Gratifikasi dalam
Perspektif Agama
iii
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
Penyunting:
Ninus D. Andarnuswari
S
untuk tidak memberikan gratifikasi kepada
egala bentuk pemberian kepada
penyedia layanan juga perlu disampaikan.
Pegawai Negeri atau Penyelenggara
Negara dinamakan gratifikasi. Sejak
Pemuka agama memainkan peran vital
disahkannya Undang-Undang Nomor
dalam diseminasi informasi tentang
20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
larangan memberikan gratifikasi kepada
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Pegawai Negeri atau Penyelenggara
tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Negara. Mereka menjadi tempat rujukan
Korupsi, mereka berkewajiban untuk
umat untuk memberikan fatwa perihal
menolak setiap penerimaan gratifikasi
hukum agama, tak terkecuali dalam
yang berhubungan dengan jabatan
kaitannya dengan memberikan gratifikasi.
dan berlawanan dengan tugas atau
Penyusunan buku yang membahas
kewajiban penerimanya kepada KPK.
gratifikasi dari perspektif lima agama
Apabila karena kondisi tertentu tidak bisa
menjadi upaya bersama KPK dengan
menolak, maka melaporkan penerimaan
Kementerian Agama Republik Indonesia
tersebut merupakan upaya kedua untuk
untuk menguatkan budaya anti-gratifikasi.
membebaskan dari ancaman hukuman.
Melalui ayat-ayat yang berkisah para nabi,
sahabat, atau pihak lain yang tertulis dalam
Direktorat Gratifikasi KPK melakukan
masing-masing kitab suci, masyarakat
sosialisasi pengendalian gratifikasi secara
dapat memahami larangan praktik
rutin kepada seluruh pegawai negeri dan
gratifikasi dengan benar.
penyelenggara negara di Kementerian/
Lembaga/Organisasi/Pemerintah Daerah
Akhir kata, kami berharap bahwa buku ini
di seluruh wilayah Indonesia. Sosialisasi
dapat memperkaya khazanah pengetahuan
tersebut bertujuan untuk memberikan
kita tentang gratifikasi, terutama dari
gambaran umum tentang gratifikasi
perspektif lima agama di Indonesia.
serta ancaman pidana bagi Pegawai
Negeri dan Penyelenggara Negara yang
Jakarta, November 2019
menerima gratifikasi. Harapannya, Pegawai
Negeri dan Penyelenggara Negara
dapat menolak pemberian gratifikasi
Pimpinan KPK
yang ditawarkan kepadanya. Namun
vii
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
S
P
IK A L
I
T I F
GRA ILEGA
ix
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
Selanjutnya, tata cara Pelaporan Gratifikasi Skema pelaporan wajib atas penerimaan
juga diatur dalam Undang-Undang Nomor gratifikasi sebagaimana diatur pada
30 Tahun 2002, antara lain: Pasal 16 UU KPK tersebut dapat dilihat
pada diagram di bawah ini. Bagian yang
Pasal 16 Undang-Undang Nomor 30 Tahun dilingkari dengan garis merah putus-
2002 putus merupakan gratifikasi yang wajib
Setiap pegawai negeri atau penyelenggara dilaporkan sebagaimana diatur pada Pasal
negara yang menerima gratifikasi 12B UU Tindak Pidana Korupsi.
wajib melaporkan kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi.
xi
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
Gratifikasi
dalam
Perspektif
Agama
Buddha
oleh :
Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Buddha
Kementerian Agama RI
3
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
“
172-173).
Barang siapa yang lengah, tapi
Perbuatan benar telah ditunjukkan oleh
kemudian menjadi sadar akan Buddha lewat Jalan Mulia Berunsur
menerangi dunia ini seperti Delapan. Untuk mencapai kebahagiaan
bulan yang terbebas dari awan; sejati, kedamaian sesungguhnya, atau
Nibbhana, seseorang perlu mempraktikkan “Perbuatan tidak
Barang siapa yang meninggalkan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Masing- benar apabila
perbuatan jahat dan menggantinya masing unsur dalam Jalan Mulia ini
setelah dikerjakan
“
dengan perbuatan baik, akan
menerangi dunia ini seperti bulan
yang terbebas dari awan.
tidaklah berdiri sendiri; semua saling terkait
dan saling berhubungan satu sama lain.
Jalan Mulia Berunsur Delapan
menimbulkan
penyesalan atau
dikelompokkan menjadi tiga. Pertama,
penderitaan bahkan
moralitas (sila), yang terdiri atas: ucapan
benar, perbuatan benar, penghidupan ratap tangis”
(Dhammapada: 172-173)
benar. Kedua, kebijaksanaan (panna), yang (Dhammapada: 67-68).
5
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
terdiri atas: pandangan benar dan pikiran tidak bisa dibenar-benarkan dengan
benar; Ketiga, kelompok konsentrasi alasan ekonomi atau kekurangan lainnya.
(samadhi), yang terdiri atas: daya upaya Perbuatan yang kita lakukan merupakan
benar, perhatian benar, dan konsentrasi konsekuensi dari hukum sebab-akibat.
benar. Inilah yang dikatakan oleh Buddha, bahwa
perbuatan benar adalah “perbuatan yang
Dalam ajaran Buddha, ketiga kelompok benar”.
tersebut, yaitu sila, panna, dan samadhi
merupakan hal utama. Kesempurnaan Perbuatan benar secara aktif sangat
maka dapat dicapai apabila seseorang dianjurkan dalam pandangan Buddha,
menerapkan sepenuhnya ketiga kelompok karena perbuatan benar yang dilakukan
tersebut. Praktiknya dimulai dari disiplin secara terus-menerus akan membuat
moral (sila). Tak heran jika sila ada di urutan seseorang hidup bahagia. Buddha
pertama dalam Jalan Mulia Berunsur mengajarkan tindakan benar untuk
Delapan. Sebab, sifatnya mendasar. Tanpa dilakukan secara aktif sehingga menjadikan
disiplin moral yang baik, konsentrasi tidak hati dan pikiran kita tenang dan bahagia.
