Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING

MODUL 1: DEMAM PADA PENYAKIT TROPIS


SISTEM KEDOKTERAN TROPIS

Tutor: Dr. dr. Fanny Septiani Farhan, M.Biomed

Kelompok II
Fauziah Ananda Huseini
2016730121

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT Tuhan Yang
Maha Esa, yang telah melimpahkan kasih sayang dan karuniaNya, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan PBL Modul Tutorial I Demam sebagai salah satu syarat untuk
melengkapi nilai Kedokteran Tropis.

Terima Kasih kepada orang tua atas do’a dan dukungannya, selalu mendampingi dan
penuh pengertian memberi semangat selama kami mengikuti pendidikan di Program Studi
Pendidikan Dokter, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan laporan PBL modul I Demam. Semoga kebaikan dan bantuan yang diberikan
kepada kami mendapat balasan dari Allah Yang Maha Pemurah. Semoga Allah SWT Tuhan
Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang selalu melimpahkan rahmat dan
karuniaNya kepada kita semua. Amin.

Jakarta, 28 November 2017


Hormat Kami

Fauziah Ananda
Huseini
BAB I
PENDAHULUAN

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul demam pada penyakit tropis, mahasiswa sistema
kedokteran tropis mampu memahami penyakit-penyakit tropis dengan gejala demam yang
meliputi definisi (pengertian), etiologi, patogénesis dan patomekanisme, manifestasi klinik,
cara menegakkan diagnosis, tatalaksana, komplikasi, serta epidemiologi penyakit-penyakit
tropis tersebut.

SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa sistema kedokteran tropis mampu memahami
dan menjelaskan:
1. Definisi dan etiologi penyakit-penyakit tropis dengan gejala demam
2. Macam-macam penyakit tropis dengan gejala demam
3. Patogénesis dan patomekanisme penyakit-penyakit tropis dengan gejala demam.
4. Cara menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menagakkan diagnosis, serta diagnosis
diferensial penyakit-penyakit tropis tersebut.
5. Terapi non-farmakologi dan farmakologi (indikasi, kontraindikasi, dosis, efek
samping, dan interaksi obat yang digunakan)
6. Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit-penyakit tropis tersebut.
7. Epidemiologi (insidens, prevalensi, morbidity, mortality rate, preventif, promotif, dll)
penyakit-penyakit tropis tersebut.

SKENARIO 3
Seorang laki-laki berusia 43 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan demam sejak
1 minggu yang lalu. Keluhan disertai menggigil, benjolan lipat paha kanan merah dan nyeri
tekan. Pasien sudah minum obat, tapi tidak sembuh. Tetangga pasien 3 tahun lalu menderita
penyakit yang sama, dan sekarang tungkai kanannya membesar. Disekitar lingkungan tempat
tinggal pasien terdapat danau dan persawahan. Pemeriksaan fisis: pembesaran kelenjar limfe
ingiunalis dekstra, hiperemis, nyeri tekan.
KATA SULIT
-

KATA/KALIMAT KUNCI
1. Laki-laki usia 43 tahun
2. KU: demam 1 minggu yang lalu
3. Keluhan Tambahan: menggigil, benjolan lipat paha kanan merah dan nyeri tekan
4. Riwayat Obat: pasien sudah minum obat tapi tidak sembuh
5. Riwayat Psikososial: tetangga menderita penyakit yang sama 3 tahun yang lalu,
sekarang tungkai kanan membesar, sekarang tungkai kanan membesar, lingkungan
terdapat danau dan persawahan.
Pemfis: pembesaran kelenjar limfe inguinalis dextra dan hiperemis nyeri tekan

MIND MAP

KELUHAN PASIEN

Pembesaran, kemerahan R. psikososial: tetangga


Demam dan nyeri tekan kelenjar pasien 3 tahun yang lalu
limfa inguinalis dextra. menderita sakit yang sama

Infeksi

Jamur Bakteri Virus Parasit

DD

WD
PERTANYAAN
1. Jelaskan (sertakan gambar) tipe demam, grafik/kurva demam dan ciri khas yang
menjadi pembeda demam dari 14 dd yang dibahas kelompok!
- limfadenitis
- filariasis inguinalis
- demam dengue
- malaria
- tifoid
- campak
- chikungunya
- varicella
- leptopspirosis
- difteri
- influenza
- morbili
- parotitis
- rubella
2. Mengapa demam pada infeksi virus biasanya bersifat akut (kurang dari 7 hari)?
3. Jelaskan detail perbedaan antara infeksi virus dan bakteri (kaitkan dengan respons
inflamasi dan respons imun tubuh terhadap infeksi bakteri/virus)!
4. Jelaskan perbedaan steroid/NSAID dilihat dari perbedaan mekanisme kerja kaitkan
dengan gmbar/diagram mekanisme demam!
5. Jelaskan pembagian golongan steroid dan NSAID dan jelaskan perbedaan dari tiap
golongan terhadap golongan lainnya!
6. Jelaskan perbedaan analgetik, antipiretik, antiinflamasi!
7. Jelaskan dosis dari tiap-tiap obat NSAID/steroid!
8. Jelaskan cara pemberian obat steroid, apa yang dimaksud dengan tapeering off,
bagaimana pengaturannya, mengapa perlu tappering off!
9. Jelaskan mengapa pada pasien demam timbul menggigil, berkeringat jelaskan
mekanismenya!
10. Mengapa saat demam terjadi peningkatan set point tubuh? Tujuannya?
BAB II
ISI

1. Jelaskan (sertakan gambar) tipe demam, grafik/kurva demam dan ciri khas
yang menjadi pembeda demam dari 14 DD yang dibahas kelompok!
TYPE
DIFFERENTIAL
OF PATTERN SIGN
DIAGNOSIS
FEVER
LIMFADENITIS

