Student Journal of Business and Management adalah jurnal ilmiah untuk mempublikasikan
tulisan mahasisswa dari hasil penelitian mereka. Jurnal ini dimaksudkan untuk melatih
mahasiswa dalam menulis artikel ilmiah layak dipublikasikan. Pandangan, pikiran, pendapat
dan informasi yang diberikan para penulis dalam tulisan mereka tidak mewakili dan/atau
mencerminkan pandangan atau dukungan dari the Student Journal of Business and
Management. Dalam arti, struktur dan isi tulisan tanggung jawab penulis. Selanjutnya, semoga
informasi yang diberikan jurnal ini bermanfaat untuk pengembangan keilmuan, perumasan
kebijakan dan referensi ilmiah yang relevan.
Artikel direview oleh reviewer yang berkompeten dalam bidang keahliannya. Untuk itu, terima
kasih.
Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Kemampuan Karyawan terhadap Komitmen 926 - 944
Organisasi pada P.T. Telkom Akses Bengkulu
Faisal Eddy Saputra, Slamet Widodo, Paulus Sulluk Kananlua
Pemanfaatan Media Sosial Instagram Dalam Memasarkan Produk Kuliner 945 - 967
Secara Digital Pada Pelaku Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Di Provinsi
Bengkulu
Febby Perwiro Utomo, Lizar Alfansi, Sularsih Anggarawati
Pengaruh Pelayanan dengan Menggunakan Sistem Manajemen Informasi Objek 968 - 990
Pajak Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Tingkat Kepuasan dan Kepatuhan
Wajib Pajak pada Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bengkulu Tengah
Febriansyah, Kamaludin, Paulus S. Kananlua
Pengaruh Online Consumer Reviews terhadap Keputusan Pembelian Produk 991 - 1014
Fashion pada Platform Online Marketplace C2C
Febriarti Hasan, Syaiful Anwar, Nasution
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Nasabah Bank Bengkulu 1015 - 1031
Cabang Pembantu Sukaraja
Fenny Vabelita, Meiliani, Sularsih Anggarawati
Pegaruh Knowledge Sharing dan Trust terhadap Kinerja Karyawan P.T. Daria 1032 - 1047
Dharma Pratama Kabupaten Mukomuko
Hendra Gunawan, Syaiful Anwar, Paulus S. Kananlua
Core Self-Evaluations dan Kinerja: Peran Mediator Pemberdayaan Psikologis 1048 - 1070
Hendra Novianzah, Meiliani, Paulus S. Kananlua
The Effect of Self Efficacy, Self Esteem and Ability on Performance with Locus 1071 - 1107
of Control as Moderating Variables at The Officers of Health Center in The
Seluma Regency
Heri Nofian, Slamet Widodo, Pranigrum
Penerapan Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk Pencegahan 1108 - 1133
Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja di P.T. Cakrawala Dinamika
Energi Kecamatan Pinang Raya Kabupaten Bengkulu Utara
Herni Rianti, Slamet Widodo, Trisna Murni
Analisis Pemulihan Pelayanan Terhadap Perilaku Wajib Pajak Setelah 1134 - 1146
Pemberian Pelayanan Pajak dengan Kepuasan Wajib Pajak sebagai Variabel
Intervening (Studi pada Samsat Provinsi Bengkulu)
Hery Tri Nuryanto, Muhartini Salim, Sularsih Anggarawati
Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Kemampuan Karyawan terhadap Komitmen
Organisasi pada P.T. Telkom Akses Bengkulu
Abstract. The purpose of the study was to examine the effect of motivation, discipline and work
ability on organizational commitment. This type of research is quantitative approach. Data
collection by distributing questionnaires to all employees of P.T. Telkom Access Bengkulu, many
132 people. The questionnaire ware distributed by the author, in November 2019 and only 109
questionnaires could be processed. Data analysis uses multiple linear regression models and
hypothesis testing. The results showed that simultaneous and partial testing, motivation, discipline
and work ability significant effect on employee organizational commitment. That is, the higher the
motivation, discipline and work ability, the higher the organizational commitment. The results of
this study have implications for increasing employee commitment, companies need to foster active
participation of employees in determining the direction of company policy activities. Thus
employees feel valued and contribute to the progress of the organization. Then, conduct an
evaluation of employee discipline instruments, for example providing sanctions and rewards for
work discipline. Thus, employees will believe the work rules are applied consistently and will make
them have the desire to remain in the organization. Furthermore, improving work skills, especially
from the dimensions of intellectual ability Intellectual abilities play a greater role in complicated
jobs that demand high standards from employees
Pendahuluan
Keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dipengaruhi oleh komitmen organisasi yang
dimiliki seorang karyawan untuk melakukan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepada mereka. Komitmen organisasi merupakan loyalitas yang dimiliki karyawan terhadap
organisasi atau perusahaan yang tercermin dari keterlibatan karyawan yang tinggi untuk mencapai
tujuan organisasi. Loyalitas karyawan tercermin melalui kesetiaan dan kemauan karyawan untuk
selalu berusaha menjadi bagian dari organisasi serta berkeinginan yang kuat untuk bertahan dalam
organisasi. Komitmen pada setiap karyawan sangat penting karena dengan adanya komitmen,
karyawan dapat menjadi lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi adalah kemampuan kerja
karyawan (Li & Kim, 2019). Kemampuan kerja dapat berhubungan dengan pengetahuan, bakat,
minat dan pengalaman agar dapat menyelesaikan tugas-tugas yang sesuai dengan pekerjaan yang
didudukinya. Begitu juga di P.T. Telkom Akses Bengkulu, pihak manajemen harus dapat
mengembangkan kemampuan setiap karyawannya agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan,
karena kemampuan menunjukkan potensi seorang karyawan dalam melakukan pekerjaannya.
Tinjauan Pustaka
Komitmen Organisasi
Definisikan komitmen organisasional dengan mengacu pada pendapat-pendapat Meyer dan
Allen dalam (Suharto & Suyanto, 2019) dimana komitmen organisasional didefinisikannya sebagai
sebuah keadaan psikologi yang mengkarakteristikkan hubungan karyawan dengan organisasi atau
Jenis-jenis Motivasi
Motivasi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Menurut Herzberg (Teck & Waheed, 2019), yang tergolong sebagai faktor motivasi
intrinsik antara lain ialah: (1) Achievement (Prestasi kerja) adalah Keberhasilan seorang karyawan
dalam menyelesaikan tugas, (2) Advancement (pengembangan diri) adalah suatu keinginan
seseorang untuk mengembangkan karier, (3) Work it self (pekerjaan itu sendiri) adalah variasi
pekerjaan dan kontrol atas metode serta langkah-langkah kerja, (4) Recognition (pengakuan) artinya
karyawan memperoleh pengakuan dari koperasi bahwa ia adalah orang, berprestasi baik diberi
penghargaan, dan pujian (dikutip dalam).
Disiplin Kerja
Siswanto (2013) menyatakan bahwa disiplin kerja merupakan suatu sikap menghormati,
menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak menerima sanksi-sanksi
apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Sedangkan menurut Siagian
(2010) bahwa disiplin kerja merupakan suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan
membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan sehingga para karyawan tersebut secara
sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan karyawan yang lainnya.
Berdasarkan uraian definisi di atas, menunjukan bahwa disiplin kerja merupakan praktik
secara nyata dari para karyawan terhadap perangkat peraturan yang terdapat dalam suatu organisasi.
Disiplin tidak hanya dalam bentuk ketaatan saja melainkan juga tanggung jawab yang diberikan
Kemampuan Kerja
Kemampuan kerja dibangun dan didefinisikan pada tahun 1981 di Finlandia dan kemudian
diadopsi di berbagai negara Eropa dan Asia (Sprudza et al., 2014). Latar belakang kemampuan
kerja didasarkan pada konsep tegangan-regangan dan model keseimbangan, di mana sumber daya
manusia sesuai dengan tuntutan pekerjaan dengan cara yang sehat dan aman. Konsep kemampuan
kerja bersifat multidimensi. Ini mencakup kemampuan fisik, mental, dan sosial individu; sumber
daya mereka; tuntutan pekerjaan fisik dan mental mereka yang spesifik; kondisi lingkungan dan
organisasi; dan lingkungan sekitarnya (Ilmarinen et al., 2016; Pransky et al., 2017)
Kemampuan kerja sangat menentukan kinerja karyawan dalam sebuah perusahaan atau
organisasi tersebut. Keberhasilan dan kecakapan pelaksanaan pekerjaan dalam suatu organisasi
sangat bergantung pada kinerja karyawannya. Sehingga kemampuan kerja merupakan hal penting
bagi seorang karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Dalam organisasi atau
perusahaan, kita bisa melihat bahwa dalam penempatan karyawan atau karyawan pada umumnya
semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi yang lebih diperlukan adalah kemampuan
intelektual yang tinggi dan bukan kemampuan fisiknya. Mengenai kesanggupan seseorang memang
sangat tergantung pada kondisi fisik dan psikisnya, yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat
kemampuan dalam melaksanakan pekerjaannya.
Kerangka Analisis
Penelitian ini menjelaskan pengaruh langsung antara motivasi, disiplin dan kemampuan
kerja terhadap komitmen organisasi pada P.T. Telkom Akses Bengkulu. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan Allen & Meyer bahwa motivasi, disiplin dan kemampuan kerja merupakan
faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi. Faktor motivasi dan disiplin kerja termasuk dalam
pengalaman selama berorganisasi, sedangkan faktor kemampuan karyawan termasuk ke dalam
karakteristik individu disposisional bersamaan dengan kepribadian dan nilai yang dimiliki
organisasi.
Komitmen
Disiplin Kerja
organisasi
Kemampuan
Kerja
Hipotesis Penelitian
Penelitian Beukhof et al. (2018) menemukan hubungan yang signifikan antara motivasi dan
komitmen organisasi. Apabila karyawan memiliki motivasi yang tinggi maka mereka akan senang
dan menikmati pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan, sehingga karyawan mempunyai loyalitas
dan komitmen terhadap perusahaan dimana karyawan tersebut bekerja. Penelitian Al-Madi et al.
(2017; Abdullah dan Rashid (2017); Cong dan Van (2017) menunjukkan bahwa motivasi kerja
memiliki dampak positif yang signifikan terhadap komitmen organisasi. Secara teori dua variabel
ini berinteraksi satu sama lain, perasaan kemampuan menghadirkan motivasi, keduanya
berhubungan. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:
Ha1: Motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi
Komitmen organisasi juga dapat mempengaruhi kedisiplinan misalnya ketidakhadiran
karyawan di tempat kerja. Karyawan yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasi akan
menunjukkan sikap negatif terhadap ketidakhadiran. Mereka cenderung akan sering mengusahakan
tidak hadir di tempat kerja. Dari ketiga dimensi komitmen, hanya komitmen afektif yang
berhubungan negatif dengan ketidakhadiran (Dessler, 2008).
Mowday et al. (2019) menyatakan bahwa karyawan yang memiliki komitmen tinggi pada
organisasi akan lebih termotivasi untuk hadir dalam organisasi dan berusaha mencapai tujuan
organisasi. Mathieu dan Zajac (2016) dalam meta analisisnya mengungkap bahwa tingkat disiplin
merupakan salah satu anteseden dari komitmen organisasi.
Penelitian Burton et al. (2016) menemukan pengaruh yang positif antara disiplin dengan
komitmen organisasi. Mereka percaya bahwa komitmen organisasi sebagai kepercayaan dan
penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap ada
dalam organisasi tersebut. Berdasarkan uraian ini, maka hipotesis yang diajukan adalah:
Pembahasan
Deskripsi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan P.T. Telkom Akses Bengkulu yang
jumlah 132 orang. Kuesioner disebarkan sendiri oleh penulis kepada karyawan P.T. Telkom Akses
Bengkulu di bulan November 2019 dan dari kuesioner yang kembali hanya 109 kuesioner yang
dapat diolah. Berikut distribusi tingkat pengembalian kuesioner, disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah Persentase (%)
Kuesioner yang disebarkan 132 100
Kuesioner yang terkumpul 120 90,9
Kuesioner yang dapat diolah 109 90,8
Kuesioner yang tidak dapat diolah 11 9,2
Sumber: Data Hasil Pengisian Kuesioner, 2019
Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa dari 132 kuesioner yang disebar, sebanyak 120 kuesioner
(90,9%) dikembalikan. Dari 120 buah kuesioner yang kembali, sebanyak 11 kuesioner (4,1%) tidak
dapat digunakan karena kuesioner tidak seluruhnya diisi oleh responden dan beberapa pertanyaan
Berdasarkan analisis koefisien determinasi dari Tabel 4. dapat diketahui bahwa nilai R
Square (R2) sebesar 0,676. Nilai R2 mendekati 1, artinya kemampuan variabel motivasi kerja,
disiplin kerja dan kemampuan kerja memberikan lebih dari sebagian besar informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel komitmen organisasi. Dengan kata lain, sebesar
67,6% komitmen organisasi dapat dijelaskan oleh variabel motivasi kerja, disiplin kerja dan
kemampuan kerja sedangkan sisanya sebesar 32,4% dipengaruhi faktor lain yang tidak dimasukan
dalam model, seperti peran karakteristik pribadi dan pengalaman karyawan (masa kerja).
Implikasi Penelitian
Motivasi kerja, disiplin kerja dan kemampuan kerja berpengaruh signifikan terhadap
komitmen organisasi karyawan P.T. Telkom Akses Bengkulu. Dengan demikian hasil penelitian ini
berimplikasi sebagai berikut:
1. Motivasi berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi, atas dasar temuan ini,
perusahaan perlu menumbuhkan partisipasi aktif karyawan dalam menentukan arah kegiatan
kebijakan perusahaan. Dengan demikian karyawan merasa dihargai dan ikut andil dalam
kemajuan organisasi.
2. Disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi, atas dasar temuan ini,
maka perlu dilakukan evaluasi terhadap instrumen kedisiplinan karyawan, misalnya
memberikan sanksi dan penghargaan terhadap disiplin kerja. Dengan demikian, karyawan akan
percaya aturan kerja diterapkan dengan konsisten dan akan membuat mereka mempunyai
keinginan untuk tetap ada dalam organisasi.
3. Kemampuan kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi, atas dasar temuan ini,
maka perusahaan perlu meningkatkan kemampuan kerja terutama dari dimensi kemampuan
Penutup
Hasil penelitian yang telah di bahas pada bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi karyawan P.T. Telkom
Akses Bengkulu. Artinya, semakin tinggi motivasi kerja maka karyawan P.T. Telkom Akses
Bengkulu semakin berkomitmen, sebaliknya semakin rendah motivasi kerja maka karyawan
P.T. Telkom Akses Bengkulu semakin kurang berkomitmen.
2. Disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi karyawan P.T. Telkom
Akses Bengkulu. Artinya, semakin tinggi tingkat disiplin kerja maka karyawan P.T. Telkom
Akses Bengkulu semakin berkomitmen, sebaliknya semakin rendah motivasi kerja maka
karyawan P.T. Telkom Akses Bengkulu semakin kurang berkomitmen.
3. Kemampuan kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi karyawan P.T. Telkom
Akses Bengkulu. Artinya, semakin tinggi kemampuan kerja maka karyawan P.T. Telkom Akses
Bengkulu akan semakin berkomitmen, sebaliknya semakin rendah kemampuan kerja maka
karyawan P.T. Telkom Akses Bengkulu akan semakin berkomitmen.
4. Motivasi, disiplin dan kemampuan kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi
karyawan P.T. Telkom Akses Bengkulu. Artinya, semakin tinggi motivasi kerja maka karyawan
P.T. Telkom Akses Bengkulu semakin berkomitmen, sebaliknya semakin rendah motivasi kerja
maka karyawan P.T. Telkom Akses Bengkulu semakin kurang berkomitmen. Artinya semakin
karyawan termotivasi, disiplin dan mampu dalam bekerja maka komitmen mereka terhadap
organisasi akan semakin tinggi. Sebaliknya, motivasi, disiplin dan kemampuan kerja yang
rendah maka komitmen organisasi juga akan rendah.
Saran yang dapat diberikan dari hasil adalah meningkatkan komitmen organisasi dengan
cara:
1. Membuka ruang bagi karyawan untuk dapat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari P.T.
Telkom Akses Bengkulu, misalnya dengan membuat group Whatsapp yang khusus di dalamnya
terdapat unsur top manajemen, dengan demikian karyawan dapat memberikan saran terhadap
arah kebijakan bahkan dapat mengkritik pimpinan.
2. Evaluasi terhadap instrumen kedisiplinan karyawan, misalnya memberikan sanksi dan
penghargaan terhadap disiplin kerja pegawai. Dengan demikian, karyawan akan percaya bahwa
Referensi
Abstract. The purpose of this research is to find out and analyze the effect of convenience,
perceived benefits, and intention to use Instagram social media as a marketing tool for Culinary
MSMEs in Bengkulu Province (TAM Model). This research was conducted by surveying as many
culinary MSMEs as possible with the sampling technique used in this study was non-probability
sampling with a snowball sampling approach. Then analyze the data obtained in the form of
quantitative and qualitative analysis consisting of validation, reabilitation and hypothesis testing to
see the direct, indirect and total effects of each research variable. Hypothesis test results partially
produce that perceived ease of use and perceived usefulness have a positive and significant
influence on behavioural intention to use. Behavioural intention to use a positive and significant
effect on actual system usage. For the perceived usefulness have a positive and significant impact
on actual system usage. As for perceived ease of use, although it has a positive effect, it is not
significant either directly or indirectly on the actual system usage of Instagram. In addition to direct
and indirect effects, the moderating effect of the behavioural intention to use variable results in
actual system usage. The results variable behavioural intention to use has a full moderating effect
on the perceive ease of use, whereas for the perceived usefulness variable the behavioural intention
to use has a partial moderating effect.
Keywords: TAM, Perceived Ease Of Use, Perceive Usefulness, Behavioural Intention To Use,
Actual System Use, Moderating Effect, Instagram
Pendahuluan
Keberadaan dan peran serta UMKM dalam perekonomian, merupakan salah satu kunci
keberhasilan bangsa Indonesia mampu untuk menghadapi berbagai krisis yang menimpa bangsa
Indonesia pada tahun 2007/2008, pada saat usaha besar melemah bahkan gulung tikar, disatu sisi
UMKM mampu untuk bertahan bahkan memberikan kontribusi yang cukup tinggi disaat krisis
global terjadi.
Pada era globalisasi saat ini, seluruh dunia telah membawa perubahan di berbagai bidang
kehidupan, termasuk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang memiliki peranan
penting dalam sebuah pembangunan. Sebagai makhluk sosial bahwa setiap manusia sangat
memerlukan informasi sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan hidupnya. Saat ini, teknologi
informasi telah membawa perubahan pada perilaku hidup masyarakat dan memajukan kebudayaan
manusia secara menyeluruh. Perkembangan teknologi informasi telah membuat seluruh dunia
Permasalahan
Teknologi informasi yang telah diciptakan tidak langsung membuat orang- orang dapat
menerimanya. Terdapat beberapa penyebab yang membuat orang menerima atau menolak
menggunakan teknologi informasi. Di antara banyak variabel yang dapat mempengaruhi
penggunaan dari sistem. Penelitian sebelumnya menunjukkan terdapat dua faktor penentu yang
sangat penting. Pertama, orang cenderung menggunakan atau tidak menggunakan aplikasi
dipengaruhi dari sejauh mana mereka percaya hal tersebut akan membantu mereka dalam
melakukan pekerjaan dengan lebih baik, ini menjadi variabel pertama persepsi pemanfaatan
(perceived of usefulness). Kedua, jika pengguna percaya bahwa aplikasi tersebut bermanfaat, maka
mungkin pada saat yang sama pengguna juga percaya bahwa sistem akan sulit digunakan dan
manfaat kinerja pengguna sebanding dengan upaya menggunakan aplikasi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa disamping manfaatnya, penggunaan teori juga dipengaruhi oleh persepsi
kemudahaan penggunaan (perceived ease of use) (Davis, 1989).