terlaksana dengan baik dan kebijaksanaan Bahkan, dalam pandangan Buddha,
tidak akan tumbuh di dalam diri seseorang. makhluk hidup adalah makhluk yang
Pelaksanaan sila sebagai pedoman memiliki kesadaran. Oleh karenanya, umat
latihan adalah sesuatu yang mendasar Buddha menghindari tindakan “membunuh
dalam ajaran Buddha. Dengan itu, makhluk hidup”, karena semua makhluk
seseorang dapat melihat apakah suatu hidup mengharapkan kebahagiaan.
perbuatan betul-betul benar atau dibenar- Dalam Dhammapada: 129 disebutkan:
benarkan. Buddha telah menganjurkan “Semua orang takut akan hukuman,
agar kita bergegas untuk kebajikan dan semua orang takut akan kematian. Setelah
mengendalikan pikiran dengan benar. membandingkan orang lain dengan
Sabda Buddha menyebutkan, “Barang siapa dirinya sendiri, hendaklah seseorang
lamban berbuat baik, maka pikirannya akan tidak membunuh atau mengakibatkan
senang dalam kejahatan” (Dhammapada: pembunuhan.” Mengembangkan
116). kepedulian dan simpati terhadap makhluk
lain merupakan anjuran yang ditekankan
Apa yang dimaksud dengan perbuatan dalam ajaran Buddha. Namun, simpati dan “Barang siapa lamban
benar dalam pengertian universal pun kepedulian yang dimaksud bukan simpati berbuat baik, maka
bukan berarti pikiran kita yang membenar- dan kepedulian untuk mendapatkan balas
pikirannya akan senang
benarkan perbuatan sendiri tanpa landasan budi (pamrih). Simpati dan kepedulian
ajaran agama yang kuat. Misalnya, terhadap makhluk hidup bersumber dari dalam kejahatan”
perbuatan merampok, mencuri, menyuap, cinta kasih yang universal. (Dhammapada: 116)
dan menipu adalah perbuatan jahat yang
7
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
tidak terjerumus dengan pandangan yang mengikuti petunjuk Buddha, Yasa berhasil
Dalam ajaran agama
keliru. memutuskan rantai penderitaan dan
mencapai tujuan Nirwana. Ia menjadi Buddha dikenal
Ada tiga corak dalam hubungan sebab- arahat, orang yang dikuduskan dan telah apa yang dimaksud
akibat. Pertama adalah anicca atau meraih kebebasan mutlak atau Nirwana. dengan berdana
ketidakkekalan, yaitu apa saja yang
bersyarat; yang ada dan yang terjadi hanya Gratifikasi, sebagai pemberian dengan atau danaparamittha,
untuk sementara. Sabbe Sankhara Anicca maksud tertentu untuk kepentingan pribadi yaitu pemberian
artinya: segala sesuatu yang berkondisi dengan harapan mendapat imbalan yang tanpa pamrih dengan
akan mengalami perubahan atau tidak lebih, dalam pandangan ajaran Buddha
harapan melepas
kekal adanya. Kedua, ketidaksempurnaan tidak dibahas secara khusus. Namun,
atau penderitaan. Apa saja yang tidak kekal, dalam ajaran agama Buddha dikenal keterikatan demi
tidak sempurna, atau tidak memuaskan apa yang dimaksud dengan berdana kebahagiaan semua
akan mendatangkan penderitaan, yang atau danaparamittha, yaitu pemberian makhluk.
dinyatakan dengan Sabba Sankhara tanpa pamrih dengan harapan melepas
Dukkha. Terakhir, ketiga, adalah ketiadaan keterikatan demi kebahagiaan semua
inti kekal abadi yang berdiri sendiri, semua makhluk. Pemberian ini adalah wujud
kondisi yang ada saling bergantung antara kedermawanan atau kemurahan hati
satu sama lain, atau Sabbe Dhamma yang didasari sifat luhur, yang mendorong
Anatta. seseorang untuk beramal atau berkorban
demi kepentingan kemanusiaan. Jelas ini
Manusia selalu mengalami perubahan. Dari berbeda dari gratifikasi.
sebab yang baik akan menghasilkan buah
yang baik, dari sebab yang tidak baik akan
mendatangkan penderitaan. Penderitaan
bentuknya bermacam-macam; ada
penderitaan karena cita-cita tidak tercapai,
penderitaan karena kekurangan materi,
penderitaan karena memiliki utang,
penderitaan karena penyakit fisik, dan
sebagainya. Penderitaan dapat diakhiri
sebagaimana dikisahkan dalam perjalanan
siswa Buddha yang bernama Yasa. Dengan
11
Gratifikasi
dalam
Perspektif
Agama
Hinduoleh :
Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Hindu
Kementerian Agama RI
13
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
“
menjauhkan sifat egosentrisme yang
mengakibatkan penderitaan bagi orang
Menjelma menjadi manusia itu lain sehingga setiap tindakan individu
sebentar sifatnya, tidak berbeda mengarah pada prinsip mutualisme,
dengan kedipan petir, sungguh saling menguntungkan. Puniya adalah
keikhlasan mendermakan sebagian
sulit (didapat), karenanya kekayaan pribadi untuk kepentingan
pergunakanlah penjelmaan itu umum dan tidak semata-mata memenuhi
untuk melaksanakan darma
yang menyebabkan musnahnya
penderitaan. Sorgalah pahalanya.
“ kepentingan pribadinya sendiri. Bhakti
artinya kesungguhan dan kejujuran dalam
mendarmabaktikan potensi diri bagi
kemajuan dan ketertiban sosial, dengan
Hindu mengajarkan
agar manusia
mengamalkan asih,
kesadaran bahwa seluruh karya individu
puniya, dan bhakti
Sàrsamuccaya: 8 sesungguhnya diabdikan sebagai wujud
yajña (pengorbanan suci) kepada Hyang di dalam semesta
Widhi Wasa beserta seluruh ciptaan-Nya. ciptaan-Nya.
