Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT OTITIS

MEDIA AKUT (OMA)

Fasilitator : Ns. Masmun Zuryati.M.Kep


Praktek Klinik : Keperawatan Medikal Bedah
Kelompok : V (Lima)

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Kasus 1

Karina Lestari Neng Lena Nuraena


M Irsham Baharudin Ninin Latifatul N.
Mayang Puspita Sari Lulu Nabilah
Monika Ayu Asari Lutviya
Muga Krisdiana Mitha Afrilia
Nanda Puspitasari

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020-2021
BAB I
ANATOMI SISTEM PERSEPSI SENSORI

Ringkasan Materi :
A. INDRA PENGLIHATAN (MATA)
Indra penglihatan yang terletak pada mata ( organ visus ) yang terdiri dari organ okuli
assesoria (alat bantu mata) dan okulus (bola mata). Saraf indra penglihatan, saraf optikus,
muncul dari sel-sel ganglion dalam retina, bergabung untuk membentuk saraf optikus.
1. Organ Okuli Assesoria
Organ okuli assesoria (alat bantu mata), terdapat di sekitar bola mata yang sangat erat
hubungannya dengan mata, terdiri dari :
 Kavum orbita, merupakan rongga mata yang bentuknya seperti kerucut dengan
puncaknya mengarah ke depan dan ke dalam.
 Supersilium (alis mata) merupakan batas orbita dan potongan kulit tebal yang
melengkung , ditumbuhi oleh bulu pendek yang berfungsi sebagai kosmetik atau alat
kecantikan dan sebagai pelindung mata dari sinar matahari yang sangat terik.
 Palpebra (kelopak mata) merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang terletak
didepan bulbus okuli. Kelopak mata atas lebih besar dari pada kelopak mata bawah.
Fungsinya adalah pelindung mata sewaktu-waktu kalau ada gangguan pada mata.
 Aparatus lakrimalis (air mata). Air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis superior dan
inferior. Melalui duktus ekskretorius lakrimalis masuk ke dalam sakus konjungtiva.
Melalui bagian depan bola mata terus ke sudut tengah bola mata ke dalam kanalis
lakrimalis mengalir ke duktus nasolakrimatis terus ke meatus nasalis inferior.
 Muskulus okuli (otot mata) merupakan otot ekstrinsik mata terdiri dari :
- Muskulus levator palpebralis superior inferior, fungsinya mengangkat kelopak mata.
- Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata.
- Muskulus rektus okuli inferior, fungsinya untuk menutup mata.
- Muskulus rektus okuli medial, fungsinya menggerakan bola mata.
- Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakan bola mata ke dalam dan ke
bawah.
- Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mata ke atas, ke bawah dan ke
luar.
Konjungtiva. Permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva palpebra,
merupakan lapisan mukosa. Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata
disebut konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini sering terdapat kelenjar limfe dan
pembuluh darah.
2. Okulus
Okulus (mata) meliputi bola mata (bulbus okuli). Nervus optikus saraf otak II,
merupakan saraf otak yang menghubungkan bulbu okuli dengan otak dan merupakan
bagian penting organ visus.
3. Tunika Okuli
Tonika okuli terdiri dari :
 Kornea, merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita dapat melihat
membran pupil dan iris. Penampang kornea lebih tebal dari sklera, terdiri dari 5 lapisan
epitel kornea, 2 lamina elastika anterior (bowmen), 3 subtansi propia, 4 lamina elastika
posterior, dan 5 endotelium. Kornea tidak mengandung pembuluh darah peralihan,
antara kornea ke sklera.
 Sklera, merupakan lapisan fibrosa yang elastis yang merupakan bagian dinding luar bola
mata dan membentuk bagian putih mata. Bagian depan sklera tertutup oleh kantong
konjungtiva.
4. Tunika Vaskula Okuli
Tunika vaskula okuli merupakan lapisan tengah dan sangat peka oleh rangsangan
pembuluh darah. Lapisan ini menurut letaknya terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
 Koroid, merupakan selaput yang tipis dan lembab merupakan bagian belakanang tunika
vaskulosa. Fungsinya memberikan nutrisi pada tunika.
 Korpus siliaris, merupakan lapisan yang tebal, terbentang mulai dari ora serata sampai
ke iris. Bentuk keseluruhan seperti cincin, dan muskulus siliaris. Fungsinya untuk
terjadinya akomodasi
 Iris, merupakan bagian terdepan tunika vaskulosa okuli, berwarna karena mengandung
pigmen, berbentuk bulat seperti piring dengan penampang 12 mm, tebal 12 mm, di
