Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................................2
1.3 Tujuan .........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Uraian kasus pemerkosaan oleh FRD kepada YAT di Gunung
Singgalang....................................................................................................4
2.2. Analisis kasus pemerkosaan oleh FRD kepada YAT di Gunung
Singgalang ditinjau dari perspektif ilmu viktimologi..................................5
2.3. Analisis kasus pemerkosaan oleh FRD kepada YAT di Gunung
Singgalang ditinjau dari perspektif ilmu kriminologi..................................6
2.4. Analisis kasus pemerkosaan oleh FRD kepada YAT di Gunung
Singgalang berdasarkan Pasal 286 KUHP..................................................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................10
3.2 Saran.............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................iii

I
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD’45, mengatur
setiap tingkah laku warga negaranya tidak terlepas dari segala peraturan-peraturan yang
bersumber dari hukum. Negara hukum menghendaki agar hukum senantiasa harus
ditegakkan, dihormati dan ditaati oleh siapapun juga tanpa ada pengecualian. Hal ini
bertujuan menciptakan keamanan, ketertiban, kesejahteraan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Dalam hal upaya terciptanya penegakan hukum yang
baik, maka khususnya dalam hal penegakan hukum pidana ada ilmu viktimologi dan
ilmu kriminologi yang sangat berperan penting untuk dipelajari dan dipahami untuk
mengenal klasifikasi korban dan pelaku tindak pidana sebagai salah satu dari objek
hukum pidananya itu sendiri.
Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan dari
berbagai aspek. Nama kriminologi pertama kali dikemukakan oleh P.Topinard (1830-
1911), seorang ahli antropologi Perancis. Kriminologi terdiri dari dua suku kata yakni
kata crime yang berarti kejahatan dan logos yang berarti ilmu pengetahuan,maka
kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan. 1 Sedangkan viktimologi, berasal dari
bahasa latin victima yang berarti korban dan logos yang berarti ilmu. Secara
terminologis, viktimologi berarti suatu studi yang mempelajari tentang korban
penyebab timbulnya korban dan akibatakibat penimbulan korban yang merupakan
masalah manusia sebagai suatu kenyataan sosial.2
Dari beragam banyaknya jenis tindak pidana, tindak pidana pemerkosaan
merupakan perbuatan pidana yang dampaknya dapat merusak masadepan seseorang dan
selain mendapatkan luka fisik, namun juga mendpatkan luka psikologi yang tidak
mudah untuk disembuhkan bahkan dapat menimbulkan rasa terauma yang begitu berat
bagi korban serta tidak jarang juga korban perkosaan yang nekat bunuh diri karna
saking depresinya atas hal yang telah menimpa dirinya. Perkosaan (rape) berasal dari

1
1A. S. Alam, 2010, Pengantar Kriminologi. Refleksi. Makassar, hlm. 1
2
Rena Yulia, Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, Graha Ilmu, Yogyakarta,
2010, hlm 43.

1
bahasa latin rapere yang berarti mencuri, memaksa, merampas. Perkosaan adalah suatu
usaha

2
2

untuk melampiaskan nafsu seksual yang dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap
perempuan dengan cara yang dinilai melanggar menurut moral dan hukum. 3 Salah satu
kasus pemerkosaan yang terjadi di Indonesia adalah peristiwa yang terjadi pada Selasa
(18/9) kepada seorang gadis 19 tahun pendaki Gunung Singgalang, berakhir tragis.
YAT yang saat itu kelelahan usai badai menerjang tidak berdaya melawan perlakuan
RFD kepadanya. Kasus pemerkosaan terungkap setelah pihak rumah sakit menemukan
cairan sperma di celana dalam korban. Mirisnya, nyawa YAT tidak tertolong.Polisi
telah mengamankan terduga pelaku yang berinisial RFD. Namun, polisi masih
menyelidiki apakah korban meninggal karena diperkosa atau ada sebab lainnya.4 Maka
dari hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk menuangkan suatu karya ilmiah dalam
bentuk makalah dengan judul “KAJIAN KRIMINOLOGI DAN VIKTIMOLOGI
TERHADAP KASUS PEMERKOSAAN OLEH FRD KEPADA YAT DI GUNUNG
SINGGALANG DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 286 KUHP”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan judul diatas, maka penulis mengidentifikasikan permasalahan pada