Salah satu model yang banyak digunakan sebagai dasar penelitian mengenai pengadopsian
teknologi oleh pengguna akhir (end user) termasuk dalam pemanfaatan media sosial adalah
Tinjauan Pustaka
Landasan Teori
Landasan teori yang akan disampaikan pada bab ini merupakan pendukung pembuatan
laporan yang berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian. Diantaranya terdapat definisi
variabel dan beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Adopsi Penggunaan
Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian dalam penelitian ini disusun berdasarkan path diagram aplikasi Lisrel
8.8. Untuk variabel penelitian seperti dapat dilihat pada gambar 1, terdiri dari 2 jenis varibel yaitu
varibel laten endogen (warna kuning) dan eksogen (warna hijau). Dalam analisis jalur variabel
independen dan dependen tidak tepat lagi digunakan karena variabel yang semula dependen bisa
berubah peranannya menjadi variabel independen. Penentuan besarnya suatu variabel terhadap
variabel lainnya baik pengaruh langsung (PL) atau pengaruh tak langsung (PTL) dapat dilihat
menggunakan koefisien jalur (path coefficients). Pada variabel laten endogen yang berwarna kuning
Pengembangan Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara terhadap rumusan masalah pada penelitian,
oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan. Yang dapat
dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan masih belum relevan, belum dibuktikan
dengan bukti-bukti yang nyata. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris (Sugiyono, 2010: 93). Hipotesis
yang masih diduga dalam penelitian ini adalah:
Terdapat Pengaruh Langsung Persepsi Kemudahan Dan Persepsi Manfaat Terhadap Niat
Perilaku Untuk Menggunakan Media Sosial Instagram
H1 : Persepsi manfaat yang dirasakan (PU) mempunyai pengaruh positif terhadap niat
perilaku untuk menggunakan media sosial (BITU)
H2 : Persepsi kemudahan penggunaan yang dirasakan (PEOU) mempunyai pengaruh positif
terhadap niat perilaku menggunakan media sosial (BITU)
Terdapat Pengaruh Langsung Niat Perilaku Untuk Menggunakan Terhadap Penggunaan
Sesungguhnya Media Sosial Instagram
Pembahasan
Variabel Manfaat Yang Dirasakan (Perceived Usefullnes-PU)
Tabel 1 berikut ini merangkum hasil respon responden atas indikator pada variabel manfaat
yang dirasakan. Dalam hal ini jumlah indikator yang digunakan adalah sebanyak 6 item. Dari hasil
pengolahan data diperoleh secara rata-rata total respon responden atas variabel ini adalah 4,35
dengan kategori sanagat bermanfaat. Hal ini menandakan bahwa pelaku UMKM Kuliner di Provinsi
Bengkulu menyampaikan bahwa manfaat dengam menggunakan media sosial Instagram sebagai
sarana pemasaran telah meningkatkan produktivitas, menjadikan kinerja lebih baik, serta
meningkatkan efektivitas dalam berbisnis .
Pernyataan hasil survey pada tabel 1 membuktikan indikator yang memiliki nilai skor
terbesar adalah indikator yang menyatakan bahwa media sosial Instagram memudahkan pelaku
UMKM kuliner untuk melakukan pemasaran dengan nilai skor rata-rata 4,47. Hal ini menjelaskan
bahwa dengan menggunakan aplikasi Instagram, arus distribusi yang mencakup arus informasi dan
promosi serta negosiasi ke pembeli menjadi lebih mudah. Sedangkan untuk nilai skor terendah ada
pada indikator memudahkan pelaku UMKM untuk mengetahui informasi seputar konsumen yaitu
dengan skor 4, 17. Walaupun masih dalam kategori bermanfaat namun hal ini menunjukkan pelaku
UMKM merasa bahwa manfaat yang diberikan media sosial Instagram dalam berinteraksi dengan
konsumen tidak melebihi manfaat Instagram dalam meningkatkan produktifitas dan kinerja bisnis
mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa pelaku UMKM kuliner di Provinsi Bengkulu menggunakan
Instagram sebagai salah satu media untuk melakukan promosi produknya. Dengan secara rutin
memberikan informasi terkini terkait ketersediaan produknya diharapkan nantinya dapat
meningkatkan aliran arus produk ke konsumen. Sedangkan untuk interaksi dengan pelanggan bisa
dikatakan bahwa interaksi yang dilakukan pada aplikasi ini bersifat pribadi (private account),
sehingga konsumen bisa memilih untuk memberikan respon atau tidak sama sekali pada setiap
postingan yang dibuat oleh pelaku UMKM kuliner.
Suatu model penelitian merupakan ringkasan teori yang sering dinyatakan dalam formulasi
matematika. Dalam setiap model penelitian, digambarkan hubungan pokok antara variabel-variabel
yang menjadi perhatian. Suatu model dinyatakan ‘baik’ bila mampu menjelaskan fenomena yang
sesungguhnya dengan tingkat kesalahan yang kecil. Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat
Structural Equations 2
Berdasarkan hasil persamaan struktural pada gambar 2 dan 3 dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pada persamaan struktural 1 dapat dilihat bahwa pengaruh Perceive Usefulness (PU) terhadap
Behavioural Intention To Use (BITU) lebih besar dibandingkan pengaruh Perceived Ease Of
Use (PEOU) terhadap Behavioural Intention To Use (BITU) (60% vs 30%). Namun keduanya
memiliki pengaruh yang signfikan. Itu artinya semakin besar manfaat dan kemudahan yang
dirasakan oleh pelaku UMKM Kuliner di Provinsi Bengkulu, maka semakin besar niat perilaku
untuk senantiasa menggunakan media sosial Instagram dalam memasarkan produknya.
2. Pada persamaan struktural 2 dapat dijelaskan bahwa Actual System Usage (ASU) sangat
dipengaruh oleh Behavioural Intention To Use (BITU) dan Perceived Usefulness (PU) dengan
tingkat pengaruh sebesar 54% dan 37% dan keduanya signifikan, namun tidak demikian dengan
Perceived Ease Of Use (PEOU) hanya berpengaruh sebesar 3% dan tidak signifikan. Artinya
Penggunaan Media Sosial Instagram oleh pelaku UMKM Kuliner di Provinsi Bengkulu sehari-
harinya dipengaruhi oleh niat pengguna dan manfaat yang dirasakan, namun faktor kemudahan
penggunaan tidak menjadikan tingkat penggunaan media sosial Instagram semakin sering
digunakan untuk melakukan kegiatan pemasaran produk kuliner mereka.
Gambar 4. Pengaruh Langsung (PL) Variabel PEOU & PU terhadap BITU &
ASU
Pada bagian BETA dapat diketahui pengaruh langsung antar variabel laten endogen.
Diketahui variabel-variabel laten endogen adalah BITU dan ASU. Berdasarkan bagian BETA,
diketahui pengaruh langsung variabel laten BITU terhadap variabel laten ASU sebesar 0,54.
Pada bagian GAMMA dapat diketahui pengaruh langsung variabel laten eksogen terhadap
variabel laten endogen. Diketahui variabel-variabel laten endogen adalah BITU dan ASU,
sedangkan variabel laten eksogen adalah PEOU dan PU. Berdasarkan bagian GAMMA, diketahui
pengaruh langsung variabel laten PEOU terhadap variabel laten BITU sebesar 0,30, sedangkan
pengaruh langsung variabel PEOU pelayanan terhadap variabel laten ASU sebesar 0,03. Untuk
pengaruh langsung variabel laten PU terhadap BITU sebesar 0,60, sedangkan pengaruh langsung
variabel laten PU terhadap ASU sebesar 0,37.
Gambar 5. Pengaruh Tak Langsung (PTL) Variabel PEOU & PU terhadap ASU
Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa pengaruh langsung (PL) pada masing-masing variabel
PEOU dan PU terhadap BITU sama nilainya seperti Persamaan Struktural 1 yaitu 0,30
(PEOU~>BITU) dan 0,60 (PU~>BITU). Untuk nilai pengaruh langsung dari PEOU~>ASU
diperoleh koefisien pengaruh langsung (PL) sebesar 0,03 dan nilai t-value sebesar 0,31 (tidak
signifikan <1,98), sedangkan pengaruh langsung (PL) dari PU~>ASU diperoleh koefisien pengaruh
langsung sebesar 0,37 dan nilai t-value sebesar 2,78 (signifikan >1,98).
Untuk pengaruh langsung (PL) variabel BITU ~> ASU dapat dilihat pada gambar 5 yaitu
sebesar 0,54 dan pengaruhnya signifikan dengan t-value sebesar 4.58. Nilai ini sama dengan hasil
yang diperlihatkan pada persamaan struktural 2 pada gambar 5. Sedangkan untuk pengaruh tak
langsung (PTL) dari varibel PEOU ~>ASU yaitu sebesar 0,16 dan signifikan dengan t-value
sebesar 2,13 dan untuk pengaruh tak langsung (PTL) dari variabel PU ~>ASU yaitu sebesar 0,32
dan pengaruhnya signifikan dengan t-value sebesar 3, 53.
Untuk pengaruh total antara variabel eksogen dan endogen pada gambar 6 merupakan
jumlah pengaruh total (PTO) PEOU ~>ASU yaitu sebesar 0,19 namun tidak signifikan dengan t-
value sebesar 1,62 dan untuk pengaruh total (PTO) dari variabel PU ~>ASU yaitu sebesar 0,69 dan
pengaruhnya signifikan dengan t-value sebesar 5,18.
Adanya perubahan nilai signifikansi pada pengaruh tak langsung dari variabel PEOU
terhadap variabel ASU menunjukkan bahwa pengaruh variabel BITU terhadap variabel PEOU
bersifat full moderating (signifikansi meningkatkan t-value dari 0,31 menjadi 2,13) walaupun
pengaruh total nilai signifikasinya belum memenuhi kriteria minimal di 1,98. Sedangkan pada
variabel PU terhadap variabel ASU karena memiliki kondisi yang signifikan pada pengaruh
langsung (PL) maupun tak langsung (PTL) maka pengaruh variabel BITU terhadap PU bersifat
partial moderating. Partial moderating juga menunjukkan bahwa tetap ada peningkatan kontribusi
dari variabel PU terhadap ASU, yang semula koefisien pengaruhnya sebesar 0,37 menjadi 0,69.
Tabel 6 Pengujian Hubungan Antara PEOU, PU dan BITU terhadap ASU Berdasarkan Output
Structural Model dari Lisrel
Estimasi
No Jalur T-Value Keterangan
(SLF)
1 PEOU BITU 0, 30 2, 50 signifikan
3 PU BITU 0, 60 4, 63 signifikan
4 PU ASU 0, 37 2, 78 signifikan
Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa dari terdapat 5 hubungan antar variabel yang signifikan dan 2
yang tidak signifikan. Maka hasil uji hipotesis pada penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. H1: Persepsi Kemudahan Penggunaan Yang Dirasakan (PEOU) Mempunyai Pengaruh Positif
terhadap Niat Perilaku Menggunakan Media Sosial (BITU) terbukti dengan koefisien relasi
sebesar 0,30 (30%) dan signifikan nilainya yaitu 2,50 (t-value > 1,98);
H1: Diterima
2. H2: Persepsi Manfaat Yang Dirasakan (PU) Mempunyai Pengaruh Positif terhadap Niat Perilaku
Menggunakan Media Sosial (BITU) terbukti dengan koefisien relasi sebesar 0,60 (60%) dan
signfikan nilainya yaitu 4,63 (t-value > 1,98);
H2: Diterima
3. H3: Niat Perilaku Menggunakan Media Sosial (BITU) Mempunyai Pengaruh Positif terhadap
Penggunaan Sesungguhnya Media Sosial (ASU) terbukti dengan korelasi sebesar 0,54 (54%)
dan signifikan nilainya yaitu 4,58 (t-value > 1,98);
H3: Diterima
Implikasi Strategis
Implikasi dari penelitian terkait pemanfaatan media sosial Instagram untuk memasarkan
produk digital oleh UMKM di Provinsi Bengkulu berdasarkan kuesioner penelitian yang disebarkan
menggunakan metode snowball mengindikasikan bahwa model terapan teknologi yang terjadi pada
media sosial Instagram masih dalam proses berkembang, hal ini dapat dilihat dari sebaran
responden yang mengisi kuesioner online sebagian besar masih terpusat di Ibu Kota Provinsi, yaitu
Kota Bengkulu. Aplikasi media sosial seperti Instagram yang pada awalnya hanya berfungsi
sebagai media pertemanan dan posting foto ke sesama teman atau kerabat dekat, saat ini telah
beralih fungsi sebagai lahan pemasaran yang Penting bagi pelaku UMKM.
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data penelitian tentang Analisis Pemanfaatan
Media Sosial Instagram Dalam Memasarkan Produk Kuliner Secara Digital oleh Pelaku UMKM di
Provinsi Bengkulu, maka dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Perceived Ease Of Use memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Behavioral
Intention To Use. Hal ini berarti dengan karakteristik media sosial Intagram membuat pelaku
Referensi
Aditya, R. & Wardhana, A. (2016). Pengaruh perceived usefulness dan perceived ease of use
terhadap behavioral intention dengan pendekatan technology acceptance model TAM pada
pengguna instant messaging line di indonesia. Jurnal Siasat Bisnis, 20(1), 24-32.
Alfansi, L. (2012). Pemasaran jasa finansial. (Edisi 2). Jakarta: Salemba.
Chin, W.W. & Todd, P.A. (1995). On the use, usefulness, and ease of use of structural equation
modeling in mis research. A Note of Caution, 19(2), 237-246
Chuttur, M. (2009). Overview of the technology acceptance model: Origins, development, and
future directions. Sprouts: Working papers on Information System, 9-37. USA: Indiana
University.
Davis, F.D. (1986). Technology acceptance model for empirically testing new end-user
information systems: Theory and results. Ph.D. dissertation, Massachusetts Institute of
Technology.
Davis, F.D. (1989). Perceived usefulness, perceived ease of use, and user acceptance of
information technology. MIS Quarterfly, 13(3), 319-340.
Pavlou, P.A. (2003). Consumer acceptance of electronic commerce: Intergrating trust and risk in
the technology acceptance model. International Journal of electric commerce, 7(3), 101-34.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian bisnis pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Venkatesh, V., Morris, M.G., Davis, G.B. & Davis, F.D. (2003). User acceptance of information
technology: Toward a unified view. 27(3), 425-478.
Abstract. The purpose of this research is to find (1) effect of services using the tax object
information management system of land and building tax on taxpayer satisfaction, (2) effect of
services using the tax object information management system of land and building tax on taxpayer
obedience, and (3) effect of satisfaction to taxpayer obedience. This research ware conducted with a
quantitative approach, respondents are 100 taxpayers in Central Bengkulu Regency. Data collection
using questionnaire with google form and distributed online through social media, while data
analysis using a simple linear regression model. The results showed the service using the tax object
information management system of land and building tax positive effect on taxpayers satisfaction.
That means, the more quality of tax services using the tax object information management system
of land and building tax, the taxpayers will be more satisfied. Services using the tax object
information management system of land and building tax positive effect on taxpayer obedience. This
means, the more quality the tax service, the more taxpayer obedience. Taxpayer satisfaction positive
effect on taxpayer obedience. This means, the higher of taxpayers satisfaction, the more taxpayer
obedience. The research findings will have implications for service, satisfaction and compliance.
Therefore, adequate tools in mass printing, for example in the form of printers that are in accordance
with the standards of the Director General of Taxes, must be improved. Additional applications that
can map the position of taxpayers, must be held and improving the quality of human resources to
support the tax information system that continues to grow, is a must.
Pendahuluan
Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional negara dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat meski masih banyak orang pribadi atau badan meyakini bahwa
pajak merupakan suatu beban yang berat dan harus dihindarkan oleh banyak orang pribadi maupun
badan. Banyaknya yang beranggapan pajak harus dihindarkan karena masih banyak yang kurang
memahami dan mengetahui manfaat dari pajak. Berkaitan dengan hal tersebut pentingnya
pengelolaan pajak dan sosialisasi mengenai pajak yang menjadi prioritas bagi pemerintah. Banyak
pajak yang dilakukan pemerintah pusat untuk pendapatan negara tetapi masih sedikit pula pendapatan
bagi daerah. Oleh sebab itu, pada tahun 2009 kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah bahwa
adanya pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang sebelumnya merupakan pendapatan
bagi pajak pusat dialihkan ke pajak daerah (www.pajak.go.id).
Tabel 1 dapat dilihat persentase realisasi penerimaan PBB-P2 Kabupaten Bengkulu Tengah
pada tahun 2014 sebesar 101,5%, tahun 2015 sebesar 109,6% dan tahun 2016 meningkat signifikan
menjadi 130,7%. Namun, pada tahun 2017 terjadi penurunan realisasi penerimaan dari tahun
sebelumnya menjadi 114,2% dan penurunan signifikan terjadi pada tahun 2018 sebesar 103,7%.
Pelayanan pajak bumi dan bangunan dengan menggunakan SISMIOP diharapkan dapat
meningkatkan kepuasan dan kepatuhan wajib pajak.
Fenomena pelayanan PBB di Kabupaten Bengkulu Tengah bahwa pertama, sifat wajib pajak
yang ingin membayar pajak serendah mungkin dan jika mungkin wajib pajak ingin menghindari
pembayaran pajak. Kedua, wajib pajak merasa bahwa NJOP yang ditentukan tidak akurat karena
wajib pajak masih menemukan kesalahan dalam penilaian fiskal atau informasi terbatas mengenai
penentuan pajak yang telah menciptakan persepsi kepada para wajib pajak yang nilai propertinya
lebih rendah daripada NJOP yang ditentukan. Adanya permasalahan ini tentu dapat mengurangi
kepuasan dan kepatuhan wajib pajak di Kabupaten Bengkulu Tengah. Sebagaimana dinyatakan
Aggelidis dan Chatzoglou (2012) bahwa kepuasan pengguna adalah salah satu penentu paling penting
dari keberhasilan suatu sistem informasi Oleh karena itu, orientasi terhadap kebutuhan dan harapan
pengguna adalah bagian wajib dari pengembangan sistem dan evaluasi kepuasan pengguna adalah
Tinjauan Pustaka
Theory of Planned Behavior (TPB)
TPB adalah perpanjangan dari TRA. Teori ini diperkenalkan oleh Ajzen (1991). Seperti yang
juga dikemukakan oleh TRA, variabel fokus dalam TPB adalah niat orang tersebut untuk melakukan
perilaku tertentu. Niat menunjukkan keinginan untuk mencoba dan mewakili berapa banyak upaya
yang orang bersedia lakukan dalam melakukan perilaku. Mirip dengan TRA, TPB juga berpendapat
bahwa sikap terhadap perilaku dan norma subyektif sebagai penentu niat. TPB menambahkan faktor
kontrol perilaku yang dirasakan sebagai penentu niat perilaku. Ajzen (1991) mendefinisikan kontrol
perilaku yang dipersepsikan sebagai persepsi orang tentang kemudahan atau kesulitan melakukan
perilaku yang menarik (Bandura, 1977). TPB menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh
TPB telah banyak digunakan untuk menyelidiki perilaku di banyak bidang. TPB telah
digunakan oleh para peneliti salam perilaku adopsi teknologi informasi, seperti Mathieson (1991), de
Guinea dan Markus (2009), Bulguru et al., (2010), serta Lee dan Rao (2012). TPB juga telah diuraikan
dan diperpanjang oleh Taylor dan Todd (1995b) dan Pavlou dan Fygenson (2006). Bobek dan
Hatfield (2003); Hanno dan Violette (1996) memanfaatkan teori Planned Behavior untuk
menjelaskan kepatuhan wajib pajak dengan temuan bahwa sikap terhadap ketidakpatuhan pajak
berpengaruh secara signifikan terhadap niat ketidakpatuhan pajak. Sehingga dalam penelitian ini, teori
Planned Behavior relevan untuk menjelaskan perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
pajaknya.
Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib terhadap pendapatan negara yang dipungut oleh pemerintah atas
pendapatan wajib pajak dan keuntungan bisnis atau nilai tambah untuk biaya beberapa barang, jasa,
dan transaksi. Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat
1, pajak didefinisikan sebagai kontribusi wajib bagi negara yang dibayarkan oleh perorangan atau
badan hukum yang dapat ditegakkan berdasarkan Undang-Undang, tanpa mendapatkan manfaat
langsung dan digunakan oleh Negara untuk keuntungan dan kesejahteraan maksimum rakyat.
Menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah iuran orang-orang ke kas negara di bawah hukum (yang
dapat ditegakkan) tanpa mendapatkan layanan timbal balik yang dapat ditunjukkan secara langsung
dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi ini kemudian dikoreksi sebagai: Pajak
adalah transisi kekayaan dari rakyat ke kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya
digunakan untuk tabungan publik yang menjadi sumber utama untuk membiayai investasi publik.
Menurut Edwin R.A Seligmen dalam Essays in Taxation, pajak adalah kontribusi wajib dari orang
tersebut, kepada pemerintah untuk membiayai pengeluaran yang terjadi untuk kepentingan bersama
semua, tanpa merujuk pada manfaat khusus yang diberikan.
