Anda di halaman 1dari 4

Petani-Petani Sukses

Oleh :
Nafeesa Zahra An-naafi
(NPM. 150510200258)

Mata Kuliah : Agrosains


Pertemuan ke : dua
Hari/Tanggal : Senin, 14 September 2020
Dosen Pengajar : Prof. Dr. Jajang Sauman Hamdani, Ir., MS.

1. Bagas Suratman
Ia awalnya malu menjadi seorang petani padahal orang tuanya adalah pedagang sayur.
Pria asal Tanggerang ini sudah mencoba banyak pekerjaan dari mulai kenek metromini
sampai menjadi porter bandara, pernah juga menjadi pemabok dan penjudi. Sampai
akhirnya ia memutuskan untuk membudidayakan tumbuhan dengan otodidak dengan
hanya bermodalkan 3000 meter untuk menanam kangkung. Walaupun kebunnya
pernah dihantam banjir dan usahanya bangkrut, ia tetap bekerja keras dan pantang
menyerah untuk mencapai kesuksesannya sekarang ini. Ia telah membuka lapangan
pekerjaan bagi banyak orang tak sedikit karyawannya yang akhirnya membuka usahanya
sendiri. Pada tahun 2019 lahannya mencapai 26 hektare dan ditanami dengan macam-
macam buah dan sayur, seperti kangkung, bayam, tomat, cabai, ketela, melon, dan
masih banyak lagi. Semua hasil panen disalurkan ke pasar tradisional dan pasar retail
melalui puluhan mitra yang ia miliki.

2. Sandi Octa
Pria kelahiran Cianjur ini memulai karirnya pada tahun 2015, ia masih mengeyam
pendidikan semester 5 di Institut Pertanian Bogor. Pada saat itu ia mengambil wortel,
selada, beras, daun bawang dan kentang dari lahan ayahnya sendiri dan beberapa hasil
panen petani lainnya dan klien pertamanya adalah sebuah perusahaan cepat saji.
Sementara ayahnya mengambil jalur retail sayur, Sandi bergerak pada bisnis horeka
(hotel restaurant dan cattering). Kini, Sandi bahkan mengelola 4 instansi maupun
perusahaan pertanian sekaligus yaitu; Perusahaan Mitra Tani Parahyangan, Pusat
Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S), Kelompok Tani Mitra Tani
Parahyangan, dan PT. Bumi Parahyangan Investama. Perusahaan Mitra Tani
Parahyangan sendiri saat ini sudah menyuplai hasil tani ke 25 hotel di Cianjur, Bogor dan
sekitarnya. Antara lain Restoran Roofpark di Cimacan, Pesona Alam Resort Hotel, Royal
Safari Garden Hotel, Grand Dhiara Hotel, dan Zuri Resort Hotel. Sementara PT. Bumi
Parahyangan Investama, perusahaan khusus investor yang tertarik dengan usahanya.
Selain usaha budidaya lahan, Sandi juga membina Pusat Pelatihan Pertanian dan
Pedesaan Swadaya (P4S) yang terbuka bagi siapa saja. Pada level bisnis, dirinya
mengembangkan UD. Mitra Tani Parahyangan sebagai perusahaan pemasok bahan baku
hotel.  Bahkan dalam waktu dekat, Sandi tengah mengembangkan inovasi agrowisata
yang dibuka untuk para pengunjung yang studi banding, kuliah lapang hingga untuk
umum dalam bentuk kelompok. Tidak hanya itu, Sandi tengah mengkaji bisnis ekspor ke
Timur Tengah. Kini, Sandi bahkan mengelola 4 instansi maupun perusahaan pertanian
sekaligus yaitu; Perusahaan Mitra Tani Parahyangan, Pusat Pelatihan Pertanian dan
Pedesaan Swadaya (P4S), Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, dan PT. Bumi
Parahyangan Investama.

3. Ulus Pirmawan
KISAH Ulus Pirmawan, 45, petani asal Desa Suntenjaya, Lembang, Bandung Barat, Jawa
Barat, juga tidak kalah menjadi inspirasi dalam episode Kick Andy kali ini. Meski hanya
lulusan SD, ia dapat menjadi petani sukses berkat kerja keras dan ketekunan yang
dimiliki. Bahkan, dewasa ini Ulus telah berhasil mengekspor hasil atau produk
pertaniannya berupa baby buncis ke Singapura. Ulus mengaku sudah menekuni dunia
pertanian sejak kecil. Kepiawaian itu didapatnya dari kedua orangtua yang kebetulan
pula berprofesi sebagai petani. Ulus mengembangkan usaha pertaniannya dengan pola
ramah lingkungan. Akibat hal tersebut, ia lantas berhasil menerima penghargaan
sebagai ‘petani teladan’ se-Asia-Pasifik dari organisasi pangan dan pertanian dunia
(Food and Agriculture Organization of the United Nation/FAO). Ulus mengatakan bahwa
ia sendiri pada dasarnya sudah mulai mengekspor buncis super ke luar negeri sejak
1995. Kala itu ia sudah dapat mengekspor 3 hingga 3,5 ton buncis super per hari, dan
kemudian mulai mengekspor baby buncis sejak 2005. Khusus baby buncis, Ulus bisa
panen dalam kurun waktu 40 hari sekali sebanyak 40 kali.

4. Aluysius Adiyo Agung


Pria itu bernama Aluysius Adiyo Agung (42), mantan Kepala Seksi Product Planning
Control (PPO) PT Indonesia Stanley Electric di Tangerang. Alumnus Akademi Teknik
Mesin Industri (ATMI) Solo ini malah beralih profesi dari manajer menjadi petani di
kampung halamannya Delanggu, Klaten, Jawa Tengah. Keputusan Agung untuk terjun ke
dunia pertanian bukan tanpa persiapan. Saat masih mengemban jabatan sebagai
manajer, ia sudah mencoba belajar cara menanam padi. Menurut dia, pengolahan tanah
sebelum masa tanam adalah kunci keberhasilan. Lahan harus diberi pupuk yang tepat
dan pas komposisinya. Selain itu, mereka mesti mempertimbangkan kandungan mikroba
di dalam tanah serta memperhatikan kondisi alam. Agung mengakui menerapkan
penjualan hasil panennya dengan cara direct selling.

Anda mungkin juga menyukai