FILARIASIS Demam tinggi (demam


INGUINALIS filarial atau elefantoid),
menggigil dan lesu,
limfangitis dan
limfadenitis yang
berlangsung 3-15 hari,
dan dapat terjadi
beberapa kali dalam
setahun
DEMAM Di tandai dengan fase
DENGUE kritis yaitu turunnya
suhu, penderita
biasanya mengira
sudah sembuh dari
demam.
MALARIA Intermite Biasanya, waktu antara
n terinfeksi dan ketika
gejala mulai (masa
inkubasi) adalah 7
sampai 18 hari,
tergantung pada parasit
spesifik yang
terinfeksi.
TYPHOID Kontiny Meningkat saat malam
u hari, saat menjelang
shubuh panas perlahan
turun
CAMPAK berlangsung sekitar 7-
11 hari.

CHIKUNGUNYA Manifestasi demam pada


chikunguya
adalah demam mendadak
, masa demam lebih
pendek, suhu lebih
tinggi, hampir selalu
disertai ruam, mata
kemerahan dan nyeri
sendi.
VARICELLA
LEPTROSPIROS Kontinyu
IS

DIFTERI
INFLUENZA

MORBILI
PAROTITIS  menggigil
 sakit kepla
 nafsu makan
berkurang
 merasa tidak
enak badan
 demam ringan
sampai sedang
(terjadi 12-24
jam sebelum 1
atau beberapa
kelanjar liur
membengkak).

RUBELLA

MALARIA
Demam pada malaria secara periodik berhubungan dengan, waktu pecahnya sejumlah
skizon matang dengan keluarnya merozoit dan masuk dalam aliran darah (sporulasi). Pada
malaria vivaks dan ovale, skizon menjadi matang setiap 48 jam sehingga periodisitas
demamnya bersifat tersian. Pada malaria quartana (oleh karena P.malariae) skizon menjadi
matang setiap 72 jam sehingga sehingga periodisitas demamnya bersifat kuartan. “Trias
Malaria”(Malaria paroxysm) secara berurutan:

a. Stadium menggigil: dimulai dengan perasaan dingin sekali sehingga


menggigil,penderita menutup badan dengan baju tebal, selimut, nadi cepat tetapi
lemah, bibir dan jari-jari tangan biru, kulit kering dan pucat
b. Stadium puncak demam dimulai pada saat perasaan dingin sekali berubah menjadi
panas sekali,muka merah,kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, sakit kepala
makin berat.
c. Stadium berkeringat: dimulai dengan penderita berkeringat banyak. Suhu turun
dengan cepat kadang sampai di bawah ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur
nyenyak,waktu bangun merasa lemah tetapi sehat. Stadium ini berlangsung 2-4 jam.
Serangan demam yang khas ini sering dimulai pada siang hari,berlangsung 8-12 jam,
setelah itu terjadi stadium apireksia.
DEMAM DENGUE
Demam dengue atau yang dikenal secara umum oleh masyarakat Indonesia sebagai
demam berdarah merupakan penyakit yang dapat membuat suhu tubuh penderita menjadi
sangat tinggi dan pada umumnya disertai sakit kepala, nyeri sendi, otot, dan tulang, serta
nyeri di bagian belakang mata.
CAMPAK
Penyakit ini ditularkan melalui droplet ataupun kontak dengan penderita. Gejala dari
campak ini sangat khas, yaitu munculnya ruam kemerahan yang pertama kali di belakang
telinga, kemudian menyebar ke wajah dan secara bertahap menyebar ke seluruh tubuh setelah
sebelumnya diawali demam. Dari mulai terinfeksi hingga mengalami gejala, penyakit ini
membutuhkan waktu sekitar 10 hari (8-12) hari, dimana melalui beberapa tahapan, yaitu:
 Stadium Prodromal: Pada awal muncul gejala yang berlangsung kira-kira 3 hari
(kisaran 2-4 hari) akan muncul demam yang dapat mencapai 39,5°C ± 1,10°C. Selain
demam, dapat timbul gejala berupa kelamahan tubuh, coryza (peradangan akut
membran mukosa rongga hidung), konjungtivitis (mata merah, disertai mata berair
dan sensitif terhadap cahaya), dan batuk. Selain itu dapat muncul Koplik spotspada
dinding pipi bagian dalam (terlihat dari dalam mulut) yang muncul pada hari ke-2
atau ke-3 demam. Bercak ini berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna merah terang,
di tengahnya didapatkan noda utih keabuan. Timbulnya bercak Koplik ini hanya
sebentar, kurang lebih 12 jam.
 Stadium eksantem (gejala kulit): timbul ruam mukopapular atau bercak kemerahan
pada tubuh dengan penyebaran sentrifugal (dari pinggir ke tengah tubuh) yang
dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher,
dada, ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya ekstremitas bawah. Ruam ini dapat
timbul selama 6-7 hari. Demam umumnya memuncak (mencapai 40°C) pada hari ke
2-3 setelah munculnya ruam.
 Stadium penyembuhan (konvalesens): setelah 3-4 hari umumnya ruam berangsur
menghilang sesuai dengan pola timbulnya. Ruam kulit menghilang dan berubah
menjadi kecoklatan yang akan menghilang dalam 7-10 hari.
PAROTITIS
Parotitis epidemika adalah penyakit virus menyeluruh, akut, yang kelenjar ludahnya
membesar nyeri, terutama kelenjar parotis, merupakan tanda-tanda yang biasa ada. Nama
parotitis epidemica kurang tepat sebab tidak selalu ada radang di parotis dan penyakit
tersebut tidak selalu mewabah. Merupakan suatu penyakit menular yang akut. Disebabkan
oleh virus. Virus ini adalah anggota kelompok paramiksovirus yang juga mencakup
parainfluenza, campak, dan vius penyakit Newcastle. Hanya diketahui ada satu serotip.
Biakan manusia atau sel ginjal kera terutama digunakan untuk isolasi virus. Virus telah
diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain.
Mumps merupakan virus RN rantai tunggal dan anggota dari family Paramyxoviridae, genus
Paramyxovirus. Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase
dan perpaduan protein. Virus mumps sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet. Masa tunas
14 sampai 24 hari. Dimulai dengan stadium prodromal, lamanya 1 sampai 2 hari dengan
gejala demam, anoreksia, sakit kepala, muntah dan nyeri otot. Suhu tubuh biasanya naik
sampai 38,5 0C sampai 39,50C kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotis yang mula-
mula unilateral tetapi kemudian dapat menjadi bilateral. Pembengkakan tersebut terasa nyeri
baik spontan maupun perabaan, terlebih-lebih bila penderita makan atau minum sesuatu yang
masam, ini merupakan gejala khas untuk parotitis epidemika.