tulisan ini yaitu :

a. Bagaimanakah analisis kasus pemerkosaan oleh FRD kepada YAT di Gunung


Singgalang ditinjau dari perspektif ilmu viktimologi?
b. Bagaimanakah analisis kasus pemerkosaan oleh FRD kepada YAT di Gunung
Singgalang ditinjau dari perspektif ilmu kriminologi?
c. Bagaimanakah analisis kasus pemerkosaan oleh FRD kepada YAT di Gunung
Singgalang dihubungkan dengan Pasal 286 KUHP?

1.3. Tujuan

Berdasarkan identifikasi diatas, maka tujuan dari dibuatnya tulisan ini yaitu :

a. Untuk mengetahui analisis kasus pemerkosaan oleh FRD kepada YAT di Gunung
Singgalang ditinjau dari perspektif ilmu viktimologi.
b. Untuk mengetahui analisis kasus pemerkosaan oleh FRD kepada YAT di Gunung
Singgalang ditinjau dari perspektif ilmu kriminologi.

3
http://eprints.walisongo.ac.id/1405/3/072211022_Bab2.pdf
4
https://www.batamnews.co.id/berita-38167-fakta-di-balik-pendaki-diperkosa-di-gunung-
singgalang.html
3

c. Untuk mengetahui analisis kasus pemerkosaan oleh FRD kepada YAT di Gunung
Singgalang dihubungkan dengan Pasal 286 KUHP.
BAB II
PEMBAHASAN
2.
2.1. Uraian kasus pemerkosaan oleh FRD kepada YAT di Gunung Singgalang

YAT, RFD, RB, FZ, dan FK pada hari Sabtu (Sabtu (15/9/2018) bersama-sama
mendaki Gunung Singgalang. Mereka berangkat dari rumah sekitar pukul 23.00 WIB.
Esok harinya, kelima sahabat tersebut sampai di cadas gunung untuk beristirahat
sejenak. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan menuju Telaga Dewi. FK yang
merupakan pacar YAT terus mendampingi kekasihnya karena mulai ada tanda-tanda
cuaca buruk di Gunung Singgalang. Sesampainya di Telaga Dewi, sekitar pukul 15.00
WIB, badai pun datang. Kelimanya memutuskan untuk turun. Saat itu kondisi YAT
sudah lemas karena kelelahan. Melihat itu, FK dan dua rekannya memutuskan untuk
mencari bantuan untuk mengevakuasi YAT. RFD pun diberi tugas menjaga YAT yang
saat itu kondisinya sudah sangat lemas.“Bukannya menjaga, malah pelaku menyetubuhi
korban dalam kondisi lemas tak berdaya. Kata pelaku, dia nekat menyetubuhi korban
karena bernafsu melihat korban dalam kondisi lemas tersebut," kata AKP Julianson SH,
Kasatreskrim Polres Padang Panjang, Jumat (21/9/2018). Setelah RFD selesai
menyetubuhi korban yang lemas tak berdaya, pertolongan pun datang. YAT segera
dievakuasi untuk mendapatkan perawatan di RSUD Padang Panjang. Saat pemeriksaan
tersebut, perawat rumah sakit menemukan cairan sperma di celana dalam korban. Pihak
rumah sakit segera melaporkan ke polisi. Setelah itu, polisi segera datang ke rumah
sakit dan mengamankan empat pria termasuk FK yang merupakan kekasih korban
untuk dimintai keterangan. Dalam pemeriksaan tersebut, keluarga korban pun datang
untuk melihat kondisi YAT. "Keempat rekan korban kemudian diperiksa penyidik. Dari
pemeriksaan itulah diketahui ternyata inisial RFD telah menyetubuhi korban secara
paksa. Kemudian pada Rabu kemarin setelah diperiksa, pelaku langsung ditahan
sebagai tersangka," ungkapnya.

Polisi akhirnya menahan RFD karena ia diduga melakukan pemerkosaan kepada


YAT di Gunung Singgalang. Kasus tersebut terkuak saat pihak RSUD Padang Panjang
melaporkan kecurigaan akan adanya tindak perkosaan terhadap YAT. "Pelaku kami
tahan karena pihak keluarga tidak terima dengan perbuatan bejat pelaku kepada korban,
setelah mengetahui adanya cairan sperma di celana dalam korban," pungkas Julianson.

4
YAT diduga diperkosa RFD dalam kondisi lemas karena kelelahan setelah menerjang
badai di Gunung Singgalang. Pelaku pun sudah mengakui telah memerkosa korban saat

5
5

kondisi korban lemas dan tak berdaya. "Benar, pelaku sudah ditahan dan dikenai Pasal
286 KUHP tentang Persetubuhan dengan ancaman pidana penjara maksimal 9 tahun,"
kata Julianson, Jumat (21/9/2018) Namun, penyebab pasti meninggalnya YAT masih
misteri. Polisi menunggu hasil autopsi. Apabila ada penyebab lain, maka pelaku
terancam pasal berlapis. "Kami tunggu dulu hasil autopsinya dari RS Bhayangkara.
Kalau memang (penyebabnya) karena diperkosa, maka akan ada pasal berlapis," ujar
dia.5

2.2. Analisis kasus pemerkosaan oleh FRD kepada YAT di Gunung Singgalang ditinjau dari
perspektif ilmu viktimologi
Menurut J.E. Sahetapy, viktimisasi adalah penderitaan, baik secara fisik maupun
psikis atau mental berkaitan dengan perbuatan pihak lain.6 Berdasarkan 5 paradigma
yang telah diungkapkan oleh J.E. Sahetapy, kasus pemerkosaan oleh FRD kepada YAT
di Gunung Singgalang termasuk kepada golongan viktimisasi keluarga, seperti
perkosaan, penyiksaan, terhadap anak dan istri dan menelantarkan kaum manusia lanjut
atau orang tuanya sendiri. Selanjutnya dalam kajian viktimologi terdapat presfektif
dimana korban bukan saja bertanggung jawab dalam kejahatan itu sendiri tetapi juga
memiliki keterlibatan dalam terjadinya kejahatan. Menurut Stephen Schafer,ditinjau
7
dari persfektif tanggung jawab korban itu sendiri mengenal 7 (tujuh) bentuk,
kemudian dari 7 hal tersebut ada dua bentuk yang dapat dianalisiskan kedalam kasus
ini, yaitu Participating Victims yang hakikatnya perbuatan korban tidak disadari dapat
mendorong pelaku melakukan kejahatan dan Biologically Weak Victim yang dimana
kejahatan disebabkan adanya keadaan fisik korban seperti wanita, anak-anak, dan
manusia lanjut usia (manula) merupakan potensial korban kejahatan.
Tinjauan berdasarkan Participating Victims dalam kasus pemerkosaan oleh FRD
kepada YAT di Gunung Singgalang ini adalah karena sesuai dengan pengertiannya
bahwa dengan partisipasinya YAT sebagai wanita dalam mengikuti kegiatan berkemah
dengan beberapa orang pria tentu akan menimbulkan bibit-bibit tindak pidana
pemerkosaan terutama melihat dari segi kondisi pegunungan yang sepi dan berhawa
dingin tentu itu hal tersebut dapat memicu prilaku nakal yang ada dalam pribadi pelaku
5
https://www.batamnews.co.id/berita-38167-fakta-di-balik-pendaki-diperkosa-di-gunung-
singgalang.html
6
Muhadar, Viktimisasi Kejahatan Pertanahan, LaksBang PRESSindo, Yogyakarta, 2006, hlm 22.
7
Lilik Mulyadi, Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi dan Viktimologi, Djambatan, Denpasar,
2007, hlm 124.
6

yang mungkin saja tadinya hanya hayalan, namun karena melihat situasi tempat yang
mendukung ditambah dengan tidak ada saksi yang melihat dan kondisi korban yang
lemah, sehingga akhirnya akan timbul rasa keberanian dalam diri pelaku karena faktor-
faktir situasi tadi yang telah disebutkan sangat mempengaruhi dan mendukung. Namun
sepertinya korban mungkin tidak menyadari akan situasi hal tersebut karena merasa
percaya di damping kekasihnya dan juga yang bersamanya merupakan teman-temannya
atau teman dari kekasihnya. Aspek ini pertanggungjawaban sepenuhnya ada pada
pelaku. Selanjutnya pada kasus tersebut termasuk kepada Biologically Weak Victim
yang sudah jelas kondisi fisik korban ini adalah seorang wanita yang sedang dalam
kondisi kelelahan, maka secara otomatis jika dilawan kan dengan pelakunya ini seorang
pria, dari segi perlawananya pun fisik pelaku lebih kuat daripada fisik korban. Sehingga
ditinjau dari aspek pertanggungjawabannya terletak pada masyarakat atau pemerintah
setempat karena tidak dapat memberi perlindungan kepada korban yang tidak berdaya.
Yang seharusnya di tempat wisata berkemah itu di pantau dan dibuatkan aturan untuk
menjaga keamanan para wisatawan.

2.3. Analisis kasus pemerkosaan oleh FRD kepada YAT di Gunung Singgalang ditinjau dari
perspektif ilmu kriminologi
Sutherland merumuskan kriminologi sebagai keseluruhan ilmu pengetahuan yang
bertalian dengan perbuatan jahat sebagai gejala sosial (The body of knowledge
regarding crime as a social phenomenon). Kriminologi mencakup proses-proses
perbuatan hukum, pelanggaran hukum dan reaksi atas pelanggaran hukum.8 Selanjutnya
meninjau dari pernyataan Sue Titus Reid yang menyatakan bahwa kejahatan adalah
suatu perbuatan yang disengaja (intentional act) maupun kelalaian (oomission) yang
melanggar hukum pidana tertulis maupunputusan hakim yang dilakukan oleh seorang
yang bukan pembelaan atau pembenaran dan diancam dengan sanksi oleh Negara
sebagai kejahatan maupun pelanggaran, menurutnya ciri-ciri kejahatan adalah sebagai
berikut:
a. Kejahatan adalah suatu tindakan yang dilakukan secara sengaja, dalam pengertian
ini seseorang tidak dapat dihukum hanya karena pikirannya, melainkan harus ada
suatu tindakan atau kealpaan dalam bertindak. Kegagalan untuk bertindak dapat juga
merupakan kejahatan, jika terdapat suatu kewajiban hukum untuk bertindak dalam
keadaan tertentu, disamping itu juga harus ada niat jahat.
8
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2001. Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 3.
7

b. Merupakan pelanggaran hukum pidana.


c. Dilakukan tanpa adanya suatu pembelaan atau pembenaran yang diakui secara
hukum.
d. Diberi sanksi oleh Negara sebagai suatu kejahatan atau pelanggaran
Jika melihat dari pernyataan Sue Titus Reid maka dapat ditarik satu kesimpulan
pada kasus pemerkosaan oleh FRD kepada YAT di Gunung Singgalang adalah suatu
bentuk kejahatan karena secara kriteria diatas pun terhadap apa yang telah dilakukan
oleh FRD sudah tergolong kepada Tindakan kejahatan dengan mengingat bahwa
tidakannya ini disengaja untuk memperkosa dan berhasil memperkosa, lalu merupakan
suatu pelanggaran hukum pidana karena jelas melanggar ketentuan yang diatur dalam
Pasal 286 KUHP, selanjutnya belum ada atau bahkan memang tidak ada satupun bentuk
pembenaran dari kacamata hukum atas Tindakan pemerkosaan yang dilakukan oleh
FRD ini kepada YAT dan negara pun melalui Pasal 286 KUHP telah memberikan
sanksi bagi siapa saja tanpa dikecualikan yang telah melanggar pasal tersebut.
Abdulsyani menjelaskan bahwa kejahatan dapat dilihat dalam berbagai aspek, yaitu :
aspek yuridis, aspek sosial, dan aspek ekonomi. Aspek yuridis artinya seseorang
dianggap berbuat kejahatan jika ia melanggar peraturan atau undang-undang pidana dan
dinyatakan bersalah oleh pengadilan serta dijatuhi hukuman. Aspek sosial artinya
bahwa sesorang dianggap berbuat kejahatan jika ia mengalami kegagalan dalam
menyesuaikan diri atau berbuat menyimpang dengan sadar atau tidak sadar dari norma-
norma yang berlaku di masyarakat sehingga perbuatannya tidak dapat dibenarkan oleh
masyarakat yang bersangkutan. Aspek ekonomi berarti seseorang dianggap berbuat
kejahatan jika ia merugikan orang lain dengan membebankan kepentingan ekonominya
kepada masyarakat sekelilingnya sehingga ia dianggap sebagai penghambat atas
kebahagiaan orang lain.9
2.4. Analisis kasus pemerkosaan oleh FRD kepada YAT di Gunung Singgalang berdasarkan
Pasal 286 KUHP
Menurut Soetandyo Wingnjosoebroto bahwa “perkosaan” adalah suatu usaha
melampiaskan hawa nafsu seksual oleh seorang laki-laki terhadap seorang perempuan
dengan cara menurut moral dan/atau hukum yang berlaku adalah melanggar hukum.
Salah satu kajian yang akan disajikan oleh penulis adalah perkosaan dalam perspektif
Pasal 286 KUHP. Kctentuan Pasal 286 KUHP menyebutkan bahwa:

9
Ende Hasbi Nassarudin, 2016, “Kriminologi” , Bandung, CV. Pustaka Setia, hlm 115
8

“Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan,


padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau
tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
tahun”.

Berdasarkan isi ketentuan pasal tersebut penulis menckankan pada formulasi


tidak berdaya dalam tindak pidana perkosaan tersebut. Makna tidak berdaya
sebagaimana dikemukakan oleh R. Soesilo bahwa pingsan dan berdaya sama dengan
rumusan dalam Pasal 89 KUHP.
“Pingsan artinya tidak ingat atau tidak sadar akan dirinya, misalnya memberi
racun, obat-obatan atau lainnya sehingga orang tersebut tidak ingat lagi. Orang
yang pingsan tidak dapat mengetahui apa yang terjadi akan dirinya. Tidak
berdaya artinya tidak mempunyai kekuatan atau tenaga sama sekali sehingga
tidak dapat mengadakan perlawanan sedikitpun. Orang yang berdaya masih
dapat mengetahui apa yang terjadi atas dirinya.”

Penggunaan frasa tidak berdaya oleh pertimbangan hakim masih banyak


diterjemahkan secara terbatas, karena orang yang memiliki keterbelakangan mental
masuk dalam kategori tidak berdaya tersebut. Wanita yang dalam keadaan tidak
berdaya karena memiliki keterbelakangan mental sehingga tidak dapat berpikir seperti
layaknya orang dewasa pada umumnya yang berakibat pada tidak mengertinya wanita
tersebut atas apa yang diperbuatnya pada prinsıpnya dapat dikategorikan sebagai orang
yang "tidak berdaya".10 Dengan uraian di atas, maka cukup kuat bagi polisi menerapkan
Pasal 286 KUHP kepada FRD selaku pelaku pemerkosa YAT. Karena jika ditarik
unsur-unsurnya yaitu :
a. Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan, yaitu dimana
saat FRD memaksakan kehendak untuk melakukan hubungan “sex” atau hubungan
biologis yang layaknya dilakukan oleh seorang suami istri kepada YAT, sedangkan
diketahui YAT bukan merupakan istri dari FDR.
b. Padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, yaitu
suatu kondisi dimana YAT selaku korban berjenis kelamin perempuan yang sedang
dalam keadaan sakit atau hamper tidak sadarkan diri karena kelelahan ditambah
pada situasi lokasi yang sepi dan tidak ada orang yang sehingga tidak
memungkinkan untuk YAT meminta pertolongan dan melakukan perlawanan ketika
terjadi kejahatan kepada dirinya, terutama atas apa yang telah dilakukan oleh FRD.

http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/86632/DWI%20NOVANTORO-
10

%20150720101004_.pdf?sequence=1&isAllowed=y
9
BAB III
PENUTUP
3. Ds
3.1. Kesimpulan
Kondisi korban (YAT) yang pada saat itu sudah lemas karena kelelahan
dimanfaatkan oleh pelaku (RFD) untuk melakukan tindak pidana pemerkosaan,
ditambah memperhatikan kondisi korban dengan pelaku hanya tinggal berdua di hutan
pegunungan yang sepi. Dari perspektif viktimologi, korban ini termasuk kepada
Participating Victims yang hakikatnya perbuatan korban tidak disadari dapat
mendorong pelaku melakukan kejahatan dan Biologically Weak Victim yang dimana
kejahatan disebabkan adanya keadaan fisik korban seperti wanita, anak-anak, dan
manusia lanjut usia (manula) merupakan potensial korban kejahatan.
Sedangkan dari segi kriminologi, hal yang dilakukan oleh RFD kepada YAT ini
telah memenuhi ciri-ciri suatu kejahatan menurut Sue Titus Reid dengan mengingat
kejahatan adalah suatu tindakan yang dilakukan secara sengaja, merupakan pelanggaran
hukum pidana, dilakukan tanpa adanya suatu pembelaan atau pembenaran yang diakui
secara hukum dan diberi sanksi oleh Negara sebagai suatu kejahatan atau pelanggaran.
Dari sisi hukum di Indonesia pun kejahatan yang dilakukan oleh RFD kepada YAT ini
termasuk kedalam kategori kejahatan dalam Pasal 286 KUHP, karena meninjau dari
unsur-unsur pasal tersebut sangat sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh RFD
kepada YAT. Yaitu menitikberatkan kesalahannya kepada pelaku yang memperkosa
seorang wanita padahal diketahui wanita tersebut dalam kondisi pingsan atau tidak
berdaya seperti yang dialami oleh YAT.

3.2. Saran
Jika dilihat dari segi fasilitas hukum yang berlaku terutama untuk jenis kasus yang
dilakukan oleh RFD kepada YAT ini sudah cukup memadai untuk menindak perbuatan
pidana tersebut, namun belum sampai kepada tahap pencegahan, karena memperhatikan
lokasi kejadian di tempat wisata pegunungan atau perkemahan. Sehingga perlu suatu
kebijakan dari sisi pemerintah untuk mengelola kembali mengenai pengawasan dan
pemberian izin dibidang wisata perkemahan. Misalkan dengan menentukan jalur
pendaki gunung yang disertai dengan posko-posko terdekat untuk bantuan darurat, atau
dengan memfasilitasi para pendaki dengan alat komunikasi jarak jauh dan didampingi
dengan pemandu para pendaki gunung.

10
DAFTAR PUSTAKA

Buku
A. S. Alam, 2010, Pengantar Kriminologi. Refleksi. Makassar

Ende Hasbi Nassarudin, 2016, “Kriminologi” , Bandung, CV. Pustaka Setia

Lilik Mulyadi, Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi dan Viktimologi,

Djambatan, Denpasar, 2007

Muhadar, Viktimisasi Kejahatan Pertanahan, LaksBang PRESSindo, Yogyakarta, 2006

Rena Yulia, Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, Graha

Ilmu, Yogyakarta, 2010

Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2001. Kriminologi, Raja Grafindo Persada,

Jakarta

Internet

http://eprints.walisongo.ac.id/1405/3/072211022_Bab2.pdf

http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/86632/DWI

%20NOVANTORO-%20150720101004_.pdf?sequence=1&isAllowed=y

https://www.batamnews.co.id/berita-38167-fakta-di-balik-pendaki-diperkosa-di-

gunung-singgalang.html

https://www.batamnews.co.id/berita-38167-fakta-di-balik-pendaki-diperkosa-di-

gunung-singgalang.html

iii

Anda mungkin juga menyukai