tengah terletak bagian berlubang yang disebut pupil. Pupil berguna untuk mengatur
cahaya yang masuk ke mata, sedangkan ujung tepinya melanjut sampai korpus siliaris.
Pada iris terdapat 2 buah otot: muskulus sfingter pupila pada pinggir iris, muskulus
dilatator pupila terdapat agak pangkal iris dan banyak mengandung pembuluh darah dan
sangat mudah terkena radang, bisa menjalar ke korpus siliaris.
5. Tunika Nervosa
Tunika nervosa merupakan lapisan terdalam bola mata, disebut retina. Retina dibagi
atas 3 bagian :
a. Pars optika retina, dimulai dari kutub belakang bola mata sampai di depan khatulistiwa
bola mata.
b. Pars siliaris, merupakan lapisan yang dilapisi bagian dalam korpus siliar.
c. Pars iridika melapisi bagian permukaan belakang iris.
B. INDRA PENDENGARAN (TELINGA)
Indra pendengaran merupakan salah satu alat pancaindra untuk mendengar. Anatomi
telinga terdiri dari telinga bagian luar, tengah, dan dalam.
1. Telinga Bagian Luar
Aurikula (daun telinga), menampung gelombang suara yang datang dari luar masuk
ke dalam telinga.
Meastus akustikus eksterna (liang telinga). Saluran penghubung aurikula dengan
membran timpan, panjangnya 2,5 cm, terdiri dari tulang rawan dan tulang keras. Saluran
ini mengandung rambut, kelenjar subasea. Dan kelenjar keringat khususnya menghasilkan
sekret-sekret berbentuk serum.
Membran timpani antara telinga luar dan telinga tengah terdapat selaput gendang
telinga yang disebut membran typani.
2. Telinga Bagian Tengah
Kavum timpani, rongga didalam tulang temporalis yang didalamnya terdapat 3 buah
tulang pendengaran yaitu maleus, incus, stapes yang melekat pada bagian dalam membra
timpani.
Antrum timpani merupakan rongga tidak teratur yang agak luas, terletak dibagian
bawah samping dari kavum timpani. Antrum timpani dilapisi oleh mukosa, merupakan
lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani. Rongga ini berhubungan dengan beberapa
rongga kecil yang disebutn sellula mastoid yang terdapat dibelakang bawah antrum, di
dalam tulang temporalis.
Tuba auditiva eustaki. Saluran tulang rawan yang panjangnya 3,7 cm berjalan miring
ke bawah agak ke depan, dilapisi oleh lapisan mukosa.
3. Telinga Bagian Dalam
Telinga bagian dalam terletak pada bagian tulang keras pilorus temporalis, terdapat
reseptor pendengaran, dan alat pendengaran ini disebut labirin.
a. Labiritus osseous, serangkaian saluran bawah dikelilingi oleh cairan yang dinamakan
perilimfe. Labiritus osseous terdiri dari vestibulum, koklea, dan kanalis semisirkularis.
b. Labirintus membranous, terdiri dari:
 Utrikulus, bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gepeng terpaut pada
tempatnyaoleh jaringan ikat. Pada dinding belakang utrikulus terdapat muara dari
duktus semisirkularis dan pada dinding depannya ada tabung halus disebut utrikulosa
sirkularis, saluran yang menghubungkan antara utrikulus dan sakulus.
 Sakulus, bentuknya agak lonjong lebih kecil dari utrikulus, terletak pada bagian
depan dan bawah dari vestibulum dan terpaut erat oleh jaringan ikat.
 Duktus semisirkularis. Ada tiga tabung selaput semisirkularis yang berjalan pada
kanalis semesirkularis (superior, posterior, dan lateralis). Bagian duktus yang
melebar disebut dengan ampula selaput. Setiap ampula mengandung celah sulkus
ampularis merupakan tempat masuknya cabang ampula nervus akustikus.
 Duktus koklearis merupakan saluran yang bentuknya agak segitiga seolah-olah
membuat batas pada koklea timpani. Duktus koklearis mulai dari kantong buntu
(seikum vestibular)ndan berakhir tepat diseberang kanalis lamina spiralis pada
kantong buntu (seikum ampulare)
C. INDRA PENCIUMAN (HIDUNG)
Alat penciuman terdapat dalam rongga hidung dari ujung saraf otak nervus olfaktorius.
Nervus olfaktorius dilapisi oleh sel-sel yang sangat khusus yang mengeluarkan fibril-fibril
yang sangat halus, terjalin dengan serabut-serabut dari bulbus oftaktorius yang merupakan
otak terkecil.
Konka nasalis terdiri dari lipatan selaput lendir. Pada bagian puncaknya terdapat saraf-
saraf pembau. Kalau kita bernafas lewat hidung dan kita mencium bau suatu udara, udara
yang kita isap melewati bagian atas dari rongga hidung melalui konka nasalis. Pada konka
nasalis terdapat tiga pasang karang hidung:
1. Konka nasalis superior
2. Konka nasalis media
3. Konka nasalis inferior

