Anda di halaman 1dari 130

BAB III

ANALISA STRUKTUR

3.1 Beban yang bekerja


3.1.1 Distribusi beban dengan metode amplop
Distribusi beban yang terjadi pada pelat lantai dan atap ditunjukan
pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 distribusi beban dengan metode amplop

1. Beban Mati (DL)


Distribusi beban segitiga untuk beban mati lantai 1 dan 2:
a) Beban sendiri plat lantai = h . 2400kg/m3 = 0,12 . 2400 = 288 kg/m2
b) Beban plafond + penggantung = 18 kg/m2
c) Beban spesi tebal 2 cm = 0,02 x 2100 = 42g/m2
d) Beban ubin 1 cm = 0,01 x 2400 = 24 kg/m2
e) Beban mechanical electrical = 25kg/m2

Beban mati total, qD = 397 kg/m2


Beban segitiga terebut diekuivalensikan menjadi beban persegi :

Gambar 3.2 beban mati ekuivalen dari beban segitiga


Momen segitiga = Mmax persegi
1 1
. qD.lx3 = 8 .qeq .lx2
24
1
qeq = 3 . qD.lx
1
= 3. 397 3,25 =430,083 kg/m

Distribusi beban trapesium untuk beban mati lantai 1 dan 2 adalah sebagai berikut:

Gambar 3.3 beban mati ekuivalen dari beban trapesium


1 1
𝑊𝑢 .𝑙𝑥 .(𝑙𝑦− 𝑙𝑥) 1
RA = RB = 2 2
= . Wu . lx (2ly - lx)
2 8
1 2 1
.𝑊𝑢 .𝑙𝑥.(3𝑙𝑦 −2. 𝑙𝑥 2 ) 1
Mmax = 2 2
= . 𝑊𝑢 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦 2 − 𝑙𝑥 2 )
24 48

Mmax persegi = M max trapesium


1 1
. qeq ly2 = 48 . 𝑞𝐷 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦 2 − 𝑙𝑥 2 )
8
1 𝑙𝑥
qeq = 6 . 𝑞𝐷 . 𝑙𝑥. (3 − ( 𝑙𝑦 )2 )
1 3,25
= 6 .397 .3,25. (3 − ( )2 )
5,5

= 570,038 kg/m
Distribusi beban mati segitiga untuk beban mati lantai atap (3)
a) Beban sendiri plat atap = h . 2400 kg/m3 = 0,11. 2400 =267 kg/m2
b) Beban plafond + penggantung = 18 kg/m2
c) Beban mechanical electrical = 25 kg/m2
Beban mati total, qD = 310 kg/m2

Beban segitiga tersebut diekuivalensikan menjadi beban persegi:

Gambar 3.4 beban mati ekuivalen dari beban segitiga


Momen segitiga = Mmax persegi
1 1
24
. qD.lx3 = 8 .qeq .lx2
1
qeq = . qD.lx
3
1
= . 310. 3,25 = 335,833 kg/m
3

Distribusi beban trapesium untuk beban mati atap (lantai3) adalah sebagai berikut:

Gambar 3.5 beban mati ekuivalen dari beban trapesium


1 1
𝑊𝑢 .𝑙𝑥 .(𝑙𝑦− 𝑙𝑥) 1
RA = RB = 2 2
= 8 . Wu . lx (2ly - lx)
2
1 1
.𝑊𝑢 .𝑙𝑥.(3𝑙𝑦2 −2. 𝑙𝑥 2 ) 1
Mmax = 2 2
= 48 . 𝑊𝑢 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦 2 − 𝑙𝑥 2 )
24
Mmax persegi = M max trapesium
1 1
. qeq ly2 = . 𝑞𝐷 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦 2 − 𝑙𝑥 2 )
8 48
1 𝑙𝑥 2
qeq = . 𝑞𝐷 . 𝑙𝑥. (3 − ( ))
6 𝑙𝑦

1 3,25 2
= .310 .3,25. (3 − ( ))
6 5,5

= 445,118 kg/m

2. Beban Hidup (LL)


Distribusi beban segitiga untuk beban hidup lantai 1 dan 2:

Gambar 3.6 beban hidup ekuivalen dari beban segitiga


Beban hidup = 250 kg/m2
Beban segitiga tersebut diekuivalensikan menjadi beban persegi
Momen segitiga = Mmax persegi
1 1
24
. qL.lx3 = 8 . qeq .lx2
1
qeq = 3 . qL.lx
1
= 3 . 250. 3,25 = 270,833 kg/m

Distribusi beban trapesium untuk beban hidup lantai1 dan 2 adalah sebagai berikut:

