Anda di halaman 1dari 3

Tips 9 Jenis Tarbiyah

Sembilan aspek pendidikan bagi Muslim unggulan

Tak ada guru sehebat Nabi Muhammad Shalallaahu 'alaihi wa sallam, dan tak ada murid
sehebat para shahabat Radhiallaahu 'anhum. Ummat ini tidak akan menjadi baik kecuali
dengan apa yang telah membuat baik generasi pertamanya itu. Nabi sebagai guru
terbaik tidak berkata-kata, bersikap, dan bertindak kecuali dengan bimbingan dari Allah
Subhaanahu wa ta'ala. Sedangkan para shahabat mengisi hari-harinya selama lebih 20
tahun dengan semua keteladanan gurunya itu secara kreatif dan independen.

Berbagai usaha dilakukan para ulama dari berbagai zaman untuk menggali dan
merumuskan manhaj Rasulullah serta tahap-tahapnya mendidik Muslimin generasi
pertama menjadi manusia-manusia unggulan sepanjang masa. Di antara para ulama
agung itu adalah Ibnu Qayyim al-Jauziyah (lahir di Damaskus 691H). Hasan bin Ali
Hasan al-Hijazy merangkum pemikiran Ibnu Qayyim yang tersebar itu dalam sebuah
disertasi doktornya di Fakultas Ilmu-ilmu Sosial jurusan Tarbiyah Universitas Imam
Muhammad bin Su'ud, Arab Saudi (Manhaj Tarbiyah Ibnu Qayyim, penerbit al-Kautsar,
Jakarta, Pebruari 2001).

Di bawah ini adalah tips melaksanakan 9 jenis tarbiyah yang digali Ibnu Qayyim
rangkuman Dr Hasan al-Hijazy itu.

1. Tarbiyah Imaniyah (mendidik iman)

Ada tiga sarana (wasilah) untuk mendidik iman. Pertama, selalu mentadabburi
(mengamati, mempelajari, menghayati) tanda-tanda kekuasaan Allah Dzat Pencipta serta
keluasan rahmat dan hikmah perbuatan-Nya. Tadabbur itu bisa dilakukan dengan
penglihatan biasa (bashirah), bisa pula dengan penalaran akal sehat, dengan
mentadabbur kekuasaan Allah, hasil-hasil ciptaan-Nya, gejala-gejala alam,
kesempurnaan penciptaan manusia, juga ayat-ayat al-Qur'an.

Kedua, selalu mengingat kematian yang penuh kepastian. Ketiga, mendalami fungsi
semua jenis ibadah ibadah sebagai salah satu cara mendidik iman. Caranya dengan
banyak mengerjakan amal shalih yang sendi utamanya adalah keikhlasan; juga
memperbanyak doa dan harapan kepada Allah semata; menghindari riya' dalam berkata
dan bertindak; mencintai firman Allah; berkeyakinan bahwa kelak akan berjumpa
langsung dengan Allah; terakhir, melanggengkan rasa syukur dalam keadaan apapun.

2. Tarbiyah Ruhiyah (mendidik ruhani)

Ibnu Qayyim mencatat 7 cara melakukan tarbiyah ruhiyah, yaitu: memperdalam iman
kepada hal-hal (ghaib) yang dikabarkan Allah seperti azab kubur, alam barzakh, akhirat,
hari perhitungan; memperbanyak dzikir dan shalat; melakukan muhasabah (introspeksi
diri) setiap hari sebelum tidur; mentadabburi makhluk Allah yang banyak menyimpan
bukti-bukti kekuasaan, ketauhidan, dan kesempurnaan sifat Allah; serta mengagungkan,
menghormati, dan mengindahkan seluruh perintah dan larangan Allah.

3. Tarbiyah Fikriyah (mendidik pikiran)

Kegiatan tafakkur (merenung/berkontemplasi) menurut Ibnu Qayyim adalah menyingkap


beberapa perkara dan membedakan tingkatannya dalam timbangan kebaikan dan
keburukan. Dengan tafakkur, seseorang bisa membedakan antara yang hina dan yang
mulia, dan antara yang lebih buruk dari yang buruk. Kata Imam Syafi'i, "Minta tolonglah
atas pembicaraanmu dengan diam dan atas analisamu dengan tafakkur." Ibnu Qayyim
mengomentari kalimat itu dengan berkata, "Yang demikian itu dikarenakan tafakkur
adalah amalan hati, dan ibadah adalah amalan jawarih (fisik), sedang kedudukan hati itu
lebih mulia daripada jawarih, maka amal hati lebih mulia daripada amal jawarih. Di
samping itu, tafakkur bisa membawa seseorang kepada keimanan yang tak bisa diraih
oleh amal semata." Sebaik-baik tafakkur adalah saat membaca al-Qur'an, yang akan
mengantar manusia kepada ma'rifatullah (mengenal Allah).

4. Tarbiyah 'Athifiyah (mendidik perasaan)

Naluri (insting), kesedihan, kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan cinta merupakan


perasaan-perasaan utama yang selalu mendera manusia. Sedangkan cinta adalah
perasaan yang bisa menjadi motivasi paling kuat untuk menggerakkan manusia
melakukan apapun. Maka Ibnu Qayyim memberi 11 resep menduduk perasaan cinta,
yaitu: menanamkan perasaan yang kuat bahwa seorang hamba sangat membutuhkan
Allah, bukan yang lain; meyakinkan diri sendiri bahwa satu hati yang menjadi milik
manusia harus dipenuhi hanya oleh satu cinta; mengokohkan perasaan bahwa pemilik
segala sesuatu di dunia ini Allah semata; beribadah kepada Allah dengan nama-
namanya Yang Maha Awal, Maha Akhir, Maha Zhahir, dan Maha Bathin demi
menumbuhkan rasa fakir (butuh) kepada Allah; bersikap tegas bahwa tak ada yang lebih
tinggi dan mulia kedudukannya sesudah Allah; menanamkan ma'rifat tentang betapa
banyak nikmat Allah dan betapa banyak kelemahan kita; menanamkan ma'rifat bahwa
Allah-lah yang telah menciptakan semua perbuatan hambanya dan telah menanamkan
iman di dalam hatinya; menanamkan perasaan butuh pada hidayah Allah dalam setiap
detik kehidupannya; serius memanjatkan doa-doa yang meminta pertolongan Allah
dalam menghadapi apapun; menanamkan kesadaran penuh akan nikmat dan karunia-
Nya yang begitu banyak; serta, menanamkan ilmu bahwa cinta kepada Allah merupakan
tuntutan iman.

5. Tarbiyah Khuluqiyah (mendidik akhlaq)

Misi utama Rasulullah di muka bumi untuk menyempurnakan akhlaq manusia. Contoh-
contoh utama akhlaq mulia yang diharapkan dari seorang Muslim adalah sabar, syaja'ah
(keberanian), al-itsar (mendahulukan kepentingan orang lain), syukur, jujur, dan amanah.
Cara mendidikkan aklaq yang mulia itu adalah: pertama, mengosongkan hati dari iktikad
dan kecintaan kepada segala hal yang bathil; kedua, mengaktifkan dan menyertakan
seseorang dalam perbuatan baik (al-birr); ketiga, melatih dan membiasakan seseorang
dalam perbuatan baik itu; keempat, memberi gambaran yang buruk tentang akhlaq
tercela; dan kelima, menunjukkan bukti-bukti nyata sebagai buah dari akhlaq yang mulia.

6. Tarbiyah Ijtimaiyah (mendidik bermasyarakat)

Pendidikan kemasyarakatan yang baik adalah yang selalu memperhatikan perasaan


orang lain. Seorang Muslim dalam masyarakat tidak dibenarkan menyakiti saudaranya
walaupun hanya dengan menebarkan bau yang tidak enak. Bahkan Ibnu Qayyim
berpendapat, tidak cukup hanya tidak menyakiti perasaan, seorang Muslim harus mampu
membahagiakan dan menyenangkan hati saudara-saudara di sekitarnya.

7. Tarbiyah Iradiyah (mendidik cita-cita)

Tarbiyah iradiyah berfungsi mendidik setiap Muslim untuk memiliki kecintaan terhadap
sesuatu yang dicita-citakan, tegar menanggung derita di jalannya, sabar dalam
menempuhnya mengingat hasil yang kelak akan diraihnya serta melatih jiwa dengan
kesungguhan dalam beramal. Tanda-tanda iradah yang sehat adalah kegelisahan hati
dalam mencari keridhaan Allah dan persiapan untuk bertemu dengan-Nya. Seseorang
yang iradah-nya sehat juga akan bersedih karena menghabiskan waktu untuk sesuatu
yang tidak diridhai Allah. Sedangkan iradah yang rusak akan lahir dalam bentuk penyakit
ilmu, pengetahuan, dan keahlian yang berlawanan dengan syari'ah Allah.

8. Tarbiyah Badaniyah (mendidik jasmani)

Seorang Muslim harus secara terprogram memperhatikan unsur badan, menjaganya dan
memenuhi hak-haknya secara sempurna. Perhatian yang demikian akan mengantarkan
seseorang pada ketaatan penuh dan kesempurnaan dalam menjalankan semua yang
diwajibkan Allah kepadanya. Tarbiyah badaniyah ini meliputi: pembinaan badan di waktu
sehat; pengobatan di waktu sakit; pemenuhan kebutuhan gizi; serta olah raga (tarbiyah
riyadhah).

9. Tarbiyah Jinsiyah (pendidikan seks)

Insting seks merupakan sesuatu yang diciptakan Allah, yang segera diwadahi oleh satu-
satunya lembaga halal yaitu pernikahan. Faedah dari seks (jima') menurut Ibnu Qayyim
adalah: pertama, menjaga dan melestarikan kehidupan manusia; kedua, mengeluarkan
sperma yang jika tertimbun terlalu lama dalam tubuh akan membahayakan kesehatan
manusia; dan ketiga, wasilah untuk memenuhi hajat seksual dan untuk meraih
kenikmatan batin dan biologis.

Tarbiyah jinsiyah bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: memperbanyak


pembicaraan tentang bahaya-bahaya zina dan berbagai kerusakan yang
ditumbulkannya, termasuk ancaman terhadap dosa zina; menyebarluaskan peringatan
dan penjelasan tentang bahaya serta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan perilaku
homoseksual; menjadikan kebiasaan untuk membatasi pandangan mata sebagai
kebudayaan di tengah masyarakat; tidak berkata-kata maupun melangkahkan kaki
kecuali kepada hal-hal yang pasti mendapat pahala dari Allah; menyatakan perang
terhadap semua bentuk nafsu dan keinginan yang buruk; meniadakan waktu yang
kosong; memperbanyak ibadah sunnah; melarang anak-anak bergaul dengan teman
yang buruk akhlaqnya; melarang anak-anak dengan keras untuk mendekati khamr
(minuman keras); serta melindungi anak dari penyimpangan fitrah kelaminnya.· (wpr)

www.hidayatullah.com

Anda mungkin juga menyukai