Disekitar rongga hidung terdapat rongga-rongga yang disebut sinus nasalis yang terdiri
dari:
1. Sinus maksilaris (rongga tulang hidung)
2. Sinus sfenoidalis (rongga tulang baji)
3. Sinus frontalis (rongga nasalis inferior)
Sinus ini diliputi oleh selaput lendir. Jika terjadi peradangan pada rongga hidung, lendir-
lendir dari sinus para nasalis akan keluar. Jika tidak dapat mengalir ke luar akan menjadi
sinusitis.

D. INDRA PENGECAP (LIDAH)


Lidah terdiri dari dua kelompok yaitu otot intrinsik melakukan gerakan halus dan otot
ekstrinsik yang melaksanakan gerak kasar pada waktu mengunyah dan menelan. Lidah
terletak pada dasar mulut, ujung,serta tepi lidah bersentuhan dengan gigi, dan terdiri dari otot
serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir yang dapat digerakan ke segala arah.
Lidah terbagi menjadi:
1. Radiks lingua (pangkal lidah)
2. Dorsum lingua (punggung lidah)
3. Apeks lingua (ujung lidah)
Bila lidah digulung ke belakang tampak permukaan bawah yang disebut frenulum
lingua, sebuah struktur ligamen yang halus yang mengaitkan bagian posterior lidah pada dasar
mulut. Permukaan atas seperti berludru dan ditutupi pupil-pupil, terdiri dari tiga jenis yaitu:
1. Papila sirkumvalata
2. Papila fungiformis
3. Papila filiformis
BAB II
KONSEP OMA (OTITIS MEDIA AKUT)

A. DEFINISI OTITIS MEDIA AKUT


Otitis Media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi
menjadi dua antara lain otitis media supuratif dan non supuratif, dari masing-masing golongan
mempunyai bentuk akut dan kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis
media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis media
adhesiva (Soepardi &Iskandar, 2001:50).
Otitis Media Akut merupakan peradangan tengah yang terjadi secara cepat dan singkat
(dalam waktu kurang dari 3 minggu) yang disertai dengan gejala lokal dan sistemik (Munilson
dkk).Menurut Muscari (2005:219) otitis media akut(OMA) merupakan inflamasi telinga
bagian tengah dan salah satu penyakit dengan prevalensi paling tinggi pada masa anak-anak,
dengan puncak insidensi terjadi pada usia antara 6 bulan sampai 2 tahun. Hampir 70% anak
akan mengalami otitis media akut (OMA) paling sedikit satu periode otitis media.