Definisi lain yang diberikan oleh Ray M. Sommerfeld, M. Herschel Anderson, & Horace R
Brock, menurut mereka pajak adalah transfer sumber daya dari sektor swasta ke sektor pemerintah,
yang bukan merupakan hasil dari pelanggaran hukum, tetapi harus dilakukan. Berdasarkan ketentuan
sebelumnya, tanpa memperoleh secara langsung dan proporsional, pemerintah dapat melaksanakan
tugasnya dalam menjalankan pemerintahan. Philip E. Taylor, dalam The Economic of Public Finance,
mendefinisikan pajak sebagai kontribusi wajib dari orang tersebut, kepada pemerintah untuk
membiayai pengeluaran yang terjadi untuk kepentingan bersama semua orang, dengan sedikit
referensi untuk manfaat khusus yang diberikan. Pajak didefinisikan oleh Hugh Dalton, sebagai
kontribusi wajib yang diberlakukan oleh otoritas publik, terlepas dari jumlah tepat layanan yang
diberikan kepada pembayar pajak sebagai imbalan, dan tidak dikenakan sebagai penalti atas
pelanggaran hukum apa pun.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada lima unsur utama pajak sebagai berikut:
1. Iuran masyarakat kepada negara;
2. Di bawah Undang-Undang (yang dapat ditegakkan) dalam arti bahwa meskipun Negara
memiliki hak untuk memungut pajak, tetapi implementasinya harus mendapatkan persetujuan
rakyat melalui undang-undang; Tanpa adanya timbal balik (pencapaian) dari Negara yang
Model ini telah divalidasi dan diuji oleh ratusan penelitian, kritik dan saran DeLone dan
McLean kemudian memperbarui model pada tahun 2003 untuk mengembangkan model yang lebih
pelit. Model yang diperbarui diilustrasikan pada Gambar 2. Tidak seperti model sebelumnya, dalam
model yang diperbarui, kualitas memiliki tiga dimensi, yaitu kualitas informasi, kualitas sistem, dan
kualitas layanan. Selanjutnya, model yang diperbarui membedakan antara niat ntuk digunakan
sebagai sikap dan digunakan sebagai perilaku. Namun, DeLone dan McLean (2003) mengakui bahwa
banyak peneliti dapat memilih untuk tetap menggunakan, karena hubungan antara sikap dan perilaku
sulit untuk diukur. Seperti juga yang diperdebatkan dalam model sebelumnya, penggunaan dan
kepuasan pengguna saling terkait erat, pengalaman positif dengan penggunaan akan mengarah pada
kepuasan pengguna yang lebih besar dalam arti kausal. Akhirnya, sebagai hasil dari penggunaan dan
kepuasan pengguna ini, keuntungan bersih tertentu akan terjadi.
Gambar 3. Updated D&M IS Success Model. Sumber: DeLone and McLean (2003)
D&M IS Success Model bukan satu-satunya model untuk mengukur kesuksesan IS.
Hategekimana dan Trant (2002), misalnya, mengusulkan respecifikasi yang terkenal dari Model D&M
Kerangka Analisis
Tingkat
Kepuasan
Pelayanan Wajib Pajak
H1
SISMIOP H3
PBB-P2
Tingkat
H2 Kepatuhan
Wajib Pajak
Gambar 4. dapat dijelaskan pengaruh pelayanan pajak dengan menggunakan SISMIOP PBB-
P2 terhadap kepuasan wajib pajak, kemudian pengaruh pelayanan pajak dengan menggunakan
SISMIOP PBB-P2 terhadap kepatuhan wajib pajak. Terakhir pengaruh kepuasan wajib pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak. Kerangka analisis ini didasarkan pada studi empiris yang dilakukan
oleh Satriyo (2009); Lado dan Budiantara (2018); Yunanto (2015);Tresno (2012) dan Asy’ari (2015).
Mereka membuktikan pengaruh signifikan pelayanan pajak dengan kepatuhan dan kepuasan.
Pengujian Hipotesis
Penerimaan pajak dalam struktur penerimaan negara memiliki peranan yang strategis dan
merupakan komponen terbesar sena amber utama penerimaan dalam negeri untuk menopang
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional. Pajak Bumi dan Bangunan
merupakan pajak tidak langsung yang dipungut oleh pemerintah Pusat. Hasil penerimaan PBB
diarahkan untuk kepentingan masyarakat di daerah yang bersangkutan dengan letak obyek pajak.
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kepatuhan dan kepuasan wajib pajak, pemerintah selalu berupaya
mengoptimalkan pelayanan sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan keinginan
masyarakat untuk tertib sebagai wajib pajak, salah satunya dengan pelayanan SISMIOP PBB-P2.
Pemerintah melaksanakan reformasi perpajakan ini sebenarnya adalah untuk meningkatkan tax ratio.
Selain untuk meningkatkan tax ratio, tujuan sistem aplikasi pelayanan pajak adalah memberikan
pelayanan yang lebih baik, nyaman, ramah, mudah, efisien, tidak berbelit-belit, sehingga wajib pajak
merasa puas dan dapat tertib dalam membayar pajak (Satriyo, 2009).
H3 : Tingkat Kepuasan Wajib Pajak Berpengaruh Positif terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak.
Metode Analisis
Analisis Regresi Linier Sederhana
Alat analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi linier sederhana dengan bantuan Software SPSS (Statistical
Package For Social Science). Analisis regresi sederhana dilakukan untuk mengetahui pengaruh tiap
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen (Ghozali, 2016). Sugiyono (2014)
menyatakan bahwa analisis regresi sederhana adalah pola pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Model persamaan regresi dalam penelitian ini adalah.
persamaan regresi terhadap varian totalnya. Nilai R2 akan berkisar 0 sampai 1. Nilai R2 = 1
menunjukkan bahwa 100% total variasi diterangkan oleh varian persamaan regresi atau variabel
bebas menerangkan variabel terikat sebesar 100%, sebaliknya apabila R2 = 0 menunjukkan bahwa
tidak ada total varian yang diterangkan oleh variabel bebas dari persamaan regresi.
Berdasarkan Tabel 3 diketahui didapat nilai koefisien regresi variabel pelayanan pajak
menggunakan SISMIOP PBB-P2 terhadap kepuasan wajib pajak sebesar 0,744. Nilai ini memiliki
arah pengaruh positif, artinya bahwa semakin berkualitas pelayanan pajak menggunakan SISMIOP
PBB-P2 maka wajib pajak akan semakin patuh. Sebaliknya, semakin rendah kualitas pelayanan pajak
menggunakan SISMIOP PBB-P2 maka wajib pajak akan semakin tidak patuh.
Nilai signifikansi pelayanan pajak menggunakan SISMIOP PBB-P2 pada Tabel 4. sebesar
0,000 lebih rendah jika dibandingkan dengan alpha sebesar 0,05. Dapat disimpulkan bahwa pelayanan
pajak menggunakan SISMIOP PBB-P2 berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan
demikian hipotesis awal (H2) yang menyatakan Pelayanan dengan Menggunakan SISMIOP
Berpengaruh Positif terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dapat Diterima. Hasil ini memiliki
makna bahwa semakin berkualitas pelayanan pajak menggunakan SISMIOP PBB- P2 maka wajib
pajak akan semakin patuh. Sebaliknya, semakin rendah kualitas pelayanan pajak menggunakan
SISMIOP PBB-P2 maka wajib pajak akan semakin tidak patuh.
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi pada Tabel 4, nilai Adjusted R Square
sebesar 0,549 atau 54,9 persen. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan variabel pelayanan
SISMIOB PBB-P2 dalam Berdasarkan Tabel 4diketahui didapat nilai koefisien regresi variabel
tingkat kepuasan terhadap kepatuhan wajib pajak sebesar 0,776. Nilai ini memiliki arah pengaruh
yang positif, artinya bahwa semakin tinggi tingkat kepuasan maka wajib pajak akan semakin patuh.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat kepuasan wajib pajak maka wajib pajak akan semakin tidak
patuh. Nilai signifikansi tingkat kepuasan wajib pajak pada Tabel 4 sebesar 0,000 lebih rendah jika
dibandingkan dengan alpha sebesar 0,05. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian hipotesis awal (H3) yang menyatakan Tingkat
Kepuasan Wajib Pajak Berpengaruh Positif terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dapat
Diterima. Hasil ini memiliki makna bahwa semakin tinggi tingkat kepuasan maka wajib pajak akan
semakin patuh. Sebaliknya, semakin rendah tingkat kepuasan wajib pajak maka wajib pajak akan
semakin tidak patuh.
Implikasi Strategis
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pelayanan pajak menggunakan SISMIOP
berpengaruh terhadap kepuasan dan kepatuhan. Oleh sebab itu, penelitian ini berimplikasi secara
teoretis terhadap teori kesuksesan information system De Lone dan Mc Lean dan teori Planned
Behavior Ajzen. Hasil ini membuktikan teori DeLone dan Mc Lean bahwa pelayanan dengan sistem
signifikan terhadap kepuasan dan teori Planned Behavior Ajzen bahwa sikap terhadap kepatuhan
pajak berpengaruh secara signifikan terhadap niat untuk patuh.
Implikasi praktis dari hasil penelitian ini bahwa pelayanan pajak dengan menggunakan
SISMIOP berpengaruh signifikan terhadap kepuasan wajib pajak. Oleh sebab itu, perlu petugas yang
berkompeten dan berpengalaman dalam mengelola PBB, tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi
juga perilaku layanan perlu ditingkatkan. Petugas perlu dilakukan pelatihan softskill untuk
meningkatkan layanan yang exellent. Tidak seperti selama ini, hanya pelatihan hardskill saja.
Pelayanan pajak dengan menggunakan SISMIOP berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak. Oleh sebab itu, layanan Bidang PBB dan BPTHB pada BKD Bengkulu Tengah memperhatikan
kelengkapan ruang seperti kursi, meja, pendingin ruangan dan sebagainya. Kemudian harus ada SOP
petugas layanan yang mengatur perilaku layanan mereka, baik ucapan, gerakan dan lainnya.
Kepuasan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Oleh sebab
itu, Bidang PBB dan BPHTB Bengkulu Tengah juga harus melakukan layanan yang cepat terhadap
permintaan atau permohonan wajib pajak mengenai keberatan, balik nama, pemecahan objek pajak,
dan pembatalan SPPT sehingga dengan demikian wajib pajak akan merasa puas dan akan selalu patuh
untuk membayar pajak PBB.
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, hasil penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pelayanan dengan menggunakan SISMIOP berpengaruh positif terhadap tingkat kepuasan
wajib pajak. Artinya, semakin berkualitas pelayanan pajak menggunakan SISMIOP PBB-P2
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. BKD Kabupaten Bengkulu tengah dapat meningkatkan kompetensi softskill petugas pajak
PBB, misalnya pelatihan softskill untuk meningkatkan layanan yang exellent. Tidak seperti
selama ini, hanya pelatihan hardskill saja.
2. Bidang PBB dan BPTHB di BKD Bengkulu Tengah untuk selalu memperhatikan
kelengkapan ruang seperti kursi, meja, pendingin ruangan dan sebagainya. Kemudian
membuat SOP bagi petugas layanan yang mengatur perilaku layanan mereka.
3. Bidang PBB dan BPHTB Bengkulu Tengah juga harus melakukan layanan yang cepat
terhadap permintaan atau permohonan wajib pajak mengenai keberatan, balik nama,
pemecahan objek pajak, dan pembatalan SPPT sehingga dengan demikian wajib pajak akan
merasa puas dan akan selalu patuh untuk membayar pajak.
Referensi
Aggelidis, V.P. & Chatzoglou, P.D. (2012). Hospital information systems: Measuring end user computing
satisfaction (EUCS). Journal of Biomedical Informatics, 45, 566-579.
Ahmad, N., Amer, N.T., Qutaifan, F. & Alhilali, A. (2013). Technology adoption model and a road map to
successful implementation of ITIL. Journal of Enterprise Information Management, 26(5), 553-576.
Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change. Psychological Review,
84(2),191-215.
Bulguru, B., Cavusoglu, H. & Benbasat, I. (2010). Information security policy compliance: An empirical study
of rationality-based beliefs and information security awareness. MIS Quarterly, 34(3), 523-548.
Carter, L., Shaupp, L.C., Hobbs, J. & Campbell, R. (2011). The role of security and trust in the adoption of
online tax filing. Transforming Government: People, Process and Policy, 5(4), 303-318.
Fischer, C.M., Wartick, M. & Mark, M.M. (1992). Detection probability and taxpayer compliance: A review
of the literature. Journal of Accounting Literature, 32(1), 42-57.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS (2nd penyunt). Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
McBarnet, D. (1992). Legitimate rackets: Tax evasion, tax avoidance, and the boundaries of legality. Critical
Criminology, 3(2), 56-74.
Kadadia, A.M., Sondakh, J.J. & Runtu, T. (2016). Penerapan sistem manajemen informasi obyek pajak
Abstract. The Consumer to Consumer business model has been adapted by several online
marketplace platforms in Indonesia, including Tokopedia, Shopee and Bukalapak as the three
biggest Consumer to Consumer online marketplace platforms. Fashion products are among the most
popular products that has been bought online. This research aimed to know whether online
consumer reviews on those platforms and each five dimensions of it (review quality, review
volume, review valence, review timeliness and source credibility) affect purchasing decision of
fashion product on Consumer to Consumer online marketplace platforms. The sampling method
used in this research is non-probability sampling with purposive sampling technique. The data was
obtained from questionnaires distributed to 180 respondents and also from interviews with 10
respondents of Bengkulu City residents who have experienced buying fashion products on
Tokopedia, Shopee or Bukalapak. The result showed that online consumer reviews and all five
dimensions of it (review quality, review volume, review valence, review timeliness and source
credibility) have positive influence on purchasing decision of fashion product on Consumer to
Consumer online marketplace platforms. Review quality is found to be the most influencing
dimension, while review timeliness is found to be the less influencing dimension. These findings
have practical implications for Consumer to Consumer online marketplace platforms to guide them
to effectively use online consumer reviews to improve user engagement in fashion products online
shopping on their platforms.
Keywords: Online consumer reviews, review quality, review volume, review valence, review
timeliness, source credibility, purchasing decision.
Pendahuluan
Online consumer reviews merupakan review yang bersifat user generated content, yaitu
review yang dibuat oleh konsumen dan berdasarkan pada perspektif konsumen. Menurut Agustina
dan Kurniawan (2018), definisi online consumer reviews adalah informasi yang bersifat evaluasi
terkait berbagai aspek yang ada pada suatu produk. Informasi yang disampaikan dapat
menyimpulkan kualitas produk sesuai pengalaman penggunanya, informasi tersebut dapat berupa
review produk, respon penjual dan bahkan kecepatan pengiriman (Kusumasondjaja et al., 2012).
Konsumen memanfaatkan online consumer reviews untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi produk yang mereka butuhkan (Sutanto dan Aprianingsih, 2016). Online consumer
reviews dimanfaatkan oleh pelanggan e-commerce sebagai basis data bagi pencarian informasi mengenai
produk maupun jasa (Khammash, 2008). Online consumer reviews menjadi bantuan dalam pengambilan
keputusan pembelian, mekanisme umpan balik pelanggan dan sistem rekomendasi sekaligus dalam sebuah
platform e-commerce. Penelitian oleh Khammash (2008) menyimpulkan bahwa online consumer reviews
memang memiliki pengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen. Dapat disimpulkan bahwa online
Permasalahan
Risiko-risiko pembelian online terutama lebih dirasakan pada pembelian tipe produk
experience goods dibandingkan dengan pembelian search goods (Lee & Shin, 2013). Experience
goods merupakan produk yang kualitasnya sulit untuk dinilai sebelum digunakan secara langsung
meskipun informasi deskripsi, spesifikasi dan gambar produk sudah tersedia, sehingga calon
konsumen hanya dapat mengandalkan word-of-mouth (WOM) dan online consumer reviews selain
informasi tersebut (Ye, Law, Gu & Chen, 2011). Sedangkan search goods adalah produk yang
kualitasnya dapat diperkirakan dengan mudah berdasarkan informasi produk bahkan sebelum
produk tersebut dibeli. Bae dan Lee (2011b) menemukan bahwa online consumer reviews lebih
berpengaruh pada pembelian experience goods dibandingkan pada search goods.
Produk fashion merupakan kategori produk yang paling sering dibeli oleh konsumen di e-
commerce (APJII, 2019; Nielsen, 2018). Wijayanti dan Harti (2017) menemukan bahwa online
consumer reviews memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian produk fashion
di toko online. Penelitian ini juga ingin mengetahui pengaruh online consumer reviews pada
keputusan pembelian online produk fashion yang termasuk ke dalam kategori experience goods,
yaitu kategori produk yang kualitasnya sulit dinilai sebelum digunakan langsung. Banyaknya
jumlah pengunjung marketplace C2C di Indonesia yang mencapai hingga lebih dari 322 juta
pengujung (iPrice, 2019) membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai keputusan
pembelian produk fashion pada marketplace C2C.
Sesuai dengan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka penulis ingin mengangkat
permasalahan sebagai berikut:
Tinjauan Pustaka
Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian menurut Kotler dan Keller (2009) adalah keputusan konsumen
mengenai preferensi atas setiap merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Schiffman dan Kanuk
(2010) mendefinisikan keputusan pembelian sebagai seleksi dari dua atau lebih pilihan alternatif.
Dalam bukunya, Kotler dan Keller (2009) mengenalkan model lima tahap untuk proses pembelian
konsumen, yaitu pengenalan masalah atau kebutuhan konsumen, kegiatan pencarian informasi,
evaluasi alternatif, pengambilan keputusan serta perilaku setelah pembelian.
E-Commerce
Kotler dan Keller (2009) mendefinisikan e-commerce sebagai transaksi atau fasilitas
penjualan produk dan jasa secara online yang ditawarkan oleh sebuah perusahaan atau situs.
Menurut Turban et al. (2015), e-commerce mencakup proses pembelian, penjualan, transfer atau
pertukaran produk, layanan dan informasi melalui jaringan komputer termasuk internet. E-
commerce mengacu pada pertukaran informasi bisnis menggunakan pertukaran data elektronik,
surat elektronik, electronic bulletin board, transfer dana elektronik dan teknologi berbasis jaringan
lainnya. Informasi elektronik ditransfer dari komputer ke komputer dengan cara otomatis.
Penggolongan e-commerce pada umumnya dilakukan berdasarkan sifat transaksinya.
Menurut Laudon dan Laudon (2008), e-commerce dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu Business
to Consumer (B2C) yang melibatkan penjualan produk dan layanan secara eceran kepada pembeli
perorangan, Business to Business (B2B) yang melibatkan penjualan produk dan layanan antar
perusahaan serta Consumer to Consumer (C2C) yang melibatkan konsumen yang menjual secara
langsung ke konsumen lainnya.
Kerangka Analisis
Kerangka analisis dapat diilustrasikan dalam gambar sebagai berikut:
Variabel X H1
Online Consumer Reviews
Kualitas Review H2
Volume Review H3
Variabel Y
Keputusan Pembelian
Review Valence H4
Review Timeliness
H5
Kredibilitas Sumber
Review H6
Pengembangan Hipotesis
Berbagai penelitian telah dilakukan berkaitan dengan pengaruh online consumer reviews
terhadap keputusan pembelian. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut menjadi dasar dibentuknya
hipotesis penelitian ini.
H1: Online consumer reviews memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan
pembelian.
H2: Kualitas review memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian.
H3: Volume review memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian.
H4: Review valence memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian.
H5: Review timeliness memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian.
H6: Kredibilitas sumber review memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan
pembelian.
Variabel online consumer reviews diukur dengan lima indikator. Masing-masing indikator
diwakili dengan pernyataan-pernyataan yang diukur menggunakan skala Likert 1 sampai dengan 5.
Deskripsi jawaban responden terhadap masing-masing indikator dipaparkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 1. Jawaban Responden terhadap Variabel Online Consumer Reviews
No. Dimensi Rata-rata Keterangan
1 Kualitas Review 4,03 Baik
2 Volume Review 4,02 Baik
3 Review Valence 4,26 Sangat Baik
4 Review Timeliness 4,34 Sangat Baik
5 Kredibilitas Sumber Review 3,69 Baik
Rata-rata 4,07 Baik
Sumber: Hasil Penelitian 2020.
Tanggapan responden terhadap variabel online consumer reviews secara keseluruhan sudah
berkategori baik, ini dilihat dari rata-rata keseluruhan sebesar 4,07 (3,41-4,20= Baik). Ini berarti
responden telah mendapat informasi yang berdasarkan pada pengalaman langsung konsumen
sebelumnya sehingga dapat mengurangi risiko, lebih bisa memahami sebuah produk secara lebih
mendalam dan mengambil keputusan pembelian. Informasi tersebut dapat berupa ulasan produk,
respon penjual dan bahkan kecepatan pengiriman.
