Anda di halaman 1dari 4

Notulensi Presentasi Kasus

Bimbingan Kepaniteraan Obgyn Koja


Group Obstetrik & Ginekologi Koja 4 Januari 2021 – 6 Februari 2021

HARI : Senin
TANGGAL : 25 Januari 2021
ACARA : Presentasi Kasus
JUDUL KASUS : Salphingitis
NAMA MAHASISWA: Welhelmina Bendelina Lobo (112019080) & Agus Cahyadi
(112019136)
PEMBIMBING : dr. Seindy Glamour, Sp. OG
RINGKASAN :
Salphingitis merupakan peradangan pada tuba falopi yang juga merupakan salah satu
bahagian dari pada penyakit radang panggul atau dengan nama lain pelvic inflamatory
disease (PID)PID ini terdiri dari peradangan pada uterus, tuba fallopii (Salpinx) atau ovarium
atau jaringan adhexa sekitarnya.Salpingitis juga merupakan faktor resiko yang penting
terjadinya infertilitas dan kehamilan etopik. PID merupakan inflamasi pada panggul
dikarenakan infeksi pada traktus genital atas yang seringkali melibatkan uterus dan jaringan
adhedsa. Pelvic inflammatory disease (PID) bisa terdiir dari endometritis, salpingitis,
parametritis, oophoritis, tuboovarian abscess dan atau pelvic peritonitis. Salpingitis adalah
radang pada tuba falopii yang dikarena paling sering oleh IMS pada wanita usia reproduktif
(16-35 tahun) yang diagnosa ditegakkan dengan bukti visual setelah diagnosa PID.

Etiologi dari salphingitis adalah bakteri penyebab IMS, bakteri anaerobik di vagina,
bakteri lain dan infeksi polimikrobial. Beberapa faktor risiko salphingitis: banyak pasangan
seksual, riwayat IMS sebelumnya, usia muda, terminasi kehamilan, riwayat tindakan pada
uterus.

Patofisiologi dari salphingitis sendiri adalah: Intra abdominal dimana perjalanan


infeksi dari vaginacerviks  endometriumtuba fallopi (salpinx)  rongga peritonium
(assending infection) mengakibatkan endometritis, salpingitis, abses tubo-ovarian atau
peritonitis panggul).
PID harus diterapi dengan tujuan terutama untuk mencegah kerusakan tuba yang dapat
mengakibatkan infertilitas serta kehamilan etopik

1. Terapi rawat jalan:

 Rekomendasi A

ceftriaxone i.m 500 mg single dose diikuti

doxycycline 100 mg 2 kali sehari ditambah

metronidazole 500 mg 2 kali sehari

14 hari.

 Rekomendasi B

oral ofloxacin 400 mg 2 kali sehari dengan

oral metronidazole 500 mg 2 kali sehari

14 hari (ofloxacin boleh diganti dengan levofloxacin 500 mg 1 kali sehari

 Rekomendasi C

moxifloxacin 400 mg sekali sehari selama 14 hari

2. Terapi rawat inap

 Rekomendasi A

ceftriaxone i.v./i.m. 1 g per hari ditambah

i.v. doxycycline 100 mg 2 kali sehari (oral doxycycline bisa digunakan jika
ditoleransi) diikuti

oral doxycycline 100 mg 2 kali sehari dan

oral metronidazole 500 mg 2 kali sehari sehingga selesai 14 hari

 Rekomendasi B

clindamycin i.v. 900 mg 3 kali sehari ditambah


i.m./i. v. gentamicin (3–6 mg/kg dalam satu dosis beserta monitoning renal).
Diikuti (oral clindamycin 450 mg 4 kali sehari sehingga 14 hari ) atau (oral
doxycycline 100mg 2 kali sehari ditambah oral metronidazole 500 mg 2 kali
sehari hingga 14 hari)

3. Terapi Alternatif

 Rekomendasi A

Ofloxacin i.v. 400 mg 2 kali sehari ditambah i.v. metronidazole 500 mg 3 kali
sehari selama 14 hari atau

Ceftriaxone i.m. 500 mg dalam satu dosis ditambah

oral azithromycin 1 g dalam satu dosis diikuti

oral azithromycin 1 g dosis ke dua (satu minggu berikutnya)

 Apabila regimen tidak tersedia maka terapi antibiotik harus di administrasi


sehingga 14 hari sesuai dengan etiologik seperti:

N.gonorrheae menggunkan cephalosporin

C.trochomatis menggunakan tetrasiklin atau macrolid

Semua bacteria anerobic menggunakan metronidazole (setiap tatalaksan


ditambah dengan metronidazole untuk bakteri anerob)
Foto Kegiatan & absen :

Anda mungkin juga menyukai