Anda di halaman 1dari 36

REFERAT BATANG OTAK

Pembimbing :
Dr. Maria Ingrid Tjahjadi, Sp.S

Disusun oleh:
Dinda Puspita Dewi
112018011

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT HUSADA
JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 29 JUNI – 1 AGUSTUS 2020
PENDAHULUAN

Batang otak menempati fossa kranii posterior tengkorak. Bentuk batang otak seperti
batang dan menghubungkan medula spinalis yang sempit dengan otak depan yang lebar.
Batang otak mempunyai tiga fungsi utama yaitu (1) sebagai tempat lewatnya traktus asendens
dan desendens ke berbagai pusat yang lebih tinggi di otak depan (2) mengandung pusat-pusat
refleks penting yang mengatur pusat respirasi dan sistem kardiovaskuler serta pengendali
kesadaran dan (3) mengandung nukleus saraf kranial III sampai XII yang penting

Batang otak terletak paling kaudal dan secara filogenetik merupakan bagian otak
tertua. Secara keseluruhan, batang otak terbagi menjadi medula oblongata, pons, dan
mesensefalon, (otak tengah). Medula oblongata merupakan kelanjutan medula spinalis ke
arah rostral, sedangkan mesensefalon terletak terletak tepat di bawah diensefalon, pons
merupakan bagian tengah dari batang otak. Sepuluh dari 12 pasang nervus kranialis (N.III –
XII) keluar dari batang otak dan terutama berperan untuk persarafan kepala dan leher

Batang otak mengandung banyak jaras serabut, termasuk semua jaras asendens dan
desendens yang menghubungkan otak dengan perifer. Beberapa jaras ini menyilang garis
tengah ketika melewati batang otak dan beberapa diantaranya membentuk sinaps disini
sebelum melanjutkan perjalanan di sepanjang jarasnya. Karena batang otak mengandung
berbagai macam nukleus dan jaras saraf pada ruang yang sangat padat, bahkan lesi yang kecil
pada batang otak dapat menimbulkan berbagai tipe defisit neurologis secara simultan

Pengetahuan yang mendalam mengenai anatomi batang otak adalah hal yang penting
bagi seorang klinisi terutama untuk mendiagnosa dan mengobati suatu kondisi yang sering
mengancam nyawa pada region otak ini. Penulisan referat ini bertujuan untuk memberikan
gambaran umum dan menambah pengetahuan tentang neuroanatomi batang otak, sehingga
dapat dijadikan dasar untuk menentukan topikal diagnosis dan membuat diferensial diagnosis
pada kasus neurologi khususnya pada batang otak.

I. Batang Otak

Batang otak yang terdiri dari midbrain (mesensefalon), pons (metensefalon) dan
medula oblongata (mielensefalon). Batang otak memanjang dari persilangan traktus
piramidalis yaitu dari tingkat asal radiks C1 ke atas ke tingkat traktus optikus, dan pada
perjalanannya dari kiasma ke korpus genikulatum lateral, melingkupi krura serebri
mesensefalon. Sebuah sulkus horizontal menandai sambungan pentoserebelar. Sulkus yang
serupa terdapat pada tempat dimana pedunkulus mesensefalon bertemu dengan tepi rostral
dari pons. Batang otak merupakan tempat masuknya serat-serat nervus kranialis III
(okulomotorius) sampai nervus kranialis XII (hipoglosus).

Sesuai dengan adanya penjatahan tempat bagi lintasan asendens dan desendens, maka
batang otak telah dibagi dalam bagian ventral dan dorsal. Bagian dorsal dijuluki tegmentum
dan bagian ventralnya (pes atau basis). Dengan demikian dikenal pes medulae atau
tegmentum medulae,pes pontis dan tegmentum pontis lalu pes mesensefali (pes pedunkuli)
dan tegmentum mesensefali. Bagian terbawah (basis) batang otak terdapat jaras panjang
desendens (yakni jaras kortikospinal, kortikobulbar, frontopontin dan parietotemporopontin).
Di bagian tepi lateral tegmentum batang otak terdapat jaras panjang asendens. Tempat
tersebut di tingkat medula oblongata berbentuk segitiga di antara kutub lateral oliva inferior
dan korpus restiforme. Daerah segitiga itu dikenal sebagai sudut monakov, dimana tedapat
kelima lintasan asendens, yaitu (1) traktus spinotalamikus (2) traktus spinotektalis (3) traktus
spinoretikularis lateralis (4) traktus spinoserebelaris dorsalis dan (5) traktus spinoserebelaris
ventralis. Secara umum batang otak sesuai dengan perannya di bagi dalam tiga kategori
yaitu :

1. Sebagai tempat persinggahan nukleus yang dilewati oleh jaras asendens dan
desendens yang menuju serebrum, serebelum dan medula spinalis dan pengaturan
fungsi motoric dan sensori.

2. Memainkan peranan yang besar dalam sistem kesadaran, siklus tidur dan bangun,
mengontrol sistem pernapasan dan kardiovaskuler dan gerakan steriotipi.

3. Berhubungan dengan aktivitas nervus kranialis seperti gerakan mata, pendengaran dan
keseimbangan.
Gambar 2.1 Diensefalon dan Batang Otak

a. Mesensefalon

Mesensefalon terletak di rostral pons. Struktur internalnya memiliki empat bagian


utama yaitu tektum, tegmentum, substansi nigra, dan pedunkulus serebri. Mesensefalon
terdiri dari substansia grisea dan alba yang didalamnya mengandung komponen struktural
yang memiliki unit fungsionalnya tersendiri.

Tabel 1. Komponen Struktural dan Fungsi Mesensefalon


Subdivisi Area Fungsi
Substansia grisea
Informasi penglihatan terintegrasi dengan input
Bagian Kolikulus superior sensorik dan input dari respons-respons
tektum (atap) involunter motorik
Relay informasi pendengaran menuju nukleus
Kolikulus inferior
genikulatum medial
Bagian Nukleus ruber Kontrol involunter terhadap tonus otot dan
dinding dan postural tubuh
Substansia nigra Mengatur aktivitas ganglia basalis
bawah
Nuklei nervus
Berasosiasi dengan nervus okulomotorius dan
okulomotorius (n.III) dan
nervus troklearis
nervus troklearis (n.IV)
Substansia alba
Penghubung motorik utama korteks dengan
Pedunkulus serebri (traktus motor neuron di otak dan medula spinalis,
asendens dan desendens) membawa informasi sensorik ascending ke
thalamus.

 Peran Mesensefalon Dalam Fungsi Motorik

Batang otak dilalui oleh traktus piramidalis dan traktus ekstrapiramidalis. Traktus-
traktus ini berawal dari korteks sereberal yang secara berturut-turut berjalan turun memasuki
kapsula interna, krus serebri dan basis pons. Traktus ini berperan dalam mengantarkan impuls
untuk gerakan .

Gambar 2.2 Traktus kortikospinal

Berdasarkan tabel 1 diatas, struktur internal mesensefalon yang berperanan dalam


kegiatan motorik adalah substansia nigra, krus serebri yang mengandung traktus piramidalis,
dan nukleus ruber. Ketiga komponen ini saling bekerja sama dalam pengaturan suatu
gerakan. Gerakan dapat dibagi menjadi gerakan fasik dan tonik. Gerakan fasik adalah
gerakan halus, jitu dan tangkas dimana impuls untuk gerakan ini dibawa oleh traktus
piramidalis. Di batang otak impuls ini tidak banyak mengalami integrasi, namun hanya
berjalan menyilang di dekusatio piramidalis dan bersinaps di motor neuron kontra lateral,
selanjutnya akan mengeksitasi serabut otot tipe II (otot putih yang bersifat cepat dan
menyebabkan gerakan fasik). Gerakan tonik diatur oleh impuls ekstrapiramidalis yang
merupakan suatu gerakan massal. Tonus otot ditentukan oleh impuls ekstrapiramidalis
sehingga susunan ekstrapiramidalis menentukan postur tubuh dan anggota tubuh. Gerakan
tangkas dapat terjadi dengan kerjasama antara susunan piramidalis dan ekstrapiramidalis.
Ketangkasan suatu gerakan ditentukan oleh susunan piramidalis dan landasan untuk gerakan
tangkas itu ditentukan oleh susunan ekstra piramidalis, landasan untuk gerakan tangkas
berupa tonus otot yang memadai dan koordinasi yang baik.

Gerakan fasik yang dibawa oleh traktus piramidalis terutama dibawa oleh traktus
kortikonuklearis. Serabut traktus kortikospinalis muncul sebagai akson sel-sel piramid yang
terletak di lapisan kelima korteks serebri. Sekitar sepertiga serabut ini berasal dari korteks
motorik primer (area 4), sepertiga lainnya dari area korteks motorik sekunder (area 6), dan
sepertiga dari lobus parietalis (area 3, 1, dan 2). Jadi dua pertiga serabut traktus
kortikospinalis berasal dari girus presentralis dan sepertiga dari girus postsentralis.