Gambar 3.7 beban hidup ekuivalen dari beban trapesium


1 1
𝑊𝑢 .𝑙𝑥 .(𝑙𝑦− 𝑙𝑥) 1
2 2
RA = RB = = 8 . Wu . lx (2ly - lx)
2
1 1
.𝑊𝑢 .𝑙𝑥.(3𝑙𝑦2 −2. 𝑙𝑥 2 ) 1
Mmax = 2 2
= . 𝑊𝑢 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦 2 − 𝑙𝑥 2 )
24 48

Mmax persegi = M max trapesium


1 1
. qeq ly2 = 48 . 𝑞𝐿 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦 2 − 𝑙𝑥 2 )
8
1 𝑙𝑥
qeq = 6 . 𝑞𝐿 . 𝑙𝑥. (3 − ( 𝑙𝑦 )2 )
1 3,25
= 6 .250 .3,25. (3 − ( )2 )
5,5

= 358,966 kg/m

Distribusi beban segitiga untuk beban hidup lantai 3 (atap):

Gambar 3.8 beban hidup ekuivalen dari beban segitiga


Beban hidup = 100 kg/m2
Beban segitiga tersebut diekuivalensikan menjadi beban persegi
Momen segitiga = Mmax persegi
1 1
24
. qL.lx3 = 8 .qeq .lx2
1
qeq = 3 . qL.lx
1
= 3 . 100. 3,25 = 108,333 kg/m
Distribusi beban trapesium untuk beban hidup lantai 3 adalah sebagai berikut:

Gambar 3.9 beban hidup ekuivalen dari beban segitiga


1 1
𝑊𝑢 .𝑙𝑥 .(𝑙𝑦− 𝑙𝑥) 1
RA = RB = 2 2
= . Wu . lx (2ly - lx)
2 8
1 2 1
.𝑊𝑢 .𝑙𝑥.(3𝑙𝑦 −2. 𝑙𝑥 2 ) 1
Mmax = 2
24
2
= 48 . 𝑊𝑢 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦 2 − 𝑙𝑥 2 )

Mmax persegi = M max trapesium


1 1
. qeq ly2 = . 𝑞𝐿 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦 2 − 𝑙𝑥 2 )
8 48
1 𝑙𝑥 2
qeq = . 𝑞𝐿 . 𝑙𝑥. (3 − ( ))
6 𝑙𝑦

1 3,25
= .100 .3,25. (3 − ( )2 )
6 5,5

= 143,586 kg/m
3.2 Beban pada portal
3.2.1 Portal memanjang ( sumbu X )
a. Beban mati

1. Beban merata balok induk lantai 1 dan 2


2qeqsegitiga = 2 x 430,083 kg/m= 860,166 kg/m
Beban akibat struktur
q=bx(h-tp)γ = 0,3 x (0,5-0,12) x 2400 = 273,6 kg/m
Total beban = 860,166+273,6 = 1133,766 kg/m

2. Beban balok anak lantai 1 dan 2


2qeqtrapesium = 2 x 570,038 kg/m = 140,076 kg/m
Beban akibat struktur
q=bx(h-tp)γ = 0,25 x (0,40-0,12) x 2400 = 168 kg/m
Total beban = 1140,076 +168 = 1308,076 kg/m

Gambar 3.10 Gaya pada balok anak lantai 1 dan 2


1 1
Vu= . q . L = . 1308,076 . 5,5 =3597,209 kg
2 2

Balok induk yang menjadi acuan di tengah portal menahan 2 balok


anak, jadi 2 x 3597,209 = 7194,418 kg

3. Beban merata balok induk induk lantai 3


2 qeqsegitiga = 2 x 335,833 kg/m = 671,666 kg/m
Beban akibat struktur
q=bx(h-tp)γ = 0,3 x (0,5-0,11) x 2400 = 280,8 kg/m
Total beban = 671,666+280,8 = 952,466 kg/m
4. Beban balok anak lantai 3
2 qeqtrapesium = 2 x 445,118 kg/m = 890,236 kg/m
Beban akibat struktur
q=bx(h-tp)γ = 0,25 x (0,40-0,11) x 2400 = 174 kg/m
Total beban = 890,236+174 = 1064,236 kg/m

Gambar 3.11 Gaya pada balok anak lantai 3


1 1
Vu=2 . q . L = 2 . 1064,236 . 5,5 = 2926,649 kg

Balok induk yang menjadi acuan di tengah portal menahan 2 balok


anak, jadi 2 x 2926,649 = 5853,298 kg

5. Beban terpusat balok induk lantai 1 dan 2


Beban terpusat di tengah balok
q= 2 x qeqtrapesium + berat sendiri = 2 x 570,038+168 = 1308,076 kg/m
1 1
Vu = .q .L= . 1308,76 . 5,5 = 3597,209 kg
2 2

V = 2 x 3597,209= 7194,418 kg

6. Beban terpusat balok induk lantai 3


Beban terpusat di tengah balok
q= 2xqeqtrapesium + berat sendiri = 2x 445,118+174 = 1064,236 kg/m
1 1
Vu= .q .L= 2 . 1064,236. 5,5 = 2926,649 kg
2

