Anda di halaman 1dari 3

NOTULENSI KEPERAWATAN TROPIK INFEKSI (TM 3)

Asuhan Keperawatan Penyakit Tropik Infeksi Disebabkan


VirusDemam dengue (DF) dan Cikungunya
Oleh: Kelompok 1

1. Rida: Disebutkan pada makalah bahwasanya penatalaksanaan yaitu terapi simptomatis,


seperti obat penghilang rasa sakit atau demam seperti paracetamol. Pemberian cloroquin
yang sekaligus sebagai antiviral, naproxen dan ibuprofen, meskipun bersifat sembuh
dengan sendirinya apakah tidak pernah ditemukan adanya komplikasi yang muncul?
Jawaban: (mery)
Seperti yang Kita tahu bahwa setiap tekhnik dan metode pengobatan memiliki
resikonya sendiri-sendiri. Sama halnya dengan penggunaan obat simptomatis, jadi obat
ini punya jangka waktu tersendiri sampai kapan harus digunakan. Disamping itu kita
harus mengetahui juga tentang cara pakai dan ketentuan dosis obat. Apabila digunakan
terus menerus, zat obat tersebut dapat menyebabkan efek samping dan komplikasi yang
berbahaya. Beberapa efek samping yang bisa timbul apabila obat simtomatis digunakan
secara berkelanjutan, antara lain seperti sesak napas, gangguan ginjal, gangguan liver,
alergi, dan resistensi Antibiotik.
Selain itu, resiko lain yang mungkin akan timbul bagi pasien adalah penyakit yang
dialaminya akan kabuh kembali. Hal ini dikarenakan kerja dari obat ini hanya untuk
meringankan/menekan gejala penyakitnya saja namun sumber penyakit yang sebenarnya
tidak dibasmi secara utuh. Kemudian hal yang paling penting sebelum mendapat terapi
obat Simptomati ini, sebaiknya pasien membicarakan terlebih dahulu tentang riwayat
kesehatannya kepada dokter untuk mencegah terjadinya interaksi yang tidak diinginkan
dengan penyakit atau kondisi kesehatan tertentu.
2. Fardah: Apakah penyakit DHF dan chikungunya bisa terjadi di daerah selain daerah
tropis dan subtropis dan apa faktor risiko yang bisa menyebabkan seseorang mudah
terkena penyakit-penyakit tadi?
Jawaban: (riris) penyakit demam dengue dan cikungunya tidak bisa terjadi pada daerah
selain daerah tropis dan subtropis, dikarenakan tempat hidup dan berkembang biak yang
memadai untuk nyamuk aedes hanya ada pada daerah tropis dan subtropis. Untuk faktor
risiko yang menyebabkan seseorang mudah terkena penyakit tersebut yaitu yang pertama
lingkungannya sangat memadai sebagai habitat nyamuk aedes, sehingga risiko terkena
penyakitnya tinggi. Selain itu faktor imun juga mempengaruhi risiko mudahnya terkena
penyakit tersebut.
3. Bila: bagaimana cara kita membedakan pasien itu terkena dhf atau chikungunya?
mengingat manifestasi klinisnya hampir sm seperti demam, nyeri sendi dan otot, serta
sakit kepala.
Jawaban: (novita)
 Fase demam: pada demam dengue mempunyai siklus demam yang khas, yaitu turun
naik demamnya. pasien akan mengalami fase demam tinggi 39-40°C kemudian pasien
akan masuk ke fase kritis dengan gejala demam menurun drastis. Nah pafa fase kritis
ini pasien bisa mengalami syok syndrom d.d. denyut nadi cepat dan lemah, gelisah,
kesadarannya menurun, ujung tangan dan kaki terasa dinging, bibir kebiruan, dll.
Sementara untuk chikungunya demam nya tidak ada pola khusus, umumnya demam
berlangsung selama 3-5 hari lalu mereda.
 Kemerahan kulit: pada demam dengue kulit biasanya dipenuhi bintik-bintik merah
akibat perdarahan yang tidak akan pudar atau hilang bila ditekan. Sedangkan
chikungunya bintik-bintik nya akan hilang saat ditekan.
 Perdarahan: pada demam dengue akan terjadi perdarahan yang disebabkan oleh
trombosit yang berperan dalam pembekuan darah menurun sehingga pasien lebih
rentan mengalami perdarahan misalnya mimisan, gusi berdarah, ptekie, perdarahan di
lambung dll.
 Nyeri sendi: pasien chikungunya akan mengeluhkan nyeri sendi berat yang bisa
bertahan hingga berhari-hari dan berbulan-bulan, dan dapat menimbulkan
kelumpuhan.
 Hasil Lab: DD pasti akan mengalami penurunan kadar trombosit hingga batas normal
(100.000). Kadar hematokrit pasien DD juga akan meningkat. Sedangkan pada
chikungunya tidak tampak penurunan trombosit.
4. Zulfa: Pada gejala virus cikungunya terdapat nyeri sendi dan disebutkan cuma pada
beberapa area persendian tidak semua. Nah gimana caranya virus tersebut menyerang
pada persendian sehingga timbul nyeri?
Jawaban: (diva) infeksi virus chikungunya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes.