2. Mengapa demam pada infeksi virus biasanya bersifat akut (kurang dari 7 hari)?
Hampir semua jenis penyakit yang sifatnya akut (berlangsung singkat, tidak
menahun) merupakan self-limiting disease artau penyakit yang akan sembuh dengan
sendirinya. Beberapa di antaranya dipicu oleh gangguan pada mekanisme alami tubuh
manusia, namun sebagain besar disebabkan oleh virus. infeksi virus akan sembuh dengan
sendirinya karena sistem kekebalan tubuh akan membentuk perlawanan untuk membunuh
dan menyingkirkan virus-virus tersebut.
Virus adalah mikroorganisme yang mengadakan replikasi di dalam sel dan kadang-
kadang memakai asam nukleat atau protein pejamu. Sifat virus yang sangat khusus adalah:
Mengganggu sel khusus tanpa merusak. Virus yang tidak menyebabkan kerusakan sel disebut
virus non sitopatik (noncytopathic virus). Bila terjadi kerusakan sel, maka hal ini akibat
reaksi antigen antibodi. Virus ini dapat menjadi persisten dan akhirnya menjadi kronik,
sebagai contoh adalah virus hepatitis B
1. Virus merusak sel atau mengganggu perkembangan sel kemudian menghilang
dari tubuh, dan virus seperti ini disebut virus sitopatik (cytopathic virus),
sebagai contoh infeksi virus HIV, infeksi hepatitis virus lain, dan sebagainya. 
2. Dapat menginfeksi jaringan tanpa menimbulkan respons inflamasi
3. Dapat berkembang biak dalam sel pejamu tanpa merusak
Respons imun nonspesifik terhadap infeksi virus
Secara jelas terlihat bahwa respons imun yang terjadi adalah timbulnya interferon dan
sel natural killler (NK) dan antibodi yang spesifik terhadap virus tersebut. Pengenalan dan
pemusnahan sel yang terinfeksi virus sebelum terjadi replikasi sangat bermanfaat bagi
pejamu. Permukaan sel yang terinfeksi virus mengalami modifikasi, terutama dalam struktur
karbohidrat, menyebabkan sel menjadi target sel NK. Sel NK mempunyai dua jenis reseptor
permukaan. Reseptor pertama merupakan killer activating receptors, yang terikat pada
karbohidrat dan struktur lainnya yang diekspresikan oleh semua sel. Reseptor lainnya
adalah killer inhibitory receptors, yang mengenali molekul MHC kelas I dan mendominasi
signal dari reseptor aktivasi. Oleh karena itu sensitivitas sel target tergantung pada ekspresi
MHC kelas I. Sel yang sensitif atau terinfeksi mempunyai MHC kelas I yang rendah, namun
sel yang tidak terinfeksi dengan molekul MHC kelas I yang normal akan terlindungi dari sel
NK. Produksi IFN-α selama infeksi virus akan mengaktivasi sel NK dan meregulasi ekspresi
MHC pada sel terdekat sehingga menjadi resisten terhadap infeksi virus. Sel NK juga dapat
berperan dalam ADCC bila antibodi terhadap protein virus terikat pada sel yang terinfeksi.
Beberapa mekanisme utama respons nonspesifik terhadap virus, yaitu:
1. Infeksi virus secara langsung yang akan merangsang produksi IFN oleh sel-
sel terinfeksi; IFN berfungsi menghambat replikasi virus
2. Sel NK mampu membunuh virus yang berada di dalam sel, walaupun virus
menghambat presentasi antigen dan ekspresi MHC klas I. IFN tipe I akan
meningkatkan kemampuan sel NK untuk memusnahkan virus yang berada di
dalam sel. Selain itu, aktivasi komplemen dan fagositosis akan
menghilangkan virus yang datang dari ekstraseluler dan sirkulasi.

