x
DAFTAR ISI
iv
3.6Teknik Analisis Data .................................................................................... 42
3.7 Validasi Data ................................................................................................ 43
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 45
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Dokumentasi Penelitian
viii
BAB I
PENDAHULUAN
maupun daerah. Bandara merupakan gerbang atau pintu masuk dari suatu daerah
atau sebagai fasilitator yang menghubungkan antara daerah satu dengan daerah
simpul dalam jaringan transportasi udara sesuai hierarki bandar udara, pintu
kedaulatan negara.
jenis moda transportasi yang cukup diminati masyarakat saat ini karena
dengan biaya yang cukup terjangkau. Tercatat selama triwulan I - 2015 jumlah
pada bulan Maret 2015 mencapai 5,1 juta orang, naik 8,35 persen dibandingkan
3 Januari 2016).
1
Gambar 1.1: Peningkatan Jumlah Keberangkatan Penumpang
dan Barang di Bandara Indonesia Tahun 1999-2013
Sumber: http://www.bps.go.id/, diakses 3 Januari 2016
oleh PT Angkasa Pura I untuk wilayah Indonesia Tengah dan Timur, dan PT
Angkasa Pura II (selanjutnya disebut Angkasa Pura II) untuk wilayah Indonesia
Barat.
2
Penyelenggara Bandar Udara harus dapat melindungi bandar udara dari segala
Untuk itu setiap bandar udara harus memiliki suatu unit kerja yang bertugas untuk
memelihara, melindungi dan mengamankan manusia dan material secara fisik dari
segala bentuk ancaman keamanan yang ditimbulkan oleh manusia dan barang di
daerah lingkungan kerja bandar udara, yakni Unit Pengamanan Penerbangan atau
penerbangan, terjadi beberapa kasus terorisme yang berimbas pada keamanan dan
keselamatan penerbangan, mulai dari tragedi World Trade Center dan Pentagon
pada 11/9 2001 di Amerika Serikat, kasus terror plot tahun 2006 di Canada,
lolosnya bom dari deteksi Avsec pada pesawat Air India (1985) dan Phillipines
Airlines (1994), serta ledakan bom di bandara Brussel, Belgia pada Maret 2016.
diakses 2 Mei 2016). Ledakan bom juga pernah terjadi di area publik terminal 2F
Jakarta. Sumatera Barat pun tak luput dari ancaman terorisme. Pada Januari 2016,
3
pesan tersebut disebutkan ada rencana aksi teror oleh suatu kelompok di dua titik
keramaian kota Padang, yakni kawasan Taplau dan Basko Grand Mall, yang telah
rawan ancaman teroris menyusul adanya ancaman jaringan teroris Santoso, sebab
salah satu anggotanya yang bernama Riswandi berasal dari Kabupaten Sijunjung
Aksi terorisme yang semakin marak terjadi akhir-akhir ini, dimulai dari
tragedi teror Paris pada 13 November 2015 lalu yang didalangi oleh kelompok
militan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria), telah mendorong Dirjen
surat edaran No. INST 5 tahun 2015 tentang peningkatan status keamanan
penerbangan di Indonesia masih dalam status hijau. Status itu sendiri merupakan
yaitu: pertama, status hijau berarti kondisi keamanan penerbangan dalam keadaan
dalam keadaan waspada; dan yang ketiga status merah, artinya kondisi keamanan
terjadi tak hanya di Indonesia, akan tetapi di seluruh dunia, kondisi keamanan
4
Peningkatan Kondisi keamanan penerbangan nasional ini berupa
meningkatkan status hijau kondisi normal bandara menjadi status kuning untuk
Peningkatan status kuning bagi bandara di Indonesia ini adalah salah satu
instruksi No. 5 tahun 2015 tersebut. Antara lain mengaktifkan komite keamanan
penerbangan sipil, namun Avsec juga harus menjaga dan mengawasi area bandara
lainnya yang menuju atau melalui bandara. Angkasa Pura II selaku penyelenggara
5
kuning, dan gangguan keamanan lainnya yang dapat mengganggu keamanan dan
keselamatan penerbangan.
merupakan salah satu bandara unggulan yang dikelola Angkasa Pura II, BIM juga
selain itu BIM juga merupakan bandara pertama di dunia yang menggunakan
nama etnis (Atmadjati, 2013: 23). Namun kondisi bandara dan infrastruktur yang
kurangnya personil Avsec menjadi tantangan tersendiri yang dihadapi oleh BIM
ini sangat dibutuhkan tenaga ekstra dari personil Avsec, dan dibutuhkan fasilitas-
kuning ini juga menuntut komunikasi yang efektif dari Avsec sebagai
Pura II cabang BIM, dan juga dengan pihak-pihak eksternal Angkasa Pura II
cabang BIM, termasuk pada para pengguna jasa bandara. Tentunya dengan
adanya peningkatan status ini proses komunikasi organisasi pada Avsec BIM
tidaklah sama dengan pada saat kondisi masih dalam status hijau.
November 2015, peneliti menemukan bahwa BIM juga tidak luput dari gangguan
6
terlampir dalam laporan bulanan Avsec BIM, diketahui bahwa dalam kurun waktu
satu bulan (November 2015) terjadi lebih-kurang tiga bentuk gangguan keamanan
seorang penumpang tanpa tiket ke pesawat Garuda GA 169 melalui gedung VIP
Room, temuan binatang hidup dalam kargo, dan temuan senjata jenis soft gun
dalam kargo.
Organisasi berfungsi baik jika ada kerjasama secara sinergis dan harmonis dari
kinerja organisasi akan meningkat. Untuk itu diperlukan strategi komunikasi yang
tepat, terlebih saat organisasi dihadapkan oleh suatu masalah yang dapat
tujuan bersama dan kerja sama dapat tercapai melalui proses interaksi yang
kerja sama ke arah tujuan bersama itu dipengaruhi oleh struktur hierarkis
koordinasi, hierarki, dan tujuan. Artinya, kelima unsur itu menunjukkan bahwa
16-17).
7
Salah satu pendekatan yang digunakan untuk melihat komunikasi dalam
organisasi ialah pendekatan mikro yang berfokus pada komunikasi dalam unit dan
subunit pada suatu organisasi. Avsec merupakan salah satu unit kerja yang ada di
interaksi dan kerjasama antar komponen yang baik di dalamnya. Avsec perlu
membina komunikasi yang baik demi tercapainya kerjasama dan efektivitas dalam
Avsec harus membina komunikasi internal dan juga eksternal dalam suatu strategi
agar tercipta koordinasi yang baik sehingga tidak terjadi chaos atau kekacauan di
bandara.
ke dalam suatu bentuk program aksi sebagai langkah nyata pemecahaan masalah
yang sedang dihadapi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada
perencanaan tersebut dalam bentuk tindakan. Hal tersebut berlaku bagi semua
organisasi baik yang bergerak di bidang produk maupun jasa, yang berada di
darurat, yaitu serangkaian prosedur koordinasi antara unit kerja di bandara dan
8
keadaan darurat. Setiap penaggulangan keadaan darurat di bandara harus
9
khususnya dalam rangka peningkatan status bandara menjadi status
kuning,
di bandara.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dapat berperan sebagai dasar acuan dan perbandingan dalam penelitian yang
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
karena adanya orang-orang yang memiliki pola pikir, cara pandang, gaya hidup,
sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas
dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau
sekelompok tujuan (Robbins, 1994: 4). Dari pengertian tersebut dapat diketahui
bahwa karakteristik organisasi antara lain terdiri dari sekelompok orang yang
saling berinteraksi satu sama lain, di dalamnya terdapat batasan yang nyata untuk
mengatur aktivitas juga membedakan mana anggota dan mana yang bukan, orang-
beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki
berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi
13
Organisasi muncul melalui interaksi anggotanya. Dengan kata lain,
komunikasi yang dianggap sebagai sebuah alat bantu oleh anggota organisasi
sebenarnya merupakan media yang menjadikan organisasi itu ada (Littlejohn &
suatu organisasi untuk membina komunikasi yang baik, dalam lingkungan internal
maupun eksternalnya.
organisasi menurut Goldhaber (1986) dalam Muhammad (2009: 67) adalah proses
saling menciptakan dan menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling
tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang sering berubah-ubah.
Dalam definisi ini terkandung tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan,
komunikasi yang terjadi di dalam dan di antara lingkungan yang besar dan luas.
Jenis komunikasi ini sangat bervariasi karena komunikasi organisasi juga meliputi
dan komunikasi dengan menggunakan media. Hal yang membedakan konteks ini
14
orang diberikan urutan di atas atau di bawah yang lain (West & Turner, 2008: 38).
Menurut Sendjaja (2002) dalam Bungin (2008: 274) dalam suatu organisasi yang
1. Fungsi Informatif
2. Fungsi Regulatif
dalam organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang
kerja.
3. Fungsi Persuasif
15
4. Fungsi Integratif
kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian atau subsistem yang terdiri dari dua buah
kegiatan-kegiatan yang berbeda menjadi sebuah kerja sama dan (2) mengarahkan
kerja sama tersebut pada satu tujuan dan (3) mempunyai implikasi hierarki karna
tindak pengintegrasian dan pengarahan hanya dapat dilakukan oleh orang yang
Strategi yang tepat dibutuhkan untuk mencapai visi dan misi organisasi.
Organisasi juga tak pernah luput dari permasalahan yang bisa muncul dari
internal atau eksternal nya. Strategi juga sangat dibutuhkan untuk menangani
Kata ―strategi‖ berasal dari akar kata bahasa Yunani Strategos yang secara
harfiah berarti ―seni umum‖, kelak istilah ini berubah menjadi kata sifat strategia
berarti ―keahlian militer‖, yang pada awalnya strategi dibentuk dengan tujuan
16
untuk memenangkan peperangan. Dapat diartikan bahwa strategi diciptakan
untuk memenangkan apa yang menjadi tujuan, juga untuk menang dari masalah
direncanakan lebih dahulu ataukah timbul begitu saja. Salah satu pandangan yang
baru yang disebut Evolutionary Mode menjelaskan strategi tidak selalu harus
bahkan berkembang dari waktu ke waktu sebagai pola dari arus keputusan yang
yang ada dalam organisasi. Maka dari itu, untuk memperoleh komunikasi yang
Tabel 2.2
Kerangka Kerja Strategi Komunikasi Korporat
PERUSAHAAN a. Apa visi dan misi perusahaan?
b. Apa tujuan diadakannya strategi
komunikasi?
c. Apakah konstituen merespon sesuai
dengan harapan perusahaan?
d. Haruskah perusahaan merevisi pesan
berkenaan dengan respons konstituen?
PESAN a. Apa saluran komunikasi terbaik?
b. Bagaimana perusahaan membentuk
pesan yang baik?
KONSTITUEN a. Siapa konstituen perusahaan?
b. Apa sikap mereka terhadap perusahaan
dan topik?
RESPONS KONSTITUEN a. Apa yang perusahaan ingin konstituen?
b. Apa sumber daya yang ada?
c. Bagaimana reputasi perusahaan?
Membuat strategi komunikasi yang koheren adalah sangat penting. Dalam
pertama dari sebuah strategi komunikasi korporat yang efektif selalu berhubungan
dengan organisasi itu sendiri. Berikut akan dijelaskan sebuah penjelasan tabel di
46):
1. Menganalisis konstituen
yaitu:
19
untuk membentuk pesan dan apa yang harus ditambahkan ke
Bentuk pesan yang paling efektif adalah langsung dan tidak langsung.
utama.
3. Respons Konstituen
dipaparkan di atas.
berlangsung menurut mata rantai berjenjang (scalar chain) dalam bentuk jaringan
berlangsung melalui pejabat yang bertindak atas nama organisasi dengan orang
20
eksternal memerlukan perhatian yang besar dari pimpinan organisasi karena
sejumlah orang dalam organisasi yang menempati peran dan posisi tertentu sesuai
komunikasi formal maupun informal. Menurut Dr. Arni Muhammad (2009: 107),
bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi
organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut jaringan
komunikasi formal. Pesan mengalir dalam dua arah arus pesan dalam jaringan
Arus komunikasi vertikal terdiri dari dua dimensi. Yang pertama adalah
kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:
dilaksanakan
21
1. Penyampaian infromasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang
sudah dilaksanakan
pekerjaannya.
diantara karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi
4.5-4.6).
suatu informasi dalam waktu bersamaan, proses ini disebut penyebaran pesan
secara serentak. Bila pesan yang sama harus tiba di beberapa tempat yang berbeda
pada saat yang sama, harus dibuat rencana untuk menggunakan strategi atau
teknik penyebaran pesan secara serentak (Pace & Faules, 2005: 171).
22
Penyebaran informasi dalam organisasi juga terjadi secara berurutan,
dalam hal ini setiap individu kecuali orang ke-1, mula-mula menginterpretasikan
masalah dalam koordinasi, dan informasi akan sulit digunakan untuk membuat
1. Gangguan Teknis
Gangguan ini terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam
3. Rintangan Fisik
23
Rintangan ini disebabkan karena kondisi geografis , misalnya jarak yang
4. Rintangan Status
misalnya perbedaan status antara senior dan junior atau atasan dan bawahan.
6. Rintangan Budaya
komunikasi.
Bandar Udara (disingkat Bandara) adalah area tertentu di daratan atau perairan
anggota ICAO mempunyai standar minimal yang sama yaitu Annex 17 yang
dijabarkan pada buku manualnya Doc 8973/4. Setiap negara diwajibkan untuk
mematuhi standar minimal tersebut dan salah satu pasal yang tercantum dalam
Annex tersebut menyatakan bahwa setiap negara harus membuat Prosedur Tetap
24
yang tercakup dalam Annex 17 dengan manualnya Doc. 8973 merupakan
pengembangan dari Konvensi Chicago tahun 1944. Berikut ini akan diuraikan
internasional walaupun dalam waktu itu belum ada satu pasal pun yang
penerbangan sipil yang ada sekarang ini tentu telah mengacu terhadap
sipil internasional.
pidana yang belum pernah diatur baik dalam UU No.4 tahun 1976 dan UU
25
penerbangan untuk mengambil tindakan-tindakan guna mengamankan dan
Sebagai tindak lanjut dari keputusan yang telah ditetapkan oleh ICAO
dan asing yang memberikan pelayanan jasa angkutan udara melalui bandar
duga dan tidak diinginkan yang dapat mengganggu stabilitas dan cenderung
26
datang dari ulah pihak-pihak tak bertanggung jawab yang juga dapat
Jenis gangguan atau tindak melawan hukum di Bandara dapat berupa: huru hara,
ancaman bom atau tindakan melanggar hukum lainnya, Avsec bertindak selaku
yang cukup krusial saat ini, mengingat peningkatan status bandara menjadi status
kuning, adalah adanya Bomb Threat atau ancaman bom. Ancaman ini dapat
berupa ancaman langsung, berupa surat, dan melalui telepon. Untuk mengatasi
Teori ini dikemukakan oleh Philip Tompkins dan George Cheney (1987).
Teori kendali organisasi meneliti proses dimana salah satu pihak berusaha untuk
pada dasarnya adalah kegiatan komunikatif yang terdiri dari tindakan verbal dan
27
fisik yang dirancang untuk mengatasi hambatan dan melatih kekuasaan atas
Teori Kendali Organisasi merupakan teori yang relevan pada penelitian ini
untuk menjelaskan bagaimana proses komunikasi pada salah satu unit organisasi
Angkasa Pura II, yakni Avsec BIM dalam mengontrol kegiatan unit untuk
secara aktif dalam proses kendali. Ini bisa menjadi strategi manajemen yang
28
2. Kendali Teknis (Technical Control)
sebuah cara kendali. Dalam organisasi konsertif, aturan dan regulasi yang
29
cara-cara pencapaian bersama sejalan dengan apresiasi yang mendalam
Aviation Security
Bandara Internasional Minangkabau
30
BAB III
METODOLOGI
mendekati suatu masalah dan mencari jawabannya. Dengan kata lain, metodologi
dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka
menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain. Sebagaimana
perspektif yang merupakan suatu rentang dari yang sangat objektif sehingga
sangat subjektif, maka metodologi pun sebenarnya merupakan suatu rentang juga
dari yang sangat kuantitatif (objektif) hingga yang sangat kualitatif (subjektif)
(Mulyana, 2001:145-146).
kepercayaan orang yang akan diteliti dan kesemuanya tidak dapat di ukur dengan
31
manusia yang telah diteliti (Sulistyo-Basuki,2006: 24). Instrumen yang digunakan
dalam penelitian kualitatif adalah diri periset itu sendiri sebagai alat pengumpul
data.
bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-
fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Peneliti telah mempunyai konsep
dan kerangka konseptual. Melalui kerangka konseptual (landasan teori) yang telah
adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma
menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma
juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan
(Mulyana, 2001:54).
positivisme merupakan paradigma yang jika ditinjau dari hasil penelitiannya, hasil
penelitian itu ditentukan oleh tujuan yang ditetapkan sejalan dengan jenis
32
maupun landasan dalam menentukan ciri kegiatan yang bersifat praktis (Basrowi
realism yaitu memandang realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan
hukum alam, namun sesuatu hal yang mustahil pula apa bila peneliti melihat
sumber data. Ontologi aliran post positivis lebih menekankan kepada kepercayaan
tentang keteraturan dan pola dalam interaksi manusia dengan yang lainnya.
Dengan kata lain, realitas dalam paradigma post positivis memang ada, tetapi
tidak akan pernah dapat dipahami sepenuhnya. Hubungan antara peneliti dengan
objek atau realitas yang diteliti tidaklah bisa dipisahkan. Oleh karena itu,
hubungan antara pengamat dengan objek harus bersifat interaktif, dengan catatan
pandang peneliti dalam penelitian ini adalah adalah (1) paradigma pospositivisme
jawaban dari tujuan penelitian yang telah ditentukan oleh peneliti. (2) Secara
33
mungkin dengan objek yang diteliti. (3) paradigma pospositivisme merupakan
ini. Dalam manfaat praktis penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan
tujuan penelitian (Kriyantono, 2009: 163). Adapun informan dalam penelitian ini
semakin banyak. Orang yang dijadikan sampel pertama diminta memilih atau
menunjuk orang lain untuk dijadikan sampel lagi, begitu seterusnya sampai
informan juga harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan peneliti. Adapun
kriteria informan yang ditentukan adalah karyawan Angkasa Pura II cabang BIM
bandara, serta yang terlibat dalam peningkatan kondisi keamanan BIM. Informan
kunci berjumlah dua orang yang merupakan bagian dari personil Avsec BIM.
yaitu Kadiv atau manager Divisi Pelayanan Operasi BIM yang mengepalai Unit
34
Avsec, dan penumpang atau pengguna jasa bandara yang telah melalui kegiatan
Karena tugas Avsec yang cukup berat dalam penanganan keamanan bandara
dan ketersediaan informan yang bersedia di wawancarai oleh peneliti, maka tidak
yang ada. Selain itu peneliti juga cukup kesulitan dalam menemui Kadin atau
kesibukannya.
mewawancari junior manager Avsec BIM, yang mana adalah pimpinan dari unit
kerja Avsec BIM, karena junior manager Avsec BIM dianggap yang paling tepat
kepada peneliti untuk mewawancara seorang personil atau staf Avsec BIM sebagai
informan selanjutnya. Personil yang disarankan oleh junior manager Avsec BIM
adalah seorang personil Avsec yang bertugas sebagai staf Quality Control
(disingkat QC) Avsec BIM, informan ini disarankan oleh informan sebelumnya
tentang strategi yang dilakukan Avsec BIM dalam penanganan bandara terkait
status kuning.
35
Peneliti merasa telah cukup dengan mewawancarai dua informan saja,
karena kedua informan kunci tersebut dirasa telah cukup untuk menjawab
pertanyaan dan tujuan penelitian ini, serta terbatasnya kesediaan informan lainnya
Tabel 3.1
Daftar Informan Penelitian
No. Nama Jabatan Keterangan
Informan pertama yaitu Zaini Ahmad (31) yang menjabat sebagai kadin
pengamanan atau junior manager Avsec BIM semenjak tahun 2014. Informan
tahun belakangan ini informan telah memiliki cukup banyak pengalaman dalam
adalah Edwin Eka Putra (33) sebagai informan kunci kedua. Saat ini informan
tahun terakhir. Informan telah bekerja sebagai personil Avsec selama 12 tahun.
36
Secara umum jobdesc Edwin Eka Putra sebagai Quality Control (QC) adalah
berjalan dan berfungsi dengan baik. Sebagai QC, garis koordinasi Edwin Eka
Putra berada langsung di leher General Manager sebagai pimpinan kantor cabang
BIM.
Triangulator dalam penelitian ini dipilih berdasar kriteria yang telah di tentukan,
yaitu manager Divisi Pelayanan Operasi BIM yang merupakan pimpinan dari
divisi yang langsung membawahi unit Avsec, dan penumpang atau pengguna jasa
bandara yang bersifat netral dan tidak terafiliasi dengan Angkasa Pura II cabang
BIM, serta telah melalui serangkaian kegiatan pengamanan yang dilakukan oleh
Avsec di BIM sebelum dan saat peningkatan status penerbangan menjadi status
dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data pada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama
37
terkait kegiatan penanggulangan kondisi darurat keamanan di BIM oleh
Data ini juga dapat diperoleh dari data primer penelitian terdahulu yang
lain (Kriyantono, 2009: 42). Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh
dari arsip-arsip dari Angkasa Pura II, buku-buku, serta data online.
pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan periset
penelitian mengingat sasaran perusahaan yang akan diteliti adalah BUMN yang
bergerak di bidang penerbangan. Selain itu hal lain yang terkait adalah letak
bandara yang terbilang jauh dengan jarak tempuh kurang lebih satu jam dalam
satu kali perjalanan dari domisili peneliti di kota Padang. peneliti juga harus
tempat peneliti harus mengurus perihal surat izin penelitian berbeda dengan
38
peneliti juga harus menemui informan yang berkantor di gedung tower navigasi,
yang mana merupakan non public area yang tidak dapat diakses oleh umum.
memiliki birokrasi yang sulit, terlebih lagi jika berurusan dengan Unit
segala hal yang diperlukan terkait penelitian akan membutuhkan waktu yang
cukup lama karena dalam hal ini setiap pergerakan peneliti harus memiliki izin.
Peneliti menghindari pembuatan Pas Bandara yang wajib dimiliki bagi publik jika
3.5.1 Wawancara
penting tentang suatu objek. Dalam penelitian ini peneliti memakai jenis
wawancara semi terstruktur atau wawancara terarah. Pada wawancara jenis ini,
39
Peneliti telah menyiapkan daftar dari beberapa pertanyaan terkait
Ahmad selaku Junior Manager Avsec BIM, dan Edwin Eka Putra selaku staf QC
Avsec BIM. Peneliti juga melakukan wawancara dengan Alzog Pendra Budhi
selaku Manager Divisi Pelayanan Operasi BIM, dan juga penumpang atau
pengguna jasa BIM. Proses wawancara di lakukan pada tiga waktu yang berbeda:
yang pertama wawancara dengan Zaini Ahmad dan Edwin Eka Putra pada tanggal
yang kedua wawancara dengan Alzog Pendra Budhi pada tanggal 27 Juni 2016,
bertempat di kantor administrasi Angkasa Pura II cabang BIM; dan yang ketiga
wawancara dengan Rita Hartati Hafni sebagai pengguna jasa BIM pada tanggal 10
3.5.2 Observasi
mengamati secara langsung (tanpa mediator) sesuatu objek untuk melihat dengan
periset juga berfungsi sebagai partisipan, ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan
40
kelompok yang diriset, apakah kehadirannya diketahui atau tidak sedangkan
tetapi tidak melibatkan diri dalam aktivitas objek penelitian. Peneliti hanya
mengamati aktivitas objek, yaitu unit Avsec BIM dalam menangani keamanan di
oleh Avsec BIM dalam penanganan keamanan BIM terkait pemberlakuan status
kuning bandara.
3.5.3 Dokumentasi
ini. Foto-foto yang peneliti peroleh selama kegiatan observasi dan wawancara
diantaranya berupa foto aktivitas pengamanan Avsec BIM, serta sarana dan
sebagai dokumentasi adalah dokumen internal milik Angkasa Pura II cabang BIM
41
3.6 Teknik Analisis Data
dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Dengan kata lain, analisis data
Teknik analisis ini sering disebut interactive model yang terdiri dari tiga
komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan serta pengujian
1. Reduksi Data
memfokuskan data sesuai dengan topik dan judul penelitian. Karena begitu
dalam mengumpulkan data. Pada tahap ini, peneliti akan merangkum data-
data yang diperoleh selama proses pengambilan data dari unit Aviation
Security BIM.
2. Penyajian Data
42
kualitatif, data disajikan secara deskriptif dan tidak berbentuk tabel. Data-
yang diperoleh melalui studi pustaka disusun secara cermat dan sistematis
43
suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Peneliti akan mengecek
apakah data yang peneliti peroleh dari subjek penelitian ini sesuai dengan yang
peneliti dapatkan dari sumber lainnya yang berkaitan dengan objek yang diteliti,
yakni pengguna jasa bandara yang turut serta melewati serangkaian prosedur
pengamanan dari Avsec BIM, serta manager Divisi Pelayanan Operasi BIM.
petugas ATC (Air Traffic Controller) sebelum Perum LPPNPI atau Airnav
Indonesia memisahkan diri dengan Angkasa Pura II. Semenjak tahun 2003 Alzog
bandara memiliki tugas dan fungsi yang sangat strategis dalam pencapaian tujuan
Bandung, Jawa Barat. Sebagai karyawan PT Telkom Indonesia, ibu dua anak ini
menggunakan moda transportasi udara. Rita juga cukup sering melewati Bandara
44
melakukan perjalanan mudik sekeluarga dengan menggunakan moda transportasi
udara.
Pariaman, Sumatera Barat dengan jadwal yang telah disusun sebagai berikut:
45
BAB IV
merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang
usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait bandar udara di
Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang kini berubah nama menjadi Bandara
13 Agustus 1984.
tahun 1984, kemudian pada 19 Mei 1986 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26
tahun 1986 berubah menjadi Perum Angkasa Pura II. Selanjutnya, pada 17 Maret
November 2008 sesuai dengan Akta Notaris Silvia Abbas Sudrajat, SH, SpN
pengusahaan dalam bidang jasa kebandarudaraan dan jasa terkait bandar udara
46
penerapan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Hal tersebut diharapkan agar
dapat menghasilkan produk dan layanan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya
masyarakat.
berbagai sarana prasarana dan peningkatan kualitas pelayanan pada bandara yang
Thaha (Jambi), Depati Amir (Pangkal Pinang) dan Silangit (Tapanuli Utara).
diantaranya adalah seperti penghargaan sebagai The World 2nd Most On Time
dalam Indonesia Travel & Tourism Award 2011, dan Penghargaan Kecelakaan
Nihil (Zero Accident) selama 2.084.872 jam kerja terhitung mulai 1 Januari 2009-
berbagai penghargaan di tahun 2012 dari kategori Good Airport Services untuk
47
Bandara Internasional Minangkabau dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta
menunjang. Secara garis besar bisnis jasa kebandarudaraan yang dilakukan oleh
1. Sektor Aeronautika
Garbarata, pelayanan jasa konter, dan Pax Service Charge (PSC) atau
2. Sektor Non-Aeronautika
48
kesempatan berusaha di daerah bandara yang dikenakan pungutan sesuai
Selama ini tugas rangkap telah diemban oleh Angakasa Pura I dan Angkasa
Pura II yang mengelola sektor darat dalam hal ini bandar udara beserta segala
tugas turunannya, dan juga sektor udara berupa pelayanan navigasi penerbangan.
Indoesia. Pengambilalihan tugas ini didasari oleh hasil audit ICAO, yaitu ICAO
navigasi penerbangan.
standar yang mengikat terkait dengan pelayanan lalu lintas udara, baik yang
49
keselamatan penerbangan terpenuhi sehingga semua pihak dapat merasakan
A. Visi
tahun pertama.
B. Misi
lingkungan
50
4.1.3 Logo Perusahaan
Gambar 4.1: Logo Angkasa Pura II Lama (Atas) dan Baru (Bawah)
Sumber: http://www.angkasapura2.co.id, diakses 14 Juni 2016
perusahaan yang telah digunakan sejak tahun 1984 hingga tahun 2014. Logo baru
tersebut mulai berlaku terhitung 21 Januari 2014. Adapun makna dari logo baru
pelanggan.
akan didapat dari kerja keras Angkasa Pura II untuk para pemegang
: WIPT) atau biasa disingkat BIM adalah bandar udara bertaraf internasional
dan ke Kota Padang. BIM adalah salah satu bandar udara yang dikelola oleh
Juli 2005 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Bandara
ini berjarak sekitar 24 km dari pusat Kota Padang dan terletak di wilayah
secara penuh pada 22 Juli 2005 menggantikan Bandar Udara Tabing (kini
nama etnis.
Pada tahun 2006, bandar udara ini ditetapkan oleh Kementerian Agama
sebagai tempat embarkasi dan debarkasi haji untuk wilayah provinsi Sumatera
Barat, Bengkulu, dan sebagian Jambi. Sejak 1 Juli 2012, jam operasional bandara
ini diperpanjang oleh Angkasa Pura II hingga pukul 24:00 WIB, yang sebelumnya
hanya dibuka hingga pukul 21:00 WIB. Bandar Udara Internasional Minangkabau
beroperasi selama 14 jam tiap hari untuk lepas landas dan mendarat pesawat
udara, dan apabila melebihi jam operasional akan melayani penerbangan bagi
52
Gambar 4.2: Bandara Internasional Minangkabau
Sumber: http://www.google.co.id, diakses 15 Juni 2016
BIM dibangun sebagai pengganti Bandar Udara Tabing yang sudah tidak
tahunnya, serta tak lagi memenuhi persyaratan dari segi keselamatan penerbangan
pada tahun 2001 dengan menghabiskan biaya sekitar 9,4 miliar Yen, dengan 10%
di antaranya (sekitar 97,6 miliar Rupiah) merupakan pinjaman lunak dari Japan
Shimizu dan Marubeni J.O. dari Jepang, dan Adhi Karya dari Indonesia.
BIM berdiri di atas tanah seluas 4,27 km² dengan landasan pacu sepanjang
dilayani oleh terminal seluas 12.570 m² yang berkapasitas sekitar 2,5 juta
Rencana induk pembangunan bandara ini dilakukan dalam tiga tahap, tahap
keduanya dimulai pada tahun 2010. Setelah semua tahap selesai pengerjaannya,
panjang landasan bandara ini akan diperpanjang menjadi 3.600 meter, yang juga
umum seperti bus dan taksi yang beroperasi setiap hari dari Kota 53
Padang dan kota-kota lain di sekitarnya. Selain itu ada pula bus Damri yang
melayani rute BIM—Pasar Raya dan bus Tranex Mandiri rute BIM—Lubuk
Begalung. Selama tahun 2011, jumlah penumpang di bandara ini telah mencapai
1,3 juta, dua kali lipat lebih dari yang ditargetkan pada tahun 2010 yaitu 622.000
garis dan staff (line and staff system). Setiap kantor cabang Angkasa Pura II
dikepalai oleh seorang General Manager (GM). Angkasa Pura II cabang BIM saat
seorang sekretaris GM serta tiga divisi, yakni Divisi Pelayanan Operasi Bandara
54
Komersial (pada bagan disebut Adm & Commercial Manager), dan Divisi Teknik
Tiap divisinya dikepalai oleh seorang kadiv atau manager. Lalu dalam
junior manager atau kepala dinas (kadin). Setiap divisi juga terdiri dari beberapa
unit kerja. Avsec merupakan unit kerja yang berada dibawah naungan Divisi
Pelayanan Operasi Bandara yang juga menaungi dua unit kerja lainnya yakni
adalah gabungan upaya dan sumber daya manusia serta materil yang dimaksudkan
1. Menguasai secara tidak sah pesawat udara yang sedang terbang atau
sedang di darat
penerbangan
55
Keamanan penerbangan internasional diatur oleh ICAO (International Civil
PBB, peraturan yang tercantum dalam Annex 17. Seluruh negara anggota ICAO
yang notabene merupakan negara anggota PBB, termasuk Indonesia, wajib untuk
Indonesia Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan Bab I Pasal 1 butir 49.
Aviation security system adalah upaya yang dilakukan oleh pihak bandar
berbahaya dan barang-barang yang dapat digunakan sebagai senjata atau barang-
dan persyaratan yang telah ditentukan. Tugas dan tanggung jawab Avsec antara
lain adalah:
56
2. Melakukan pemeriksaan terhadap penumpang, bagasi, barang tentengan,
memelihara, melindungi, manusia dan material secara fisik dari semua jenis
ancaman yang disebabkan oleh manusia dan barang di daerah lingkungan kegiatan
operasi bandara. Area yang menjadi daerah pengamanan terbagi menjadi tiga
kategori: Non-Public Area, yaitu area kerja bandar udara yang tidak bisa diakses
oleh publik atau masyarakat umum, seperti runway, apron, hanggar, tower
navigasi, dan objek vital lainnya; Restricted Public Area, yaitu area terbatas yang
57
hanya boleh diakses oleh orang tertentu yang memiliki izin, contohnya ruang
check-in, ruang tunggu keberangkatan; Public Area, yaitu area yang dapat secara
bebas diakses oleh publik atau masyarakat umum seperti area kedatangan
Pada beberapa bandara yang di kelola oleh Angkasa Pura II, Avsec berdiri
(CGK), dan dipimpin oleh seorang Manager Divisi. Namun pada Angkasa Pura II
cabang BIM Avsec merupakan unit kerja bagian dari Divisi Pelayanan Operasi
Bandara. Pada cabang BIM Avsec di pimpin oleh seorang junior manager dan
1. Junior Manager
58
deteksi barang penumpang dan memeriksa pencarian tubuh penumpang
lingkungan kerja
bandara
59
2. Komandan Posko (DanPosko)
keamanan bandara.
wilayah bandara.
3. Koordinator Security
tugas terkait.
komandan posko.
60
3) Mengkoordinasikan dan bertanggung jawab untuk memantau pergerakan
area parkir.
prosedur keamanan.
sekitarnya.
keamanan bandara
61
6. Staf Avsec
diterapkan.
dari bandara.
10) Menjamin bahwa orang-orang yang datang ke area terbatas yang benar-
dan sekitarnya.
pemeriksaan.
14) Melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari senjata atau benda terlarang
dan peledak, baik di calon penumpang, bagasi dan kendaraan sesuai aturan
62
15) Membuat laporan tugas dalam buku laporan (Log book).
2) Avsec wajib memeriksa tiket setiap penumpang yang masuk ke area check-
in
7) Bagasi yang termasuk jenis dangerous goods hanya dapat diangkut dengan
8) Senjata api, senjata tajam berukuran lebih dari 5 cm dan objek lainnya atau
63
9) Ketika penumpang tidak melaporkan tentang barang yang disebutkan di
atas dan barang ditemukan oleh petugas Avsec, petugas harus melaporkan
terima.
utama,
pengawasan
1) Pengoperasian satu unit X-ray dilakukan oleh lima petugas dan dipimpin
64
c) satu petugas melakukan pencarian tubuh.
1) CCTV ditempatkan pada titik atau daerah tertentu untuk memantau karena
kelompok tingkat 1
Jika ada calon penumpang membawa senjata api, petugas keamanan wajib:
petugas maskapai ketika senjata api dilengkapi dengan dokumen yang sah.
65
2) Menahan calon penumpang yang membawa senjata api tanpa dokumen
3) Menahan barang di X-ray jika operator melihat di layar monitor bahwa ada
membawa senjata api dan dokumen atau tidak. Jika penumpang yang
Personil Avsec merupakan salah satu lini terdepan di bandara dalam hal
terlatih mengenai berbagai hal tentang keamanan, personil Avsec juga dibekali
pelatihan untuk meningkatkan kemampuan agar dapat bersikap tegas dan santun
Keamanan Bandara
66
integratif dan direktif ke arah tujuan (Hardjana, 2016: 56). Artinya, dalam
yang tertera pada visi dan misi perusahaan. Untuk mewujudkan visi dan misinya,
untuk lebih fokus menjalankan tugas dan fungsi secara lebih spesifik.
Salah satu misi Angkasa Pura II yang paling utama adalah mengelola jasa
misi tersebut, dibentuklah Divisi Pelayanan Operasi Bandara yang berperan dalam
kegiatan operasi bandara, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
dilihat dari pelayanan yang diberikan maupun penanganan operasionalnya. Hal ini
serta banyaknya pihak yang terkait dalam proses penanganannya. Salah satu jenis
67
Pada pelaksanaan kegiatan pelayanan dan operasional bandara, khususnya
sebagai unit kerja yang bertanggungjawab tak luput dari kegiatan komunikasi,
Jobdesc seorang Avsec sebagaimana dijelaskan oleh Zaini Ahmad selaku junior
Informan kedua, yaitu Edwin Eka Putra selaku Quality Control (QC) Avsec
2016:
Avsec adalah untuk memastikan semua orang, barang, dan kendaraan yang masuk
ke area bandara dan pesawat udara berada dalam keadaan yang aman serta
saja kegiatan yang dilakukan Avsec untuk itu tidak hanya melihat dan mengawasi.
Personil Avsec pastinya akan berinteraksi dengan pengguna jasa bandara yang lalu
68
lalang di area bandara. Personil juga membutuhkan komunikasi dan koordinasi
sesama personil maupun komunikasi antar unit di Angkasa Pura II cabang BIM.
Selain itu, Aviation Security (Avsec) juga melalui proses komunikasi dengan pihak
dijelaskan melalui wawancara pada tanggal 24 Juni 2016 dengan Zaini Ahmad
berkoordinasi dengan unit kerja lainnya di Angkasa Pura II cabang BIM dalam
penanganan keamanan dan keadaan darurat. Tidak hanya dengan internal Angkasa
Pura II cabang BIM, Avsec juga menjalin koordinasi dengan TNI dan POLRI
dalam menyelesaikan permasalahan yang tidak dapat ditangani oleh Avsec, atau
komunikasi antar unit kerja merupakan suatu proses yang akan selalu berlangsung
(BIM). Sebagai unit kerja dari Angkasa Pura II cabang BIM yang
selalu berkoordinasi tidak hanya dengan atasan dan bawahan sesama Avsec, tapi
juga dengan atasan dan unit lainnya. Untuk penanganan keamanan dan
Angkasa Pura II BIM seperti: Unit RFFS (Rescue and Fire Fighting Services);
Unit Airport Information; Unit Apron Movement Control (AMC); Unit Sistem
dari Divisi Pelayanan Operasi Bandara. Tidak hanya dengan unit kerja yang
BIM, Avsec pun turut bekerjasama dengan divisi lainnya seperti dengan divisi
70
4.2.1 Downward Communication Avsec BIM
organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi
kepada mereka yang berotoritas lebih rendah (Pace & Faules, 2005: 184). Dalam
yang pertama, instruksi tugas berupa pemberitahuan tentang apa yang harus
tentang tugas, yaitu penjelasan mengapa tugas tertentu harus dilakukan oleh
personil Avsec; dan yang ketiga adalah perihal prosedur, kebijakan, dan praktik
kerja Avsec.
Junior manager Avsec selaku pimpinan unit Avsec BIM berperan dalam
mesin X-ray, Walk Through Metal Detector (WTMD), Hand Held Metal Detector,
kemudian melaporkannya pada atasan, yakni junior manager Avsec. Dan Posko
jawab dan tugas yang ditulis dalam prosedur tetap keamanan bandara.
atasannya yakni Dan Posko dan/atau langsung dari junior manager kepada
membawahi staf Avsec. Komandan Kelompok ini juga membawahi dan memiliki
terjadi di bandara, Avsec BIM harus mengikuti instruksi dan anjuran dari atasan
dan mengikuti standar operasional prosedur yang ada. Namun hal ini tidak berlaku
di setiap keadaan. Pada kondisi tertentu Avsec harus bertindak cepat dalam
72
Dangerous Goods (DG) merupakan barang-barang yang tidak
pada barang bawaan penumpang umumnya adalah seperti gunting, gunting kuku,
dan korek api, namun terkadang Avsec BIM juga menemukan pisau senjata api,
beserta proyektil.
Komandan Kelompok Tingkat I dan II yang bertugas membawahi para staf Avsec
pengawasan dan pemeriksaan terhadap lalu lintas orang dan barang di bandara.
Beberapa titik tersebut diantaranya adalah Security Check Point I (SCP I) yaitu
Security Check Point II (SCP II) yaitu pemeriksaan penumpang maupun awak
pesawat sebelum memasuki boarding lounge, dan pemeriksaan cargo dan bagasi.
73
Sejalan dengan Teori Kendali Organisasi Philip Tompkins dan George
Cheney (1987), salah satu cara kendali organisasi adalah dengan Kendali
secara langsung. Supervisor pada Security Check Point yang mengawasi kegiatan
tindakan di lapangan, jika masalah yang dihadapi masih berskala kecil, supervisor
dapat langsung memberi perintah atau instruksi pada staf Avsec untuk menangani
Strategi pengendalian ini bergantung pada kekuatan hubungan antara atasan dan
bawahan untuk menjaga ketertiban dalam sistem (Littlejohn & Foss, 2009: 707).
Hasil evaluasi dalam komunikasi organisasi ini lah yang akan menentukan
bahwa President Director Angkasa Pura II, Budi Karya Sumadi menargetkan
setiap semester. Upaya itu dilakukan agar para personil Avsec dapat memperkaya
diri dalam menggunakan bahasa dan kalimat yang baik demi meningkatkan
pelayanan. Hal ini di lakukan untuk dapat mengurang perselisihan yang terjadi
antara personil Avsec dengan calon penumpang atau pengguna jasa bandara.
Target dari pemberian reward yang akan dilakukan Angkasa Pura II adalah agar
Sebagai atasan yang membawahi unit kerja Avsec, Alzog Pendra Budhi
27 Juni 2016:
―Ya tentunya (penerapan reward dan punishment) iya yah. Tapi selama
ini kita hanya memberi reward ya, kalau punishment kita hanya
memberikan teguran lisan aja. Biasanya kalau memang mereka punya
prestasi bisa menggagalkan misalnya orang bawa emas sekian kilo, bawa
uang sekian banyak, kemudian menggagalkan pengangkutan obat-obatan
yang terlarang ya, biasanya mereka kita beri reward‖. (Alzog Pendra
Budhi – Manajer Divisi Pelayanan Operasi Bandara)
75
4.2.2 Upward Communication Avsec BIM
mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada
tigkat yang lebih tinggi (Muhammad, 2009: 116). Semua karyawan dalam suatu
organisasi kecuali yang berada pada tingkatan yang paling atas mungkin
terselesaikan.
Menurut Sharma (1979) dalam Pace & Faules, 2005: 190, upward
penyampaian persoalan atau masalah keamanan yang tidak bisa di hadapi oleh
―Iya, nanti ada namanya laporan khusus, secara tertulis. Laporan ini ada
berupa laporan kegiatan yang dilaksanakan Avsec. Misalnya ada suatu
peristiwa atau masalah itu nanti dibuat laporannya secara tertulis.
Kemudian laporan itu diserahkan ke komandan. Baru setiap bulanan
junior manager Avsec mengumpulkan leporan-laporan kegiatan itu
kedalam sebuah laporan bulanan, yang nantinya diberi ke manager
operasi‖. (Edwin Eka Putra – Staf QC Avsec BIM)
76
Manager Divisi Pelayanan Operasi BIM, Alzog Pendra Budhi sendiri
27 Juni 2016:
Bagi para staf Avsec, komandan kelompok tingkat I dan II, koordinator
ditulis dalam sebuah log book (bagi staf Avsec) atau laporan kerja operasional
(bagi komandan kelompok tingkat I dan II, dan koordinator security) atau laporan
berkala (bagi danposko). Keseluruhan laporan itu nantinya akan disatukan untuk
di sampaikan pada atasan yaitu junior manager Avsec. Junior manager Avsec
Jika personil Avsec dihadapkan pada persoalan yang tidak bisa langsung di
eksekusi sendiri oleh Avsec, atau bukan pada wewenangnya, maka personil Avsec
77
atasannya sesuai dengan hierarki. Atasan yang berwenang yang kemudian akan
jika personil Avsec dihadapkan pada permasalahan keamanan yang sama sekali
bukan wewenang Avsec ataupun Angkasa Pura II, maka kemudian dibutuhkan
berlangsung di antara para pejabat dari devisi yang berbeda, namun setingkat
yang memasuki area BIM, personil Avsec akan di bagi kedalam beberapa titik,
seperti pada SCP I di pintu keberangkatan terminal BIM, SCP II pada pintu
boarding lounge, di area perimeter BIM, dan di objek-objek vital bandara. Staf
hand held metal detector, calon penumpang juga harus melewati WTMD,
78
4.2.4 Diagonal Communication Avsec BIM
jenjang kedudukan dalam struktur hierarkis dan berbeda divisi atau jalur fungsi
ahli. Pada Avsec terdapat seorang staf ahli yang bertugas untuk menangani dan
memastikan alat-alat yang digunakan beserta personil Avsec siap untk bertugas,
staf ini disebut Staf Quality Control (QC) Avsec atau Staf Pemastian Kualitas
dengan General Manager (GM) selaku pimpinan tertinggi pada kantor cabang
BIM. Setiap program yang telah dilaksanakan oleh QC Avsec akan langsung di
kepada manager Divisi Pelayanan Operasi BIM atau pada junior manager Avsec
BIM.
Tidak hanya staf QC Avsec yang dapat berkoordinasi antar unit kerja.
Diagonal communication juga terjadi antara unit Avsec dengan unit kerja lainnya
di bandara, seperti dengan Rescue and Fire Fighting services (RFFS), Airport
information, dan humas. Jika terjadi suatu keadaan darurat berupa incident atau
79
berkoordinasi dengan RFFS atau petugas pemadam kebakaran bandara untuk
tidak sembarangan orang boleh memberi informasi terkait kondisi keamanan BIM
pada orang lain, sekalipun personil Avsec yang sedang bertugas pada saat
langkah proses informasi yang dilakukan Avsec pada wawancara 24 Juni 2016:
80
Peneliti dapat mengetahui bahwa proses diagonal communication juga
koordinasi dengan divisi dan unit lainnya di Angkasa Pura II cabang BIM serta
dengan pihak airlines untuk mengendalikan situasi agar tidak terjadi kekacauan di
bandara. Avsec hanya berperan sebagai penengah di setiap konflik atau kondisi
darurat yang terjadi di bandara, sebab wewenang Avsec pada dasarnya hanyalah
maka Avsec hanya bisa menjadi penengah, dan untuk penyelesaiannya akan di
hingga kini status kuning tersebut belum di cabut. Dengan dikeluarkannya status
Staff Quality Control Avsec BIM, Edwin Eka Putra menjelaskan perihal
status keamanan penerbangan yang terbagi menjadi tiga kategori, yaitu status
hijau, status kuning, dan status merah, pada wawancara tanggal 24 Juni 2016:
terorisme berskala nasional. Sedangkan aksi teror belakangan ini telah berskala
internasional. Sejak terjadinya teror di Paris, Perancis, pada November tahun 2015
yang di dalangi oleh kelompok militan ISIS, mulai tersebar desas-desus bahwa
status bandara di seluruh Indonesia menjadi status kuning. Tak lama berselang
sejak teror Paris, terjadi aksi teror di Sarinah Jakarta pada awal 2016, lalu terjadi
ledakan bom di bandara Brussels, Belgia, dan belum lama ini terjadi pula
82
‖Hasil koordinasi dengan pihak Otoritas Bandara, Bandara Internasional
Soekarno-Hatta dan bandara-bandara lain di bawah pengelolaan AP II
sejak akhir tahun lalu berstatus kuning dalam artian pengamanan telah
diperketat. Terkait dengan kejadian hari ini (teror Sarinah), telah
diinstruksikan kepada seluruh bandara agar semakin intensif
berkoordinasi dengan TNI dan Polri, dimana sebagai bentuk
kewaspadaan maka frekwensi patroli pengamanan ditingkatkan untuk
menyisir area publik, area parkir, dan memeriksa kendaraan secara acak
atau random‖. (Budi Karya Sumadi – President Director Angkasa Pura
II)
BIM, Alzog Pendra Budhi dalam wawancara tanggal 27 Juni 2016 juga
menjelaskan:
―Yah, kalau hijau tentunya dalam keadaan aman ya, aman kita normal-
normal semua. Kalau kuning kita sudah mulai waspada, jadi sudah terjadi
di beberapa bandara indikasinya, apa namanya, aaa... mengancam,
mengancam keselamatan penerbangan, maka menteri perhubungan men-
declare bahwa untuk dalam jangka waktu yang belum di tentukan,
bandara harus selalu siap siaga, tentunya ini akan diaplikasikan dengan
pemeriksaan orang dan barang yang akan menggunakan penerbangan....
sekarang masih status kuning, masih waspada‖. (Alzog Pendra Budhi –
Manger Divisi Pelayanan Operasi BIM)
(BIM), maka artinya pengamanan di sekitar BIM harus ditingkatkan menjadi dua
kali lipat sebagai tindakan antisipasi akan tindakan melawan hukum, khususnya
logam lainnya seperti telepon selular, kamera saku, koin, dan sebagainya sebelum
melewati Walk Through Metal Detector (WTMD) atau alat pendeteksi logam di 83
Security Check Point yang terdapat di terminal BIM. Apabila WTMD masih
berbunyi atau memberikan notifikasi suara, maka personil Avsec akan melakukan
Dari wawancara yang peneliti lakukan dengan informan kunci yaitu Zaini
Ahmad dan Edwin Eka Putra, serta dengan triangulator yaitu Alzog Pendra Budi,
dapat di ketahui bahwa sejak tanggal 25 November 2015 lalu hingga saat ini
pencabutan status tersebut dari Dirjen Perhubungan Udara. Maka dari itu
Avsec BIM dijelaskan oleh Edwin Eka Putra pada 24 Juni 2016:
84
Dari penjelasan dalam SOP Pengamanan Bandara tersebut dapat diketahui
unsur pemerintah dan anggota sektor swasta terkait yang terlibat untuk kegiatan
POLRI, pihak internal Angkasa Pura II selaku penyelenggara bandar udara, dan
pihak airlines.
bandara segera diaktifkan, seperti penjelasan Edwin Eka Putra pada wawancara
Pengaktifan komite ini merupakan tahapan pertama yang dilakukan pada saat
85
status kuning. Kemudian jika terjadi gangguan keamanan di bandara, maka
seperti apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah yang sedang terjadi.
dilakukan oleh Avsec selalu mengikuti prosedur dan aturan yang berlaku dalam
situasi apapun, baik hijau, kuning, ataupun merah, dalam wawancara pada 27 Juni
2016:
―Itu memang ada sudah jadi SOP kita dan sudah jadi job description
dari komite keamanan. Jika terjadi huru-hara dan ancaman bom yang
diletakkan di suatu tempat gitu ya, kita Avsec hanya penanganan awal,
yaitu menjauhkan publik atau orang-orang dari tempat yang dinyatakan
ada bom, dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk
penanganan lebih lanjut, hanya sebatas itu tugas yang dari Avsec-nya‖.
(Alzog Pendra Budhi – Manager Divisi Pelayanan Operasi BIM)
dijelaskan oleh Edwin Eka Putra pada wawancara tanggal 24 Juni 2016:
86
Jadi, salah satu strategi preventif yang dilakukan Avsec BIM dalam
keamanan, tidak hanya pemeriksaan pada calon penumpang dan barang di SCP,
tapi juga pemeriksaan pada kargo dan kendaraan yang masuk bandara. Avsec BIM
juga meningkatkan frekuensi patroli ke area land side dan air side bandara.
Pemeriksaan pada calon penumpang pun juga dilakukan secara random, seperti
dijelaskan oleh Edwin. Pemeriksaan random ini berarti personil Avsec melakukan
pemeriksaan lebih dalam kepada calon penumpang secara acak setelah calon
yang berupa incident atau accident, maupun kondisi darurat keamanan, Avsec juga
Emergency Plan (AEP). AEP merupakan bentuk kesiapan suatu bandara untuk
pengalihan komando. Jadi dapat diketahui bahwa saat terjadi keadaan darurat,
maka komando akan di ambil alih oleh On Scene Commander. Pihak yang
berperan sebagai On Scene Commander pun juga berbeda tergantung dari jenis
keadaan darurat yang terjadi di bandara. Pada saat terjadi bentuk Emergencies 87
Involving Aircraft (keadaan darurat yang melibatkan pesawat udara) berupa
manager RFFS atau pemadam kebakaran bandara. Sementara pada saat terjadi
Commander.
ditetapkan dalam AEP. Pada Gambar 4.6 digambarkan alur komunikasi pada saat
terjadi keadaan darurat di BIM. Pada Gambar 4.6 garis biru menunjukkan alur
menunjukkan alur komunikasi saat terjadi keadaan darurat berupa incident atau
kebakaran, dan sebagainya. Pada saat terjadi kondisi darurat keamanan di bandara
baik ancaman bom atau teror, maka alur komunikasinya berlangsung sebagaimana
digambarkan pada Gambar 4.6. Officer in Charge (OIC) atau pelaksana tugas
88
yang sedang bertugas pada saat itu melaporkan kejadian pada On Scene
Commander (OSC), yaitu junior manager (Kadin) Avsec. OSC kemudian akan
(assesment) terhadap kondisi yang terjadi, jika berdasarkan hasil penilaian kondisi
tersebut merupakan hoax maka kondisi dapat diabaikan atau dinilai selesai. Jika
lanjut, maka informasi akan dilanjutkan kepada kepolisian sekitar bandara (Polsek
Padang Pariaman untuk BIM) dan Polda Sumbar. Jika dibutuhkan tindakan lebih
lanjut, maka tenaga TNI AD dan TNI AU akan diikutsertakan dalam penanganan
kondisi tersebut.
Tabel 4.1: Arus Komunikasi Formal Avsec BIM dalam Keadaan Darurat
Keamanan
(Sumber: Olahan Peneliti)
Arus Komunikator Pesan Saluran Komunikasi
Komunikasi
Upward Staf Avsec/Officer in laporan kondisi, laporan Lisan: telepon, handy
Charge, Junior kegiatan talkie, laporan secara
Manager Avsec BIM, langsung; Tulisan:
Manager Div. laporan tertulis.
Pelayanan Operasi
Downward Junior Manager Instruksi dan perintah Lisan: Perintah
Avsec BIM, Staf kerja, evaluasi kegiatan langsung, telepon,
Avsec, Manager Div. internal Avsec BIM handy talkie; rapat
Pelayanan Operasi koordinasi
Horizontal Staf Avsec Koordinasi kerja, Lisan: rapat, apel pagi
penyampaian informasi dan malam, secara
rencana kegiatan langsung, handy talkie
Diagonal Staf QC Avsec, GM Koordinasi QC dengan Lisan: komunikasi
Angkasa Pura II BIM GM, Koordinasi junior tatap muka, telepon,
manager dengan RFFS handy talkie
Tulisan: memo
89
AEP juga menyeebutkan bahwa bandara harus memiliki sebuah
seperti ancaman bom pada pesawat udara. Lokasi Emergency Operation Center
harus mempunyai pandangan bebas ke movement area dan posisi parkir pesawat
udara.
―Nah, jadi setelah kegiatan itu teratasi, pasti semua, baik di komite itu
ada namanya nanti ada kegiatan evaluasi, jadi kita evaluasi dari pertama
lagi mulai dari tahapan penilaian dan tahapan-tahapan penanggulangan
nya itu apakah langkah-langkah yang kita ambil atau tahapan-tahapan
pelaksanaaanya itu sudah sesuai prosedur atau SOP, kalau belum, kita
lakukan catatan-catatan kecil untuk diperbaiki di masa yang akan datang‖.
(Edwin Eka Putra – Staf QC Avsec BIM)
status kuning bandara dicabut, makan setelahnya akan dilakukan kegiatan evaluasi
baik dari internal Avsec BIM sendiri, dan juga dari Komite Keamanan Bandara.
Kegiatan evaluasi tersebut berguna untuk menilai apakah kinerja Avsec dan
Komite Keamanan Bandara telah baik dan memenuhi standar yang berlaku, dan
untuk melihat kendala dan kesalahan yang terjadi untuk menjadi catatan dan
diperbaiki.
90
Gambar 4.7 : Pertemuan Komite Keamanan BIM
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Melalui kegiatan observasi yang telah peneliti lakukan, peneliti
oleh Avsec BIM. Hal ini terbukti dari observasi yang peneliti lakukan saat
berperan sebagai staf magang manager Divisi Pelayanan Operasi BIM. Peneliti
menemukan bahwa dua hari setelah status kuning diberlakukan oleh Dirjen
unsur-unsur dari komite keamanan itu sendiri, yakni Komandan Distrik Militer
(Dandim) TNI AD, Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Tabing Padang TNI
AU, Kepala Otoritas Bandara Wilayah VI Padang, perwakilan dari Korwil BIN
serta bagian internal Angkasa Pura II cabang BIM sendiri yaitu junior manager
sebagai pusat komando, koordinasi, dan komunikasi pada keadaan darurat, sesuai
91
ketentuan dalam AEP, juga sudah diimplementasikan oleh Avsec BIM. Hal ini
terbukti dari lokasi yang digunakan pada saat pertemuan komite keamanan BIM,
yaitu ruangan Emergency Operation Center, yang aturan tata letaknya juga sudah
Minangkabau terletak di lantai satu bangunan tower ATC (Air Traffic Control)
pesawat.
kondisi normal atau status hijau, maupun saat status kuning dan merah, telah
disusun dalam sebuah standar operasional prosedur dan perangkat hukum nasional
aturan tersebut berlaku di seluruh bandara yang di kelola oleh Angkasa Pura II.
diterapkan oleh Avsec BIM termasuk kedalam perspektif Planning Mode, yang
memandang strategi sebagai suatu perencanaan dan pedoman eksplisit yang telah
datang. Avsec BIM akan melaksanakan kegiatan berdasarkan SOP yang telah
mengatur langkah-langkah apa yang harus dilakukan Avsec BIM pada kondisi
tertentu.
Hal ini sejalan dengan salah satu cara kendali organisasi dalam Teori
92
kegiatan pengamanan yang dilakukan oleh unit kerja Aviation Security Bandara
mengontrol tindakan bawahan. Dengan adanya SOP, personil Avsec tidak perlu
menunggu instruksi langsung dari atasan untuk menindak suatu kejadian tertentu,
karena tata cara penanganan keamanan bandara telah disusun dalam sebuah SOP.
penilaian terhadap ancaman yang sedang dihadapi saat itu, untuk kemudian
adalah patroli bersama dengan TNI dan POLRI ke daerah perimeter BIM, serta
kegiatan pemeriksaan keamanan bagasi, kargo, dan area terminal BIM dengan
bantuan Unit K-9 (anjing pelacak milik kepolisian) koordinasi dengan Polda
93
Gambar 4.8: Koordinasi Avsec BIM dengan Unit K-9 Polda Sumbar
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
karena luasnya area bandar udara, maka tidak mungkin dikerahkan cukup personil
ditempatkan pada titik atau daerah tertentu untuk memantau karena tidak ada
petugas di daerah itu. Pengamatan dengan CCTV ini dilakukan oleh Dan Posko
dan Komandan Kelompok Tingkat I. Namun Alzog Pendra Budhi pada wanancara
yang digunakan adalah handy talkie, mengingat luasnya area BIM, sehingga
Avsec dapat berkomunikasi dengan menggunakan surat resmi, dan jika dalam
94
keadaan darurat, komunikasi by phone memungkinkan untuk digunakan. Jadi,
rintangan fisik dalam komunikasi Avsec dengan pihak-pihak terkait, maka salah
satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan Kendali Teknis (Technical
Control). Kendali teknis adalah cara kontrol organisasi dengan bergantung pada
komunikasi antar personil Avsec dan Komite Keamanan Bandara, jika tanpa
pengguna jasa bandara, yaitu calon penumpang pesawat udara. Personil Avsec
bukan hanya menghadapi teknis pengamanan, tapi juga aspek pelayanan kepada
terhadap pengguna jasa bandara, Avsec harus ramah akan tetapi tetap tegas dan
jeli.
95
Edwin Eka Putra menjelaskan tentang pelayanan yang di berikan Avsec
yang sama mengenai penjelasan atau sosialisasi SOP pada calon penumpang yang
Rita Hartati Hafni sebagai triangulator dalam penelitian ini telah beberapa
kali melakukan perjalanan dengan moda transportasi udara pada tahun ini, dan
2015 lalu. Rita menyepakati adanya perubahan pelayanan dari segi pemeriksaan
keamanan yang dilakukan oleh Avsec, melalui wawancara pada 10 Juli 2016:
Ketika ditanyai mengenai status kuning bandara, Rita mengaku tidak tahu
96
perbedaan dalam pelayanan keamanan dari tiap bandara yang pernah Rita
singgahi, termasuk BIM. Melalui observasi yang peneliti lakukan pada awal
Januari 2016 lalu, peneliti sebagai pengguna jasa bandara atau calon penumpang
turut merasakan proses pengamanan dan pemeriksaan yang di lakukan oleh Avsec
dilakukan oleh Avsec BIM pada saat itu sama saja dengan saat sebelum di
berlakukan status kuning bandara. Peneliti tidak diminta melepaskan jam tangan
dan ikat pinggang, dan tidak pula ada penjelasan secara langsung oleh personil
Avsec. Personil Avsec juga tidak berlaku ramah-tamah terhdap pengguna jasa
pengguna jasa bandara. Hal tersebut membuat citra Avsec menjadi kurang baik di
mata pengguna jasa bandara sehingga kerap kali Avsec mengalami konflik dengan
―Konflik mah sering, setiap hari pasti ada konflik lah. Yang namanya kita
melayani publik, ya tidak semuanyalah kebutuhan dia terpenuhi, pasti ada
yang komplain, bagaimana kita bisa menyikapi seperti itu. Karena kaitannya
dengan masalah keamanan jadi pasti masyarakat itu pada
97
awam mungkin ya, jadi kita selalu ngasih pemahaman lah pada
masyarakat bahwasanya aturan bandara ini seperti ini‖. (Zaini Ahmad –
Junior Manager Avsec BIM)
bahwa konflik yang sering di alami oleh Avsec BIM dengan pengguna jasa
bandara adalah akibat dari ketidaktahuan pengguna jasa bandara terhadap regulasi
dan prosedur:
Sama hal nya dengan Edwin, Alzog Pendra Budhi juga mengatakan bahwa
konflik yang di hadapi oleh Avsec BIM terjadi karena penerapan regulasi yang
tidak dimengerti oleh pengguna jasa bandara, dalam wawancara 27 Juni 2016:
―Yah tentunya saat ini sekarang ini sudah semakin banyak instruksi-
instruksi yang kita terapkan terhadap penumpang, ...tentunya banyak hal-
hal yang tidak diketahui oleh masyarakat umum ataupun pengguna jasa
sehingga mereka kadang-kadang terkejut atau malah enggan untuk
melaksanakan apa yang diminta oleh petugas Avsec. Memang itu, waktu
disuruh buka gesper, disuruh buka jam tangan, semuanya itu banyak
yang komplain. Yang komplain sendiri itu anggota DPR merasa
terganggu, nggak mau diperiksa. ...Alasannya nggak mau di periksa apa?
Siapa dia? Yang nggak diperiksa di negeri ini hanya dua orang, presiden
dan wakil presiden, itulah yang VVIP. Kalo Jokowi nggak di periksa,
tapi dia pengen di periksa juga‖. (Alzog Pendra Budhi – Manager Divisi
Pelayanan Operasi BIM)
pada pengguna jasa bandara. Sosialisasi tersebut dilakukan dengan berbagai cara,
98
salah satunya dengan menggunakan media lini bawah (below the line) yang
Menurut Jefkins (1996) dalam Refianto, 2009: Below The Line Media
atau media lini bawah adalah kegiatan periklanan yang tidak melibatkan
adanya komisi kepada perusahaan iklan. Media lini bawah memiliki beragam
jenis salah satunya adalah spanduk dan banner. Tidak hanya di peruntukkan
sebagai media periklanan, media lini bawah juga dapat digunakan sebagai media
sosialisasi.
keamanan penerbangan, karena akan sulit bagi personil Avsec untuk selalu
99
menjelaskan regulasi tersebut pada setiap pengguna jasa bandara secara langsung.
Informasi yang disampaikan melalui penggunaan media lini bawah oleh Avsec
berbau logam sesuai aturan dalam UU No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan,
bom sesuai UU No. 1 tahun 2009 tentang penerbangan. Selain itu, Avsec juga
body check oleh Avsec yang juga diterapkan pada menteri perhubungan, Ignasius
―Kalau disosialisasikan cuma itu aja, kalau kita mau masuk dikasi tau,
‗sesuai standar peraturan apa gitu, wajib melepaskan ikat pinggang, jam
tangan, terus semua benda-benda‘ itu ada announcer-nya, jadi dikasi tau
gitu‖. (Rita Hartati Hafni – Pengguna Jasa BIM)
pengguna jasa bandara yang juga merupakan penumpang moda transportasi udara,
akan menyulitkan bagi personil Avsec untuk menjelaskan regulasi satu per satu
Berlakunya status kuning bukan berarti Avsec BIM hanya fokus untuk menangani
ancaman terorisme di bandara, Avsec BIM juga harus tetap fokus pada 100
kelancaran aktivitas kebandarudaraan, karena gangguan keamanan yang terjadi di
BIM tidak hanya sebatas ancaman terorisme. Berbagai bentuk konflik dapat
Sumatera Barat masih dinilai cukup aman hingga saat ini. Menurut penjelasan
Zaini Ahmad juga menyatakan pendapat yang sama dengan Edwin Eka
Putra:
―Jadi gini, secara umum kondisi dalam keadaan baik aman, terbukti
semua kegiatan baik itu penerbangan, maupun kegiatan di semua dearah
publik berjalan baik itu kita asumsikan masih dalam keadaan baik, masih
aman, seperti itu‖. (Zaini Ahmad – Junior Manager Avsec BIM)
―Yah, selama ini Insha Allah BIM selalu aman yah, paling-paling yang
ada adalah yang ketidaktahuan para penumpang yang membawa seperti
gunting, pisau lipat, ya itu memang tidak boleh di bawa dalam
penerbangan, ya terpaksa untuk disita di bandara. Kemudian ada juga
penumpang yang tidak tahu bercanda di pesawat menyatakan atau enggan
untuk meletakkan barangnya diatas, di bilang bom, nah ini adalah suatu
hal yang ‗haram‘ di penerbangan, karena sudah kata-kata itu muncul kita
harus memeriksa ulang isi pesawat. Jadi di pastikan untuk steril walapun
bercanda kita harus tetap curiga, itu dia‖. (Alzog Pendra Budhi –
Manager Divisi Pelayanan Operasi BIM)
101
Rita Hartati Hafni dalam wawancara tanggal 10 Juli 2016 juga
menyebutkan:
―Kalo yang dirasa, sih BIM ini bandaranya aman-aman aja. Kalau
sampai ancaman teror atau pembajakan sih itu kayaknya nggak ada,
jangan sampai ada lah. Palingan di BIM ini masalah keamanannya itu
dengar-dengar sering ada yang kehilangan kendaraan lah, helm lah, itu‖.
(Rita Hartati Hafni – Pengguna Jasa BIM)
berarti BIM tidak pernah mengalami gangguan keamanan. Dari pengamatan yang
keamanan yang merupakan bentuk pelanggaran dari UU no. 1 Tahun 2009 tentang
berinisial I, yang merupakan anggota dari rombongan Bapak PBS (inisial) naik ke
pesawat Garuda Indonesia GA 169 melalui VIP Room tanpa memiliki tiket.
Rino Kardinal, salah seorang staf Avsec BIM yang bertugas pada saat
―Pada pukul 17:30 Saya tiba di gedung VIP Room, karena sebelumnya
sudah diberitahu bahwa ada penumpang VIP yang akan berangkat
dengan pesawat Garuda GA 169 tujuan Jakarta pukul 18:45. Pukul 18:00
rombongan tiba di VIP Room diketuai oleh Bapak PBS. Pukul 18:25
rombongan melakukan proses boarding dengan melewati SCP VIP
Room, dan Saya melakukan pemeriksaan seperti biasa sesuai SOP.
Selanjutnya rombongan menuju ke pesawat dengan dua unit mobil.
Setelah mobil berangkat menuju pesawat, Saya mendapat informasi dari
koordinator VIP Room, yaitu Firdaus, kalau jumlah penumpang yang
naik ke atas mobil menuju ke pesawat jumlahnya tidak sesuai dengan
tiket atau boarding pass, dimana jumlah boarding pass yang tersedia
hanya 12, sedangkan jumlah penumpang di mobil 13 orang. Saya segera
melapor ke koordinator Avsec, Kamardi, dan saya bergegas menuju
gedung terminal. Setelah sampai di terminal, pelaku sudah diturunkan
dari pesawat dan diamankan oleh staf Garuda ke posko Avsec.‖ (Rino
Kardinal – Staf Avsec BIM)
102
Melalui penjelasan Rino Kardinal diketahui bahwa pada saat boarding di
VIP Room, tidak ada staf atau perwakilan dari pihak Garuda Indonesia untuk
koordinasi dengan pihak airlines agar kejadian serupa tidak terjadi. Sebelumnya
di bulan yang sama, pada tanggal 25 November 2015, terdapat gangguan berupa
ditemukannya senjata api jenis soft gun dalam paket kiriman kargo. Seorang
diindikasikan berisi senjata dalam gabungan paket yang dikirim melalui jasa
paket tersebut berisi dua unit senjata jenis soft gun sementara dari data yang
tertulis dalam dokumen Pemberitahuan Tentang Isi (PTI) adalah berisi makanan.
dan junior manager Avsec, Zaini Ahmad. Avsec BIM berkoordinasi dengan pihak
TIKI mencoba untuk mengkonfirmasi pemilik paket melalui telepon, tapi kontak
diamankan oleh Avsec BIM, dan diserahkan pada Polsek BIM untuk proses
pemeriksaan lebih lanjut. Dari kasus ini terlihat bahwa Avsec BIM telah
103
penyelidikan bukan merupakan wewenang Avsec, maka selanjutnya di transfer
pada pihak eksternal terdekat, yakni Polsek BIM atau Polsek Padang Pariaman.
permasalahan serupa, yakni penemuan binatang hidup (ular) dalam paket kiriman
kargo yang dikirim melalui jasa pengiriman JNE. Ular tersebut rencananya akan
diangkut dengan pesawat Lion Air JT 357 tujuan Jakarta. Pada kasus ini langkah
yang sama dilakukan dengan kasus ditemukannya senjata api di atas. Namun
langkah terakhir, kasus ini di transfer ke petugas Balai Karantina Hewan dan
Tumbuhan, dikarenakan bukan lagi pada wewenang Avsec BIM. Dalam hal ini
―Kalo dangerous goods itu udah makanan tiap hari itu. Senjata itu kan
tergolong dangerous goods. Terkait masalah itu jadi gini, terkait dengan
kemanan bandar udara itu ada di bagi 3, ada kondisi ijo, kondisi kuning,
kondisi merah. Kalau kondisi ijo ini dikendalikan oleh operator bandara
dalam hal ini seperti Angkasa Pura II. Kalau kuning kita serahkan
pengendaliannya ke Pos Padang Pariaman kalau ada ancaman bom dan
lain-lain. Kalau merah misalnya ada hijack diatas kita serahkan pada
TNI, seperti itu. Jadi pada prinsipnya Angkasa Pura itu hanya meng-
handle apabila keadaan dalam kondisi hijau. Kalau masalah ditemukan
senjata seperti itu Avsec Cuma mengamankan. Kalau kondisi di bandara
sudah terkontrol, masalah senjata tadi itu kita serahkan pada Polsek
Padang Pariaman yang lebih berwenang untuk menyelesaikannya‖. (Zaini
Ahmad – Junior Manager Avsec BIM)
104
menangkap dari pernyataan Zaini Ahmad bahwa permasalahan DG memang kerap
terjadi dan personil Avsec BIM sudah terbiasa dengan masalah itu sehingga tidak
mengikuti arah garis hierarki sesuai dengan SOP. Pembagian kerja dan batas
kewenangan sangat jelas. Tentunya pola komunikasi pada tiap-tiap kondisi status
saat status hijau pastinya berbeda dengan pada saat status kuning, semuanya juga
105
Manager
Divisi Evaluasi
Pelayanan
Kegiatan
Operasi
Staf Avsec
bertugas
Koordinator Junior
Gangguan bersama Manager
Security
Keamanan supervisor
mengamankan
kondisi
Staf Avsec
mengeksekusi
sesuai wewenang
POLSEK
BIM
Keterangan: = Garis Komando
= Garis Koordinasi
Avsec yang sedang bertugas bersama dengan supervisor yang bertugas melakukan
staf Avsec untuk menangani kejadian sesuai kapasitasnya. Jika kejadian tersebut
melebihi kapasitas Avsec BIM (misal: penahanan orang dan penyelidikan) maka
penanganan akan di transfer pada Polsek Padang Pariaman sebagai pos polisi
koordinator security, dan danposko akan membuat laporan tertulis yang akan 106
diteruskan pada junior manager dan manager Divisi Pelayanan Operasi BIM,
.
Staf Avsec
bertugas
bersama Komite Evaluasi
Gangguan Dan Keamanan Kegiatan
supervisor
Keamanan Posko Bandara
mengamankan
kondisi
= Garis Koordinasi
lebih serius, maka pola komunikasi menjadi lebih sederhana, namun melibatkan
Komite Keamanan Bandara yang terdiri atas unsur-unsur terkait. Ketika gangguan
keamanan terjadi, maka staf Avsec bertugas bersama dengan supervisor akan
kepada danposko. Kemudian Komite Keamanan Bandara yang terdiri dari pihak
internal Angkasa Pura II BIM, POLSEK Padang Pariaman, POLRI, TNI AU, TNI
AD, Otoritas Bandara, dan airlines segera diaktifkan untuk melakukan penilaian
apa dan siapa saja pihak yang harus turun untuk mengatasi masalah.
107
Proses komunikasi organisasi internal berupa upward, downward, dan
gangguan yang terjadi. Proses upward communication terjadi pada saat staf
melapor pada atasannya yakni supervisor yang juga berada di lapangan; kemudian
security (status hijau) atau langsung pada danposko (status kuning); kemudian
laporan juga akan disampaikan pada atasan berikutnya, yakni junior manager;
setelah itu junior manager juga akan memberikan laporan pada manager Divisi
BIM dalam penanganan gangguan keamanan bandara di kedua status. Pada status
hijau pun, Avsec BIM tetap memerlukan koordinasi dengan pihak eksternal,
seperti POLSEK BIM atau POLSEK Padang Pariaman, sebab ada beberapa hal
yang tidak dapat ditangani langsung oleh Avsec karena batasan wewenang yang
dimiliki. Contohnya dapat di lihat pada kasus ditemukannya senjata api dalam
namun untuk penyelidikan lebih lanjut mengenai siapa oknum yang memiliki
108
senjata tersebut adalah wewenang dari POLSEK BIM. Terlebih lagi pada saat
status kuning, koordinasi dengan pihak eksternal terkait telah disusun rapi dalam
SOP.
hierarki, dan tujuan. Artinya kelima unsur itu menunjukkan bahwa organisasi tak
lepas dari komunikasi. Begitu pula dengan Avsec BIM. Aktivitas Avsec BIM
dalam penanganan gangguan keamanan bandara tidak pernah lepas dari kegiatan
komando dan koordinasi yang artinya tak lepas dari komunikasi. Pada Avsec BIM
Personil Avsec harus dapat menentukan keputusan yang cepat dan tepat dalam
beberapa kinerja Avsec BIM yang belum sesuai dengan regulasi pengamanan
penerbangan yang ada, diantaranya: tiket dan izin masuk dicocokkan dengan
terminal BIM, tampak seorang personil Avsec yang bertugas untuk mengecek tiket
mereka untuk diperlihatkan pada personil Avsec, namun umumnya personil hanya
orang yang akan berangkat, pemeriksaan ini tentunya dinilai kurang teliti; tiket
109
dicocokan dengan bukti kenal diri, pada pemeriksaan di pintu keberangkatan tidak
dilakukan pencocokan tiket dengan tanda pengenal, hal ini hanya dilakukan pada
saat di check-in counter oleh petugas airlines yang bersangkutan, dan juga pada
saat di SCP II (sebelum memasuki ruang tunggu); hanya calon penumpang yang
mempunyai tiket dan para pemegang izin yang sah diizinkan masuk daerah check-
in, pada praktiknya masih banyak kelonggaran yang diberikan pada pengguna jasa
bandara, sehingga masih ada beberapa pengguna jasa bandara yang diizinkan
masuk daerah check-in, biasanya hanya sekedar untuk mengantar; dan petugas
personil Avsec di ruang tunggu BIM hanya tampak sesekali, karena umumnya
yang lebih dari itu, tapi tidak berarti Avsec BIM semata-mata selalu lancar dalam
hambatan.
Edwin Eka Putra pada wawancara di hari yang sama juga menjelaskan
110
―Hambatan-hambatan yang sering kita hadapi disini adalah yang
pertama itu SDM nya. Beban kerja yang ada pada saat ini tidak sesuai
dengan jumlah personil Avsec sehingga tidak bisa memberikan pelayanan
yang maksimal kepada pengguna jasa‖. (Edwin Eka Putra – Staf QC
Avsec BIM)
yang dihadapi oleh Avsec BIM pada wawancara tanggal 24 Juni 2016:
yang masuk ke area bandara. Beban kerja yang tinggi ini juga tak jarang
Terkait dengan hambatan yang di hadapi oleh Avsec BIM, Zaini Ahmad
selaku junior manager Avsec menambahkan bahwa salah satu hambatan yang
111
dihadapi juga datang dari karakteristik dan pola pikir penduduk di sekitar kawasan
―... ada beberapa yang harus kita benahi, berkaitan dengan mungkin
karakteristik penduduk sekitar bandara ini. Pun masih ada mungkin
masyarakat yang berupaya masuk kedalah untuk hanya sekedar mancing,
terus ada yang harus kita benahi terkait keamanan itu kultur masyarakat
ini. Karena masyarakat sini tuh nggak seperti masyarakat diluar mungkin
yah, gitu loh‖. (Zaini Ahamad – Junior Manager Avsec BIM)
sini‖ adalah sifat dan pola pikir penduduk Padang Pariaman yang tinggal di sekitar
penduduk sekitar pinggiran kabupaten Padang Pariaman ini kurang paham dengan
ketatnya regulasi penerbangan dan tidak memahami bahwa bandara memiliki area
terbatas yang tidak mengizinkan masyarakat sipil untuk masuk dan berkegiatan,
bahkan untuk sekedar melewati, karena hal tersebut dapat mengganggu keamanan
menangkap bahwa beberapa penduduk sekitar juga cenderung keras kepala dan
beratnya beban kerja Avsec sehingga personil terlalu lelah dan miskomunikasi
kerap terjadi pada personil Avsec. Rintangan fisik terjadi akibat luasnya area
bandar udara yang harus dijaga oleh Avsec, serta jalur koordinasi Avsec dengan
pihak-pihak eksternal seperti TNI dan POLRI cukup jauh. Rintangan kerangka
berpikir terjadi karena kompetensi Avsec BIM sendiri dalam menghadapi masalah
yang terjadi masih kurang. Rintangan budaya terjadi akibat kebiasaan penduduk
112
sekitar yang sembarangan memasuki area DKT bandara dan tidak mau di
nasehati.
Untuk menilai apakah komunikasi organisasi dalam unit Avsec BIM sudah
dikatakan efektif adalah dengan melihat apakah komunikasi yang dilakukan telah
memiliki dampak sesuai dengan tujuan yang di maksud. Menurut Thayer (1968,
yaitu:
hubungan Angkasa Pura II cabang BIM telah terbina dengan baik dengan
pihak eksternal, yakni TNI dan POLRI. Untuk menyampaikan informasi pada
menggunakan media lini bawah dalam bentuk spanduk dan banner yang di
customer service, tapi masih ada pengguna jasa bandara yang enggan
mengikuti regulasi, dan bahkan tidak mengerti sama sekali, terutama perihal
Avsec BIM berperan dalam mengubah sikap para pengguna jasa bandara agar
113
Avsec BIM cukup kewalahan dikarenakan pengguna jasa bandara yang
Pimpinan Avsec BIM berperan dalam mengatur segala aktifitas unit ini.
Untuk mengatur tindakan personil, Avsec BIM memiliki SOP tertentu yang
terminal BIM. Untuk melakukan kegiatan ini personil Avsec harus saling
begitu efektif.
Avsec BIM harus dapat memadukan segala unsur yang tergabung dalam
status kuning bandara. Hal ini telah berjalan cukup baik, karena hubungan
yang terbina dengan baik antara Angkasa Pura II BIM dengan unsur-unsur
komite. Selain itu, kesadaran yang tinggi akan krusialnya masalah keamanan
komunikasi organisasi Avsec BIM telah berjalan cukup efektif. Beberapa tujuan
114
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Proses komunikasi internal yang berlangsung pada unit Avsec BIM, baik
dalam arus vertikal, horizontal, dan diagonal mayoritas sudah sesuai dengan
SOP yang berlaku, terlihat dari kegiatan pengamanan yang dilakukan oleh
Avsec BIM selama ini. Ketika ditemukan masalah keamanan di BIM, personil
ditetapkan dalam SOP. Namun masih ada beberapa prosedur yang di abaikan
memenuhi standar ICAO, serta beban kerja Avsec BIM yang dirasa terlalu
organisasi yang di terapkan Avsec BIM tidak hanya melibatkan pihak internal
Angkasa Pura II cabang BIM saja. Avsec BIM telah memiliki suatu strategi
tercantum dalam AEP dan SOP. Avsec BIM bekerjasama dengan pihak-pihak
eksternal, antara lain TNI, POLRI, BIN, dan juga pihak Airlines. Pengguna
jasa bandara pun ikut merasakan dampak dari peningkatan status kuning
115
tersebut karena ketatnya pemeriksaan keamanan, oleh karena itu. Untuk
lini bawah dan bekerjasama dengan unit Airport Services untuk memberikan
sederhana, kendali teknis, dan kedali birokrasi. Avsec BIM juga mengalami
5.2 Saran
beban kerja personil Avsec BIM agar tidak kewalahan dan mengurangi
dengan pengguna jasa bandara, dan dapat memperbaiki citra Avsec di mata
agar tidak ada lagi penduduk sekitar yang melakukan aktivitas di sisi udara,
keamanan dan keselamatan penerbangan yang ada dan tidak lengah pada hal-
hal kecil dalam menjalankan tugas sehingga keamanan BIM dapat memenuhi
116
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Argenti, Paul. 2010. Komunikasi Korporat. Terj. Putri Aila Idris. Jakarta: Salemba
Humanika.
Effendy, Onong Uchana. 2007. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunokasi. Bandung:
PT Citra Aditya Bakti.
117
Pace, Wayne R. & Don F. Faules. 2005. Komunikasi Organisasi, Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Terj. Deddy Mulyana. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Robbins, Stephen P. 1994. Teori Organisasi, Struktur, Desain, dan Aplikasi. Terj.
Jusuf Udaya. Jakarta: Penerbit Arcan.
118
Dokumen
Internet
__________________________________________________.
(http://hubud.dephub.go.id/?id/news/detail/2549, diakses 3 Januari 2016)
119
LAMPIRAN
Dokumentasi Penelitian
Gambar 8: Peneliti bersama staf QC Avsec BIM, Edwin Eka Putra usai
wawancara
Gambar 9: Penampakan sisi udara (airside) Bandara Internasional Minangkabau
Gambar 10: Suasana dalam tower Air Traffic Control Bandara Internasional
Minangkabau
Gambar 11: Personil Avsec di SCP II Bandara Internasional Minangkabau
Gambar 15: foto bersama personil Avsec bersama anggota unit K-9 Polda Sumbar
Gambar 16: aktivitas pelacakan barang berbahaya di area terminal Bandara
Internasional Minangkabau oleh unit K-9 Polda Sumbar