V= 2 x 2926,649 = 5853,298 kg

b. Beban hidup
1. Beban merata balok induk lantai 1 dan 2
2qeqsegitiga = 2 x 270,833 kg/m = 541,666 kg/m
2. Beban balok anak lantai 1 dan 2
2qeqtrapesium = 2 x 358,966 kg/m = 717,932 kg/m

Gambar 3.12 Gaya pada balok anak lantai 1 dan 2


1 1
Vu = 2 . q . L = 2 . 717,932. 5,5 = 1974,313 kg

Balok induk yang menjadi acuan di tengah portal menahan 2 balok


anak, jadi 2 x 1974,313 = 3948,626 kg

3. Beban merata balok induk induk lantai 3


2qeqsegitiga = 2 x 108,333 kg/m = 216,666 kg/m

4. Beban balok anak lantai 3


2qeqtrapesium = 2 x 143,586 kg/m = 287,172 kg/m

Gambar 3.13 Gaya pada balok anak lantai 3


1 1
Vu= . q . L = . 287,172. 5,5 = 789,723 kg
2 2

Balok induk yang menjadi acuan di tengah portal menahan 2 balok


anak, jadi 2 x 789,723 = 1579,446 kg

5. Beban terpusat balok induk lantai 1 dan 2


Beban terpusat di tengah balok
q= 2xqeqtrapesium = 2 x 358,966 = 717,932 kg/m
1 1
Vu= .q .L= 2 . 717,932. 5,5 = 1974,313 kg
2

V= 2 x 1974,313 = 3948,626 kg
6. Beban terpusat balok induk lantai 3
Beban terpusat di tengah balok
q = 2xqeqtrapesium = 2 x 143,586 = 287,172 kg/m
1 1
Vu = 2 .q .L = 2 . 287,172. 5,5 = 789,723 kg

V= 2 x 789,723 = 1579,446 kg

3.2.2 Portal melintang (Sumbu Y)


a. Beban mati

1. Beban merata balok induk lantai 1 dan 2


2qeqtrapesium = 2 x 570,038 kg/m = 1140,076 kg/m
Beban akibat struktur
q=bx(h-tp)γ = 0,30 x (0,5-0,12) x 2400 = 273,6 kg/m
Total beban = 1140,076+273,6 = 1413,676 kg/m

2. Beban merata balok induk induk lantai 3


2qeqtrapesium = 2 x 445,118 kg/m = 890,236 kg/m
Beban akibat struktur
q=bx(h-tp)γ = 0,3 x (0,5-0,11) x 2400 = 280,8 kg/m
Total beban = 890,236 + 280,8 = 1171,636 kg/m

b. Beban hidup

1) Beban merata balok induk lantai 1 dan 2


2qeqtrapesium = 2 x 358,966 kg/m = 711,932 kg/m

2) Beban merata balok induk lantai 3


2qeqtrapesium = 2 x 143,586 kg/m = 287,12 kg/m
3.3 Kombinasi pembebanan
3.3.1 Portal memanjang ( Sumbu X )
a. Kombinasi pembebanan tanpa beban gempa
1. Beban merata
- Lantai 1 dan 2
1,4 D
1,2 D + 1,6 L
- Lantai 3 (Atap)
1,4 D
1,2 D + 1,6 L
2. Beban terpusat
- Lantai 1 dan 2
1,4 D
1,2 D + 1,6 L
- Lantai 3 (Atap)
1,4 D
1,2 D + 1,6 L
b. Kombinasi pembebanan dengan bebam gempa
1. Beban merata
- Lantai 1 dan 2
1,2D + 1L + 1E
- Lantai 3 (Atap)
1,2D + 1L + 1E
2. Beban terpusat
- Lantai 1 dan 2
1,2D + 1L + 1E
- Lantai 3 (Atap)
1,2D + 1L + 1E
3.3.2 Portal Melintang ( sumbu Y )
a. Kombinasi pembebanan tanpa beban gempa
1. Beban merata
- Lantai 1 dan 2
1,4 D
1,2 D + 1,6 L
- Lantai 3 (Atap)
1,4 D
1,2 D + 1,6 L
b. Kombinasi pembebanan dengan bebam gempa
2. Beban merata
- Lantai 1 dan 2
1,2D + 1L + 1E
- Lantai 3 (Atap)
1,2D + 1L + 1E
3.4 Sketsa beban pada portal
3.4.1 Sketsa Beban Mati (DL) pada portal memanjang ( Sumbu X )
Sketsa beban mati (DL) pada portal memanjang ( Sumbu X ) ditunjukan pada
gambar 3.14.

Gambar 3.14 Beban mati (DL) pada portal memanjang (sumbu X)


3.4.2 Sketsa Beban Hidup (LL) pada portal memanjang ( Sumbu X )
Sketsa beban hidup (LL) pada portal memanjang ( Sumbu X) ditunjukan pada
gambar 3.15.

Gambar 3.15 Beban hidup (LL) pada portal memanjang (sumbu X)


3.4.3 Sketsa Beban Gempa pada portal memanjang ( Sumbu X )
Sketsa beban gempa pada portal memanjang ( Sumbu X ) ditunjukan pada
gambar 3.16.

Gambar 3.16 Beban gempa pada portal melintang (sumbu Y)


3.4.4 Sketsa Beban Mati (DL) pada portal melintang (sumbu Y)
Sketsa beban mati (DL) pada portal melintang ( Sumbu Y ) ditunjukan pada
gambar 3.17.

Gambar 3.17 Beban Mati (DL) pada portal melintang (sumbu Y)


3.4.5 Sketsa Beban Hidup (LL) pada portal melintang (sumbu Y)
Sketsa beban hidup (LL) pada portal melintang ( Sumbu Y ) ditunjukan pada
gambar 3.18.

Gambar 3.18 Beban Hidup (LL) pada portal melintang (sumbu Y)


3.4.6 Sketsa Beban Gempa pada portal melintang (sumbu Y)
Sketsa beban gempa pada portal melintang ( Sumbu Y ) ditunjukan pada
gambar 3.19.

Gambar 3.19 Beban Gempa pada portal melintang (sumbu Y)


3.5 Analisa Struktur Beban Mati (DL) portal melintang ( arah Y )
Gambar 3.20 menunjukkan Gambar potongan melintang denah di bagian tengah
pada kondisi pembebanan beban mati (DL)

Gambar 3.20 Pembebanan beban mati (DL) Portal Melintang (Sumbu Y)

3.5.1 Perhitungan DOF


DOF = 3 j – ( 3 f + 2 h + r + m )
= 3 x 12 – ( 3 x 3 + 2 x 0 + 0 + 15 )
= 12
S =2j–( 2f+2h+r+ m)
= 2 x 12 – ( 2 x 3 + 2 x 0 + 0 + 15 )
=3
Jadi kebebasan rotasi = 9
kebebasan translasi =3
3.5.2 Faktor Kekakuan Batang
1 1 1
Ikolom : Ibalok lantai : Ibalok atap = x 400 x 4003 : x 300 x 5003 : x 300 x 5003
12 12 12
= 0,6827 : 1 : 1
E×Ikolom E×Ibalok lantai E×Ikolom
k1A : k12 : k41 : k45 : k74 : k78 = : : :
Lkolom Lbalok Lkolom

E×Ibalok lantai E×Ikolom E×Ibalok atap


: :
Lbalok Lkolom Lbalok
0,6827E 𝐸 0,6827E 𝐸 0,6287E 𝐸
= : : : : :
3500 5500 3500 5500 3500 5500

= 1 : 0,932 : 1 : 0,932 : 1 : 0,932

3.5.3 Perhitungan Momen Primer

1
M12 = - 12 x q x L2
1
= - 12 x 1,414 x 5,52

= - 3,565 Ton m
M21 = 3,565 Ton m

1
M45 = - 12 x q x L2
1
= - 12 x 1,414 x 5,52

= - 3,565 Ton m
M54 = 3,565 Ton m

1
M78 = - x q x L2
12
1
=- x 1,172 x 5,52
12

= - 2,954 Ton m
M87 = 2,954 Ton m
3.5.4 Analisa Perhitungan Takabeya
1. Titik 1
ƩM1 =0
M1A ̅ 1A) + Ṁ1A
= k (2m1 + mA + m
= 1 (2m1 + 0 + 0) – 0
= 2 m1
M12 ̅ 12 ) + Ṁ12
= k (2m1 + m2 + m
= 0.932 (2m1 + 0 + 0) – 3,565
= 1,864 m1 – 7,146
M14 ̅ 14 ) + Ṁ14
= k (2m1 + m4 + m
= 0,932 (2m1 + m4 + 0) – 0
= 1,864 m1 + 0,932 m4
ƩM1 = M12 + M1A + M14
0 = 4,728 m1 + 0,932 m4 – 3,565
2. Titik 4
ƩM4 =0
M41 ̅ 41 ) + Ṁ41
= 1 (2m4 + m1 + m
= 1 (2m4 + m1 + 0) – 0
= 2 m4 + m1
M45 ̅ 45 ) + Ṁ45
= k (2m4 + m5 + m
= 0,932 (2m4 + 0 + 0) – 3,565
= 1,864 m4 – 7,146
M47 ̅ 47 ) + Ṁ47
= k (2m4 + m7 + m
= 1 (2m4 + m7 + 0) + 0
= 2 m4 + m7
ƩM4 = M41 + M45 + M47
0 = 5,864 m4 + m1 + m7 – 3,565
3. Titik 7
ƩM7 =0
M74 ̅ 74 ) + Ṁ74
= k (2m7 + m4 + m
= 1 (2m7 + m4 + 0) + 0
= 2 m7 + m4
M78 ̅ 78 ) + Ṁ78
= k (2m7 + m8 + m
= 0,932 (2m7 + 0 + 0) – 2,954
= 1,864 m7 – 4,701
ƩM7 = M74 + M78
0 = 3,864 m7 + m4 – 2,954
Momen
𝑚1 𝑚4 𝑚7 Primer
4,720 0,932 0 3.565
1 5,864 1 3,565
0 1 3,864 2,954

Selesaikan persamaan tersebut dengan menggunakan eliminasi Gauss-Jordan,


sehingga diperoleh nilai-nilai momen parsial sebagai berikut :
𝑚 1 = 0,503 ton m
𝑚 4 = 0,376 ton m
𝑚 7 = 0,615 ton m

3.5.5 Momen Akhir


M1A = 2 m1 = 1,078 ton m
M12 = 1,864 m1 – 3,565 =-2,560 ton m
M14 = 1,864 m1 + 0,932 m4 = 1,482 ton m
M41 = 2 m4 + m1 = 1,346 ton m
M45 = 1,864 m4 – 3,565 = -2,813 ton m
M47 = 2 m4 + m7 = 1,467 ton m
M74 = 2 m7 + m4 = 1,723ton m
M78 = 1,864 m7 – 2,954 = -1,723 ton m
MA1 = 1 (0 + m1 + 0) +0 = 0,503 ton m
M21 = 0,932 (0 + m1 + 0) + 3,565 = 4,068 ton m
M54 = 1 (0 + m4 + 0) + 7,146 = 3,941 ton m
M87 = 0,932 (0 + m7 + 0) + 2,954 = 3,569 ton m
3.5.6 Gambar free body diagram dan bidang gaya dalam akibat beban mati
Gambar 3.21 hingga gambar 3.24 menunjukkan Gambar free body diagram
portal melintang (sumbu Y) dan bidang gaya dalam pada kondisi pembebanan
beban mati (DL)

Gambar 3.21 free body diagram akibat beban mati (DL)


Gambar 3.22 Bidang Momen akibat beban mati (DL)

Gambar 3.23 Bidang Geser akibat beban mati (DL)


Gambar 3.24 Bidang Normal akibat beban mati (DL)
3.6 Analisa Struktur Beban Hidup (LL) portal melintang ( arah Y )
Gambar 3.25 menunjukkan Gambar potongan melintang denah di bagian tengah
pada kondisi pembebanan beban hidup (LL)

Gambar 3.25 Pembebanan beban hidup Portal Melintang (Sumbu Y)

3.6.1 Perhitungan DOF


DOF = 3 j – ( 3 f + 2 h + r + m )
= 3 x 12 – ( 3 x 3 + 2 x 0 + 0 + 15 )
= 12
S =2j–( 2f+2h+r+ m)
= 2 x 12 – ( 2 x 3 + 2 x 0 + 0 + 15 )
=3
Jadi kebebasan rotasi = 9
kebebasan translasi =3
3.6.2 Faktor Kekakuan Batang
1 1 1
Ikolom : Ibalok lantai : Ibalok atap = x 400 x 4003 : x 300 x 5003 : x 300 x 5003
12 12 12
= 0,6827 : 1 : 1
E×Ikolom E×Ibalok lantai E×Ikolom
k1A : k12 : k41 : k45 : k74 : k78 = : : :
Lkolom Lbalok Lkolom

E×Ibalok lantai E×Ikolom E×Ibalok atap


: :
Lbalok Lkolom Lbalok
0,6827E 𝐸 0,6827E 𝐸 0,6287E 𝐸
= : : : : :
3500 5500 3500 5500 3500 5500