Serabut- serabut desendens ini berkumpul di korona radiata, kemudian berjalan


melalui krus posterior kapsula interna. Serabut-serabut tersebut terletak paling dekat dengan
genu yang mengurus bagian cervical tubuh, sedangkan yang terletak lebih ke posterior
mengontrol ekstremitas inferior. Selanjutnya traktus akan melanjutkan perjalanan melalui tiga
perlima medial basis pedunkulus mesensefalon. Serabut yang mengurus bagian cervical
tubuh terletak di sebelah medial, sedangkan yang mengendalikan tungkai terletak di sebelah
lateral. Saat memasuki pons, traktus terbagi menjadi banyak berkas oleh fibrae
pontocerebellares transversae. Setelah keluar dari pons, traktus ini akan mengalami
persilangan di bagian median daripada medula oblongata, di daerah dekusasio piramidum.
Traktus kortikospinalis yang menyilang ini disebut traktus kortikospinalis lateralis yang
selanjutnya akan berjalan di funikulus lateralis medula spinalis, sedangkan traktus
kortikospinalis anterior yang tidak menyilang akan berjalan di daerah ventral medula spinalis.
Sebagian besar traktus kortikospinalis bersinaps dengan neuron penghubung, kemudian
bersinaps dengan neuron motorik alfa dan beberapa dengan neuron motorik gamma.
Gambar 2.3 Jalur Traktur Kortiospinalis

Gerakan tonik diatur oleh impuls ekstrapiramidalis yang merupakan suatu gerakan
massal. Tonus otot ditentukan oleh impuls ekstrapiramidalis sehingga susunan
ekstrapiramidalis menentukan postur tubuh dan anggota tubuh. Traktus ekstrapiramidalis ini
antara lain traktus tektospinalis, rubrospinalis, vestibulospinalis, dan retikulospinalis. Masing-
masing traktus ini memiliki unit fungsionalnya tersendiri dan berkerja secara sinergis.

Traktus tektospinalis berasal dari sel-sel neuron di dalam kolikulus superior


mesencephali. Sebagian besar serabut ini menyilang garis tengah segera setelah keluar dari
tempat asalnya dan turun melalui batang otak dekat dengan fasikulus longitudinalis medialis.
Traktus tektospinalis turun di dalam kolumna alba anterior medula spinalis dekat fissura
mediana anterior. Serabut-serabut ini diduga berkaitan dengan gerakan refleks postural
sebagai respons terhadap stimulus visual. Serabut ini yang berhubungan dengan neuron
simpatis di kolumna grisea lateralis dan mengurus refleks dilatasi pupil sebagai respons
terhadap situasi gelap.

Di seluruh mesensefalon, pons, dan medula oblongata terdapat kelompok-kelompok


sel saraf dan serabut saraf yang tersebar yang secara bersama-sama dikenal sebagai formatio
retikularis. Traktus retikulospinalis berasal dari formatio retikularis dan memberikan efek
baik eksitatorik maupun inhibitorik pada neuron motorik medula spinalis. Sel tempat asal
jaras tersebut menerima input aferen dari korteks serebri, terutama lobus frontalis, selain itu
juga menerima impuls dari serebelum dan ganglia basalis. Neuron-neuron ini mengirimkan
akson yang kebanyakan tidak menyilang dari pons, turun ke medula spinalis dan membentuk
traktus pontoretikulospinalis. Neuron-neuron yang sama mengirimkan akson, baik yang
menyilang maupun tidak dari medula ke medula spinalis dan membentuk traktus
retikulospinalis medularis. Serabut retikulospinalis dari pons turun melalui kolumna alba
anterior, sedangkan serabut dari medula oblongata turun melalui kolumna alba lateralis.
Kedua kelompok ini masuk ke kolumna albae anterior medula spinalis serta dapat
mengaktifkan atau menghambat aktivitas neuron motorik alfa dan gamma. Dengan cara ini,
traktus retikulospinalis mempengaruhi gerakan-gerakan volunteer dan aktivitas refleks. Saat
ini, serabut retikulospinalis diduga di dalamnya termasuk serabut desendens otonomik .

Nukleus ruber terletak di dalam tegmentum mesencephali setinggi kolikulus superior.


Nukleus ruber adalah nukleus spesifik di mesensefalon. Nukleus ruber memiliki dua bagian,
pars magnoselularis di akudal dan pars parvoseularis di rostral. Nukleus ini menerima input
aferen dari nukleus emboliformis dan nukleus dentatus serebeli melalui brakhia
kongjungtivum (pedunkulus serebelares superior). Serabut yang berasal dari nukleus
emboliformis secara filogenetik lebih tua berperan pada lengkung refleks yang mengontrol
postur tubuh dan berbegai jenis gerakan. Serabut yang berasal dari nukleus dentatus sangat
banyak terutama pada manusia dan berpartisapsi pada lengkung refleks lain. Satu sirkuit
regulasi untuk ke serebelum dan kemudian kembali ke korteks melalui nukleus dentatus,
nukleus ruber, dan thalamus. Kelompok lain serabut dentatorubralis berakhir terutama di pars
parvoselualaris nukleus ruber. Semua serabut serebelorubralis menyilang di garis tengah di
mesensefalon, di dekusasio pedunkuli serebelaris superior. Nukleus ruber menerima input
aferen lain dari korteks serebri melalui traktus kortikorubralis dan dari tektum. Proyeksi
eferen utama nukleus ruber melalui traktus rubrospinalis dan traktus rubtoretikuaris
memberikan pengaruh pada neuron motorik spinalis. Kedua traktus ini menyilang garis
tengah segera setelah keluar dari nukleus ruber, di dekat dekusasio tegmentalis anterior
(Forel). Serabut eferen lain berjalan melalui traktus tegmentalis ke olive (serabut rubro-
olivaris), tempat proyeksi rekuren kembali ke serebelum.

Akson neuron-neuron di dalam nukleus ini menyilang garis tengah setinggi nukleus
ini menyilang garis tengah setinggi nukleus ini dan berjalan turun sebagai traktus
rubrospinalis melalui pons dan medula oblongata untuk masuk ke dalam kolumna alba
lateralis medula spinalis.Neuron-neuron nukleus ruber menerima impuls aferen melalui
hubungan dengan cortex cerebri dan cerebellum. Hal ini diyakini merupakan jaras tidak
langsung yang penting dan melalui jaras ini cortex cerebri dan cerebellum dapat
mempengrauhi aktivitas neuron motorik alfa dan gamma medula spinalis. Traktus ini
memfasilitasi aktivitas otot fleksor dan menghambat aktivitas otot ekstensor atau
antigravitasi.

Impuls ektrapiramidalis di batang otak akan mengalami integrasi dan melalui


beberapa sirkuit sehingga dapat memberikan landasan yang tepat untuk gerakan tangkas. Ada
dua sirkuit utama, pertama sirkuit yang melalui serebelum bersifat eksitasi, meningkatkan
tonus dan gerakan terampil. Impuls ini bermula dari area korteks 4 dan 6 selanjutnya lewat
traktus frontopontin menuju ke nukleus pontins kemudian oleh traktus pontoserebelar
bersinaps di nukleus dentatus serebelum kontralateral selanjutnya oleh traktus
dentatorubrotalamikus impus dibawa ke ventrolateral talamus ipsilateral dan bersinaps di area
korteks 4 dan 6. Selain itu juga ada impuls dari area 4s dan 8 akan menuju zona inserta
kemudian ke nukleus ruber selanjutnya ke nukleus olivari inferior. Nukleus olivari inferior
juga menerima impuls dari sistem propioseptik, selanjutnya masukan impuls ini akan di
integrasikan dan dihantarkan ke nukleus dentatus kontra lateral, kemudian lewat jalur yang
sama di bawa ke area koteks 4 dan 6. Selanjutnya impuls ini akan berakhir pada serabut otot
tipe I (merupakan otot merah yang bersifat lambat dan berperan dalam kontraksi tonik).
Hilangnya drive dari sirkuit ini akan menyebabkan hipotoni dan ataksia.

Sirkuit yang kedua adalah sirkuit yang melalui substansia nigra pada mesensefalon,
dimana sifat sirkuit ini adalah inhibisi. Impuls bermula dari area korteks prefrontal dan 6 (pre
motor) kemudian ke putamen, berlanjut ke globus palidus internal. Setelah keluar dari globus
palidus, impuls ini sebagian berjalan ke nukleus subtalamikus, menuju ke talamus, sebagian
lainnya ke globus palidus eskternal. Dari globus palidus eksterna, impuls ada yang berjalan
langsung ke talamus atau tidak langsung dengan melalui substansia nigra lalu ke talamus.
Setalah tiba di talamus, impuls ini akan berjalan naik dan berakhir di area 4 dan 6 korteks
serebri. Pada sirkuit ini neurotrasmiter dopamin berperan penting dalam penghantaran
impuls. Impuls pada sirkuit ini akan menyebabkan inhibisi pada otot tipe I sehingga tonus
otot berkurang. Kelainan pada subtsansia nigra ini akan menyebabkan rigiditas seperti yang
terlihat pada penyakit Parkinson, kelainan pada subtalamikus akan menyebabkan
hemibalismus, kelainan pada globus palidus akan menyebabkan atetosis dan pada putamen
akan menyebabkan gerakan korea.

Formatio retikularis batang otak, ikut berperan dalam mengendalikan tonus otot.
Terdapat dua pusat yaitu pusat eksitasi yang berada dibagian dorsolateral dari batang otak
dan digalakkan oleh sistem ARAS, nukleus vestibularis dan korteks serebri dengan melalui
basal ganglia. Pusat inhibisi terdapat di medioventral dari medula oblongata, digalakkan oleh
impuls yang berasal dari area korteks serebri 4s dan dari nukleus dentatus serebelum.
Selanjutnya impuls ini akan dibawa oleh traktus retikulo spinal, merupakan traktus
polisinaps, ke kornu anterior, yang nantinya bersifat menggalakkan dan menghambat alfa dan
gama motorneuron. Traktus yang berasal dari pusat eksitasi tidak menyilang garis tengah
sedangkan dari pusat inhibisi sebaliknya akan menyilang garis tengah.

Pusat eksitasi akan mempengaruhi alfa dan gama motor neuron secara terus menerus
karena menerima impuls dari ARAS dan nukleus vestibularis. Dengan jalan ini ARAS selain
menimbulkan keadaan waspada, juga melalui jalur eksitasi akan menyedian landasan tonus
otot untun reaksi fight or flight.

Hal kebalikannya terjadi pada pusat inhibisi yang mana secara terus menerus
menerima impuls dari area 4s di korteks serebri. Selanjutnya impuls ini berjalan bersama
traktus piramidalis. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi infark atau pendarahan pada kapsula
interna dimana impuls dari area 4s tidak dapat sampai ke pusat inhibisi, sehingga terjadi
ketidakkeseimbangan antara eksitasi dan inhibisi. Sehingga susunan gamma motor neuron
menjadi hiperaktif akibat perangsangan berlebih dari pusat eksitasi. Hal ini terlihat dari tonus
yang meningkat pada pasien stroke.

 Peran Mesensefalon Dalam Fungsi Sensori

Traktus spinotalamikus, lemnikus trigemnus dan lemnikus medialis mengantarkan


impuls sensori (raba, suhu, nyeri, vibrasi dan propioseptik) dari seluruh tubuh untuk
selanjutnya di persepsi di pusat sensori di korteks. Impuls sensori ini tidak banyak mengalami
modulasi dan integrasi di batang otak, hanya impuls propioseptik dan nyeri yang mengalami
interaksi di batang otak. Impuls nyeri terutama akan mengalami inhibisi oleh sistem di batang
otak.
Beberapa struktur di batang otak mengirimkan serabutnya turun kebawah menuju
medula spinalis untuk menghambat nyeri pada kornu dorsalis. Asal dari jalur desenden ini
antara lain periaquaductal gray, formasio retikuler, dan nukleus raphe magnus (NRM).
Periaqueductal gray (PAG) adalah pusat control primer untuk modulasi impuls nyeri
desendens. PAG adalah substansia grisea yang terletak di mesensefalon, mengelilingi
aquaductus serebral. Proyeksi dari PAG ini akan menuju ke nukleus raphe magnus. Traktus
spinotalamikus yang menghantarkan impuls nyeri dan suhu menuju ke traktus
spinomesencephalikus menuju ke PAG dan menimbulkan inhibisi impuls sensorik nyeri dan
suhu.

Stimulasi PAG pada mesensefalon akan mengaktifkan neuron yang melepskan


encephalin yang akan merangsang pelepasan serotonin dari nukleus raphe magnus. Serotoinin
ini akan berjalan menuruni kornu dorsalis medula spinalis dan akan bersinaps dengan
interneuron inhibisi yang terletak di lamina II (substansia gelatinosa). Saat teraktivasi,
interneuron ini akan melepaskan enkephalin atau dynorphin (transmitter opioid endogen)
yang akan berikatan dengan reseptor opiod mu pada serat akson delta A dan C yang
membawa impuls nyeri dari nosiseptor di perifer. Aktivasi reseptor opioid mu akan
menginhibisi pelepasan subtansi P dari neuron orde pertama dan akan menghambat aktivasi
neuron orde kedua yang bertanggungjawab dalam transmisi nyeri menuju nuklues
ventroposterolateral (VPL) thalamus. Sinyal nosiseptif yang dihambat sebelum sempat
mencapai thalamus ini disebut dengan “Gate control theory of pain” atau teori pintu gerbang
nyeri. Hal ini dapat dibuktikan adanya efek analgesia bila dilakukan perangsangan elektrikal
stimulasi pada PAG.

Stimulasi periaquaductal gray pada mesensefalon dapat menyebabkan analgesia luas.


Akson dari traktus ini bekerja pada bagian presinaptik pada neuron aferen primer dan bekerja
pada pascasinaptik pada neuron kedua (atau interneuron). Jalur-jalur ini memperantarai kerja
anti-nosiseptifnya melalui mekanisme reseptor adrenergik-α2, serotonergik, dan opiat.

Peran monoamin dalam inhibisi nyeri menjelaskan kerja analgesik dari anti depresan
yang memblokir pengambilan kembali katekolamin dan serotonin. Aktifitas dari reseptor-
reseptor ini juga mengaktifkan secondary intracellular messenger, membuka saluran K+ dan
menghambat peningkatan konsentrasi intraselular.
b. Pons

Pons merupakan bagian kecil otak dengan ukuran panjang 2,5 cm. Sebagian besar
bagian anteriornya menonjol yang terletak di atas medula oblongata. Meskipun ukurannya
kecil, pons memiliki fungsi yang amat vital.

Subdivisi Komponen Fungsi


Stasiun relay traktus kortikopontin dan asal traktus
Nuklei pontin
pontoserebelar
Substansia Nuklei N.V, VI, VII, dan
Mengatur fungsi nervus kranialis V,VI,VII, dan VIII.
grisea VIII
Pusat respirasi pontine:
1. Pusat Mengatur aktivitas pusat ritmis respirasi di medula
penumotaksik oblongata
2. Pusat apneustik
Membawa impuls sensorik dari nukleus kuneatus dan
Traktus asendens
nukleus gracilis ke thalamus
Membawa impuls motorik dari pusat yang lebih
Substansia
Traktus desendens tinggi ke nuklei motorik n.kranialis atau medula
alba
spinalis
Serabut pontoserebelar Jalur yang terlibat dalam traktus
tranversal “corticopontoserebelar”

 Peran Pons dalam Fungsi Motorik

Pons memiliki fungsi utama sebagai pusat relay dalam sistem motorik. Semua impuls
yang berasal dari kortikal dan berkaitan dengan gerakan volunteer dihantarkan oleh nuklei
pontis ke korteks serebeli yang kemudian diproyeksikan kembali ke korteks serebri melalui
nukleus dentatus, pedunkulus serebelaris superior, dan thalamus (mekanisme umpan balik).
Sirkuit regulasi ini memungkinkan koordinasi gerakan volunteer halus dan tepat.
Gambar 2.4 Sirkuit regulasi serebelar yang melibatkan nuklei pontis

Dari gambar diatas dapat terlihat traktus pontoserebelaris menyilang di pons dan
kemudian berjalan di dalam berkas yang tebal, melalui pedunkulus serebri medius ke
hemisfer serebeli. Serabut-serabut ini berasal dari bagian basal nuklei pontis dan dengan
demikian merupakan kelanjutan setelah membentuk kontak sinaptik. Serabut-serabut ini
berasal dari semua lobus serebri tetapi yang terbanyak berasal dari lobus frontalis.
Serebelum dikatakan mempunyai fungsi sebagai pusat koordinasi yang mempertahankan
keseimbangan dan mengontrol tonus otot dan memastikan semua proses motorik terarah tepat
dan terkoordinasi dengan baik. Serebelum terhubung dengan pons terutama oleh bagian
serebroserebelum. Sereberoserebelum menerima sebgian besar input neuralnya secara tidak
langsung dari bagian korteks serebri yang luas terutama area Broadman 4 dan 6 (area motorik
dan premotorik) melalui traktus kortikopontis. Serebelum menerima peringatan lebih lanjut
dari semua gerakan volunteer yang direncanakan yang dimulai di korteks serebri sehingga
serebelum dapat segera mengirimkan impuls modulasi dan korektif kembali ke korteks
motorik melalui jaras dentatotalamokortikalis.

Hubungan serebroserebelum yang kompleks memungkinkan struktur ini untuk


meregulasi semua gerakan terarah secara halus dan tepat. Melalui jaras spinoserebelaris
aferen yang menghantarkan dengan sangat cepat, serebroserebelum secara terus-menerus
menerima informasi baru mengenai aktivitas motorik di perifer. Dengan demikian ia dapat
memperbaiki setiap kesalahan dalam perjalanan gerakan volunteer untuk memastikan bahwa
gerakan tersebut dilakukan secara halus dan tepat. Pola eksekusi berbagai jenis gerakan yang
sangat banyak kemungkinan ini disimpan di serebelum layaknya seperti sistem computer
yang sepanjang hidup individu dapat dipanggil setiap saat.

 Peran Pons dalam Fungsi Sensorik

Peranan pons dalam fungsi sensorik tidak terlepas dari nuklei nervus kranialis yang
terletak di pons. Nukleus nervus kranialis tersebut yaitu nervus trigeminalis untuk sensorik
umum di area wajah, nervus fasialis untuk sensorik khusus pengecapan, nervus
vestibulokokhlearis untuk keseimbangan dan pendengaran.

1. Nervus Trigeminus
Nukleus sensorius prinsipalis nervi trigemini terletak di bagian posterior pons, yaitu di
lateral nukleus motorik. Nukleus ini tersambung ke bawah denagn nukleus spinalis
nervi trigemini. Nukleus spinalis ini berlanjut ke superior sebagai nukleus sensorik
utama nervus trigeminus di dalam pons dan membentang ke bawah sepanjang medula
oblongata kemudian masuk ke mdula spinalis sampai segmen C2. Nukleus
mesenfalikus terdiri dari sekelompok sel saraf unipolar yang terletak di bagian lateral
substansia grisea yang mengelilingi akuaduktus serebri. Nukleus ini membentang ke
inferior memasuki pons hingga mencapai nukleus sensorius prinsipalis nervi
trigemini. Nukleus motorik terletak di dalam pons, yaitu di medial nukleus sensorius
prinsipalis nervi trigemini.
Sensasi nyeri, suhu, raba, dan tekan dari kulit wajah serta membrane mukosa berjalan
di sepanjang akson yang badan selnya terletak di ganglion semiluanris atau ganglion
sensorik trigeminus. Prosesus sentralis sel-sel ini membentuk radiks sensorik nervus
trigeminus yang besar. Serabut ini kemudian terbagi menjadi cabang asendens dan
desendens ketika memasuki pons. Cabang asendens berakhir di nukleus ensorius
prinsipalis nervi trigemini, sedangkan cabang desendens berakhir di nukleus spinalis.
Untuk sensasi raba dan tekan dibawa terutama oleh serabut saraf yang berakhir di
nukleus sensorius utama. Sensari nyeri dan suhu dibawa oleh serabut ke nukelus
prinsipalis. Serabut sensorik dari nervus trigeminus cabang opthlamikus berakhir di
bagian inferior nukleus spinalis, serabut dari divisi maksilaris berakhir di bagian
tengah nukleus psinalis, sedangkan dari divisi mandibularis berakhir di bagian
superior nukleus spinalis.
Impuls-impuls propioseptif dari otot-otot pengunyah, otot-otot wajah, dan
ekstraokular diteruskan oleh serabut-serabut di dalam radiks sensorik nervus
trigeminus yang tidak melalui ganglion semilunaris atau ganglion trigeminus.
Serabut-serabut ini berasal dari sel-sel unipolar nukleus mesenfalikus. Akson neuron-
neuron nukleus sensorius prinsipalis dan nukleus spinalis serta prosesus sentralis sel-
sel di dalam nukleus mesenfalikus menyilang bidang median kemudian naik sebagai
lemniskus trigeminalis dan berakhir di nukleus ventroposteromedialis thalamus.
Akson sel-sel tersebut kemudian beralan melalui kapsula interna ke girus postsentralis
(area 3,1, dan 2) korteks serebri.
2. Nervus Fasialis
Nukleus sensorik nervus facialis adalah bagian atas dari nukleus traktus solitarii dan
terletak di dekat dengan nukleus motorik. Sensasi pengecap berjalan melalui akson-
akson perifer sel saraf yang terletak di ganglion genikulatum. Prosesus sentralis sel-
sel saraf ini bersinaps dengan sel-sel saraf di dalam nukleus. Serabut eferen
menyilang bidang median dan berjalan ke atas menuju nukleus ventralis
posteromedialis talami sisi kontralateral dan menuju nukleus hipotalamikus. Dari
thalamus, sel-sel tersebut melintasi kapsula interna dan korona radiata untuk berakhir
di area korteks pengecap di girus postsentralis bagian bawah.

c. Medula Oblongata

Medula oblongata bersambung dengan pons di superior dan dengan medula spinalis di
inferior. Tempat pertemuan medula oblongata dan medula spinalis adalah tempat asal radiks
anterior dan posterior nervus spinalis cervical I, yang berada setinggi foramen magnum.
Medula oblongata berbentuk kerucut, ujung yang lebar mengarah ke superior.

Table 3. Komponen struktural dan fungsi Medula Oblongata


Subdivisi Komponen fungsi
Subtansia Traktus asenden &
Penghubung otak dengan medulla spinalis
alba desendens
Nukleus gracilis Relay station untuk sensasi propioseptif volunteer ke
dan cuneatus talamus
Relay station informasi terkait gerakan otot dari nukleus
Substansia Nuklei olivarius
ruber, otak tengah, korteks serebri kemudian ke serebelum
grisea Pusat reflex
Pusat kardiak Regulasi denyut jantung dan kekuatan otot jantung
Pusat vasomotor Pengaturan distribusi aliran darah sistemik
Pusat ritmisitas
Pengaturan pergerakan pernapasan
pernapasan
 Peranan Medula Oblongata dalam Fungsi Motorik

Setelah keluar dari pons, traktus kortikospinalis ini akan mengalami persilangan di
bagian median daripada medula oblongata, di daerah dekusasio piramidum. Traktus
kortikospinalis yang menyilang ini disebut traktus kortikospinalis lateralis yang selanjutnya
akan berjalan di funikulus lateralis medula spinalis, sedangkan traktus kortikospinalis anterior
yang tidak menyilang akan berjalan di daerah ventral medula spinalis. Sebagian besar traktus
kortikospinalis bersinaps dengan neuron penghubung, kemudian bersinaps dengan neuron
motorik alfa dan beberapa dengan neuron motorik gamma dan akan berperanan dalam fungsi
motorik pada ekstremitas yang berlawanan dengan hemisfer serebri.

Nukleus terbesar di kompleks olivaris adalah nukleus olivaris inferior dimana nukleus
ini seperti kantung kusut yang terbuka kearah medial, terjadi karena elevasi permukaan-
permukaan medula oblongata yang disebut oliva. Selain itu juga terdapat nukleus olivaris
accessorius medialis dan dorsalis yang lebih kecil. Serabut-serabut dari nukleus olivaris
inferior akan menyilang garis tengah dan masuk ke serebelum melalui pedunculus
cerebellaris inferior. Serabut- serabut aferen berasal dari medula spinalis, cortex serebelum
dan serebri (traktus spino-olivari). Oliva inferior menerima impuls aferen dari nukleus ruber
emsenfali melalui traktus tegmentalis sentralis. Struktur ini menerima input aferen alinnya
dari striatum, substansia grisea periakuaduktalis, formasio retikularis, dan korteks serebri
melalui traktus kortiko-olivaris yang berjalan bersama-sama traktus kortikospinalis. Serabut
eferen dari olive inferior akan menyilang garis tengah dan membentuk traktus
olivoserebelaris yang masuk ke serebelum melalui pedunculus serebelaris inferior dan
menghantarkan impuls ke seluruh korteks neoserebelaris.

Pedunculus serebellar inferior adalah sumber utama masukan ke serebelum dari


medula spinalis dan nukleus batang otak. Hal ini sangat menonjol pada bagian dorsolateral
dari atas medula. Pada pedunculus serebelar inferior terdapat serabut- serabut aferen
serebelum yang berasal dari korteks serebri, antara lain traktus kortikoolivares dan
kortikoreticulares. Traktus kortikoolivaris berasal dari sel-sel saraf di lobus frontalis,
parietalis, temporalis, dan oksipitalis korteks serebri yang kemudian turun melalui korona
radiate dan kapsula interna dan berakhir pada kedua nukleus olivaris inferior. Nukleus
olivaris inferior adalah tenpat asal serabut-serabut yang menyilang garis tengah dan masuk ke
hemisfer serebeli sisi kontralateral melalui pedunkulus serebelaris inferior. Traktus
kortikoretikularis berasal dari area sensorimotor di korteks serebri dan turun menuju pons dan
medula oblongata pada sisi kontralateral. Proyeksi olivoserebelaris ini berhubungan dengan
gerakan otot volunteer.

Serebroserebelum menerima sebagian besar input neuralnya secara tidak langsung


dari bagian korteks yang luas terutama di area Broadmann 4 dan 6 (area motorik dan
premotorik) melalui traktus kortikopontis dan juga sebagian kecil dari olive melalui traktus
olivoserebelaris. Serebelum menerima peringatan lebih alnjut dari semua gerakan volunteer
yang direncanakan dimulai dari korteks serebri sehingga serebelum dapat segera
mengirimkan impuls modulasi dan korektif kembali ke korteks motorik melalui jaras
dentatotalamokortikalis. Nukleus dentatus juga berproyeksi ke bagian parvoselularis nukleus
ruber. Namun tidak seperti nukleus ruber lainnya, bagian ini tidak mengirimkan serabutnya
ke medula spinalis melalui traktus rubrospinalis. Serabut ini akan berproyeksi melalui traktus
tegmentalis sentralis ke olive inferior yang kemudian berproyeksi kembali ke
serebroserebelum. Lengkung umpan-balik neural dentate-rubro-olivo-serebelaris ini memiliki
peran penting dalam pengolahan impuls neoserebelar.

Hubungan serebroserebelum yang kompleks memungkinkan struktur ini untuk


meregulasi semua gerakan terarah secara halus dan tepat. Melalui jaras spinoserebelaris
aferen yang menghantarkan sangat cepat, serebroserebelum secara terus-menerus menerima
informasi mengenai aktivitas motorik perifer. Dengan demikian, ia dapat memperbaiki setiap
kesalahan dalam perjalanan geraka volunteer untuk memastikan bahwa gerakan tersebut
dilakukan secara halus dan tepat. Pusat pengeksekusian berbagai jenis gerakan yang sangat
banyak secara kemungkinan disimpan di serebelum seperti computer, sepanjang hidup
manusia, sehingga dapat dipanggil kembali setiap saat. Dnegan deikian begitu kita telah
mencapai tahap perkembangan tertentu, kita dapat melakukan gerakan sulit yang telah
dipelajari secara cepat, relative tidak memerlukan usaha dan sesuai kehendak dengan cara
memanggil fungsi regulasi presisi di serebelum.

 Peranan Medula Oblongata dalam Fungsi Sensorik

1. Lemniskus medialis (Nukleus Gracilis dan Cuneatus)


Impuls propioseptik, stereognosis, dan getaran tubuh berasal dari reseptor di otot,
tendon, fascia, kapsul sendi, dan jaringan ikat (korpuskulus Vater-Paccini dan
korpuskulus Golgi-Manzonni) serta reseptor kulit. Impuls ini kemudian dihantarkan
oleh neuron pseudounipolar bagian distal di ganglion spinale sebagai neuron pertama.
Prosesus bagian sentral sel-sel ini kemudian berjalan naik ke medula spinalis dan
berakhir di nuklei kolumna posterior. Di dalam funikulus posterior medula spinalis,
serabut aferen yang berasal dari ekstremitas bawah menempati bagian paling medial.
Serabut aferen dari ekstremitas atas bergabung di medula spinalis setingkat vertebra
servikalis dan terletak lebih lateral sehingga funikulus posterior setingkat ini terdiri
dari dua kolumna (pada masing-masing sisi): fasikulus grasilis di bagian medial
(kolumna Goll) dan fasikulus kuneatus di bagian lateral (kolumna Burdach). Serabut-
serabut di kolumna ini berakhir di nukleus yang namanya sesuai, yaitu: grasilis dan
kunetaus. Nuklei kolumna posterior ini mengandung neuron kedua, yang
memproyeksikan aksonnya ke thalamus (traktus bulbotalamikus). Semua serabut
bulbotalamikus menyilang garis tengah ke sisi kontralateral saat berjalan naik,
membentuk lemnikus medialis.
Seiring perjalanan ke rostral, lemniskus medial mengalami pergeseran posisi sehingga
ekstremitas bawah sekarang lebih lateral dan ekstremitas atas di posisi yang lebih
medial di pons. Pada titik ini, lemniskus medial terletak tepat di atas nukleus pontine.
Rotasi ini berlanjut di otak tengah. Di sini, terletak hanya pada tepi dorsal substantia
nigra, ekstremitas bawah sekarang menempati posisi lebih dorsal di saluran tersebut,
dengan serat yang mewakili ekstremitas atas berada di ventral bagian dari lemniskus
medial.
Serabut ini kemudian berjalan ke medula, pons, dan otak tengah, dan berakhir di
nukleus ventralis posterolateral talami (VPL). Di sini serabut tersebut membentuk
kontak sinaptik dengan neuron ketiga, yang kemudian membentuk traktus
talamokortikalis. Traktus ini kemudian naik melalui kapsula interna (bagian posterior
traktus piramidalis) dan melalui korona radiate ke korteks somatosensorik primer di
girus post-sentralis.
Gambar 2.5 Lemniskus Medialis Kolumna Dorsalis
2. Nervus Vestibulocochelaris
Ganglion vestibulare terletak di kanalis auditorius internus yang mengandung sel- sel
bipolar yang prosesus perifernya menerima impuls dari sel-sel reseptor di organ
vestibular dan prosesus sentralnya membentuk nervus vestibularis. Nervus ini
kemudian bergabung dengan nervus kokhlearis yang kemudian melintasi kanalis
auditorius internus, menembus ruang subarachnoid di cerebellopontine angle, dan
masuk ke batang otak di taut pontomedularis. Serabut-serabut ini kemudian
melanjutkan diri ke nukleus vestibularis di dasar netrikel keempat.
Kompleks nuklear vestibularis yaitu nukleus vestibularis superior (Bekhterev),
nukleus vestibularis lateralis (Deiters), nukleus vestibularis medialis (Scwalbe),
nukleus vestibularis inferior (Roller). Serabut-serabut vestibularis terpisah menjadi
beberapa cabang sebelum memasuki masing-masing kelompok sel di kompleks
nuklear vestibularis tersebut dan membentuk relay sinaptik dengan neuron kedua.
Sebagian besar serabut yang berasal dari nervus vestibularis menghantarkan impuls
langsung ke lobus fokulonodularis serebeli mellaui traktus juxtarestiformis yang
terletak di dekat pedunkulus serebelaris inferior. Serabut ini kemudian berproyeksi ke
nukleus fastigialis dan melalui fasukulus unsinatus (Russell) akan kembali ke nukleus
vestibularis dan neuron notorik medula spinalis melalui traktus serebeloretikularis dan
retikulospinalis.
Traktus vestibulospinalis lateralis yang penting berasal dari ukleus vestibularis
lateralis (Deiters) dan berjalan turun pada sisi ipsilateral di dalam fasikulus anterior ke
motor neuron gamma dan alpha medula spinalis, turun hingga ke level sakaral. Impuls
yang dibawa adalah berfungsi untuk memfasilitasi refleks ekstensor dan
mempertahankan tingkat tonus otot seluruh tubuh untuk keseimbangan.
Serabut nukleus vestibularis medialis memasuki fasikulus longitudinalis medialis
bilateral dan berjalan turun di dalmnya sel-sel kornu anteriorus medula spinalis
cervicalis atau sebagai traktus vestibulospinalis medilais ke medula spinalis torasika
bagian atas. Serabut-serabut ini berjalan turn di bagian anterior medula spinalis dan
berfungsi untuk mempengaruhi tonus otot leher sebagai respons terhadap posisi
kepala.
Semua nukleus vestibularis berproyeksi ke nuklei yang memepersarafi otot-otot
ekstraokular melalui fasikulus longitudinalis medialis. Serabut ini kemudian berjalan
ke kelompok nuklei Cajal (nukleus interstitial) dan Darkscheswitch dan kemudian
masuk ke thalamus.

Gambar 2.6. Distribusi Nervus Vestibulokokhlearis

3. Nervus N IX (Glossofaringeus)

Nukleus sensorik merupakan bagian dari traktus solitarii. Sensasi pengecap berjalan
melalui akson saraf perifer sel-sel saraf yang berjalan melalui akson perifer sel-sel
saraf yang terletak di dalam ganglion nervi glossofaringeus. Prosesus sentral sel-sel
ini bersinaps dengan sel-sel saraf di dalam nukleus. Serabut-serabut eferen kemudian
menyilang bidang median dan naik menuju kelompok nuklei ventralis talami sisi
kontralateral dan juga ke beberapa nukleus hipotalamus. Akson sel-sel thalamus ini
kemudian berjalan melalui kapsula interna dan korona radiate serta berakhir di bagian
bawah postsentralis.

Fungsi Pergerakan Bola Mata

Ada tiga kelompok nuklear yang mempunyai hubungan erat dengan kompleks inti
nervus okulomotorius yang berperan dalam gerakan okular vertikal dan rotatorik dan
pergerakan reflektorik yang melibatkan kepala dan mata.4

1. nukleus interstisial dari Cajal ; memberikan serabut-serabut yang menyilang di bagian


ventral komisura posterior dan kemudian menuju ke semua kolom neuron somatik
dari nervus olfaktorius. Kecuali kolom sel ventral (yang mempersarafi otot rektus
medial). Disamping itu ia berproyeksi terhadap ini nervus troklearis secara ipsilateral,
kepada nukleus vestibularis medialis dan medula sppinalis.
2. Nukleus dari Darkschewitsch; tidak mempunyai hubungan dengan inti-inti nervus
okulomotorius. Ia berproyeksi di komisura posterior, yang jelas berkoneksi dengan
area pretektal.
3. Inti komisura posterior; terdiri dari neuron-neuron yang terletak dorsal dan
dorsolateral terhadap substansia grisea sentralis mesensefali. Ia dianggap mempunyai
hubungan dengan inti-inti pretektal dan kelompok nukleus posterior dari talamus,
korpus genikulatum mediale dan laterale.

4. Inti-inti nervus okulomotorius dihubungkan oleh serabut-serabut dari (1) jaras


kortikonuklear dari kedua belahan otak, (2) fasikulus longitudinalis medialis, (3) jaras
kortikobulbar dan (4) area pretektal kedua sisi.

5. Dengan perantaraan fasikulus longitudinalis medialis inti nervus okulomotorius


dihubungkan dengan inti-inti nervus troklearis, nervus abdusens dan nervus oktavus.
Hubungan yang diadakan oleh jaras kortikobulbar berimplikasi membuka lintasan
kortiko- kolikular-okulomotor, sedangkan koneksi dengan area pretektal kedua sisi
merupakan lintasan untuk refleks pupil.
6. M. rektus superior melakukan elevasi bola mata, terutama pada sikap mata yang
berabduksi. M. rektus medialis melaksanakan aduksi bola mata, sedangkan M. rektus
inferior mengerjakan depresi bola mata, terutama pada sikap mata yang berabduksi.
M.oblikus inferior melaksanakan elevasi bola mata terutama pada sikap bola mata
yang berabduksi. Dan M. levator palpebra superioris mengangkat kelopak mata atas.

7. Otot-otot sfingter pupil menguncupkan pupil. Kontraksi otot-otot siliar mengendurkan


tekanan kapsul lensa mata, sehingga lensa menjadi lebih konveks, sebagaimana terjadi
pada gerakan konvergensi bola mata dan akomodasi.

Gambar 2.7 Mekanisme terjadinya gerakan konjugee pada mata.

Pada gambar otot okuler mata dan persarafannya memperlihatkan inti nervus kranialis
III, IV dan VI serta persarafan otot-otot mata. Dalam gambar tersebut juga tampak hubungan
antara ketiga inti ini yang melewati fasikulus longitudinalis medialis. Baik dengan cara
melewati fasikulus ini atau dengan cara melewati jaras lainnya yang berkaitan erat masing-
masing dari ketiga susunan otot untuk tiap mata diinervasi secara timbal balik sehingga satu
otot dari setiap pasang otot itu akan berelaksasi sementara otot lainnya akan berkontraksi.
Pada gambar jaras penglihatan konjugat mata, memperlihatkan pengaturan kortikal terhadap
aparatus okulomotor, menunjukkan penyebaran sinyal yang asalnya dari area penglihatan
oksipital melewati traktus oksipitotektal dan traktus oksipitokolikular menuju area pretektal
dan kolikulus inferior pada batang otak.

II. Sindrom Batang Otak

Batang otak (brainstem) adalah struktur padat dengan nuklei saraf kranial, fasikula
saraf dan traktus asenden dan desenden yang sama-sama saling berdampingan. Batang otak
berada di bagian paling kaudal otak dan terletak pada tulang tengkorak yang memanjang
sampai ke tulang punggung atau sum-sum tulang belakang. Bagian ini mengatur fungsi dasar
manusia seperti mengatur pernapasan, denyut jantung, pencernaan, insting terhadap bahaya
dan sebagainya.1
Batang otak terbagi menjadi beberapa bagian yakni:
a) Mesensefalon : fungsi untuk mengontrol otak besar dan otak kecil, berfungsi
mengatur penglihatan seperti lensa mata, pupil mata dan kornea.
b) Pons : fungsi untuk mengontrol apakah kita sedang terjaga atau tertidur.
c) Medulla oblongata : fungsi untuk mengatur sirkulasi darah, denyut jantung,
pernapasan dan pencernaan.

Batang otak mengandung banyak jaras serabut, termasuk semua jaras asendens dan
desendens yang menghubungkan otak dengan perifer. Beberapa jaras ini menyilang garis
tengah ketika melewati batang otak dan beberapa di antaranya membentuk sinaps sebelum
melanjutkan perjalanan di sepanjang jarasnya. Terdapat banyak nuklei di batang otak yaitu:

 Nuklei nervus III – nervus XII


 Nukleus ruber dan substansia nigra mesensefalon; nuklei pontis dan nuklei
olivarius medulla yang berperan pada sirkuit regulasi motorik.
 Nuklei lamina quadrigemina mesensefali yang merupakan stasiun jaras visual dan
auditorik

Karena batang otak mengandung berbagai macam nuklei dan jaras saraf pada ruang
yang sangat padat, bahkan lesi yang kecil pada batang otak dapat menimbulkan berbagai tipe
defisit neurologis secara simultan (seperti pada berbagai sindroma vaskular batang-otak).1
SINDROMA SINDROMA PONS SINDROMA MEDULLA
MESENSEFALON OBLONGATA
 Sindrom Weber  Sindrom Foville-  Sindrom Lateralis/
 Sindrom Benedict Millard Gubler Wallenberg
 Tegmentum pontis  Sindrom Dejerine
kaudale
 Tegmentum pontis
orale
 Basis pontis kaudalis
 Basis pontis bagian
tengah

A. Sindroma Mesenfalon
1. Sindrom Weber
Sindrom Weber merupakan suatu kumpulan gejala klinis dan tanda yang
meliputi kelumpuhan nervus okulomotorius (N.III) ipsilateral, hemiparesis
spastik kontralateral, rigiditas parkinsonism kontralateral (substansia nigra),
distaksia kontralateral (traktus kortikopontis) serta adanya defisit saraf
kranialis yang kemungkinan disebabkan adanya gangguan pada persarafan
supranuklear pada nervus VII, IX, X dan XII.3
Manifestasi Klinis:
Lesi ini biasanya bersifat unilateral dan mempengaruhi beberapa struktur
dalam otak tengah.3,5
Tabel 1. Kerusakan struktur batang otak dan efeknya.
KERUSAKAN STRUKTUR EFEK
Substansia nigra Kontralteral parkinsonism
Serabut kortikospinalis Kontralateral hemiparesis
Traktus kortikobulbaris Kerusakah pada otot-otot wajah bagian
bawah yang kontralateral dan fungsi
nervus hipoglosus (N.XII)
Serabut nervus okulomotorius Kelumpuhan nervus okulomotorius
(N.III) ipsilateral yang menyebabkan kelopak
mata terkulai dan pupil yang melebar.
Hal ini menyebabkan diplopia.
Lesi unilateral di mesensefalon mengakibatkan timbulnya hemiparesis atau
hemiparesis kontralateral. Lesi yang merusak bagian medial pedunkulus
serebri akan menimbulkan hemiparesis yang disertai paresis nervus
okulomotorius ipsilateral dengan pupil yang berdilatasi dan terfiksasi.
Kombinasi kedua jenis kelumpuhan ini dikenal dengan nama hemiparesis
alternans nervus okulomotorius atau sindroma dari Weber. Lesi pada daerah
fasikulus longitudinalis medialis akan mengakibatkan timbulnya hemiparesis
alternans nervus okulomotorius (N.III) yang diiringi juga dengan gejala yang
dinamakan oftalmoplegia internuklearis.3

2. Sindrom Benedict
Sindrom Benedickt merupakan sindrom neurologi paralisis nervus
okulomotorius (N.III) karena trauma pada N.III dan nukleus ruber. Hal ini
terjadi disebabkan tersumbatnya cabang-cabang interpedunkularis dari arteri
basilaris atau serebralis posterior atau keduanya pada otak tengah. Ini
digambarkan sebagai suatu kelumpuhan n. okulomorius ipsilateral yang
disertai oleh tremor berirama atau ritmik pada tangan kanan atau kaki bagian
kontralateral yang ditingkatkan oleh adanya gerakan mendadak atau tanpa
disengaja, dan menghilang ketika istirahat. Yang merupakan akibat dari
kerusakan pada nukleus ruber yang menuju keluar dari sisi yang berlawanan
ada hemisfer serebelum. Bisa juga terdapat hiperestesia kontralateral.
Manifestasi klinis:
• Kelumpuhan nervus III ipsilateral dengan midrasis dan terfiksasi
(gangguan serabut radiks nervus III)
• Gangguan sensasi raba, posisi dan getar kontralateral
• Gangguan diskriminasi dua titik (keterlibatan lemnikus medialis dan
traktus spino talamikus)4
• Hiperkinesia kontralateral (tremor, khorea, atetosis), akinesia
kontralateral
• Rigiditas kontralateral (substansia nigra)
Tabel 4. Kerusakan struktur batang dan efek yang terjadi.
Struktur yang terlibat Efek klinis
Lemnikus medialis Gangguan sensasi raba, posisi dan getar kontralateral.
Nukleus ruber Hiperkinesia kontralateral (korea atetosis)
Substansia nigra Akinesia (parkinsomnisme) kontralateral
Radiks n. Kelumpuhan n. okulomotorius ipsilateral dengan
okulomotorius pupil yang berdilatasi dan terfiksasi
Gambar 2.8. Letak lesi pada sindrom Weber dan Benedict.

B. Sindroma Pons
1. Sindrom Foville Millard Gubler (Sindrom basis pontis kaudalis)
Hemiplegia alternans akibat lesi di pons adalah selamanya kelumpuhan UMN
yang melibatkan belahan tubuh sisi kontralateral, yang berada dibawah tingkat
lesi yang berkombinasi dengan kelumpuhan LMN pada otot-otot yang disarafi
oleh nervus VI atau nervus VII.1,6
Manifestasi klinik:
Tabel 5. Lesi mengenai bagian dorsal pons sehingga menyebabkan:
Struktur yang terlibat Efek klinis
Lemnikus medialis Gangguan sensasi raba, posisi dan getar kontralateral.
Lemnikus lateralis Tuli
Nucleus n. fasialis Kelumpuhan n. fasialis perifer ipsilateral
Traktus spinitalamikus Analgesia dan termanestesia setengah tubuh
lateralis kontralateral
Traktus piramidalis Hemiplegia spastic kontralateral
N. abdusens Kelumpuhan n. abdusens perifer ipsilateral

Tabel 6. Lesi mengenai bagian ventral pons dan menyebabkan:


Struktur yang terlibat Efek klinis
Traktus kortikospinalis Hemiplegia kontralateral
N. fasialis Kelumpuhan wajah ipsilateral
N. abdusens Kelumpuhan melirik ke lateral ipsilateral
Gambar 5: Sindrom Foville- Millard Gubler
Manifestasi berupa penyumbatan parsial terhadap cabang dari rami perforantes
medialis arteri basilaris seperti itu akan menimbulkan gejala berupa
hemiplegia yang bersifat kontralateral, yang pada lengan bersifat lebih berat
ketimbang pada tungkai. jika lesi paramedian terletak pada bagian kaudal
pons, maka akar nervus abdusens juga akan ikut terlibat. Maka dari itu pada
sisi lesi terdapat kelumpuhan LMN musculus rektus lateralis, yang
membangkitkan strabismus konvergens ipsilateral dan kelumpuhan UMN
yang melanda belahan tubuh kontralateral, yang mencakup lengan tungkai sisi
kontralteral berikut dengan otot-otot yang disarafi oleh nervus VII, nervus IX,
nervus X, nervus XI dan nervus XII sisi kontralateral. Gambaran penyakit
inilah yang dikenal sebagai sindrom hemiplegi alternans nervus abdusens.

2. Tegmentum pontis kaudale


Sindrom ini terjadi disebabkan oleh oklusi cabang arteri basilaris (ramus
sirkumferensialis longus dan brevis).4
Manifestasi klinis:
Kelumpuhan nuclear abdusen dan fasialis ipsilateral, nistagmus (fasikulus
longitudinalis medialis), paresis tatapan kearah sisi lesi; hemiataksia dan
asinergia ipsilateral (pedunkulus serebralis medialis); analgesia dan
termanestesia kontralateral (traktus spinotalamikus lateralis); hipestesia dan
gangguan sensasi posisi dan getar sisi kontralateral (lemniskus medialis);
mioritmia palatum dan faring ipsilateral (traktus tegmentalis sentralis).
Tabel 7. Kerusakan struktur batang dan efek yang terjadi:
Kerusakan struktur Efek
Lemnikus medialis Gangguan sensasi raba, posisi, dan getar kontralateral
Lemnikus lateralis Tuli
Nukleus n. fasialis Kelumpuhan n. VII perifer ipsilateral
Traktus spinotalamikus Analgesia dan termanestesia setengah tubuh
lateralis kontralateral
Traktus piramidalis Hemiplagia spastic kontralateral
N. abdusen Kelumpuhan n. VI perifer ipsilateral

3. Tegmentum pontis orale


Sindrom ini terjadi disebabkan oklusi ramus sirkumferensialis longus arteri
basilaris dan arteri serebelaris superior.4
Manifestasi klinis:
Hilangnya sensasi wajah ipsilateral (gangguan semua serabut nervus
trigeminus) dan paralisis otot-otot pengunyah (nucleus motorius nervus
trigeminus), hemiataksia, intention tremor, adiadokokinesia (pedunkulus
serebelaris superior); gangguan semua modalitas sensorik kontralateral.
Tabel 8. Kerusakan struktur batang dan efek yang terjadi:
Kerusakan struktur Efek
Pedunkulus serebelaris  Hemiataksia
superior  Intention tremor
 Adiadokokinesi
 Disarteria serebelar
Nukleus prinsipalis Gangguan sensasi epikritik wajah ipsilateral
sensorik n. trigeminus
Nukleus traktus spinalis Analgesia dan termanestesia wajah
n.trigeminus ipsilateral
Nucleus motorik Paralisis flaksid (nuklear) otot-otot
n.trigeminus pengunyah ipsislateral
Traktus tegmentalis Mioritmia palatum dan faring
sentralis
Traktus tektospinalis Hilangnya reflex kedip
Traktus spinotalamikus Analgesia dan termanestesia separuh tubuh
lateral kontralateral
Lemnikus lateralis Tuli
Lemnikus medialis  Gangguan sensasi raba, getar, dan posisi
separuh tubuh kontralateral
 Ataksia
Traktus kortikonuklearis Kelumpuhan n. fasialis, n. glosofaringeus,
(serabut yang keluar) n.vagus, n. hipoglosus

4. Basis pontis bagian tengah


Sindrom ini muncul akibat dari oklusi ramus sirkumferensialis longus arteri
basilaris dan arteri serebelaris superior. 1,5
Manifestasi klinis:
Hemianestesi semua modalitas sensorik ipsilateral, paralisis flasid otot
pengunyah ipsilateral, hemiataksia, intention termor, adiadokokinesi, disatria
sereblar dan hemiparesis spastik kontralateral.4
Tabel 9. Kerusakan struktur batang dan efek yang terjadi:
Struktur yang terlibat Efek klinis
Radiks n. trigeminus Hemianestesia semua modalitas sensorik ipsilateral,
paralisis flaksid otot pengunyah ipsilateral
Pedunkulus serebelaris Hemiataksia dan asinergia ipsilateral
medial
Traktus kortikospinalis Hemiparesis spastik kontralateral
Nuclei pontis Diktaksia ipsilateral

C. Sindroma Medulla Oblongata


1. Sindrom Lateralis/Wallenberg
Sindroma Wallenberg atau memiliki nama lain Sindroma medula lateral atau
Sindroma arteri cerebelar posterior inferior (PICA syndrome) merupakan
suatu penyakit dimana pasien memiliki gejala neurologis dengan onset yang
mendadak disebabkan oklusi atau embolisme di teritori arteria inferior
posterior atau arteria vertebralis. Adanya oklusi ini menyebabkan terjadinya
infark pada bagian lateral dari medula oblongata. Oklusi sering berasal dari
arteri vertebralis yang merupakan ibu cabang dari arteri serebeli posterior
inferior. Arteri vertebralis melintas di sepanjang leher sebelum masuk ke
dalam kepala dan bercabang menjadi arteri cerebeli posterior inferior.
Manifestasi klinik:
Gejala klinis terbentuk karena adanya trombosis yang membentuk plak
ateromatosa di bagian a. Vertebralis. Hanya sekitar 25 % sindroma ini yang
berasal benar-benar oklusi dari arteri cerebeli posterior inferior. 4
Tabel 10. Struktur batang otak yang terlibat dan efek klinis:
Struktur yang terlibat Efek klinis
Nucleus vestibularis inferior Nistagmus dan kecenderungan jatuh ke sisi ipsilateral
Nucleus dorsalis n. vagus Takikardia dan dispnea
Pedunkulus serebelaris inferior Ataksia dan asinergia ipsilateral
Nucleus traktus solitaries Ageusia (kehilangan rasa)
Nucleus ambigus Paresis palatum, laring dan faring ipsilateral; suara
serak
Nucleus n. kokhlearis Tuli
Nucleus traktus spinalis n. Analgesi dan termanestesia wajah ipsilateral; reflex
trigeminus kornea menghilang
Jaras simpatis sentral Sindrom Horner; hipohidrosis; vasodilator wajah
ipsilateral
Traktus spinoserebelaris anterior Ataksia; hipotonia ipsilateral
Traktus spinotalamikus lateralis Analgesi dan teranestesi setengah tubuh kontralateral
Traktus tegmentalis sentralis Mioritma palatum dan faring
Formasio retikularis Cegukan (singultus)

2. Sindrom Dejerine
Sindrom Dejerin ini terjadi akibat oklusi ramus paramedianus arteria
vertebralis atau arteria basilaris, umumnya bilateral. 1,4,5
Manifestasi klinis:
Tabel 11. Kerusakan struktur batang dan efek yang terjadi: 1
Struktur yang terlibat Efek klinis
Fasikulus longitudinalis Nistagmus
Lemnikus medialis Gangguan sensasi raba, getar, dan posisi kontralateral
Oliva Mioritmia palatum dan posisi kontralateral
Nervus hipoglosus (nervus Kelumpuhan flasid nervus XII dengan hemiatrofi lidah
XII)
Traktus piramidalis Hemiplagia kontralateral (bukan spastik) tetapi
terdapat refleks Babinski

III. Herniasi Otak


Terdapat 2 kelompok mayor dari hernia otak; supratentorialdan infratentorial.

Herniasi supratentorial adalah hernia yang terjadi di atas notch tentorium dan infratentorial

pula merupakan hernia yang terjadi di bawahnya. Dalam 2 kelompok besar ini, hernia otak

dinamakan berdasarkan struktur atau lokasi lewatnya dan bergesernya otak; termasuklah

transtentorial, bergeser ke atas, tonsilar, sentral, singulata, dan herniasi transcalvaria. Herniasi

uncal, transtentorial, singulata, dan transcalvaria termasuk dalam kelompok hernia

supratentorium. Manakala transtentorium ke atas dan tosillar termasuk dalam kelompok


herniasi infratentorial.6
• Herniasi sentral/transtentorial
Pada herniasi sentral (juga dikenali sebagai hernia transtentorial), diensefalon dan

lobus temporal pada kedua-dua hemisfer cerebrii ditekan oleh notch pada tentorium cerebral.

Hernia transtentorium bisa terjadi apabila otak bergeser ke atas maupun ke bawah melewati

batas tentorium yang dikenali sebagai hernia transtentorium asendens dan desendens. Namun

hernia ini bisa menyebabkan robeknya arteri basilar atau nama lainnya arteri paramedian

sehingga berlaku perdarahan yang disebut ‘Duret Hemorrhage’. Herniasi ini selalunya

berakhir dengan kematian. Secara gambaran radiografi, hernia yang mengarah ke bawah
berkarakteristik sebagai obliterasi sisterna suprasellar dari hernia lobus temporal ke dalam
hiatus tentorium dengan kompresi pada pedunkulus cerebral. Hernia yang mengarah ke atas
secara radiografi berkarakteristik sebagai obliterasi sisterna quadrigeminal. Didapatkan
bahwa sindroma hipotensi intracranial adalah sangat mirip dengan hernia transtentorium yang
mengarah ke bawah.6,7
• Herniasi Uncal
Pada herniasi uncal, yaitu hernia transtentorium yang sering, bagian paling dalam
pada lobus temporal yaitu uncus bisa sangat terhimpit sehingga melewati tentorium dan
menyebabkan tekanan yang tinggi pada batang otak terutama midbrain. Tentorium
merupakan struktur dalam tengkorak kepala yang terbentuk dari lapisan meningea yaitu dura
mater. Jaringan bisa terkelupas dari korteks cerebral dimana proses ini dinamakan sebagai
dekortikasi. Uncus ini akan menekan nervus kranialis ke-3 yang berfungsi mengontrol input
parasimpatis pada organ mata. Keadaan ini akan mengganggu transmisi neural parasimpatis
sehingga menyebabkan pupil pada mata terkait akan berdilatasi dan gagal untuk berkonstriksi
apabila adanya respon cahaya seperti mana seharusnya. Maka dengan adanya gejala dilatasi
pupil yang tidak berespon dengan cahaya, itu merupakan tanda penting adanya peningkatan
tekanan intracranial. Dilatasi pupil sering diikuti dengan beberapa gejala lain kompresi
nervus kranialis ke-3 yaitu deviasi bola mata kearah atas dan bawah akibat dari hilangnya
innervasi ke semua otot motilitas kecuali otot rektus lateralis yang diinervasikan oleh nervus
kranialis ke-6 dan otot obliqus superior yang diinervasikan oleh nervus kranialis ke-4. Gejala
ini muncul karena fiber esentrik parasimpatik mengelilingi fiber motorik dari nervus kranialis
ke-3 dan makanya ia pertama yang terkompresi. Arteri kranialis juga akan tertekan semasa
herniasi. Kompresi terhadap arteri serebral posterior akan menyebabkan gangguan pada
fungsi penglihatan kontralateral yang dikenali sebagai homonimus kontralateral hemianopia.
Kemudian diikuti dengan symptom yang juga penting yaitu ‘false localizing sign’ yang
berakibat dari kompresi pada krus serebral kontralateral yang mengandung fiber kortikospinal
dan kortikobulbar desendens. Ini diikuti dengan hemiparesis ipsilateral. Berhubung traktus
kortikospinalis secara predominan menginnervasi otot flexor, maka kaki akan terlihat dalam
keadaan ekstensi. Dengan peningkatan tekanan intracranial, postur dekortikasi akan terlihat.
Herniasi tipe ini juga akan menyebabkan kerosakan pada batang otak, yang berefek letargi,
bradikardi, kelainan respiratori dan dilatasi pupil. Herniasi uncal akan berlanjut dengan
herniasi sentral sekiranya tidak ditangani.6,7
• Herniasi serebral
Peningkatan tekanan dalam fossa posterior akan menyebabkan serebelum bergeser ke
atas mendorong tentorium kearah atas atau dikenali sebagai herniasi serebral. Midbrain akan
terdorong ke tentorium. Keadaan ini juga akan menyebabkan midbrain terdorong ke bawah.
• Herniasi tonsillar
Pada herniasi tonsillar, yang juga dikenali sebagai herniasi serebral kea rah bawah,
tonsil serebral akan bergeser ke bawah masuk ke foramen magnum dan menyebabkan
kompresi pada distal batang otak dan proksimal dari korda spinalis servikal. Peningkatan
tekanan pada batang otak akan menyebabkan disfungsi dari system saraf pusat yang berperan
dalam mengontrol fungsi respiratori dan fungsi jantung.6
Herniasi tonsillar juga dikenali sebagai malformasi Chiari, atau Malformasi Arnold
Chiari (ACM). Sekurang-kurangnya terdapat tiga tipe malformasi Chiari yang ditemukan
yang mana masing-masing menimbulkan proses penyakit yang berbeda dengan symptom dan
prognosis yang berbeda. Kondisi ini bisa ditemukan dengan adanya pasien yang bersifat
asimptomatik dan ada pula yang bersifat berat sehingga mengancam nyawa. Makanya hernia
ini lebih sering didiagnosa berdasarkan gambaran radiologi dari pemeriksaan MRI kepala.
Ektopik Serebral merupakan suatu istilah yang digunakan oleh ahli radiologi untuk
mendiskripsikan tonsil serebral namun tidak secara khusus mendiskripsikan suatu malformasi
Chiari. Menurut definisi malformasi Chiari terdahulu menyatakan bahwa adanya gambaran
radiologi tonsillar serebral dengan penonjolan pada terdorongnya jaringan masuk ke dalam
foramen magnum sekurang-kurangnya 5mm di bawah foramen magnum. Namun beberapa
kasus melaporkan bahwa ada pasien yang dating hanya dengan symptom malformasi Chiari
tanpa gambaran radiografi herniasi tonsillar.6
Terdapat beberapa penyebab yang dihubungkan dengan kejadian herniasi tipe ini.
Antaranya berupa korda spinalis yang menonjol, filum terminalis yang menyempit secara
mendadak (menarik turun batang otak dan struktur di sekitarnya), penurunan atau malformasi
dari fossa posterior (bagian caudal dan dorsal dari tengkorak) sehingga tidak memberikan
ruang yang cukup untuk serebelum, hidrosefalus atau volume cairan serebrospinal yang tidak
normal sehingga mendorong tonsil keluar.7,8
Untuk evaluasi herniasi tonsillar yang lebih lanjut, pemeriksaan CINE flow

digunakan. Pemeriksaan MRI tipe ini memeriksa pengaliran cairan serebrospinal pada sendi

kranio-servikal. Bagi pasien yang dating dengan symptom hernia dimana dirasakan
berkurang pada posisi supine dan memburuk pada posisi berdiri, maka pemeriksaan MRI ini

haruslah dilakukan dalam posisi berdiri.

• Herniasi Singulata
Pada herniasi singulata atau subfalcine, yaitu hernia yang paling sering, bagian paling
dalam pada lobus frontalis akan terdorong ke falx serebri. Hernia singulata bisa terjadi
apabila salah satu dari hemisfer membengkak dan menolak girus singulata kearah falx
serebri. Walaupun keadaan ini tidak terlalu menekan batang otak seperti tipe-tipe hernia yang
lain, namun bisa memberikan efek pada pembuluh darah yang berdekatan dengan lobus
frontalis tempat trauma yaitu arteri serebral anterior atau bisa berprogresif ke hernia sentral.
Kesan terhadap pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan intracranial yang
berbahaya sehingga bisa memburuk membentuk herniasi yang lebih berat. Gejala khas pada
hernia singulata tidak jelas. Namun seperti yang terjadi pada hernia uncal, hernia singulata
juga akan menyebabkan kelainan pada postur tubuh dan koma. Hernia singulata dipercayai
sering menjadi precursor terhadap tipe hernia yang lain.7,8
• Hernia Transcalvarial
Pada hernia transcalvarial, otak akan tertekan pada daerah fraktur atau bekas operasi.
Hernia ini juga dikenali sebagai hernia eksternal di mana ia terjadi sewaktu kranektomi atau
pada apa saja operasi yang melibatkan pengangkatan bagian tertentu tengkorak.6
Tanda yang sering pada hernia otak adalah postur tubuh yang abnormal dengan karakteristik
posisi ekstremitas bawah yang menjadi tanda khas terjadinya kerusakan otak yang berat.
Pasien ini akan mengalami penurunan kesadaran dengan ‘Glasgow Coma Scale’ antara 3
sampai 5. Satu atau kedua-dua pupil akan berdilatasi dan reflex cahaya negative atau tidak
berespon terhadap cahaya.1
Pada pemeriksaan neurologi, didapatkan penurunan derajat kesadaran. Tergantung dari
beratnya herniasi, gangguan pada satu atau beberapa refleks batang otak serta fungsi dari
nervus kranialis bias terjadi. Pasien juga akan menunjukkan ketidak mampuan untuk
bernapas secara konsisten dan didapatkan denyut jantung yang irregular.9
• Herniasi transtentorial
Herniasi transtentorial desendens akan menyebabkan symptom yang bervariasi. Kompresi
terhadap nervus kranialis ke-3 ipsilateral akan menyebabkan dilatasi pupil ipsilateral dan
pergerakan ekstraokuler yang abnormal. Kompresi traktus kortikospinal ipsilateral pada
batang otak akan menyebabkan hemiparesis kontralateral karena traktus menyilang pada
batas medulla. Hemiparesis ipsilateral juga bisa terjadi apbila terdapat massa yang cukup
besar sehingga menekan pedunkulus serebral kontralateral kea rah insisura.7,8
Komplikasi lain termasuklah terjadinya infark pada lobus occipitalis baik unilateral maupun
bilateral akibat dari penekanan terhadap arteri serebral posterior. Perdarahan batang otak juga
antara komplikasi lain yang timbul akibat dari penekanan pada daerah pembuluh darah
sehingga menyebabkan perforasi. Kompresi pada midbrain bisa berkomplikasi ke
hidrosefalus.7,8
• Herniasi Trantentorial Asendens.
Herniasi transtentorial asendens akan menyebabkan kompresi pada batang otak yang akan
menimbulkan symptom berupa mual, muntah yang mana bisa berprogressif sampai koma
sekiranya terjadi kerosakan yang mendadak pada intracranial. Pertumbuhan massa yang
perlahan pada fossa posterior akan menyebabkan perubahan pada anatomy intracranial secara
perlahan. Namun ini bukanlah termasuk kasus gawat darurat.7,8
• Herniasi Subfalkin/Singulata
Herniasi subfalkin tidak selalu menunjukkan gejala klinis yang berat. Tipe herniasi ini
akan menimbulkan gejala klinis seperti nyeri kepala, dan bisa berlanjut menjadi kelemahan
pada tungkai bawah yang kontralateral atau gejala infark pada lobus frontalis akibat dari
penekanan pada arteri serebral anterior.
• Herniasi Foramen Magnum/Tonsillar
Penekanan yang mendadak pada batang otak akan menyebabkan kecacatan dan
kematian. Walau bagaimanapun pasien yang dating dengan malformasi Arnold- Chiari 1 akan
menunujukkan gambaran symptom yang lebih sedikit dan bisa dengan gambaran disethesia
pada ekstremitas dengan fleksi servikal. Gambaran ini dikenali sebagai fenomena Lhermitte.
• Herniasi Sphenoid/Alar
Gejala klinis dari herniasi ini adalah sangat minimal dan walaupun tipe hernia ini
adalah yang paling sering terjadi, namun pasien sering datang dengan disertai tipe herniasi
yang lain.
• Herniasi Ekstrakranial
Hernia ini sering didapatkan post trauma dan operasi. Region otak yang mengalami
herniasi sering akan menjadi iskemik dan seterusnya infark.

IV. Test Halo Cairan CSS


Tanda klasik kebocoran CSS berupa halo sign atau double ring sign yaitu adanya
daerah cairan jernih di sekeliling darah bila cairan CSS yang bercampur darah di letakkan di
kain linen atau kertas saring. Keadaan ini terjadi karena darah dan CSS mempunyai densitas
cairan yang berbeda sehingga akan terpisah. Pada satu kasus disebutkan dapat terjadinya
kebocoran CSS yang tidak muncul gambaran double ring dengan menggunakan kertas saring
namun muncul pada kain tandu (linen). Test ini tidak reliabel dan tidak cukup untuk
membuat diagnosis kebocoran CSS

V. Bridging Vein
Bridging vein yang berasal dari permukaan superolateral posterior lobus frontal,
parietal dan oksipital berjalan ke depan menuju sinus sagitalis superior dengan sudut
kemiringan. Pada cedera otak, pembuluh- pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak
menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami
robekan dan menyebabkan perdarahan subdural.

Daftar Pustaka
1. Snell RS. Batang Otak. Neuroanatomi Klinik ed 7. Jakarta 2013, egc. Hal 192-257

2. Froetscher M & Baehr M. Duus Topical Diagnosis in Neurology. 4th edition. 2005.
Stuttgart: Thieme.

3. Guyton, A.C., Hall, J.E. 2006. Text Book Of Medical Fisiologi. 11 Ed. Philadelpia:
Elsevier Sounder.

4. Joyce L, Anisa B, Katia C. Crash Course: Neurology. United Kingdom.

5. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Penerbit PT. Dian Rakyat. Jakarta;
2008. h31 – 156.

6. Wilkinson, I., Lennox, G., 2005. Tentorial Herniation. In: EssentialNeurology.


Wilkinson, I., ed. 4th ed. USA: Blackwell Publishing. 42-43

7. Price, S.A.,Wilson, L., 2005. Peningkatan Tekanan Intrakranial. Dalam:Patofisiologi


Konsep Klini proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.1170-1171.

8. Mardjono, M., Sidharta, P, 2009. Koma supratentorial diensefalik. Dalam:Neurologi


Klinis Dasar. Edisi 1. Jakarta:Dian Rakyat. 193-195.

9. Toronto Notes 2008, Neurosurgery, Herniation Syndrome

10. Merritts Neurology Handbook’ (NeuroHBTM), Emergency Measures for ICP


Reduction in Unmonitored Patient with Clinical Signs of Herniation.
11. Hafid A. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah: edisi kedua. Jong W.D. Jakarta: penerbit buku
kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai