Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KULIAH

TEKNOLOGI GAS ALAM

Giammarco Vetrocoke

Disusun Oleh :

Ruri Lintang Sari (1909066021)


Dwi Arum Nitami (1909066029)
M. Faisal Akbar (1909066039)

TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2020
Proses sweetening adalah salah suatu proses purifikasi yaitu memisahkan gas – gas
asam (sour gas) seperti hidrogen sulfida, karbon dioksida dan sulfur elementer lainnya
dari dalam gas alam. Gas yang keluar dari proses ini biasa disebut sweet gas, oleh
karena itu proses pemurnian ini disebut proses gas sweetening.

Hidrogen sulfida (H2S) dalam gas harus dihilangkan karena :

1. Segi kualitas, bila kandungan gas Hidrogen sulfida tinggi, akan menurunkan
nilai kalori dari gas alam. Hal ini akan berpengaruh terhadap panas pembakaran
dari produk yang dihasilkan, misalnya CNG, LPG dan LNG. Disamping itu gas
H2S bersifat korosif, akan merusak peralatan proses, sehingga menambah beaya
pemeliharaan.
2. Segi proses pengolahan, bila kandungan H2S di dalam gas alam tinggi, karena
sifatnya yang korosif maka akan merusak peralatan proses. Gas H 2S karena
sifatnya berbau sehingga menimbulkan bau pada produk yang dihasilkan.
3. Segi kemanan, H2S harus dipisahkan dalam gas bumi karena merupakan
sebuah zat yang beracun, gampang terbakar (flammable) dan juga bersifat
korosif. H2S tidak berwarna dan jika dibakar akan bereaksi untuk membentuk
SO2 yang merupakan gas polutan yang bisa menyebabkan hujan asam. Maka
dari itulah, keberadaan H2S dalam gas alam harus dikurangi seminimal
mungkin. Biasanya gas alam yang telah diproses, treated gas/ sweet
gas, memiliki kandungan H2S berkisar antara angka 10-100 ppm volume.

CO2 juga harus dikurangi karena bisa menyebabkan berkurangnya nilai bakar
(heating value) sehingga gas tidak dapat menghasilkan energi yang optimal ketika
dibakar. Dan juga jika CO2 bereaksi dengan H2O akan membentuk H2CO3 yang dapat
menjadi plug dan menyumbat pipa unit pengolahan.

Proses penghilangan CO2 dan H2S secara umum dapat digolongkan menjadi Proses
absorpsi kimia, absorpsi fisika, absorpsi hibrida (fisika-kimia), proses adsorpsi, dan
proses pemisahan secara fisika yang terbaru dengan menggunakan teknologi membran.
Absorpsi kimia

absorpsi adalah pemisahan suatu gas tertentu dari campuran gas-gas dengan cara
transfer massa ke dalam suatu pelarut liquid. Hal ini dilakukan dengan cara mengontak
aliran dengan liquid yang mempunyai selektifitas pelarut yang berbeda dari gas yang
dipisahkan. Untuk absorpsi kimia, transfer massanya dilakukan dengan bantuan reaksi
kimia.

Suatu pelarut kimia yang berfungsi sebagai absorben aka bereaksi dengan gas asam
(H2S dan CO2) menjadi senyawa lain, sehingga gas alam yang dihasilkan sudah tidak
lagi mengandung gas asam. Pada sistem absorpsi kimia, penurunan temperatur akan
mengurangi banyaknya gas kontaminan yang akan dihilangkan, karena laju
dissolusinya sangat ditentukan oleh laju reaksi dalam fasa liquid.

Salah satunya dengan proses Giammarco Vetrocoke. Proses ini dikembangkan oleh G.
Giammarco of SPA Vetrocoke Italia, untuk memisahkan H 2S dan CO2. Proses ini
menggunakan larutan potasium carbonat dengan aktivator arsenik. Pada mulanya
proses Giammarco-Vetrocoke digunakan untuk mengabsorb hidrogen sulfida dari
aliran gas dengan cara mereaksikannya dengan larutan yang mengandung arsenik
trioksida dimana solvent tersebut bersifat beracun.

Macam-macam pengaplikasian prosesnya :

1) Proses pemisahan CO2 dari gas-gas yang bebas H2S dengan regenerasi
menggunakan steam.
2) Proses pemisahan selektif H2S dan merubahnya menjadi sulfur bebas dengan
regenerasi menggunakan udara.
3) Proses kombinasi dari kedua proses di atas untuk pemisahan H sS dan CO2.
Kedua proses pemisahan tersebut adalah berdasarkan pada absorpsi gas-gas asam
dengan larutan alkali yang mengandung aditif untuk mempercepat absorpsi dan
desorpsi. Larutan pengolahan tidak korosif, dan suhu operasi berkisar 75 - 300 oF. Pada
proses pemisahan H2S larutan reagensia terdiri dari natrium atau kalium karbonat yang
mengandung campuran arsenit dan arsenat. Gas-gas yang diolah berasal dari sumur
dirancang dapat membersihkan H2S kurang dari 1 ppm. H2S mula-mula diserap dengan
mereaksikannya dengan arsenit, senyawa hasil reaksi kemudian dirubah menjadi
monotioarsenat melalui reaksi dengan arsenat. Dekomposisi menjadi sulfur elementer
dan konversi arsen bervalensi 3 menjadi valensi 5 dapat dilakukan dengan hembusan
udara atau suatu kombinasi asidifikasi dengan CO2 dan hembusan udara. Pemilihannya
tergantung pada persyaratan-persyaratan proses. Sulfur dapat dipisahkan dengan
filtrasi atau flotasi.

CO2 udara keluar


Absorber
H2S

Regenerator
Asidifi-
kator
air
umpan
Filter
gas Digester
S udara masuk
H2S
CO2
Absorber
CO2
Dehumidator
Regenerator

Flash
Drum
steam

Saturator
udara

air

Gambar Proses kombinasi Giammarco Vetrocoke


Proses Giammarco-Vetrocoke menggunakan larutan Potassium carbonate

Proses menggunakan potassium karbonat ini digunakan untuk menghilangkan H2s


dari gas. Prinsip utama dari proses ini adalah dengan reaksi kimia antara potassium
karbonat dengan acid gas, yaitu :

Proses ini berlaku pada aliran gas dengan tekanan parsial CO2 tinggi dan tidak berlaku
untuk aliran gas yang hanya mengandung kontaminan H2S. Konfigurasi dari aliran
proses yang terjadi hampir sama dengan proses amine, yaitu dengan menggunakan
kolom absorben sebagai contactor dan tripper sebagai regenerator. Proses ini
menggunakan kolom absorben dan regenerator yang dioperasikan pada suhu yang
tinggi umumnya pada range 110-115℃ (230-240℉).

Proses adsorption CO2, dalam konfigurasi industri yang paling sederhana, terdiri dari
satu kolom absorben (absorber), di mana CO2 dicuci dari gas sintesis di bawah tekanan,
oleh aliran arus balik dari larutan berair yang mengandung Potasium Karbonat utama
dan satu kolom regenerasi (stripper), di mana larutan berair mengandung Potasium
Bikarbonat utama dikurangi tekanannya dan dipanaskan sampai titik didih
menghasilkan uap yang digunakan untuk arus balik CO2 dari solusi keluar dari absorber
Gambar proses GV-dengan larutan potassium karbonat

Anda mungkin juga menyukai