Anda di halaman 1dari 8

Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm.

147-154 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 147

UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN KOLEKSI


PERPUSTAKAAN KEMENDIKBUD
Studi Kualitatif Mengenai Upaya Untuk Menekan dan Mencegah Tindakan Penyalahgunaan
Koleksi di Perpustakaan Kemendikbud

Damayanti1, Sukaesih2, Herika Rainathami3


1
Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia,
2,3
Program Studi Perpustakaan Universitas Padjadjaran
1
damay_d@yahoo.com, 2sukaesih@unpad.ac.id, 3herika.rainathami@unpad.ac.id

 fisik meliputi: pengelolaan bangunan dan ruang, dan


ABSTRACT – This research discusses about the penggunaan alat-alat elektronik seperti tattle tape,
efforts to prevent and decrease material abuse at security gate, CCTV dan RFID. Sedangkan sistem
Ministry of Education and Culture Library keamanan procedural meliputi: layanan fotokopi,
including: theft, vandalism, mutilation and patrol staf, regulasi dan user education (pendidikan
unauthorized borrowing. The aims of this study is to pemakai). Penelitian ini menggunakan metode
find out and reveal how the library do all the efforts kualitatif. Data diperoleh melalui observasi,
to prevent the abuse of library collection. There is wawancara mendalam dan tidak terstruktur serta
two security systems using in this library. First is didukung dengan triangulasi oleh ahli preservasi
physical security system including: perimeter and koleksi perpustakaan. Hasil penelitian menunjukan
grounds, and electronic security system like tattle bahwa sistem-sistem keamanan yang ada dijalankan
tape, security gate, CCTVs and RFID. And the sudah cukup baik untuk mengurangi penyalahgunaan
second is procedural security system including: koleksi, perpustakaan disarankan untuk lebih
photocopying service, adding more collections, staffs mengoptimalkan dalam menjalankan sistem-sistem
patrol, regulation and user education. This is a keamanan yang sudah ada dengan menambah SDM.
qualitative research. The data obtained through Perpustakaan juga sebaiknya membuat kebijakan
observation, in-depth interview and unstructured, khusus mengenai sistem keamanan untuk mencegah
support by library collection preservation expert. The penyalahgunaan koleksi sebagai dasar sanksi bagi
results shows, all the security systems applied in the pengguna atau staf yang melakukan tindakan
library goes pretty well to protect and prevent the penyalahgunaan koleksi.
collections from abusing. To optimalize security
system, the library needs to add more staffs to run the Kata kunci: Keamanan koleksi, Penyalahgunaan
systems. The library is need to re-arrange the rooms koleksi, Perpustakaan Kemendikbud
such as staff rooms or any specific area to more
facilitate supervision and make a few special PENDAHULUAN
regulation as a sanctions to users or staffs who does
material abuse. Perpustakaan Kemendikbud merupakan

Keywords: Material Abuse, Security in Library, perpustakaan yang berasal dari instansi
Kemendikbud Library pemerintah. Sebagai salah satu perpustakaan
ABSTRAK - Skripsi ini membahas upaya khusus, perpustakaan Kemendikbud wajib
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan
menjaga koleksi perpustakaan dengan serius. Hal
Kebudayaan Jakarta dalam menurunkan angka
tindakan penyalahgunaan koleksi yang meliputi: ini dikarenakan pendanaan mereka berasal dari
pencurian, vandalisme, mutilasi dan peminjaman tidak
sah. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dana negara (APBN). Saat ini perpustakaan
seluruh upaya yang dilakukan Perpustakaan Kemendikbud kurang lebih memiliki 25.506 judul
Kemendikbud untuk menurunkan dan mencegah angka
tindakan penyalahgunaan koleksi. Ada dua sistem koleksi. Pengguna yang dibolehkan meminjam
keamanan yang di terapkan, yaitu sistem keamanan
tidak hanya dari karyawan yang berasal dari

ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP


148 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Damayanti, dkk

instansi Kementerian Pendidikan dan Kebud- digunakan. Perpustakaan Kemendikbud


ayaan, tetapi juga pengguna dari luar instansi. menyediakan layanan dengan sistem terbuka.
Dalam pemanfaatannya, koleksi-koleksi Pada sistem tersebut pengguna dapat secara
perpustakaan tersebut tidak terlepas dari langsung memilih bahan pustaka yang diinginkan
kehilangan maupun kerusakan. Koleksi dapat pada rak tempat jajaran koleksi disediakan.
mengalami kerusakan karena faktor alam maupun Perpustakaan Kemendikbud melakukan
manusia. Manusia yang dalam hal ini pengguna kegiatan stock opname yang dilakukan setahun
dapat melakukan penyalahgunaan koleksi berupa sekali. Data hasil rekapitulasi stock opname pada
kerusakan fisik, berupa dokumen kotor, goresan Juli 2012 menunjukan kehilangan koleksi pada
pada rekaman, halaman sobek, bahkan dapat angka 202 eksemplar. Lalu pada kegiatan stock
menyebabkan hilangnya koleksi dari opname tahun 2013 diketahui angka kehilangan
perpustakaan. Hal ini sesuai dengan Soetminah koleksi menurun sekitar 60% (persen) menjadi 87
(dalam Syaikhu dan Ginting, 2011) yang eksemplar. Hal ini sangat mengejutkan sekaligus
menyatakan “bahwa manusia yang tidak melegakan bagi perpustakaan mengingat pada
bertanggung jawab merupakan perusak yang tahun sebelumnya angka kehilangan koleksi
paling hebat karena tidak hanya menyebabkan cukup tinggi.
hilangnya bahan pustaka dari perpustakaan”. Dengan melihat hasil observasi sebelumnya
Sejalan dengan itu, menurut Obiagwu diatas maka diketahui perpustakaan Kemendikbud
(dalam Syiakhu dan Ginting, 2011) tindakan memiliki sejumlah upaya keamanan untuk
penyalahgunaan koleksi dapat digolongkan menekan angka kehilangan serta kerusakan
menjadi empat, yaitu pencurian (theft), koleksi.
penyobekan (mutilation), peminjaman tidak sah Di dalam penelitian ini pencegahan
(unauthorized borrowing), dan vandalisme penyalahgunaan koleksi perpustakaan dapat
(vandalism). Hal seperti inilah mempengaruhi berupa upaya keamanan yang dapat dilakukan
layanan perpustakaan. Perpustakaan seperti biasa dengan sebelumnya mengetahui terjadinya
diharuskan selalu mengatur koleksinya, buku atau perilaku penyalahgunaan koleksi, seperti pelaku
non buku agar selalu dapat digunakan oleh dan konsekuensi yang akan diterima. Untuk lebih
pengguna. menekan dan mencegah hal-hal diatas maka
Banyaknya jumlah koleksi yang langka diperlukan sistem-sistemyang bertujuan untuk
mengakibatkan koleksi harus dijaga dengan baik mengihindari terjadinya penyalahgunaan, sistem
dan benar agar koleksi tersebut bisa digunakan ini mencakup fisik, elektronik dan prosedural.
kembali oleh pengguna. Banyaknya pengguna Berangkat dari kejadian-kejadian dan
yang memanfaatkan koleksi perpustakaan pemikiran diatas, penelitian ini dilakukan untuk
menjadikan perpustakaan rawan terhadap tindakan mengetahui atau mengungkapkan upaya
penyalahgunaan koleksi. Salah satu penyebabnya Perpustakaan Kemendikbud dalam mencegah
adalah sistem layanan perpustakaan yang angka penyalahgunaan koleksi.
Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm. 147-154 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 149