3. Jelaskan detail perbedaan antara infeksi virus dan bakteri (kaitkan dengan
respons inflamasi dan respons imun tubuh terhadap infeksi bakteri/virus)!
Virus berasal dari bahasa yunani “Venom” yang berarti racun. Virus adalah parasit
mikroskopik yang menginfeksiselorganisme biologis. Secara umum virus merupakan partikel
tersusun atas elemen genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam
deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua kondisi
yang berbeda, yaitu secara intraseluler dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh inang.
Virus memiliki sifat hidup dan mati. Sifat hidup (seluler) yaitu memiliki asam nukleat namun
tidak keduanya (hanya DNA atau RNA), dapat bereproduksi dengan replikasi dan hanya
dapat dilakukan didalam sel inang (parasit obligat intraseluler). Sifat mati (aseluler) yaitu
dapat di kristalkan dan dicairkan. Struktur berbeda dengan sel dan tidak melakukan
metabolisme sel. Bentuk virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk dan komposisi kimiawinya.
Bentuk virus ada yang berbentuk bulat, oval, memanjang, silindariis, dan ada juga yang
berbentuk T. Ukuran Virus sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop
elektron, ukuran virus lebih kecil daripada bakteri. Ukurannya berkisar dari 0,02 mikrometer
sampai 0,3 mikrometer (1 μm = 1/1000 mm). Unit pengukuran virus biasanya dinyatakan
dalam nanometer (nm). 1 nm adalah 1/1000 mikrometer dan seperjuta milimeter.
Virus memanfaatkan metabolisme sel penjamu untuk membantu sintesis protein virus
dan virion baru; jenis sel yang dapat diinfeksi oleh virus dapat sedikit dapat banyak. Untuk
tujuan diagnosti, sebagian besar virus ditumbuhkan dalam biakan sel, baik turunan sel
sekunder atau kontinu; pemakaian telur embrionik dan hewan percobaan untuk membiakan
virus hanya dilakukan untuk investigasi khusus. Jenis biakan sel untuk mengembangbiakan
virus sering berasal dari jaringan tumor, yang dapat digunakan secara terus menerus.
Replikasi virus dalam biakan sel dapat di deteksi dengan Tahap-tahap replikasi:
1. Peletakan/ Adsorpsi adalah tahap penempelan virus pada dinding sel inang. Virus
menempelkan sisi tempel/ reseptor site ke dinding sel bakteri

2. Penetrasi sel inang yaitu enzim dikeluarkan untuk membuka dinding sel bakteri.
Molekul asam nukleat (DNA/RNA) virus bergerak melalui pipa ekor dan masuk ke
dalam sitoplasma sel melalui dinding sel yang terbuka. Pada virus telanjang, proses
penyusupan ini dengan cara fagositosis virion (viropexis), pada virus terselubung
dengan cara fusi yang diikuti masuknya nukleokapsid ke sitoplasma.

3. Eklipase: asam nukleat virus menggunakan asam nukleat bakteri untuk membentuk
bagian-bagian tubuh virus

4. Pembentukan virus (bakteriofage) baru: bagian-bagian tubuh virus yang t’btk


digabungkan untuk mjd virus baru. 1 sel bakteri dihasilkan 100 – 300 virus baru
5. Pemecahan sel inang: pecahnya sel bakteri. Dengan terbentuknya enzim lisoenzim
yang melarutkan dinding sel bakteri sehingga pecah dan keluarlah virus-virus baru
yang mencari sel bakteri lain
Didalam kehidupan, virus memiliki 2 peran, yaitu peran virus sebagai
mikroorganisme yang menguntungkan, maupun yang merugikan. Virus yang
menguntungkan: Virus berperan penting dalam bidang rekayasa genetika karena dapat
digunakan untuk cloning gen(reproduksi DNA yang secara genetis identik). Sebagai contoh
adalah virus yang membawa gen untuk mengendalikan pertumbuhan serangga. Virus juga
digunakan untuk terapi gen manusia sehingga diharapkan penyakit genetis, seperti diabetes
dan kanker dapat disembuhkan. Virus yang merugikan :Virus yang dapat merugikan karena
menyebabkan berbagai jenis penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan.
Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak memiliki selubung
inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik berupa DNA, tapi
tidak terlokalisasi dalam tempat khusus (nukleus) dan tidak ada membran inti. Bentuk DNA
bakteri adalah sirkuler, panjang dan biasa disebut nukleoi. Pada DNA bakteri tidak
mempunyai intron dan hanya tersusun atas akson saja. Bakteri juga memiliki DNA
ekstrakromosomal yang tergabung menjadi plasmid yang berbentuk kecil dan sirkuler
(Jawetz, 2004) . Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah
a. Sumber energi, yang diperlukan untuk reaksi – reaksi sintesis yang
membutuhkan energi dalam pertumbuhan dan restorasi, pemeliharaan
keseimbangan cairan, gerak dan sebagainya.
b. Sumber karbon
c. Sumber nitrogen, sebagian besar untuk sintesis protein dan asam-asam
nukleat.
d. Sumber garam-garam anorganik, khususnya folat dan sulfat sebagai anion; dan
potasium, sodium magnesium, kalsium, besi, mangan sebagai kation.
e. Bakteri-bakteri tertentu membutuhkan faktor-faktor tumbuh tambahan, disebut
juga vitamin bakteri, dalam jumlah sedikit untuk sintesis metabolik esensial
(Koes Irianto, 2006).
Untuk memahami beberapa kelompok organisme, diperlukan klasifikasi. Tes
biokimia, pewarnaan gram, merupakan kriteria yang efektif untuk klasifikasi. Hasil
pewarnaan mencerminkan perbedaan dasar dan kompleks pada sel bakteri (struktur dinding
sel), sehingga dapat membagi bakteri menjadi 2 kelompok, yaitu bakteri Gram-positif dan
bakteri Gram-negatif.
RESPON IMUN NON SPESIFIK
1. Inflamasi, suatu respon non spesifik terhadap cedera jaringan, yaitu ketika spesialis
spesialis fagositik neutrofil dan makrofag berperan besar, bersana dengan masukan
suportif dari tipe sel imun lain, Tujuan peradangan adalah membawa fagosit dan
protein plasma ke tempat invasi atau kerusakan untuk dapat (1) mengisolasi,
menghancurkan, atau menginaktifkan penyerang; (2) membersihkan debris; dan (3)
mempersiapkan proses penyembuhan dan perbaikan.
2. Interferon, sekelompok protein yang secara non spesifik bertahan melawan infeksi
virus, dilepaskan dari sel yang terinfeksi virus dan segera menyediakan pertahanan
non spesifik terhadap infeksi virus dengan memengaruhi sementara replikasi virus
yang sama atau tidak berhubungan di dalam sel pejamu lain. Pada kenyataannya,
interferon dinamai sesuai kemampuannya untuk memengaruhi replikasi virus.
3. Sel Natural Killer, suatu kelompok khusus sel mirip-limfosit yang secara spontan dan
non spesifik melisiskan / memecahkan dan karena nya menghancurkan sel pejamu
yang terinfeksi virus dan sel kanker.
4. Sistem komplemen, sekelompok protein plasma inaktif yang ketika diaktifkan secara
berurutan, akan merusak sel sel asing dengan menyerang membran plasmanya.
Respons imun didapat mencakup imunitas diperantarai-antibodi (imunitas humoral,
yang melibatkan pembentukan antibodi oleh turunan limfosit B yang dikenal dengan
sel plasma) dan imunitas diperantarai sel (yang melibatkan pembentukan limfosit T
aktif)
4. Jelaskan perbedaan steroid/NSAID dilihat dari perbedaan mekanisme kerja
kaitkan dengan gmbar/diagram mekanisme demam!
NSAID (NonSteroidal Anti Inflammatory Drugs) atau obat anti inflamasi non steroid
(AINS) adalah suatu kelompok obat yang berfungsi sebagai anti inflamasi, analgetik dan
antipiretik. NSAID merupakan obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda
secara kimiawi. Walaupun demikian, obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan
dalam efek terapi maupun efek samping.  Obat golongan NSAID dinyatakan sebagai obat anti
inflamasi nonsteroid, karena ada obat golongan steroid yang juga berfungsi sebagai anti
inflamasi. Obat golongan steroid bekerja di sistem yang lebih tinggi dibanding NSAID, yaitu
menghambat konversi fosfolipid menjadi asam arakhidonat melalui penghambatan terhadap
enzim fosfolipase.