B. ETIOLOGI OTITIS MEDIA AKUT


Menurut Adams(1997:96) penyebab otitis media akut antara lain :
1. Faktor pertahanan tubuh terganggu
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba dinasofaring dan faring. Secara
fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah
oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim penghasil mukus (misalnya muramidase) dan
antibodi.
2. Obstruksi tuba eusthachius
Merupakan suatu faktor penyebab dasar pada otitis media akut, karena fungsi tuba
eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke telinga tengah juga terganggu, sehingga
kuman masuk kedalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Pada bayi terjadinya otitis
media akut dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan agak horisontal
letaknya.
3. Infeksi saluran pernafasan atas
Terutama disebabkan oleh virus, pada anak makin sering terserang infeksi saluran
pernafasan atas makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut.
4. Bakteri piogeik
Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisma penyebab adalah streptococcus
pneumoniae, hemophylus influenzae, streptococcus beta-hemolitikus dan moraxella
catarrhalis.

C. MANIFESTASI KLINIS OTITIS MEDIA AKUT


Gejala otitis media akut dapat bervariasi antara lain :
1. Nyeri telinga (otalgia)
2. Keluarnya cairan dari telinga
3. Demam
4. Kehilangan pendengaran
5. Tinnitus
6. Membran timpani tampak merah dan menggelembung (Smeltzer & Bare, 2001:2051).

Menurut Adams(1997:96) gejala otitis media akut berupa :


1. Nyeri
2. Demam
3. Malaise
4. Nyeri kepala
5. Membran timpani tampak merah dan menonjol
6. Abses telinga tengah
7. Pada bayi sering kali mudah marah, bangun di tengah malam sambil menangis dan
menarik-narik telinganya.

D. STADIUM OTITIS MEDIA AKUT


Menurut Soepardi & Iskandar (2001: 51-52) stadium Otitis media akut berdasarkan
perubahan mukosa telinga tengah antara lain :
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah adanya gambaran retraksi membran timpani
akibat terjadinya tekanan negatif didalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara.
Kadang-kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh
pucat. Efusi mungkin tidak terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi,. Stadium ini sukar
dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.
2. Stadium Hiperemis (Stadium Prepurasi)
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar dimembran timpani
peremis serta edem. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang
serosa sukar terlihat.
3. Stadium Supurasi
Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta
terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timani
menonjol (bulging) ke arah liangtelinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di
telinga bertambah hebat.
4. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambat pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang
tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga
tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu
badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media akut
stadium perforasi.
5. Stadium Resolusi
Dimana membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan
normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berurang dan akhirnya
kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi
walaupun tanpa pengobatan. Otitis Media Akutberubah menjadi OMSK(Otitis Media
Supuratif Kronik)bila perforasi meningkat dengan sekret yang keluar terus-menerus atau
hilang timbul. Otitis Media Akutdapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis
media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.
E. PATOFISIOLOGI OTITIS MEDIA AKUT
Kuman penyebab utama pada Otitis Media Akut ialah bakteri piogenik, seperti
streptokokus hemolitikus, stafilokokus aureus, pneumokokus. Selain itu kadang-kadang
ditemukan juga hemofilus influenza, proteus vulgaris dan pseudomonas aurugenosa(Soepardi
&Iskandar, 2001:51).Menurut Muscari (2005:220) patofisiologi otitis media akut (OMA)
yaitu terjadi disfungsi tuba eustachii memungkinkan invasi bakteri ke telinga tengah dan
mengobstruksikan drainase sekret. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain kehilangan
pendengaran, timpanosklerosis (jaringanparut), perforasi timpanik, otitis adesif ("lem-
telinga"), otitis media supuratif kronis, mastoiditis, meningitis, dan kolesteatoma.