Berdasarkan Tabel 2, rata-rata jawaban responden secara keseluruhan sebesar 4,03 (3,41-
4,20= Berkualitas). Ini menunjukkan bahwa review yang disampaikan memiliki kualitas yang baik
karena memuat obyektivitas dan logika yang masuk akal, harus menyampaikan informasi yang
dapat dimengerti, memadai dan relevan mengenai sebuah produk serta memiliki alasan yang cukup
berdasarkan fakta produk.
Rata-rata jawaban tertinggi responden sebesar 4,22 (4,20-5,00= Sangat Berkualitas) adalah
untuk pernyataan “Secara keseluruhan, review mengenai produk fashion yang saya baca
bermanfaat”, artinya rata-rata jawaban menunjukkan review yang sangat berkualitas. Hal ini
menandakan bahwa review mengenai produk fashion yang dibaca memberikan manfaat bagi
pelanggan karena dapat memberikan informasi yang jelas dalam membantu konsumen dalam
mengevaluasi produk untuk membuat keputusan pembelian.
Berdasarkan hasil tanggapan dan wawancara dengan responden, maka dapat disimpulkan
bahwa kualitas review secara keseluruhan sudah berkategori berkualitas. Ini berarti responden telah
mendapat informasi yang berdasarkan pada pengalaman langsung konsumen sebelumnya sehingga
dapat mengurangi risiko, dan lebih bisa memahami sebuah produk secara lebih mendalam dan
mengambil keputusan pembelian. Informasi dari review sebagian obyektif, dan sebagian lagi
subyektif, tergantung pengalaman konsumen masing-masing yang pernah membeli. Informasi
sudah cukup jelas, mudah dimengerti dan memberikan manfaat bagi responden dalam membuat
Berdasarkan Tabel 7, tanggapan responden terhadap variabel keputusan pembelian sudah tinggi,
hal ini dilihat rata-rata jawaban responden secara keseluruhan sebesar 4,83 (3,41-4,20= Tinggi). Ini
Hasil regresi linier pada tabel 8 memberi dukungan terhadap hipotesis yang diajukan yaitu
H1: Online consumer reviews memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian
online. Artinya online consumer reviews memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan
pembelian online dan hipotesis diterima. Nilai pengaruh online consumer reviews (variabel
independen) terhadap keputusan pembelian online adalah β= 0,687. Hal ini secara fungsional
bermakna apabila variabel online consumer reviews ditingkatkan, maka keputusan pembelian online
akan meningkat. Artinya semakin baik peran online consumer reviews sebagai sumber informasi
Tabel 9. Hasil Analisis Regresi Linier Variabel Online Consumer Reviews terhadap Keputusan
Pembelian
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta
t Sig.
1 (Constant) 2.466 .915 2.696 .008
Kualitas Review .373 .037 .599 9.973 .000
Hasil regresi linier pada Tabel 9 memberi dukungan terhadap hipotesis yang diajukan yaitu
H2: Kualitas review memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian online. Artinya
kualitas review memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian online dan hipotesis
diterima. Nilai pengaruh kualitas review (variabel independen) terhadap keputusan pembelian
online adalah β= 0,599. Hal ini secara fungsional bermakna apabila variabel kualitas review
ditingkatkan, maka keputusan pembelian online akan meningkat.
Tabel 10. Hasil Analisis Regresi Linier Dimensi Volume Review terhadap Keputusan Pembelian
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 4.917 .783 6.278 .000
Volume Review .545 .064 .539 8.530 .000
Hasil regresi linier pada Tabel 10 memberi dukungan terhadap hipotesis yang diajukan yaitu
H3: Volume review memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian online. Artinya
volume review memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian online dan hipotesis
diterima. Nilai pengaruh volume review (variabel independen) terhadap keputusan pembelian
online adalah β= 0,539. Hal ini secara fungsional bermakna apabila variabel volume review
ditingkatkan, maka keputusan pembelian online akan meningkat.
Tabel 11. Hasil Analisis Regresi Linier Dimensi Review Valence terhadap Keputusan Pembelian
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.710 1.008 2.687 .008
Review Valence .516 .059 .550 8.791 .000
Tabel 12. Hasil Analisis Regresi Linier Dimensi Review Timeliness terhadap Keputusan Pembelian
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.717 .961 4.908 .000
Review Timeliness .780 .109 .471 7.130 .000
Hasil regresi linier pada Tabel 12 memberi dukungan terhadap hipotesis yang diajukan yaitu
H5: Review timeliness memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian online.
Artinya review timeliness memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian online dan
hipotesis diterima. Nilai pengaruh review timeliness (variabel independen) terhadap keputusan
pembelian online adalah β= 0,471. Hal ini secara fungsional bermakna apabila variabel review
timeliness ditingkatkan, maka keputusan pembelian online akan meningkat.
Tabel 13. Hasil Analisis Regresi Linier Dimensi Kredibilitas Sumber Review terhadap Keputusan
Pembelian
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.013 .721 6.948 .000
Kredibilitas Sumber .586 .064 .565 9.144 .000
Review
Hasil regresi linier pada Tabel 13 memberi dukungan terhadap hipotesis yang diajukan yaitu
H6: Kredibilitas sumber review memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian
online. Artinya kredibilitas sumber review memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan
pembelian online dan hipotesis diterima. Nilai pengaruh kredibilitas sumber review (variabel
independen) terhadap keputusan pembelian online adalah β= 0,565. Hal ini secara fungsional
bermakna apabila variabel kredibilitas sumber review ditingkatkan, maka keputusan pembelian
online akan meningkat.
Implikasi Strategis
Keputusan pembelian secara online didahului oleh tahapan pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi dan evaluasi alternatif. Keputusan pembelian online dipengaruhi oleh banyak
faktor yang dapat dikelompokkan menjadi faktor internal yaitu psikologi konsumen dan faktor
eksternal yang terdiri dari lingkungan sosial budaya masyarakat, stimuli pemasaran dan sistem
kontrol vendor (Suhari, 2008).
Keputusan pembelian secara online ini dimulai sejak munculnya tren e-commerce yang
dimulai dari kesuksesan situs web pengecer online Amazon dan situs web lelang eBay di Amerika
Serikat yang didirikan pada tahun 1994 dan 1995. Sedangkan di Indonesia, permulaan e-commerce
ditandai dengan hadirnya situs web Bhinneka dan forum Kaskus khususnya Forum Jual Beli (FJB)
pada tahun 1999 (Bhinneka.com, 2017).
Sejak saat itu, e-commerce di Indonesia telah banyak berkembang dan berevolusi, namun
masih terdapat beberapa hal yang menjadi kendala dalam perkembangannya, salah satunya yaitu
kendala kepercayaan. Dharmaadi dan Supangkat (2014) menyebutkan bahwa sebagian besar
pengguna yang ingin berbelanja kurang mempercayai situs-situs e-commerce. Tetapi konsumen
memiliki kekhawatiran barang yang dibeli tidak sampai, barang tidak sesuai dan tidak bisa
dikembalikan jika tidak sesuai dalam melakukan keputusan pembelian secara online.
Dalam rangka meminimalisir risiko tersebut, calon konsumen dapat membandingkan
informasi produk yang ditampilkan oleh penjual dengan informasi produk berdasarkan pengalaman
konsumen lainnya. Selayaknya WOM tradisional, e-WOM berupa online consumer review juga
dapat menjadi sumber informasi bagi calon konsumen. Proses pengambilan keputusan oleh
konsumen sangat dipengaruhi oleh e-WOM (Goldenberg, Libai & Muller, 2001).
Para penyedia marketplace dan penjual yang tergabung dalam marketplace tersebut sudah
seharusnya menampilkan online consumer reviews harus berkualitas yaitu dapat dimengerti,
memadai dan relevan. Berdasarkan teori perceived quality, semakin detail, lengkap, akurat, faktual
dan relevan suatu review terhadap kebutuhan konsumen, maka review tersebut semakin membantu
untuk membuat keputusan pembelian (Park et al., 2007; Schepers, 2015).
Selain review yang berkualitas, para penyedia marketplace dan penjual perlu menampilkan
semua review dari konsumen yang ada, karena dengan jumlah review yang banyak menandakan
bahwa produk fashion tersebut merupakan produk yang populer. Jumlah review yang banyak juga
menandakan bahwa produk fashion tersebut memiliki kualitas yang baik. Sama halnya dengan yang
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh variabel dan dimensi
online consumer reviews terhadap keputusan pembelian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan online consumer reviews berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian produk fashion pada platform online marketplace C2C.
2. Berdasarkan penelitian menunjukkan dimensi kualitas review memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
Referensi
Agustina, L. & Kurniawan, F. (2018). Sistem reputasi penjual dalam proses pengambilan keputusan
pembelian di platform C2C e-commerce. Jurnal Komunikasi Indonesia, VII9(1), 28-43.
Almana, A.M. & Mirza, A.A. (2013). The impact of electronic word of mouth on consumers’
purchasing decisions. International Journal of Computer Applications, 82(9).
Bae, S. & Lee, T. (2011a). Gender differences in consumers perception of online consumer reviews.
Electronic Commerce Research, 201-214.
Bae, S. & Lee, T. (2011b). Product type and consumers’ perception of online consumer reviews.
Electron Markets, 21:255-266.
Bataineh, A.Q. (2015). The impact of perceived e-wom on purchase intention: the mediating role of
corporate image. International Journal of Marketing Studies, 7(1).
Beneke, J., Mill, J., Naidoo, K. & Wickham, B. (2015). The impact of willingness to engage in
negative electronic word-of-mouth on brand attitude: a study of airline passengers in South
Africa. Journal of Business and Retail Management Research, 9(2), 68-84.
Bhinneka.com. (2017). Sejarah E-Commerce Indonesia: Apa yang Telah dan Akan Terjadi?
Diakses dari
https://www.kompasiana.com/www.bhinneka.com/59b25877085ea65943594dc2/sejarah-e-
commerce-indonesia-apa-yang-telah-dan-akan-terjadi?page=all.
Chatterjee, P. (2001). Online reviews: do consumers use them? NA – Advances in Consumer
Research, 28, 129-133.
Cheung, C.M.K. & Lee, M.K.O. (2008). Online consumer reviews: does negative electronic word-
of-mouth hurt more? Americas Conference on Information Systems 2008 Proceedings. 143.
Cheung, C.M.K., Lee, M.K.O. & Rabjohn, N. (2008). The impact of electronic word-of-mouth.
Internet Research, 18(3), 229-247.
Dharmaadi, I.P.A. & Supangkat, S.H. (2014). Literature review: Sistem reputasi berbasis feedback
rating pada e-commerce. E-Indonesia Initiatives (eII-Forum) 2014.
Devedi, P., Sujatha, P. & Pathak, R. (2017). A study on parameters of online reviews content that
influence consumers buying behavior-an Indian perspective. Journal of Business and Retail
Management Research. 11(4), 1-13.
Farki, A., Baihaqi, I. & Wibawa, B.M. (2016). Pengaruh online customer review dan rating
terhadap kepercayaan dan minat pembelian pada online marketplace di Indonesia. Jurnal
Teknik ITS, 5(2), A614-A619.
Forman, C., Ghose, A. & Wiesenfeld, B. (2008). Examining the relationship between reviews and
sales: the role of reviewer indentity disclosure in electronic markets. Information Systems
Research, 19(3), 291-313.
Goldenberg, J., Libai, B. & Muller, E. (2001). Talk of the network: A complex system look at the
underlying process of word-of-mouth. Marketing Letters 12(3), 211-223.
Hennig-Thurau, T., Gwinner, K.P., Walsh, G. & Gremler, D.D. (2004). Electronic word of mouth
via consumer opinion platforms: What motivates consumers to articulate themselves on the
internet? Journal of Interactive Marketing, 18(1), 38-52.
Abstract. The study aimed to examine the service quality and the Bank’s customer satisfaction.
Specifically, it analysed each of the service quality components that is tangibles, reliability,
responsiveness, assurance, and empathy in influencing the customer satisfaction. Employing
accidental sampling, 307 active customers at Bank Bengkulu Sukaraja Sub Branch were used to
being the respondents at the study. A self-administrated survey questionnaire technique was used to
collect data. Data gathered were analyzed using the multiple linear regression analysis. The result
showed that the tangibles, the reliability, the responsiveness, the assurance, and the empathy of the
service quality together influenced positively and significantly the customer satisfaction. Partially,
there was a positive and significant influence of the tangibles on the customer satisfaction; Similarly,
the reliability had a positive and significant influence on the customer satisfaction; The
responsiveness and the empathy, each of them had also a positive and significant influence on the
customer satisfaction. These implied that the combination of the five components of the service
quality played a significant role in achieving a high satisfaction of the bank customers. The
satisfaction of the customers cannot be achieved if the bank only treated one or two components.
It was arguing that applying the five components during the customers’ transactions at the bank
was more effective and efficient in showing the quality of the service. Indirectly, the customers
could feel the satisfaction of the service provided by the bank.
Pendahuluan
Keberhasilan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dapat ditentukan dengan
pendekatan service quality, yang mana service quality dapat diukur dengan membandingkan antara
pelayanan yang diterima pelanggan dengan harapan pelanggan karenanya hal utama dan serius yang
diperhatikan oleh perusahaan adalah kualitas pelayanan dengan melibatkan seluruh sumber daya
perusahan (Putranto, Nurbambang, Rinto. 2019). Peningkatan kualitas merupakan salah satu strategi
pemasaran yang ditekankan pada pemenuhan keinginan pelanggan. Untuk menciptakan layanan
kualitas yang tinggi, sebuah perusahaan/lembaga harus menawarkan layanan yang mampu diterima
atau dirasakan pelanggan sesuai dengan atau melebihi apa yang diharapkan pelanggan. Semakin
tinggi kualitas pelayanan yang dirasakan dibanding harapannya, pelanggan tentu akan semakin puas
(Alfiah, 2019).
Kualitas Pelayanan
Kualitas adalah jaminan terbaik atas loyalitas konsumen, pertahanan terkuat kami
menghadapi persaingan luar negeri, dan satu-satunya jalan untuk mempertahankan pertumbuhan dan
penghasilan (Kotler dan Keller, 2018). Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kualitas pelayanan ialah upaya yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan
konsumen sesuai dengan keinginan dan harapan konsumen, sehingga dapat membuat konsumen
merasa puas setelah harapannya terpenuhi.
Kepuasan
Kepuasan konsumen merupakan salah satu pendorong utama yang menghubungkan antara
perusahaan dan pelanggan dalam jangka panjang. Jika berbicara tentang kepuasan atau
ketidakpuasan, terdiri dari perasaan senang tertentu atau kecewa yang berasal dari perbandingan
antara kinerja suatu produk dengan keinginan pribadi (Kotler & Amstrong, 2017). Pengukuran
kepuasan konsumen (Tjiptono, 2017) memiliki berapa konsep, yaitu:
Kerangka Analisis
Berdasarkan landasan konsep teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kerangka
konsep penelitian digambarkan, sebagai berikut:
H1: Tangible memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan nasabah
Bank Bengkulu Cabang Pembantu Sukaraja.
H4: Assurance memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan
nasabah Bank Bengkulu Cabang Pembantu Sukaraja.
H5: Empathy memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan nasabah
Bank Bengkulu Cabang Pembantu Sukaraja.
Berdasarkan Tabel 1 dapat dikemukakan bahwa kualitas pelayanan tangible pada katagori
memiliki kemampuan. Ini menunjukkan bahwa Bank Bengkulu Cabang Pembantu Sukaraja sudah
memberikan pelayanan tangible yang memiliki kemaampuan.
Cukup
Rata-Rata Total 3,38
Tanggap
Berdasarkan Tabel 3 dapat dikemukakan bahwa kualitas pelayanan responsivenes katagori
cukup tanggap. Hal ini berarti pelayanan pada responsiveness yang diberikan karyawan Bank
Bengkulu Cabang Pembantu Sukaraja cukup tanggap.
Berdasarkan Tabel 5 dapat dikemukakan bahwa kualitas pelayanan emphaty katagori cukup
perhatian. Dalam memberikan pelayanan Karyawan Bank Bengkulu Cabang Pembantu Sukaraja
kurang memberikan perhatian dan ketulusan pada kebutuhan nasabah dikarenakan pada saat
melayani kondisi yang ada jumlah nasabah yang menunggu untuk dilayani sangat banyak dan
terkadang mereka ingin dilayani dengan cepat, padahal nomor antrian mereka masih panjang.
Cukup
Rata-Rata Total 3,37
Terpuaskan
Berdasarkan Tabel 7 dapat dikemukakan bahwa kepuasan nasabah pada dimensi kepuasan
nasabah keseluruhan katagori cukup terpuaskan. Artinya nasabah Bank Bengkulu Cabang Pembantu
Sukaraja sudah cukup terpuaskan dengan pelayanan yang diberikan. Persepsi nasabah pada dimensi
kepuasan pelanggan keseluruhan, masih ada sebagian nasabah yang merasakan bahwa masih ada
yang belum puas dengan produk dan pelayanan yang diberikan oleh Bank Bengkulu Cabang
Pembantu Sukaraja. Hal ini disebabkan pada saat mati lampu dan jaringan mengalami gangguan,
nasabah yang dari lokasi yang jauh tidak dapat mengerti kondisi yang terjadi.
Sesuai
Rata-Rata Total 3,73
Harapan
Tabel 8 dapat dikemukakan bahwa kepuasan nasabah pada konfirmasi harapan berada pada
katagori sesuai harapan. Hal ini dikarenakan adanya kesesuaian harapan antara produk dan layanan
yanh diharapkan dengan pelayanan yang diterima. Oleh karena itu, hal ini perlu dipertahankan agar
kepuasan nasabah semakin meningkat.
Berdasarkan Tabel 9 dapat dikemukakan bahwa kepuasan nasabah pada kesediaan untuk
merekomendasi katagori baik. Hal ini disebabkan nasabah merasa puas dikarenakan nasabah
menyampaikan dan merekomendasikan akan produk-produk Bank Bengkulu Cabang Pembantu
Sukaraja dan pelayanan yang diberikan karyawan Bank Bengkulu Cabang Pembantu Sukaraja
kepada teman dan keluarganya.
Berdasarkan Tabel 10 dapat dikemukakan bahwa kepuasan nasabah Bank Bengkulu Cabang
Pembantu Sukaraja katagori puas. Pada kepuasan nasabah ini dari 3 (tiga) dimensi yang ada
ditemukan satu dimensi yang katagori cukup puas, yaitu kepuasan pelanggan secara keseluruhan.
Berdasarkan Tabel 11 persamaan regresi yang dihasilkan dari pengolahan data penelitian,
terkait dengan tujuan penelitian dapat ditarik kesimpulan tangible arah pengaruhnya positif sebesar
0,107 terhadap variabel kepuasan nasabah Bank Bengkulu Cabang Pembantu Sukaraja, reliability
arah pengaruhnya positif sebesar 0,211 terhadap kepuasan nasabah Bank Bengkulu Cabang
Pembantu Sukaraja, responsiveness arah pengaruhnya positif sebesar 0,187 terhadap kepuasan
Tabel 12 dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (adjusted R2) yang diperoleh
sebesar 0,394. Nilai R2 merupakan nilai koefisien simultan antara variabel prediktor terhadap
variabel dependen. Nilai ini menunjukkan bahwa variabel prediktor atau variabel bebas memiliki
pengaruh sebesar 39,4% terhadap varibel terikat. Pada penelitian ini kualitas pelayanan yang terdiri
dari tangible, reliability, responsiveness¸ assurance, dan empathy memiliki pengaruh terhadap
kepuasan nasabah pada Bank Bengkulu Cabang Pembantu Sukaraja sebesar 39,4%.
Untuk mengetahui apakah variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan yaitu antara
variabel tangible, reliability, responsiveness¸ assurance, dan empathy terhadap kepuasan nasabah,
maka dilakukan dengan menggunakan analisa uji F. Hasil pengolahan data yang telah dilakukan
melalui Uji F ini ditanpilkan pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil Analisis Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 258.239 5 51.648 10.996 b
.000
Residual 1413.833
301 4.697
Total
1672.072 306
Penutup
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan.
Adapun beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan nasabah Bank
Bengkulu Cabang Pembantu Sukaraja dengan persentase pengaruh sebesar 39,4%.
2. Tangibles berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan nasabah Bank Bengkulu Cabang
Pembantu Sukaraja. Hal ini berarti bahwa jika tangibles semakin tinggi, maka kepuasan nasabah
Bank Bengkulu Cabang Pembantu Sukaraja juga semakin tinggi, sejalan dengan peningkatan
tangibles.
3. Reliability berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan nasabah Bank Bengkulu
Cabang Pembantu Sukaraja. Hal ini berarti bahwa jika reliability semakin tinggi, maka kepuasan
nasabah Bank Bengkulu Cabang Pembantu Sukaraja juga semakin tinggi, sejalan dengan
peningkatan reliability.
