Anda di halaman 1dari 1

Fakhril M A F

XII MIPA A / 15

KD 4.11

Literasi rendah, mau kemana Indonesia?

Dibandingkan negara-negara lain di dunia, tingkat literasi anak-anak dan orang


dewasa di Indonesia tergolong rendah. Sebut saja, alokasi waktu membaca orang Indonesia
per hari rata-rata hanya 30-59 menit. Masih kurang dari satu jam. Sedangkan, jumlah buku
yang dibaca tuntas per tahun rata-rata hanya 5-9 buku (Perpusnas, 2017). Penyebab rendah
minat dan kebiasaan membaca itu antara lain kurangnya akses, terutama untuk di daerah
terpencil. Hal itu merupakan salah satu yang terungkap dari Indeks Aktivitas Literasi
Membaca (Alibaca) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Dimensi kecakapan bisa dilihat dari indikatornya berupa bebas buta aksara dan rata-
rata lama sekolah, sedangkan dimensi akses, terdiri dari perpustakaan daerah, perpustakaan
umum, perpustakaan komunitas, dan perpustakaan sekolah. Kemudian, untuk dimensi
alternatif ini selain yang konvensional, yaitu penggunaan internet, membaca daring, dan
media online. Adapun dimensi budaya dimaknai sebagai bagian dari kebiasaan membaca,
misalnya meminjam buku di perpustakaan, memanfaatkan taman bacaan, serta membaca
koran dan buku.

Selain akses buku yang terbatas dan teknologi, membaca buku belum menjadi gaya
hidup bagi semua orang. Kegiatan membaca buku selalu dikaitkan dengan sesuatu yang
serius dan membosankan. Selain itu, kita tidak pernah diperkenalkan kepada buku sejak dini,
baik itu oleh orang tua di rumah maupun di sekolah. Sekolah hanya memperkenalkan buku-
buku pelajaran. Seharusnya, teknik penyampaian pelajaran kepada murid bisa diselipi dengan
hadirnya buku dongeng yang ada saat ini agar dari kecil kita terbiasa untuk senang membaca.
Maka dari itu, yuk mulai berpikir bagaimana menumbuhkan minat baca jangka panjang.
diharapkan masalah keterbatasan akses bisa dikurangi dan penyebaran buku lebih merata
sehingga mampu menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca bagi anak-anak di berbagai
daerah.

Anda mungkin juga menyukai