15
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
Tujuan hidup umat Hindu adalah dalam memenuhi kebutuhan akan arta dan
“Moksartham Jagadhita ya ca iti dharmah” kama, manusia harus berdasarkan darma,
(mencapai jagadhita dan moksa, dengan bukan ahamkara. Pembangkitan kesadaran
kata lain mencapai kebebasan jiwatman bahwa kita merupakan salah satu bagian
atau kebahagiaan rohani yang kekal). dari esensi dunia ini merupakan hal
Dalam kehidupan manusia, agama Hindu yang harus dicapai agar pikiran dapat
memiliki konsep jenjang kehidupan yang terbuka, menyadari hakikat sang diri.
jelas dan telah tersusun secara sistematis Harapan tersebut dapat terwujud dengan
dalam Catur Asrama. Catur Asrama adalah mengimplementasikan ajaran darma.
empat jenjang kehidupan yang harus
dijalani untuk mencapai moksa, atau Dalam pustaka suci Hindu, telah
empat tingkatan hidup manusia atas dasar disebutkan bahwa menjelma menjadi
keharmonisan hidup. Di tiap-tiap tingkat manusia merupakan suatu keberuntungan
ini, kehidupan manusia diwarnai oleh tugas dan hal yang utama. Dengan manas atau
dan kewajiban yang berbeda antara satu pikiran yang dimiliki, maka manusia dapat
masa dan masa lainnya, tetapi semuanya menolong dirinya sendiri dari keadaan
merupakan kesatuan yang tak dapat samsara dengan jalan subha karma yaitu
dipisahkan. berkarma/berbuat yang baik. Kesadaran
akan mampu meluruskan pikiran yang
Keempat tingkat tersebut yakni: selalu hanya mementingkan kehidupan
Brahmacari, Grehasta, Wanaprasta, dan duniawi.
Sanyasin, yang tujuannya masing-masing
berbeda. Brahmacari tujuannya adalah Dalam Sàrsamuccaya (8) disebutkan:
darma; Grehasta tujuannya adalah darma, Mànusyam durlabham pràpya vidyullasita
arta, dan kama; Wanaprasta tujuannya cañcalam, bhavakûayem atiá kàyà
adalah darma, sedangkan Bhiksuka/ bhavopakaraóesu ca. Artinya, “Menjelma
Sanyasin tujuannya adalah moksa. menjadi manusia itu sebentar sifatnya,
tidak berbeda dengan kedipan petir,
Dalam ajaran Hindu, darma adalah ajaran sungguh sulit (didapat), karenanya Dalam kehidupan
kebenaran, pandangan hidup, atau pergunakanlah penjelmaan itu untuk
manusia, agama
tuntunan hidup manusia. Sementara itu, melaksanakan darma yang menyebabkan
arta merupakan materi sebagai penopang musnahnya penderitaan. Sorgalah Hindu memiliki konsep
kehidupan; sedangkan kama adalah pahalanya.” jenjang kehidupan
keinginan; dan moksa bersatunya sang diri yang jelas dan telah
atau jiwatman dengan Paramaatman. Kitab Sàrsamuccaya menjelaskan bahwa
tersusun secara
kelahiran menjadi manusia merupakan
Jadi, jelas bahwa dalam hidupnya manusia suatu kesempatan terbaik untuk sistematis dalam Catur
selalu memerlukan arta dan kama. Namun, memperbaiki diri. Hanya manusialah yang Asrama.
17
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
Manusia juga memiliki alat untuk dapat mengemudikan indrianya yang berkeliaran,
menikmati hidup, yaitu indria, atau indra, di tengah-tengah benda pemuasnya, yang
yang membuat manusia terikat dengan menarik nafsu, sebagai kusir kuda yang
unsur-unsur duniawi. Namun, kalau banyak.” Dalam Upanisad, disebutkan:
berbalik memperalat manusia, indria ini “Ketahuilah bahwa Atma bagaikan
pula yang membawa manusia hidup pengendara kereta dan tubuh bagaikan
sengsara. Dalam Upanisad dinyatakan, kereta. Ketahuilah juga, budi (kecerdasan)
indria ibarat kuda kereta sedangkan laksana kusir dan pikiran sebagai
keretanya adalah badan dan tali kekang kendalinya.”
adalah pikiran. Kesadaran budi atau intelek
maka kusir keretanya, sementara atman Maka, indria ibarat kuda sedangkan benda-
sang pemilik kereta. Kita tahu, kereta tidak benda pemuas nafsu adalah lapangannya
dapat mencapai tujuan tanpa ditarik oleh (di mana kuda itu berkeliaran). Atma
kuda. Namun, kalau tidak dikendalikan bersekutu dengan indria dan pikiran
dengan tali oleh kusir kereta, kuda itu menjadi penikmatnya. Orang bijaksana
bisa menyesatkan kereta. Bahkan kuda itu yang selalu mempergunakan pikirannya,
akan membawa kereta masuk jurang atau mengendalikan indrianya hingga tak
menabrak sana-sini. ubahnya kuda yang baik. Dengan
demikian, kusir yang bijaksana, yang dapat
Meski demikian, kalau dimanfaatkan sesuai mengendalikan tali kekangnya, akan
dengan fungsinya, indria akan membawa menuju tempat yang terakhir dan tertinggi,
manusia sampai pada tujuan hidup yakni Sanghyang Widhi Wasa.
mencapai kebahagiaan. Karena itu, dalam
berbagai sastra suci agama Hindu, selalu Dalam kitab suci Sàrsamuccaya,
ditekankan agar manusia memelihara dan disebutkan bahwa indria adalah jalan
mengendalikan indria sebaik-baiknya. menuju surga dan neraka. Jika indria
Jika indria dapat
dapat dikendalikan dengan baik, maka
Raja indria adalah pikiran. Oleh karena itu, kebahagiaan akan tercapai dan jika tidak dikendalikan
pikiran hendaknya dapat mengemudikan nestapa atau neraka yang akan dijumpai. dengan baik, maka
indria dan harus bersih dan murni. Pikiran Godaan yang terhebat bagi indria adalah
kebahagiaan akan
harus dilatih untuk mencapai kebajikan, harta benda dan birahi. Maka itulah, umat
seperti yang diajarkan dalam kitab-kitab Hindu mesti bersama-sama melatih pikiran tercapai dan jika tidak
suci. Kebajikan pada dasarnya adalah cinta amulat sarira, yakni melihat ke dalam diri nestapa atau neraka
kebenaran, kejujuran, keikhlasan, dan kita, dengan mendidik diri secara disiplin, yang akan dijumpai.
keadilan. agar pikiran dapat menguasai indria.
