Anda di halaman 1dari 1

PENDIDIKAN VOKASI

1. Menurut Thompson, 1973:16, filosofi pendidikan vokasi yang paling sederhana


dan pragmatis adalah ”Matching”: what job was need and what was needed to do
the job yang artinya pekerjaan apa yang dibutuhkan dan apa yang dibutuhkan untuk
mengerjakan pekerjaan itu. Filosofi ini adalah filosofi pragmatisme. Miller 1985
mengatakan bahwa, filosofi pragmatisme adalah filosofi terefektif untuk
pendidikan dunia kerja education for work. Pragmatisme mencari tindakan yang
tepat untuk dijalankan dalam situasi yang tepat pula. Miller 1985 menyatakan
pendidik pada pendidikan kejuruan akan berhasil jika mampu mempraktikkan dan
mempertahankan prinsip-prinsip pragmatisme sebagai referensi dan dasar
pendidikan di tempat kerja workplace education. Pragmatisme menyatakan bahwa
diantara pendidik dan peserta didik bersama-sama melakukan learning process,
menekankan kepada kenyataan atau situasi dunia nyata, konteks dan pengalaman
menjadi bagian sangat penting, pendidiknya progesif kaya akan ide-ide baru.
Menurut Tilaar 2002:184, pragmatisme melihat nilai pengetahuan ditentukan oleh
kegunaannya didalam praktik. Karenanya, teori bagi kaum pragmatis hanya
merupakan alat untuk bertindak, bukan untuk membuat manusia terbelenggu dalam
teori itu sendiri. Teori yang tepat adalah teori yang berguna, siap pakai, dan dalam
kenyataannya berlaku serta memungkinkan manusia bertindak secara praktis.
2. Pendidikan vokasi memegang peranan penting dalam pelayanan sistem ekonomi
dan pasar tenaga kerja. Pendidikan kejuruan digunakan sebagai instrumen
kebijakan pengembangan sumberdaya manusia secara nasional. Kebijakan
sumberdaya manusia diarahkan pada pengembangan dan pemanfaatan tenaga kerja
sebagai sumberdaya ekonomi dan sumber pendapatan individu dan keluarga.
Menurut Sudira, 2011, pendidikan dan pelatihan mengembangkan setiap potensi
kedepan peserta didik secara penuh. Peserta didik dilatih untuk mengembangkan
hard skill maupun soft skillnya sesuai dengan kompetensi yang diampunya,
sehingga pesertaa didik akan memiliki kemampuan secara pengetahuan/kognitif
dan ketrampilan/psikomotor dibidang keahliannya masing-masing. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) melakukan penelitian yang
kesimpulannya menyatakan “Terdapat hubungan positif antara rasio peserta didik
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan produk domestik regional bruto
(PDRB), jadi apabila Propinsi memiliki rasio peserta didik SMK rendah, maka
cenderung memiliki nilai PDRB yang rendah, demikian juga sebaliknya”. Selain
itu, hasil penelitiannya juga menemukan bahwa “Terdapat hubungan yang positif
antara rasio peserta didik SMK dengan laju pertumbuhan ekonomi, jadi apabila
Propinsi memiliki rasio peserta didik SMK rendah, maka cenderung memiliki laju
pertumbuhan ekonomi rendah”. Pendidikan vokasi dapat berperan maksimal dalam
pembangunan ekonomi jika keselarasannya dengan dunia kerja disekitarnya
diupayakan secara terus-menerus "Match" baik dalam dimensi kuantitas, kualitas,
lokasi, maupun waktunya. Pendidikan vokasi juga akan berperan maksimal dalam
pembangunan ekonomi jika mampu mengintegrasikan program-programnya
dengan keberadaan regulasi, kebijakan, perencanaan, dan penganggaran
pemerintah di era otonomi daerah seperti saat ini.

Anda mungkin juga menyukai