F. KOMPLIKASI OTITIS MEDIA AKUT


Menurut Rudolph (2006:1051-1052) komplikasi otitis media akut terdiri antara lain:
1. Kehilangan pendengaran
Selama fase otitis media akut bila ada efusi, terdapat kehilangan pendengaran kondusif
yang biasanya sembuh sempurna pada penderita yang diobati dengan memadai. Namun,
proses radang dapat merangsang fibrosis, hialinisasi, dan endapan kalsium pada membran
timpani (MT)dan pada struktur telinga tengah. Plak timpanosklerosis ini tampak sebagai
bercak bahan putih ireguler. Timpanosklerosis dapat menghalangi mobilitas membran
timpani (MT)dan kadang-kadang dapat memfiksasi rantai osikula.
2. Perforasi Membran Timpani (MT)
Membran Timpani (MT)dapat mengalami perforasi akibat nekrosis jaringan selama
infeksi. Perforasi ini biasanya kecil, terjadi pada bagian sentral pars tensa, dan menyembuh
secara spontan bila infeksi sembuh. Perforasi yang lebih besar mungkin tidak dapat
menutup. Otitis media tuberkulosis biasanya menyebabkan banyak perforasi kecil. Rantai
osikula juga terkena oleh nekrosis. Paling lazim prosesus longus inkus nekrosis,
mengakibatkan osikula tidak konsisten. Perforasi membran timpani (MT)menetap dan
nekrosis osikula, Keduanya menyebabkan kehilangan pendengaran kondusif yang
memerlukan koreksi bedah dengan timpanoplasti.
3. Kolesteatoma
Pada proses penyembuhan perforasi, epitel skuamosa, dapat tumbuh kedalam telinga
tengah, membentuk struktur seperti kantong yang mengumpulkan debris epitel yang lepas.
Kista ini di sebut "kolesteatoma".
4. Paralisis saraf kranial
Paralisis n. fasialis dapat terjadi pada otitis media supuratif akut. Sekitar sepertiga
penderita mempunyai tulang yang tidaksempurna yang menutupi n. fasialis dalam teinga
tengah. Paralisis dapat parsial atau total. Penyembuhan biasanya total jika digunakan terapi
antibiotik dan dilakukan miringotomi. Pemasangan PET memberikan jalan secara langsung
bagi antibiotik untuk diteteskan pada daerah yang meradang.
5. Labirinitis
Selama otitis media akut, respon radang yang di sebut "labirinitis serosa" dapat terjadi.
Biasanya ada vertigo ringan tetapi bukan kehilangan pendengaran. Namun jika bakteri
menginvasi labirin melalui fenestra ovalis ratundum, terjadi labirinitis supuratif akutyang
menyebabkan vertigo berat, nistagmus dan kehilangan pendengaran sensorineural berat.
Mungkin perlu dilakukan drainase bedah terhadap labirin untuk menghindari infeksi
intrakranium.
6. Mastoiditis
Keterlibatan mastoid dengan radang daneksudat purulen selalu ada selama otitis media
akut, seperti ditunjukkan oleh keopakan sistem sel udara (mastoiditis) rontgenografi.
mastoiditis supuratif akut menggambarkan osteomielitis mastoid koalesen akut, sekat-sekat
sel udara mengalami nekrosis dan sistem sel udara menjadi konfluen. Hal ini disertai
dengan nyeriberat dibelakang telinga, pembengkakan dan radang pada mastoid, dan
perpindahan aurikula ke depan dan lateral kepala. Pada pemeriksaan otoskop, dinding
posterosuperior saluran telinga tampak melengkung. Kadang-kadang, ujung mastoid
karena infeksi dan nanah meluap ke dalam bidang leher yang terletak di sebelah anterior m.
sternokleidomastoideus (abses bezold).
7. Meningitis
Komplikasi intrakranium otitis media akut yang paling lazim adalah meningitis.
Komplikasi ini paling sering terjadi bila diagnosis dan terapi terlambat.
8. Hidrosefalus Otitis
Komplikasi intrakranium lain adalah serebritis, abses epidural, abses otak, dan trombosis
sinus lateralis. Hidrosefalus otitis terjadi bila ada trombosis sinus petrosus.

G. PENATALAKSANAAN OTITIS MEDIA AKUT


Penatalaksanaan Otitis Media Akut menurut Soepardi & Iskandar (2001: 52-53)
tergantungpada stadium penyakitnya yaitu:
1. Stadium Oklusi: bertujuan untuk membuka tubaeustachius sehingga tekanan negatif
ditelinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung HCL efedrin 0,5% dan
pemberian antibiotik apabila penyebab penyakit adalah kuman, bukan virus atau alergi.
2. Stadium Presupurasi: analgetika, antibiotika yangdianjurkan biasanya golongan ampicillin
atau penicilin.
3. Stadium Supurasi: diberikan antibiotika dan obat-obat simptomatik. Dapat dilakukan
miringotomi bila membran menonjol dan masih utuh untuk mencegah perforasi.
4. Stadium Perforasi: sering terlihat sekretbanyak yang keluar dan kadang terlihat keluarnya
sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatannya adalah obat pencuci telinga H2O2 3%
selama 35 hari dan diberikan antibiotika yang adekuat.
5. Stadium Resolusi: maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi
da perforasi membran timpani menutup.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