Setelah memasuki tubuh, virus chikungunya akan menyebar melalui pembuluh darah, lalu
menginfeksi sel endothelial dan epithelial dalam tubuh manusia yang dikenal sebagai
fibroblas (sel penyusun jaringan ikat). Seiring berkembangnya infeksi, fibroblas akan
semakin rusak, dan sel endothelial maupun epithelial kita akan mati. Cedera yang
menyerang otot fibroblas itulah yang kemudian membuat otot terasa nyeri.
5. Laras: Disebutkan bahwa demam chikungunya termasuk self limiting disease atau
penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya. Mengapa demikian? Apakah ini berlaku
untuk semua usia atau hanya berlaku pada orang dengan kriteria tertentu?
Jawaban: (Charisma)
Self limiting disease adalah penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya. Pada
umumnya banyak penyakit yang disebabkan oleh virus itu bisa sembuh dengan salah
satunya virus chikungunya. Chikungunya ini dapat sembuh dengan sendirinya dengan
catatan daya tahan tubuhnya baik. Artinya, penyakit ini bisa sembuh atau pulih sendiri
karena tubuh manusia bisa melakukan perlawanan dengan imunitas. Jadi sistem imun
tubuh yang melawan virus tersebut. Dengan kata lain, dengan meningkatkan sistem imun
tubuh, kita dapat mempercepat penyembuhan dan mencegah terkenanya infeksi virus
tersebut.
Meski sifat virus disebut bisa mati dengan sendirinya, pasien tetap diberikan obat-
obatan sesuai dengan gejala dan keluhan yang dialami penderita untuk mengurangi
gejalanya namun bukan untuk membunuh virus.
Namun ada juga obat yang bersifat untuk mempercepat penyembuhan yakni pada
jenis antiviral. Obat-obatan antiviral tidak membunuh virus seperti antibiotik membunuh
bakteri. Antiviral ini bekerja dengan menghambat replikasi dari virusnya. Saat obat
tersebut mengambat replikasi virus, sistem imun akan lebih mudah untuk melawan infeksi
virusnya sehingga penderita akan lebih cepat untuk sembuh.
6. Calista: pada penilaian resiko decubitus ada kolom nutrisi bernilai kan 2, kenapa
kelompok tidak memaksukkan ke daftar prioritas? menurut saya bernilai 2 itu cukup
rendah dan perlu perawatan lebih lanjut.
Jawaban: (fira) Pemberian nilai 2 pada kolom nutrisi resiko decubitus disebabkan
karena resiko nyeri lebih diprioritaskan pada intervensi pasien, kurangnya nafsu makan
pada pasien disebabkan karena rasa nyeri yang dirasakan sehingga bagaimanapun
intervensi nyeri masih perlu diperhatikan lebih.
7. Zurinda: chikungunya itu bisa lumpuh ya? Bagaimana tatalaksana non farmakologi
untuk lumpuh tersebut? Lalu bagaimana bila lumpuhnya tersebut berlangsung secara lama
ya?
Jawaban: (Anggi) Chikungunya tidak selalu membuat lumpuh, kalau pun lumpuh itu
cuma sementara karena nyeri sendi berlebihan. Pengobatan non farmakologinya untuk
mengganti kehilangan cairan yang hilang bisa minum air atau yang mengandung
elektrolit dan istirahat cukup
8. Risma: mengapa pada kasus DHF tidak diangkat diagnosis “Gangguan Integritas kulit”
atau “resiko gangguan integritas kulit”? Sedangkan pada cikungunya diangkat. Padahal
keduanya sama-sama memiliki manifestasi ruam atau kemerahan pada kulit pasien.
Jawaban: (Dina)
Df: diagnosa yang diangkat risiko pendarahan, karena munculnya ruam/petekie
disebabkan oleh trombositopeni. Jadi tidak ada gangguan integritas kulit.
Chikungunya: diagnosa yang diangkat gangguan integritas kulit, karena munculnya
ruam (bukan petekie) disebabkan oleh virus yang menyerang jaringan kulit.
Chikungunya belum tentu ada trombositopeni, jadi kalo muncul ruam bisa jadi
gangguan integritas kulit. DF sudah pasti ada trombositopeni, jadi kalau muncul
ruam/petekie pasti risiko pendarahan.
9. Syafina: Pada pasien chikungunya bisa menyebabkan nyeri sendi yang berlebihan,
namun pada bagian implementasi dilakukan menyediakan lingkungan yang dingin untuk
meredakan hipertermia, padahal lingkungan yang dingin dapat menyebabkan
meningkatnya nyeri sendi juga. Bagaimana penanganan hal tersebut, jika dari
implementasi membuat kondisi pasien memburuk?
Jawaban: (novita) Demam tinggi jika tidak di turunkan segera, pasti akan berdampak
pada sistem tubuh. Oleh karena itu, intervensi menyediakan lingkungan dingin bisa
dijadikan salah satu upaya untuk menurunkan demam, namun lingkungan dingin tersebut
harus menyesuaikan kondisi pasien agar tidak terjadi komplikasi di keluhan yang lain,
salah satunya nyeri sendi.

Anda mungkin juga menyukai