Sebagian besar efek terapi dan efek samping NSAID berdasarkan atas penghambatan
biosintesis prostaglandin (PG). Pada saat sel mengalami kerusakan, maka akan dilepaskan
beberapa mediator kimia. Di antara mediator inflamasi, prostaglandin adalah mediator
dengan peran terpenting. Enzim yang dilepaskan saat ada rangsang mekanik maupun kimia
adalah prostaglandin endoperoksida sintase (PGHS) atau siklo oksigenase (COX) yang
memiliki dua sisi katalitik. Sisi yang pertama adalah sisi aktif siklo oksigenase, yang akan
mengubah asam arakhidonat menjadi endoperoksid PGG2. Sisi yang lainnya adalah sisi aktif
peroksidase, yang akan mengubah PGG2 menjadi endoperoksid lain yaitu PGH2. PGH2
selanjutnya akan diproses membentuk PGs, prostasiklin dan tromboksan A2, yang ketiganya
merupakan mediator utama proses inflamasi. COX terdiri atas dua isoform yaitu COX-1 dan
COX-2.
Golongan obat ini menghambat enzim siklo oksigenase (COX) sehingga konversi
asam arakhidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat dengan cara berbeda.
Khusus parasetamol, hambatan biosintesis prostaglandin hanya terjadi bila lingkungannya
rendah kadar peroksida seperti di hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya mengandung
banyak peroksida yang dihasilkan oleh leukosit. Ini menjelaskan mengapa efek anti inflamasi
parasetamol praktis tidak ada. Inhibisi biosintesis prostaglandin oleh aspirin menyebabkan
asetilasi yang irreversibel di sisi aktif siklo okigenase, sedangkan sisi aktif peroksidase tidak
terpengaruh. Berlawanan dengan aksi aspirin yang irreversibel, NSAID lainya seperti
ibuproven atau indometasin menyebabkan penghambatan terhadap COX baik reversibel
maupun irreversibel melalui kompetisi dengan substrat, yaitu asam arakhidonat.
NSAID menghambat suatu enzim spesifik yang disebut enzim siklooksigenase.
NSAID membantu untuk meredakan ketidaknyamanan saat demam dan mengurangi
inflamasi dan nyeri. Glukokortikoid menurunkan atau mencegah respon jaringan terhadap
proses inflamasi, karena itu menurunkan gejala inflamasi tanpa dipengaruhi penyebabnya.