A. KASUS
Seorang anak umur 11 tahun datang ke poli THT dengan keluhan telinga kanan berdenyut
sejak 1 minggu yang lalu nyeri seperti ditususk tusuk , nyeri skala 4 , nyeri hilang timbul dgn
intensitas yang berbeda beda saat ini klien mengeluh pilek dan sakit di tenggorokan , belum
pernah sakit seperti ini sebelumnya, riwayat trauma (+) terbentur tembok suhu 37.5C tympani
tampak kebiruan , dari telinga keluar cairan warna kuning dan berbau.
Data tambahan :
Compos Mentis, TD 110/70, RR 16x/mnt, Nadi 80x/mnt, klien tampak meringis dan gelisah,
klien tampak memengangi telinganya, saat diajak berbicara mendekatkan telinga ke arah
pemeriksa, klien mengeluh telinganya berdengung, klien mengatakan telinga terasa sakit bila
terjadi kebisingan. Ibu klien mengatakan anaknya tidak punya alergi dan tidak ada anggota
keluarga yang mengalami hal seperti ini. Kultur dan uji sensitifitas (Timpanosintesis) : (+)
Staphylococcus Aureus. Timpanogram: hasil permeriksaan didapatkan hasil Timpanogram
tipe B membentuk garis datar, karena adanya cairan atau infeksi telinga tengah.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama : An. R
Tempat, tanggal lahir : Cempaka Putih, 17 Agustus 2009
Usia : 11 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :-
Alamat : Jl. Kenanga No. 11 Jakarta Pusat
TanggalMasuk RS : 10 Desember 2020
Sumber Informasi : Keluarga
Status Perkawinan :-
Suku : Betawi
Lama Bekerja :-

b. Keluhan Utama
 Klien mengatakan telinga kanan berdenyut
 Ibu klien mengatakan telinga kanan anaknya berdenyut sejak 1 minggu lalu
 Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusukdan hilang timbul
 Klien mengeluh telinganya berdengung
 Klien mengatakan telinga terasa sakit bila terjadi kebisingan

c. Riwayat Penyakit Sekarang


 Klien mengatakan pilek dan sakit tenggorokan
 Klien mengatakan telinga kanan berdenyut sejak 1 minggu lalu
 Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul

d. Riwayat Penyakit Terdahulu


 Ibu klien mengatakan anaknya belum pernah sakit seperti ini, namun pernah terbentur
tembok
 Ibu klien mengtakan tidak pernah menderita penyakit infeksi virus

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


 Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit seperti ini
 Tidak ada alergi atau kelainan kulit

f. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Compos Mentis
 TTV :
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- Suhu : 37,5oC
- Nadi : 80x/mnt
- RR :16x/mnt
 PQRST
- P (Problem): Klien mengatakan telinga terasa sakit bila terjadi kebisingan
- Q (Quantitas):Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul
- R (Region): klien mengatkan nyeri di telinga kanan
- S (Skala): skala nyeri 4
- T (Time): Nyeri hilang timbul dengan intensitas yang berbeda
 Telinga
Inspeksi:
- Pada membrane timpani telinga sebelah kanan klien terlihat kebiruan, keluar ca
iran berwarna kuning dan berbau, dengan konsentrasi cairan yang keluar kental
- Klien terlihat mendekatkan telinga kea rah pemeriksa saat diajak berbicara
- Terdapat luka pada telinga bagian tengah
Palpasi:
- Terdapat nyeri tekan di sekitar telinga
 Otoskop: pada hasil otoskop terlihat membran timpani tampak kebiruan, bengkak,
serta dari telinga keluar cairan warna kuning
 Tes Garpu Tala:
- Tes Weber: dari hasil pemeriksaan didapatkan hasilweber lateralisasi ke telinga
kanan
- Tes Rinne: dari hasil pemeriksaan tes rinne didapatkan hasil negatif
- Tes Schwabach: dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil Schwabach memendek.