4. Responsiveness berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan nasabah Bank Bengkulu
Cabang Pembantu Sukaraja. Hal ini berarti bahwa responsiveness semakin tinggi, maka
Abstract. The purpose of this research to determine the influence of knowledge sharing and trust
toward employee’s performance at The P.T. Daria Dharma Pratama of Mukomuko. This research is
descriptive research type quantitative which is an examination of the issues in the form of the
current facts of a certain phenomenon using the calculation of statistical figures. The type of the
data being used is the primary data obtained through the distributing questionnaire as data collect.
The respondents of the research is the employees of P.T. Daria Dharma Pratama of Mukomuko as
many as 189 respondents were taken with the technique of proportional random sampling. Methods
of data analysis used the descriptive analysis and multiple linear regression analysis. Based on field
research, obtained as a result that the knowledge sharing and trust a statistically significant effect
toward employees’ performance at the P.T. Daria Dharma Pratama of Mukomuko. The implication
of this research is the increasing knowledge sharing and trust will be increase of employee’s
performance at the P.T. Daria Dharma Pratama of Mukomuko.
Pendahuluan
Perusahaan sebagai organisasi yang harus terus belajar agar dapat terus hidup, tumbuh dan
berkembang mengikuti perubahan lingkungan. Oleh karenanya, setiap perusahaan harus menjadi
organization learning, yaitu organisasi yang terus memberdayakan sumber daya yang ada di dalam
organisasi untuk terus belajar (Moorhead & Griffin, 2014). Learning organization adalah organisasi
yang anggota organisasinya terus-menerus meningkatkan pengetahuannya untuk menumbuh-
kembangkan penciptaan sesuatu yang baru, organisasi yang memberikan kebebasan untuk
menyampaikan aspirasinya, dan organisasi yang anggotanya secara terus menerus belajar (Robbins,
2015).
Organisasi pembelajar adalah organisasi yang memiliki kemampuan untuk menciptakan,
menginterpretasikan, mentransfer, mempertahankan pengetahuan, dan secara sadar mengubah
perilakunya untuk hal tersebut (Garvin, 2010). Dengan menjadi learning organization (organisasi
pembelajar) maka organisasi akan terus memberdayakan semua sumber daya organisasi dalam
rangka pertumbuhan organisasi (Mahayana, et al., 2008). Untuk itu, kebutuhan untuk mendapatkan
pengetahuan, informasi, data yang handal, riset dan analisisnya serta berorientasi ke depan
merupakan suatu hal yang mutlak bagi perusahaan untuk menjamin kelangsungan hidupnya, karena
Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tinjauan Pustaka
Kinerja
Hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya juga
disebut dengan kinerja. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan
kelompok kerja di perusahaan tersebut. Menurut Sedarmayanti (2011) kinerja merupakan
terjemahan dari performance yang berarti hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen
atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan
buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan).
Knowledge Sharing
Knowledge Management adalah sebuah koordinasi sitematis dalam sebuah organisasi yang
mengatur sumber daya manusia, teknologi, proses dan struktur organisasi dalam rangka
meningkatkan value melalui penggunaan ulang dan inovasi. Koordinasi ini bisa dicapai melalui
menciptakan, membagi dan mengaplikasikan pengetahuan dengan menggunakan pengalaman dan
tindakan yang telah diambil perusahaan demi kelangsungan pembelajaran organisasi (Dalkir, 2011).
Wiryana (2012) memiliki pandangan lain tentang pengetahuan. Mereka mengelompokkan
knowledge (pengetahuan) menjadi 3 jenis yaitu:
1. Tacit knowledge
2. Pada dasarnya suatu informasi akan menjadi tacit knowledge ketika diproses oleh pikiran
seseorang. Knowledge jenis ini biasanya belum dikodifikasikan atau disusun dalam bentuk
tertulis. Dalam knowledge ini termasuk intuisi, cognitive knowledge. Tacit knowledge seperti
intuisi, dan pandangan biasanya sangat sulit untuk dikodifikasikan. Biasanya pengetahuan ini
terkumpul melalui pengalaman sehari-hari pada pelaksanaan suatu pekerjaan. Pengetahuan
jenis ini akan menjadi explicit knowledge ketika dikomunikasikan kepada pihak lain dengan
format yang tepat (tertulis, grafik dan lain sebagainya).
Trust
Trust didefinisikan sebagai keyakinan seorang karyawan terhadap rekan kerjanya yang
diyakini akan melakukan hal-hal yang positif terhadap dirinya (Evans, 2013). Keyakinan tersebut
tidak muncul secara seketika tetapi melalui proses interaksi dan pengamatan yang dilakukan oleh
karyawan terhadap rekan kerja. Oleh karena itu karyawan menyadari bahwa ada suatu resiko yang
terlibat dalam Trust, karyawan menyadari bahwa apakah akibat yang dihasilkan itu untung atau rugi
tergantung pada apa yang dilakukan rekan kerja, karyawan merasa percaya bahwa rekan kerja akan
berperilaku seolah-olah menghasilkan akibat yang menguntungkan.
Trust merupakan kunci bagi kinerja perusahaan karena Trust memungkinkan kerjasama
yang bersifat sukarela. Trust membantu pengembangan dan pemeliharaan internal diantara berbagai
kelompok dalam perusahaan yang memungkinkan terjalinnya kerjasama yang baik diantara anggota
Kerangka Analisis
Berdasarkan latar belakang, tujuan, serta tinjauan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya
maka disusunlah suatu kerangka konsep penelitian. Pada kerangka konsep ini terdapat variabel
terikat dan variabel bebas. Kerangka konsep ini berdasarkan konseptualisasi oleh Ivancevich (2011)
tentang pengaruh knowledge sharing dan trust terhadap kinerja karyawan.
H1
H2
H3
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa secara umum menjelaskan bahwa knowledge sharing
karyawan P.T. Daria Dharma Pratama Kabupaten Mukomuko sangat sesuai. Hal ini dibuktikan
dengan nilai rata-rata jawaban responden sebesar 4,21 yang berada pada kriteria jawaban ‘sangat
tinggi’ (4,21-5,00). Hasil ini bermakna bahwa karyawan sudah memiliki pengetahuan pekerjaan
yang sangat memadai. Hal ini tentu saja akan mendorong pencapaian hasil kerja atau kinerja yang
maksimal.
Parameter pengukur variabel trust terdiri dari 11 item pertanyaan. Pengukuran jawaban
responden menggunakan skala Likert. Jawaban responden terhadap variabel trust tersebut
terangkum pada Tabel 2.
Tabel 2 diketahui bahwa secara umum menjelaskan bahwa variabel trust karyawan P.T.
Daria Dharma Pratama Kabupaten Mukomuko telah sesuai dengan standar etika perusahaan. Hal ini
dibuktikan dengan nilai rata-rata jawaban responden sebesar 4,03 yang berada pada kriteria jawaban
‘tinggi’. Hasil ini bermakna bahwa P.T. Daria Dharma Pratama Kabupaten Mukomuko telah
bekerja dengan tingkat kepercayaan yang tinggi. Kepercayaan tersebut meliputi keyakinan
mengenai ketulusan orang lain dan keyakinan terhadap kemampuan dan kompetensi orang lain.
Tabel 3 diketahui bahwa secara umum menjelaskan bahwa kinerja karyawan P.T. Daria
Dharma Pratama Kabupaten Mukomuko berada pada kategori baik. Hal ini dibuktikan dengan nilai
rata-rata jawaban responden sebesar 4,16 yang berada pada kategori interval ‘3,41-4,20’. Hasil ini
bermakna bahwa karyawan P.T. Daria Dharma Pratama Kabupaten Mukomuko telah memiliki
a) Uji F
Dari hasil analisis data, diperoleh nilai F-hitung sebesar 830,443 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000. Jika nilai probabilitas () 0,000 tersebut dibandingkan dengan nilai alpha 0,05,
Pembahasan
Pengaruh Knowledge Sharing dan Trust terhadap Kinerja
Trust dapat memperlancar hubungan kerjasama karyawan, jika trust sudah di dapat maka akan
membawa keuntungan bagi organisasi untuk meningkatkan hubungan interpersonal antar karyawan.
Hal tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Colquitt (2007) dimana karyawan akan
bekerjasama dengan baik dengan rekan kerjanya apabila fondasi hubungan mereka adalah rasa
saling percaya (trust) yang didasari oleh tujuan bersama dan pertemanan yang erat dalam jangka
waktu yang lama.
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa knowledge sharing dan trust berpengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil ini bermakna jika knowledge sharing dan trust semakin
tinggi, maka kinerja karyawan akan semakin meningkat. Dari hasil penelitian di lapangan diketahui
bahwa knowledge sharing dan trust karyawan P.T. Daria Dharma Pratama Kabupaten Mukomuko
berpengaruh terhadap kinerja karyawan yang signifikan tersebut didukung dengan data deskriptif
yang menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut (knowledge sharing dan trust) memiliki nilai
rata-rata yang tinggi. Artinya, karyawan P.T. Daria Dharma Pratama Kabupaten Mukomuko telah
memiliki knowledge sharing dan trust yang tinggi sehingga akan mendukung kinerja karyawan
yang bersangkutan.
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Knowledge sharing dan trust berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan P.T. Daria Dharma
Pratama Kabupaten Mukomuko. Artinya, jika knowledge sharing dan trust meningkat, maka
kinerja karyawan juga akan meningkat.
2. Knowledge sharing berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan P.T. Daria Dharma Pratama
Kabupaten Mukomuko. Artinya, jika knowledge sharing semakin meningkat maka kinerja
karyawan akan meningkat.
3. Trust berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan P.T. Daria Dharma Pratama Kabupaten
Mukomuko. Artinya, jika trust semakin meningkat maka kinerja karyawan akan meningkat.
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan knowledge sharing karyawan mengenai prosedur dan pembagian tugas yang
jelas. Upaya ini dilakukan dengan adanya informasi yang berimbang mengenai prosedur dan
pembagian tugas tersebut, sehingga akan meningkatkan efektivitas kerja dan kinerja karyawan.
2. Menjalin hubungan kerjasama dengan dasar saling percaya (trust). Hal tersebut dapat dilakukan
melalui komunikasi yang terbuka antar karyawan dan manajemen, sehingga setiap karyawan
merasakan diperlakukan secara adil oleh organisasi.
3. Menetapkan standar kinerja karyawan yang mudah dicapai, sehingga karyawan akan mampu
bekerja secara maksimal sesuai dengan tanggungjawabnya.
Referensi
Colquitt, J.A., Scott, B.A. & LePine, J.A. (2007). Trust, trustworthiness, and trust propensity: a
meta analytic test of their unique relationships with rist taking and job performance. The
Journal of Applied Psychology, 92 (4), 190-199.
Du, R., Ai, S. & Ren, Y. (2007). Relationship between knowledge sharing and performance: A
Survey in Xi’an China. Expert System with Applications, 32 (1), 38-46.
Evans, J.R. (2013). Total quality (Management, organization and strategy). Ohio: South-Western
Abstract. The current study aimed to examine the effect of psychological empowerment as a
mediator in the relationship between the core self-evaluations and nurses’ performances at Regional
Public Hospital (RSUD). A quantitative approach and a survey method were employed to collect
data. Nurses who were in the civil servant status were formed for the sample for this study. Using
online survey questionnaire. data were gathered from 89 nurses who worked at Regional Public
Hospital (RSUD) Curup. Hierarchical multiple regression analysis was employed to test the
hypotheses formed. The results statistically showed that: (1) Core self-evaluations significantly had
a positive effect on nurses’ performances; if the core self-evaluations is getting higher, then
nurses’ performances will also be higher; (2) The core self-evaluations had significant and positive
effect on the psychological empowerment; The core self-evaluations is getting higher, then the
psychological empowerment will be higher; (3) The psychological empowerment predicted nurses’
performances; the psychological empowerment is getting higher, then nurses’ performances will be
higher; and (4) The psychological empowerment mediated partially and significantly in the effect
of the core self-evaluations on nurses’ performances. The psychological empowerment gave an
impact on an increase in the relationship of the core self-evaluations and nurses’ performances. The
discussions, implications and recommendations were presented.
Pendahuluan
Perkembangan yang terjadi pada organisasi pelayanan publik seperti halnya rumah sakit tidak
hanya berkaitan dengan perubahan, perbaikan layanan dan penetapan strategi. Namun juga
berkaitan dengan peningkatan kapabilitas seluruh aspek penunjang layanan seperti sumber daya
manusia (SDM), peralatan dan teknologi pelayanan. Kontribusi sumber daya manusia dapat
diketahui dari perilaku SDM yang diukur dengan kinerjanya.
Pada level organisasi, pengukuran kinerja adalah dasar untuk menilai keberhasilan dan
kegagalan pelaksanaan kegiatan, sesuai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka
mewujudkan visi dan misi organisasi (Sedarmayanti, 2014). Pada level individu, pengukuran
kinerja berguna untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas-tugas anggota
organisasi (pegawai/karyawan) dalam periode waktu tertentu.
Dua faktor internal yang dapat memengaruhi kinerja adalah core self-evaluations (Ivancevich,
2007; Walumbwa et al., 2017) dan pemberdayaan psikologis (Meiliani et al., 2014; Spreitzer,
2007). Core self-evaluations adalah karakteristik seorang individu yang mempunyai kemampuan
Kajian Pustaka
Teori yang melandasi keterkaitan variabel pemberdayaan psikologis, core self-evaluations
dan kinerja adalah teori tiga kondisi psikologis oleh Kahn (1990) yang disebut dengan model need-
satisfying approach. Menurut Kahn (1990) kinerja berkembang ketika tiga kondisi psikologis
terpenuhi, yaitu kebermaknaan psikologis (psychological meaningfulness), keamanan psikologis
(psychological safety) dan ketersediaan psikologis (psychological availability). Dalam mencapai
kinerja diperlukan engagement yang diukur secara spesifik dengan keterlibatan (involvement) dan
pemberdayaan (empowerment). Psychological meaningfulness dipandang sebagai perasaan berguna
dan berharga atas upaya yang diberikan karyawan terhadap pekerjaan. Psychological
meaningfulness berkaitan dengan keyakinan bahwa pekerjaan seseorang karyawan itu berharga dan
cukup bermakna untuk menambahkan nilai dan signifikansi karyawan untuk berprestasi (mencapai
kinerja) di tempat kerja. Ketika karyawan percaya bahwa pekerjaan atau peran mereka signifikan
dan sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai diri dan organisasi, mereka akan membawa diri mereka ke
dalam pekerjaan dan menunjukkan keterikatannya (Czamowsky, 2008).
Psychological safety merupakan pengalaman yang mampu bertindak dengan cara alami, serta
dapat menggunakan semua keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki tanpa adanya rasa takut
adanya konsekuensi negatif untuk citra diri, status atau karier karyawan (Kahn, 1990). Ketika
karyawan percaya bahwa organisasi mereka memberikan lingkungan kerja yang dapat diandalkan
dan diprediksi, dengan demikian karyawan akan lebih terikat dalam pekerjaannya, sehingga
menghasilkan kinerja yang tinggi. Terakhir, psychological availability merupakan perasaan
memiliki yang diwujudkan dengan melibatkan diri ke dalam peran kinerja (Kahn, 1990). Secara
psikologis, karyawan yakin dapat masuk ke dalam peran kerja dengan sumber daya fisik, emosional
dan psikologis untuk menyelesaikan pekerjaan. Individu yang secara psikologis mengenali diri
mereka sendiri untuk siap menanamkan fisik kognitif dan energi emosional mereka cenderung
menunjukan keterlibatan yang lebih tinggi dalam kinerja peran (Kahn, 1990). Ketiga kondisi
psikologis di atas akan membuat seseorang mampu melakukan penilaian tentang dirinya sendiri
(core self-evaluations) (Judge et al., 1997).
Pemberdayaan Psikologis
Pencapaian tujuan organisasi menjadi tidak layak tanpa memberdayakan karyawan secara
psikologis. Hal ini menunjukkan bahwa pemberdayaan psikologis merupakan hal penting yang
perlu diteliti (Ugwu et al., 2014). Pemberdayaan disebut sebagai konsep motivasi dari efikasi diri
(Conger & Kanungo, 1988). Tingkat pemberdayaan bahwa karyawan percaya tentang arti dari
pekerjaan, kemampuan dalam bekerja, memotivasi diri dan kemandirian dalam memengaruhi hasil
pekerjaan disebut juga dengan pemberdayaan psikologis (Tetik, 2016). Pemberdayaan psikologis
terdiri atas empat indikator, yaitu kebermaknaan, kompetensi, penentuan sendiri dan dampak
(Spreitzer, 1995; Thomas & Velthouse, 1990). Tingkat sejauh mana seorang individu dapat
memengaruhi secara aktif peran kerja dan konteks kerjanya disebut dengan pemberdayaan (Daniels
& Guppy, 1994). Saat sedang bahagia karyawan akan menunjukkan kepuasan dalam pekerjaan
(Meiliani, 2014).
Pemberdayaan beraneka segi dan pada dasarnya tidak bisa ditangkap dengan konsep tunggal
(Thomas & Velthouse, 1990). Pemberdayaan psikologis merupakan istilah untuk mendorong dan
mengijinkan karyawan dalam mengambil tanggung jawab pribadi untuk meningkatkan kinerja dari
tugas yang diberikan. Aktivitas ini juga sambil berkontribusi terhadap pencapaian objektif
organisasi secara keseluruhan (Degago, 2014). Jadi, pemberdayaan psikologis adalah sebuah
konsep motivasi. Artinya, tingkat sejauh mana seorang individu dapat memengaruhi secara aktif
peran kerja dan konteks kerjanya. Dengan menerapkan konsep ini akan menyebabkan efektivitas
organisasi meningkat.
Core Self-Evaluations
Core self-evaluations adalah kesimpulan akhir yang dimiliki individu tentang kompetensi dan
nilai mereka sebagai individu. Orang yang mempunyai core self-evaluations positif menyukai
dirinya, memandang dirinya efektif dan mempunyai kemampuan mengendalikan lingkungan. Orang
Kerangka Analisis
Core self-evaluations sebagai suatu sifat pribadi yang akan menjelaskan sikap dan perilaku
seseorang (Judge et al., 1997). Seseorang berfikir bahwa mempunyai kompetensi, maka akan
melihat situasi atau pekerjaan secara positif dan berperilaku konsisten di setiap situasi (Walumbwa
et al., 2017). Pemberdayaan psikologis sebagai perilaku proaktif yang ditunjukan oleh karyawan
yang memiliki core self-evaluations positif (Chen et al., 2018). Dalam organisasi, pemberdayaan
psikologis merupakan upaya untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan menghadapi tantangan
bisnis saat ini, terutama dalam konteks perubahan yang cepat dan dinamis (Conger & Kanugo,
1988; Goksoy, 2017; Ramdhan, 2015; Spreitzer, 1995). Pemberdayaan psikologis juga merupakan
salah satu bentuk perilaku atau karyawan dalam memotivasi diri sendiri (Andewi et al., 2016).
Teori tiga kondisi psikologis oleh Kahn (1990) yang disebut dengan model need-satisfying
approach yang melandasi keterkaitan variabel pemberdayaan psikologis, kepribadian core self-
evaluations dan kinerja. Ketika tiga kondisi psikologis terpenuhi, yaitu kebermaknaan psikologis
Core Self-Evaluations
Kinerja
Pemberdayaan Psikologis
Dari kerangka model konseptual di atas, selanjutnya dilakukan modifikasi sebagai novelty
penelitian, yaitu menempatkan variabel pemberdayaan psikologis sebagai variabel mediasi pada
pengaruh core self-evaluations terhadap kinerja. Modifikasi tersebut didasari oleh studi yang
dilakukan oleh Shih et al., (2012) yang menemukan bahwa tipe kepribadian dapat memengaruhi
pemberdayaan psikologis dan perilaku proaktif. Karyawan yang terberdayakan psikologisnya
merasa lebih percaya diri dan berani mengambil keputusan serta bertanggung jawab dengan
mandiri, meminta feedback dari rekan kerja atau pimpinan atas hasil kerjanya dan secara aktif
mencari kesempatan untuk terlibat dalam proses pembelajaran di tempat kerja. Penjelasan di atas
menerangkan bahwa tipe kepribadian dan pemberdayaan psikologis memiliki suatu hubungan yang
positif dengan kinerja (Degago, 2014; Tetik, 2016; Rohman et al., 2011; Sanjiwani & Wisdha,
2016).
Berdasarkan uraian konsep dan telaah studi yang telah dijelaskan maka, kerangka analisis
penelitian ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.
Core Self-
Evaluations (X)
Pemberdayaan
Psikologis (M)
Kinerja (Y)
Metode
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Populasi
mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian dan hal-hal menarik yang ingin diinvestigasi
atau yang ingin dibuat opini berdasarkan statistik sampel (Sekaran & Bougie, 2017). Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di RSUD Curup di kabupaten Rejang
Lebong, sejumlah 109 orang.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode survei. Berdasarkan sampel ini,
peneliti melakukan generalisasi atau membuat klaim-klaim tentang populasi (Creswell, 2016;
Sekaran & Bougie, 2017). Teknik pengumpulan data dalam survei dilakukan dengan hand delivered
questionnaire. Kuesioner dalam penelitian ini disebarkan secara online dengan mengklik link
https://bit.ly/rsudcurup. Dengan mengisi dan mengklik tombol ‘submit/kirim’, maka responden
telah menyatakan bersedia ikut dalam survei. Responden hanya diminta untuk mengisi kuesioner ini
‘sekali’. Jika pengisian dan pengiriman kuesioner telah dilakukan, maka responden yang
bersangkutan tidak dapat mengisi kuesioner lagi.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Hierarchical
Multiple Regression Analysis (HMRA). Hierarchical multiple regression analysis merupakan
metode analisis hierarki yang bersifat untuk menguji hipotesis yang eksplisit (Tabachnick & Fidell,
2007). Analisis data dibantu dengan menggunakan program IBM SPSS versi 23. Dalam penelitian
ini, Hierarchical Multiple Regression Analysis digunakan untuk menguji apakah core self-
evaluations dan pemberdayaan psikologis memengaruhi kinerja dan apakah core self-evaluations
memengaruhi pemberdayaan psikologis. Selain itu, digunakan untuk menilai efek mediasi dari
pemberdayaan psikologis pada pengaruh core self-evaluations terhadap kinerja perawat di RSUD
Curup. Pengujian peran mediasi dalam pemodelan hubungan atau pengaruh yang dihipotesiskan
didasarkan pada tahapan pengujian yang diungkapkan oleh Baron dan Kenny (1986). Terdapat
Koefisien Regresi
Jalur Nilai t-hitung p-value
(Standardized)
Tahap 1 Koefisien (b)
Core Self-Evaluations Kinerja 0,331 3,277 0,002*
Tahap 2 Koefisien (c)
Core Self-Evaluations Pemberdayaan
0,229 2,198 0,031*
Psikologis
Tahap 3 Koefisien (d)
Pemberdayaan Psikologis Kinerja 0,941 25,883 0,000*
Tahap 4 Koefisien (a) dan (d’)
Core Self-Evaluations Kinerja 0,122 3,471 0,001*
Pemberdayaan Psikologis Kinerja 0,913 25,948 0,000*
Pemeriksaan efek mediasi dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu
perbedaan koefisien dan perkalian koefisien (Solimun, 2011). Pemeriksaan dengan pendekatan
koefisien dilakukan dengan melakukan analisis dengan dan tanpa melibatkan variabel mediasi,
sedangkan metode perkalian dilakukan dengan metode Sobel (Sobel test). Pada penelitian ini,
identifikasi atau pemeriksaan efek mediasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan perbedaan
koefisien dan Sobel Test.
Berdasarkan kriteria pemeriksaan atau pengujian di atas, maka diketahui bahwa kriteria
yang memenuhi asumsi pengujian adalah kriteria nomor (2), yaitu jalur (c) dan jalur (d’) signifikan
serta jalur (a) juga signifikan, di mana koefisien dari jalur (a) lebih kecil (turun) dari jalur (b), maka
pemberdayaan psikologis dikatakan sebagai variabel mediasi sebagian (partially mediation).
Menurut kriteria tersebut dapat dijelaskan bahwa pada tahap awal (jalur b), diketahui bahwa
koefisien regresi pengaruh variabel core self-evaluations terhadap kinerja perawat sebesar 0,331
(sig 0,002). Pada tahap 4, nilai koefisien pengaruh core self-evaluations terhadap kinerja perawat
menurun menjadi 0,122 (sig. 0,001). Penurunan pengaruh core self-evaluations terhadap kinerja
perawat setelah masuknya variabel pemberdayaan psiklologis sebesar 0,209 (0,331 – 0,122).
Hasil pemeriksaan efek mediasi menggunakan metode perbedaan koefisien memberikan bukti
bahwa variabel pemberdayaan psikologis memiliki peran partially mediation pada pengaruh core
self-evaluations terhadap kinerja perawat. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang berbunyi:
“Pemberdayaan psikologis memediasi pengaruh core self-evaluations terhadap kinerja perawat
RSUD Curup” diterima.
Koefisien Standard
Keterangam
Jalur regresi Error
Core Self-Evaluations Pemberdayaan
0,229 0,060 Nilai a
Psikologis
Pemberdayaan Psikologis Kinerja
0,941 0,054 Nilai b
Perawat
Berdasarkan Tabel 2, diperoleh nilai t-value efek mediasi variabel pemberdayaan psikologis
pada pengaruh core self-evaluations terhadap kinerja perawat. Berdasarkan hasil pengujian efek
mediasi variabel pemberdayaan psikologis pada pengaruh core self-evaluations terhadap kinerja
perawat, mendapatkan nilai t-value sebesar 3,72829. Hasil ini memberikan arti bahwa efek mediasi
variabel pemberdayaan psikologis pada pengaruh core self-evaluations terhadap kinerja perawat
adalah signifikan. Hasil ini berarti bahwa hipotesis yang berbunyi: “Pemberdayaan psikologis
memediasi pengaruh core self-evaluations terhadap kinerja perawat RSUD Curup” diterima.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa core self-evaluations berpengaruh secara
signifikan dan positif terhadap kinerja perawat RSUD Curup. Hasil ini bermakna bahwa core self-
evaluations para perawat RSUD adalah tinggi, maka kinerja mereka semakin meningkat. Para
perawat mempunyai kompetensi bidang ilmu keperawatan seperti diutarakan pada persepsi mereka
terhadap core self-evaluations bahwa rata-rata perawat sudah memiliki keyakinan, pengendalian
diri, semangat dan kepercayaan diri yang tinggi. Keadaan ini membuat perawat penuh percaya diri
dalam merawat pasien, baik pasien rawat inap maupun pasien berobat jalan, sesuai instruksi dari
dokter yang mengobati pasien.
Pengalaman kerja lebih dari 10 tahun yang dimiliki oleh lebih dari separuh perawat yang ada
di RSUD Curup juga membuat para perawat dapat mengenali dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan medis dalam menjalankan tugas. Jika ada pasien gawat darurat di UGD atau pasien
dengan kondisi yang perlu penanganan segera, pasien dengan penyakit akut maupun kronis yang
mengancam nyawa, misalnya serangan jantung (infark miokard), kasus keracunan, pasien
kecelakaan, pingsan tiba-tiba (sinkop) dapat dilakukan pada unit pelayanan yang tepat. Core self-
evaluations adalah kesimpulan akhir yang dimiliki individu tentang kompetensi dan nilai mereka
sebagai individu. Orang yang mempunyai core self-evaluations positif menyukai dirinya,
memandang dirinya efektif dan mempunyai kemampuan mengendalikan lingkungan. Orang yang
mempunyai core self-evaluations positif juga berkinerja lebih baik dibandingkan yang lainnya.
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel core self-evaluations berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja perawat.
Artinya, jika core self-evaluations semakin tinggi, maka kinerja perawat juga akan semakin
tinggi.
2. Variabel core self-evaluations berpengaruh signifikan dan positif terhadap pemberdayaan
psikologis. Artinya, jika core self-evaluations semakin tinggi, maka pemberdayaan psikologis
juga akan semakin tinggi.
Saran
Berdasarkan pelaksanaan penelitian, beberapa saran yang dapat dipertimbangkan adalah
sebagai berikut:
1. Rumah Sakit Umum Daerah Curup mestinya terus mengikutsertakan pegawainya dalam
pelatihan secara berkala, sehingga mampu meningkatkan kompetensi keperawatan. RSUD
Curup juga diharapkan tetap memerhatikan kondisi kerja perawat. Jika seorang perawat
memiliki sifat kepribadian core self-evaluations, namun tidak didukung oleh pelatihan, sarana
dan prasarana yang menunjang dari institusi tempatnya bekerja, maka yang bersangkutan akan
mengalami kesulitan dalam bekerja secara optimal sehingga dapat memengaruhi kinerjanya.
Pelatihan-pelatihan bagi perawat untuk mengoptimalkan kinerja adalah pelatihan penanganan
medis, pelatihan penggunaan peralatan medis, pelatihan estetika dan retorika dalam pelayanan
pasien dan sebagainya.
2. Pemberdayaan pegawai difokuskan ke perawat yang ada di dalam organisasi. Jika dalam
organisasi tradisional karyawan tidak diperhitungkan dalam pembagian kekuasaan (power
distribution), maka dengan pemberdayaan karyawan, kekuasaan justru digali dari dalam diri
karyawan. Pemberdayaan adalah pemberian wewenang kepada karyawan untuk merencanakan,
mengendalikan dan membuat keputusan tentang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya,
tanpa harus mendapatkan otorisasi secara eksplisit dari pimpinan di atasnya. Jika dalam
pendelegasian wewenang, kekuasaan diberikan oleh manajemen puncak kepada para manajer di
bawahnya (bukan kepada pegawai), maka dalam pemberdayaan pegawai, kekuasaan digali dari
dalam diri setiap karyawan melalui proses pemberdayaan karyawan (employee empowerment).
Referensi
Adiftiya, J. (2014). Pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Bukit
Makmur Mandiri Utama Site Kideco Jaya Agung Batu Kajang Kabupaten Paser. E-journal
Ilmu Administrasi Bisnis Fisip Universitas Mulawarman, 2(4), 833-845.
Amstrong, M. (2010). Human resource management practice. Great Britian and The United States:
Kogan Page Limited.
Abstract. The purpose of this study is to determine the effect of self efficacy, self esteem and
ability on officer’s performance of Public Health Centers in Seluma District and to determine
the moderating on influence self efficacy, self esteem and ability on officer’s performance of
Public Health Centers in Seluma District. The data used in this study are primary data obtained
from the results of distributing questionnaires to health center staff in Seluma District. The
sample used in the analysis is 297 people. The data analysis method used is descriptive analysis
and SEM-PLS analysis. From the hypothesis testing results obtained: First, the self efficacy,
self esteem and ability have an effect on officer’s performance of Public Health Centers in
Seluma District. Its means, if the the self efficacy, self esteem and ability more then higher, the
officer’s performance of Public Health Centers in Seluma District will be increasing too.
Secondly, the locus of control has a moderating effect on influence of self effocacy and self
esteem on officer’s performance of Public Health Centers in Seluma District. Its means, the
locus of control will be moderating to increasing of influence self- efficacy and self-esteem on
officer’s performance of Public Health Centers in Seluma District. The locus of control has not
a moderating effect on influence of ability on officer’s performance of Public Health Centers in
Seluma District. Its means, the locus of control will not be moderating to increasing of
influence ability on officer’s performance of Public Health Centers in Seluma District
Keywords: Self efficacy, Self esteem, Ability, Locus of control and Performance
Pendahuluan
Dalam kegiatan usahanya, setiap organisasi mempunyai tujuan pokok yang ingin dicapai
yaitu, eksistensi organisasi dan pengembangan usaha. Dalam pencapaian tujuan tersebut, organisasi
harus di-manage dengan baik dan tepat, memiliki visi dan misi yang strategis, serta memiliki
sumber daya yang optimal. Namun, dalam perjalanannya masih banyak permasalahan yang kerap
terjadi sehingga tujuan organisasi belum maksimal.
Dua faktor internal individu yang mempengaruhi kinerja individu adalah locus of control,
self-efficacy, self-esteem dan kemampuan kerja (Bandura, 2007 dan Kreitner & Kinicki, 2003).
Menurut Ivancevich (2007:97), Locus of control (pusat pengendalian) menentukan tingkatan
sampai dimana individual menyakini bahwa perilaku mereka mempengaruhi apa yang terjadi pada
mereka. Pendapat lain, Schuller dan Jackson (2006) menyatakan, locus of control merupakan
Tinjauan Pustaka
Kinerja
Setiap orang dalam suatu organisasi merupakan sumber daya manusia yang memegang
peranan penting dalam menentukan keberhasilan organisasi tersebut, karena kesuksesan suatu
organisasi ditentukan oleh kesuksesan anggotanya. Kesuksesan yang diperoleh anggota suatu
organisasi merupakan tindak lanjut dari keterampilan kerja yang dimiliki dan pembagian tugas
yang diberikan pada masing- masing anggotanya yang pada akhirnya dapat menciptakan suatu
kinerja yang diharapkan.
Kinerja berasal dari kata performance. Ada pula yang memberikan pengertian performance
sebagai hasil kerja atau prestasi kerja, namun kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan
hanya hasil kerja termaksut bagaimana proses perkerjaan berlangsung. Kinerja adalah hasil aplikasi
kombinasi antara sustaining dan accelerating leadership behavior (Wibowo, 2009). Menurut
Hariman dan Hilgert (1992) mengemukan bahwa kinerja merupakan perwujudan kerja yang
dilakukan oleh pegawai. Kinerja yang baik merupakan suatu langkah untuk mencapai tujuan
organisasi.
Untuk menentukan prestasi seseorang dibutuhkan tolak ukur dalam menentukannya.
Martoyo (2008:98) menyatakan bahwa dalam menetapkan jumlah dan jenis objek yang diteliti
prestasinya harus dipertimbangkan 3 hal yaitu:
1. Jenis jabatan pegawai yang dinilai
2. Tujuan penilaian
3. Objek penilaian meliputi hasil-hasil pekerjaan dan sifat-sifat pribadi.
Lebih lanjut Martoyo (2008:97) menyatakan bahwa terdapat sifat-sifat umum yang dinilai
dari pegawai yang bekerja di bidang tata usaha antara lain:
1. Quality (kualitas)
2. Dependebility (dapat diandalkan)
3. Quantity of work (jumlah pekerjaan)
4. Knowledge of job (pengetahuan mengenai pekerjaan)
5. Cooperation (kerjasama)
6. Incentive (insentif)
Locus of control
Istilah locus of control pertama kali dikemukan oleh Rotter (dalam Tektonika, 2012), Rotter
mendefinisikan locus of control sebagai cara pandang individu dalam mengendalikan diri terhadap
peristiwa yang terjadi pada dirinya, dengan kata lain dimana individu memiliki pusat kendali dalam
kehidupannya, baik di dalam diri individu (internal) tersebut atau diluar diri individu (ekternal).
Dari segi istilah locus of control terdiri dari dua kata yaitu, locus yang berarti tempat, sedangkan
control adalah kendali. Jadi secara harafiah, locus of control adalah tempat kendali. Sedangkan Hjele
dan Ziegler (dalam Tektonika, 2012) mengatakan bahwa locus of control sebagai persepsi seseorang
tentang penyebab kesuksesan atau kegagalan dalam menyelesaikan pekerjaan.
Wasty (2006: 187) locus of control ialah bagaimana individu merasa/melihat garis
hubungan antara tingkah lakunya dan akibatnya, apakah ia dapat menerima tanggung jawab atau
tidak atas tindakannya. Menurut Rotter, locus of control mempunyai dimensi eksternal dan
internal. Dimensi eksternal akan menganggap bahwa tanggung jawab segala perbuatan itu berada
diluar dirinya. Sedangkan dimensi internal melihat bahwa tanggung jawab segala perbuatan itu
berada pada dirinya.
Locus of control adalah individu yang eksternal locus of controlnya cukup tinggi akan
mudah pasrah dan menyerah jika sewaktu-waktu terjadi per-soalan yang sulit. Individu semacam
ini akan memandang masalah-masalah yang sulit sebagai ancaman bagi dirinya, bahkan terhadap
orang-orang yang berada di sekelilingnya pun dianggap sebagai pihak yang secara diam-diam
selalu mengancam eksistensinya. Bila mengalami kegagalan dalam menyelesaikan persoalan, maka
individu semacam ini akan menilai kegagalan sebagai semacam nasib dan membuatnya ingin lari
dari persoalan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa locus of control adalah suatu konsep
kepribadian yang merupakan pusat kendali semua perilaku baik itu dalam diri (internal) ataupun
luar diri (ekternal). Locus of control merupakan pandang seseorang serta keyakinan mengenai suati
Self-efficacy
Bandura adalah tokoh yang memperkenalkan istilah self-efficacy (Robbins, 2008). Dalam
Bahasa Indonesia, self-efficacy diartikan sebagai efikasi diri. Bandura (2007) mendefenisikan self-
efficacy atau efikasi diri sebagai keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam
melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Pengertian lain
mengenai self-efficacy adalah judgement individu atas kemampuan mereka untuk mengorganisasi
dan melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk mencapai tingkat kinerja yang
ditentukan.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Philip & Gully (2007) menjelaskan bahwa efikasi diri
mengacu pada keyakinan akan kemampuan individu untuk menggerakkan motivasi, kemampuan
kognitif, dan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasi. Pada penjelasan lebih
lanjut mengenai self-efficacy, Philip & Gully (2007) memperluas kemampuan mengenai self-
efficacy sebagai faktor personal yang membedakan setiap individu dan perubahan self-efficacy
dapat menyebabkan terjadinya perubahan perilaku terutama dalam penyelesaian tugas dan tujuan.
Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi pada situasi tertentu akan mencurahkan semua
usaha dan perhatiannya sesuai dengan tuntutan situasi tersebut dalam mencapai tujuan dan kinerja
yang telah ditentukannya (Bandura, 2007).
Pada penjelasan lebih luas, Bandura (2007) menjelaskan bahwa self-efficacy dapat
ditumbuhkan dan dipelajari melalui empat sumber, yaitu kinerja atau pengalaman masa lalu, model
perilaku (mengamati orang lain yang melakukan tindakan yang sama), persuasi dari orang lain dan
keadaan faktor fisik dan emosional. Pencapaian prestasi merupakan sumber pengharapan efficacy
yang terbesar karena didasarkan pada pengalaman-pengalaman pribadi individu berupa keberhasilan
atau kegagalan (Pajares, 2002).
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa efikasi diri dapat ditumbuhkan dan
dipelajari melalui empat sumber informasi utama, yaitu pengalaman keberhasilan (master
experience, pengalaman orang lain (vicarious experience), persuasi verbal (verbal persuasion),
kondisi fisiologis (psysiological state). Keempat sumber tersebut akan mendorong seseorang
pegawai untuk mencapai prestasi yang diinginkan melalui cara-cara yang telah/pernah atau dari
pengalaman orang lain tersebut.
Ciri-ciri Self-Esteem
Self-esteem ditinjau dari kondisinya dibedakan dalam dua kondisi yaitu kuat dan lemah
(Pajares, 2002). Orang yang mempunyai Self-esteem yang kuat akan mampu membina relasi yang
lebih baik dan sehat dengan orang lain, bersikap sopan dan menjadikan dirinya menjadi orang yang
berhasil. Sebaliknya, individu yang memiliki Self-esteem yang lemah memiliki citra diri negatif dan
konsep diri yang buruk.
1. Karakteristik harga diri tinggi
Harga diri yang tinggi akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa
yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dalam
organisasi. Keyakinan itu akan memotivasi pegawai untuk bersungguh-sungguh mencapai apa
yang diharapkan (Clemes & Bean, 2009:334).
Lebih lanjut Clemes dan Bean (2009) menyatakan bahwa karakteristik pegawai yang
memiliki self-esteem yang tinggi adalah:
1) Bangga dengan hasil kerjanya
Kemampuan Kerja
Kemampuan adalah salah satu unsur yang membentuk kinerja pegawai. Pegawai yang
memiliki kemampuan tinggi sangat menunjang tercapainya visi dan misi organisasi untuk segera
maju dan berkembang pesat, guna mengantisipasi kompetisi global. Kemampuan yang dimiliki
seseorang akan membuatnya berbeda dengan yang mempunyai kemampuan rata-rata atau biasa
saja. Kemampuan adalah kapasitas seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam
suatu pekerjaan. Selanjutnya totalitas kemampuan dari seseorang individu pada hakekatnya tersusun
dari dua perangkat faktor, yakni kemampuan intelektual dan kemampuan fisik (Robbins, 2008:57).
Kemampuan yang dimiliki seseorang akan membuatnya berbeda dengan yang mempunyai
kemampuan rata-rata atau biasa saja. Menurut Sinungan (2003): Istilah kemampuan didefinisikan
dalam arti apa yang diharapkan di tempat kerja, dan merujuk pada pengetahuan, keahlian, dan
sikap yang dalam penerapannya harus konsisten dan sesuai standar kinerja yang dipersyaratkan
dalam pekerjaan.
Menurut Robbins (2008), kemampuan kerja seseorang dapat diukur dengan aspek sebagai
berikut:
1. Kemampuan Intelektual (Intellectual Ability)
Hipotesis
Pengaruh Self-Efficacy terhadap Kinerja
H1: Self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai puskesmas perawatan di
Kabupaten Seluma
Peran Moderasi Locus of Control pada Pengaruh Self-Efficacy, Self- Esteem dan Kemampuan Kerja
terhadap Kinerja
H5: Locus of control memiliki peran moderasi pada pengaruh self-efficacy terhadap kinerja
pegawai puskesmas perawatan di Kabupaten Seluma
H6: Locus of control memiliki peran moderasi pada pengaruh self-esteem terhadap kinerja
pegawai puskesmas perawatan di Kabupaten Seluma
H7: Locus of control memiliki peran moderasi pada pengaruh Kemampuan Kerja
terhadap kinerja pegawai puskesmas perawatan di Kabupaten Seluma
Metode Penelitian
Metode Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai puskesmas perawatan di Kabupaten
Seluma yang terdiri atas pegawai staf dan pegawai yang memiliki jabatan struktural dan
fungsional yang berjumlah 325 orang sebagaimana terlihat pada Tabel 1.
Metode pengambilan sampel pada penelitian adalah metode sensus. Menurut Sugiyono
(2013) sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Jadi, dalam penelitian ini seluruh pegawai puskesmas perawatan di Kabupaten Seluma
yang berjumlah 325 orang dijadikan sebagai sampel.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan akurasi, konsistensi dan ketepatan suatu alat ukur dalam
melakukan pengukuran (Sekaran, 2006). Uji reliabilitas dapat menggunakan dua metode yaitu
Cronbach’s alpha dan Composite Reliability. Cronbach’s alpha mengukur batas bawah nilai
reliabilitas suatu konstruk, sedangkan composite reliability mengukur nilai sesunggunhya
reliabilitas suatu konstruk (Sekaran, 2006).
Dalam penelitian ini metode uji yang digunakan adalah Cronbach alpha karena lebih baik
dalam mengestimasi konsistensi eksternal suatu konstruk (Sekaran, 2006). Rule of thumb nilai
alpha harus lebih besar dari 0,7 meskipun nilai 0,6 masih dapat diterima. Jadi, dalam penelitian
sekarang menggunakan koefisien alpha 0,6 sebagai kriteria reliabilitas instrumen.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan jawaban
responden terhadap variabel penelitian yang telah dijawab dengan skala Likert. Dalam skala
Likert, variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator atau item pertanyaan.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan proses bootstrappingatauresampling
bootstrapping. Pengujian hipotesis yang diajukan terlihat dari besarnya nilai t-statistik.
Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang sangat berguna mengenai
hubungan antar variabel-variabel penelitian. Kriteria untuk menolak dan menerima hubungan
yang diajukan dapat dilihat dari perbandingan antar nilai t- statistik dan t-tabel. Jika nilai t-
statistik > t-tabel maka hipotesis yang diajukan diterima (Ghozali, 2014). Berdasarkan tujuan
penelitian, maka rancangan uji hipotesis dalam penelitian ini disajikan berdasarkan tujuan
penelitian. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%, sehingga tingkat presisi sebesar
(α) = 5% = 0,5, sehingga nilai t-tabel sebesar 1,97. Berdasarkan hal tersebut maka kriteria
penerimaan hipotesis dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
a) Jika nilai t-statistik lebih kecil dari nilai t-tabel (t-statistik < 1,96), maka Ho diterima
dan Ha ditolak.
b) Jika nilai t-statistik lebih besar atau sama dengan nilai t-tabel (t-statistik≥ 1,96), maka Ho
ditolak dan Ha diterima.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
a. Validitas Konvergen
Factor loading menggambarkan besarnya korelasi antar setiap item pengukuran
(indikator) dengan konstruknya. Dalam penelitian ini akan digunakan batas nilai outer
loading sebesar 0,50. Adapun hasil pengujian validitas konvergen dengan menggunakan
program SEM-PLS digambarkan seperti berikut.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas konstruk dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan composite
reliability. Hasil pengujian reliabilitas dirangkum pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Hasil Pengujian Reliabilitas
Composite Cronbachs
Reliability Alpha
Kinerja 0.900352 0.875550
Kemampuan Kerja 0.931143 0.916150
Locus of Control 0.933788 0.920159
Self Efficacy 0.880255 0.842614
Self Esteem 0.946628 0.915526
Standard Standard
Original Sample Deviation Error T Statistics
Sample (O) Mean (M) (STDEV) (STERR) (|O/STERR|)
Dari Tabel 4. dapat diketahui hasil pengujian hipotesis sebagaimana dijelaskan berikut
ini.
1) Variabel self efficacy berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai puskesmas di
Kabupaten Seluma, dibuktikan dengan nilai t-hitung sebesar 44,448 > t-tabel
1,960. Dengan demikian, hipotesis yang dirumuskan diterima.
2) Variabel self esteem berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai puskesmas di
Kabupaten Seluma, dibuktikan dengan nilai t-hitung sebesar 9,209 > t-tabel
1,960. Dengan demikian, hipotesis yang dirumuskan diterima.
3) Variabel kemampuan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai puskesmas di
Kabupaten Seluma, dibuktikan dengan nilai t-hitung sebesar 0,194 < t-tabel
1,960. Dengan demikian, hipotesis yang dirumuskan ditolak.
4) Variabel locus of control berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai
puskesmas di Kabupaten Seluma, dibuktikan dengan nilai t-hitung sebesar 2,175 >
t-tabel 1,960. Dengan demikian, hipotesis yang dirumuskan diterima.
Signifikan dan
SEF -> KIN 0.814805 44.448292 0,591394 4,280494 Menurun
SEF*LOC - - 0,376783 1,591163 Nonsignifikan
Signifikan,
SES -> KIN 0.187862 9.208714 0,411091 3,145260 Meningkat
SES*LOC - - -0,323479 1,733651 Nonsignifikan
Signifikan,
KK -> KIN -0.002315 0.194312 0,173035 2,484969 Meningkat*)
KK*LOC - - -0,259006 2,583802 Signifikan
LOC -> KIN 0.020613 2.175256 0,139901 1,596661 Nonsignifikan
Sumber: Hasil penelitian 2020, diolah
Keterangan:
KIN : Kinerja SEF : Self Efficacy KK : Kemampuan Kerja
LOC: Locus of Control SES : Self Esteem SES*LOC : Interaksi
Self Esteem_Locus of Control SEF*LOC : Interaksi Self
Efficacy_Locus of Control KK*LOC : Interaksi Kemampuan
Kerja_Locus of Control
*) Kriteria moderasi pada pengaruh Kemampuan Kerja terhadap Kinerja tidak memenuhi kriteria
(tertolak, karena hasil pengujian moderasi, pengaruhnya tidak signifikan)
Pembahasan
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh Self-efficacy, Self-esteem dan
kemampuan kerja terhadap kinerja dengan locus of control sebagai variabel moderasi.
Pembahasan hasil penelitian dipaparkan pada uraian berikut ini.
Peran Moderasi Locus of Control pada Pengaruh Self Efficacy terhadap Kinerja
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa locus of control memberikan efek
moderasi pada pengaruh self efficacy terhadap kinerja pegawai puskesmas di Kabupaten
Seluma. Hal ini berarti bahwa self efficacy yang tinggi dibarengi dengan locus of control yang
tinggi dapat mempengaruhi hasil kerja (kinerja) seorang pegawai. Kepercayaan diri dan
pengendalian diri yang baik tentu saja merupakan energi yang positif yang mendorong
seseorang untuk mencapai kinerja yang tinggi.
Peran Moderasi Locus of Control pada Pengaruh Self Esteem terhadap Kinerja
Personil organisasi harus mampu mengendalikan suatu peristiwa yang sering terjadi agar
pencapaian tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik, karena dalam locus of control yang
baik akan memberikan dampak positif bagi karyawan dalam meningkatkan kinerja suatu
karyawan. Hal ini merupakan salah satu cara agar karyawan tidak mengalami gangguan dalam
menyelesaikan pekerjaannya, karena setiap individu merasa dapat mengontrol dirinya sendiri
maka mereka akan lebih mampu mengendalikan akibat dan yang terjadi dalam lingkungan
sehingga akan lebih merasa puas dengan pencapaian yang sudah dilakukan, karena itu locus of
control sangat mem-pengaruhi kinerja karyawan. Adanya keyakinan besar bahwa setiap
individu berpengaruh langsung sebagai efek substantive dalam pandangan dan reaksinya
terhadap lingkungan.
Selain locus of control, fakor lain yang mempengaruhi kinerja individu adalah self-
efficacy. Self-efficacy adalah keyakinan atas kemampuan diri seseorang mencapai tugas tertentu,
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa locus of control tidak memberikan efek
moderasi pada pengaruh self efficacy terhadap kinerja pegawai puskesmas di Kabupaten
Seluma. Seharusnya, locus of control yang tinggi yang dimbangi oleh kemampuan kerja yang
tinggi, akan membuat pegawai dapat menghasilkan kinerja yang tinggi pula.
Kemampuan terhadap pekerjaan merupakan dampak paling akhir yang akan diperoleh
pegawai setelah pegawai mengetahui dan memiliki keterampilan menyelesaikan pekerjaan.
Kemampuan kerja merujuk pada tingkatan profesionalisme pegawai dalam melaksanakan
tugas. Artinya, pegawai sangat mengerti pekerjaan beserta uraian-uraian tugas sehingga tidak
akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan dan menyelesaikannya.
Dengan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari hasil
pendidikan dan pelatihan, akan membentuk pegawai yang memiliki kemampuan yang baik
terhadap pekerjannya. Dengan kemampuan yang semakin baik, maka pegawai akan merasa
pekerjaan yang dienbanya sangat ringan dan dapat diselesaikannya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan dan pelatihan
merupakan salah satu faktor di dalam pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan dan
pelatihan tidak saja menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan keterampilan yang
berakibat pada peningkatan produktivitas kerja. Pendidikan dan pelatihan sesungguhnya
tidaklah sama walaupun banyak persamaannya, keduanya berhubungan dengan pemberian
bantuan kepada karyawan agar karyawan tersebut dapat berkembang tingkat kecerdasannya,
pengetahuan dan kemampuan yang lebih tinggi. Pendidikan bersifat lebih teoritis daripada
Dari hasil penelitian dan kesimpulan, beberapa saran yang dapat dipertimbangkan oleh
Dinas Kesehatan dan Puskesmas di Kabupaten Seluma berkenaan dengan kinerja pegawainya,
yakni:
1. Dalam rangka terwujudnya self-efficacy pegawai dalam melaksanakan tugas- tugasnya perlu
peningkatan kepercayaan diri pegawai. Selain itu itu, fakta di lapangan menunjukkan bahwa
masih ada pegawai Puskesmas di Kabupaten Seluma yang tidak dapat menyelesaikan tugas
Referensi
Bandura, A. (2007). Self-efficacy: The exercise of Control, W.H. Freeman and Company, New
York.
Clemes, H, & Bean, R., Clark, (2009). How to raise childrens self-esteem, Terjemahan Anto
Adiwiyotom, Jakarta: Mitra Utama.
Cooper D.R. & Emory, C.W. (2006). Metode penelitian bisnis, Alih Bahasa Widyono Soetjipto
dan Uka Wirya, Jakarta: Erlangga
Dessler, G. (2007). Manajemen personalia, Edisi Bahasa Indonesia, Terjemahan Agus Dharma,
Jakarta: Erlangga
Hair, J.F.A. (2003). Multivariate data analysis. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Hariman, T. & Hilgert, T.L. (1992). Concept and practices of management, Third Edition,
Southy Western Publishing co, Cincinnati, Ohio
Ivancevich, J.M. (2007). Perilaku dan manajemen organisasi. Jakarta: Erlangga
Judge, T.A. & Erez, A.B. (2011). Are measures of self-esteem, neurocitic. locus of control and
generalized self-efficacy indicators of common core construct? Journal of Personality and
Social Psychology, 83, 298-332
Kreitner, R. & Kinicki, A. (2003). Perilaku Organisasi, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta:
Salemba Empat.
Nathaniel, B. (2005). The power of self-esteem. Health Communication Inc, Florida Deemfield
Beach.
Pajares, F. (2002). Current directions in self-efficacy research. Journal of Personality and
Social Psychology, 83, 333-342
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Provinsi Bengkulu
Philip, J.M & Gully, SM. (2007). A meta-analysis of team-efficacy, potency, and performance:
Interdependence and level of analysis as moderator on observed relationship. Journal of
Applied Psychology, 87, 219-332
Philip, J.M & Gully, SM. (2007). Goal orientation, ability, need for achievement and locus of
control in the self-efficacy and goal setting process. Journal of Applied Psychology, .82, 792-
Abstract. The purpose of this research is to describe the planning, implementation, inspection and
review of the implementation policy of occupational health and safety culture at the PT Cakrawala
Dinamika Energi Bengkulu. This Research is a survey research by spreading questionnaires and
interviews as data collection. The data analysis method used is a qualitative descriptive analysis.
From the results of the research known that: (1) from the planning Aspect (plan) in the application
of K3 the PT Cakrawala Dinamika Energi Bengkulu has simply implemented K3 management as
set in the standard OHSAS; (2) From the implementation aspect (do ) in the application of the PT
Cakrawala Dinamika Energi Bengkulu has implemented K3 management as set forth in the
standard OHSAS; (3) from the examination (check) of the management of K3 at the PT Cakrawala
Dinamika Energi Bengkulu has conducted K3 inspection as regulated in the OHSAS standard; and
(4) from the aspect of the management review (action) in the implementation of K3 at the PT
Cakrawala Dinamika Energi Bengkulu has done a review of K3 management as set in OHSAS
standard.
Pendahuluan
Proses menuju era globalisasi dan pasar bebas serta pertumbuhan dan perkembangan industri
melalui penerapan teknologi maju pada saat ini telah berlangsung sangat cepat. Meskipun beberapa
krisis telah terjadi di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, yang kemudian terjadinya krisis Global
melanda dunia terutama Amerika Serikat, namun tidak menghalangi industri padat karya dan padat
modal untuk tetap mengikuti perubahan tersebut. Dalam mengantisipasi pasar bebas yang telah
berlaku di ASEAN yang dikenal dengan AFTA 2003, maka dibutuhkan tingkat efisiensi dan
produktifitas yang tinggi agar dapat menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Hal ini
untuk memenuhi standar Internasional, dengan demikian tidak ada pilihan lain yaitu menggunakan
mesin-mesin dan peralatan yang berteknologi tinggi, modern serta didukung oleh tenaga-tenaga
yang profesional.
Di lain sisi, proses industrialisasi disemua sektor akan semakin nyata, yang merupakan
manifestasi dari aplikasi di dalam pemanfaatan sains cenderung merupakan suatu fenomena yang
kehadirannya secara global sulit untuk di bendung, seiring dengan adanya investasi perdagangan
Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan kebijakan penerapan budaya keselamatan dan kesehatan kerja di P.T.
Cakrawala Dinamika Energi Bengkulu?
2. Bagaimana penerapan budaya keselamatan dan kesehatan kerja di P.T. Cakrawala Dinamika
Energi Bengkulu?
3. Bagaimana pemeriksaan pelaksanaan budaya keselamatan dan kesehatan kerja di P.T.
Cakrawala Dinamika Energi Bengkulu?
4. Bagaimana peninjauan ulang pelaksanaan budaya keselamatan dan kesehatan kerja di P.T.
Cakrawala Dinamika Energi Bengkulu?
Tinjauan Pustaka
Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi yang bebas dari resiko kecelakaan atau kerusakan
atau dengan resiko yang relatif sangat kecil dibawah tingkat tertentu (Simanjuntak, 2014). Menurut
Miner (2015), keselamatan kerja pada prinsipnya menitik beratkan pada ada atau tidaknya
kesalahan pada sistem (System Failure) dan kesalahan pada manusia (Human Error), dengan
memperhatikan antara lain hal-hal sebagai berikut:
a. Seberapa sering Inspeksi Keselamatan Kerja dilakukan oleh siapa,
b. Bagaimana hazard dapat diidentifikasi,
c. Apa yang harus dilakukan jika terjadi kondisi tidak selamat (Unsafe Condition),
d. Pendekatan apa yang harus dilakukan terhadap pekerja yang beresiko terjadi kecelakaan,
e. Bagaimana sebaiknya pekerja baru diberi pelatihan-pelatihan berkaitan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam bekerja.
Pengukuran standar kerja didasarkan pada orientasi pekerja dalam melaksanakan tugas
dengan menggunakan pendekatan Achivement Orientation. Indikatornya adalah sebagai berikut:
a. Fokus pada kemajuan,
ILO Guidelines
on OSH-MS
OSH-MS
In
National
Guidelines on Organization
OSH-MS
Tailored
Guidelines on
OSH-MS
Continual
Improve-
ment
Kerangka Analisis
Tujuan penelitian ini secara umum adalah menganalisis penerapan program kesehatan dan
keselamatan kerja di P.T. Cakrawala Dinamika Energi. Berdasarkan landasan teori yang
dikemukakan di atas, maka dapat digambarkan kerangka analisis sebagai berikut:
3. Deskripsi Pemeriksaan K3
Pembahasan
1. Perencanaan (Plan)
Perencanaan adalah perumusan terhadap aktivitas-aktivitas dalam pelaksanan SMK3 di dalam
P.T. Cakrawala Dinamika Energi Bengkulu dilakukan melalui tiga aspek, yakni perencanaan
mengenai dari identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian; perencanan
berdasarkaan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain, serta perencanaan yang
didasarkan pada tujuan dan program K3.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perencanaan K3 di P.T. Cakrawala Dinamika
Energi Bengkulu secara umum sudah dilaksanakan secara memadai. Kondisi ini menunjukkan
bahwa perencanaan K3 sudah dijalankan sebagaimana diatur dalam ketentuan OHSAS. Dalam
perencanaan tersebut, perusahaan sudah melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan
penetapan pengendalian risiko. Hal tersebut juga didukung dari informasi hasil wawancara,
pengamatan (observasi) dan dokumentasi bahwa perencanaan sudah dijalankan dengan memadai.
Rencana-rencana kerja dari K3 di P.T. Cakrawala Dinamika Energi Bengkulu di antaranya adalah
melakukan pemeriksaan kesehatan setiap bulan/triwulan/ caturwulan/semester kepada setiap
karyawan P.T. Cakrawala Dinamika Energi Bengkulu. Pemeriksaan dilakukan melalui prosedur
general check-up dengan melihat kondisi kesehatan karyawan.
Dalam melakukan identifikasi bahaya, P.T. Cakrawala Dinamika Energi Bengkulu membuat,
menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi bahaya yang ada, penilaian risiko,
dan penerapan pengendalian yang diperlukan. Prosedur untuk mengidentifikasi bahaya dan menilai
risiko dilakukan dengan memperhatikan: Aktivitas rutin dan tidak rutin, Aktiviyas seluruh personil
yang mempunyai akses ke tempat kerja (termasuk kontraktok dan tamu), Perilaku manusia,
kemamuan dan faktor-faktor manusia lainnya, Bahaya-bahaya yang timbul dari luar tempat kerja
yang berdampak pada kesehatan dan keselamatan personil pada di dalam kendali perusahaan di
lingkungan tempat kerja, Bahaya-bahaya yang terjadi di sekitar tempt kerja hasil aktivitas kerja
yang terkait di dalam kendali perusahaan, Prasarana, peralatan dan material di tempat kerja, yang
disediakan baik oleh perusahaan maupun pihal lain, Perubahan-perubahan atau usulan perubahan di
dalam perusahaan, aktivitas-aktivitas atau material, Modifikasi sistem manajemen K3 termasuk
perubahan sementara dan dampaknya kepada operasional, proses-proses dan aktivitas-aktivitas,
Adanya kewajiban perundangan yang relevan terkait dengan penilaian risiko dan penerapan
2. Implementasi (Do)
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan atau penerapan manajemen K3 yang
diselenggarakan oleh P.T. Cakrawala Dinamika Energi sudah dilaksanakan secara memadai.
pelaksanaan K3 sudah dijalankan sebagaimana diatur dalam ketentuan OHSAS. Dalam pelaksanaan
tersebut, perusahaan sudah mengoptimalkan sumber daya, peran, tanggungjawab, akuntabilitas dan
wewenang yang jelas. Dari hasil kuesioner, wawancara, pengamatan dan studi dokumentasi
diketahui bahwa pelaksanaan program K3 dijalankan sesuai dengan rencana kerja yang telah
ditetapkan. Kondisi ini dilakukan untuk menjalankan kebijakan perusahaan sebagaimana telah
diamanatkan dalam ketentuan perundang-undangan. Dalam mencapai tujuan kesehatan dan
3. Pemeriksaan (Check)
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pemeriksaan pada program K3 dalam
perusahaan sudah dilaksanakan secara memadai. Kondisi ini menunjukkan bahwa perencanaan K3
sudah dijalankan sebagaimana diatur dalam ketentuan OHSAS. Dalam perencanaan tersebut,
perusahaan sudah melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian
risiko. P.T. Cakrawala Dinamika Energi Bengkulu sudah memiliki sistem untuk mengukur,
memantau dan mengevaluasi kinerja Sistem Manajemen K3 dan hasilnya sudah dianalisis guna
menentukan keberhasilan atau untuk melakukan identifikasi tindakan perbaikan. Hasil penyebaran
kuesioner, wawancara, pengamatan dan studi dokumentasi diketahui bahwa kegiatan identifikasi
sumber-sumber berbahaya dilakukan oleh tim K3 P.T. Cakrawala Dinamika Energi Bengkulu untuk
mengelompokkan jenis dan potensi bahaya dalam pelaksanaan K3. Potensi-potensi tersebut
dikelompokkan pada dua kelompok utama, yakni potensi risiko kecelakaan kerja dan potensi risiko
penyakit akibat kerja. Potensi risiko kecelakaan kerja disebabkan karena penggunaan peralatan
kerja yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, sedangkan potensi risiko penyakit akibat kerja
karena terpapar penyakit (ketularan penyakit) karena adanya interaksi antara sesama karyawan.
Pemeriksaan dalam OHSAS 18001 adalah kegiatan mengevaluasi pelaksanaan SMK3 di
dalam perusahaan. Hal-hal yang dilaksanakan antara lain: Pemantauan dan pengukuran kinerja,
Evaluasi kesesuaian, Penyelidikan insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan,
Pengendalian catatan dan Audit internal. P.T. Cakrawala Dinamika Energi membuat, menerapkan
dan memelihara prosedur untuk memantau dan mengukur kinerja K3 secara teratur. Prosedur ini
dibuat untuk pengukuran kualitatif dan kuantitatif, sesuai dengan keperluan organisasi, memantau
perluasan yang memungkinkan tujuan K3 perusahaan tercapai, memantau efektivitas pengendalian-
pengendalian (untuk kesehatan juga keselamatan), mengukur kinerja secara proaktif untuk
memantau kesesuaian dengan program manajemen K3, pengendalian dan kriteria operasional,
mengukur kinerja secara reaktif untuk memantau kecelakaan, sakit penyakit, insiden (termasuk
nyaris terjadi, dll) dan bukti catatan lain penyimpangan kinerja K3 dan mencatat data dan hasil
pemantauan dan mengukur kecukupan untuk melakukan analisisi tindakan perbaikan dan
pencegahan lanjutan.
Jika peralatan pemantauan digunakan untuk mengukur dan memantai kinerja, perusahaan
membuat dan memelihara prosedur untuk kalibrasi dan pemeliharaan peralatan tersebut, sesuai
keperluan. Catatan hasil kalibrasi dan pemeliharaan hasil-hasil harus disimpan. Konsistem dengan
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Dari aspek perencanaan (plan) dalam penerapan K3 P.T. Cakrawala Dinamika Energi Bengkulu
telah merencanakan manajemen K3 sebagaimana diatur dalam standar OHSAS. Perencanaan
adalah perumusan terhadap aktivitas-aktivitas dalam pelaksanan SMK3 di dalam perusahaan
meliputi: Indentifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian; Peraturan
perundangan dan persyaratan lain; dan Tujuan dan program.
2. Dari aspek pelaksanaan (do) dalam penerapan K3 P.T. Cakrawala Dinamika Energi Bengkulu
telah mengimplementasikan manajemen K3 sebagaimana diatur dalam standar OHSAS.
Penerapan dan operasi adalah tindakan pelaksanaan penerapan SMK3 di dalam perusahaan
dilakukan dengan cara: pemenuhan sumberdaya, peran, tanggungjawab, akuntabilitas dan
wewenang; Kompetensi, pelatigan dan kepedulian; Komunikasi, partisipasi dan konsultasi;
Dokumentasi; Pengendalian dokumen; Penendalian operasional dan Kesiapsiagaan dan tanggap
darurat.
3. Dari aspek pemeriksaan (check) manajemen K3 P.T. Cakrawala Dinamika Energi Bengkulu
telah melakukan pemeriksaan K3 sebagaimana diatur dalam standar OHSAS. Upaya yang
dilakukan adalah mengadakan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu bagi para tenaga kerja
baik sebelum diterima kerja maupun setelah diterima kerja. Pemeriksaan itu biasanya dilakukan
mulai pemeriksaan fisik, tes pendengaran, pemeriksaan radiologi dan lain-lain. Setelah menjadi
karyawan, di mana berdasarlan hasil wawacara dengan informan penelitian, diketahui bahwa
karyawan dilakukan pemeriksaan satu kali dalam enam bulan, dengan bekerjasam adengan
Perusahaan atau dokter yang telah ditunjuk oleh P.T. Cakrawala Dinamika Energi.
4. Dari aspek tinjauan manajemen (action) dalam penerapan K3 P.T. Cakrawala Dinamika Energi
Bengkulu telah melakukan tinjauan manajemen K3 sebagaimana diatur dalam standar OHSAS.
Manajemen puncak meninjau sistem manajemen K3 di dalam organisasinya, secara terencana,
untuk menjamin kesesuaian, kecukupan dan keefektifannya secara berkelanjutan. Proses
tinjauan manajemen harus termasuk penilaian kemungkinan-kemungkinan peningkatan dan
Saran
Saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan pelaksanaan manajemen K3 di P.T.
Cakrawala Dinamika Energi adalah:
1. Pada aspek perencanaan, hal-hal yang masih memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan
adalah perlu adanya sosialisasi lebih mendalam tentang K3 terkait dengan peraturan perundang-
undangan dan tujuan program K3 kepada karyawan. Langkah tersebut dapat dilakukan dengan
cara: Perencanaan indentifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko; Pengumpulan
bahan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya; Penetapan tujuan dan sasaran; Penetapan
indikator kinerja dan Perencanaan awal dan perencanaan kegiatan berjalan.
2. Pada aspek pelaksanaan, perbaikan perlu diarah pada pelaksanaan komunikasi, partisipasi dan
konsultasi dalam menjalankan K3 dan perlu upaya pengendalian operasional dalam kegiatan K3
dengan cara meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan K3, seperti ketersediaan SDM,
sarana dan dana; integrase system manajemen K3 ke dalam manajemen usaha; tanggungjawab
dan tanggung gugat
3. Pada aspek pemeriksaan, perbaikan yang diperlukan adalah upaya pemantauan dan pengkuran
pelaksanaan K3 secara tepat dan berkesinambungan dengan cara mengukur, memantau, dan
mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan melalui upaya: Adanya inspeksi dan pengujian secara rutin; Adanya audit system
manajemen K3 dan Tindakan perbaikan dan pencegahan
4. Pada aspek peninajuan ulang, perlu adanya peningkatan pelatihan dan sarana serta prasarana K3
sehingga pelaksanaan manajemen K3 di dalam perusahaan semakin baik. Upaya tersebut dapat
dilakukan dengan cara meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan system
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja secara berkesinambungan dengan tujuan
meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja. Upaya yang digunakan untuk mengukur
kegiatan ini adalah: Peninjauan ulang secara berkala dan Tindak lanjut kegiatan.
Referensi
Bangun, W. (2012). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Erlangga.
Depnaker (2008). Keselamatan dan kesehatan kerja, Jakarta: Depnaker.
Depnakertrans, (2004). Himpunan peraturan perundangan K3”, Jakarta: Proyek P2KLKPTK.
Dyhrberg, M. (2009), Intevention in multi cultural organization prevention of accident as political
change procces, Safety Science Monitor, 3 (2), 34-55.
Abstract. This study was conducted to examine the effect of service recovery on taxpayer
satisfaction in Samsat Bengkulu Province, service recovery performed by Samsat Bengkulu
Province on taxpayer behavior after tax service delivery, the effect of taxpayer satisfaction on
taxpayer behavior after tax service delivery and the effect of mandatory satisfaction tax in
mediating the effect of service recovery on the behavior of taxpayers after providing tax services.
The number of respondents in this study were taxpayers in Samsat Bengkulu Province who were
still active and came to Samsat Bengkulu Province in the last three months with a total of 96 people.
This type of research used in this study is quantitative research, where there is hypothesis testing.
The study used descriptive quantitative method. The data were collected from questionnaires then
analyzed using SPSS 23.0 for Windows. The sampling technique was purposive sampling method.
Hypothesis testing in this experiment was using multiple linear regressions with F test and T test.
Based on analysis, the result are; the results of the data analysis conducted produced all statement
items for this research variable valid and reliable. Hypothesis testing results show that: service
recovery has a positive effect on satisfaction of taxpayers, recovery of services performed by
Samsat Bengkulu Province has a positive effect on taxpayer behavior after tax service delivery,
taxpayer satisfaction has a positive effect on taxpayer behavior after tax service delivery and
mandatory satisfaction taxation is able to mediate the effect of service recovery on the behavior of
taxpayers after providing tax services. According to these findings, strategic implications proposed
that the Samsat Bengkulu Province should implement a queuing card system for all services held in
Samsat Bengkulu Province so as to reduce uncertainty about the process of service received by the
community.
Keywords: Service Recovery, Taxpayer Satisfaction, Taxpayer Behavior after Providing Tax Services.
Pendahuluan
Sesuai dengan amanat yang terkandung dalam UUD 1945, bahwa negara wajib melayani setiap
warga negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka pelayanan umum dan peningkatan
kesejahteraan rakyat. Dalam hal ini pelayanan publik dapat dipahami sebagai segala kegiatan yang dilakukan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk
atas suatu barang, jasa atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang
terkait kepentingan publik.
Pelayanan publik merupakan tanggung jawab pemerintah. Masyarakat tentu menuntut
penyelenggaraan manajemen pelayanan lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat dan penyelenggaraan
Berdasarkan Tabel 1. di atas, ada total 89 kasus kegagalan jasa. Kasus kegagalan jasa tersebut terdiri
dari 30 kasus kesalahan pencetakan nomor plat kendaraan bermotor, 33 kasus kesalahan pencetakan nama
pemilik kendaraan bermotor di BPKB, dan 26 kasus kekeliruan penghitungan pajak sehingga seorang wajib
pajak membayar pajak kendaraan bermotor milik orang lain. Kondisi seperti ini sudah tentu menimbulkan
ketidakpuasan masyarakat sebagai wajib pajak kendaraan bermotor. Hal ini bisa menimbulkan kesan negatif
yang disampaikan kepada masyarakat ke media massa maupun ke orang lain. Tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap pelayanan publikpun masih rendah.
Kondisi kegagalan jasa yang dijelaskan di atas, sangat memerlukan pemulihan jasa (service
recovery) yang harus dilakukan oleh Samsat Provinsi Bengkulu untuk mengatasi kegagalan jasa yang terjadi
misalnya adalah dalam kasus kesalahan pencetakan nomor plat kendaraan bermotor, Samsat melakukan
penggantian plat, kemudian penggantian BPKB akibat adanya kesalahan pencetakan nama pemilik
kendaraan bermotor dan pemutakhiran data ketika ada kekeliruan perhitungan pajak. Hal ini penting karena
menyangkut kepentingan masyarakat sebagai wajib pajak dan kejelasan surat-surat kendaraan agar tidak
menimbulkan masalah dikemudian hari.
Tinjauan Pustaka
Lee dan Kotler (2011) menjelaskan tentang theory of planned behavior, yaitu kepercayaan bahwa
sesorang yang memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu maka akan bertindak untuk melakukan
sesuatu tersebut. Seseorang yang yakin akan kemungkinan hasil yang didapatkan dan mengevaluasi tindakan
tersebut (behavioral beliefs), yakin terhadap norma yang diinginkan serta dorongan untuk mewujudkan
keinginan tersebut (normative beliefs), dan yakin akan adanya faktor pendukung atau tidak mendukung suatu
tindakan, serta menyadari bahwa faktor pendukung tersebut memiliki kemampuan atau kekuatan untuk
mempengaruhi perilaku (control beliefs) merupakan inti dari teori perilaku terencana.
Sebelum adanya Theory of Planned Behavior (TPB) didahului oleh Theory Reasoned Action (TRA)
Pemulihan pelayanan
Armistead et al. (2015) mendefinisikan service recovery sebagai tindakan spesifik yang dilakukan
untuk memastikan bahwa pelanggan mendapat kan tingkat yang pantas setelah terjadi masalah-masalah
dalam pelayanan secara normal. Menurut Tjiptono (2015), komitmen perusahaan sangat penting dalam
mendengar dan merespon suara konsemen. Diharapkan dengan kesungguhan upaya itu tumbuh kepercayaan
pelanggan pada kejujuran, integritas, dan keandalan penyedia jasa. Kepercayaan atau trust tersebut cerminan
dari rasa aman pada diri pelanggan karena yakin bahwa penyedia jasa yang dipilih akan memenuhi harapan
pelanggan. Perusahaan tidak bisa lagi mengambil resiko kehilangan sejumlah pelanggan hanya karena
ketidakpuasan diabaikan. Lebih baik perusahaan mengorbankan uang yang relatif sedikit untuk
mengkompensasikan kekecewaan konsumen tersebut melalui progam service recovery atau win-back
marketing program. Tidak sekedar dengan merespon komplain, namun terutama juga penanganan pada saat-
saat kritis.
Menurut Putra et al. (2017), indikator pemulihan pelayanan adalah sebagai berikut:
1. Distributive Justice, merupakan justice/fairness yang dipersepsikan oleh customer sebagai hasil
dari complain. Bentuk justice ini dapat berupa kompensasi dalam bentuk diskon, kupon atau
voucher, pengembalian dana, free gift, penggantian produk, permintaan maaf, dll. Ukuran atau
pun penilaian apakah kompensasi yang diberikan tersebut fair (adil) atau tidak, dapat
dipengaruhi oleh pengalaman customer dengan perusahaan tersebut, pengetahuan mengenai
bagaimana customer lain diperlakukan pada situasi yang sama dan persepsi besarnya kerugian
yang dialami oleh customer tersebut.
2. Procedural Justice, merupakan justice/fairness yang dipersepsikan oleh customer pada proses
penanganan complain, termasuk pengendalian proses dan waktu penyelesaian komplain
tersebut. Terdapat 5 elemen procedural justice, yaitu:
Pengaruh Pemulihan layanan terhadap Perilaku wajib pajak setelah pemberian layanan
Hasil penelitian terbukti bahwa pemulihan layanan mempunyai pengaruh positif terhadap perilaku
wajib pajak setelah pemberian layanan. Pelanggan akan menilai kepuasan atas penanganan keluhan
berdasarkan atas keadilan yang diterima. Adanya kesediaan perusahaan secara serius untuk menangani
kegagalan layanan maka pelangan tentu mengharapkan adanya kompensasi atas kerugian yang dialami.
Dengan nilai keadilan yang mengacu pada perhitungan alokasi biaya yang dikeluarkan pelanggan dan
manfaat yang diterima pelanggan. Untuk mewujudkan keadilan distributif ini, perusahaan dapat memberikan
hasil yang adil. Keadilan yang dirasakan dari kebijakan, prosedur, dan kriteria yang digunakan oleh
pengambil keputusan dari hasil negosiasi dan penyedia jasa memiliki kesopanan, perhatian, dan kejujuran,
penjelasan atas kegagalan jasa yang terjadi, dan usaha yang tulus dalam memecahkan masalah yang dihadapi
pelanggan. Pada saat terjadi kegagalan jasa, pelanggan berharap ada kompensasinya, mau mengikuti
program penanganan keluhan yang disediakan oleh penyedia layanan jasa jika prosedurnya mudah dan cepat
dan pelanggan merasa bahwa keluhannya telah ditanggapi dan dilakukan perbaikan layanan sehingga
memiliki perilaku yang positif. Uraian ini didukung oleh penelitian Spreng et al.(1995) dan Baghestan et al.
(2012) yang menyatakan bahwa pemulihan layanan berpengaruh terhadap perilaku wajib pajak setelah
pemberian layanan.
Pengaruh Kepuasan wajib pajak terhadap Perilaku wajib pajak setelah pemberian layanan
Hasil penelitian terbukti bahwa kepuasan wajib pajak mempunyai pengaruh positif terhadap perilaku
wajib pajak setelah pemberian layanan. Kepuasan adalah harapan akan kehandalan dan intensi baik penyedia
jasa. Berdasarkan defenisi ini kepuasan merefleksikan dua komponen penting, yang pertama yakni,
keyakinan konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi nilai yang dijanjikan atau dengan kata lain
persepsi bahwa penyedia jasa tersebut mampu memenuhi harapan konsumen dengan terpenuhinya janji
penyedia jasa yang pada akhirnya menciptakan customer satisfaction, yang kedua, keyakinan konsumen
bahwa penyedia jasa tersebut mampu mengutamakan kepentingan konsumen ketika masalah dalam konsumsi
produk muncul secara tidak terduga. Kepuasan dapat didefinisikan sebagai kepuasan merupakan variabel
psikologis yang mencerminkan sejumlah asumsi awal yang melibatkan kredibilitas, integritas, dan
benevolence, yang dilekatkan pada penyedia jasa tertentu. Kepuasan akan suatu layanank akan mampu untuk
membuat konsumen menjadi bersemangat untuk memperoleh layanan yang sama, sehingga semakin besar
kepuasan pelanggan terhadap produk, maka semakin baik perilaku wajib pajak. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Gupta dan Stewart (1996) dan Wahyuningsih dan Nurdin (2010) yang menyatakan kepuasan wajib
pajak berpengaruh positif terhadap perilaku wajib pajak setelah pemberian layanan.
Kepuasan wajib pajak memdiasi pengaruh pemulihan pelayanan terhadap prilaku wajib pajak.
Kepuasan akan suatu layanank akan mampu untuk membuat konsumen menjadi bersemangat untuk
Pengaruh Kepuasan wajib pajak dalam Memediasi Pengaruh Pemulihan Layanan terhadap Perilaku
wajib pajak setelah pemberian layanan
Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan wajib pajak mampu memediasi pengaruh
pemulihan layuanan terhadap perilaku wajib pajak setelah pemebrian layanan. Pemulihan layanan
memainkan peran pentingan penting dalam mencapai kepuasan pelanggan. Selain itu, pemulihan layanan
membuktikan seberapa besar komitmen penyedia jasa terhadap kepuasan dan kualitas pelayanan terhadap
pelanggan. Dengan adanya pemulihan layanan maka konsumen akan merasakan lebih puas sebab merasa
bahwa komplain dan keluhan yang dirasakannya dipahami dan ditanggapi oleh Kantor Samsat Bengkulu.
Hal ini membuat wajib pajak menjadi semakin puas terhadap layanan yang dilakukan oleh Kantor Samsat
Bengkulu. Dengan adanya kepuasan yang semakin tinggi ini, maka secara psikologis konsumen akan mau
untuk menggunakan layanan dari penyedia jasa tersebut, sehingga kepuasan wajib pajak yang semakin kuat
akan memperkuat pengaruh pemulihan layanan terhadap perilaku wajib pajak setelah pemberian layanan
yang semakin baik.
Penutup
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemulihan pelayanan berpengaruh positif terhadap kepuasan wajib pajak pada Samsat Provinsi
Bengkulu.
2. Pemulihan pelayanan yang dilakukan oleh Samsat Provinsi Bengkulu berpengaruh positif terhadap
perilaku wajib pajak setelah pemberian pelayanan pajak.
3. Kepuasan wajib pajak berpengaruh positif terhadap perilaku wajib pajak setelah pemberian pelayanan
pajak.
4. Kepuasan wajib pajak mampu memediasi pengaruh pemulihan layuanan terhadap perilaku wajib pajak
setelah pemberian pelayanan pajak.
Atas dasar kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, dapat diberikan beberapa saran dan diharapkan
dapat berguna bagi kemajuan organisasi. Adapun saran tersebut adalah :
1. Samsat Provinsi Bengkulu sebaiknya lebih menyederhanakan persyaratan dalam pelayanan pajak
tahunan dengan tidak menggunakan fotokopi persyaratan sehingga hanya menggunakan persyaratan asli.
2. Keterbatasan penelitian ini adalah responden penelitian ada yang kurang mengerti mengenai pertanyaan
terutama yang berusia lanjut, namun mengisi jawaban secara acak. Untuk penelitian selanjutnya
sebaiknya dapat diambil sampel yang berusia kurang dari 60 tahun.
3. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya ditambahkan variabel kualitas pelayanan dan sarana prasarana
sebagai variabel bebas yang dapat mempengaruhi perilaku wajib pajak.