Godaan yang terhebat
Dalam kitab Manu Smrti, disebutkan: Ajaran agama Hindu sangat meyakini bagi indria adalah harta
“Orang-orang bijaksana harus berusaha hukum karma yang mempengaruhi benda dan birahi.
21
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
“
keinginan, manusia tidak boleh
menyimpang dari darma. Perbuatan seperti Dalam mencari sarana hidup dan
menerima gratifikasi, yang mempengaruhi penghidupan, apakah berupa harta
pengambilan keputusan hingga merugikan
orang banyak, melanggar norma hukum ataupun pemenuhan keinginan,
dan norma agama; ini sangat dilarang manusia tidak boleh menyimpang
oleh ajaran Hindu karena termasuk dalam dari darma. Perbuatan seperti
adharma yang bertentangan dengan
menerima gratifikasi, yang
darma.
mempengaruhi pengambilan
Kisah Prabu Salya barangkali dapat keputusan hingga merugikan orang
menjadi pelajaran. Prabu Salya menyantap banyak, melanggar norma hukum
jamuan dari Kurawa dalam perjalanan
menuju Upaplawya untuk menemui
dan norma agama; ini sangat dilarang
Pandawa. Tanpa rasa curiga, Prabu Salya
menghabiskan makanan dan minuman
pemberian Duryudana dan adik-adiknya.
“
oleh ajaran Hindu karena termasuk
dalam adharma yang bertentangan
dengan darma.
Namun, santapan ini harus dibayar dengan
imbalan keberpihakan ke kubu Kurawa
dalam laga di Kurusetra, sesuai permintaan
Duryudana. Dalam hal ini, keputusan
Prabu Salya tidak didasarkan pada darma
tetapi pada perasaan berutang kepada
Duryudana.
Gratifikasi
dalam
Perspektif
Agama
Islam
oleh :
Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam
Kementerian Agama RI
25
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
PENDAHULUAN
“
erat dengan jabatannya, berarti ia telah
Hai orang-orang yang beriman, berkhianat atas tugas dan jabatannya.
janganlah kamu mengkhianati GRATIFIKASI DALAM PERSPEKTIF AL-
Allah dan Rasul (Muhammad) QUR’AN, AL-HADIS, DAN HUKUM ISLAM
dan (juga) janganlah kamu Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam
“
mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamu,
berbicara tentang harta benda dan
kepemilikan sebagaimana juga Al-Hadis.
Al-Qur’an berperan sebagai sumber
sedang kamu mengetahui. hukum utama dan pertama dengan
Al-Hadis sebagai penjelasnya. Dengan
(QS Al-Anfal: 27) demikian, Al-Qur’an dan Al-Hadis bagaikan
dua sisi dari satu mata uang yang tidak
dapat dipisahkan antara yang satu dan
lainnya. Biasanya Al-Qur’an berbicara
tentang sesuatu secara umum yang
27
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
Adanya hadiah yang diberikan kepada dan berkata, ‘ini untukmu dan ini hadiah
pejabat sebagai wujud terima kasih atas untukku’, mengapa ia tidak duduk-
layanannya dapat dipastikan menjadi duduk saja di rumah ayah atau ibunya,
biang hilangnya amanah dan keadilan, sambil menunggu apakah ia akan diberi
sebagaimana yang kita rasakan di hadiah atau tidak? Demi Allah yang jiwa
negeri kita tercinta ini. Karena itu, Muhammad SAW ada di tangan-Nya,
guna menegakkan keadilan di tengah tidak seorang pegawai menerima sesuatu
masyarakat, Islam mengharamkan segala (hadiah), melainkan ia akan datang di hari
bentuk hadiah yang diberikan kepada kiamat sambil memikul beban hadiah itu
pejabat. di lehernya. Jika (hadiah yang diterima)
berupa unta, ia akan bersuara. Jika berupa
Dalam sejarah Islam, praktik pemberian lembu, ia akan menguak. Dan jika berupa
hadiah kepada pejabat/pegawai dalam kambing, ia akan mengembik. (Saksikanlah)
pengertian ghulul (korupsi), pernah terjadi bukanlah aku (Muhammad SAW) telah
pada masa Muhammad SAW. Dalam menyampaikan (kebenaran).”
hadis Al-Bukhari dan Muslim dikisahkan,
Muhammad SAW mengangkat beberapa Ini merupakan hadis yang sangat populer
pegawai yang ditugaskan untuk menarik dalam masalah gratifikasi. Hampir
dan mendistribusikan zakat. Salah seorang semua ulama pernah meriwayatkan
pegawai tersebut bernama Ibnu Al hadis ini. Kesimpulannya, Muhammad
Lutbiyah dari Bani Al Azdi. SAW melarang keras pegawai untuk
menerima hadiah dari pihak manapun.
Suatu hari, Ibnu Al Lutbiyah menghadap Jika Ibnu Al Lutbiyah bukan pegawai
Muhammad SAW sambil membawa harta negeri (diumpamakan seperti orang yang
zakat yang dipungutnya. “Ini (zakat) untuk duduk-duduk di rumah), tentu dia tidak
kalian dan ini hadiah yang diberikan (para akan diberi hadiah. Berarti jabatan Ibnu
pembayar zakat) untukku,” ucap Ibnu Al Al Lutbiyahlah yang menjadi penyebab
Lutbiyah sambil menunjukkan barangnya. orang lain memberikan hadiah kepadanya.
Muhammad SAW langsung berdiri dan Karena itu, dalam hadis lain Muhammad Barang siapa diangkat
bersabda: “Seandainya engkau duduk- SAW menegaskan: “Barang siapa diangkat sebagai pegawai dan
duduk saja di rumah ayah atau ibumu sebagai pegawai dan telah mendapatkan
telah mendapatkan
sambil menunggu (datangnya hadiah), gaji, maka apa yang diambil selain dari gaji
apakah engkau akan diberi hadiah?” itu adalah ghulul.” (HR Abu Daud, Al Hakim, gaji, maka apa yang
Kemudian seusai salat jemaah, Muhammad Ibnu Huzaimah.) diambil selain dari gaji
SAW naik ke atas mimbar dan kembali
itu adalah ghulul.” (HR
mengeluarkan pernyataan terkait Ibnu Al Namun, ada pula hadiah dalam konteks
Lutbiyah: “Jika seorang pegawai diserahi lain, yang dijelaskan lewat hadis berikut ini: Abu Daud, Al Hakim,
tugas (oleh negara), kemudian datang “Hendaknya kalian saling memberi hadiah, Ibnu Huzaimah.)