= 1 : 0,932 : 1 : 0,932 : 1 : 0,932

3.6.3 Perhitungan Momen Primer

1
M12 = - 12 x q x L2
1
= - 12 x 0,712 x 5,52

= - 1,794 Ton m
M21 = 1,794 Ton m

1
M45 = - 12 x q x L2
1
= - 12 x 0,712 x 5,52

= - 1,794 Ton m
M54 = 1,794 Ton m

1
M78 = - 12 x q x L2
1
= - 12 x 0,287 x 5,52

= - 0,723 Ton m
M87 = 0,723 Ton m
3.6.4 Analisa Perhitungan Takabeya
1. Titik 1
ƩM1 =0
M1A ̅ 1A) + Ṁ1A
= k (2m1 + mA + m
= 1 (2m1 + 0 + 0) – 0
= 2 m1
M12 ̅ 12 ) + Ṁ12
= k (2m1 + m2 + m
= 0.932 (2m1 + 0 + 0) – 1,794
= 1,864 m1 – 7,146
M14 ̅ 14 ) + Ṁ14
= k (2m1 + m4 + m
= 0,932 (2m1 + m4 + 0) – 0
= 1,864 m1 + 0,932 m4
ƩM1 = M12 + M1A + M14
0 = 4,728 m1 + 0,932 m4 – 1,794
2. Titik 4
ƩM4 =0
M41 ̅ 41 ) + Ṁ41
= 1 (2m4 + m1 + m
= 1 (2m4 + m1 + 0) – 0
= 2 m4 + m1
M45 ̅ 45 ) + Ṁ45
= k (2m4 + m5 + m
= 0,932 (2m4 + 0 + 0) – 1,794
= 1,864 m4 – 7,146
M47 ̅ 47 ) + Ṁ47
= k (2m4 + m7 + m
= 1 (2m4 + m7 + 0) + 0
= 2 m4 + m7
ƩM4 = M41 + M45 + M47
0 = 5,864 m4 + m1 + m7 – 1,794
3. Titik 7
ƩM7 =0
M74 ̅ 74 ) + Ṁ74
= k (2m7 + m4 + m
= 1 (2m7 + m4 + 0) + 0
= 2 m7 + m4
M78 ̅ 78 ) + Ṁ78
= k (2m7 + m8 + m
= 0,932 (2m7 + 0 + 0) – 0,723
= 1,864 m7 – 4,701
ƩM7 = M74 + M78
0 = 3,864 m7 + m4 – 0,723
Momen
𝑚1 𝑚4 𝑚7 Primer
4,720 0,932 0 1,794
1 5,864 1 1,794
0 1 3,864 0,723

Selesaikan persamaan tersebut dengan menggunakan eliminasi Gauss-Jordan,


sehingga diperoleh nilai-nilai momen parsial sebagai berikut :
𝑚 1 = 0,247 ton m
𝑚 4 = 0,223 ton m
𝑚 7 = 0,117 ton m

3.6.5 Momen Akhir


M1A = 2 m1 = 0,530 ton m
M12 = 1,864 m1 – 3,565 =-1,300 ton m
M14 = 1,864 m1 + 0,932 m4 = 0,770 ton m
M41 = 2 m4 + m1 = 0,744 ton m
M45 = 1,864 m4 – 3,565 = -1,348 ton m
M47 = 2 m4 + m7 = 0,604 ton m
M74 = 2 m7 + m4 = 0,490 ton m
M78 = 1,864 m7 – 2,954 = -0,490 ton m
MA1 = 1 (0 + m1 + 0) +0 = 0,265 ton m
M21 = 0,932 (0 + m1 + 0) + 3,565 = 2,041 ton m
M54 = 1 (0 + m4 + 0) + 7,146 = 2,017 ton m
M87 = 0,932 (0 + m7 + 0) + 2,954 = 0,840 ton m
3.6.6 Gambar free body diagram dan bidang gaya dalam akibat beban hidup

Gambar 3.26 hingga gambar 3.29 menunjukkan Gambar free body diagram
portal melintang (sumbu Y) dan bidang gaya dalam pada kondisi pembebanan
beban hidup (LL)

Gambar 3.26 free body diagram akibat beban hidup (LL)


Gambar 3.27 Bidang Momen akibat beban hidup (LL)

Gambar 3.28 Bidang Geser akibat beban hidup (LL)


Gambar 3.29 Bidang Normal akibat beban hidup (LL)
3.7 Analisa Struktur Beban Gempa Portal Melintang (Arah Y)
Gambar 3.30 menunjukkan Gambar potongan melintang denah di bagian tengah
pada kondisi pembebanan akibat beban gempa.

Gambar 3.30 Pembebanan Portal Melintang akibat Beban Gempa

3.7.1 Perhitungan DOF


DOF = 3 j – ( 3 f + 2 h + r + m )
= 3 x 12 – ( 3 x 3 + 2 x 0 + 0 + 15 )
= 12
S =2j–( 2f+2h+r+ m)
= 2 x 12 – ( 2 x 3 + 2 x 0 + 0 + 15 )
=3
Jadi kebebasan rotasi = 9
kebebasan translasi =3
3.7.2 Faktor Kekakuan Batang
1 1 1
Ikolom : Ibalok lantai : Ibalok atap = x 400 x 4003 : x 300 x 5003 : x 300 x 5003
12 12 12
= 0,6827 : 1 : 1
E×Ikolom E×Ibalok lantai E×Ikolom
k1A : k12 : k41 : k45 : k74 : k78 = : : :
Lkolom Lbalok Lkolom

E×Ibalok lantai E×Ikolom E×Ibalok atap


: :
Lbalok Lkolom Lbalok
0,6827E 𝐸 0,6827E 𝐸 0,6287E 𝐸
= : : : : :
3500 5500 3500 5500 3500 5500

=1 : 0,932 : 1 : 0,932 : 1 : 0,932

3.7.3 Perhitungan Momen Primer

Karena pada beban gempa tidak ada beban yang tegak lurus dengan frame
horizontal, maka nilai momen primer pada setiap titik bernilai 0 tm.