5. Jelaskan pembagian golongan steroid dan NSAID dan jelaskan perbedaan dari
tiap golongan terhadap golongan lainnya!
Efek terapi dan efek samping dari obat golongan NSAIDs sebagian besar tergantung
dari penghambatan biosintesis prostaglandin. Namun, obat golongan NSAIDs secara umum
tidak menghambat biosintesis leukotrien yang berperan dalam peradangan. Golongan obat
NSAIDs bekerja dengan menghambat enzim siklo-oksigenase, sehingga dapat mengganggu
perubahan asam arakhidonat menjadi prostaglandin. Setiap obat menghambat enzim siklo-
oksigenase dengan cara yang berbeda. Parasetamol dapat menghambat biosintesis
prostaglandin apabila lingkungannya mempunyai kadar peroksida yang rendah seperti di
hipotalamus, sehingga parasetamol mempunyai efek anti-inflamasi yang rendah karena lokasi
peradangan biasanya mengandung banyak peroksida yang dihasilkan oleh leukosit. Aspirin
dapat menghambat biosintesis prostaglandin dengan cara mengasetilasi gugus aktif serin dari
enzim siklo-oksigenase. Thrombosit sangat rentan terhadap penghambatan enzim siklo-
oksigenase karena thrombosit tidak mampu mengadakan regenerasi enzim siklo-oksigenase.
Semua obat golongan NSAIDs bersifat antipiretik, analgesik, dan anti-inflamasi. sebagian
besar obat bersifat asam sehingga lebih banyak terkumpul dalam sel yang bersifat asam
seperti di lambung, ginjal, dan jaringan inflamasi. Obat-obatan yang dapat menghambat
produksi prostaglandin (NSAIDs) melalui penghambatan sintesis prostaglandin mempunyai
kemampuan untuk menurunkan aliran rangsang dari saraf afferent (nociceptive afferents),
sehingga berperan sebagai analgesik lemah.
Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul
hormon kortikosteroid memasuki sel jaringan melalui membran plasma secara difusi pasif,
kemudian bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel jaringan dan
membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini akan mengalami perubahan konformasi
dan akan bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini akan
menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Umumnya kortikosteroid
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Efek utama
glukokortikoid diantaranya adalah penyimpanan glikogen di hati dan efek anti-inflamasi.
Obat antiinflamasi dibagi jadi dua: golongan steroid dan nonstreoid.
a. Golongan kortikosteroid: Obat ini merupakan antiinflamasi yang poten. Obat-obat ini
menghambat enzim phospholipase A2 sehingga tidak terbentuk asam arakidonat.
asam arakidonat tidak terbentuk berarti prostaglandin juga tidak terbantuk.
b. Golongan NSAID (Non steroid anti inflammatory drug): Cara kerjanya juga beda
dengan yang golongan steroid. Obat golongan AINS menghambat COX sehingga
tidak terbentuk prostaglandin dan tromboksan. Potensinya sih lebih kecil daripada
yang golongan steroid namun ada juga efek sampingnya:
 Meningkatkan resiko kekambuhan asma
 Pendarahan
 Gangguan Gagal ginjal, gangguan lambung
Beberapa profil obat AINS serta analgesik:
1. Parasetamol / Acetaminophen
Seperti yang sudah dijelaskan di atas karena bekerja pada COX-3 di susunan
saraf pusat obat ini hanya berfungsi sebagai analgesik dan antipiretik. Selain itu resiko
gangguan kardiovaskular minimal karena tidak menghambat tromboksan.
2. Aspirin / Asetosal / Asam asetil salisilat
Sebagai analgetik, antipiretik, antiinflamasi dan antiplatelet. Berkaitan dengan
khasiatnya sebagai antiplatelet atau pencegah pembekuan darah maka aspirin tidak
boleh diberikan pada pasien dengan gangguan pembekuan darah, pasca operasi serta
penderita demam berdarah. Selain itu aspirin dapat memicu terjadinya asma karena
penumpukan leukotrien dan sebaiknya bukan pilihan bagi penderita gangguan
lambung karena dapat menyebabkan peptic ulcer disease
3. Antalgin / metampiron
Khasiat sebagai analgetik, antipiretik dan anti inflamasi. Namun efek
sampingnya dapat menyebabkan leukopenia (penurunan leukosit) dan agranulositosis
(penurunan sel-sel darah putih bergranuler).
4. Asam mefenamat
Khasiat sebagai analgetik, antipiretik, anti inflamasi (namun potensinya
kurang dari aspirin). Terkait sifatnya yang asam maka jangan diminum saat perut
kosong.
5.   Ibuprofen
Khasiat sebagai analgetik dan antipiretik. Biasanya juga digunakan oleh
penderita rheumatoid arthritis dan degenerative joint disease.

6. Jelaskan perbedaan analgetik, antipiretik, anti inflamasi!


ANALGETIK
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk meredakan rasa nyeri. Obat analgetik
dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu obat golongan opioid dan NSAID. Golongan Opioid
bekerja pada sistem saraf pusat, sedangkan golongan NSAID bekerja di reseptor saraf perier
dan sistem saraf pusat.

7. Jelaskan dosis dari tiap-tiap obat NSAID/steroid!


Obat Waktu-paruh (jam) Ekskresi Urin Obat yang Dosis Anti-inflamasi yang
Tak-berubah Dianjurkan
Aspirin 0,25 <2% 1200-1500 mg tiga kali sehari
Salisilat1 2-19 2-30% Lihat catatan kaki2
Selekoksib 11 27% 100-200 mg dua kali sehari
Diklofenak 1,1 <1% 50-75 mg empat kali sehari
Diflunisal 13 3-9% 500 mg dua kali sehari
Etodolak 6,5 <1% 200-300 mg empat kali sehari
Fenoprofen 2,5 30% 600 mg empat kali sehari
Flurbiprofen 3,8 <1% 300 mg tiga kali sehari
Ibuprofen 2 <1% 600 mg tiga kali sehari
Indometasin 4-5 16% 50-70 mg tiga kali sehari
Ketoprofen 1,8 <1% 70 mg tiga kali sehari
Ketorolak 4-10 58% 10 mg empat kali sehari4
Meloksikam 20 Data tidak ditemukan 7,5-15 mg sekali sehari
Nabumeton5 26 1% 1000-2000 mg sekali sehari6
Naproksen 14 <1% 375 mg dua kali sehari
Oksaprozin 58 1-4% 1200-1800 mg sekali sehari6
Piroksikam 57 4-10% 20 mg sekali sehari6
Sulindak 8 7% 200 mg dua kali sehari
Tolmetin 1 7% 400 mg empat kali sehari