31
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
“Kelak akan datang suatu masa ketika tangan-Nya, sesungguhnya sehelai kain
sejumlah pemerintahan menghalalkan yang diambilnya dari ganimah perang
arak dengan ‘bungkus’ bir, menerima Khaibar akan menyalakan api neraka
pemberian kecil dengan alasan sedekah, baginya.”
membolehkan suap dengan ‘bungkus’
hadiah, dan membunuh dengan alasan PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
memberi peringatan. Mereka memerangi Beberapa ayat dan hadis di atas
bangsa-bangsa merdeka untuk menguasai, menggambarkan bahwa Islam menentang
sehingga (akibatnya) dosa mereka semakin pemberian gratifikasi dan penerimaannya
bertambah.” atau praktik pemberian hadiah yang
terkait dengan jabatan. Sejumlah ulama
Maka salah satu solusi yang ditawarkan klasik sampai menulis bab khusus tentang
Islam adalah sadd adz-dzari’ah, yakni gratifikasi dalam kitab-kitab mereka,
upaya preventif untuk mencegah contohnya Al-Bukhari yang dalam kitab
timbulnya dampak negatif di kemudian Al-Jami’ Al-Shahih menulis: “Bab Hadiah
hari. Jika suatu perbuatan diduga akan untuk Pegawai” dan “Bab Orang yang
menimbulkan kerusakan (mafsadah) di Dilarang Menerima Hadiah karena Sebab
kemudian hari, maka perbuatan tersebut Tertentu.” Kemudian Imam Muslim dalam
harus dilarang secara total. Kaidah sadd kitab Al-Imarah (Pemerintahan) juga
ad-dzari’ah merupakan salah satu prinsip membuat bab khusus, “Bab Hadiah bagi
hukum Islam di mana menghindari Para Pegawai,” yang oleh Imam Muslim
kerusakan lebih diutamakan daripada An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim
mewujudkan kemaslahatan umum dinamakan: “Bab Haramnya Hadiah bagi
(Dar’ul mafasidi muqaddamun ‘ala jalbil Pegawai.”
mashaaalih).
Mengenai hadiah yang diberikan bukan
Status hukum menerima gratifikasi, karena faktor jabatan, seperti pejabat/
mengutip An-Nawawi dalam syarah pegawai yang biasa menerima hadiah dari
Muslim adalah haram dan termasuk dosa teman atau kerabat sejak sebelum menjadi Status hukum
besar, meskipun nominalnya terbilang pejabat/pegawai, atau nilainya tidak
menerima gratifikasi,
kecil. Hal ini sesuai pesan implisit hadis meningkat secara signifikan dibandingkan
yang mengisahkan seorang hamba sahaya pemberian-pemberian sebelumnya, maka mengutip An Nawawi
bernama Rifa’ah bin Zaid yang terkena dalam Islam tidak dinamakan ghulul/ dalam syarah Muslim,
anak panah saat berdiri untuk melepaskan gratifikasi. Itu bisa termasuk sedekah adalah haram dan
pelana kuda Muhammad SAW. Para jika diniati ingin mendapatkan pahala
termasuk dosa besar,
sahabat menyebutnya mati syahid, tapi atau termasuk hadiah jika diniati ingin
Muhammad SAW menolak: “Tidak! Demi mendapatkan pahala dan memuliakan. meskipun nominalnya
Dzat yang jiwa Muhammad SAW ada di Ketentuan yang sama berlaku bagi hakim. terbilang kecil.
35
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
Hakim tidak boleh menerima hadiah dari penerima gratifikasi diancam hukuman/
orang yang belum pernah memberikan sanksi pidana. Ini konsekuensi hukum yang
hadiah kepadanya sebelum menjabat. Ia bersifat duniawi.
juga dilarang menerima pemberian yang
jumlahnya meningkat daripada pemberian Pemerintah berhak mengatur bentuk
sebelumnya. Ini prinsip umum dalam fiqh hukuman atau sanksi bagi penerima
jinayah (pidana Islam). Hakim hanya boleh gratifikasi yang melanggar ketentuan
menerima hadiah atau pemberian dari perundang-undangan. Hal ini sesuai prinsip
keluarga atau sahabat dekat dimana si hukum Islam, bahwa bentuk sanksi yang
keluarga atau sahabat tidak sedang dalam tidak ditetapkan secara langsung dalam Al-
berperkara dan memang sudah terbiasa Qur’an dan Al-Hadis (takzir), ketentuannya
memberi hadiah sejak sebelum dirinya diserahkan kepada pihak berwenang. Maka
menjadi hakim. KPK mendorong aparatur sipil negara
untuk menolak pemberian terkait jabatan.
Persoalannya, upaya nepotisme dan politik Jika telanjur diterima, maka pemberian
dinasti di Indonesia sudah menggurita itu wajib dilaporkan ke KPK maksimal tiga
sehingga sahabat atau keluarga pejabat puluh hari kerja setelah diterima secara
justru sering memanfaatkan kesempatan pribadi atau diserahkan kepada negara.
memberi hadiah untuk memperoleh Selain konsekuensi hukum duniawi,
kemudahan, baik dalam masalah perizinan, pelaku gratifikasi dalam Islam juga
pengurusan akta, pengadaan barang/ diancam hukuman akhirat jika ia tidak
jasa, dan sebagainya. Alhasil pada saat mengembalikan hadiah yang diterimanya.