3.7.4 Mencari Persamaan Momen Parsial


a. Titik 1
ρ 1 = 2 (k1A + k12 + k14 )
= 2 (1 + 0,932 + 1)
= 5,864
̅ 12 = 0 ton m
τ1 = M
k1A 1
ɣ1A = = = 0,170
ρ1 5,864
k12 0,932
ɣ12 = = = 0,159
ρ1 5,864
k14 1
ɣ14 = = = 0,170
ρ1 5,864
τ1
m1 = – – γ12 x m2 – γ14 x (m4 + m
̅ II) – γ1A x (mA + m
̅ I)
ρ1
0
= – 0,159 m2 – 0,170 x (m4 + m
̅ II) – 0,170 x (mA + m
̅ I)
5,864

= 0 – 0,159 m2 – 0,170 m4 – 0,170 m


̅ II– 0,170 m
̅I
b. Titik 2
ρ 2 = 2 (k2B + k21 + k23 + k25 )
= 2 (1 + 0,932 + 0,932 + 1)
= 7,728
τ2 = 0 ton m
k2B 1
ɣ2B = = = 0,130
ρ2 7,728

k21 0,932
ɣ21 = = = 0,120
ρ2 7,728
k23 0,932
ɣ23 = = = 0,120
ρ2 7,728
k25 1
ɣ25 = = = 0,130
ρ2 7,728
τ2
m2 = – – γ21 x m1 – γ23 x m3 – γ25 x (m5 + m
̅ II) – γ2B x (mB + m
̅ I)
ρ2

= – 0,120 m1 – 0,120 m3 – 0,130 (m5 + m


̅ II) – 0,130m
̅I

c. Titik 3
ρ 3 = 2 (k3C + k32 + k36 )
= 2 (1 + 0,932 + 1)
= 5,864
̅ 32 = 0 ton m
τ3 = M
k3C 1
ɣ3C = = = 0,170
ρ3 5,864
k32 0,932
ɣ32 = = = 0,159
ρ3 5,864
k36 1
ɣ36 = = = 0,170
ρ3 5,864
τ3
m3 = – – γ32 x m2 – γ36 x (m6 + m
̅ II) – γ3C x (mC + m
̅ I)
ρ3
0
=– – 0,159 m2 – 0,170 x (m6 + m
̅ II) – 0,170 x (mC + m
̅ I)
5,864

= 0 – 0,159 m2 – 0,170 m6 – 0,170 m


̅ II – 0,170 m
̅I
d. Titik 4
ρ 4 = 2 (k41 + k45 + k47 )
= 2 (1 + 0,932 + 1)
= 5,864
̅ 45 = 0 ton m
τ4 = M
k41 1
ɣ41 = = = 0,170
ρ4 5,864
k45 0,932
ɣ45 = = = 0,159
ρ4 5,864
k47 1
ɣ47 = = = 0,170
ρ4 5,864
τ4
m4 = – – γ45 x m5 – γ41 x (m1 + m
̅ II) – γ47 x (m7 + m
̅ III)
ρ4
0
= – 0,159 m5 – 0,170 x (m1 + m
̅ II) – 0,170 x (m7 + m
̅ III)
5,864

= 0 – 0,159 m5 – 0,170 m1 – 0,170 m


̅ II – 0,170 m7 – 0,170 m
̅ III

e. Titik 5
ρ 5 = 2 (k52 + k54 + k56 + k58 )
= 2 (1 + 0,932 + 0,932 + 1)
= 7,728
τ2 = 0 ton m
k52 1
ɣ52 = = = 0,130
ρ2 7,728
k54 0,932
ɣ54 = = = 0,120
ρ2 7,728

k56 0,932
ɣ56 = = = 0,120
ρ2 7,728
k58 1
ɣ58 = = = 0,130
ρ2 7,728
τ5
m5 = – – γ54 x m4 – γ56 x m6 – γ52 x (m2 + m
̅ II) – γ58 x (m8 + m
̅ III)
ρ5

= – 0,120 m4 – 0,120 m6 – 0,130 (m2 + m


̅ II) – 0,130 (m8 + m
̅ III)

f. Titik 6
ρ 6 = 2 (k63 + k65 + k69 )
= 2 (1 + 0,932 + 1)
= 5,864
̅ 65 = 0 ton m
τ6 = M
k63 1
ɣ63 = = = 0,170
ρ6 5,864

k65 0,932
ɣ65 = = = 0,159
ρ6 5,864
k69 1
ɣ69 = = = 0,170
ρ6 5,864
τ6
m6 = – – γ65 x m5 – γ63 x (m3 + m
̅ II) – γ69 x (m9 + m
̅ III)
ρ6
0
=– – 0,159 m5 – 0,170 x (m3 + m
̅ II) – 0,170 x (m9 + m
̅ III)
5,864

