Anda di halaman 1dari 3

POLA PELAYANAN MISI TUHAN YESUS

Disusun oleh: Marga Diraja


Pekerjaan Misi adalah tugas mulia yang harus dilakukan semua orang percaya seperti yang
telah diperintahkan Tuhan Yesus melalui Amanat Agung yang tertulis dalam Matius 28:19-20. Dan
memang harus disadari, melakukan misi pekabaran injil bukanlah sebuah hal yang mudah. Sekalipun
bukan perkara yang mudah, bukan berarti kita harus melalaikannya. Berkaitan dengan itu, kita belajar
melakukan misi dengan terlebih dahulu mempelajari Prinsip-prinsip misi dari pelayanan Tuhan Yesus
berdasarkan Matius 9:35-11:1, Markus 6:6-13, Lukas 9:1-6) agar kita memiliki standar yang benar
dalam melakukan pekabaran injil.

1. Utusan Injil harus seorang yang rajin dan pekerja keras. (Matius 9:35)
“Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah
ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan
kelemahan.”
Melalui ayat ini, kita belajar bahwa seorang utusan Injil haruslah seperti Tuhan Yesus yang
rajin dan pekerja keras, berkeliling kesemua desa dan kota untuk mengajar dirumah-rumah
ibadat. Waktu dan tenagaNya dicurahkan untuk mengajar, berkeliling menyembuhkan orang
sakit, bahkan membangkitkan orang mati. Tiada hari tanpa melayani, itulah yang dilakukan oleh
Tuhan Yesus.
Memenangkan jiwa tidak bisa hanya dengan duduk dan menunggu saja jiwa-jiwa itu datang
pada kita. Agar bisa menjangkau banyak jiwa, diperlukan kerajinan dan kerja keras dari utusan
injil untuk berkeliling dan melakukan misi dimanapun dia berada. Jika hal ini dilakukan, pasti
hasil yang memuaskan dapat terjadi, banyak jiwa-jiwa dimenangkan melalui usaha misi yang
dilakukan dengan kerja keras dan kerajinan.

2. Utusan Injil harus bersedia ditempatkan dimanapun juga baik di kota maupun di desa.
(Matius 9:35).
Tuhan Yesus tidak hanya mengunjungi kota, tetapi juga desa-desa. Artinya, Tuhan Yesus
tidak hanya datang bagi mereka yang punya kesejahteraan hidup, kekayaan dan kehormatan, yang
identik dimiliki oleh orang-orang yang tinggal di kota. Tuhan Yesus juga ke desa-desa, ketempat
orang yang kecil, miskin dan tidak terhormat. Kedatangan Tuhan Yesus membawa pengharapan
kepada mereka yang ada di kota maupun di desa, kaya maupun miskin.
Sebagai seorang utusan injil, seharusnya kita belajar seperti Tuhan Yesus, yang bersedia
melakukan tugas misinya dimanapun juga. Jangan jadi utusan injil yang hanya bersedia di
tempatkan di kota-kota, ditempat-tempat yang nyaman, tetapi tidak bersedia jika ditempatkan di
desa-desa atau di tempat-tempat yang dirasanya tidak menyediakan kenyamanan.

3. Pekerjaan Misi harus dimulai dengan Visi. (Matius 9:36) – Melihat seperti Yesus melihat.
“Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena
mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”
Yesus melihat apa yang menjadi kebutuhan umat yaitu lelah dan terlantar seperti domba yang
tidak bergembala. Seorang pekerja Misi harus melihat dan mengerti apa yang menjadi kebutuhan
umat.

4. Seorang utusan injil harus memiliki hati yang penuh belas kasihan. (Matius 9:36).
“Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena
mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”
Motivasi yang benar dalam melakukan pekerjaan Misi adalah karena belas kasihan. “Belas-
kasihan” pada prinsipnya merupakan: rasa simpati terhadap penderitaan yang dinyatakan dengan
tindakan untuk menolong. Sebagai orang yang telah dipanggil dan diselamatkan seharusnyalah
kita memiliki belas kasihan-Nya melihat jiwa-jiwa yang sedang antri menuju kebinasaan kekal
dan tidak memiliki pengharapan.