tender, sahabat atau keluarga yang Ini perbedaan paling mendasar antara UU
pernah memberikan gratifikasi otomatis Tindak Pidana Korupsi dengan ketentuan
akan memiliki “posisi khusus” di mata si syariat Islam. Namun, meski sanksi
penerimanya dibandingkan peserta tender yang bersifat ukhrawi tidak tercantum,
lainnya. Inilah yang dimaksud oleh Umar pelaksanaan sanksi dalam UU Tindak
bin Abdul Aziz ra: “Hadiah pada zaman Pidana Korupsi telah memenuhi prinsip
Nabi Muhammad SAW adalah hadiah, takzir dalam syariat Islam, sehingga pelaku
Umar bin Abdul Aziz ra: sedangkan hadiah hari ini (hakikatnya) gratifikasi yang beragama Islam dapat
adalah suap.” menghapus dosa-dosanya dengan cara
“Hadiah pada zaman
menjalani hukuman yang telah ditetapkan
Nabi SAW adalah Konsekuensi hukum bagi penerima pengadilan. Jika tidak demikian, dosa-
hadiah, sedangkan gratifikasi dalam fiqh jinayah adalah wajib dosanya tidak akan terampuni. Hal ini
hadiah hari ini mengembalikan hadiah yang diterima didasarkan pada hadis yang mengisahkan
dan/atau menyerahkan kepada negara, perjalanan Muhammad SAW ke
(hakikatnya) adalah
atau memilikinya dengan izin pemerintah. perkampungan Bani Al-Asyhal di atas.
suap.” Jika salah satunya tidak dilakukan, maka
37
Gratifikasi
dalam
Perspektif
Agama
Katolik
oleh :
Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Katolik
Kementerian Agama RI
39
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
“
terjadinya korupsi. Dalam tulisan ini akan
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan dijelaskan tentang hukum cinta kasih,
persembahan, dan gratifikasi dalam
segenap hatimu, dengan segenap perspektif ajaran agama Katolik.
jiwamu, dengan segenap akal
budimu dan dengan segenap “
kekuatanmu. Kasihilah sesamamu
Hukum Kasih merupakan inti ajaran Yesus
Kristus yang terdapat pada ketiga Injil
Sinoptik: Matius 22: 37-40, Markus 12:
manusia seperti dirimu sendiri. 28-34, dan Lukas 10: 25-28. “Kasihilah
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu,
(Markus 12: 30-31) dengan segenap jiwamu, dengan segenap
akal budimu dan dengan segenap
kekuatanmu. Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri” (Markus 12: 30-31).
Hukum kasih merupakan penggenapan
41
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
Hukum Allah, baik alami maupun yang philia tidak dibatasi oleh jenis kelamin,
diwahyukan, yang diwujudkan melalui tetapi terbuka kepada semua pihak, baik
Kristus. Hukum kasih mencakup perintah laki-laki maupun perempuan. Seseorang
mengasihi Allah dan sesama, supaya yang mencintai/mengasihi/memberi
semua orang saling mengasihi seperti dalam tingkatan ini melakukannya
Kristus telah mengasihi umat-Nya. tidak hanya untuk lawan jenis kelamin.
Ada tiga tingkatan perbuatan kasih (cinta). Perbuatan mencintai/mengasihi/memberi
Dalam bahasa Yunani, ada tiga kata dilakukan sebagai bentuk hubungan baik
yang digunakan untuk mengungkapkan dan memiliki relasi khusus. Seseorang
kasih tersebut, yakni: eros, philia, dan melakukannya karena pihak lain memiliki
agape. Pertama, cinta eros adalah cinta keunikan tertentu.
seksual, yang didasarkan pada nafsu/
birahi. Dalam hal ini, orang lain tidak Ketiga, cinta agape, yaitu cinta yang
dipandang sebagai subjek tetapi hanya tertinggi. Cinta ini tidak lagi tergantung
sebagai objek. Cinta dalam tingkat eros pada bakat, kualitas-kualitas yang
tidak mengandung penghargaan secara ada dalam pribadi orang lain (cantik,
pribadi. Eros merupakan cinta yang terarah lembut, ramah, pengertian, dsb), tidak
kepada orang lain tetapi ditujukan untuk memandang orang lain terbatas sebagai
kepuasan pribadi orang yang mencintai. “pribadi yang lain”, tetapi melihat orang
Dengan kata lain, cinta ini terarah kepada lain sebagai bagian dari diri sendiri. Cinta
diri sendiri. Cinta terarah kepada lain jenis agape merupakan cinta yang sanggup
kelamin. Seseorang yang mencintai/ menderita dan berkorban, terarah serta
mengasihi/memberi dalam tingkatan ini terbuka kepada yang dicintai. Cinta agape
melakukannya kepada orang lain lawan melampaui jenis kelamin, cantik-jelek,
jenis kelamin, tetapi bertujuan untuk kaya-miskin, dan pintar-bodoh. Cinta
mencari keuntungan bagi diri sendiri. agape mengatasi segala tembok-tembok
Perbuatan mencintai/mengasihi/memberi pemisah seperti perbedaan agama, suku
dilakukan untuk mendapat imbalan, dalam dan budaya.
arti supaya pihak lain memberi imbalan
tertentu. Pihak lain hanya sebagai objek Seseorang yang mencintai/mengasihi/
kepuasan diri sendiri. memberi dalam tingkatan ini artinya
mencintai/mengasihi/memberi yang tanpa
Kedua, cinta philia adalah cinta pamrih, bahkan rela berkorban untuk
persahabatan. Dalam hal ini, cinta bersifat kebaikan orang lain. Perbuatan kasih dan
relasional. Orang lain dipandang sebagai pengorbanan demi kebaikan orang lain
pribadi yang mempunyai kekhasan/ dilakukan tanpa pamrih atau menuntut
keunikan dan kualitas tersendiri: cantik, imbalan apapun.
lembut, pengertian, dan seterusnya. Cinta
43
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
Ketiga jenis cinta di atas ada dalam 1. Persembahan yang diberikan dengan
setiap manusia, meskipun kualitasnya tujuan yang salah, yaitu: “Untuk
berbeda dalam diri masing-masing orang. membuat orang lain terkesan” (Matius
Ada orang yang di dalam dirinya lebih 6: 2), “Untuk mendapat imbalan” (Lukas
menonjol cinta erosnya daripada philia 14: 12-14), “Untuk seolah-olah membeli
dan agape. Ada juga orang yang di dalam keselamatan” (Mazmur 49: 6-7).
dirinya lebih menonjol cinta philia atau 2. Persembahan dan pemberian yang
agape daripada cinta eros. mendukung kegiatan atau hal-hal
yang dikecam Allah. Kita tidak boleh
Perbuatan kasih (memberi) pada dasarnya memberikan uang kepada orang yang
merupakan suatu perbuatan yang baik. akan menggunakannya untuk berjudi,
Pengikut Kristus sangat dianjurkan untuk memakai narkoba, atau bermabuk-
saling mengasihi dan berbagi kasih. mabukan (1 Korintus 6: 9-10, 2
Terlebih kepada orang yang sangat Korintus 7: 1). Tidak dibenarkan juga
memerlukan. kalau kita memberi kepada orang
yang sebenarnya mampu bekerja
Dalam Alkitab diajarkan bahwa untuk menafkahi diri tapi tidak mau
persembahan dan pemberian yang melakukannya (2 Tesalonika 3: 10).
berkenan kepada Allah adalah pemberian
yang dilakukan dengan sukarela. Alkitab Bandingkan dengan gratifikasi, yaitu
berkata, ”Setiap orang sebaiknya memberi pemberian dalam arti tertentu, yang
sesuai dengan apa yang dia putuskan meliputi pemberian uang tambahan (fee),
dalam hatinya, tidak dengan berat hati hadiah, uang, barang, rabat (diskon), komisi
atau terpaksa, karena Allah mengasihi pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, ”Setiap orang
orang yang memberi dengan senang hati” fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
sebaiknya memberi
(2 Korintus 9: 7). “Memberi dengan tulus pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas
termasuk ibadah yang menyenangkan lainnya. sesuai dengan apa
Allah” (Yakobus 1: 27). “Dia senang dengan yang dia putuskan
orang yang suka menolong. Bagi Allah, Gereja Katolik mengajarkan tentang dalam hatinya, tidak
orang yang bermurah hati seolah-olah hukum kasih, yakni kasih kepada Tuhan
dengan berat hati
memberikan pinjaman kepada-Nya” (Amsal dan kasih kepada sesama. Kasih kepada
19: 17). “Alkitab mengajarkan bahwa Allah sesama manusia dapat diwujudkan atau terpaksa, karena
sendiri akan membalas kebaikan orang itu” dengan memberi kepada yang sangat Allah mengasihi
(Lukas 14: 12-14). membutuhkan. Memberi kepada sesama orang yang memberi
yang memerlukan sangat dianjurkan.
dengan senang hati.”(2
Dalam Alkitab dinyatakan pula Memberi yang bermakna bukan diukur
persembahan dan pemberian yang tidak dari berapa besar pemberian itu, tetapi Korintus 9:7.)
berkenan kepada Allah, antara lain: yang bermakna diukur dari ketulusan
45
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
hati. Namun, ajaran ini berbeda dengan Memegahkan diri atas hartanya (Mazmur
gratifikasi. 49: 6-7)
Mereka yang percaya akan harta bendanya,
GRATIFIKASI DALAM ALKITAB dan memegahkan diri dengan banyaknya
Gratifikasi dapat diartikan sebagai uang kekayaan mereka. Tidak seorangpun dapat
suap. Hal ini dapat dilihat pada beberapa membebaskan dirinya, atau memberikan
ayat dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama tebusan kepada Allah ganti nyawanya.
maupun Perjanjian Baru.
Dalam Perjanjian Baru juga dapat
Dalam Perjanjian Lama dapat ditemukan ditemukan beberapa ayat terkait dengan
beberapa ayat terkait dengan gratifikasi/ gratifikasi/suap dan perlakuan korupsi,
suap dan perlakuan korupsi, antara lain: antara lain:
Jangan menerima suap (Keluaran 23: 8) Untuk mendapat imbalan (Lukas 14: 12-14):
Suap orang janganlah kauterima, sebab Dan Yesus berkata juga kepada orang
suap membuat buta mata orang-orang yang mengundang Dia: “Apabila engkau
yang melihat dan memutarbalikkan perkara mengadakan perjamuan siang atau
orang-benar. perjamuan malam, janganlah engkau
mengundang sahabat-sahabatmu atau
Suap membuat buta mata (Ulangan 16: 19) saudara-saudaramu atau kaum keluargamu
Janganlah memutarbalikkan keadilan, atau tetangga-tetanggamu yang kaya,
janganlah memandang bulu dan janganlah karena mereka akan membalasnya dengan
menerima suap, sebab suap membuat mengundang engkau pula dan dengan
buta mata orang-orang bijaksana dan demikian engkau mendapat balasnya.
memutarbalikkan perkataan orang-orang Tetapi apabila engkau mengadakan
yang benar. perjamuan, undanglah orang-orang miskin,
orang-orang cacat, orang-orang lumpuh
Hukuman makan suap (Ayub 15: 34) dan orang-orang buta. Dan engkau
Karena kawanan orang-orang fasik tidak akan berbahagia, karena mereka tidak
berhasil, dan api memakan habis kemah- mempunyai apa-apa untuk membalasnya
kemah orang yang makan suap. kepadamu. Sebab engkau akan mendapat
balasnya pada hari kebangkitan orang-
Suap memutarbalikkan keadilan (1 Samuel orang benar.”
8: 3)
Tetapi anak-anaknya itu tidak hidup seperti
ayahnya; mereka mengejar laba, menerima
suap, dan memutarbalikkan keadilan.
47
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
hukuman yang adil, demikian pula orang masih dalam kegiatan formal dan belum
yang menerima pemberian atau janji-janji sampai pada pembentukan moral siswa.
itu.” Korupsi harus dibenahi dari sumber
masalahnya. Maka, pendidikan moral harus
Gratifikasi merupakan salah satu dimulai sejak usia dini.
perbuatan korupsi. Gratifikasi termasuk
suap yang dapat mempengaruhi suatu
putusan dan kebijakan. Pemberian
berupa gratifikasi dalam bentuk apapun
menjadikan seseorang tidak dapat
melakukan pekerjaan secara profesional.
Di dalam gratifikasi terkandung perbuatan
ketidakadilan dari si pemberi dan penerima
gratifikasi. Maka pemberi dan penerima
gratifikasi harus dihukum dengan adil.
Gratifikasi berbeda dari persembahan dan
pemberian dalam hukum Kasih sebagai
inti ajaran Yesus Kristus. Persembahan
dan pemberian yang berkenan bagi Allah
adalah pemberian yang dilakukan dengan
sukarela. Gereja tidak mendefinisikan
seberapa besar persembahan dan
pemberian yang dapat diberikan. Namun,
umat diharapkan mempersembahkan
dan memberi sesuai dengan kemampuan
dan sesuai dengan kerelaan hati dan
sukacita. Bagi yang mampu, seharusnya
memberi lebih banyak. Bagi kaum
miskin yang tidak mampu, dipersilakan
memberikan sesuai dengan kemampuan
mereka. Persembahan juga tidak hanya
berupa uang, tetapi juga bakat dan waktu.
Persembahan dilakukan berdasarkan kasih
kita kepada Tuhan, sehingga kita dapat
mengasihi sesama dengan lebih baik.
Salah satu penyebab gratifikasi dan korupsi
adalah gagalnya pendidikan etika dan
agama. Pendidikan agama yang terjadi
51
Gratifikasi
dalam
Perspektif
Agama
Kristen
oleh :
Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Kristen
Kementerian Agama RI
53
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
“
adalah suatu usaha atau tindakan yang
dilakukan untuk memuluskan suatu
Gratifikasi/suap janganlah pekerjaan atau suatu kepentingan dengan
kauterima, sebab gratifikasi/ cara memberikan sesuatu, baik berupa
uang ataupun bentuk lainnya.
suap membuat buta mata
“
orang-orang yang melihat dan
memutarbalikkan perkara orang-
Praktik gratifikasi memang sudah terjadi
sejak zaman dahulu kala dan sepertinya
sudah membudaya di negara kita. Paulus
orang yang benar. mengungkapkan bahwa “cinta uang”
adalah motivasi terbesar orang menerima
(Keluaran 23:8) gratifikasi/suap, mereka ingin cepat
menjadi kaya dengan menghalalkan segala
cara sehingga tidaklah mengherankan
bahwa banyak oknum pejabat yang bisa
menerima gratifikasi dan suap. Hukum bisa
dibeli dan keadilan bisa diputarbalikkan
karena adanya gratifikasi.
3: 11 dan Mikha 7: 3). Maka, gratifikasi, Jika Allah dengan tegas melarang
termasuk suap, adalah “penyakit” yang praktik atau transaksi suap dalam segala
ditimbulkan oleh pemisahan ajaran agama bentuknya, termasuk gratifikasi, lalu
dari perilaku keseharian manusia. Memang, apa yang menyebabkan manusia, yang
gratifikasi bisa saja dilakukan semua orang, merupakan ciptaan-Nya paling sempurna
baik yang beragama maupun yang tidak di antara mahkluk ciptaan Allah lainnya,
beragama, tetapi ajaran-ajaran agama dengan sengaja tetap melakukan
dengan jelas mengajarkan moralitas yang perbuatan suap dan praktik pemberian dan
baik dan dengan jelas pula mengharamkan penerimaan gratifikasi? Setidaknya ada dua
praktik-praktik pemberian gratifikasi, suap, alasan yang dapat diamati, yaitu:
dan sejenisnya. Pertama, keinginan untuk menjadi kaya
dan memperoleh keuntungan yang besar
Tuhan Allah sangat menentang perbuatan dalam sekejap atau secara instan. Inilah
suap dan pemberian gratifikasi, firman- yang pernah terjadi di Israel, tepatnya pada
Nya dalam Keluaran 23: 8 dengan tegas Yoel dan Abia, anak-anak Samuel, seorang
melarang praktik suap dan menggaris hakim terakhir dalam tatanan kehidupan
bawahi dua akibat suap, yaitu “membuat bangsa Israel (1 Samuel 8: 3). Banyak orang
buta mata orang-orang yang melihat” dan ingin cepat kaya dan memiliki banyak harta
“memutarbalikkan perkara orang-orang benda, seperti rumah besar, mobil, dan
yang benar”. Dalam etika teologis, Allah perangkat perabot lainnya, serta pakaian
telah mengingatkan dan memberikan mewah, dan lain sebagainya. Keinginan
peringatan bahwa perbuatan suap ini mendorong mereka untuk melakukan
akan merusak tatanan moral yang baik praktik gratifikasi dan suap.
dalam persekutuan umat dan di tengah
masyarakat. Kedua, kebiasaan atau gaya hidup yang
salah dalam sebuah masyarakat. Hal
Meski demikian, skandal gratifikasi ini dapat berkembang sebagai “budaya
dan suap yang menggegerkan dalam gratifikasi”. Seseorang yang sejak lahirnya,
kehidupan di dunia ini sudah terjadi sejak dalam proses pertumbuhan fisik maupun
masa lampau pada zaman pelayanan psikisnya, dimulai dari masa balita, remaja
Yesus Kristus. Gratifikasi dan suap dilakukan hingga dewasa, bertumbuh dalam situasi
“Hadiah [gratifikasi]
dengan menghalalkan segala cara dan masyarakat yang mempraktikkan gratifikasi
upaya, bahkan mengarah pada tindakan dan suap sebagai hal yang biasa, tidak akan adalah seperti
mencelakakan orang lain, tidak terkecuali lagi merasa bahwa gratifikasi dan suap mestika di mata yang
sahabat atau pribadi yang sangat dihormati sesuatu yang tidak benar. Dengan kata lain, memberinya, ke mana
dan dijunjung tinggi keberadaannya (lihat gratifikasi baginya adalah pemberian yang
juga ia memalingkan
Matius 26: 14-16; Markus 14: 10-11; dan wajar. Suap adalah dosa yang menjadi
Lukas 22: 3-6). sesuatu yang tidak berdosa (lihat Mikha 3: maka, ia beruntung”.
11; 7: 3.)
63
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA
Penutup
ini benar Tuhan yang memberi atau ada
maksud tersembunyi dari balik pemberian
itu, supaya pekerjaan berjalan mulus,
supaya karier di kantor semakin naik, dan
Tuhan tidak butuh
sebagainya.
gratifikasi dari Anda.
Tuhan tidak butuh Ingat, Tuhan tidak butuh gratifikasi dari
semua “hadiah” Anda. Anda. Tuhan tidak butuh semua “hadiah”
Anda. Tetapi Tuhan butuh ketulusan hati
Tetapi Tuhan butuh
umat-Nya. Tuhan membutuhkan motivasi
ketulusan hati umat- yang benar dari seluruh apa yang engkau
Nya. kerjakan.
67
GRATIFIKASI
DALAM
PERSPEKTIF AGAMA