8. Jelaskan cara pemberian obat steroid! apa yang dimaksud dengan tapeering off?
bagaimana pengaturannya? mengapa perlu tappering off?
Cara pemberian:
 Untuk tiap penyakit pada tiap pasien, dosis efektif harus ditetapkan dengan
trial and error, dan harus dievaluasi dari waktu ke waktu sesuai dengan
perubahan penyakit
 Suatu dosis tunggal besar kortikosteroid umumnya tidak berbahaya
 Penggunaan kortikosteroid untuk beberapa hari tanpa adanya kontraindikasi
spesifik, tidak membahayakan kecuali dalam dosis besar
 Bila pengobatan diperpanjang sampai dua minggu atau lebih hingga dosis
melebihi dosis substitusi, insidens efek samping dan efek letal potensial akan
bertambah
 Kecuali untuk insufisiensi adrenal, penggunaan kortikosteroid bukan
merupakan terapi kausal ataupun kuratif, tetapi hanya bersifat paliatif karena
efek anti-inflamasinya
 Penghentian pengobatan tiba-tiba pada terapi jangka panjang dengan dosis
besar mempunyai risiko insufisiensi adrenal yang hebat dan dapat
mengancam jiwa pasien.
Tapering Off? penurunan dosis obat tertentu ketika obat hendak dihentikan
penggunaannya. Tujuan dilakukannya tapering off adalah agar tubuh kita tidak
mengalami gangguan akibat penghentian obat yang bersifat tiba-tiba.
Hari ke-1: 30 mg per hari,dibagi menjadi  10 mg saat makan pagi, 5 mg saat makan
siang, 5 mg saat makan malam, 10 mg sebelum tidur
Hari ke-2: 5 mg saat makan pagi, 5 mg saat makan siang, 5 mg saat makan malam,
10 mg sebelum tidur
Hari ke- 3: 5 mg 4 kali sehari (pada waktu makan dan sebelum tidur)
Hari ke- 4: 5 mg 3 kali sehari (pada saat makan pagi, saat makan siang, dan sebelum
tidur)
Hari ke- 5: 5 mg 2 kali sehari (saat makan pagi dan sebelum tidur)
Hari ke- 6: 5 mg saat makan pagi

9. Jelaskan mengapa pada pasien demam timbul menggigil, berkeringat jelaskan


mekanismenya!
Demam adalah peningkatan titik patokan (set-point) suhu di hipotalamus. Dengan
meningkatkan titik patokan tersebut, maka hipotalamus mengirim sinyal untuk mningkatkan
suhu tubuh. Tubuh berespons dengan menggigil dan meningkatkan metabolisme basal.
Demam timbul sebagai respons terhadap pembentukan interleukin-1, yang disebut pirogen
endogen. Interleukin-1 dibebaskan oleh neutrofil aktif, makrofag, dan sel-sel yang mengalami
cedera. Interlekin-1 tampaknya menyebabkan panas dengan menghasilkan prostaglandin
yang merangsang hipotalamus Bila pengeluaran panas melebihi pemasukan panas, maka
termostat ini akan berusaha menyeimbakan suhu tersebut dengan cara memerintahkan otot-
otot rangka kita untuk berkontraksi(bergerak) guna menghasilkan panas tubuh. Kontraksi
otot-otok rangka ini merupakan mekanisme dari menggigil. Contohnya, seperti saat kita
berada di lingkungan pegunungan yang hawanya dingin, tanpa kita sadari tangan dan kaki
kita bergemetar (menggigil). Hal ini dimaksudkan agar tubuh kita tetap hangat. Karena
dengan menggigil itulah, tubuh kita akan memproduksi panas. Hal diatas tersebut merupakan
proses fisiologis (keadaan normal) yang terjadi dalam tubuh kita manakala tubuh kita
mengalamiperubahan suhu. Lain halnya bila tubuh mengalami proses patologis (sakit). Proses
perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh toksis
(racun) yang masuk kedalam tubuh. Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses
peradangan (inflamasi) di dalam tubuh. Proses peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan
mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya serangan yang mengancam keadaan
fisiologis tubuh. Proses peradangan diawali dengan masuknya racun kedalam tubuh kita.
Contoh racun yang paling mudah adalah mikroorganisme penyebab sakit. Mikroorganisme
(MO) yang masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin/racun tertentu yang
dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha
melawan dan mencegahnya yakni dengan memerintahkan tentara pertahanan tubuhantara lain
berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosit). Dengan adanya
proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengelurkan senjata berupa zat kimia
yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya interleukin 1/ IL-1) yang berfungsi sebagai
anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel
hipotalamus (sel penyusun hipotalamus) untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam
arakhidonat. Asam arakhidonat bisa keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2.
Proses selanjutnya adalah, asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu
pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin pun berkat bantuan dan
campur tangan dari enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin ternyata akan
mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus
selanjutnya akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya
peningkatan titik patakan ini dikarenakan mesin tersebut merasa bahwa suhu tubuh sekarang
dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses
mengigil ini ditujukan utuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya perubahan
suhu tubuh di atas normal karena memang setting hipotalamus yang mengalami gangguan
oleh mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam atau febris. Demam yang tinggi
pada nantinya akan menimbulkan manifestasi klinik (akibat) berupa kejang (umumnya
dialami oleh bayi atau anak-anak yang disebut dengan kejang demam)
Suhu Tubuh Normal Tidak ada suhu inti yang dianggap normal, karena pengukuran
yang dilakukan sebagian besar orang yang sehat memperlihatkan rentang suhu normal yang
diukur per oral, mulai dari dibawah 97ºF (36ºC) sampai lebih dari 99,5ºF (37,5ºC). Suhu inti
normal secara rata-rata umum adalah antara 98ºF dan 98,6ºF bila diukur per oral, dan kira-
kira 1ºF lebih tinggi bila diukur per rectal.
Suhu Inti dan Suhu Kulit Suhu dari tubuh bagian dalam yaitu “inti” dari tubuh
dipertahankan sangat konstan, sekitar ±1ºF (±0,6ºC) dari hari ke hari, kecuali bila seseorang
mengalami demam. Bahkan pada organ yang telanjang dapat terpajan dengan suhu yang
rendah 55ºF atau suhu yang tinggi sampai 130ºF dalam udara kering, dan tetap dapat
mempertahankan suhu inti yang hamper mendekati konstan. Mekanisme pengaturan suhu
tubuh menggambarkan system pengendalian yang dibuat sangat baik. Suhu kulit berbeda
dengan suhu inti, dapat naik turun sesuai suhu lingkungan. Suhu kulit merupakan suhu yang
penting apabila kita merujuk pada kemampuan kulit untuk melepaskan panas ke lingkungan.

MEKANISME BERKERINGAT
Kelenjar keringat diperlihat dalam bentuk tubular yang dibagi menjadi 2 bagian 1.
Bagian yang bergelung di subdermis dalam menyekresi keringat 2. Bagian duktus yang
berjalan keluar melalui dermis dan epidermis kulit. Seperti juga pada kelenjar lainnya, bagian
sekretorik kelenjar keringat menyekresi cairan yang disebut dengan secret primer /secret
prekusor, kemudian konsemtrasi zat dalam cairan tersebut dimodifikasi sewaktu cairan
mengaliri duktus. Sekret prekusor adalah hasil sekresi aktif dari sel-sel epitel yang melapisi
bagian yang bergelung dari kelenjar keringat. Serabut saraf simpatis kolinergik berakhir
pada /dekat sel-sel kelenjar yang megeluarkan secret tersebut. Komposisi secret prekusor
mirip dengan yang terdapat dalam plasma, namun tidak mengandung protein plasma.
Konsentrasi natrium sekitar 142 mEq/L dan klorida sekitar 104 mEq/L, dengan konsentrasi
zat terlarut dlain yang lebih kecil bila dibandingkan di dalam plasma. Sewaktu larutan ini
mengalir di bagian duktus kelenjar, larutan ini mengalami modifikasi melalui reabsorbsi
sebagian besar ion natrium dan klorida. Tingkat reabsorbsi ini bergantung pada kecepatan
berkeringat. Apabila kelenjar keringat hanya sedikit dirangsang, cairan prekusor mengalir
melalui duktus dengan lambat. Dalam hal ini, pada dasarnya semua ion natrium dan klorida
direabsorbsi, dan konsentrasi maisng-masing ion ini menurun menjadi 5mEq/L. Hal ini
mengurangi tekanan osmotic cairan keringat tersebut hingga nilai yang sangat rendah
sehingga sebagian besar cairan kemudian juga direbsorbsi, yang memekatkan sebagian besar
kandungan unsure lainnya. Oleh karena itu pada kecepatan berkeringat yang rendah,
kandungan unsure seperti urea, asam laktat, dan ion kaium biasanya konsentrasinya sangat
tinggi. Sebaliknya apabila kelenjar keringat dirangsang dengan kuat oleh system saraf
simpatis, secret prekusor dibentuk dalam jumlah yang banyak, dan duktus kini hanya
mereabsorbsi natrium klorida dalam jumlah yang lebih sedikit dari setengahnya, konsentrasi
ion-ion natrium dan klorida kemudian biasanya meningkat (pada orang yang tidak dapat
menyesuaikan diri dengan iklim) sampai tingkat maksimum sekitar 50 sampai 60 mEq/L,
sedikit lebih rendah dari setengah konsentrasinya di dalam plasma. Lebih lanjut lagi, keringat
mengalir melalui tubulus kelenjar begitu cepatnya, sehingga sedikit air yang direabsorbsi.
Oleh karena itu, konsentrasi unsure terlarut lainnya dari keringat hanya sedikit meningkat,
urea menjadi sekitar dua kali dari plasma, asam laktat sekitar 4 kali dari plasma, dan kalium
sekitar 1,2 kali. Bila orang belum menyesuaikan diri dengan iklim panas, ia akan mengalami
kehilangan natrium klorida di dalam keringat dalam jumlah yang bermakna. Kehilangan
elektrolit akan jauh lebih sedikit, meskipun kemampuan berkeringat telah ditingkatkan, bila
orang telah terbiasa dengan iklim tersebut.

10. Mengapa saat demam terjadi peningkatan set point tubuh? Tujuannya?
Suhu dipertahankan melalui energi yang dihasilkan oleh proses metabolisme dari zat-
zat makanan dengan sumber karbohidrat, lemak, dan protein di sel-sel tubuh, khususnya di
mitokondria. Energi yang dihasilkan dalam bentuk ATP sebagian diubah menjadi energi
panas yang digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh. Pusat pengatur suhu sendiri
terdapat di hipotalamus, bagian dari otak. Di sinilah suhu tubuh diatur dan dipertahankan
dengan pengaturan setting point suhu. Fungsi peningkatan suhu tubuh dalam melawan infeksi
belum diketahui pasti. Demam merupakan manifestasi sistemik umum peradangan,
mengisyaratkan bahwa peningkatan suhu memiliki peran menguntungkan yang penting
dalam respons peradangan secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai