Anda di halaman 1dari 5

RESUME

SUARA MUHAMMADIYAH

DOSEN PEMBIMBING : Masrion Tahawali, S.Pd.I.,M.Pd

DI SUSUN OLEH :

FADHILAH AMALIA JAIN

NPM.20071018

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK


FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PAI
Filosofi dan Sejarah Bulan Muharram

Bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang Suci,yakni suci dari perbuatan yang haram.
Sederhananya tidak melakukan perbuatan dosa yang disengaja ataupun tidak. Apalagi, kalau
dilihat dari historisnya, bahwa masyarakat Arab tidak akan berperang di bulan Muharram.

Allah juga menjelaskan dalam firman-Nya,

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di
waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan)
agama yang lurus, maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan yang empat itu
dan perangilah kaum musyrik itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kalian
semuanya; dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”(Q.S.At-taubah (9):
36).

Kita bisa melihat sejarahnya dari beberapa hadits.

Gambar Imam Ahmad


Imam Ahmad mengatakan bahwa Nabi SAW berkhotbah dalam haji wada’nya, yakni beliau
bersabda: “Ingatlah, sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaannya sejak hari Allah
menciptakan langit dan bumi. Satu tahun terdiri atas dua belas bulan, empat bulan di antaranya
adalah bulan-bulan haram (suci); tiga di antaranya berturut-turut, yaitu Zulqai’dah, Zulhijjah, dan
Muharram, yang lainnya ialah Rajab Mudar, yang terletak di antara bulan Jumada (Jumadil
Akhir) dan Sya’ban.”

Lalu Nabi SAW bertanya, “Ingatlah, hari apakah sekarang?” Kami para sahabat menjawab,
“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi SAW diam sehingga kami menduga bahwa
beliau akan memberinya nama bukan dengan nama biasanya. Lalu beliau bersabda.”Bukankah
hari ini adalah Hari Raya Kurban?” Kami menjawab, “Memang benar.”

Kemudian beliau SAW bertanya, “Bulan apakah sekarang?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-
Nya lebih mengetahui.” Beliau SAW diam sehingga kami menduga bahwa beliau akan
memberinya nama bukan dengan nama biasanya. Lalu beliau SAW bersabda, “Bukankah
sekarang ini bulan Zulhijjah?” Kami menjawab, “Memang benar.”

Setelah itu Nabi SAW bersabda: “Maka sesungguhnya darah dan harta benda kalian —menurut
seingat (perawi) beliau mengatakan pula ‘dan kehormatan kalian’— diharamkan atas kalian
seperti keharaman (kesucian) hari kalian sekarang, dalam bulan kalian, dan di negeri kalian ini.
Dan kelak kalian akan menghadap kepada Tuhan kalian, maka Dia akan menanyai kalian tentang
amal perbuatan kalian.”

Nabi juga mengatakan, “Ingatlah, janganlah kalian berbalik menjadi sesat sesudah
(sepeninggal)ku, sebagian dari kalian memukul (memancung) leher sebagian yang lain. Ingatlah,
bukankah aku telah menyampaikan? Ingatlah, hendaklah orang yang hadir (sekarang) di antara
kalian menyampaikan kepada orang yang tidak hadir, karena barangkali orang yang
menerimanya dari si penyampai lebih memahaminya daripada sebagian orang yang
mendengarnya secara langsung.”

Gambar Ibnu Jarir

Ibnu Jarir mengatakan dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW melakukan
khotbahnya dalam haji wada’ di Mina pada pertengahan hari-hari Tasyriq. Antara lain beliau
SAW bersabda: Hai manusia, sesungguhnya zaman itu berputar, keadaan zaman pada hari ini
sama dengan keadaannya ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Dan sesungguhnya bilangan
bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, empat bulan di antaranya ialah bulan-bulan haram
(suci); yang pertama ialah Rajab Mudar yang jatuh di antara bulan Jumada dan Sya’ban, lalu
Zulqai’dah, Zulhijjah, dan Muharram.

Hal ini merupakan taqrir (pengakuan) dari Rasulullah SAW dan sebagai pengukuhan terhadap
urusan itu sesuai dengan apa yang telah dijadikan oleh Allah Swt. sejak semua, tanpa
mendahulukan dan menangguh-nangguhkan dan mengganti. Seperti yang disabdakan Nabi
sehubungan dengan keharaman (kesucian) kota Mekah, yaitu: “Sesungguhnya kota ini disucikan
oleh Allah sejak Dia menciptakan langit dan bumi, maka kota ini tetap suci karena disucikan
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sampai hari kiamat.”

Anda mungkin juga menyukai