Anda di halaman 1dari 3

KELOMPOK 4

CONTOH KASUS
INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU PARAMETER PERSATUAN
DAN KESATUAN BANGSA

KASUS 1

Dewan Gereja Papua : Orang Papua ibarat monyet dalam taman nasional

Sentani, Jubi – Dewan Gereja Papua menilai konflik dan militerisme yang telah berlangsung
60 tahun di Tanah Papua masih terus berlanjut dengan berbagai kasus kekerasan, penculikan,
maupun operasi militer di Nduga, Intan Jaya, dan Mimika. Dewan Gereja Papua juga
menyoroti daftar panjang kasus pelanggaran hak asasi manusia di Papua yang tak kunjung
diselesaikan.
Pandangan itu disampaikan Dewan Gereja Papua sebagai refleksi atas peringatan 166 tahun
masuknya Injil ke Pulau Mansinam, Papua Barat. Ketua Sinode KINGMI di Tanah Papua, Dr
Benny Giay menyampaikan kegelisahannya melihat kekerasan yang terus dialami orang asli
Papua. Dari masa ke masa, orang Papua mengalami berbagai gejolak yang membuat orang
Papua tidak merasa bebas.

“Kami gumuli perubahan-perubahan, kami gereja melihat perubahan yang terjadi.  Orang
Papua ibarat monyet dalam taman nasional Indonesia, yang berwilayah dari Sabang sampai
Merauke. Rasisme sistematik terhadap Papua, dari tahun ke tahun [terjadi] kepada orang
Papua,” kata Giay, Jumat (19/2/2021)

Menurutnya, Papua merupakan surga kecil yang jatuh ke bumi, tanah yang kaya akan emas
dan semua yang Tuhan ciptakan.”Papua ini seperti pepatah, ‘di mana ada gula, di situ ada
semut’. Di sisi lain, kami di Papua, orang mati puluhan karena kelaparan, kekurangan gizi.
Indeks Pembangunan Manusia Papua rendah, sekolah tidak terurus, guru di pedalaman
kurang. Otonomi khusus diberikan untuk tingkatkan pembangunan, namun tidak terjadi. Itu
soal ril yang mengancam manusia,” kata Giay.

Analisis kasus 1:
Berdasarkan berita tersebut, dapat di ketahui bahwa mereka yang tinggal di papua
menilai bahwa hak asasi di papua tidak adil, dikarenakan banyaknya angka kematian karena
kelaparan, kekurangan gizi serta pendidikan yang tidak memadai. Serta penculikan-
penculikan yang terus menerus terjadi pada masyarakat papua. Bahkan terjadi rasisme di
papua yang tak kunjung selesai. Tentunya hal ini jika di biarkan lebih lanjut akan
menimbulkan permasalahan integrasi nasional yang serius. Dimana nantinya akan
menimbulkan permasalahan atau perpecahan persatuan antar bangsa dan suku yang ada di
papua dengan indonesia. dikarenakan masyarakat papua yang menganggap keadilan tidak di
miliki mereka karena perbedaan etnis, warna kulit, suku dan sebagainya.

Solusi:
1. Perlu diadakannya penegasan kepada pemerintah untuk melakukan pembangunan
secara menyeluruh dan adil, agar kemajuan juga dapat di rasakan masyarakat papua.
Dengan majunya pembangunan di setiap daerah, maka makin erat pula persatuan
antar wilayah di indonesia.
2. Perlu adanya penanaman nilai pancasila pada semua masyarakat indonesia, agar
semua permasalahan di musyawarahkan dengan baik untuk mencapai mufakat, agar
tidak adanya protes-protes yang berakhir ricuh dan merugikan banyak pihak, serta
dengan di tanamkannya nilai pancasila, maka masyarakat indonesia akan lebih
menghargai perbedaan yang ada di indonesia baik etnis, suku, ras, dan budaya.

KASUS 2

Konflik Aceh Mengancam Integrasi Bangsa

Persoalan keamanan di Nanggroe Aceh Darussalam hingga saat ini masih cukup
pelik. Gerakan Aceh Merdeka diduga masih melancarkan aksi-aksinya. Konflik yang
mengorbankan masyarakat sipil juga masih terjadi. "Itulah sebabnya, pemerintah harus bisa
melakukan pendekatan sosial dan budaya dalam menyelesaikan persoalan di Aceh," kata
Syaifuddin Gani, seorang tokoh pemuda Aceh, baru-baru ini, di Medan, Sumatra Utara.

Menurut Syaifuddin, konflik di Tanah Rencong yang telah menahun tak hanya
mengancam kehidupan masyarakat, tapi juga telah mengancam integrasi bangsa. Perlu waktu
lama untuk bisa menormalkan kembali kehidupan masyarakat Aceh yang aman dan damai.
Jalan terbaik yang harus dilakukan pemerintah adalah melakukan pendekatan sosial kultural
secara bersamaan.

Syaifuddin berharap, pemerintah --baik pusat maupun daerah-- dapat memanfaatkan


kesempatan pendekatan sosial dan budaya untuk memberikan yang terbaik baik masyarakat
Serambi Mekah. Sebab, selama ini aktivis GAM terus menawarkan berbagai janji kepada
masyaraat Aceh agar mau bergabung dengan gerakan mereka.
Analisis kasus 2 :

Berdasarkan berita tersebut, dapat di ketahui bahwa terjadinya salah satu gerakan
separatis di Aceh (GAM), karena Aceh mengalami kekecewaan terhadap pemerintah pusat,
ketika Aceh di bawah gerakan Hasan Tiro, Aceh menyatakan kecemburuannya pada suku
Jawa yang dianggap memegang potensi kekuasaan lebih besar. Selain itu, Aceh juga berada
di wilayah ujung Barat Indonesia yang akses dan hubungannya dengan pusat yang terlalu
jauh. Selain itu, dikarenakan Aceh sebagai wilayah terluar cenderung lebih mudah
terakomodir oleh luar negara. Terakhir bahwa Aceh juga di kenal sebagai sumber gas minyak
yang dapat menyumbangkan SDA cukup tingggi.

Solusi :

Resolusi konflik secara sosiologis adalah bagaimana mencapai keadilan dan


kesejahteraan sosial. Perubahan kemasyarakatan dan pembangunan sosial-ekonomi serta
politik merupakan katalisator dan lingkungan pemampu (enabling environment) untuk
rekonsiliasi dan transformasi konflik.

Oleh karena itu, perlunya integrasi antara pembangunan perdamaian


(kesejahteraan) di Aceh melalui upaya rekonsiliasi dan transformasi konflik (peace and
development). Langkah-langkah integrasi itu antara lain transformasi ekonomi, pendidikan,
sosial budaya, akses politik dan kepastian hukum.

Anda mungkin juga menyukai