan dan penyelidikan aspek laut, spionase,
sabotase dan teror serta kualitas SDM personel intel.

Pembinaan pertahanan tetap


difo­
kuskan kepada kemampuan
pepe­rangan permukaan, bawah
per­mukaan, ranjau dan pernika,
kemam­puan peperangan amfibi dan
pertahanan pantai serta kemampuan
peperangan khusus dalam meng­ha­
dapi peperangan asimetris (asymetric
warfare), kemampuan Anglamil.

Pembinaan keamanan tetap difokuskan kepada


kemampuan penegakan hukum di laut, kemampuan
pengamanan lalu lintas laut, kemampuan untuk
membantu pelaksanaan operasi militer selain perang
serta bantuan kepada Polri dan otoritas sipil, kemampuan

128
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

anti perompakan dan tindak kriminal di laut serta kegiatan


ilegal lainnya di laut.

Pembinaan pemberdayaan Wilayah Pertahanan Laut


(Dawilhanla). Tetap difokuskan kepada pembinaan potensi
nasional menjadi kekuatan pertahanan di bidang maritim,
dengan sasaran meningkatkan kegiatan pemberdayaan
dan pembinaan wilayah pertahanan negara matra laut baik
secara kualitas maupun kuantitas.

Pembinaan dukungan
tetap difokuskan kepada
kemampuan Surta Hidro-
Oseanografi, kemampuan
dukungan logistik operasi,
kemampuan pembinaan
K4IPP, kemampuan lem­
baga pendidikan, kemam­
puan penelitian dan
Patroli maritim TNI AL
pengem­bangan, kemam­
puan dalam mendukung
operasi kemanusiaan dan bantuan akibat bencana alam
(Humanitarian Assistance and Disaster Relief).
Pembinaan/Pembangunan kekuatan meliputi:
Organisasi, Personel, Materiil/Alutsista, pangkalan dan
pengadaan peralatan Paslasus, matbek dan matsus.
Pembangunan organisasi melanjutkan validasi organisasi
TNI Angkatan Laut dalam rangka pembentukan Koarmada RI
terutama pembentukan organisasi pendukung dibawah satker
kerja Koarmada. Pembangunan personel untuk pemenuhan
pengawakan organisasi dan Alutsista rencana kebutuhan
personel TNI Angkatan Laut tahap II berjumlah 88.673 orang

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


129
111
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

terdiri dari Militer: 79.162 orang, Perwira 14.800 orang, Bintara


33.563 orang dan Tamtama 30.799 orang serta PNS: 9.511
orang. Pembangunan Materiil/Alutsista dilakukan dengan
pengadaan dan penghapusan. Pengadaan KRI sebanyak 69
unit terdiri dari: Kapal Selam (KS) sebanyak 2 unit, Kapal PK
sebanyak 5 unit, Kapal PKR sebanyak 11 unit, Kapal KCR 3
unit, Kapal KCT sebanyak 4 unit, Kapal, Kapal PR sebanyak
4 unit, Kapal PC-40 sebanyak 17 unit,
Kapal MA sebanyak 1 unit, Kapal
AT sebanyak 12 unit, Kapal BCM
sebanyak 1 unit, Kapal BAP sebanyak
3 unit, Kapal BTD sebanyak 2 unit
Kapal BHO sebanyak 2 unit, Kapal
ASG sebanyak 1 unit dan Kapal BU
sebanyak 1 unit. Sedangkan penghapusan direncanakan
sebanyak 35 unit terdiri dari: Kapal Selam (SS) sebanyak
1 unit, Kapal PK sebanyak 5 unit, Kapal PKR sebanyak 5
unit, Kapal PR sebanyak 2 unit, Kapal FPB sebanyak 2 unit,
Kapal PC sebanyak 9 unit, AT sebanyak 7 unit, Kapal BAP

111
130 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

sebanyak 1 unit, Kapal BHO sebanyak 1 unit, kapal ASG


sebanyak 1 unit dan Kapal BU sebanyak 1 unit.

Pengadaan Pesawat Udara sebanyak 39 unit yang


terdiri dari: Pesud MPA sebanyak 12 unit, Pesud Angkut
sebanyak 5 unit, Heli AKS sebanyak 6 unit, Heli AKPA
sebanyak 10 unit, Heli Angkut sebanyak 4 unit, Heli Latih
sebanyak 2 unit. Sedangkan Penghapusan Pesud sebanyak
18 unit terdiri dari: Pesud MPA sebanyak 6 unit, Pesud
Angkut sebanyak 4 unit, Pesud Latih sebanyak 2 unit, Heli
Angkut sebanyak 4 unit dan Heli Latih sebanyak 2 unit

Pengadaan Marinir meliputi pengadaan Ranpur


Marinir sebanyak 279 terdiri dari: Tank Amfibi sebanyak 75
unit, Pansam sebanyak 124 unit, Kapa sebanyak 72 unit,
BTR sebanyak 8 unit. Sedangkan penghapusan Ranpur
marinir sebanyak 83 unit terdiri dari. Tank Amfibi sebanyak
34 unit, Pansam sebanyak 51 unit, Kapa sebanyak 8 unit.

Pengadaan pangkalan dilanjutkan dengan melakukan


pembangunan pangkalan Posal Paloh kelas B menjadi
Lanal kelas C, peningkatan Pos di Temajuk dari Posal
kelas B menjadi Posal kelas A (Tg Datu dan Pulau Nipah),
peningkatan faslabuh, fasbek, fasharkan, faswatpers serta
fasbinlan yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi
dan kebutuhan unsur-unsur gelar. Selain itu juga pengadaan
peralatan Paslasus, matbek dan matsus.

d. TNI AU

Pembangunan kekuatan TNI Angkatan Udara


diarahkan pada penyusunan doktrin, organisasi, sumber
daya manusia dan kekuatan. Sasaran bidang doktrin
adalah sebagai berikut: tersusunnya seluruh doktrin,

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


131
111
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

buku-buku petunjuk maupun protap-protap di seluruh


jajaran TNI AU. Sasaran bidang organisasi adalah sebagai
berikut: terwujudnya organisasi yang efektif dan efisien
untuk pelaksanaan tugas TNI AU, revisi dan penyesuaian
organisasi jajaran TNI AU, restrukturisasi Kodikau menjadi
Kodiklatau, membawahi satuan pendidikan lainnya di
TNI AU. Sasaran bidang sumber daya manusia adalah
sebagai berikut: terpenuhinya jumlah prajurit TNI AU
sebesar: 35.275 orang dan terpenuhinya jumlah PNS TNI
AU sebesar: 5.687 orang.
Sasaran bidang
kekuatan meliputi: Skadron
udara yang memiliki 8 skadron
tempur; Memiliki 6 skadron
angkut (penggantian C-130B
dengan sekelas A-400 atau
C-17); Memiliki 2 skadron
VIP/VVIP (rundown pesawat
B-737-200 dan F-28 yang
habis pakai tahun 2018-2019).
Memiliki 2 skadron intai (menambah 1 skadron
intai taktis dengan pemisahan CN-235 MPA yang akan
digelar di Lanud Soewondo dan penggantian B-737-
200 dengan intai strategis sejenis); pengadaan pesawat
berkemampuan khusus tanker jet, comint/sigint, dan AEW
baru yang akan dititipkan di skadron udara yang tipenya
sejenis atau membentuk skadron udara baru, memiliki 4
skadron helikopter (pengadaan angkut berat sekelas CH-
47D Chinook untuk menggantikan SA-330). Memiliki 2
skadron latih,memiliki 2 skadron PTTA di Lanud Supadio
dan Lanud Manuhua.

132
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Satuan radar memiliki mini­


mum 28 satrad (menambah
5 Satrad di Ambon, Kendari,
Tanjung Pandan, Sumbawa,
dan Bengkulu), dan mengganti
radar Ngliyep. Diharapkan
pada Renstra ini terpenuhi 32
satrad (Madiun, Banjarmasin,
Makassar, dan Sorong, dan
mengganti radar Congot
dan Pemalang). Namun apabila tidak memungkinkan,
melengkapi 32 satrad akan dilanjutkan pada Renstra
berikutnya.

Rudal Jarak Sedang memiliki 4 satbak rudal jarak


sedang (menambah 2 satbak baru di Ranai dan Biak) untuk
melengkapi sistem persenjataan hanud terminal.

Penangkis serangan
udara dibangun dengan
menambah 6 battery PSU
jarak pendek untuk melengkapi
sistem persenjataan hanud
titik yang akan ditempatkan
di Lanud Iswahjudi, Lanud
Roesmin Nurjadin, dan
Lanud Abdulrachman Saleh. Masing-masing Lanud akan
ditempatkan 2 battery.

Korpaskhas memiliki 3 Wing (terdiri atas 9 Skadron


Paskhas dan 9 Denhanud, dengan pembentukan 3
Denhanud baru), 1 Pusdiklat, 1 Satbravo.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


133
111
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Pangkalan TNI AU memiliki 10 Lanud Tipe A


(peningkatan Lanud Adi Soemarmo) dan 12 Lanud Tipe
B, 14 Lanud Tipe C, 8 Lanud Tipe D, 16 Detasemen dan
65 Pos TNI AU, dengan peningkatan kesiapan setiap
pangkalan. Pengembangan Lanud Liku Paloh Sambas
Kalimantan Barat.

Depohar memiliki 7 depohar, yang terdiri atas 26 sathar.

Skatek memiliki 9 skatek, dengan kemampuan operasional


yang dapat diandalkan.

e. Distribusi Anggaran Alutsista

Alokasi anggaran Alutsista untuk TNI AD Tahap II


diarahkan untuk pengadaan Alut berupa perlengkapan
satuan kewilayahan, kendaraan taktis padat teknologi,
alat transportasi, Heli padat teknologi, perlengkapan
perseorangan, dan pembangunan pangkalan satuan
baru. Untuk TNI AL, dialokasikan Tahap II diarahkan untuk
prioritas sarana angkut, kapal selam, kapal atas air, Pasukan
Marinir, serta kapal patroli cepat. Untuk TNI AU, anggaran
Alutsista Tahap II diarahkan untuk prioritas pengadaan alat
transportasi/angkut, surveillance/Radar, sistem senjata
udara-darat, dan sistem senjata udara-udara.

134
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

f. Kesejahteraan Prajurit

Pada tahap II penghasilan prajurit dalam bentuk


gaji dan tunjangan, telah didukung pula dengan pemberian
remunerasi yang semakin meningkat sehingga tuntutan
kinerja sudah bisa diwujudkan sesuai dengan analisa
beban kerja.

Di bidang layanan kesehatan, telah dapat


diwujudkan melalui layanan dokter dan rumah sakit serta
layanan obat-obatan yang diberikan secara penuh dengan
kualitas baik.

Penyediaan fasilitas perumahan bagi prajurit,


berupa fasilitas rumah dinas atau asrama oleh pemerintah
telah dapat dipenuhi secara bertahap. Sedangkan bagi
prajurit yang menjelang purnabakti, secara keseluruhan
sudah diarahkan untuk pembelian perumahan pribadi
melalui kredit KPR.

Selanjutnya sistem pensiun sudah dibenahi untuk


menjamin kepastian ketenangan hidup prajurit di masa
purnabakti, sebagai bentuk penghargaan negara atas
dedikasi dan pengabdiannya selama berdinas aktif.

5.2.1.2 Komponen Cadangan

Pembangunan Komponen Cadangan pada tahap II


dititikberatkan pada upaya pengesahan legislasi oleh DPR.
Proses pembangunan tetap dilakukan untuk melanjutkan
penyiapan kekuatan Komponen Cadangan. Secara bertahap
direncanakan untuk pengisian matra darat, matra laut dan matra
udara bagi daerah-daerah yang diprioritaskan.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


135
111
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Pembangunan postur Komponen Pendukung diselenggarakan melalui penataan sumber


daya nasional untuk Komponen Pendukung dan hasil penataannya dilakukan pembinaan
secara terbatas.

5.2.1.3 Komponen Pendukung

Pembangunan Komponen Pendukung pada tahap II


adalah kegiatan dalam rangka pembangunan postur Komponen
Pendukung diselenggarakan melalui penataan sumber daya
nasional untuk Komponen Pendukung dan hasil penataannya
dilakukan pembinaan secara terbatas.

5.2.2 Pembangunan Pertahanan Nirmiliter

Unsur utama, Unsur lain dan Pemda serta kekuatan bangsa


lainnya dipersiapkan agar mampu mengintegrasikan satu dengan
lainnya sebagai kekuatan pertahanan nirmiliter. Keterpaduan
dalam mengelola dan menyelenggarakan pertahanan nirmiliter
sangat ditentukan oleh pembangunan yang berkelanjutan dan

136
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

memiliki nilai strategis yang mampu menghadapi ancaman


bersifat militer maupun nonmiliter.

5.2.2.1 Unsur Utama

Melanjutkan pembangunan yang telah dicapai pada


tahap I dan memprioritaskan pada kemampuannya yang fleksibel
dalam rangka menghadapi ancaman nonmiliter sesuai bentuk
dan sifatnya.

5.2.2.2 Unsur Lain Kekuatan Bangsa

Melanjutkan pembangunan yang telah dicapai pada


tahap I dan mempersiapkan kemampuannya dalam mening­
katkan efektifitas dan efisiensi dukungan terhadap unsur utama.

5.3 Pembangunan Postur Pertahanan Negara Tahun


2020-2024
Pembangunan
Postur Pertahanan
Negara tahap III
merupakan tahap
akhir dari RPJPN
Pem­bangu­nan Na­
sional bidang perta­
hanan negara yang
diharapkan ter­capai­
nya sesuai de­ ngan sasaran. Sasaran Pembangunan Postur
Pertahanan Negara Tahap III adalah terwujudnya rasa aman,
damai dan bersatu. Pembangunan pertahanan yang mencakup
sistem dan strategi pertahanan, postur dan struktur pertahanan,

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


137
111
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

profesionalisme TNI, pengembangan teknologi pertahanan dalam


mendukung ketersediaan Alutsista, Komponen Cadangan dan
Komponen Pendukung pertahanan diarahkan untuk diwujudkan
kemampuan pertahanan yang melampaui kekuatan pertahanan
minimal. Alokasi anggaran pertahanan untuk mewujudkan
pembangunan Postur TNI pada Tahap III berkisar 2,74% sampai
dengan 3,14% dari PDB. Pada Tahap ini sudah mulai untuk
mengevaluasi pembangunan postur pertahanan negara dan
menata kembali kemampuan, kekuatan dan gelar pertahanan
negara.

5.3.1 Pembangunan Postur Pertahanan Militer

Pembangunan Postur Pertahanan Militer dilaksanakan


melalui pembangunan Komponen Utama, Komponen Cadangan
dan Komponen Pendukung.

5.3.1.1 Komponen Utama

a. Mabes TNI

Pengadaan kebutuhan alat peralatan dalam rangka


mendukung kegiatan operasi TNI bersifat Trimatra Terpadu
meliputi: Rantis dan Ransus, Alpalsus, senjata dan munisi,
Alkom, peralatan deteksi, peralatan Jihandak, peralatan
intelijen, K4IPP, Siskomsat, Alpernika, Aloptik, PUO dan
peralatan bantu isyarat/Sandi Manuvra Imager.

Pengadaan kebutuhan komunikasi elektronik,


K4IPP, Siskomsat dalam rangka mendukung kegiatan
operasi TNI bersifat Trimatra Terpadu.

Pengadaan kebutuhan alat kesehatan dalam rangka


mendukung kegiatan operasi TNI bersifat Trimatra Terpadu.

138
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Terpenuhinya kekuatan Matkomlek dan Matpernika


baik untuk Siskom, Sislek dan Sispernika strategis yang
meliputi: Alkomlek Siskomsat TNI, Alkom Pam VVIP Kodam
dan Paspampres, Alkom Passus, Alkom Pamtas, Alpernika
TNI, Alat Elektronika Deteksi, Simulator Sislek dan Pernika,
Alkom Kodalops.
Terwujudnya peningkatan kemampuan bidang
Komlek yang meliputi: meningkatkan prosentase
kemampuan Pernika TNI baik untuk serangan elektronika
(electronic attack), perlindungan elektronika (electronic
protection) maupun dukungan Pernika (electronic warfare
support) yang semula cukup tangguh (62%) menjadi
tangguh (64%) dan meningkatkan prosentase kemampuan
dukungan Komlek TNI dalam rangka mendukung tugas-
tugas TNI yang semula cukup tangguh (71%) menjadi
tangguh (74%).
Terselenggaranya gelar Komlek strategis TNI yang
meliputi: Gelar Siskom Pamtas Darat RI dengan negara
tetangga, Gelar Siskom Pam ALKI, Gelar Siskom Kodalops,
Gelar Siskom Pam VVIP, Gelar Sislek dan Pernika TNI.

b. TNI AD

TNI Angkatan Darat bertugas melakukan pembangunan


kekuatan, pembangunan kemampuan dan pembangunan
gelar kekuatan.

1) Pembangunan Kekuatan
Pembangunan kekuatan dapat dijabarkan
sebagai berikut: organisasi, personel, materiil dan
fasilitas pangkalan. Pengembangan organisasi

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


139
111
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

dilakukan dengan mempedomani kebijakan right


sizing yang diarahkan untuk mencapai komposisi
yang proporsional antara satuan operasional
dengan satuan pendukung yaitu 70:30.

Pembentukan satuan baru yang terdiri dari


Satpur, meliputi: Yonif Mekanis di Palembang
(Kodam II/Sriwijaya), Yonif Mekanis di Jabar
(Kodam III/Siliwangi), Yonif Mekanis di Jateng
(Kodam IV/Diponegoro), Yonif Mekanis di Bali
(Kodam IX/Udayana), Yonif Mekanis di Balikpapan
(Kodam VI/Mulawarman), Yonif Mekanis di Arso
Keerom (Kodam XVII/Cendrawasih).

Satbanpur dan Satbanmin, meliputi


Denarhanud Rudal di Mempawah (Kodam XII/
Tanjungpura); Satkowil, meliputi: Likuidasi
Kodam XVII/ Cendrawasih menjadi Kodam XVII/
Cendrawasih dan Kodam Papua Barat beserta
15 Balakdam dan 1 Rindam Papua Barat, Koramil
Kadewan dan Mojoanyar (Kodam V/ Brawijaya),
Koramil Kuta Blang, Cot Gil, Babul Makmur,
Simpang Mamplam, Nibong, Darussalam, Trumun
Timur, Kuala, Mane, Woyla Timur, Kuta Juang dan
Permata (Kodam IM); Satintel, meliputi: Deniteldam
Papua Barat; Balakpus, meliputi: Skadron Serbu
Kodam Sulut, Skadron Serbu Kodam Papua Barat
dan Skadron Serbu Kodam I/Bukit Barisan); Alih
Kodal Satuan, meliputi: seluruh satuan TNI AD di
wilayah Provinsi Papua Barat dari Kodam XVII/
Cendrawasih ke Kodam Papua Barat.

140
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Pengembangan Personel. Pembangunan


keku­ atan personel dilakukan dengan mempedo­
mani kebijakan zero growth of personnel sehingga
hanya diarahkan untuk pengisian kekurangan
akibat adanya proses pemisahan dan alih golongan.
Militer sebanyak 316.198 orang terdiri dari Perwira
36.010 orang, Bintara 139.335 orang, Tamtama
140.853 orang. PNS sebanyak 43.100 orang terdiri
dari Gol. IV 410 orang, Gol. III 12.028 orang, Gol. II
30.662 orang, Gol. I0 orang.
Materiil. Pengembangan materiil Alutsista
dan Non Alutsista diarahkan untuk modernisasi
melalui pengadaan baru untuk memenuhi
kebutuhan satuan maupun penggantian Alutsista/
Nonalutsista yang dimiliki satuan, dengan rincian
sebagai berikut:
Pemenuhan Materiil meliputi: senjata
sebanyak 39.005 pucuk terdiri dari senjata ringan
38.995 pucuk dan senjata berat 10 pucuk. Ranpur

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


141
111
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

sebanyak 410 unit terdiri dari


Panser Yonif Mekanis 129 unit dan
Ranpur Kavaleri 281 unit; Rantis/
Ranmin/Ransus sebanyak 5.159
unit; Alangair dan Alperbekud
sebanyak 6.808 unit/set; Bekal
sebanyak 1.066.790 unit/buah/set/
paket; Pesawat Terbang sebanyak
177 unit; Materiil Zeni sebanyak
10.559 unit/ buah/set; Alhub sebanyak 27.288
unit/buah/set; Matsus Intel sebanyak 6.786 unit/
buah/ set; Munisi sebanyak 371.897.883 butir;
MKK 369.919.486 butir; MKB 549.281 butir; Musus
1.374.770 butir; Musus Sabang 54.346 butir; Optik
sebanyak 3.397 unit/buah/set; Altop sebanyak
7.262 unit/buah/set; Materiil Kopassus sebanyak
5.167.592 unit/buah/set; Alkes sebanyak 12.449
unit/buah/set.

Rematerialisasi Satuan yang meliputi:


Yonkav 4 di Bandung (Kodam III/ Siliwangi); Yonkav
3 di Malang dan Kikavser 3 di Sidoarjo (Kodam V/
Brawijaya) Rematerialisasi Kikavser di Manado
(Kodam Sulut); Yonarmed 17/105 di Pidie (Kodam
IM); Denarhanud Rudal 003 di Cikupa (Kodam Jaya);
Kikav Puslatpur di Baturaja (Kodiklat TNI AD).

Fasilitas Pangkalan. Pengembangan


fasilitas pangkalan diarahkan untuk melanjutkan
pembangunan pangkalan satuan baru yang belum
terpenuhi pada Renstra TNI AD tahun 2005-2009,
melaksanakan pembangunan pangkalan satuan

142
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

baru sesuai pentahapan pembangunan yang


direncanakan serta melaksanakan pemeliharaan
bangunan perkantoran, perumahan dinas dan
fasilitas lainnya dalam rangka mendukung kesiapan
satuan dan memperpanjang usia pakai fasilitas.

2) Pembangunan Kemampuan

Kemampuan Intelijen. Kemampuan Intelijen


dilaksanakan melalui pendi­
dikan dan latihan secara berke­
sinambungan yang dilaksanakan
dengan optimal dan menghasilkan
kegiatan intelijen sebagai be­
rikut: Penyelidikan. Mampu me­
laksanakan penyelidikan baik
dalam kegiatan maupun operasi
intelijen guna mengumpulkan
bahan keterangan/data dalam
rangka tercapainya deteksi dini dan
peringatan dini di semua tingkat Komando untuk
setiap pelaksanaan tugas; Pengamanan. Mampu
melaksanakan pengamanan baik pengamanan
tubuh (personel, materiil, berita dan kegiatan)
maupun pengamanan obyek vital nasional yang
bersifat strategis serta pengamanan terhadap
VVIP/VIP dalam rangka tercapainya situasi kondisi
yang aman dan kondusif dalam setiap pelaksanaan
tugas; Penggalangan. Mampu melaksanakan
kegiatan penggalangan sesuai dengan tingkat
keinginan yang diharapkan guna penciptaan/

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


143
111
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

pembentukan opini. Kontra opini dalam rangka


menciptakan kondisi yang dihararapkan untuk
kepentingan TNI AD.

Kemampuan Tempur. Kemampuan Tem­pur


meliputi: Kemampuan Pemukul Strategis. Kemam­
puan PPRC sebagai satuan kekuatan terpusat di
Pulau Jawa dan Pulau Central of Gravity Indonesia
lainnya secara umum dibangun secara seimbang,
selaras optimal dan tangguh antara Alutsista dan
peralatan pendukung lainnya.

Kemampuan Khusus. Kemampuan operasi


khusus oleh pasukan khusus untuk melaksanakan
Operasi Komando, Operasi Penanggulangan Teror
serta Operasi Sandi Yudha, secara terpusat dengan
sarana prasarana dan kemampuan mobilitas tinggi
didukung Alutsista yang seimbang dengan kualitas
sumber daya manusia tinggi melalui pendidikan
dan latihan yang optimal.

Kemampuan Raider. Kemampuan Pasukan


Raider Kodam/Kostrad yang profesional untuk melak­
sanakan operasi penangkal awal Kodam dan Kostrad
secara umum dilengkapi Alutsista dan peralatan
pendukung guna menunjang pelaksanaan tugas.

144
111
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Kemampuan Pertahanan Wilayah Darat.


Pertahanan wilayah darat disusun dalam 15
Komando Kewilayahan secara tangguh sebagai
sinergitas antara operasi intelijen, operasi
tempur dan operasi teritorial guna terciptanya
dehumanisasi dan deradikalisasi untuk mencegah
niat disintegrasi, dilaksanakan dengan peningkatan
kekuatan, kemampuan dan penataan gelar.

Kemampuan Pertahanan Udara Terbatas.


Kemampuan Pertahanan Udara Terbatas adalah
optimalisasi Alutsista dengan peranti teknologi
tinggi, perlunya sumber daya manusia berkompeten
dan peralatan pendukung dalam pelaksanaan tugas
yang lebih optimal.

Kemampuan Pernika Terbatas.


Kemampuan Peperangan Elektronika (Pernika)
Terbatas disiapkan dalam rangka mendukung
kegiatan operasi dan latihan untuk menjamin
terselenggaranya komando dan pengendalian
serta pencegahan dan penindakan gangguan
komunikasi dari pihak lawan, didukung alat
peralatan Pernika, sumber daya manusia inovatif
serta pendukung lainnya yang kenyal dan adaptif
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Kemampuan Nubika Pasif. Kemampuan


Nubika Pasif dengan dukungan dan gelar alat
peralatan kualitas tinggi dan kualitas sumber
daya manusia yang handal, sehingga mampu

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


145
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

melaksanakan tindakan pencegahan dan


pengurangan dampak negatif terhadap senjata
nuklir, biologi dan kimia (Nubika).

Kemampuan Teritorial. Kemampuan teritorial


memantapkan kemampuan Binter Perorangan,
Binter Satuan dan Binter Kerjasama melalui
pengembangan Doktrin, pemenuhan sarana
prasarana dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia Aparat Teritorial.

Kemampuan Dukungan. Kemampuan


Diplomasi Militer. Pembinaan kemampuan
militer ditujukan pada terwujudnya peningkatan
hubungan persahabatan dengan Angkatan Darat
negara sahabat dengan mengedepankan prinsip
saling menguntungkan, kesetaraan, mendukung
kepentingan nasional dan kepentingan pertahanan
serta sikap saling menghormati kedaulatan dan
tidak mencampuri urusan dalam negeri melalui
peningkatan kemampuan satuan dan personel
TNI AD melalui: Menciptakan kepercayaan dan
meningkatkan persahabatan (Confidence Building
Measures) guna terselenggaranya kerjasama
internasional yang saling menguntungkan,
bertingkat dan berlanjut; Mengupayakan diplomasi
mencegah konflik (Preventive Diplomacy) dengan
sasaran mencegah dan menurunnya tingkat konflik
dan pertikaian antara TNI AD dengan Angkatan
Darat negara lain; Turut serta dalam menciptakan
keamanan kawasan (Security Enhancement)
dengan sasaran meningkatnya keamanan dan

111
146 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

menurunnya tingkat kejahatan tradisional di wilayah


nasional dan wilayah regional serta meningkatnya
pengakuan dunia terhadap peran dan kontribusi
TNI AD dalam upaya memelihara stabilitas
keamanan kawasan regional; Melaksanakan misi
damai dalam memberikan bantuan kemanusiaan
dan penanggulangan bencana serta pemeliharaan
perdamaian dunia (Humanitarian Assistance,
Disaster Relief and Peace Keeping Operation) dengan
sasaran meningkatnya kemampuan dan peran serta
TNI AD dalam misi damai di forum internasional
untuk bantuan kemanusiaan dan penanggulangan
bencana, meningkatnya pengakuan dunia terhadap
profesionalitas Satgas TNI AD pada misi perdamaian
PBB dan terpenuhinya standar kemampuan Alutsista
dan peralatan pendukung yang dipersyaratkan
kepada Satgas TNI AD pada misi perdamaian PBB.
Kemampuan Menguasai Perkembangan
Teknologi Militer antara lain: Mendukung terca­
painya postur ideal kebutuhan Alut/Alutsista TNI
AD yang memiliki melaksanakan efek penangkalan
dalam bentuk penolakan (denial) dan strategi
pembalasan (reprisal); Pe­
ngem­ bangan produk dengan
prioritas produk jangka mene­
ngah sehingga berpotensi
peman­faatan untuk kepentingan
pemenuhan kebutuhan TNI
AD dalam kurun waktu yang
panjang; Peningkatan kerjasama
internasional dalam rangka

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


147
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

new product development-advance sehingga


menghasilkan produk yang mampu bersaing di
tingkat internasional.

Kemampuan K4IPP. Peningkatan


kemampuan menyelenggarakan K4IPP guna
menjamin ketepatan, kecepatan dan kerahasiaan
dalam penyelenggaraan pembinaan kekuatan
dan penggunaan kekuatan melalui Puskodal yang
terdiri dari: Pengoperasian dan pengolahan data.
Peningkatan kemampuan perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, pengawasan dan penyajian data dan
informasi yang diperlukan Pimpinan dalam rangka
melaksanakan Komando dan Kendali dalam rangka
pembinaan dan kesiapan satuan; Sistem Informasi.
Peningkatan kemampuan perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian
sistem informasi yang diperlukan Pimpinan dalam
rangka melaksanakan Komando dan Kendali
dalam rangka pembinaan dan kesiapan satuan;
Sistem komunikasi. Peningkatan kemampuan
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengawasan
dan pengendalian sistem komunikasi yang
diperlukan pimpinan dalam rangka melaksanakan
Komando dan Kendali dalam rangka pembinaan
dan kesiapan satuan.

Kemampuan Bantuan Operasi


Kemanusiaan dan Penanggulangan Bencana.
Dalam pelaksanaan tugas OMSP bersifat Non
Tempur, satuan tugas TNI AD dalam membantu
penanggulangan bencana alam, pengungsian dan

111
148 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

pemberian bantuan kemanusiaan membutuhkan


suatu Organisasi dan Tugas (Orgas) yang memadai,
dihadapkan kepada bencana alam yang terjadi di
darat, dimulai dari tahap kegiatan perencanaan,
persiapan, pelaksanaan sampai dengan tahap
pengakhiran. Organisasi TNI AD untuk membantu
menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian
dan bantuan kemanusiaan berbentuk Satuan Tugas
(Satgas) PRC PB TNI AD tingkat Nasional, Satgas
PRC PB tingkat Provinsi dan Satgas PRCPB
tingkat Kabupaten/Kota dan susunan tugasnya
sesuai dengan tingkat bencana alam yang terjadi.
Organisasi TNI AD berbentuk Satgas PRCPB TNI
AD yang membawahi Staf Satgas dan Pelaksana
yaitu Unit Kesehatan, Unit Bekang, Unit Zeni, Yon
PRC PB, Unit Komlek dan Unit Evakuasi. Organisasi
dan tugas dibentuk sesuai dengan skala tingkatan
bencana alam pada tingkat Nasional sampai Daerah
Kabupaten/Kota dan digerakkan atas permintaan
Kepala Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota melalui
Kepala BNPB Pusat, dan atau ke Kepala BPBD,
dengan uraian tugasnya masing-masing tahapan
berisi kegiatan pada Pra Bencana, Tanggap Darurat
dan Pasca Bencana.
Kemampuan melaksanakan bantuan
kepada Pemda dan Polri. Penggunaan kekuatan
TNI AD untuk membantu pemerintah dalam hal
ini Polri dalam rangka tugas keamanan dan
ketertiban masyarakat bertujuan untuk membantu
tugas keamanan dan ketertiban masyarakat,
dilaksanakan atas permintaan pemerintah dalam

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


149
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

hal ini Polri atau dalam keadaan


memaksa dan atau mendesak
untuk mengatasi eskalasi
yang mengancam kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa.

Pengerahan bantuan
perkuatan TNI AD kepada
pemerintah dalam hal ini
Polri untuk men­ cegah dan
menanggulangi gang­guan
keamanan dan ketertiban
masyarakat dilaksanakan da­lam
bentuk operasi militer yang bersifat non tempur, yang
terdiri dari operasi intelijen, operasi teritorial, dan
operasi bantuan Kamtibmas, secara mandiri maupun
terpadu dengan menggunakan kemampuan tempur,
kemampuan intelijen, kemampuan pembinaan
teritorial, dan kemampuan dukungan.

Pengerahan kekuatan bantuan satuan


TNI AD kepada pemerintah dalam hal ini Polri
dalam rangka tugas Kamtibmas dilaksanakan
dalam bentuk operasi mandiri ataupun terpadu
yang penyelenggaraan dalam operasi mandiri
dilaksanakan secara tidak langsung melalui
operasi intelijen, operasi yustisi dan operasi
teritorial sebagai imbangan untuk membantu
Polri dalam rangka tugas Kamtibmas. Sedangkan
operasi terpadu dilaksanakan secara langsung
dengan pengerahan kekuatan yang sifatnya

111
150 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

untuk membantu, memperkuat, melindungi dan


mengganti, yang pelaksanaannya disesuaikan
dengan permintaan bantuan dari pihak pemerintah
dalam hal ini Polri.

Kemampuan mewujudkan perdamaian


dunia. Operasi pemeliharaan perdamaian dunia
merupakan salah satu bentuk dari Operasi
Dukungan Perdamaian di bawah bendera PBB.
Tujuan operasi ini adalah menciptakan perdamaian
di suatu kawasan dalam rangka mewujudkan
keamanan dan perdamaian internasional.

Keabsahan pelibatan TNI dalam operasi


perdamaian dunia diatur dalam Pasal 7b Undang-
undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI sebagai
salah satu bentuk operasi militer selain perang dan
sebagai bentuk komitmen bangsa Indonesia untuk
berpartisipasi aktif dalam terciptanya keamanan
dan perdamaian dunia. Penyiapan Kontingen TNI
AD dalam operasi Perdamaian Dunia merupakan
rangkaian kegiatan penyiapan personel dan
kesatuan yang memuat penyiapan administrasi,
organisasi, materiil dan latihan berdasarkan
ketentuan persyaratan dan tugas pokok kontingen
serta alokasi kebutuhan personel dan kesatuan yang
ditentukan oleh Mabes TNI. Organisasi penugasan
Kontingen TNI AD dalam operasi Perdamaian Dunia
dibentuk dalam rangka penugasan perorangan
maupun satuan mengacu kepada persyaratan
yang harus dipenuhi baik persyaratan administrasi,
kemampuan serta persyaratan kesiapan.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


151
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

3) Pembangunan Gelar Kekuatan. Pembangunan


Gelar Kekuatan meliputi: kekuatan terpusat,
kekuatan kewilayahan dan kekuatan pendukung.
Kekuatan terpusat nihil, sedangkan kekuatan
kewilayahan terdiri dari: Kodam II/Sriwijaya, yaitu
pembentukan 1 Yonif Mekanis di Palembang; Kodam
III/Siliwangi, yaitu pembentukan 1 Yonif Mekanis
di Jabar dan rematerialisasi Yonkav 4 di Bandung;
Kodam IV/Diponegoro, yaitu pembentukan 1 Yonif
Mekanis di Jateng; Kodam V/Brawijaya, yaitu
pembentukan 2 Koramil Kadewan dan Mojoanyar
serta rematerialisasi Yonkav 3 di Malang dan
Kikavser 3 di Sidoarjo; Kodam VI/Mulawarman,
yaitu pembentukan 1 Yonif Mekanis di Balikpapan;
Kodam Sulut, yaitu rematerialisasi Kikavser di
Manado; Kodam IX/Udayana, yaitu pembentukan 1
Yonif Mekanis di Bali; Kodam XII/Tanjungpura, yaitu
pembentukan 1 Denarhanud Rudal di Mempawah;
Kodam XVII/Cendrawasih, yaitu Pembentukan
satuan baru, meliputi likuidasi Kodam XVII/Cen jadi

111
152 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Kodam XVII/Cen dan Kodam Papua Barat beserta


15 Balakdam, 1 Rindam, 1 Deninteldam serta 1 Yonif
Mekanis di Arso Keerom; Kodam Iskandar Muda,
yaitu pembentukan 12 Koramil (Kuta Blang, Cot
Gil, Babul Makmur, Simpang Mamplam, Nibong,
Darussalam, Trumun Timur, Kuala, Mane, Woyla
Timur, Kuta Juang dan Permata dan rematerialisasi
Yonarmed 17/105 di Pidie; Kodam Jaya, yaitu
rematerialisasi Denarhanud Rudal 003 di Cikupa
Tangerang. Kekuatan Pendukung yang terdiri dari:
Pembentukan 3 Skadron Serbu (Gorontalo, Kodam
Papua Barat dan Kodam I/BB) dan rematerialisasi
Kikav Denyanlat Puslatpur di Baturaja.

c. TNI AL
Pembangunan kekuatan tahap III tahun 2020-2024
merupakan tindak lanjut dari pembangunan tahap II dengan
fokus menyelesaikan dan melanjutkan rencana strategi
tahap II yang belum selesai. Lanjutan pembangunan pada
tahap III tetap difokuskan kepada peningkatan kemampuan
dan pembangunan alutsista untuk
pengembangan organisasi akan
disesuaikan
dengan perkem­
Detasemen
Jalamangkara TNI AL bangan ling­ku­ngan
strategis. Pem­ ba­
ngunan kekuatan TNI
Angkatan Laut pada tahap
ketiga tetap berorientasi pada
keterpaduan Trimatra secara
sinergis.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


153
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

1) Pembinaan/Pembangunan Kemampuan
Pembinaan/Pembangunan Kemampuan meli­
puti: Intelijen, Pertahanan, Keamanan, Dawilhanla,
dan Dukungan. Pembinaan intelijen untuk memper­
tahankan hasil peningkatan kemampuan pada tahap
pertama dan kedua, yaitu kemampuan pengamatan
dan penyelidikan aspek laut, spionase, sabotase dan
teror serta kualitas SDM personel intel. Pembinaan
Pertahanan untuk mempertahankan kemampuan
yang telah dicapai pada tahap pertama dan kedua
tentang kemampuan peperangan permukaan, bawah
permukaan, ranjau dan pernika, kemampuan pepe­
rangan amfibi dan pertahanan pantai serta kemam­
puan peperangan khusus dalam menghadapi
peperangan asimetris (asymmetric warfare),
kemam­ puan Anglamil. Pembinaan Keamanan
untuk mempertahankan kemampuan yang telah
dica­pai pada tahap pertama dan kedua tentang
kemampuan penegakan hukum di laut, kemampuan
pengamanan lalu lintas laut, kemampuan untuk
mem­ bantu pelaksanaan operasi militer selain pe­
rang serta bantuan kepada Polri dan otoritas sipil,
kemampuan anti perompakan dan tindak kriminal di
laut serta kegiatan ilegal lainnya di laut. Pembinaan
Dawilhanla untuk mempertahankan kemampuan
yang telah dicapai pada tahap pertama dan kedua
dalam hal pembinaan potensi nasional menjadi
kekuatan pertahanan di bidang maritim, dengan
sasaran meningkatkan kegiatan pemberdayaan dan
pembinaan wilayah pertahanan negara matra laut
baik secara kualitas maupun kuantitas. Pembinaan

111
154 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Dukungan untuk mempertahankan kemampuan yang


telah dicapai pada tahap pertama dan kedua tentang
kemampuan Surta Hidro-Oseanografi, kemampuan
dukungan logistik operasi, kemampuan pembinaan
K4IPP, kemampuan lembaga pendidikan, kemampuan
penelitian dan pengembangan, kemampuan dalam
mendukung operasi kemanusiaan dan bantuan
akibat bencana alam (Humanitarian Assistance and
Disaster Relief).

2) Pembinaan/Pembangunan Kekuatan

Pembinaan Organisasi. Dengan terbentuknya


Koarmada RI, maka akan difokuskan kepada
pembinaan sistem dan metode dalam rangka
kelengkapan piranti lunaknya.
Pembinaan Personel. Untuk pemenuhan
pengawakan organisasi dan Alutsista rencana
kebutuhan personel TNI Angkatan Laut tahap III
berjumlah 97.412 orang terdiri dari: Militer: 87.536
orang, Perwira 17.595 orang, Bintara 37.703 orang
dan Tamtama 32.238 orang. Sedangkan PNS: 9.876
orang.
Pembinaan Materiil/
Alutsista dilakukan dengan
pengadaan sebagai berikut:
Pengadaan KRI sebanyak
78 unit terdiri dari: Kapal
Selam (KS) sebanyak 2
unit, Kapal PK sebanyak 5
unit, Kapal PKR sebanyak

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


155
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

12 unit, Kapal KCR 40 sebanyak


3 unit, Kapal KCR 60 sebanyak
2 unit, Kapal KCT sebanyak 4
unit, Kapal BR sebanyak 2 unit,
Kapal PR sebanyak 4 unit, Kapal
PC-40 sebanyak 17 unit, Kapal
MA sebanyak 1 unit Kapal AT
sebanyak 13 unit, Kapal BCM
sebanyak 1 unit, Kapal BAP sebanyak 4 unit, Kapal
BTD sebanyak 2 unit Kapal BHO sebanyak 2 unit,
Kapal ASG sebanyak 2 unit, Kapal BU sebanyak
1 unit. Penghapusan sebanyak 44 unit terdiri dari:
Kapal Selam (SS) sebanyak 1 unit, Kapal PK
sebanyak 5 unit, Kapal PKR sebanyak 5 unit, Kapal
KCT sebanyak 1 unit, Kapal PR sebanyak 1 unit,
Kapal FPB sebanyak 2 unit, Kapal PC sebanyak 14
unit, Kapal MA 1 unit, AT sebanyak 7 unit, Kapal
BCM sebanyak 2 unit, Kapal BAP sebanyak 1 unit,
Kapal BTD sebanyak 1 unit, Kapal BHO sebanyak
2 unit, Kapal BU sebanyak 1 unit.

Pengadaan Pesawat Udara. Pengadaan


Pesud sebanyak 39 unit terdiri dari: Pesud MPA
sebanyak 12 unit, Pesud Angkut sebanyak 5 unit,
Heli AKS sebanyak 6 unit, Heli AKPA sebanyak
10 unit, Heli Angkut sebanyak 4 unit, Heli Latih
sebanyak 2 unit. Penghapusan Pesud sebanyak
18 unit terdiri dari: Pesud MPA sebanyak 6 unit,
Pesud Angkut sebanyak 4 unit, Pesud Latih
sebanyak 2 unit, Heli Angkut sebanyak 5 unit, Heli
Latih sebanyak 1 unit.

111
156 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Pengadaan Marinir meliputi: Pengadaan


Ranpur Marinir sebanyak 279 terdiri dari: Tank
Amfibi sebanyak 75 unit, Pansam sebanyak 124
unit, Kapa sebanyak 72 unit dan BTR sebanyak 8
unit serta penghapusan Ranpur marinir sebanyak
93 unit terdiri dari: Tank Amfibi sebanyak 34 unit,
Pansam sebanyak 51 unit, Kapa sebanyak 8 unit.

Pangkalan. Mempertahankan kemampuan


pangkalan yang telah dicapai pada tahap kesatu
dan kedua. Peningkatan kebutuhan sesuai
dengan unsur-unsur yang sedang melaksanakan
operasi yang meliputi faslabuh, fasbek, fasharkan,
faswatpers serta fasbinlan yang telah disesuaikan
dengan kebutuhan organisasi. Mempertahankan
peralatan Paslasus, Matbek dan Matsus.

d. TNI AU

Pembangunan TNI Angkatan Udara difokuskan pada


Doktrin, Organisasi, Sumber Daya Manusia dan Kekuatan.
Sasa­ran bidang doktrin adalah sebagai berikut: Terlaksananya

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


157
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

revisi Doktrin TNI AU Swa Bhuwana Paksa; Penyempurnaan


buku petunjuk induk tentang pam/ops/pers/log/wasrik;
Penyempurnaan buku-buku petunjuk pelaksanaan, teknis
maupun protap di seluruh jajaran TNI AU.

Sasaran bidang organisasi adalah sebagai berikut:


Terwujudnya organisasi yang efektif dan efisien untuk
pelaksanaan tugas TNI AU; Revisi dan penyesuaian
organisasi jajaran TNI AU.

Sasaran bidang sumber daya manusia adalah sebagai


berikut: Terpenuhinya jumlah prajurit TNI AU sebesar:
35.260 orang; Terpenuhinya jumlah PNS TNI AU sebesar:
6.004 orang.

Sasaran bidang kekuatan meliputi:

Pertama,
Skadron Udara yang
memiliki 11 skadron
tempur dengan peng­
gantian pesawat F-5
dan menambah 3
skadron tempur KFX/
IFX atau pesawat
tempur generasi 4,5 ke atas yang digelar di Lanud Sam
Ratulangi, Manuhua, dan El Tari. Memiliki 6 skadron,
memiliki 2 skadron VIP/VVIP, memiliki 2 skadron Intai
strategis dan taktis, memiliki 4 skadron helikopter, memiliki
2 skadron latih, dan pengadaan penambahan pesawat
berkemampuan khusus seperti tanker jet, comint/sigint,
dan AEW baru yang akan dititipkan di skadron udara yang
tipenya sejenis.

111
158 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

Kedua, Satuan Radar yang memiliki 32 Satrad.

Ketiga, Rudal Jarak Sedang yang memiliki 4 satbak


rudal jarak sedang untuk sistem persenjataan hanud
terminal.