g. Diagnostik
 Kultur dan uji sensitifitas (Timpanosintesis) : (+) Staphylococcus Aureus
 Timpanogram: hasil permeriksaan didapatkan hasil Timpanogram tipe B membentuk garis
datar, karena adanya cairan atau infeksi telinga tengah.

h. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan telinga kanan berdenyut 1. Keadaan umum : Baik
2. Ibu klien mengatakan telinga kanan anaknya 2. Kesadaran : Compos Mentis
berdenyut sejak 1 minggu lalu 3. TTV:
3. Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk da - Tekanan Darah : 110/70 mmHg
n hilang timbul - Suhu : 37,5oC
4. Klien mengeluh telinganya berdengung - Nadi : 80x/mnt
5. Klien mengatakan skala nyeri 4 - RR :16x/mnt
6. Klien mengatakan pilek dan sakit tenggorokan. 4. PQRST
- P (Problem): Klien mengatakan telinga terasa sakit
bila terjadi kebisingan
- Q (Quantitas): Klien mengatakan nyeri seperti ditu
suk-tusuk dan hilang timbul
- R (Region): klien mengatkan nyeri di telinga kanan
- S (Skala): skala nyeri 4
- T (Time): Nyeri hilang timbul dengan intensitas
yang berbeda
5. Telinga
Inspeksi :
- Pada membrane timpani telinga sebelah kanan
klien terlihat kebiruan, keluar cairan berwarna kuni
ng dan berbau, dengan konsentrasi cairan yang
keluar kental
- Klien terlihat mendekatkan telinga kea rah pemerik
sa saat diajak berbicara
- Terdapat luka pada telinga bagian tengah
Palpasi:
- Terdapat nyeri tekan di sekitar telinga
6. Otoskop: pada hasil otoskop terlihat membran timpani
tampak kebiruan, bengkak, serta dari telinga keluar cair
an warna kuning
7. Tes Garpu Tala:
- Tes Weber: dari hasil pemeriksaan didapatkan
hasil weber lateralisasi ke telinga kanan
- Tes Rinne: dari hasil pemeriksaan tes rinne
didapatkan hasil negatif
- Tes Schwabach: dari hasil pemeriksaan didapatkan
hasil Schwabach memendek
8. Kultur dan uji sensitifitas (Timpanosintesis) : (+) Staph
ylococcus Aureus
9. Timpanogram: hasil permeriksaan didapatkan hasil Tim
panogram tipe B membentuk garis datar, karena adanya
cairan atau infeksi telinga tengah
10. Klien tampak meringis dan gelisah
11. Klien tampak memengangi telinganya.

i. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah

1. DS : Agen pencedera biologis: Nyeri akut

inflamasi telinga
1. PQRST
- P (Problem): Klien menga
takan telinga terasa sakit
bila terjadi kebisingan
- Q (Quantitas): Klien meng
atakan nyeri seperti ditusu
k-tusuk dan hilang timbul
- R (Region): klien
mengatkan nyeri di telinga
kanan
- S (Skala): skala nyeri 4
- T (Time): nyeri hilang
timbul dengan intensitas
yang berbeda
2. Ibu klien mengatakan telinga
anaknya berdenyut sejak 1
minggu lalu

DO :

1. Klien tampak meringis dan g


elisah
2. Klien tampak memengangi te
linganya.
2. DS : Infeksi telinga tengah Gangguan persepsi senssori:
pendengaran
1. Klien mengeluh telinganya b
erdengung
2. Klien mengatakan pilek dan s
akit tenggorokan

DO :

1. Keadaan umum : baik


2. Kesadaran : Compos
Mentis
3. TTV:
- Tekanan Darah : 110/7
0 mmHg
- Suhu : 37,5oC
- Nadi: 80x/mnt
- RR:16x/mnt
4. Telinga
Inspeksi :
- Pada membrane timpani
telinga sebelah kanan
klien terlihat kebiruan, k
eluar cairan berwarna ku
ning dan berbau, dengan
konsentrasi cairan yang
keluar kental
- Klien terlihat mendekatk
an telinga kea rah pemer
iksa saat diajak berbicar
a
- Terdapat luka pada
telinga bagian tengah
Palpasi:
- Terdapat nyeri tekan di
sekitar telinga
5. Otoskop: pada hasil otoskop
terlihat membran timpani
tampak kebiruan, bengkak,
serta dari telinga keluar caira
n warna kuning
6. Tes Garpu Tala:
- Tes Weber: dari hasil
pemeriksaan didapatkan
hasil weber lateralisasi k
e telinga kanan
- Tes Rinne: dari hasil
pemeriksaan tes rinne
didapatkan hasil negatif
- Tes Schwabach: dari
hasil pemeriksaan
didapatkan hasil Schwab
ach memendek
7. Kultur dan uji sensitifitas (Ti
mpanosintesis) : (+) Staphylo
coccus Aureus
8. Timpanogram: hasil
permeriksaan didapatkan
hasil Timpanogram tipe B me
mbentuk garis datar, karena a
danya cairan atau infeksi telin
ga tengah

2. PATOFISIOLOGI KASUS

INVASI BAKTERI

Infeksi Telinga Tengah

Proses Peradangan Peningkatan Tekanan Udara


Produksi Cairan Telinga Tengah (-)
Serosa
Nyeri Akut
Retraksi Membran
Akumulasi Cairan Timpani
Mukus dan Serosa

Hantaran Suara/Udara
yang diterima Menurun

Gangguan Persepsi
Sensori

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera biologis : inflamasi telinga
b. Gangguan persepsi senssori : pendengaran berhubungan dengan infeksi telinga tengah.

4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi :


dengan Agen pencedera keperawatan selama 3x24  Identifikasi lokasi, karakteristik,

biologis : inflamasi telinga diharapkan nyeri klien durasi, frekuensi, kualitas, intensi
tas nyeri.
berkurang dengan kriteria
 Identifikasi skala nyeri.
hasil:
 Monitor efek samping penggunaa
- Klien melaporkan nyeri berkuran n analgetik.
g/terkontrol Terapeutik :
- Klien tampak rileks  Berikan teknik nonfarmakologis
- Klien mampu melakukan tindaka untuk mengurangi rasa nyeri.
n untuk mengurangi nyeri  Kontrol lingkungan yang mempe
rberat rasa nyeri (mis. suhu ruang
an, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi m
eredakan nyeri.
Edukasi :
 Libatkan keluarga strategi untuk
meredakan nyeri.
 Libatkan keluarga untuk memonit
or nyeri.
 Libatkan keluarga untuk mengaja
rkan teknik non farmakologi (tek
nik relaksasi nafas dalam).
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian analgetik
Gangguan persepsi senssori : Setelah dilakukan tindakan Observasi :
pendengaran berhubungan selama 3x24 jam, diharapkan  Periksa fungsi pendengaran
 Monitor tanda dan gejala infeksi
dengan infeksi telinga tengah. persepsi/sensori pasien baik
(mis. Inflamasi dan pengeluaran c
dengan kriteria hasil :
airan)
- Klien akan mengalami  Monitor tanda dan gejala disfung
peningkatan si telinga lebih lanjut

persepsi/sensoris Terapeutik :
pendengaran sampai pada  Bersihkan telinga luar
 Bersihkan serumen dengan kapas
tingkat fungsional.
lembut
 Lakukan irigasi telinga dengan la
rutan NaCl 0,9% disertai dengan
aural toilet, diberikan amoksiklav
625 mg sehari tiga kali selama li
ma hari dan ciprofloxacin tetes te
linga sehari dua kali sebanyak du
a tetes
 Hindari paparan suara keras
Edukasi :
 Ajarkan keluarga cara membersih
kan telinga luar
Kolaborasi :
 Kolaborasi dalam pemberian obat
sesuai indikasi
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/6670900/MODUL_ANATOMI_FISIOLOGI_SISTEM_PERSEPSI_
SENSORY (diakses pada tanggal 11-12-2020 pukul 15.20 WIB)

http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1401100106/BAB_2.pdf (diakses pada


tanggal 11-12-2020 pukul 15.30 WIB)

Anda mungkin juga menyukai