Anda di halaman 1dari 9

Disusun oleh :

Soni Irawan
Tingkat I

1. Stres
1.1 Pengertian Stres

Dewasa ini perubahan tata nilai kehidupan (perubahan psikososial) berjalan begitu cepat
karena pengaruh globalisasi, modernisasi, informasi, industrialisasi, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut berpengaruh terhadap pola hidup, moral, dan
etika. Beberapa contoh perubahan pola hidup, misalnya pola hidup social religius berubah
individualistis, materialistis, dan sekuler; pola hidup produktif ke pola hidup konsumtif
dan mewah; dan ambisi karier yang menganut asas moral dan etika hukum ke cara KKN.

Perubahan psikososial dapat merupakan tekanan mental ( stressor psikososial ) sehingga


bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan berusaha
beradaptasi untuk menanggulanginya. Stresor psikososial, seperti perceraian karena tidak
diamalkannya kehidupan religious dalam rumah tangga, masalah orang tua dengan
banyaknya kenakalan remaja, dll.

1.  “Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental
atau beban kehidupan)” ( Hawari, 2001).
2. “Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam; yang menimbulkan suatu
ketegangan dalam diri seseorang “ (Heerdjan, 1987).

3. Secara umum, yang dimaksud “Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang
menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain”.

4. “Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu, sesuatu
yang mengganggu keseimbangan kita” ( Maramis, 1999).

5. Menurut Cornelli, sebagaimana dikutip oleh  Grant Brecht (2000) bahwa yang dimaksud
“Stres adalah ganguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan
tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan
individu di dalam lingkungan tersebut”.

Faktor yang mempengaruhi Stres

1. Faktor biologisà Herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofsiologik, dan


neurohormonal.
2. Faktor psikoedukatif/sosio culturalà Perkembangan kepribadian, pengalaman,
dan kondisi lain yang mempengaruhi

Penggolongan Stres

Apabila ditinjau dari penyebab stress, menurut Sri Kusmiati Desminiarti (1990), dapat
digolongkan sebagai berikut.
1. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperature yang terlalu tinggi atau rendah, suara
amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
2. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone,
atau gas.

3. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang menimbulkan
penyakit’

4. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur , fungsi jaringan, organ atau sistemik
sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.

5. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan


dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.

6. Stres psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, social,


budaya, atau keagamaan.

Adapun menurut Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu :

1. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian,
perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
2. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran
rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.

2.2       Adaptasi

                 2.2.1   Pengertian Adaptasi

Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuaian diri, antara lain :

1. W.A.Gerungan (1996) menybutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah

mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan
sesuai dengan keadaan (keinginan diri)”.

Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif (autoplastis), misalnya
seorang bidan desa harus dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma dan nilai-nilai
yang dianut masyarakat desa tempat ia bertugas.

Sebaliknya, apabila individu berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai dengan


keinginan diri, sifatnya adalah aktif (alloplastis), misalnya seorang bidan desa ingin
mengubah perilaku ibu-ibu di desa untuk meneteki bayi sesuai dengan manajemen
laktasi.
1. Menurut Heerdjan (1987), “Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya
mengatasi kesulitan dan hambatan”.

Adaptasi merupakan pertahanan yang di dapat sejak lahir atau diperoleh karena belajar
dari pengalaman untuk mengatasi stress. Cara mengatasi stress dapat berupa membatasi
tempat terjadinya stress, mengurangi, atau menetralisasi pengaruhnya.

Adaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas (task oriented).

Kesimpulan :
Adaptasi adalah penyesuaian diri, dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan
sekitar dengan harapan mengatasi kesulitan dan hambatan dari persoalan yang ada karena
perbedaan dari kebiasaan.

A. Stres dan Adaptasi pada Siklus Kehidupan Perempuan dan


       Penanggulangannya

          Perempuan adalah individu yang seringkali berperan ganda sehingga pada
perempuan sering kali mudah terjadi stres, dari mulai remaja, pranikah, masa hamil, masa
nifas, masa menyusui dan masa menopause atau sering disebut siklus kehidupan wanita.

 Berikut adalah contoh kasus dari stres pada remaja :

  PERUBAHAN/KASUS RESPON STRES PENANGGULANGAN

Pemberian pendidikan seks


^Pada masa pubertas:
terhadap anak yang
memasuki usia remaja, dan
-Perempuan :
memberi penjelasan bahwa
Respon si anak
  perubahan tersebut adalah
*Menarche(menstruasi remaja baru :
hal yang normal sehingga
pertama) kebingungan,
  tidak perlu remaja tersebut
cemas , ketakutan
stres dan perlu adanya
*Payudara menjadi yang berlebihan,
FISIK perbedaan perlakuan
membesar timbulnya rasa
terhadap tubuh, contohnya
malu, berhayal
pada wanita yang harus
 (tanpa ada pendidikan
memakai miniset/bra
seks oleh orang tua)
karena payudaranya mulai
berkembang.
  ^Kekangan berlebihan ^datang ke psikolog
pergaulan dari orang tua sakit kepala,
  (overprotective) cemas, mudah ^support/perhatian yang
marah, pemurung, lebih dari pihak keluarga
sedih berlebihan,
dan orang2 sekitar
^Putus cinta menangis, nafsu
 
makan berkurang, ^lebih mendekatkan diri
^Kegagalan Pendidikan gangguan kepada Allah (agama)
PSIKO-
(ujian) tidur,frustasi,
putusasa, bunuh ^positive thinking
LOGI
^broken home diri
 

 
2.3.2   Pada Masa Pranikah

Penyebab Terjadinya Sindrom Pranikah:

1. Belum benar-benar siap untuk menikah.


2. Belum siap untuk punya anak.

3. Kedua calon mempelai membayangkan indahnya pernikahan, tapi terkadang tanpa


belajar untuk siap menerima kekurangan-kekurangan dari orang yang kelak menikah
dengannya, akibatnya menjelang pernikahan berlangsung muncul rasa gamang dan ragu
terhadap pasangannya.

4. Kejenuhan pada salah satu calon mempelai atau keduanya.

Contoh kasus :

RESPON
  PERUBAHAN/KASUS PENANGGULANGAN
STRES
^pertengkaran karena
Timbul
adanya perbedaan pendapat
keraguan pada
antara pasangan yang akan ^berkomunikasi dengan baik
calon
menikah tentang ^saling menghargai dan
suami/istri,
pernikahan mereka menghormati
cemas, sulit
^bantuan dari pihak keluarga
PSIKO- tidur, sedih,
^ terlalu banyak campur dalam mempersiapkan nya
LOGI bimbang,
aduk calon pengantin pada ^bersikap lebih dewasa
kelelahan
proses persiapan menerima kekurangan dan
hingga jatuh
pernikahan kelebihan calon suami/istri
sakit, emosi
^saling introfeksi diri
tinggi, sesak
^tidak siap untuk menikah
nafas

2.3.3   Pada Masa Kehamilan


Hubungan episode kehamilan§ dengan reaksi psikologi yaitu:

 Trimester pertama : timbul fluktuasi lebar aspek emosional§ sehingga periode ini
mempunyai resiko tinggi§ untuk terjadinya pertengkaran atau rasa tidak nyaman.
 Trimester kedua : fluktuasi emosional§ sudah mulai mereda dan perhatian wanita
hamil§ lebih berfokus pada berbagai perubahan§tubuh§ yang terjadi selama
kehamilan§, kehidupan seksual§, keluarga§ dan hubungan batiniah dengan bayi§ yang
dikandungnya.

 Trimester ketiga : berkaitan dengan bayangan resiko kehamilan§ dan


proses§persalinan§ sehingga wanita hamil§ sangat emosional§ dalam upaya
mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang mungkin akan dihadapi.

Kehamilan§ bagi keluarga§ dan khususnya seorang wanita§ merupakan peristiwa yang
penting, meskipun demikian kehamilan§ juga merupakan saat – saat krisis bagi keluarga§
di mana terjadi perubahan§ identitas dan peran ibu, ayah§, serta anggota keluarga§
lainnya.

Tugas ibu pada masa kehamilan§ :

1. Menerima kehamilannya
2. Membina hubungan dengan janin§

3. Menyesuaikan perubahan fisik§

4. Menyesuaikan perubahan§ hubungan suami istri

5. Persiapan melahirkan§ dan menjadi orang tua§

Kehamilan§ dapat sebagai :

1. Krisis
Krisis merupakan ketidakseimbangan psikologis§ yang dapat disebabkan oleh situasi
atau oleh tahap perkembangan§.
2. Stresor
Model konseptual menyatakan bahwa krisis psikologis§ dan sosial dipertimbangkan,
sebagai kejadian yang kritis tapi tidak selalu ditunjukkan dengan masalah psikologis§
dan interpersonal§ yang nyata. Setiap perubahan§ yang terjadi pada seseorang dapat
merupakan stresor. Kehamilan§ membawa perubahan§ yang signifikan pada ibu
sehingga dapat dinyatakan sebagai stresor, yang juga mempengaruhi psikologis§
anggota keluarga§ lainnya.

3. Transisiperan
Terjadi perubahan§interaksi§ rutin dalam keluarga§, dengan adanya anggota keluarga§
yang baru sehingga terjadi perubahan§ peran masing-masing anggota keluarga§; ayah§,
ibu, dan anggota keluarga§ yang lainnya 

Contoh kasus :

RESPON
  PERUBAHAN/KASUS PENANGGULANGAN
STRES
^menyadari bahwa
kehamilan itu adalah suatu
Resah, tidak anugrah dan suatu hal yang
^perubahan bentuk tubuh
PD, minder, membanggakan
yang membesar karena
malu, tidak
perkembangan kehamilan
  menginginkan ^konsultasi kepada bidan
kehamilannya,
^mual dan muntah
  sakit kepala, ^perhatian yang lebih dari
sedih, mudah suami dan pihak keluarga
^nutrisi yang lebih untuk
FISIK marah, ketidak agar tidak stres
perkembangan si janin
nyamanan
pada ibu, sulit ^melakukan aktifitas ringan
^payudara membesar
tidur, mudah yang membuat ibu hamil
tersinggung merasa senang ; senam ibu
hamil
^Perubahan peran(Menjadi
^meminta penjelasan kepada
ibu baru)
bidan tentang apa yang ibu
hamil tidak ketahui
^kehidupan seksual pada
  masa kehamilan
^perhatian yang lebih dari
keluarga dan suami,
  ^interaksi dengan janin Binggung,
dampingi selalu
yang dikandung resah, tidak
  PD, sulit tidur,
^meyakini bahwa
^rutin memeriksakan mudah marah,
berinteraksi dengan janin
  kehamilan ke mudah
yang dikandung adalah
posyandu/bidan tersinggung,
suatu hal yang
  sakit kepala,
menyenangkan
^ingin perhatian lebih; sedih, takut
PSIKO-LOGI meminta sesuatu yang
^meyakini bahwa
aneh-aneh(ngidam)
melahirkan adalah suatu
yang biasa bagi para wanita
^akan mengalami proses
dan tidak perlu di takuti
persalinan

2.3.4   Pada Masa Nifas


Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stress pasca persalinan,
terutama pada ibu primipara. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada
masa nifas adalah sebagai berikut

  Fungsi yang memengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua
 Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat

 Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya

 Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan

Periode ini di ekspresikan oleh reva rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini

1.       Taking in period

Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada
orang lain, focus perhatian pada tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan
dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.

2.       Taking hold period

Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya daalm
menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu
menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk
mengatasi kritikan yang di alami ibu.

3.       Letting go period

Di alami setelah tiba ibu dan bayi dirumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung
jawab sebagai ‘’seorang ibu’’ dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat
bergantung pada dirinya.

Hal-hal yang harus dapat di penuhi selama masa nifas adalah sebagai berikut :

 Fisik. Istirahat, memkan makanan bergizi, sering menghirup udara segar, dan lingkungan
yang bersih.
 Psikologi. Stress setelah persalinandapat segera distabilkan dengan dukungan dari
keluarga yang menunjukan rasa simpati, mengakui dan menghargai ibu.

 Social. Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya, menanggapi dan
memerhatikan kebahagian ibu, serta menghibur bila ibu terlihat sedih.
Psikososial

Depresi post partum sering terjadi pada masa ini. Menurut para ahli mereka didiagnosis
menderita depresi post partum. Depresi merupakan gangguan afeksi yang paling sering
dijumpai pada msa post partum (gorrie,1998). Walaupun insidensinya sulit untuk
dketahui secara pasti, namun diyakini 10-15 % ibu yang melahirkan mengalami
gangguan ini (green dan adams, 1993). Angka kejadian depresi post partum diindonesia
sendiri juga belum dapat diketahui secara pasti hingga kini, mengingat belum adanya
lembaga terkait yang melakukan penelitian terhadap kasus tersebut.

Anda mungkin juga menyukai