Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH MANAJEMEN RISIKO

RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA

Disusun oleh :
1. Yunita Putri U.A 14.05.52.0011
2. Nadya Dinda PMK 15.05.52.0015
3. Sulistyani Utari 15.05.52.0030
4. Afrizal Surya S. 15.05.52.0313
5. Wisnu Wicaksono 15.05.52.0319
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun persembahkan kepada Allah SWT  yang telah memberikan nikmat 

kesehatan jasmani dan rohani, sehingga dapat menyelesaikan makalah mata kuliah 

Manajemen resiko ini .Mungkin di dalam makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena

itu kritik dan saran yang membantu untuk pembuatan makalah-makalah selanjutnya sangat

diharapkan agar pembuatan makalah-makalah selanjutnya menjadi lebih baik lagi, Akhir

katapenyusun mengucapkan banyak terima kasih atas kritik dan saran yang membantu untuk

kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya, Dan semoga makalah ini juga berguna untuk

kita semua. 

Semarang, September 2017

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2     Rumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3     Tujuan....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1    Pengertian risiko suku bunga.................................................................. 3
2.2     Karakteristik Perubahan Risiko Suku Bunga....................................... 3
2.3     Pengukuran Risiko Perubahan Tingkat Bunga : Metode Penilaian
Kembali ( Reprecing Model )................................. .......................... 5
2.4    Pengukuran Risiko Perubahan Tingkat Bunga : Metode Jangka
Waktu ( Maturity Model)...................................................................... 9

2.5     Pengukuran Risiko Perubahan Tingkat Bunga : Metode Durasi......... 14


BAB III PENUTUP
3.1    Kesimpulan................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Saving & Loan (dikenal juga sebagai thrift) merupakan lembaga bannk
community based (memfokuskan pada masyarakat lokal) yang sudah ada sejak tahun
1800-an. Lembaga tersebut diatur dengan ketat samapai tahun 1980-an. Beberapa
peraturan tersebut adalah pembatasan tingkat bunga yang bisa ditawarkan ke deposan.
Peraturan tersebut juga mencakup tipe pinjaman yang bisa ditawarkan yang terbatas.
Pada tahun 1970-an, banyak bank di AS, termasuk S&L mengalami aliran kas keluar
karena adanya persaingan dari instrumen money-market fund, yang memberikan
tingkat bunga yang lebih tinggi. Pada saat yang sama, dana bank banyak yang
tertanam di hipotik (mortgage, misal kredit rumah atau KPR) yang mempunyai jangka
waktu yang panjang. Pada saat tingkat bunga naik, nilai aset tersebut menjadi turun.
Pada masa kepresidenan Jimmy Carter, peraturan terhadap S&L diperlonggar,
sehingga S&L bisa memberikan kredit utang lebih bervariasi. Kongres juga
meningkatkan batas deposito yang bisa diasuransikan dari $40.000 menjadi $100.000
per rekening. Pada masa kepresidenan Reegan, deregulasi S&L semakin cepat,
sehingga S&L bisa menyamai bank : bisa menawarkan deposito dengan tingkat bunga
sesuai pasar, pinjam dari Federal Reserve (bank sentral), memberikan kredit
komersial, dan mengeluarkan kartu kredit. Hal tersebut merupakan penyimpangan
dari misi awal S&L.
Deregulasi tersebut membuat pengawasan terhadap S&L lemah. Disamping
itu S&L terdorong untuk memberikan lebih banyak pinjaman yang terlalu berisiko,
pinjaman dimana mereka tidak punya keahlian untuk mengevaluasinya. Pinjaman
mortgage banyak yang didasarkan pada bunga tetap dengan jangka waktu panjang.
Dalam situasi ini, keahlian bank untuk memperkirakan tingkat bunga di masa
mendatang menjadi penting. Jika bank under-estimate tingkat bunga dimasa
mendatang, tingkat bunga tetap yang dibebankan pada nasabah menjadi terlalu
rendah. Jika tingkat bunga meningkat, bank tersebut akan mengalami kerugian.
1
Nampaknya situasi semacam itulah yang terjadi. Inflasi di Amerika Serikat
pada tahun 1980-an meningkat tajam, yang mengakibatkan kenaikan tingkat bunga.
Kenaikan tingkat bunga tersebut menyebabkan kehancuran banyak S&L.
Beberapa faktor lain disebut juga sebagai penyebab krisis S&L, antara lain: harga
properti yang berfluktuasi tinggi, deregulasi, kurangnya pengawasan dari lembaga
yang berwenang, kesalahan manajemen dan dalam beberapa situasi kejahatan (fraud).
Sekitar 1.000 S&L mengalami kebangkrutan. Biaya total dari krisis tersebut
diperkirakan mencapai $150 miliar, sekitar $125 miliar ditanggung langsung oleh
pemerintah AS, yang meneyebabkan membengkaknya defisit anggaran pada awal
tahun 1990-an.
Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa kegagalan mengelola risiko perubahan
tingkat bunga bisa mengakibatakan kehancuran bank. Bank terutama rentan terhadap
risiko perubahan tingkat bunga karena alasan akan terlihat setelah memahami materi
ini. Materi ini membicarakan risiko perubahan tingkat bunga, mulai dari memahami
karateristik perubahan tingkat bunga, kemudian diteruskan dengan beberapa metode
untuk mengukur risiko perubahan tingkat bunga.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah pengertian dari risiko suku bunga ?
2. Apakah karakteristik dari risiko suku bunga ?
3. Bagaimanakah pengukuran risiko perubahan tingkat bunga ?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui apakah itu risiko perubahan tingkat suku bunga.
2. Mengatahui karakteristik dari risiko perubahan tingkat suku bunga.
3. Mengetahui bagaimanakah pengukuran risiko perubahan tingkat suku bunga.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA


Risiko suku bunga adalah risiko yang di alami akibat perubahan suku bunga yang
tejadi di pasaran yang dapat mempengaruhi pendapatan perusahanaan, dan kegagalan
mengelola risiko perubahan tingkat bunga bisa mengakibatkan kehancuran bank.

2.2 KARAKTERISTIK RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA


Perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perusahaan menghadapi dua tipe risiko :
1. Risiko perubahan pendapatan
Perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perubahan pendapatan (menjadi lebih
sedikit). Ada dua jenis risiko yang dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan
perubahan pendapatan, yaitu :
 Risiko Penginvestasian Kembali
Misalkan perusahaan memiliki struktur asset sbb :

Aset Pasiva (Kewajiban)

Obligasi Jangka waktu 1 tahun, bunga Obligasi jangka waktu 2 tahun, dengan
12% per tahun. bunga 10% per tahun, selama 2 tahun.

Untuk tahun pertama, perusahaan tersebut memperoleh penghasilan


bunga 12%, dan membayar kewajiban sebesar 10%. Dengan demikian
perusahaan tersebut memperoleh spread (keuntungan) sebesar 2% (12% -
10%). Bagaimana dengan tahun ke dua ?
Untuk tahun kedua, keuntungan perusahaan akan tergantung dari
tingkat bunga investasi obligasi pada tahun kedua. Keuntungan tahun kedua
akan tergantung dari tingkat bunga investasi yang akan diperoleh pada tahun
kedua. Jika perusahaan dapat memperoleh tingkat bunga sebesar 12% , maka
perusahaan tetap akan memperoleh keuntungan. Jika tingkat bunga
penginvestasian kembali pada tahun kedua turun menjadi 8% ,

3
maka perusahaan akan memperoleh kerugian sebesar 2% (Spread
negative sebesar 2%). Risiko yang dihadapi perusahaan dalam situasi tersebut
adalah risiko penginvestasian kembali (reinvestment risk).

 Risiko Pendanaan Kembali


Risiko pendanaan kembali merupakan kebalikan dari risiko penginvestasian
kembali.
Misalkan perusahaan mempunyai struktur asset sbb :

Aset Pasiva (Kewajiban)


Obligasi jangka waktu 2 tahun, bunga Obligasi jangka waktu 1 tahun, dengan
12% per tahun. bunga 10% per tahun.

Sama seperti sebelumnya, untuk tahun pertama, perusahaan


memperoleh penghasilan bunga sebesar 12%, dan membayar kewajiban
sebesar 10%. Dengan demikian , perusahaan memperoleh spread
(keuntungan) sebesar 2% (12% - 10%).
Bagaimana dengan tahun kedua ?
Untuk tahun kedua , keuntungan perusahaan akan tergantung dari
tingkat bunga obligasi yang dipakai untuk mendanai investasi pada tahun
kedua. Jika perusahaan bisa memperoleh tingkat bunga sebesar 10% , maka
perusahaan tetap akan memperoleh keuntungan. Namun, jika tingkat bunga
pendanaan kembali pada tahun kedua naik menjadi 14%, maka perusahaan
akan memperolah kerugian sebesar 2% (spread negative sebesar 2%). Risiko
yang dihadapi perusahaan dalam situasi tersebut adalah risiko pendanaan
kembali (refinancing risk).
2. Risiko Perubahan Harga Pasar
Perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perubahan nilai pasar asset
dan/atau kewajiban yang dipegang oleh perusahaan. Jika penurunan nilai asset lebih
besar dibandingkan dengan penurunan nilai kewajiban, maka perusahaan mengalami
kerugian, dan sebaliknya. Secara umum, jika tingkat bunga meningkat maka nilai
sekuritas cenderung mengalami penurunan. Nilai suatu sekuritas (missal obligasi)
4
merupakan present value dari aliran kas yang akan diterima investor dimasa
mendatang. Namun, jika tingkat bunga meningkat, maka discount rate (tingkat
diskonto) juga akan meningkat, yang menyebabkan pembagi menjadi lebih besar, dan
present value aliran kas dimasa mendatang semakin kecil.

Tingkat penurunan nilai tersebut bisa berbeda dari satu sekuritas ke sekuritas
lainnya. Sebagai contoh, jika tingkat bunga meningkat, maka nilai pasar obligasi akan
mengalami penurunan. Tetapi obligasi dengan jangka waktu yang lebih lama, nilainya
akan turun lebih besar dibandingkan dengan obligasi dengan jangka waktu yang lebih
pendek. Hal ini sebaliknya akan terjadi jika tingkat bunga mengalami penurunan.
Obligasi jangka waktu lama akan mengalami kenaikan nilai pasar lebih cepat
dibandingkan dengan obligasi jangka pendek. Dengan kata lain, nilai pasar obligasi
jangka panjang lebih sensitive terhadap perubahan tingkat bunga dibandingkan
dengan nilai obligasi jangka pendek.

Misal perusahaan mempunyai neraca sebagai berikut :

Aset Pasiva
Obligasi jangka waktu 10 tahun, Obligasi jangka waktu 2 tahun
Nilai Nominal : Rp 1.000.000,- Nilai Nominal : Rp 1.000.000,-
Kupon Bunga 10% Kupon Bunga 10%
Nilai Pasar : Rp 1.000.000,- Nilai Pasar : Rp 1.000.000,-

Misalkan tingkat yang berlaku adalah 10%, maka nilai obligasi yang menjadi asset
dan obligasi kewajiban adalah :

Obligasi asset              =  100.000 +……….......+ 1.100.000   =  Rp 1.000.000,-


                                         (1+0,1)1                            (1+0,1)10

Obligasi Kewajiban     =  100.000 +…….........+ 1.100.000   =  Rp 1.000.000,-


                                           (1+0,1)1                      (1+0,1)2

Obligasi asset dan kewajiban mempunyai nilai pasar yang sama yaitu Rp 1 juta.
Misalkan tingkat bunga naik menjadi 12%, maka nilai obligasi keduanya adalah:

Obligasi asset   =  100.000 +………+ 1.100.000   = Rp. 886.996


                                        (1+0,12)1                (1+0,12)10

Obligasi Kewajiban     =  100.000 +………+ 1.100.000 =  Rp. 966.199


                                          (1+0,12)1                 (1+0,12)2

Terlihat bahwa kedua obligasi tersebut mengalami penurunan nilainya. Karena


obligasi asset mengalami penurunan lebih besar dibandingkan turunnya obligasi
kewajiban, maka perusahaan tersebut mengalami kerugian.

2.3 PENGUKURAN RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA : METODE


PENILAIAN KEMBALI (REPRICING MODEL)
 Periode Harian
Repricing model mencoba mengukur risiko perubahan tingkat bunga dengan
menggunakan pendekatan pendapatan. Model tersebut ingin melihat bagaimana
pengaruh perubahan tingkat bunga terhadap pendapatan yang diperoleh suatu
organisasi.

Aset Pasiva (Kewajiban)


6
Meminjamkan di pinjaman pasar antarbank Meminjam di pasar antarbank
Langkah – langkah yang perlu dilakukan adalah :
1 hari Rp 2M 1 hari Rp 3M

Commercial Paper 3 bulan Rp 3M Tabungan Rp 3M

Surat Hutang 6 bulan Rp 5M Deposito 1 bulan Rp 10 M

Pinjaman 1 tahun Rp 6M Deposito 1 tahun Rp 10 M

Obligasi 3 tahun Rp 10 M Deposito 2 tahun Rp 10 M

Obligasi 3 tahun tingkat bunga mengambang Rp 5M Modal Rp 5M

Pinjaman bunga tetap jk waktu 10 tahun Rp 10 M

Total Aset Rp 41 M Total Pasiva Rp 41 M

 Mengidentifikasi dan Mengelompokkan Aset dan Kewajiban yang Sensitif


Terhadap Perubahan Tingkat Bunga
Misal aset  bank pinjaman dipasar antar bank satu hari sebesar  Rp 2
miliar, jika tingkat bunga besokberubah (misal naik), maka pendapatan bunga
yang diperoleh akan berubah (meningkat dalam hal ini), dengan kata lain aset
ini tergolong sensitif terhadap perubahan bunga (rate sensitive assets atau
RSA) dan harus dinilai kembali (Reprice) jika bunga harian berubah. 
Disisi lain melihat sisipasiva,  bank meminjam dipasar antar bank
sebesar Rp 3 miliar. Jika tingkat bunga besok berubah (contoh : naik), maka
biaya bunga juga akan berubah (meningkat). Dengan kata lain, bank memiliki
Kewajiban yang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga (rate sensitive
liabilities atau RSL) sebesar Rp 3 miliar. Kewajiban tersebut harus dinilai
kembali ( Reprice ) jika bunga harian berubah.
 Menghitung Gap Antara Aset dan Kewajiban yang sensitive terhadap
Perubahan tingkat bunga dan Menghitung Perubahan Pendapatan

Gap antara RSA dengan RSL bisa dihitung sebagai berikut :

                                        GAP = (Rp 2 miliar) – (Rp 3 miliar ) = - Rp 1 miliar

Misalkan tingkat bunga meningkat sebesar 1% (misal dari 10% menjadi


11%), maka pendapatan bank tersebut berubah sebesar :

                                        Perubahan pendapatan           = (GAP x ( Δ Bunga)


                                                                          =  - Rp 1 miliar x 0,01 = -Rp 10 juta

Dengan kata lain bank tersebut mengalami kerugian sebesar Rp 10 juta jika


tingkat bunga sebesar 1% 

 Periode Lebih dari Satu Hari


Dengan menggunakan cara yang sama, kita bisa memperluas
kelompok periode dari satu hari menjadi tiga bulan, enam bulan, 1 tahun, 5
tahun, dan lebih dari 5 tahun.
Misalkan kita akan menggunakan jangka waktu 1 tahun sebagai basis
perhitungan asset dan kewajiban yang sensitive terhadap perubahan tingkat
bunga.
7
Identifikasi aset sensitif terhadap perubahan
tingkat bunga dalam  waktu 1 tahun. Berikut hasil identifikasi tersebut :

Meminjam dipinjaman pasar antarbank 1 hari Rp 2 M


Commercial Paper 3 bulan                                      Rp 3 M
Surat Hutang 6 bulan                                                Rp 5 M
Pinjaman 1 tahun                                                                     Rp
6M
Bagian Obligasi  3 tahun yang jatuh tempo tahun ini                Rp 2 M
Obligasi 3 tahun tingkat bunga mengambang                              Rp 5 M
Total Aset yang sensitive terhadap perubahan tingkat bunga Rp 23 M

Untuk obligasi 3 tahun, sebesar Rp 2 M jatuh tempo tahun ini, Karena


itu sejumlah Rp 2M akan dinilai ulang jika tingkat bunga berubah. Untuk
obligasi dengan tingkat bunga mengambang,karena tingkat bunga ditetapkan
kembali selam enam bulan, maka obligasi tersebut akan dinilai ulang setiap
enam bulan. Pinjaman dengan bunga tetap dengan jangka waktu 10 tahun
tidak masuk dalam perhitungan, karena tingkat bunga tersebut tetap selama 10
tahun, tidak akan berubah meskipun tingkat bunga berubah – ubah. Dari
perhitungan diatas, nampak bahwa bank tersebut mempunyai asset yang
sensitif terhadap perubahan tingkat bunga selama periode satu tahun (RSA)
sebesar Rp 23 M.
Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi kewajiban yang sensitive
terhadap perubahan tingkat bunga untuk periode 1 tahun.

Meminjam di pasar antarbank 1 hari Rp 3 M


Tabungan Rp 3 M
Deposito 1 bulan Rp 10 M
Deposito 1 tahun Rp 10 M
Total Kewajiban yang sensitive terhadap perubahan tingkat bunga Rp 26 M

Deposito dengan jangka waktu 2 tahun dan modal bank tidak


dimasukkan dalam kewajiban yang sensitive terhadap perubahan tingkat
bunga untuk periode satu tahun. Tabungan dimasukkan karena tabungan
membayar bunga. Dari perhitungan diatas Nampak bahwa bank tersebut
mempunyai kewajiban yang sensitive terhadap perubahan tingkat bunga
selama periode satu tahun (Rate sensitive liabilities atau RSL) sebesar
Rp 26 M.
8
 Gap Sebagai Indikator Risiko Tingkat Bunga
Gap disebut juga sebagai kumulatif GAP (KGAP) satu tahun RSA
dengan RSL, dapat dihitung sbb :

KGAP (Kumulatif GAP) = RSA – RSL


                                 = Rp 23 M –  Rp 26 M = - Rp 3 M
Bank tersebut memiliki kumulatif gap sebesar negative Rp 3 M.
Semakin besar gap (baik negative maupun positif), maka semakin besar
eksposur bank atau suatu perusahaan terhadap risiko perubahan tingkat bunga.
Jika gap suatu bank positif , maka kenaikan bunga akan menguntungkan bank
tsb.
Dalam beberapa situasi ini, kita ingin menghitung rasio gap terhadap
total asset (gap rasio). Gap rasio bisa dihitungan sebagai gap dibagi total asset.
Dalam contoh doatas, gap rasio adalah :

GAP RATIO = -Rp 3 M / Rp 41 M = -0,073 atau -7,3%

Gap ratio bermanfaat karena memberikan informasi besarna gap


relative terhadap total asset. Sebagai contoh, terdapat dua bank dengan
informasi gap sbb :

Bank A Bank B
Gap -Rp 10 M -Rp 20 M
Total Aset Rp 100 M Rp 500 M
Gap Ratio -10% -4%

GAP Bank A lebih kecil dari bank B, sehingga eksposure Bank A


terhadap resiko nampak lebih kecil dari Bank B, Tapi jika dibanding total aset
terlihat Gap ratio B lebih kecil dibanding A. Jika suatu perusahaan / bank
ingin menghilangkan eksposur terhadap resiko perubahan tingkat bunga,
9
maka bank tersebut bisa membuat neraca dengan gap sama dengan
nol.  Otomatis juga akan kehilangan kesempatan memperoleh perbedaan
bunga. Untuk itu bank menetapkan gap tertentu. GAP ratio
sebesar plus/minus 15% biasa dilakukan oleh bank.

 Perubahan Tingkat Bunga Yang Berbeda Untuk Aset dan Kewajiban


Dalam beberapa situasi perubahan tingkat bunga untuk asset dan
kewajiban bisa berbeda. Jika hal itu terjadi, efek perubahan tingkat bunga
terhadap pendapatan dan perubahan biaya bisa dihitung satu per satu, berikut
ini :

Δ Pendapatan bersih   =  Δ Pendapatan bunga –  Δ Biaya


bunga

Dimana bank mempunyai RSA sebesar Rp 23 M dan mempunyai RSL


sebersar Rp 26 M atau gap sebesar –Rp 3 M. misalkan tingkat bunga untuk
asset berubah 2% , sementara tingkat bunga untuk kewajiban berubah 1%.
Perubahan pendapatan bisa dihitung berikut ini :
ΔPendapatan bersih    = (Rp 23 M)(0,02) – (Rp 26 M)(0,01)
                                     = Rp 460 juta – Rp 260 juta
                                     = Rp 200 juta
Terlihat bahwa bank justru memperoleh keunungan karena pendapatan bunga
mengingat lebih besar dibanding dengan biaya bunga.

2.4 PENGUKURAN RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA: METODE JANGKA


WAKTU (MATURITY MODEL)
1. Perhitungan Gap Jangka Waktu
Metode repricing (penilaian kembali) mempunyai kelemahan terutama karena
tidak memperhatikan efek perubahan nilai pasar dari berubahan tingkat bunga. Jika
tingkat bunga meningkat, discount rate (tingkat pendiskoanan) akan meningkat.
Dalam beberapa situasi metode yang memperhatikan efek perubahan nilai pasar
penting diperhatikan. Misal, satu bank membeli obligasi dengan tujuan untuk
investasi (dipegang sampai jatuh tempo). Dalam situasi tersebut bank akan mencatat
nilai historis obligasi tersebut di neracanya. Bank memperoleh pendapatannya hanya
dari kupon bunga yang dibayarkan.
10
Metode repricing akan lebih sesuai dipakai dalam situasi tersebut.
Misalkan bank lain membeli obligasi dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan melalui trading (memperjual belikan sekuritas) dalam situasi
tersebut,bank akan mencatat nilai obligasi di neracanya berdasarkan nilai pasar
obligasi. Karena itu nilai pasar obligasi akan dievaluasi (dinilai ulang atau disebut
sebagai mark to market) praktis setiap hari. Jika nilai pasar obligasi `lebih kecil dari
nilai belinya, bank tersebut merugi, dan sebaliknya. Metode pengukuran risiko
perubahan tingkat bunga yang memperhitungkan perubahan nilai pasar akan lebih
sesuai dalam situasi tersebut.
Metode jangka waktu mengukur perubahan harga pasar suatu aset akibat perubahan
tingkat bunga.
Suatu bank mempunyai neraca sebagai berikut:

Aktiva Pasiva
Obligasi jangka waktu 10 tahun Pinjaman jangka pendek, bunga 15%
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon jangka waktu 2 tahun, nilai nominal =
bunga= 15% Rp 180 juta
Obligasi jangka waktu 20 tahun
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon Modal saham Rp 2 juta
bunga= 15%
Total aset                 Rp 20 juta Total Pasiva             Rp 20juta

Misalkan tingkat bunga yang berlaku (yield) adalah 15%. Harga pasar akan
sama dengan nilai nominalnya dalam situasi ini. Bank tersebut mempunyai aktiva
sebesar Rp 20 juta. Misalkan tingkat bunga meningkat menjadi 17%, maka nilai
obligasi tersebut menjadi sebagai berikut:

Obligasi Aset 1 =   150.000         + ............... + 1.150.000          = 9.068.279


                                (1+0,17)1                               (1+0,17)10
Obligasi Aset 2 =   150.000         + ............... + 1.150.000          = 8.874.447
                                (1+0,17)1                               (1+0,17)20
Pinjaman           =   2.700.000      +    1.150.000               = 17.429.323
1 2
                                (1+0,17)               (1+0,17)

11

Neraca yang baru sesudah perubahan tingkat bunga :

Aktiva Pasiva
Oblogasi jangka waktu 10 tahun Pinjaman jangka pendek, bunga 15%
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon jangka waktu 2 tahun, nilai nominal = Rp
bunga= 15%                     Rp 9.068.279 18juta
Obligasi jangka waktu 20 tahun
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon                                 Rp 17.429.323
bunga= 15%                   Rp 8.874.447 Modal sahamRp 2 juta      Rp  513.403   
Total aset                       Rp 17.942.726 Total Pasiva                   Rp 17.942.726

Sesudah kenaikan tingkat bunga, nilai obligasinya pada asset turun. Total asset
turun dari Rp20 juta menjadi sekitar Rp17 juta. Nilai pinjaman juga ikut mengalami
penurunan, dari RP 18 juta menjadi sekitar Rp 17 juta. Penurunan nilai asset besar
dibandingkan dengan penurunan nilai pinjaman,yang mengakibatkan kerugian. Model
saham harus menanggung kerugian tersebut, akibatnya nilai saham berkurang dari
Rp2 juta menjadi 513.403. kerugian terjadi adalah sekitar RP1,5 juta.jika tingkat
bunga naik sebesar 18% maka modal saham bank tersebut menjadi negative, yang
berarti bank tersebut praktis mengalami kebangkrutan.

Bank tersebut dikatakan mempunyai ketidak sesuaian jangka waktu antara


asset dengan kewajiban (maturity mis match). Jangka waktu adalah 10 tahun dan 20
tahun, yang jauh lebih panjang dibandingkan dengan jangka waktu pinjaman (sumber
dana yaitu 2 tahun. Ketidak sesuaian jangka waktu tersebut muncul eksposur terhadap
perubahan tingkat bunga. Semakin besar ketidak sesuaian jangka waktu tersebut.
semakin besar risiko perubahan tigkat bunga yang dihadapi bank teersebut.

Jangka waktu untuk portofolio asset atau kewajiban bisa dihitung sebagai rata
– rata tertimbang dari jangka waktu asset atau kewajiban individual, dengan
pembobot adalah niali pasar dari masing – masing asset atau kewajiban tersebut.
Jangka waktu asset (maturity of assets atau MA) bisa dihitung sbb :

MA = (10 juta/20 juta) (10 tahun) + (10 juta/20 juta) (20 tahun) = 15 tahun.

12

Jangka Waktu kewajiban (maturity of liabilities atau ML) adalah 2 tahun. Gap
jangka waktu bisa sebagai :

Gap Jangka waktu = MA – ML = 15 – 2 = 13 tahun.

Semakin besar Gap jangka waktu (baik positif maupun negative), semakin
besar risiko perubahan tingkat bunga yang dihadapi oleh suatu perusahaan / bank.
Beberapa perusahaan seperti bank , biasanya secara sengaja maupun karena
karakteristik bisnisnya, mempunyai struktur asset atau kewajiban dengan gap jangka
waktu yang tidak nol. Sebagai contoh struktur neraca bank yang biasanya terjadi
adalah sbb :

Asset Pasiva
Pinjaman (asset) jangka panjang (misal Tabungan dan deposit (dengan jangka
memberikan kredit kepemilikan waktu 1 tahun)
perumahan atau KPR dengan jangka Modal saham
waktu 10 tahun),

Bank biasanya memberikan pinjaman jangka panjang dengan bunga tetap.


Untuk mendanai pinjaman tersebut, bank menerbitkan tabungan atau deposit dengan
jangka pendek. Penabung atau nasabah deposit ingin mempunyai simpanan yang bisa
sewaktu-waktu atau cepat. Dengan karakteristik semacam itu,struktur neraca bank
nampak seperti diatas. Jika bank ingin mengurangi risiko perubahan tingkat bunga,
bank bisa memperkecil gap jangka pendek. Sebagai contoh,bank bisa menurunkan
jangk waktu pinjaman , missal dari 20 tahun menjadi 10 tahun. Alternatif lain, bank
bisa meningkatka jangka waktu pinjaman, missal dengan menerbiatkan obligasi
jangka panjang dengan waktu 10 tahun. Jika bank memperkirakan tingkatan bunga
akan meningkat, bank bisa memperkecil gap jangka waktu atau membuat gap. Gap
jangka waktu bernilai negative (jangka waktu kewjaiban lebih panjang dibandngkan
dengan nilai aset). Dalam situasi tersebut, nilai kewajiban akan turun lebih cepat
dibanding dengan nilai aset. (hal yang menguntungkan bagi nilai bank).

13

Jika diperkirakan tingkat bunga akan menurun, maka bank bisa memperbesar
gap jangka waktu (jangka waktu asset lebih besar dibandingkan dengan jangka waktu
kewajiban). Jika tingkatan bunga turun, nilai asset akan meningkat lebih cepat
dibandingkan dengan peningkatan nila kewajiban (hal yang menguntungkan bagi
bank).

2. Imunisasi Dengan Metode Jangka Waktu

Jika suatu bank ingin melakukan imunisasi melalui metode jangka waktu, agar
perubahan tingkat bunga tidak akan mengakibatkan kerugian, maka bank bisa
menyamakan jangka waktu asset dengan jangka waktu kewajiban, sbb :
MA = ML atau MA – ML = 0

  Jika bank menyamakan sumberdana dengan aset maka neracanya :

Aktiva Pasiva
Obligasi jangka waktu 10 tahun Pinjaman jangka pendek, bunga 15%
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon jangka waktu 15 tahun, nilai nominal =
bunga= 15% Rp 18 juta
Obligasi jangka waktu 20 tahun Modal saham Rp 2 juta
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon
bunga= 15%
Total aset                 Rp 20 juta Total Pasiva             Rp 20juta

Misal tingkat bunga meningkat menjadi 17% nilai aset dan kewajiban yang baru :

Aktiva Pasiva
Oblogasi jangka waktu 10 tahun Pinjaman jangka pendek, bunga 15%
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon jangka waktu 15 tahun, nilai nominal =
bunga= 15%                     Rp 9.068.279 Rp 18juta
Obligasi jangka waktu 20 tahun                                        Rp 16.083.293
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon Modal saham Rp 2
bunga= 15%                   Rp 8.874.447 juta     Rp1.859.433   
Total aset                       Rp 17.942.726 Total Pasiva                   Rp 17.942.726

14

Bank bisa menekan risiko perubahan tingkat bunga dengan menyamakan


jangka waktu aset dengan jangka waktu kewajiban tetapi bank tidak bisa sepenuhnya
mengimunisasi risiko perubahan tingkat bunga. Hal ini merupakan kelemahan dari
metode jangka waktu ( maturity model )

2.5 PENGUKURAN RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA : METODE DURASI


1. Kelemahan metode jangka waktu
Imunisasi dengan menyamakan jangka waktu aset dengan jangka waktu
 

kewajiban tidak bisa sepenuhnya melindungi modal saham misal

Obligasi Perincian
A Nilai nominal Rp 1 juta, jangka waktu satu tahun, kupon
bunga= 10%, dibayarkan setiap semester
B Nilai nominal Rp 1 juta, jangka waktu satu tahun, kupon
bunga= 10%, dibayarkan setiap tahun
Obligasi A = 50.000 + 1.050.000 = 959.669
(1+0,15)0,5 (1+0,15)1

Obligasi B = 1.100.000 = 956.552


(1+0,15)1

Meskipun keduanya mempunyai jangka waktu yang sama, jika tingkat bunga
meningkat keduanya sama-sama jatuh nilainya, tetapi dengan tingkat penurunan nilai
yang berbeda.Obligasi A yang membayarkan bunga setiap tahun mengalami
penurunan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi B yang membayarkan
bunga setiap tahun.Jika diperhatikan lebih lanjut, perbedaan antara obligasi A dan B
terletak pada timing dari aliran kas.Obligasi A membayarkan 50.000 pas semester
satu dan dua (akhir tahun), sedangkan obligasi B membayarkan semua bunga sebesar
100.000 pada akhir tahun. Perbedaan tersebut mempunyai implikasi lanjutan, yaitu
naik turunnya nilai obligasi bisa berbeda jika tingkat bunga berubah
Metode durasi memperbaiki metode jangka waktu karena metode durasi
memperhitungkan timing dari setiap aliran kas

15
2. Perhitungan durasi
Durasi bisa didefinisikan sebagai rata-rata tertimbang jangka waktu aliran kas
dengan pembobot porposi present value dari setiap aliran kas tersebut.
Misal tingkat bunga yang berlaku adalah 10% durasi untuk kedua obligasi
boisa dihitung :

Wakt Obligasi A PVIF (5%) PV Kas Rata-rata tertimbang


u
(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) Jangka waktu (5)
½ 50.000 0,952381 47.619 0,0238
1 1.050.000 0,907029 952.381 0,9524
1.000.000 0,9762

Catatan: 5% adalah 10% dibagi dua, karena dibayarkan tiap semester

Waktu Obligasi B PVIF PV Kas Rata-Rata tertimbang


(1) (2) (10%) (4)=(2)x(3 Jangka waktu
(3) ) (5)
1 1.100.000 0,909091 1.000.000 1
1.000.000 1

Durasi Obligasi A
{ [ (47.619)(1.000.000) ] x (1/2)} + { [ (952.381)(1.000.000) ] x (1) = 0,9762 tahun

Durasi Obligasi B
{ [ (1.000.000)/(1.000.000)] x 1 } = 1 tahun

Meskipun kedua obligasi tersebut mempunyai jangka waktu yang sama, tetapi
durasi obligasi A lebih pendek dibandingkan dengan obligasi B. Hal itu disebabkan
karena sebagian aliran kas dari obligasi A diterima lebih awal, yaitu pada semester
pertama (periode ½) sebesar Rp 50.000

16
Misalkan kita mempunyai dua obligasi yaitu X danY dengan informasi sebagi
berikut:

Obligasi Perincian
X Nilai nominal Rp 1juta, jangka waktu lima tahun,
kupon bunga= 10%, dibayarkan setiap tahun.
Y Nilai nominal Rp 1juta, jangka waktu lima tahun,
kupon bunga= 10%, dibayarkan setiap semester
Tingkat bunga yang berlaku (yield) adalah 9%

Durasi untuk kedua Obligasi:

Tahun Aliran kas PVIF Present Value Proporsi Pv Rata-Rata


(9%) Aliran Kas tetimbang
jangka
waktu
(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) (6)=(5)x(1)
1 100.000 0,917 91.743 0,088 0,088
2 100.000 0,841 84.168 0,081 O,162
3 100.000 0,772 77.218 0,074 0,222
4 100.000 0,708 70.842 0,068 0,272
5 1.100.000 0,649 741.924 0,688 3,440
1.038.897 1 4,186

17
Perhitungan durasi obligasi Y

Tahun Aliran Kas PVIF Present Proporsi PV Rata-rata


(9%) ValueAliran Aliran Kas tertimbang
Kas jangka
waktu
(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) (6)=(5)x(1)
0,5 50.000 0,978232 48.911,6 0,039244 0,019622
1 50.000 0,955938 47.846,89 0,03839 0,03839
1,5 50.000 0,936107 46.805,36 0,037554 0,056332
2 50.000 0,91573 45.786,5 0,036737 0,073474
2,5 50.000 0,895796 44.789,82 0,035937 0,089843
3 50.000 0,876297 43.814,83 0,035155 0,105465
3,5 50.000 0,857221 42.861,07 0,03439 0,120364
4 50.000 0,838561 41.928,07 0,033641 0,134565
4,5 50.000 0,820308 41.015,38 0,032909 0,14809
5 1.050.000 0,802451 84.257,36 0,676042 3,38021
12.463,33 1 4,166355

Meskipun jangka waktu keduanya lima tahun, tetapi durasi untuk keduanya
lebih kecil dari lima tahun, karena ada aliran kas yang dibayarkan sebelum tahun
kelima. Durasi Y lebih kecil dibandingkan durasi X karena aliran kas Y lebih awal
dibayarkan ( karena dibyarkan setiap semester ) dibandingkan obligasi X

Durasi untuk obligasi tanpa kupon ( zero coupon bond atau zeroes )sama dengan
jangka waktu obligasi tersebut

Tahun Aliran Kas PVIF Present Proporsi PV Rata-rata


(9%) ValueAliran Aliran Kas tertimbang
Kas jangka
waktu
(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) (6)=(5)x(1)
1              0 0,917431            0 0 0
2 1.000.000 0,84168 841.680 1 2
841.680 1 2

18
Obligasi zeroes dengan jangka waktu dua tahun mempunyai durasi 2 tahun
Obligasi consol adalah obligasi yang tidak mempunyai jatuh tempo. Dapat dihitung
dengan :
Dc = 1 + (1/R)

3. Karateristik Durasi
 Durasi akan meningkat jika jangka waktu aset semakin panjang, menurun

jika yield meningkat dan menurun jika kupon bunga meningkat

Misalkan ada obligasi dengan karateristik yang sama persis, kecuali jangka
waktunya lebih panjang yaitu tahun 2 tahun

Tahun Aliran Kas PVIF Present Proporsi PV Rata-rata


(5%) ValueAliran Aliran Kas tertimbang
Kas jangka
waktu
(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) (6)=(5)x(1)
0,5 50.000 0,952381 47.619,05 0,047619 0,02381
1 50.000 0,907029 45.351,47 0,045351 0,045351
1,5 50.000 0,863838 43.191,88 0,043192 0,064788
2 1.050.000 0,822702 863.9837,6 0,863838 1,727675
1.000.000 1,861624

Durasi untuk obligasi tersebut adalah 1,86 tahun meningkat dari durasi sebelumnya
yaitu, 0,9672 tahun

Misalkan ada obligasi lain yang karateristiknya sama persis dengan obligasi
M, tetapi yield ( tingkat bunga yang berlaku ) meningkat menjadi 12%

Tahun Aliran Kas PVIF Present Proporsi PV Rata-rata


(6%) ValueAliran Aliran Kas tertimbang
Kas jangka
waktu
(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) (6)=(5)x(1)
0,5 50.000 0,943396 47.169,81 0,048051 0,0240
1 1.050.00 0,889996 93.4490,3 0,952949 0,9519
981.666,1 1 0,9759

19
Terlihat bahwa durasi turun dari 0,9762 tahun menjadi 0,9759 tahun.Hasil tersebut
menunjukkan bahwa jika yield menigkat, maka durasi akan menurun

Misalkan ada obligasi lain yang karateristiknya sama persis dengan obligasi
M, tetapi kupon bunganya lebih tinggi, misal 15%

Tahun Aliran Kas PVIF Present Proporsi PV Rata-rata


(5%) ValueAliran Aliran Kas tertimbang
Kas jangka
waktu
(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) (6)=(5)x(1)
0,5 75.000 0,952381 71.428,57 0,068256 0,0341
1 1.075.000 0,907029 975.056,7 0,931744 0,9318
1,046485 0,9659
Terlihat bahwa durasi turun dari 0,9762 tahun menjadi 0,9659 tahun.Hasiil tersebut
menunjukkan bahwa durasi akan semakin menurun jika kupon bunga meningkat
4. Interpretasi Ekonomi Durasi

Hubungan antara durasi dengan perubahan harga bisa dirumuskan sebagai berikur :

dP/P = - D ( dR/(1+R)

Term D/(1+R) bisa diringkas dan ditulis menjadi MD ( Modified Duration ), sehingga

dP/P = - MD . dR

Misalkan ada obligasi dengan nilai nominal Rp 1 juta, kupon bunga 10%, jangka
waktu 5 tahun. Tingkat bunga yang berlaku sama dengan kupon bunga yaitu 10%.
Misalkan tingkat bunga naik menjadi 10,01% (naik 0,1% atau naik 10 basis points
atau 10 bps), berapa perubahan harga obligasi tersebut ? Durasi obligasi tersebut
adalah 4,1699 tahun. Dengan menggunakan formula durasi, perubahan harga bisa
dihitung sebagai berikut :

dP/P = - D [ dR / (1+R) ]
dP/P = -4,1699 (0,001/(1+0,1)) = -0,003791 atau 0,3791%

20

Perubahan bunga mempunyai bentuk nonlinier, sedangkan durasi


mengasumsikan perubahan yang bersifat linier. Penyesuaian konvektivitas bisa
digunakan untuk meningkatkan akurasi metode durasi.

5. Imunisasi Dengan metode Durasi


a. Ketidaksesuaian Durasi Aset dengan Kewajiban ( Duration Mismatch )
Jika suatu bank mempunyai durasi yang berbeda antara aset dengan
kewajiban, maka bank tersebut menghadapi risiko perubahan tingkat bunga.
Semakin besar perbedaan tersebut ( nilai absolut ), maka semakin besar risiko
yang dihadapi bank tersebut. Misal :

Aktiva Pasiva
Obligasi jangka waktu 10 tahun Pinjaman jangka pendek, bunga 15%
Nominal minimal Rp 10 juta Jangka waktu 2 tahun
Kupon bunga 15% Nilai nominal Rp 18 juta
Obligasi jangka waktu 20 tahun
Nilai nominal Rp 10 juta Modal saham Rp 2 juta
Kupon bunga 15%
Total aset                              Rp 20 juta Total pasiva                          Rp 20 juta

Jika perusahaan mempunyai bebrap aset atau kewajiban, durasi


portofolio aset/kewajiban bisa dihitung seperti

DA = wl Al + ......... + wn An
DL = wl Ll + .......... + wn Ln
Durasi aset dengan demikian adalah :
DA = (10 juta/20 juta)(5,77)+(10 juta/20 juta)(7,198) = 6,48 tahun
Durasi untuk kewajiban (pinjaman jangka waktu 2 tahun) bisa dihitung dan
nilainya 1,87 tahun
Gap durasi = DA – DL = 6,48 – 1,87 = 4,61 tahun
Gap yang positif menunjukan bahwa jika tingkat bunga naik, bank akan
mengalami kerugian, sebaliknya jika gap menunjukkan angka negatif, kenaikan
tingkatn bunga akan menguntungkan banl. Semakin tinggi gap durasi, semakin
tinggi risiko perubahan tingkat bunga yang dihadapi perusahaan.

21
b. Imunisasi Modal Saham
Bank bisa melakukan imunisasi dengan cara menyamakan durasi aset dengan
durasi kewajiban

ΔE = - ( DA – DL.k ) x A x (ΔR/(1+R)

Dimana k=L/A (L=hutang, A=aset). Jika DA=DL.k maka ∆E = 0, dan dengan


demikian perubahantingkat bunga tidak akan mempengaruhi modal saham.
Kembali ke contoh tabel neraca bank di muka, dimana durasi aset adalah 6,48
tahun. Untuk mengimunisasi modal saham, bank bisa menyusun kewajibannya
agar mempunyai durasi sedemikian rupa sehingga DA = DL.k dimana k=18
juta/20 juta =0,9 . Durasi kewajiban agar persamaan tersebut terpenuhi adalah
DL = 6,48 / 0,9 = 7,1 tahun
Misalkan bank kemudian menerbitkan obligasi tanpa kupon (zeroes) dengan
jangka waktu 7,1 tahun. Supaya nilai pasar obligasi adalah Rp 18 juta (modal
saham 2 juta, dan total pasiva sama dengan total aset yaitu 20 juta), dengan
bunga adalah 15%, maka nilai nominal obligasi tersebut adalah :
Nilai pasar zeroes = Nilai nominal/(1+r)t

Nilai nominal = 18 juta x (1+0,15)7,1 = Rp 48.554.241

c. Imunisasi Rasio Modal


Jika bank ingin mengimunisasi rasio modal, maka bank akan membuat
durasi aset sama dengan durasi kewajiban

DA = DL

Dalam contoh sebelumnya, dimana durasi aset adalah 6,48 tahun, maka bank
perlu membuat durasi kewajiban menjadi 6,48 tahun juga. Misalkan bank
menerbitkan obligasi tanpa kupon, maka nilai nominal yang diperlukan adalah
(tingkat bunga implisit adalah 15%)

Nilai nominal = 18 juta x (1+0,15)6,48 = Rp 43.967.493

22

Rasio modal bank tersebut adalah 2 juta/20 juta = 0,1 atau 10%. Jika bank
ingin mempertahankan rasio tersebut, maka bank akan menyamakan durasi
aset dengan durasi kewajibannya, misal dalam hal ini adalah 6,48 tahun.
Misalkan tingkat bunga meningkat menjadi 17%. Total aset turun menjadi Rp
17.942.726. Nilai pasar kewajiban bisa dihitung menjadi :
Nilai pasar zeroes = 43.967.493 / (1+0,17)6,48 = 16.122.191
Nilai modal saham = Nilai aset – Nilai kewajiban
= 17.942.726 – 16.122.191
= 1.0820.535
Rasio modal terhadap total aset yang baru = (1.820.535) / (17.942.726) =
0,10146, atau 10,15%. Rasio tersebut sama dengan rasio sebelumnya (selisih
karena pembulatan). Dengan kata lain, rasio modal bisa diimunisasi dari
perubahan tingkat bunga.

23

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Risiko suku bunga merupakan exposur kondisi keuangan suatu bank terhadap
pergerakan suku bunga yang merugikan. Menerima risiko tersebut merupakan bagian
yang normal dari bisnis bank, dan dapat merupakan bagian yang penting dalam
menciptakan keuntungan dan peningkatan nilai saham. Jika risiko tersebut tidak dikelola
dengan baik, risiko tersebut bisa mengakibatkan kerugian yang signifikan bagi
perusahaan (khususnya bank). Risiko perubahan tingkat bunga bisa mengakibatkan
ketidakpastian pendapatan bunga dan ketidakpastian harga pasar. Ketidakpastian
pendapatan bunga terjadi karena bunga investasi (pendapatan) atau bunga pendanaan
(biaya) bisa berubah dengan arah yang tidak diharapkan, sehingga mengakibatkan
kerugian. Ketidakpastian harga pasar terjadi karena perubahan bunga bisa
mengakibatkan perubahan harga pasar, khususnya penurunan harga pasar (kerugian).Ada
beberapa metode untuk mengukur perubahan risiko bunga, yaitu metode penilaian
kembali, metode jangka waktu, dan metode durasi. Metode pertama berbasis perubahan
pendapatan. Metode jangka waktu dan durasi berbasis perubahan harga pasar. Metode
durasi memperbaiki kelemahan metode jangka waktu dalam pengukuran risiko
perubahan tingkat bunga. Jika metode jangka waktu hanya memperhatikan saat jatuh
tempo suatu instrumen keuangan, maka metode durasi memperhatikan timing dari semua
aliran kas yang akan diterima oleh perusaan.Imunisasi bisa dilakukan dengan
menyamakan durasi antara aset dan kewajiban.

24

DAFTAR PUSTAKA

Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014 ), 127-151

Anda mungkin juga menyukai