Anda di halaman 1dari 5

Mekanisme penyusutan harta berwujud telah diatur dalam pasal 11 UU PPh.

Metode penyusutan harta berwujud yang diperbolehkan dalam UU PPh


dibagi menjadi dua, yaitu metode garis lurus (straight-line method) sesuai
pasal 11 ayat (1) dan metode saldo menurun (declining balance method)
seuai pasal 11 ayat (2).

Harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode


garis lurus, sedangkan harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan
melalui metode garis lurus atau saldo menurun.

Baca Juga: Penyebab Bukti Pot/Put PPh Unifikasi Tetap Perlu Dibuat Meski
Nihil
Penghitungan penyusutan harta berwujud harus mengacu pada masa manfaat
dan tarif penyusutan yang diatur dalam pasal 11 ayat (6) UU PPh sebagai
berikut:

Adapun pengelompokkan harta berwujud bukan bangunan sesuai dengan


masa manfaatnya diatur dalam pasal 11 ayat (11) UU PPh yang didelegasikan
ke dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 96/PMK.03/2009 tentang Jenis-
Jenis Harta yang Termasuk dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan
Bangunan untuk Keperluan Penyusutan. Jenis-jenis harta berwujud bukan
bangunan pada Kelompok 1 s.d. Kelompok 4 diatur dalam Lampiran I –
Lampiran IV PMK ini.

Baca Juga: Soal Insentif PPnBM Mobil Baru, Begini Pendapat Konsumen


Selanjutnya, pasal 11 ayat (3) UU PPh mengatur bahwa penyusutan dimulai
pada bulan dilakukannya pengeluaran (perolehan harta berwujud), kecuali
untuk harta berwujud yang masih dalam proses pengerjaan, di mana
penyusutannya baru dimulai pada saat selesainya pengerjaan harta berwujud
tersebut.

Namun demikian, melalui pasal 11 ayat (4) UU PPh, wajib pajak diberikan
keleluasaan untuk melakukan penyusutan pada saat harta berwujud
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau
pada saat bulan di mana harta tersebut mulai menghasilkan – yaitu bulan
mulai berproduksi – sepanjang melalui persetujuan Dirjen Pajak.

Pada praktiknya, perusahaan mempunyai justifikasi tersendiri dalam


menentukan masa manfaat atas harta berwujud yang diperolehnya. Masa
manfaat yang ditentukan dapat berbeda dengan masa manfaat yang diatur
dalam pasal 11 ayat (6) UU PPh.

Baca Juga: Dua Bentuk Formulir SPT Masa PPh Unifikasi


Oleh karena itu, perhitungan penyusutan harta berwujud tersebut perlu
dilakukan rekonsiliasi secara fiskal terlebih dahulu untuk mendapatkan
penyusutan harta berwujud yang sesuai dengan pasal 11 UU PPh. Perhatikan
contoh kasus berikut ini.

Contoh Kasus

PT Jaya Selalu Armada bergerak dalam bidang usaha pengiriman barang.


Dalam laporan keuangan 2019, diketahui nilai perolehan, masa manfaat, nilai
buku dan penyusutan harta berwujud yang dimiliki adalah sebagai berikut
(penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus):

Baca Juga: Memaknai Perlakuan PPh Lembaga Sosial Keagamaan dalam UU


Cipta Kerja
Pertanyaannya, berapa biaya penyusutan yang dapat dibebankan oleh PT Jaya
Selalu Armada dalam tahun pajak 2019? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, perlu dilihat kembali Lampiran I – Lampiran IV PMK 96/2009 agar
mengetahui masa manfaat dari harta berwujud PT Jaya Selalu Armada.
Dengan demikian, didapatkan keterangan sebagai berikut:

1. Meja kantor merupakan harta berwujud bukan bangunan yang termasuk


dalam kelompok I sesuai Lampiran I PMK 96/2009, sehingga mempunyai
masa manfaat selama 4 tahun dengan tarif penyusutan 25%;
2. Laptop merupakan harta berwujud bukan bangunan yang termasuk
dalam kelompok I sesuai Lampiran I PMK 96/2009, sehingga mempunyai
masa manfaat selama 4 tahun dengan tarif penyusutan 25%;
3. Mobil pikap merupakan harta berwujud bukan bangunan yang
termasuk dalam kelompok II sesuai Lampiran I PMK 96/2009, sehingga
mempunyai masa manfaat selama 8 tahun dengan tarif penyusutan 12,5%;
4. AC kantor merupakan harta berwujud bukan bangunan yang termasuk
dalam kelompok II sesuai Lampiran I PMK 96/2009, sehingga mempunyai
masa manfaat selama 4 tahun dengan tarif penyusutan 12,5%; dan
5. Gedung kantor merupakan harta berwujud bangunan permanen,
sehingga mempunyai masa manfaat 20 tahun dengan tarif penyusutan 5%.

Selanjutnya, penghitungan penyusutan harta berwujud PT Jaya Selalu


Armada dalam tahun pajak 2019 secara fiskal adalah sebagai berikut:
Baca Juga: Atpetsi Gelar Webinar Soal Pengisian SPT Tahunan PPh Orang
Pribadi
Meja kantor:
Penyusutan tahun pajak 2019 = 3/12 x 25% x Rp60.000.000
= Rp3.750.000 (karena masa manfaatnya habis di tahun pajak 2019)

Laptop:
Penyusutan tahun pajak 2019 = 25% x Rp120.000.000
= Rp30.000.000

Mobil pikap:
Penyusutan tahun pajak 2019 = 12,5% x Rp320.000.000
= Rp40.000.000

Baca Juga: Tujuan Pemungutan dan Karakteristik Objek Cukai


AC kantor:
Penyusutan tahun pajak 2019 = 12,5% x Rp30.000.000
= Rp3.750.000

Gedung kantor:
Penyusutan tahun pajak 2019 = 5% x Rp1.000.000.000
= Rp50.000.000

Dengan demikian, rekonsiliasi fiskal atas biaya penyusutan harta berwujud


PT Jaya Selalu Armada adalah sebagai berikut:

Baca Juga: Wah, Negara Bagian Ini Bakal Hapus PPh OP dalam 10 Tahun
Dengan demikian, biaya penyusutan harta berwujud PT Jaya Selalu Armada
secara fiskal untuk tahun pajak 2019 adalah senilai Rp127.500.000.*

Anda mungkin juga menyukai