Keempat, Penangkis Serangan


Udara yang memiliki 18 battery
PSU jarak pendek untuk meleng­
kapi sistem persenjataan hanud
titik dengan menambah 6 battery
yang akan digelar di Lanud
Manuhua, Sam Ratulangi, dan
Eltari masing-masing 2 battery.

Kelima, Korpaskhas yang memiliki 3 Wing (terdiri


atas 9 Skadron Paskhas dan 9 Denhanud), 1 Pusdiklat, 1
Satbravo.

Keenam, Pangkalan TNI AU yang memiliki 10 Lanud


Tipe A dan 12 Lanud Tipe B, 14 Lanud Tipe C, 8 Lanud Tipe
D, 16 Detasemen dan 65 Pos TNI AU.

Ketujuh, Depohar yang


memiliki 7 depohar yang terdiri
vatas 26 sathar.

Kedelapan, Skatek yang


memiliki 9 skatek.

e. Distribusi Anggaran Alutsista

Alokasi anggaran Alutsista untuk TNI AD Tahap III


diarahkan untuk pengadaan Alut berupa perlengkapan

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


159
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

perseorangan, alat transportasi, dan Heli padat teknologi,


serta pembangunan pangkalan satuan baru.

Untuk TNI AL, Tahap III diarahkan untuk prioritas kapal


selam, kapal atas air, Pasukan Marinir, kapal patroli cepat
serta sarana angkut.

Untuk TNI AU, Tahap III diarahkan untuk prioritas pengadaan


alat tempur udara-darat, tempur udara-udara, surveillance/
radar, dan sarana transportasi/angkut.

f. Kesejahteraan Prajurit

Pada tahap III kesejahteraan prajurit, layanan kesehatan,


penyediaan fasilitas perumahan dan sistem pensiunan
bagi parajurit TNI dapat terpenuhi secara Proporsional dan
dapat dirasakan oleh prajurit dan keluarga.

5.3.1.2 Komponen Cadangan

Pembangunan Komponen Cadangan tahap III diarahkan


untuk peningkatan kekuatan dan kemampuan Komponen
Cadangan yang diprioritaskan untuk matra darat dengan tetap
melanjutkan pengisian kekuatan Komponen Cadangan untuk
matra laut dan matra udara.

5.3.1.3 Komponen Pendukung

Pembangunan postur Komponen Pendukung


diselenggarakan dengan melanjutkan penataan dan melakukan
pembinaan untuk sewaktu-waktu siap digunakan untuk
kepentingan pertahanan negara.

111
160 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN
POSTUR PERTAHANAN NEGARA

5.3.2 Pembangunan Postur Pertahanan Nirmiliter

Pembangunan postur pertahanan nirmiliter pada tahap III


merupakan kelanjutan dari pembangunan pada tahap II, yang
diarahkan pada penataan pengorganisasian serta pemantapan
industri pertahanan.

5.3.2.1 Unsur Utama

Melanjutkan pembangunan yang telah dicapai pada tahap II


dan mampu mengintegrasikan kekuatannya dalam kemampuan
pertahanan negara.

5.3.2.2 Unsur-unsur Lain Kekuatan Bangsa

Melanjutkan pembangunan yang telah dicapai pada tahap II,


khususnya terkait dengan penataan pengorganisasian serta
pemantapan industri pertahanan.

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 111


161
111
Bab 6

PENUTUP

6.1 Pernyataan Risiko


Apabila Postur Pertahanan Negara tidak dapat terealisasi secara
signifikan, maka akan berpengaruh terhadap kedaulatan negara,
keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan bangsa. Risiko yang
paling utama adalah menurunnya kemampuan daya tangkal
(deterrence) yang memberikan peluang terhadap kemungkinan
ancaman militer dan nonmiliter. Risiko lain yang timbul sebagai
akibat dari kekuatan pertahanan yang lemah adalah posisi tawar
(bargaining position) bangsa Indonesia pada lingkup diplomasi
pertahanan dan pergaulan internasional, serta terancamnya
kepentingan nasional dan kelancaran pembangunan nasional.

6.2 Petunjuk Akhir


Pertama, Postur Pertahanan Negara merefleksikan rancang
bangun pertahanan Indonesia yang hendak diwujudkan sampai
dengan tahun 2024. Postur ini telah disusun sedemikian rupa
berdasarkan perhitungan nyata kemampuan negara dalam
mendukung penyelenggaraan dan pengelolaan pertahanan yang
selaras dengan pembangunan nasional.
Kedua, pentahapan yang tertuang dalam postur ini dapat
berubah sesuai dengan dinamika kepentingan nasional di bidang
pertahanan, terutama perubahan prioritas yang disebabkan oleh
hakikat ancaman yang berkembang.

111
162
111 POSTUR PERTAHANAN NEGARA
penutup

Ketiga, Postur Pertahanan Negara agar menjadi pedoman


dalam penyusunan Program Pembangunan Pertahanan Negara
bagi semua pemangku kepentingan.
Keempat, Pembangunan Postur Pertahanan Negara sangat
tergantung pada anggaran yang dialokasikan pemerintah, namun
bukan berarti mengabaikan kebutuhan pertahanan yang akan
mempengaruhi eksistensi pembangunan nasional.
Kelima, kebijakan pembangunan Postur Pertahanan Negara
ini, menjadi dokumen negara bersifat “Rahasia” yang hanya
boleh digunakan dan dipedomani oleh kalangan tertentu yang
membidangi perencanaan, kebijakan, strategi dan pengelolaan
pertahanan negara.
Keenam, apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam penulisan data yang tidak sesuai terkait dengan kebijakan
pembangunan Postur Pertahanan Negara ini, maka akan
dilaksanakan perubahan seperlunya.
Dengan terbitnya buku Kebijakan Pembangunan Postur
Pertahanan Negara ini diharapkan dapat menjamin kesinambungan
pembangunan guna memperkokoh kekuatan dan kemampuan TNI
dalam rangka mendukung terselenggaranya pertahanan negara yang
handal.

Jakarta, 30 November 2015

MENTERI PERTAHANAN,

RYAMIZARD RYACUDU

POSTUR PERTAHANAN NEGARA 163


111
111
Pertahanan negara diselenggarakan melalui usaha
membangun dan membina kemampuan, daya tangkal
negara dan bangsa, serta menanggulangi setiap ancaman
(Pasal 6 UU No. 3 Tahun 2002)
kementerian Pertahanan republik Indonesia
direktorat jenderal strategi pertahanan
Jalan Medan Merdeka Barat No. 13-14, Jakarta
POSTUR PERTAHANAN NEGARA 2015

kementerian Pertahanan republik Indonesia


direktorat jenderal strategi pertahanan
Jalan Medan Merdeka Barat No. 13-14, Jakarta
KEMENTERIAN PERTAHANAN
REPUBLIK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai