1 Definisi Interelasi
Interelasi menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)
adalah hubungan satu sama lain. Sedangkan interelasi dalam
struktur organisasi adalah hubungan antar satu struktur
organisasi ke struktur organisasi lain untuk mencapai tujuan
bersama suatu organisasi.
1
masing-masing untuk menghadapi ketatnya kompetisi dengan
perusahaan-perusahaan lain dalam bidang industri yang sama.
Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa strategi yang digunakan
suatu perusahaan sejatinya memiliki kaitan yang erat dengan
struktur organisasi dari perusahaan itu sendiri. Sebagaimana
mana yang dipaparkan oleh Alfred Dupkont Chandler
(1962),strategi mampu mempengaruhi struktur, arah, dan fokus
perusahaan. Lebih lanjut, Chandler juga mengatakan bahwa
sejatinya struktur mengikuti strategi. Dalam hal ini, strategi
adalah arah dan cakupan organisasi dalam jangka panjang yang
mencapai keuntungan bagi organisasi melalui konfigurasi
sumber daya dalam lingkungan yang menantang untuk
memenuhi kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pemangku
kepentingan. Sementara struktur adalah gagasan mendasar
mengacu pada pengakuan, observasi, alam, serta keabadian pola
dan hubungan entitas.
2
sempat disinggung di awal, sejatinya dua hal tersebut memiliki
kaitan yang erat, mengingat struktur organisasi suatu
perusahaan mengikuti strategi yang digunakan. Struktur adalah
semua orang, posisi, prosedur, proses, budaya, teknologi, dan
elemen terkait dan membentuk organisasi. Struktur ini harus
terintegrasi dengan strategi organisasi untuk mencapai misi dan
tujuannya. Dengan kata lain, mengubah strategi berarti
mengubah apa yang dilakukan semua orang dalam organisasi
tersebut. (Ansoff, 1965 dalam Kavele, 2012: 62). Namun, perlu
diingat bahwa yang dimaksud “struktur mengikuti strategi” di
sini bukan berarti strategi akan menghasilkan sebuah struktur,
melainkan strategi dijadikan patokan dalam membentuk
struktur yang nantinya digunakan untuk mendukung strategi
tersebut. Sehingga pilihan struktur organisasi tergantung pada
strategi perusahaan.
3
pertama, itulah yang mempengaruhi satunya. Menurut penulis,
sejatinya strategi dan struktur terbentuk secara bersamaan.
Pasalnya, struktur dan stategi telah terbentuk sejak awal
pendirian perusahaan. Akan tetapi, kedua hal tersebut akan
senantiasa mengalami perubahan sejalan dengan dinamika
kompitisi bisnis yang ada. Seorang penyusun strategi sudah
seharusnya mempertimbangkan struktur organisasi yang ada.
Tidak bisa bila kemudian strategi disusun semata-mata hanya
Mempertimbangankan persaingan yang ada, tanpa
menghiraukan struktur organisasi dalam perusahaan itu sendiri.
Begitu pula sebaliknya. Sebuah struktur organisasi suatu
perusahaan disusun sedemikan rupa sesuai dengan strategi yang
akan dibuat. Sehingga penulis tidak setuju bila salah satu dari
kedua hal tersebut dikatakan muncul terlebih dahulu, baru
diikuti yang satunya.
4
linear. Misalnya, perusahaan dalam kategori mass production
mempunyai proporsi pegawai terampil paling kecil dan
perusahaan tersebut umumnya mempunyai kompleksitas dan
formalisasi yang tinggi, sedangkan perusahaan unit dan proses
cenderung mempunyai tingkat dimensi struktural yang rendah.
5
Lingkungan internal organisasi yaitu semua elemen
yang berada di dalam organisasi yang dapat dikontrol
secara langsung oleh manajemen, serta mempengaruhi
secara langsung terhadap kegiatan organisasi. Seperti :
pimpinan organisasi, manajer organisasi, anggota atau
karyawan organisasi.
2. Lingkungan Eksternal Organisasi.
Lingkungan eksternal organisasi dapat dibedakan
menjadi dua :
1) lingkungan eksternal mikro atau lingkungan
eksternal langsung, yaitu semua elemen yang berada
di luar lingkungan organisasi, yang secara langsung
berpengaruh pada kegiatan organisasi. Seperti :
klien, pesaing, rekanan, dan pemerintah.
2) lingkungan eksternal makro atau lingkungan
eksternal tidak langsung, yaitu semua elemen yang
berada di luar lingkungan organisasi, yang secara
tidak langsung berpengaruh pada kegiatan
organisasi. Seperti : kondisi ekonomi, politik, sosial,
budaya, demografi, dan teknologi.
Keseluruhan lingkungan organisasi tersebut saling
mempengaruhi dalam proses kegiatan suatu organisasi.
Lantas, bagaimana hubungan antara organisasi dengan
lingkungan organisasi ?
Hubungan Antara Organisasi Dengan Lingkungan
Organisasi. Terdapat hubungan yang erat antara
organisasi dengan lingkungan organisasi. Lingkungan
organisasi sangat berpengaruh terhadapkeberlangsungan
hidup suatu organisasi. Kesuksesan suatu organisasi
tergantung pada kemampuan organisasi tersebut dalam
menginterpretasikan dan merespon kondisi (perubahan
yang terjadi) lingkungan organisasi. Adanya hubungan
antara organisasi dengan lingkungan organisasi akan
menghasilkan organisasi sebagai sebuah sistem. Di
6
mana sistem organisasi dipegaruhi oleh sub-sub sistem
yang terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan
eksternal, yang keduanya akan sangat berhubungan.
Sistem organisasi yang terbentuk dapat berupa :
organisasi sistem tertutup, yaitu suatu organisasi yang
membatasi diri dari interaksi dengan lingkungan di luar
organisasi, yang berarti cenderung mengambil peran
yang menjauh dari lingkungan luar. Penggunaan sistem
tertutup dewasa ini banyak dihindari oleh organisasi,
selain tidak sehat, keputusan yang diambil adalah dari
atasan atau pimpinan biasanya cenderung merugikan
bawahan atau karyawannya.
organisasi sistem terbuka, yaitu suatu organisasi yang
memiliki tingkat interaksi yang tinggi terhadap
lingkungan di luar organisasi. Sistem terbuka ini
membuat suatu organisasi lebih aktif dan dinamis dalam
menyikapi setiap perubahan yang terjadi. Sistem terbuka
lebih mengedepankan keuntungan bersama antara
lingkungan internal dan lingkungan eksternal.
Sebuah organisasi yang efektif pada suatu lingkungan
organisasi tertentu belum tentu efektif pada lingkungan
organisasi lain yang berbeda. Perubahan-perubahan
yang terjadi pada lingkungan organisasi sangat dinamis
dan kadang-kadang pengaruhnya terhadap organisasi
tidak dapat diperkirakan terlebih dahulu. Karenanya
suatu organisasi dituntut untuk bersikap tanggap dan
adaptif serta selalu mengikuti dan menyesuaikan diri
dengan keadaan yang terjadi pada lingkungan
organisasi.
7
pokok-pokok pelaksanaan kegiatan, mekanisme dan prosedur
serta langkah kegiatannya dan standarisasi.
Dalam satu wadah yang sama dan memiliki satu tujuan. Tujuan
tersebut nantinya akan dicapai bersama dengan anggota dari
organisasi tersebut melalui kerjasama dari pihak yang
bersangkutan. Perlu pula diketahui bahwa di dalam organisasi
dapat ditemukan berbagai ilmu.
Ilmu yang dimaksud tersebut adalah ilmu yang tidak bisa
didapatkan di tempat umum seperti bangku sekolah. Setiap
organisasi juga tentunya memiliki susunan atau struktur yang
dimulai dari jabatan seorang ketua organisasi. Kemudian akan
diikuti dengan wakil, sekretaris, bendahara, dan berbagai
bidang lainnya sesuai dengan kebutuhan dari organisasi
tersebut
8
Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
mengakui hak setiap orang atas pendidikan. Meskipun
pendidikan adalah wajib di sebagian besar tempat sampai usia
tertentu, bentuk pendidikan dengan hadir di sekolah sering
tidak dilakukan, dan sebagian kecil orang tua memilih untuk
pendidikan home-schooling, e- learning atau yang serupa
untuk anak-anak mereka.
9
tetapi semua bahan keterangan atau informasi (Drs. B.
Suryosubroto. 1980: hal 65).
10
2.4 Fungsi dari Ketatalaksanaan Lembaga Pendidikan
Fungsi tata usaha kesiswaan yaitu:
1. mengetahui secara umum kondisi siswa yang sedang
mengikuti pembelajaran pada setiap tahun pembelajaran,
2. merencanakan jumlah siswa yang dapat direkrut untuk tahun
pembelajaran berikutnya.
3. Mampu secara mandiri mengembangkan diri sebagai upaya
pemenuhan rasa keingintahuannya terhadap kebijakan, teori,
praktik baru sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas
pokok dan fungsi ketatalaksanaan pendidikan
4. Mampu mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung
kegiatan-kegiatan sekolah
5. Mampu mengelola administrasi surat masuk dan surat
keluar sesuai dengan pedoman persuratan yang berlaku
6. Mampu mengelola administrasi sekolah yang meliputi
administrasi akademik, kesiswaan;
11
2.5 Prosedur Ketatalaksanaan Lembaga Pendidikan
Menurut (Hadari Nawawi, hal:55, 1981), di lingkungan
lembaga pendidikan dari unit yang terendah sampai yang
tertinggi diperlukan dan diselenggarakan kegiatan tata usaha
yang terarah dan tertib. Beberapa diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Penerimaan dan pencataan murid/mahasiswa
Kegiatan ini bersifat khusus karena hanya ada dilingkungan
lembaga pendidikan. Pada setiap permulaan tahun ajaran,
di lingkungan sekolah atau perguruan tinggi dihadapi tugas
menerima murid atau mahasiswa baru yang memerlukan
pencatatan. Disamping itu, mahasiswa lamapun harus
dicatat kembali secara keseluruhan dan menurut kelas atau
tingkat dan semester masing-masing. Demikian pula
dengan murid yang meninggalkan studinya baik karena
sudah tamat atau sebab lain. Dengan kata lain, semua
murid atau mahasiswa yang masuk dan keluar (termasuk
yang drop out) serta yang mengulang, harus dicatat secara
teliti dan sistematis.
12
ditemukan nama yang sama. Data yang diperlukan dari
murid/mahasiswa atau orang tuanya yaitu:
Nama murid/mahasiswa
Tanggal dan tempat lahir
Jemis kelamin
Nama, alamat, pekerjaan dan agama orang
tua/wali.
Ijazah terakhir atau asal sekolah, kecuali bagi
murid yang tidak berasal dari Taman Kanak-Kanak
Lembaga pendidikan yang bersangkutan perlu
membuat catatan terutama dalam buku induk,
tentang:
Nomor induk pendaftaran dan nomor pokok
Tahun ajaran yang diikuti menurut kelas/ tingkat
atau semester
Tanggal masuk dan tanggal keluar
Sebab-sebab meninggalkan sekolah dan tanggal
kenaikan atau tanggal tinggal kelas
Bila alamat murid/mahasiswa dan alamat orang
tua/wali tidak sama, terutama untuk tingkat SMP
keatas, maka perlu disediakan tempat mencatat
kedua alamat
2. Daftar Hadir atau Absensi
Menurut (Hadari Nawawi, hal:56-57, 1981), di lingkungan
suatu lembaga pendidikan setiap hari hadir sejumlah besar
manusia, terdiri dari Pimpinan Sekolah, guru-guru, para
murid dan karyawan pegawai tata usaha. Jumlah yang
banyak tersebut tidak memungkinkan untuk mengetahui
kehadiran atau ketidak hadiran, baik sepanjang hari
maupun jam-jam tertentu selama kegiatan lembaga
pendidikan berlangsung. Untuk itu perlu diadakan daftar
hadir yang biasanya dibedakan menjadi:
Daftar hadir murid
Daftar hadir guru/pegawai
13
Dari segi administratif, daftar tersebut memberikan data
yang sangat berharga bagi pimpinan dalam menilai
partisipasi setiap personal dalam kejasama, baik secara
keseluruhan maupun dalam kegiatan-kegiatan tertentu.
Dengan kata lain, daftar hadir berfungsi sebagai alat bantu
dalam mengadakan kontrol. Dari segi pendidikan, daftar
hadir tidak kalah pentinganya, baik untuk pembinaan mutu
pendidikan secara profesional maupun pembinaan tata
tertib atau disiplin secara kontinu.
Data kelas dan sekolah serta perubahan dan
perkembangannya harus dicatat, dihimpun, dan disimpan
sebagai dokumen sekolah secara lengkap, rapi/sistematis
dan terpelihara. Data tersebut antara lain mengenai
kemajuan hasil proses belajar-mengajar yang dicapai setiap
murid/mahasiswa, pembagian tugas antar guru, data
kepegawaian guru dan personil yang lain, nomor dan
tangga ijazah yang diberikan kepada murid/mahasiswa
setelah lulus belajar.
14
harus terus mendorong ikut bertanggung jawab
terhadap kemajuan anak-anaknya di sekolah.
15
Semua surat menyurat yang dilakukan dalam rangka
kepentingan kehidupan dan realisasi program sekolah dapat kita
sebut surat dinas. Baik surat masuk maupun surat keluar harus
diifentarisir dan didokumenkan (dicatat) disertai arsip-arsipnya.
Pencatatan surat biasanya menggunakan buku agenda dan
agenda surat keluar. Menurut (Hadari Nawawi, hal:60, 1981),
secara etimologis, kata arsip berasal dati Bahasa Belanda
“archief” yang berarti penyimpanan surat-surat, pengumuman,
catatan- catatan lain yang telah selesai dipergunakan. Dengan
demikian, setiap surat keluar dan surat masuk harus disimpan
sebagai dokumen, baik yang bersifat sementara maupun yang
bersifat tetap. Beberapa surat yang diarsipkan mungkin masih
akan diperlukan dalam tenggang waktu yang tidak lama, disebut
arsip hidup. Sebaliknya, banyak pula surat-surat yang seolah-
olah tidak diperlukan lagi untuk jangka waktu lama, akan tetapi
tetap harus disimpan disebut arsip mati. Penyimpanan arsip
harus sesuai dengan buku agenda, baik mengenai klasifikasi
maupun urutannya. Secara garis besar, tata usaha sebagai salah
satu kegiatan manajemen operatif, menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
1. Menerima, mencatat, memproses surat keluar dan surat
masuk.
2. Mengurus penyimpanan, pemeliharaan, pengawetan arsip.
3. Mengatur dan melayani kebutuhan arsip bagi penjabat
pimpinan dan pihak lain yang memerlukan secepat-
cepatnya.
4. Mengatur pemakaian buku agenda, buku ekspedisi dan
mengirimkan surat keluar
5. Bertanggung jawab atas penyimpanan dan pemakaian
cap/stempel
6. Mempersiapkan dan mengolah rancangan surat-surat
7. Mengurus percetakan/pengadaan formulir-formulir, kartu-
kartu dan menyediakan alat tulis menulis lainya.
8. Mengatur penyelenggaraan rapat dinas
16
9. Mengatur komunikasi dan hubungan dengan pihak luar
10. Memperhatikan pendapat umum untuk disampaikan pada
pimpinan dan melakukan pencatatan tentang pemberitaan.
17
dari berbagai sumber informasi pada berbagi tingkat organisasi,
ataupun mempercepat atau memperlancar arus informasi
tersebut.
2.2.5 Wawasan
Apabila pihak-pihak yang terlibat dalam suatu komunikasi tidak
memiliki wawasan yang sama satu dengan yang lainnya, maka
komunikasi yang efektif pun akan sulit untuk dilakukan.
Selayaknya pada faktor spesialisasi pekerjaan, memiliki
18
wawasan yang cukup mengenai topik yang dibicarakan adalah
salah satu faktor utama komunikasi yang efektif.
2.2.6 Konteks
Pada prinsipnya, konteks bisa mempengaruhi efektivitas
komunikasi yang dilakukan karena konteks bisa mempengaruhi
persepsi komunikan, kondisi psikologis komunikator, dan
berbagai aspek lain yang bisa mempengaruhi bagaimana proses
komunikasi dilakukan. Oleh karena itulah komunikasi
organisasi yang efektif idealnya mempertimbangkan kondisi
atau konteks dari peristiwa komunikasi yang dilakukan.
2.2.7 Bahasa
Bahasa dalam hal ini berperan sebagai bentuk pesan yang
disampaikan oleh komunikator terhadap komunikan, seperti
misalnya bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan berbagai
macam bahasa yang lain. Perbedaan bahasa ataupun
pengetahuan bahasa bisa berpengaruh terhadap komunikasi
organisasi yang dilakukan.
2.2.8 Media
Media yang dimaksud adalah sarana atau saluran yang
digunakan untuk melakukan suatu proses komunikasi dalam
suatu proses komunikasi organisasi yang dilakukan oleh orang-
orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Pemilihan
media yang tidak tepat bisa menghambat komunikasi
organisasi.
19
oleh komunikator dengan lebih mudah. Jangan lupa untuk
senantiasa memperhatikan etika komunikasi organisasi.
20
Message: Pesan yang merupakan seperangkatlambang
bermakna yang disampaikan oleh komunikator.
Media: Saluran komunikasi tempat berlalu-nya pesan dari
komunikasi kepada komunikan.
Deconding: Pengsandian, yaitu proses di mana komunikan
menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh
komunikator kepadanya.
Reciver : Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
Response: Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan
setelah diterima pesan.
Feedback: Umpan balik, yaitu tanggapan komunikan apabila
tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.
Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses
komunikasi yang berbeda dengan pesan yang disampaikan
oleh komunikator kepadanya.
Pengirim/komunikator (sender) yang harus memahami siapa
yang akan diajak berkomunikasi (receiver) dan respon apa yang
diharapkan. Pengirim juga harus mampu dalam menyandikan
pesan (encoding), dan dapat memperhitungkan bagaimana
kecenderungan penerima dalam menafsirkan pesan yang
disampaikan (decoding), agar komunikasi berjalan efektif
dalam proses encoding dari pengirim harus berkaitan dengan
proses decoding penerima sehingga terjadi kesamaan dalam
mempersepsi pesan dan komunikasi berjalan sebagaimana yang
diharapkan.
21
sederhana untuk kepentingan praktis dalam pemahaman
komunikasi organisasi. maka proses komunikasi dalam
organisasi adalah bagaimana cara yang ditempuh oleh
komunikator agar dapat menimbulkan dengan (kognitif, afektif,
dan psikomotor) bagi komunikan, sehingga terjadi suatu
perubahan persepsi dari perilaku yang menimbulkan saling
ketergantungan antar anggota dalam suatu organisasi dalam
membina suatu kerja sama yang baik.
22
Hambatan yang timbul karena iklim psikologis dalam
organisasi. Suasana iklim kerja dapat mempengaruhi
sikap dan perilaku karyawan/staf/anggota dan efektivitas
komunikasi organisasi.
Hambatan yang berasal dari perbedaan individu
manusia. Perbedaan umur, persepsi, keterampilan
mendengar, keadaan emosi, status, pencarian dan
penyaringan informasi.
Hambatan komunikasi organisasi yang bersifat
manusiawi dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:
Persepsi Selektif (SelectivePerception), maksudnya
adalah manusia memiliki persepsi sendiri dalam
mengartikan isi dari informasi yang diberikan. Bisa saja
terjadi perbedaan penafsiran antara komunikan dengan
maksud komunikator. Ini dapat berakibat fatal jika
bawahan salah menafsir maksud dan tujuan atasan dan
begitu pula sebaliknya.
Atensi Selektif (SelectiveAttention), artinya manusia
lebih cenderung untuk memilih fokus pada komunikasi
yang sesuai dengan pilihan pribadinya. Jadi, seseorang
berhak menentukan topik yang ia minati saat hendak
berkomunikasi. Perlu diperhatikan bagi pelaku
komunikasi organisasi, baik komunikator dan
komunikan untuk mendapatkan perhatian dari lawan
komunikasinya.
Retensi Selektif (SelectiveRetention), artinya adalah
kecenderungan manusia untuk memilih mengingat hal
yang mereka minati. Bisa saja dalam komunikasi
organisasi, audiensmenangkap apa yang dimaksud
pembicara, tapi belum tentu audiens tersebut mengingat
seluruh bagian dari informasi yang disampaikan.
Hambatan ini harus diminimalisir agar tidak terjadi
23
kerancuan instruksi maupun koordinasi dalam proses
komunikasi organisasi
24
Dalam proses komunikasi organisasi, sangat penting untuk
menggunakan media yang tepat yang dapat digunakan secara
efektif oleh semua anggota. Dengan perkembangan teknologi
yang pesat sudah dapat meminimalisir hambatan komunikasi
organisasi.
Koordinasi sangatlah penting dalam organisasi, karena di
dalamnya terdapat banyak kegiatan yang berlainan dilakukan
oleh banyak orang dalam banyak bagian.Kebutuhan koordinasi
timbul sewaktu-waktu apabila satu orang atau kelompok
bertanggung jawab atas kesempurnaan suatu tugas.
Untuk melihat kemampuan seorang atasan sebagai pemimpin
dalam melakukan koordinasi dilihat dari besar kecilnya jumlah
bawahan yang ada dalam tanggung jawabnya, yang dikenal
sebagai rentang manajemen. Koordinasi dibutuhkan sekali oleh
para pegawai nya, sebab tanpa koordinasi setiap pegawaitidak
mempunyai pegangan mana yang harus diikuti, sehingga akan
merugikan organisasi itu sendiri.
Dengan koordinasi diharapkan keharmonisan atau keserasian
seluruh kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Sehingga tiap departemen atau perusahaan atau bagian menjadi
seimbang dan selaras.Didalam undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 telah diamanahkan bahwa tugas dan kewenangan
sebagian urusan pemerintah diserahkan kepada daerah melalui
desentralisasi kewenangan dan dengan memperkuat Otonomi
Daerah.Di era Otonomi Daerah menuntut adanya keterbukaan,
akuntabilitas, ketanggapan, dan kreatifitas dari segenap aparatur
Negara, sehingga peran kepemimpinan sangat dibutuhkan.Di
dalam Negara dunia yang penuh kompetisi, sangat diperlukan
kemampuan seorangpemimpin dan sumber daya aparatur untuk
memberikan tanggapan atau responsive terhadap berbagai
tantangan secara akurat, bijaksana, adil dan efektif.
25
sebagai orang yang dipercaya oleh pimpinan untuk menyimpan
sebuah rahasia.
26
Kota Pekanbarudilakukan secara partisipatif dengan melibatkan
sub-sub bagian di Dinas Perhubungan Kominfo Kota
Pekanbaru.Penyusunan Renstra di Sekretariat Dinas
Perhubungan Kominfo Kota Pekanbaru sebagai rencana
kebijakan Tata Pemerintahan yang dilakukan dengan
memperhatikan isu-isu strategis dan kondisi yang sedang
berkembang serta mengakomodasikan perubahan internal dan
eksternal yang terjadi di lingkungan sekitar DinasPerhubungan
Kominfo Kota Pekanbaru.Diketahui pula bahwa perkembangan
pada lingkup nasional telah berlangsung perubahan sistem
perencanaan yang menuntut penyesuaian berbagai pranata
perencanaan pembangunan di daerah sesuai dengan posisi dan
subtansi masing-masing dengan harapan instrument tersebut
dapat diimplementasikan secara efektif.
27
4 Sub Bagian Keuangan 6 4
5 Sub Bagian Program 5 2
6 Bidang Angkutan 10 4
7. Bidang Pengawasan dan Pengendalian Lalin Jalan 14 55
8. Bidang Keselamatan, Teknik Sarana dan Prasarana 13 6
9 Bidang Komunikasi dan Informatika 13 9
Dari tabel diatas dapat dilihat dari 172 Orang pegawai.
Diantaranya terdiri atas 1 orang Kepala Dinas, 1 orang
Sekretariat, 29 orang pada Sub. Bagian Kepegawaian,Umum
dan Perlengkapan, 10 Orang dari Sub.bagian Keuangan dan 7
Orang dari Sub.bagian Penyusunan Program, 14 orang dari
Bidang Angkutan, 69 orang dariBidang Pengawasan dan
Pengendalian Lalin Jalan, 19 orang dari Bidang Keselamatan,
Teknik Sarana dan Prasarana, dan 22 orang dari Bidang
Komunikasi dan InformatikDalam pengamatan peneliti, terlihat
rendahnya Koordinasi Tugas Pegawai yang dicapai pimpinan
sekarang terlihat setelah dilakukan penelitian prasurvei pada
tanggal 13 Oktober 2016 pada Sekretaria Dinas Perhubungan
Kominfo Kota Pekanbaru terlihat banyak gejala-gejala
diantaranya :
a. Koordinasi yang terjalin bersifat vertical. Dikarenakan
terdiri dari bagianbagian yang kurang bersangkutan, hal
ini disebabkan nya tidak ada koordinasi antara bagian-
bagian tertentu. Yang ada hanya lah koordinasi
koordinasi khusus yang terjalin, contohnya dalam hal
pembangunan Terminal akap yang bersangkutan
hanyalah bidang wasdal,bidang umum, perlengkapan
dan kepegawaian serta bidang keuangan yang
mengeluarkan dana.
b. Terjadinya tumpang tindih antara bidang yang satu
dengan yang lain nya mengakibatkan tidak berjalan nya
pekerjaan secara efisien, disini terihat bahwasanya
koordinasi antara bidang kurang berjalan dengan baik.
28
c. Pada Sub.bagian Kepegawaian, Umum dan
Pelengkapan, lambannya respon dari kabupaten/kota
terhadap surat menyurat sehingga sulit mengadakan
koordinasi. Berdasarkan apa yang penulis uraikan
diatas, serta melihat berbagai masalah yang ada di
Sekretariat Dinas Perhubungan Kominfo Kota
Pekanbarutersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut yang dituangkan
kedalam sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi
yang berjudul:“Analisis Koordinasi Tugas pada
Sekretariat Dinas Perhubungan Kominfo Kota
Pekanbaru”.
4.1 sinergi
Sinergi adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan
suatu situasi saat entitas yang berbeda bekerja sama secara
menguntungkan untuk satu hasil akhir. Secara sederhana,
sinergi adalah saling mengisi dan melengkapi perbedaan untuk
mencapai suatu tujuan akhir. Secara sederhana, hal tersebut
berarti keseluruhan dari sinergi akan lebih besar dari
penjumlahan dari masing-masing bagian.
29
(trust) yang bijak dan cerdas adalah hal yang dapat mengubah
sesuatu atau mewujudkan dinamika menuju perubahan yang
diharapkan. Dalam organisasi, kemampuan untuk membangun,
menumbuhkan, menjaga dan mengembalikan semua
kepercayaan para pemangku kepentingan maupun rekan kerja
merupakan kunci sinergi.
30
Sinergi akan membangun Kerjasama-kerjasama Kreatif dengan
cara menghormati perbedaan, membangun kekuatan dan
mengkompensasikan kelemahan.
31
sifat manusia seperti: kesadaran diri, dapat dipercaya, berhati
nurani, mampu beradaptasi, berpikir kritis, bersikap,
berinisiatif, berempati, percaya diri, berintegritas, kontrol diri,
kesadaran berorganisasi, bersahabat, berpengaruh, berani ambil
resiko, bisa selesaikan masalah, punya jiwa pemimpin,
memiliki manajemen waktu, dan beberapa yang lain.
32
4.2 Manfaat
Jika digunakan dalam penerapan bisnis berarti suatu tim kerja
akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada jika setiap
orang bekerja untuk tujuan yang sama tetapi secara individual.
Diawali dengan tahap pengenalan pribadi dan sesama anggota,
lalu ada tahap konflik dan perbedaan pendapat. Kemudian
terjadi proses saling memahami dan penyesuaian pribadi yang
dilanjutkan dengan kemapuan untuk saling mengisi dan sinergi.
Ketika seorang merasa lemah, maka anggota tim yang lain akan
dapat menolong. Itulah keunggulan sebuah sinergi tim kerja
yang dibangun dengan sinerrgi.
33
1. Ada kesepakatan terhadap misi tim, anggota tim harus
memahami dan menyepakati misi tim agar bisa bekerja
dengan efektif.
2. Semua anggota mentaati peraturan tim, suatu tim harus
mempunyai peraturan atau tatatertib, sehingga dapat
membentuk kerangka usaha pencapaian misi.
3. Ada pembagian tanggung jawab dan wewenang yang
adil, tim dapat berjalan dengan baik apabila tanggung
jawab dan wewenang didistribusikan dengan baik dan
setiap anggota diperlakukan secara adil,
4. Orang beradaptasi terhadap perubahan, perubahan
bukan saja tidak dapat dihindari tetapi juga diperlukan
sekali, hanya saja keumuman orang sering menolak
perubahan. Oleh karenanya setiap anggota tim harus
dapat saling membantu dalam beradaptasi terhadap
perubahan secara positif.
Dalam usaha membina kerjasama yang intim itu ada empat
factor yang perlu mendapat perhatian.
Pertama: Pemimpin organisasi harus mampu meletakkan dasar
motivasional yang kuat untuk timbulnya interaksi antar individu
yang bergairah.Kedua: Mutlak diperlukan adanya organisasi
yang didalamnya secara membaku terdapat perumusan misi,
tugas pokok, fungsi, kegiatan, status dan peranan yang jelas.
Ketiga: Dapat dikatakan bahwa setiap organisasi mempunyai
identitas sendiri yang sifatnya khas.Keempat: Pimpinan
organisasi perlu mengembangkan suasana persaingan yang
sehat antar kelompok.
34
dapat dimanaknai sebagai bentuk kerjasama yang dihasilkan
melalui kolaborasi beberapa pihak berkepentingan tanpa adanya
perasaan kalah. Definisi ini cukup memberikan insight kepada
kita bahwa ciri khas dari sinergi adalah keragaman atau
perbedaan, bukan keseragaman. Tentunya juga dengan
melibatkan makna kolaborasi di dalamnya.
35
Sinergi adalah proses yang harus dilalui masing-masing pihak,
yang mana perlu waktu dan konsistensi. Hal-hal yang perlu
dilakukan untuk membangun Rasa Saling Percaya sehingga
Sinergi terbangun sebagai Kerjasama Kreatif diantaranya:
Berbuatlah kepada orang lain sebagaimana Anda ingin
diperlakukan orang lainJangan menilai buruk terhadap pihak
lainJangan memberikan Janji yang Anda tak yakin
memenuhinyaJangan mengecewakan harapan orang lain.
Mewujudkan Sinergi adalah Keberhasilan Bersama yang
terbina dari Kebiasaan.Mewujudkan Sinergi bukan berarti ber-
Kompromi di tengah, melainkan mencari alternatif ketiga dan
mencapai puncak.Sinergi adalah perbedaan bukan persamaan.
Sinergi akan membangun Kerjasama-kerjasama Kreatif dengan
cara menghormati perbedaan, membangun kekuatan dan
mengkompensasikan kelemahan.
Menurut Covey, unsur terpenting pada komunikasi bukan
sekedar pada apa yang kita tulis atau kita katakan, tetapi lebih
pada karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan itu.
Jika pesan yang kita sampaikan dibangun dari hubungan
manusia yang dangkal, bukan dari diri kita yang paling dalam,
orang lain akan melihat dan membaca sikap kita. Jadi syarat
utama dalam komunikasi efektif untuk membangun sinergi
adalah karakter yang kokoh yang dibangun dari fondasi
integritas pribadi yang kuat.Dalam hubungan komunikasi yang
efektif, kepercayaan merupakan dasar tercipatanya
teamwork.Kepercayaan ini hanya bisa muncul kalau kita
mempunyai integritas, yang mencakup hal-hal yang lebih dari
sekedar kejujuran.
36
keputusan, kemampuan ini harus selalu dikembangkan oleh
seorang
pemimpin. Keputusan dalam suatu organisasi sangat penting,
dan bakat kepemimpinan seseorang dapat dilihat dari
kemampuan dalam pengambilan keputusan yang tepat.
Keputusan yang tepat adalah keputusan yang ada keseimbangan
antara disiplin yang ditegakkan (berbobot) dan sikap manusiawi
terhadap bawahan sehingga dapat terima oleh bahawannya.
37
sendiri, baik pengambilan keputusan pada tingkat sederhana
maupun pada tingkat yang sulit sesuai dengan alternatif yang di
gunakan.(Rusdiana, 2016, p. 202).
38
d. Pinpinan tidak haya mau mengambil keputusan, tetapi
juga bertanggung jawab atas segala tindakan keputusan
itu.
39
2. Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan
daya guna. Masalah masalah yang dihadapi merupakan
masalah yang memerlukan pemecahan rasional
Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan
rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat,
keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan
optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas
nilai masyarakat yang di akui saat itu.
3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan
keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang
memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan
dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang
telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data.
Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data.
Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi
informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan
keputusan.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau
informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan
yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan
informasi yang cukup itu sangat sulit.
40
masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang
sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.
Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat
dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah.
Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat
bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan
kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi
latar belakang masalah dan bagaimana arah
penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan
pemecaha masalah.
5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena
wewenang (authority) yang dimiliki. Setiap orang yang
menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan
wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka
menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan
organisasi yang efektif dan efisien.
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata
akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan
dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan
wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering
melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan
justru menjadi kabur atau kurang jelas.
41
b. Lingkungan yang kondusif yaitu bahwa lingkungan yang
kondusif ini di dukung oleh motivasi individu, nilai-nilai
yang dimiliki individu serta komunikasi atau kelompok
dimana mengambil keputusan. Kepatuhan individu dalam
melaksanakan aturan-aturan kelompok dan menghargai
peran pemimpin kelompok.
c. Analisis yang sistematis dan ilmiah yaitu dimulai dengan
menganalisis masalah dan mengingat semua informasi
terkait, mempertimbangkan berbagai kondisi dan alternatif
pilihan yang akan dihadapi sebelum mengambil keputusan.
d. Probabilitas keputusan untuk diaplikasikan yaitu
kemampuan individu memperkirakan resiko dari situasi
yang dihadapi ketika pengambilan keputusan. Individu
mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari
pengambilan keputusan.
42
Ada 5 Jenis dalam pengambilan keputusan:
1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
2. Pengambilan Keputusan Rasional
3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Ada 4 Faktor-Faktor dalam Pengambilan Keputusan:
1. Kretivitas individu
2. Lingkungan yang kondusif
3. Analisis yang sistematis
4. Probabilitas keputusan untuk diaplikasikan
Fungsi Pengambilan Keputusan, yaitu sebagai berikut:
1. Pangkal permulaan dari semua aktivitasi manusia yang
dasar dan terarah, baik secara individu atau kelompok,
baik secara institusional maupun secara organisasional.
2. Sesuatu yang bersifat futuristik, yaitu berkaitan dengan
hari depan, masa yang akan datang yang efeknya atau
pengarahanya berlangsung cukup lama.
43
motivasi itu sering merupakan bagian yang sangat sulit dalam
proses perubahan. Ketiga, perubahan organisasi seperti dalam
struktur dan proses, hanya terjadi melalui perubahan individual
para anggota inti organisasi; oleh karena itu, perubahan
organisasi selalu terjadi melalui perubahan individual.
Keempat, perubahan yang paling optimal mencakup sikap,
nilai-nilai dan citra diri. Terakhir, perubahan adalah daur
bertahap yang sama dengan daur penanggulangan adaptif yang
setiap tahap bagaimana pun juga harus dirundingkan sebelum
dapat dikatakan bahwa terjadi sesuatu yang mantap. Asumsi-
asumsi tersebut mendukung argumentasi bahwa perspektif
perilaku perlu dikaji sebagai salah satu pendekatan dalam
mengelola perubahan, misalnya Steers (1984) Hoy and Miskel
(2001) dan Sweeney and McFarlin (2002) mengemukakan
faktor picu perubahan dari dimensi perubahan orang (people).
Sekedar gambaran bahwa perilaku individu yang menjadi
hambatan dalam mengelola perubahan organisasi adalah faktor
resistensi yang sering dicerminkan dalam perilaku ketakutan
akan ketidak-pastian, ancaman ekomonis, selektivitas persepsi
dan kebiasan (Sweeney and McFarlin, 2002: 402). Resistensi
yang bersumber dari individual-level berkaitan dengan
personalitas individu. Analisisnya lebih menekankan pada
dimensi idiosinkratik dengan dasar pemikiran bahwa perilaku
individu menjadi resisten terhadap perubahan karena faktor
disposisi kebutuhan yang tidak cocok dengan perubahan
tersebut. Indikator resistensi yang bersumber dari kesenjangan
disposisi kebutuhan tersebut (ketakutan akan ketidak-pastian,
ancaman ekonomis, selektivitas persepsi dan kebiasaan) bersifat
unik dan tipikal (khas). Namun pendekatan psikologis-
sosiologis menjelaskan fenomena perilaku resisten tersebut
sebagai hal yang natural terjadi dalam setiap perubahan.
Secara psikologis telah banyak kajian terutama yang
berkaitan dengan keadaan ketika individu “ termotivasi”
untuk menerima dan terlibat dalam perubahan tersebut,
44
misalnya konsep motivasi tingkat tinggi (self-actualization dan
need for achievement). Begitu pula secara sosiologis, individu
bersikap resisten terhadap perubahan berkaitan dengan sistem
nilai yang dianutnya bertentangan atau tidak cocok dengan
sistem nilai baru yang inheren terdapat dalam perubahan
tersebut.
45
6.3 Kesiapan Untuk Berubah
Pengertian kesiapan (readiness) adalah siap untuk melakukan
tindakan baik secara psikologis maupun perilaku (willing atau
able). Menurut Weiner (2009) terdapat dua hal penting yang
menyebabkan orang siap melakukan perubahan, yaitu
change valence dan change efficacy.
Change Valence merupakan nilai outcome yang dipersepsi
(What's in it for me?) atau “ do they think that it is needed,
important, beneficial, or worthwhile?” . Anggota organisasi
menilai suatu perubahan organisasi terencana karena mereka
percaya semacam perubahan sangat dibutuhkan.
46
apakah mereka berpikir perubahan itu benar-benar akan
memberikan manfaat) dan penilaian efektivitas (misalnya,
apakah mereka berpikir organisasi dapat secara efektif
melaksanakan dan mengkoordinasikan perubahan terkait
kegiatan)
47
tersebut. Misalnya, semakin kalkulatif (motif untung-rugi)
budaya organisasi semakin tinggi kebijakan dan prosedur
organisasi menawarkan sistem renumeratif.
b. penilaian positif anggota organisasi terhadap tuntutan
tugas, ketersediaan sumber daya dan faktor situasional
organisasi memberikan dampak terhadap peningkatan
komitmen dan kemampuan untuk melakukan perubahan.
c. pemeliharaan energi kolektif anggota organisasi dalam
bentuk, misalnya sense of belongingness. Wajar manusia
ingin diterima dan merasa memiliki kelompok karena
mereka membutuhkan kelompok kerjasama untuk survival.
d. kemampuan dan komitmen untuk melakukan perubahan
sekurang- kurangnya merupakan hasil penilaian kolektif
anggota organisasi terhadap tuntutan tugas, ketersediaan
sumber daya dan faktor situasional lainnya. Mungkin ini
terkait dengan sejauhmanakah sistem akuntabilitas
organisasi tertata dengan cukup baik sehingga anggota
organisasi menpunyai penilaian positif terhadapnya.
e. faktor leadership transformatif berpengaruh signifikant
terhadap pembentukan change valence dan change efficacy
organisasi. Penguatan sistem nilai perubahan yang
berkoherensi dengan kemampuan kepemimpinan
mentransformasikan sistem nilai tersebut
48
perusahaan berusaha mencari contoh dari perusahaan yang
berhasil. Dengan kata lain mereka berusaha mencari organisasi
yang paling sempurna untuk dicontoh tanpa menyadari bahwa
tidak ada bentuk organsiasi yang seperti itu. 1Dengan suatu
proses kajian literatur, wawancara dan investigasi lain maka
Pedler, Boydell dan Burgoyne (1988) mendefinisikan organisasi
pembelajaran sebagai berikut:
“Sebuah organisasi yang memfasilitasi pembelajaran dari
seluruh anggotanya dan secara terus menerus mentransformasi
diri.” Pedler, dkk (1988) menekankan sifat dua sisi dari
defenisi tersebut. Suatu perusahaan pembelajar bukan
organisasi yang semata-mata mengikuti banyak pelatihan.
Perlunya pengembangan ketrampilan individu tertanam dalam
konsep, setara dan merupakan bagian dari kebutuhan akan
pembelajaran organisasi. Menurut Pedler,2 dkk (Dale, 2003)
suatu organisasi pembelajaran adalah organisasi yang:
1. Mempunyai suasana dimana anggota-anggotanya secara
individu terdorong untuk belajar dan mengembangkan
potensi penuh mereka;
2. Memperluas budaya belajar ini sampai pada pelanggan,
pemasok dan stakeholder lain yang signifikan;
3. Menjadikan strategi pengembangan sumber daya manusia
sebagai pusat kebijakan bisnis;
4. Berada dalam proses transformasi organisasi secara terus
menerus; Tujuan proses transformasi ini, sebagai aktivitas
sentral, adalah agar perusahaan mampu mencari secara luas
ide-ide baru, masalah- masalah baru dan peluang-peluang
baru untuk pembelajaran, dan mampu memanfaatkan
keunggulan kompetitif dalam dunia yang semakin
kompetitif.
Learning organizations [are] organizations where people
continually expand their capacity to create the results they
truly desire, where new and expansive patterns of thinking
are nurtured, where collective aspiration is set free, and
49
where people are continually learning to see the whole
together. (Senge 1990:3)
The Learning Company is a vision of what might be
possible. It is not brought about simply by training
individuals; it can only happen as a result of learning
at the whole organization level. Learning Company is an
organization that facilitates the learning of all its members
and continuously transforms itself. (Pedler et. al. 1991: 1)
Learning organizations are characterized by total employee
involvement in a process of collaboratively conducted,
collectively accountable change directed towards shared
values or principles. (Watkins and Marsick 1992: 118)3
Lundberg (Dale, 2003) menyatakan bahwa pembelajaran
adalah suatu kegiatan bertujuan yang diarahkan pada
pemerolehan dan pengembangan keterampilan dan
pengetahuan serta aplikasinya. Menurutnya pembelajaran
organisasi adalah:
1. Tidaklah semata-mata jumlah pembelajaran masing-
masing anggota;
2. Pembelajaran itu membangun pemahaman yang luas
terhadap keadaan internal maupun eksternal melalui
kegiatan-kegiatan dan sistem-sistem yang tidak
tergantung pada anggota-anggota tertentu;
3. Pembelajaran tidak hanya tentang penataan kembali
atau perancangan kembali unsur-unsur organisasi;
4. Pembelajaran lebih merupakan suatu bentuk meta-
pembelajaran yang mensyaratkan pemikiran kembali
pola-pola yang menyambung dan mempertautkan
potongan-potongan sebuah organisasi dan juga
mempertautkan pola-pola dengan lingkungan yang
relevan;
5. Pembelajaran organisasi adalah suatu proses yang
seolah-olah mengikat beberapa sub-proses, misalnya
50
perhatian, penafsiran, pencarian, pengungkapan dan
penemuan, pilihan, pengaruh dan penilaian.
6. Pembelajaran organisasi mencakup baik unsur kognitif,
misalnya pengetahuan dan wawasan yang dimiliki
bersama oleh para anggota organisasi maupun kegiatan
organisasi yang berulang-ulang, misalnya rutinitas dan
perbaikan tindakan. Ada proses yang sah dan tanpa
henti untuk memunculkan ke permukaan dan menguji
praktek-praktek organisasi serta penjelasan yang
menyertainya. Dengan demikian organisasi pembelajar
ditandai dengan pengertian kognitif dan perilaku.
51
ditentukan oleh kemampuan organisasi untuk melakukan
pekerjaan secara sinergik. Kemampuan untuk membangun
hubungan yang sinergik ini hanya akan dimiliki kalau
semua anggota unit saling memahami pekerjaan unit lain,
dan memahami juga dampak dari kinerja unit tempat dia
bekerja pada unit lainnya. Seringkali dalam organisasi
orang hanya memahami apa yang dia kerjakan dan tidak
memahami dampak dari pekerjaan dia pada unit lainnya.
Selain itu seringkali timbul fanatisme seakan-akan hanya
unit dia sendiri yang penting perannya dalam organisasi
dan unit lainnya tidak berperan sama sekali.
Personal Mastery
Organisasi pembelajar memerlukan karyawan yang
memiliki kompetensi yang tinggi agar bisa beradaptasi
dengan tuntutan perubahan, khususnya perubahan
teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari paradigma
yang berbasis kekuatan fisik (tenaga otot ) ke paradigma
yang berbasis pengetahuan (tenaga otak). Selain itu
kecepatan perubahan tipe pekerjaan, telah menyebabkan
banyak pekerjaan yang tidak diperlukan lagi oleh
organisasi karena digantikan oleh tipe pekerjaan baru, atau
digantikan oleh pekerjaan yang menuntut penggunaan
teknologi. Untuk memenuhi persyaratan perubahan dunia
kerja ini semua pekerja di sebuah organisasi harus memiliki
kemauan dan kebiasaan untuk meningkatkan kompetensi
dirinya dengan terus belajar. Kompetensi dirinya bukan
semata-mata di bidang pengetahuan, tetapi kemampuan
berinteraksi dengan orang lain, menyelesaikan konflik,
dan saling mengapresiasi pekerjaan orang lain.
Organisasi lintas fungsi seperti yang telah dibicarakan di
atas akan mempercepat proses pembelajaran individu di
dalam organisasi.
52
Shared Vision
Oleh karena organisasi terdiri atas berbagai orang yang
berbeda latar belakang pendidikan, kesukuan, pengalaman
serta budayanya, maka akan sangat sulit bagi organsasi
untuk bekerja secara terpadu kalau tidak memiliki visi yang
sama. Selain perbedaan latar belakang karyawan,
organisasi juga memiliki berbagai unit yang pekerjaannya
berbeda antara satu unit dengan unit lainnya. Untuk
menggerakkan organisasi pada tujuan yang sama dengan
aktivitas yang terfokus pada pencapaian tujuan bersama
diperlukan adanya visi yang dimiliki oleh semua orang dan
semua unit yang ada dalam organisasi.
Team Learning.
Kini makin banyak organisasi berbasis team, karena
rancangan organisasi dibuat dalam lintas fungsi yang
biasanya berbasis team. Kemampuan organisasi untuk
mensinergikan kegiatan team ini ditentukan oleh adanya
visi bersama dan kemampuan berfikir sistematik. Namun
demikian tanpa adanya kebiasaan berbagi wawasan sukses
dan gagal yang terjadi dalam suatu team, maka
pembelajaran organisasi akan sangat lambat, dan bahkan
berhenti. Pembelajaran dalam organisasi akan semakin
cepat kalau orang mau berbagi wawasan dan belajar
bersama-sama. Oleh karena itu semangat belajar dalam
team, cerita sukses atau gagal suatu team harus
disampaikan pada team yang lainnya. Berbagi wawasan
pengetahuan dalam team menjadi sangat penting untuk
peningkatan kapasitas organisasi dalam menambah modal
intelektualnya.
Berdasarkan hasil penelitian Tjakraatmaja (2002)
dihasilkan temuan bahwa untuk membangun learning
organization dibutuhkan tiga pilar yang saling mendukung,
yaitu :
53
1. Pembelajaran Individual (individual learning),
2. Jalur Transformasi Pengetahuan
3. Pembelajaran Organisasional (organizational learning).
Model Mental
Respon manusia terhadap situasi yang terjadi di
lingkungannya sangat dipengaruhi oleh asumsi dan
kebiasaan yang selama ini berlaku. Di dalam organisasi,
berlaku pula kesimpulan yang diambil mengenai ’how
things work’ di dalam organisasi. Hal ini disebut dengan
mental model, yang dapat terjadi tidak hanya pada level
individual tetapi juga kelompok dan organisasi.
Mental model memungkinkan manusia bekerja dengan
lebih cepat. Namun, dalam organisasi yang terus berubah,
mental model ini kadang-kadang tidak berfungsi
dengan baik dan menghambat adaptasi yang dibutuhkan.
Dalam organisasi pembelajaran, mental model ini
didiskusikan, dicermati, dan direvisi pada level individual,
kelompok, dan organisasi.
54
Kelima dimensi dimaksud dapat membentuk tatanan organisasi
yang berhasil.
Demikian pula Braham, B.J. (2003) mencoba mengetengahkan
organisasi yang mampu belajar sebagai berikut :
1. Pembelajaran merupakan bagian terpadu dari
setiap aktivitas karyawan dan belajar sudah menjadi
bagian dari tugas bukan beban tambahan.
2. Pembelajaran adalah sebuah proses, bukan
sebuah peristiwa.
3. Kerjasama merupakan landasan dari semua
aktivitas/ hubungan.
4. Setiap orang/karyawan berkembang dan
bertumbuh, dan dalam prosesnya mengubah organisasi.
5. Organisasi pembelajar bersifat kreatif, dan
karyawan membangun kembali organisasi.
6. Organisasi belajar dari dirinya sendiri, para
karyawan mendidik organisasi tentang efisiensi, peningkatan
mutu dan inovasi.
7. Menjadi bagian dari organisasi yang mampu
belajar adalah sesuatu yang menyenangkan dan
menggembirakan.
Dalam organisasi yang mampu belajar, motivasi sebagai bagian
yang sudah menyatu dalam diri setiap karyawan. Pemimpin
tidak perlu banyak instruksi karena karyawan secara otomatis
berusaha mengerahkan kemampuan fisik dan intelektualnya
untuk merealisasikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Hal senada dikemukakan juga oleh Robbins, S.P. (2001) bahwa
organisasi pembelajar (learning organization) mempunyai
karakteristik dasar sebagai berikut:
• Anggota organisasi mengesampingkan cara pikir lama
• Belajar untuk saling terbuka
• Memahami cara kerja organisasi
• Menyusun perencanaan, visi yang dapat disepakati dan
dipahami semua anggota
55
• Bersinergi untuk melakukan aksi dalam rangka pencapaian
visi organisasi.
Suatu hal yang perlu ditambahkan pada karakteristik dasar
organisasi pembelajar adalah bekerja secara sistemik karena
keputusan dan tindakan-tindakan yang diambil dalam satu
bagian organisasi akan mempengaruhi bagian lainnya.
Disimpulkan oleh Dharma. S (2001: 30) bahwa organisasi
pembelajar mempunyai karakteristik sebagai berikut:
• Menyambut baik perubahan-perubahan di dalam organisasi
• Menciptakan pengetahuan baru berdasarkan informasi yang
objektif, subyektif, dan simbol-simbol
• Memandang ketidakpastian sebagai kesempatan untuk
berkembang dan tantangan
• Merangsang dan mendorong akuntabilitas sumberdaya
manusia yang berada pada tingkat organisasi yang paling
rendah
• Mendorong para manajer untuk bertindak sebagai coach,
mentors dan memfasilitasi proses belajar
• Memiliki budaya umpan balik dan keterbukaan
• Memiliki pandangan dan sistem holistic terhadap
organisasi dan sistemnya termasuk proses dan keterkaitan
diantaranya
• Memiliki kesamaan visi, tujuan, dan nilai-nilai diantara
sesama anggota organisasi
• Memiliki desentralisasi pembuatan keputusan dan
pemberdayaan sumberdaya manusia
• Memiliki pemimpin yang berani mengambil resiko dan
selalu bereksperimen atas dasar perhitungan yang jelas
• Memiliki sistem yang mendorong saling belajar dan
menggunakannya dalam organisasi
• Berorientasi pada pelanggan
• Kepedulian terhadap kebutuhan masyarakat
• Menghubungkan pengembangan diri sumber daya manusia
dengan pengembangan organisasi secara keseluruhan
56
• Mengembangkan jaringan di dalam organisasi melalui
pemanfaatan teknologi
• Mengembangkan jaringan yang lebih luas dengan
masyarakat dunia usaha
• Memberikan kesempatan yang berkelanjutan untuk belajar
dari pengalaman
• Menghindari birokrasi
• Memberikan penghargaan kepada sumberdaya manusia
yang berinisiatif dan berprestasi
• Membangun rasa kepercayaan (trust) dikalangan organisasi
• Melaksanakan perbaikan secara berkelanjutan (continuous
improvement)
• Mendorong, mengembangkan dan menghargai semua
bentuk kerjasama kelompok
• Mendayagunakan kelompok kerja lintas fungsional (cross-
functional work teams)
• Memanfaatkan dan mendayagunakan keahlian-keahlian
sumberdaya manusia yang ada dan mengevaluasi
kapasitas belajar
• Memandang organisasi sebagai suatu organisme yang
hidup dan berkembang (living and growing organism)
• Memandang segala sesuatu yang tidak diharapkan sebagai
kesempatan untuk belajar (view of unixpected as an
apportunity to learn).
• Selanjutnya Schein & Senge (Argyris, C. 1999: 6)
mendeskripsikan tipe organisasi pembelajar sebagai
berikut:
• Information system that provide fast, public feedback on
the performance of the organization as a whole and of its
various components;
• Flat, decentralized organizational structures;
• Mechanisms for surfacing and criticizing implicit
organizational theories of action, cultivating systematic
programs of experimental inquiry;
57
• Measures of organizational performance;
• System of incentives aimed at promoting organizational
learning; and
• Ideologies associated with such measures, such as total
quality, continuous learning, excellence, openness, and
boundary-crossing.
• Sejumlah karakteristik organisasi pembelajar yang
dikemukakan ahli perilaku organisasi dapat dijadikan
referensi bagi pengelola organisasi yang ingin maju dan
kompetitif. Organisasi pembelajar tidak harus bercirikan
semua item sebagaimana tertera di atas, akan tetapi dapat
mengembangkan sejumlah item yang sesuai dengan
karakteristik organisasi yang dikembangkan dengan
memperhatikan ketersediaan sumberdaya organisasi yang
tersedia, baik human dan non human.
Organisasi pembelajar merupakan salah satu ciri organisasi
abad 21, karena organisasi demikian mampu menjawab
tantangan yang dihadapi sekaligus menjamin terciptanya
kehidupan dan kelangsungan organisasi. Organisasi yang
mempunyai keunggulan inovasi layanan maupun produk,
dimasa depan akan menjadi organisasi yang senantiasa
menumbuhkan komitmen dan kapasitas belajar anggotanya
pada semua tingkat organisasi.
58
b. Menjadi lebih baik ditempatkan untuk merespon
tekanan eksternal
c. Memiliki pengetahuan ke sumber daya yang lebih, baik
link kebutuhan pelanggan
d. Meningkatkan kualitas output di semua tingkatan
e. Meningkatkan citra perusahaan dengan menjadi lebih
banyak orang berorientasi
f. Meningkatkan kecepatan perubahan dalam organisasi
g. Kemampuan untuk adaptasi dan antisipasi
h. Pertumbuhan dan perkembangan produk dan inovasi
proses
i. Produktifitas yang lebih tinggi dan keuntungan financial
j. Kepuasan kerja yang lebih tinggi
k. Peningkatan yang berkelanjutan
l. Pembelajaran yang lebih cepat, lebih baik, dan
menembus batas
59
• Belajar dari pengalaman
60
6. Persistance, ketekunan, kegigihan dan
tidak mudah putus asa, menjadi cirri khas organisasi
pembelajaran dalam mempersiapkan kapasitas sumberdaya
manusia menghadapi masa depan sesuai tujuan organisasi.
Keterampilan Kunci dibutuhkan:
1. Komunikasi, terutama
kemampuan mengembangkan akses komunikasi dengan
organisasi lain.
2. Menyimak dan mengobservasi.
3. Membimbing dan mendukung
rekan belajar.
4. Mengambil suatu perspektif
holistik: memperhatikan tim dan organisasi secara
keseluruhan.
5. Menghadapi tantangan dan
ketidakpastian.
61
e. Knowledge ( mengetahui apa yang tidak tahu )
62
pengalaman fisik serta petunjuk praktis (rule of thumbs)
termasuk dalam jenis Tacit Knowledge, semakin Tacit
sebuah knowledge, maka semakin beharga knowledge
tersebut.
3. Mind Map adalah cara termudah untuk menempatkan
informasi kedalam otak dan mengambil informasi keluar
dari otak. Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif,
efektif dan secara harfiah akan memetakan pikiran pikiran.
Mind Map adalah sistem penyimpanan, penarikan data dan
akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa, yang
sebenarnya ada dalam otak (Buzan, Buku pintar Mind Map,
2007:p4)
4. Salah satu bentuk knowledge management Mind Map
membantu belajar, menyusun dan menyimpan sebanyak
mungkin informasi yang diinginkan, dan
mengelompokkannnya dengan cara alami, memberi akses
yang mudah dan langsung kepada apa yang diinginkan. Ide
sentral dalam mind map menggunakan gambar, karena
gambar bermakna seribu kata dan membantu menggunakan
imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, tetap
fokus dan membantu konsentrasi dan mengaktifkan otak
5. Knowledge capture adalah proses mengubah
pengalaman memecahkan suatu masalah dari beberapa
sumber pengetahuan seperti buku, manuscript dan sumber
lain kedalam sebuah aplikasi. Sehingga apa yang diketahui
seorang ahli yang bersifat Tacid Knowledge menjadi
Explicit Knowledge
63
ide terpenting. Jalan jalan utama yang menyebar dari pusat
kota mewakili pikiran – pikiran utama dalam proses pemikiran
kita, Jalan Jalan skunder mewakili pikiran pikiran skunder dan
seterusnya, Gambar Gambar atau bentuk khusus dapat
mewakili area yang menarik atau ide ide menarik tertentu.
64
8.4 Manfaat knowledge management
Nonaka dan Takeuchi mengemukakan bahwa alasan
fundamental kesuksesan perusahaan-perusahaan Jepang, karena
keterampilan dan pengalaman mereka terdapat pada penciptaan
knowledge organisasi. Penciptaan knowledge dicapai melalui
pengalaman hubungan sinergik antara tacit knowledgedan
explicit knowledge (Nona,1995p:24). Ikujiro Nonaka dan
Hirotaka Takeuchi, membedakan antara tacit knowledgedan
explicit knowledge, dan membagi model konversi knowledge
menjadi 4 cara sebagai berikut.
a. Tacit knowledgeke Explicit knowledge, disebut proses
Externalization, knowledgeyang tersimpan dalam otak
seseorang dibuat menjadi explicit agar dapat dipelajari orang
lain
b. Tacit knowledgeke Tacit knowledge, disebut proses
Socialization,memungkinkan knowledge tacit diubah
melalui interaksi antar individu.
c. Explicit knowledgeke Explicit knowledge, disebut proses
Combination,terjadi melalui proses pengkombinasian
beragam explicit knowledgeyang dimiliki oleh seseorang.
Explicit knowledgeke Tacit knowledge, disebut proses
Internalization, prosesini berlangsung mirip seperti aktivitas
belajar, berlangsung dengan menangkap.
65
a. Merepresentasikan atau menyajikan knowledge secara
visual,
b. Mengidentifikasi kekuatan untuk memanfaatkan dan
untuk menghilangkan kesenjangan knowledge sehingga
menjadi terisi.
c. Dapat diaplikasikan dalam Knowledge capture
66
Gambar 2.3
Proses Knowledge management
A.Capturing Knowledge
Siklus knowledge management mempunyai kelebihan dalam
hal pengkategorian, pengorganisasian dan penyimpanan,
deseminasi, serta kemudahan untuk diakses. Dengan demikian
siklus konsep yang dibangun atas knowledge management jauh
lebih baik dan lebih mendorong terjadinya inovasi
dibandingkan dengan siklus inovasi itu sendiri.
67
ciri-ciri pembeda berikut dari organisasi hypertext dapat
ditunjukkan:
amorf,
imajinasi holistik,
pengorganisasian diri bagian-bagian dan keseluruhan,
konteks berbeda dari persepsi dan interpretasinya,
fleksibilitas global dan dasar ,
pengumpulan berulang, pemrosesan dan difusi
pengetahua manajerial
Dengan sifat multi-layered dari organisasi hypertext yang
dibahas di atas, dimungkinkan untuk membedakan lapisan-
lapisan kuncinya, seperti:
lapisan sistem bisnis, yang mencakup aktivitas rutin
sehari-hari dan dapat disajikan dalam bentuk struktur
organisasi,
desain tim lapisan, termasuk tugas / tim proyek yang
terdiri dari karyawan yang berasal dari sel yang berbeda
dari sistem bisnis,
lapisan basis pengetahuan di mana pengetahuan yang
dibuat oleh dua lapisan sebelumnya dikategorikan dan
dikontekstualisasikan.
68
semacam "clearing house" bagi kelompok baru. pengetahuan
yang dihasilkan dalam lapisan sistem bisnis dan lapisan tim
desain .
69
Keragaman dan inovasi berkembang ketika kekuasaan dan
informasi sangat terdesentralisasi". Solusi ini menggabungkan
keunggulan beberapa model manajemen pengetahuan, proses
yaitu model Hedlund atau model sumber daya, sehingga
menciptakan peluang sinergis untuk manajemen yang efektif
dan pengetahuan membentuk, serta membangun dan
memperkuat saluran kelancaran arus informasi, mengurus
kemurnian isi dari sumber ini.
70
71
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................i
KATA PENGANTAR........................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................iii
PEMBAHASAN
1.1 Definisi Interelasi..........................................................1
1.2 Definisi Struktur Organisasi..........................................1
1.3 Hubungan Struktur Organisasi Dengan
Strategi Organisasi........................................................1
1.4 Hubungan Teknologi Dengan Struktur Organisasi.......4
1.5 Hubungan Lingkungan Dengan Struktur Organisasi....5
2.1 Tatalaksana organisasi...................................................7
2.2 Organisasi pendidikan ..................................................8
2.3 Bagaimana konsep dasar ketatalaksanaan
dalam organisasi pendidikan.........................................9
2.4 Apa saja fungsi dari ketatalaksanaan
lembaga pendidikan.......................................................11
2.5 Prosedur ketatalaksanaan dalam organisasi
Pendidikan.....................................................................12
3.1 Aspek-aspek komunikasi organisasi.............................17
3.2 Faktor yang mempengaruhi komunikasi organisasi......17
3.3 Proses dari komunikasi organisasi................................20
3.4 Hambatan yang mungkin muncul di dalam
komunikasi organisasi organisasi..................................22
4.1 Sinergi...........................................................................29
4.2 Manfaat..........................................................................33
4.3 Faktor yang mendasari dibentuknya tim work..............33
4.4 Hakikat manusia............................................................35
4.5 Tingkat-tingkat manusia................................................35
5.1 Pengambilan keputusan.................................................36
5.2 Prinsip-prinsip pengambilan keputusan
dalam organisasi............................................................38
5.3 Unsur-unsur pengambilan keputusan............................39
5.4 Jenis-jenis keputusan organisasiorganisasi...................39
5.5 Faktor-faktor dalam pengambilan keputusan................41
5.6 Fungsi pengambilan keputusan.....................................42
6.1 Pengertian perubahan organisasi...................................43
72
6.2 Manusia dalam organisasi.............................................43
6.3 Kesiapan untuk berubah................................................46
6.4 Faktor kontekstual.........................................................46
6.5 Outcomes dari kesiapan organisasi untuk berubah.......47
7.1 Pengertian organisasi pembelajaran..............................48
7.2 Dimensi organisasi pembelajaran atau fith
Disciplines of learning organization..............................51
7.3 Karakteristik organisasi pembelajaran..........................54
7.3 Manfaat organisasi pembelajaranpembelajaran............55
7.4 Faktor-faktor organisasi pembelajaran..........................59
7.5 Model pendekatan organisasi pembelajaran..................60
8.1 Pengertian knowledge management..............................61
8.2 Tipe-tipe Knowledge.....................................................62
8.3 Cara membedakan data onformasi dan Knowledge......64
8.4 Manfaat knowledge management..................................64
8.5 Proses knowledge management.....................................66
8.6 Pengertian hypertext organizationorganization.............67
8.7 Struktur hypertext sebagai respons terhadap
kondisi Pasar Baru.........................................................67
8.8 Organisasi hypertext......................................................69
DAFTAR PUSTAKA
73
74