5. Ladang misi itu akan selalu ada, tidak akan pernah kekurangan tempat untuk melakukan
misi. (Matius 9:37)
“Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.”
Tuaian yang banyak tetapi pekerja sedikit itu seharusnya semakin memacu kita untuk bekerja
melayani Tuhan dengan lebih keras lagi. Sungguh sangatlah mengherankan kalau ada orang yang

1
saling iri dan berebut ketika melayani Tuhan. Hal ini menunjukkan kalau orang tidak melihat visi
Tuhan. Pekerjaan Tuhan itu terlalu banyak, pekerjaan Tuhan tidak akan pernah habis-habis untuk
dikerjakan bahkan sampai kita mati pun masih banyak pekerjaan Tuhan yang belum dikerjakan.
Marilah kita kerjakan pekerjaan yang Tuhan sudah percayakan pada kita itu dengan sebaik
dan sekuat mungkin. Jangan takut kita tidak dapat melayani Tuhan karena tidak ada lagi
pekerjaan Tuhan dan jangan iri dengan pelayanan yang dikerjakan oleh orang lain dan jangan
marah kalau ternyata orang lain mencontoh atau melakukan pelayanan yang sama seperti yang
kita lakukan. Kita seharusnya bersyukur pelayanan kita menjadi berkat. Bahkan seandainya tidak
orang yang mau mengerjakan pekerjaan Tuhan karena ada pertimbangan berbagai hal, dianggap
merugikan misalnya, maka kita pun harus tetap mengerjakannya. Biarlah kita menyadari masih
banyak pekerjaan Tuhan di dunia ini yang belum diselesaikan, di luar sana masih banyak orang
yang lelah dan terlantar maka jangan langsung bekerja sendiri tetapi mintalah pada tuan yang
empunya tuaian untuk mengirimkan pekerja dan ingat, karena masih banyak pekerjaan Tuhan
yang harus dikerjakan sedang pekerja sedikit maka kita harus bekerja dengan seluruh tenaga yang
Tuhan berikan pada kita.

6. Pekerjaan Misi itu harus diutus / pergi (Matius 10:1-4)


“Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir
roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan.”
Gereja lokal adalah saluran Misi masa kini. Tidak ada orang-orang “Freelance” atau bekerja
sendiri dalam misi, semua harus diutus. Misi adalah tanggung jawab utama gereja. Tujuan gereja
adalah untuk menyebarkan Injil Kristus, maka untuk bisa melakukan tugas tanggung jawabnya
ini, gereja harus bermisi, gereja harus mengutus utusan misi.

7. Pelayanan Misi itu harus fokus. (Matius 10:5-6)


“Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: "Janganlah kamu
menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria,
melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”
Larangan Tuhan Yesus dalam ayat ini tidak membuktikan bahwa Yesus hanya eksklusif buat
orang Israel saja. Ini terbukti dengan perintah Yesus dalam amanat Agung dan banyak ayat yang
lain agar menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya. Pembatasan ini hanya bersifat sementara
karena dalam Matius 28:19, Kisah Para Rasul 1:8 jelas Yesus menghendaki murid-muridNya
melakukan pemberitaan Injil kepada semua bangsa.
Ayat ini menjelaskan dalam konteks bermisi itu harus fokus. Jadi maksud dari perintah ini
adalah untuk membatasi wilayah perjalanan pertama para murid Yesus hanya di daerah Galilea
saja agar perjalanan Misi murid-murid lebih fokus dan hasilnya maksimal. Penginjilan /
pelayanan Misi harus fokus, yaitu memiliki sasaran yang jelas.

8. Pekerjaan Misi itu jelas, ada tugas-tugas yang jelas. (Matius 10:7-8)
“Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat.
Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-
setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-
cuma.”
Perintah Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya dalam rangka melakukan Misi sangatlah jelas
yaitu: Pergilah, beritakanlah, sembuhkanlah.
Banyak orang yang merindukan gereja mereka dapat menjadi gereja misioner, tetapi mereka
tidak tahu apa yang harus mereka lakukan untuk mencapai sasaran ini. Itu sebabnya mereka tidak
melibatkan diri dalam misi sedunia. Atau ada juga Gereja-gereja yang ber“Misi” hanya dengan
membuat seminar-seminar, tanpa pergi memberitakan injil. Melakukan pekerjaan Misi itu artinya
kembali kepada tugas yang benar yaitu memberitakan injil, bukan sekedar aksi sosial yang selama
ini banyak dilakukan gereja-gereja. Memang aksi sosial bisa menjadi bagian dari pekerjaan misi,
tetapi tetap tujuan utama bermisi adalah memberitakan injil Kristus. Menyembuhkan orang sakit,
membangkitkan orang mati, mentahirkan orang kusta, mengusir setan-setan itu adalah sarana agar
orang mendengar berita: Kerajaan Sorga sudah dekat.

9. Seorang utusan injil harus bergantung penuh pada Allah. (Matius 10:9-10)
“Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu.
Mat 10:10 Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju
dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.”

2
Tuhan memeintahkan dalam perjalanan misi murid-murid tidak perlu membawa perbekalan.
Mereka harus bergantung penuh kepada Tuhan, dan meyakini Tuhan sanggup menyediakan
keperluan mereka.
Demikian juga sebagai seorang pekerja Misi yang diutus melakukan tugas misi, kita harus
bergantung pada Allah. Baik dalam melakukan tugas, maupun dalam pemenuhan kebutuhan
hidup.

10. Pekerjaan Misi itu patut mendapatkan upah. (Matius 10:10)


“Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai,
kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.”
Dalam melakukan perjalanan Misinya, murid-murid dilarang membawa perlengkapan apapun
sebagai modal perjalanan. Hal ini dimaksudkan Yesus agar para murid-muridnya mengandalkan
Tuhan dan percaya akan pemeliharaan Tuhan. Walaupun tanpa bekal, Tuhan Yesus menjamin
bahwa seorang pekerja patut mendapat upah.

11. Melakukan pekerjaan Misi harus dengan strategi (Matius 10:11).


“Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya
sampai kamu berangkat.”
Tuaian memang banyak dan pekerja sedikit maka Tuhan ingin supaya kita bekerja dengan
sekuat tenaga, bekerja keras tetapi Tuhan juga ingin kita menjadi bijaksana dengan demikian
seluruh tenaga dan pemikiran kita menjadi sia-sia, dengan kata lain bekerja sangat keras tetapi
tidak menghasilkan apa-apa. Tuhan ingin kita bekerja dengan seefisien mungkin.

12. Melakukan Pekerjaan Misi jangan dengan memaksa. (Matius 10:12-14).


“Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka.
Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali
kepadamu.
Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan
tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu.”
Pemberitaan Injil itu tidak perlu memaksa. Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam melakukan
pekerjaan misi memberitakan injil, penolakan baik secara halus maupun secara kasar seringkali
terjadi pada pekerja misi. Namun demikian. Pekerjaan Misi tidak boleh dilakukan dengan cara
memaksa.

13. Seorang utusan injil harus mampu bekerja sama (Markus 6:7)
“Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka
kuasa atas roh-roh jahat,”
Tujuan Tuhan Yesus mengutus murid-murid dua-dua adalah agar mereka saling membantu,
saling bekerjasama dalam perjalanan Misi mereka.
Seorang Misionaris, harus mampu dan mau bekerjasama. Mengingat tuaian yang banyak,
namun pekerja sedikit; saling bekerja sama mampu memaksimalkan hasil pelayanan Misi.

Daftar Pustaka:
1. http://dennytan.blogspot.com/2008/05/matius-935-38-penuai-umat-pilihan.html
2. http://misi.co/Artikel_Misi_Terpopuler
3. Buku Teologi Kontekstualisasi, Dr.Y.Tomatala, D.Mis.

Anda mungkin juga menyukai