Berdasarkan maksud penelitian tersebut tulisan atau penodaan yang menggunakan


maka ditetapkan tujuan penelitian ini adalah untuk ballpoint, spidol, stabillo, maupun pensil warna,
mengetahui: b) Pelipatan halaman tertentu, c) Pengguntingan
1. Untuk mengetahui tindakan penyalahgu- gambar-gambar tertentu, d) Perobekan pada
naan koleksi di perpustakaan Kemen- halaman tertentu, e) Pengeratan dan pembetotan
dikbud halaman, f) Memanfaatkan kartu anggota
2. Untuk mengetahui sistem keamanan fisik perpustakaan milik orang lain, g) Buku yang tidak
(physical security) yang digunakan di dikembalikan, dan h) Penjiplakan/plagiat karya
perpustakaan Kemendikbud dalam upaya ilmiah.
pencegahan penyalahgunaan koleksi Sedangkan menurut Sri Hartati (Kepala
3. Untuk mengetahui sistem keamanan Perpustakaan Universitas Negeri Yogyakarta),
elektronik yang digunakan di Perpustakaan bentuk vandalisme yang diistilahkan dengan
Kemendikbud dalam upaya pencegahan penyalahgunaan koleksi yang sering ditemui ada
penyalahgunaan koleksi empat bentuk, yaitu: a) Coret-mencoret bul
4. Untuk mengetahui sistem keamanan Mutilasi atau penyobekan buku pada b; tertentu,
procedural (procedural security) yang c) Peminjaman tidak sah, dan e) Pencarian koleksi
digunakan di perpustakaan Kemendikbud oleh pemustaka.
dalam upaya pencegahan penyalahgunaan
koleksi METODE PENELITIAN
Penelitian ini membahas atau meng-
TINJAUAN PUSTAKA ungkapkan bagaimana upaya pencegehan terhadap
Vandalisme berasal dari nama puak di Eropa, tindakan penyalahgunaan koleksi di perpustakaan
yaitu vandals yang telah membinasakan kota Kemendikbud, maka metode yang digunakan
Roma pada tahun 445 M. Dalam bahasa Indonesia dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kata vandalisme berasal dari kata dasar vandal kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi
yang berarti perusak, kemudian mendapat akhiran kasus. Sejalan dengan penjelasan tersebut, peneliti
isme maka mengandung arti perbuatan merusak menggunakan metode penelitian kualitatif untuk
dan menghancurkan hasil karya seni dan barang- mendapatkan pemahaman atau gambaran yang
barang berharga lainnya (KBBI, 1995:1116). lebih jelas mengenai upaya pencegahan tindakan
Pengertian lain tentang vandalisme adalah penyalahgunaan koleksi di perpustakaan.
penambahan, penghapusan, atau pengubahan isi Penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang secara sengaja dilakukan untuk mengurangi yang bermaksud untuk memahami fenomena
kualitas (Wikipedia. org). tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
Bentuk-bentuk vandalisme yang sering misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan
terjadi di perpustakaan dijelaskan oleh Fatmawati dll. Secara holistik dan dengan cara deskripsi
(2007:4) ada delapan bentuk, yaitu: a) Coret-coret dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP


150 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Damayanti, dkk

konteks khusus yang alamiah dan dengan membawa kabur secara sengaja koleksi yang
memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong diinginkan tanpa menjadi anggota dan meminjam
2007, 6). koleksi melalui prosedur yang dimiliki
Dalam penelitian ini sumber data terdiri Perpustakaan Kemendikbud. Pencurian juga suka
berdasarkan sumber data primer dan sekunder. dilakukan anggota perpustakaan dengan sengaja
Sumber data primer adalah hasil dari wawancara tidak mengembalikan koleksi yang dipinjam,
dan observasi dari para informan yang terlibat sehingga dapat disebut menyatakan koleksi
secara langsung. Para informan tersebut perpustakaan Kemendikbud sebagai milikinya.
diantaranya Pustakawan Perpustakaan Vandalisme atau pencoret-coretan disetiap koleksi
Kemendikbud dan Pengguna (Users) Perpus- juga terjadi, dimana pengguna dapat sengaja atau
takaan Kemendikbud. tidak disengaja mencorat-coret atau menggaris
Sedangkan sumber data sekunder berasarl bawahi tulisan di buku dengan menggunakan
data pendukung yang digunakan seperti buku, pensil atau pulpen, selain merugikan perpustakaan
jurnal, majalah serta sumber literatur lainnya yang karena mencoret-coret yang bisa jadi koleksi
relevan dengan objek yang diteliti. langka, vandalisme koleksi juga dapat
Analisis data merupakan proses mencari dan mengganggu pengguna lain yang sedang
menyusun data secara sistematis data yang menggunakan koleksi buku tersebut.
diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi Mutilasi atau perobekan hampir terjadi
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam disetiap koleksi teks/buku perpustakaan
kategori menjabarkan sampai kepada membuat Kemendikbud, dimana pengguna secara tidak
kesimpulan sehingga mudah dipahami (Sugiyono, bertanggung jawab merobek cover buku dan
2010, 89) halaman yang mereka butuhkan, sehingga satu
Untuk menganalisisnya maka penulis judul buku dapat berkurang jumlah informasinya.
menggunakan tahapan reduksi data, penyajian Sedangkan peminjaman tidak sah sekarang-
data dan verifikasi data yang hasilnya dapat sekarang ini sudah jarang dilakukan oleh
dikumpulkan menjadi sebuah kesimpulan. Tahap pengguna maupun anggota Perpustakaan
akhir dalam pemeriksaan keabsahan data melalui Kemendikbud. Peminjaman tidak sah saat ini
triangulasi sumber. lebih sering dilakukan oleh staf Perpustakaan,
mereka seringkali memanfaatakan kesempatan
HASIL DAN PEMBAHASAN sebagai staf dengan membawa pulang koleksi
Kasus Penyalahgunaan Koleksi tanpa melewati prosedur peminajaman seperti
Berdasarkan hasil penelitian penyalah- yang dilakukan anggota lain. Sehingga pengguna
gunaan koleksi yang dialami meliputi pencurian, umum sering kebingungan karena di sistem
vandalisme, mutilasi dan peminjaman tidak sah. penelusuran koleksi yang diinginkan dalam
Pencurian yang terjadi adalah pencurian koleksi keadaan dapat dipinjam, namun saat di tinjau ke
terutama koleksi buku. Pengguna seringkali rak koleksi tersebut tidak tersedia menjadikan
Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm. 147-154 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 151

pengguna mengalami kesulitan dalam Akibat tindakan penyalahgunaan koleksi


memperoleh dan memanfaatkan koleksi. yang dilakukan pengguna, menjadikan pihak
Pelaku yang melakukan penyalahgunaan Perpustakaan Kemendikbud mengalami konse-
koleksi di Perpustakaan Kemendikbud dapat kuensi berupa kerugian. Terdapat dua jenis
berupa siapapun, seperti pengguna bahkan staf kerugian yang dialami yakni kerugian sosial dan
perpustakaan itu sendiri. Pengguna dapat lebih kerugian financial. Kerugian sosial dirasakan
dikatakan memiliki kesempatan yang cukup besar apabila banyak pengguna yang kesulitan
untuk melakukan penyalahgunaan koleksi. Dalam memperoleh koleksi yang diinginkan karena
kasus pencurian pengguna bisa saja melakukan koleksi tersebut hilang atau rusak. Padahal koleksi
hal tersebut karena kebutuhan dan malas perpustakaan disediakan tujuannya untuk meme-
mendaftarkan diri sebagai anggota yang memiliki nuhi kebutuhan akan informasi yang orang-orang
fasilitas meminjam koleksi sehingga sebetulnya perlukan. Sedangkan untuk kerugian finansial
mereka tidak perlu mencuri, namun pencurian yang mereka rasakan ialah biaya dari pengadaan,
yang dilakukan oleh anggota juga dapat dilakukan penyajian serta pemeliharaan koleksi berasal dari
dengan sengaja tidak mengembalikan koleksi APBN dimana dana yang diperoleh berasal dari
walaupun sudah diberi peringatan. Pengguna yang masyarakat sehingga, penting sekali untuk
melakukan hal tersebut tentunya sudah masuk merawat koleksi agar biaya yang dikeluarkan
daftar hitam perpustakaan Kemendikbud sehingga untuk pemeliharaan atau perbaikan tidak terlalu
tidak diperkenankan untuk mendaftar kembali besar.
atau meminjam lagi.
Untuk kasus vandalisme dan mutilasi pelaku Sistem Keamanan Fisik
kembali dilakukan oleh pengguna perpustakaan. Sistem keamanan fisik yang meliputi
Pengguna yang melakukan dua hal yang tidak penataan bangunan dan ruang adalah salah satu
terpuji itu selan kesempatan yang leluasa juga hal yang harus di perhatikan dalam perancangan
didasari oleh beberapa motif atau sebab seperti arsitektur yang nantinya akan mendukung upaya
karena tidak sengaja mencoret atau merobek, pencegahan penyalahgunaan koleksi. Pengelolaan
dapat juga karena stress atau dendam sehingga bangunan dalam hal ini dilihat dari pengamanan
dengan sengaja melakukan hal tersebut untuk pada pintu dan jendela. Pertama, pintu yang
merugikan perpustakaan. Sedangkan untuk kasus dipasang harus harus dipastikan dapat terkontrol
peminjaman tidak sah saat ini dilakukan oleh staf dan terlindungi dari akses orang-orag yang tidak
Perpustakaan Kemendikbud. Penyebab mereka berkepentingan terhadap koleksi perpustakaan.
dengan leluasa meminjam koleksi tanpa prosedur Gagang pintu yang ada 4terbuat dari logam agar
peminjaman karena besarnya peluang, sebagai staf kuat terhadap orang-orang yang kemungkinan
mereka merasa dapat meminjam koleksi dengan akan membuka paksa. Dan sudah dilakukan
langsung membawa pulang dan tidak memikirkan Perpustakaan Kemendikbud. Pengelolaan terha-
peraturan yang berlaku. dap jendela juga tidak lepas dalam upaya

ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP


152 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Damayanti, dkk

pengamanan terhadap koleksi. Jendela yang peminjaman, karena tattle tape tersebut harus di
terpasang tidak boleh asal terbuka, jendela yang non-aktifkan di mesin sensor yang ada di layanan
baik seharusnya memiliki penutup seperti teralis sirkulasi. Tattle tape dan security gate sejauh ini
atau kirai. Namun hal itu tidak dilakukan sudah di jalankan cukup baik namun terdapat
Perpustakaan Kemendikbud, dimana mereka kesulitan dalam mendeteksi pelaku peminjaman
membiarkan jendela tanpa ada teralis atau kirai. tidak sah yang kadang dilakukan oleh staf dinilai
Dengan adanya hal itu akan meningkatkan resiko menjadi kekurangan security gate. CCTV juga
keamanan koleksi perpustakaan. digunakan Perpustakaan Kemendikbud sudah
Penataan ruangan dalam perpustakaan dilakukan cukup baik untuk memantau kegiatan
khususnya Perpustakaan Kemendikbud juga pengguna di dalam perpustakaan dan merekam
penting dilakukan dalam rangka meningkatkan sistem keamanan, mencegah kejahatan dan
keamanan. Tetapi, hal tersebut belum dilakukan menjamin keamanan.
dengan cukup baik oleh Perpustakaan Kemen- Dengan segala manfaat CCTV untuk meng-
dikbud, itu dilihat dalam jarak yang jauh antara amankan koleksi, terdapat kekurangan dalam hal
ruangan staf dan area pembaca, sehingga monitoring, jumlah SDM yang sedikit lah yang
menyulitkan staf untuk mengawasi gerak-gerik menjadi kendala, sehingga memungkinkan tidak
pengguna di area perpustakaan. Sistem mengetahui suatu kejadian yang mencurigakan
pencahayaan yang ada di Perpustakaan yang terekam di layar CCTV. Sedangkan untuk
Kemendikbud digunakan sebagai salah satu sistem penggunaan RFID untuk mengolah dan melacak
keamanan fisik untuk mengamankan koleksi koleksi tag yang dipasangkan ke setiap koleksi
sejauh ini belum dilakukan dengan maksimal, saat ini belum tersedia dalam format CD sehingga
dimana lampu-lampu yang digunakan walaupun hanya bisa dipasang di koleksi buku.
jumlahnya banyak namun kualitasnya sudah tidak
baik. Lampu-lampu yang bertujuan untuk Sistem Keamanan Prosedural
menerangi ruangan perpustakaan terlihat temaram Layanan fotokopi disediakan untuk mencegah
atau remang-remang sehingga dinilai mengurangi pengguna untuk tidak merobek atau mencuri
jarak pandang staf dalam pengawasan maupun koleksi sehingga lebih baik untuk di gandakan
pengguna perpustakaan. sudah dilakukan dengan baik sampai saat ini.
Penambahan jumlah eksemplar koleksi khususnya
Sistem Keamanan Elektronik koleksi yang memiliki peminat atau pembaca
Tattle tape yang berupa pita tipis berwarna yang tinggi sudah dilakukan dengan baik oleh
hijau sebelumnya diselipkan di setiap koleksi. Perpustakaan Kemendikbud, salah satunya untuk
Lalu diaktifkan dan dihubungkan ke security gate. mengatasi ketidakseimbangan antara jumlah
Alarm yang ada di security gate akan menyala koleksi yang sedikit dengan banyaknya pengguna
apabila koleksi yang telah diselipkan tattle tape yang menginginkan koleksi tersebut.
melewati security gate tanpa melewati prosedur
Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm. 147-154 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 153

Regulasi yang diterapkam Perpustakaan pengguna, bahkan kadang dilakukan oleh staf
Kemendikbud salah satunya adalah berupa ID perpustakaan dalam kasus peminjaman tidak sah.
card sebagai jaminan peminjaman koleksi, selain Dari tindakan penyalahgunaan koleksi yang terjdi,
memberikan kartu anggota peminjam juga menimbulkan kerugian bagi Perpustakaan, seperti
diharuskan memberikan ID card seperti NPWP kerugian finansial dan kerugian sosial.
untuk dijadikan jaminan peminjaman. Apabila Dalam mencegah dan menekan angka
pengguna tidak mengembalikan koleksi yang penyalahgunaan koleksi, Peneliti menarik
dipinjam maka ID card akan terus ditahan pihak kesimpulan, Perpustakaan Kemendikbud
perpustakaan hingga pengguna mengembalikan menerapkan tiga sistem keamanan. Sistem
dengan utuh koleksi yang digunakan atau keamanan fisik, sistem keamanan elektronik dan
dipinjman. sistem keamanan prosedural. Sistem keamanan
Patroli yang dilakukan oleh staf dengan fisik meliputi pertimbangan arsitektur,
berkeliling ke seluruh area-area perpustakaan pengelolaan ruangan, sistem pencahayaan. Sistem
untuk mengawasi pengguna yang sedang mem- keamanan elektronik meliputi tattle tape, securtity
anfaatkan koleksi. Dengan adanya patroli ini dapat gate, CCTV dan RFID. Sistem keamanan
mencegah secara langsung mencegah pengguna prosedural meliputi layanan fotokopi, patroli
yang kemungkinan akan melakukan keliling, penambahan jumlah eksemplar koleksi,
penyalahgunaan koleksi. regulasi peminjaman dan pendidikan pemakai
User education atau pendidikan pemakai (user education).
berupa papan informasi dan rambu-rambu yang Dari ketiga sistem keamanan yang
lakukan Perpustakaan Kemendikbud berisi tata diterapkan oleh Perpustakaan Kemendikbud
cara bagaimana menggunakan perpustakaan peneliti berpendapat sejauh ini sudah berhasil
dengan baik dan benar serta berisi himbauan atau dalam mengurangi, mencegah, atau menekan
pesan peringatan yang berbentuk papan informasi penyalahgunaan koleksi yang sebelumnya
atau rambu-rambu yang dipasang disudut ruangan dilaporkan bahwa angkanya cukup tinggi.
yang terlihat agar selalu merawat koleksi dan Terlepas dari kekurangan yang dimiliki, ketiga
selalu menjaga barang-barang pribadi. sistem tersebut diharapkan dapat selalu berjalan
agar dapat selalu konsisten menekan angka
SIMPULAN penyalahgunaan koleksi, sehingga dapat terus
Dari penelitian ini ditemukan bahwa mengurangi kerugian-kerugian yang dialami oleh
penyalahgunaan koleksi dialami oleh perpustakaan khususnya dalam hal ini
Perpustakaan Kemendikbud. Penyalahgunaan Perpustakaan Kemendikbud.
koleksi yang terjadi seperti pencurian, vandalism,
mutilasi dan peminjaman tidak sah. Keempat
penyalahgunaan koleksi tersebut hampir sebgaian
besar dilakukan oleh pengunjung ataupun

ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP


154 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Damayanti, dkk

DAFTAR PUSTAKA
Chaney, Michael & Alan F. Mac Dougall (ed).
(1991). Security and Crime Prevention in
Libraries. England: Gower Publishing.
Constantinou, Constantia. (1995). Destruction of
Knowledge: A Study of Journal Mutilation
at a Large University Library. Diakses via
https://www.ideals.illinois.edu/handle/214
2/36021/browse?value=Constantinou%2C
+Constantia&type=author pada tanggal 4
Desember 2014 pukul 13.30 WIB
Daryono. (2010). Faktor-faktor penyebab
terjadinya tindakan vandalisme koleksi
perpustakaan dan upaya pencegahannya.
Media Pustakawan
Endang Fatmati. (2007). Vandalisme di
Perpustakaan. Media Informasi.
Fjallbrant, Nancy & Ian Malley. (1978). User
Education in Libraries. England: Clive
Bingley Limited.
Kahn, B Miriam. (2008). The Library Security
and Safety Guide to Prevention, Planning
and Response. Chicago: American Library
Association.
Lexy J, Moleong. (2007). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya
Offset.
L. Rajendran & G. Rathinasabapathy. (2007).
Role of Electronic Surveillance and
Security Systems in Academic Library.
Diakses via
http://www.igcar.gov.in/igc2004/sird/redit
2007.pdf#page=139 pada tanggal 13
November 2014 pukul 11.00.
Philip Usman Akor. (2013). Security management
for prevention of book theft in university
libraries: a case study of benue state
university library, Nigeria. Diakses via
http://digitalcommons.unl.edu/lilphilprac
pada tanggal 25 Novermber 2014 pukul
13.00.
Palmer, Martin. (2009). Making the most of RFID
in Libraries. London: Facet.
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung. Alfabeta.
Syaikhu. Akhmad HS & Sveru Andrian Ginting.
(2011). Keamanan Koleksi Perpustakaan.
Bandung. ITB Diakses via
http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/eng/p
ublikasi_conten.php?volumeID=pp20111p
ada tanggal 15 Juli 2014 pukul 12.30.
Wanda Listiani & Novalinda. (2007). Desain
Gedung Perpustakaan. Visi Pustaka

Anda mungkin juga menyukai