= 0 – 0,159 m5 – 0,170 m3 – 0,170 m


̅ II – 0,170 m9 – 0,170 m
̅ III

g. Titik 7
ρ 7 = 2 (k74 + k78 )
= 2 (1 + 0,932)
= 3,864
̅ 78 = 0 ton m
τ7 = M
k74 1
ɣ74 = = = 0,259
ρ7 3,864
k78 0,932
ɣ78 = = = 0,241
ρ7 3,864
τ7
m7 = – – γ78 x m8 – γ74 x (m4 + m
̅ III)
ρ7
0
= – 0,241 m8 – 0,259 x (m4 + m
̅ III)
3,864

= 0– 0,241 m8 – 0,259 m4 – 0,259m


̅ III

h. Titik 8
ρ 8 = 2 (k85 + k87 + k89 )
= 2 (1 + 0,932 + 0,932)
= 5,728
τ8 = 0 ton m
k85 1
ɣ85 = = = 0,175
ρ8 5,728

k87 0,932
ɣ87 = = = 0,163
ρ8 5,728
k89 0,932
ɣ89 = = = 0,163
ρ8 5,728
τ8
m8 = – – γ87 x m7 – γ89 x m9 – γ85 x (m5 + m
̅ III)
ρ8

= – 0,163 m7 – 0,163 m9 – 0,175 (m5 + m


̅ II)

i. Titik 9
ρ 9 = 2 (k96 + k98 )
= 2 (1 + 0,932)
= 3,864
̅ 78 = 0 ton m
τ9 = M
k96 1
ɣ96 = = = 0,258
ρ9 3,864
k78 0,932
ɣ98 = = = 0,241
ρ7 3,864
τ9
m9 = – – γ98 x m8 – γ96 x (m6 + m
̅ III)
ρ9
0
=– – 0,241 m8 – 0,258 x (m6 + m
̅ III)
3,864

= 0 – 0,241 m8 – 0,258 m6 – 0,258m


̅ III

j. Tingkat I
TI = 2 (k1A + k2B + k3C)
= 2 (1 + 1 + 1)
=6
3 x k1A 3x1
t1A = t2B = t3C = = = 0,5
TI 6
Hxh
̅I = –
m – t1A (m1 + mA) – t2B (m2 + mB) – t3C (m3 + mC)
TI
3,5 x (3,507+6,182+7,040)
=– – 0,5 m1 – 0,5 m2 – 0,5 m3
6
= –9,759– 0,5 m1 – 0,5 m2 – 0,5 m3

k. Tingkat II
TII = 2 (k41 + k52 + k63 )
= 2 (1 + 1 + 1)
=6
3 x k41 3x1
t41 = t52 = t63 = = = 0,5
TII 6
H xh
̅ II = –
m – t41 (m4 + m1 ) – t52 (m5 + m2 ) – t63 (m6 + m3 )
TII
3,5 x (6,182+7,040)
=– – 0,5(m4 +m1 ) – 0,5 (m5 + m2 ) – 0,5 (m6 + m3 )
6

= –7,713– 0,5 m4 – 0,5 m1 – 0,5 m5 – 0,5 m2 – 0,5 m6 – 0,5 m3

l. Tingkat III
TIII = 2 (k74 + k85 + k96 )
= 2 (1 + 1 + 1)
=6
3 x k74 3x1
t74 = t85 = t96 = = = 0,5
TIII 6
Hxh
̅ III = –
m – t74 (m7 + m4 ) – t85 (m8 + m5 ) – t96 (m9 + m6 )
TIII
3,5 x (7,040)
=– – 0,5(m7 + m4 ) – 0,5 (m8 + m5 ) – 0,5 (m9 + m6 )
6

= – 4,1067– 0,5 m7 – 0,5 m4 – 0,5 m8 – 0,5 m5 – 0,5 m9 – 0,5 m6


1 0,159 0 0,171 0 0 0 0 0 0,171 0,171 0 0,00

0,121 1 0,121 0 0,129 0 0 0 0 0,129 0,129 0 0,00

0 0,159 1 0 0 0,171 0 0 0 0,171 0,171 0 0,00

0,171 0 0 1 0,159 0 0,171 0 0 0 0,171 0,171 0,00

0 0,129 0 0,121 1 0,121 0 0,129 0 0 0,129 0,129 0,00

0 0 0,171 0 0,159 1 0 0 0,171 0 0,171 0,171 0,00

0 0 0 0,259 0 0 1 0,241 0 0 0 0,259 0,00

0 0 0 0 0,175 0 0,163 1 0,163 0 0 0,175 0,00

0 0 0 0 0 0,259 0 0,241 1 0 0 0,259 0,00

0,5 0,5 0,5 0 0 0 0 0 0 1 0 0 -9,76

0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0 0 0 0 1 0 -7,71

0 0 0 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0 0 1 -4,11

Momen parsial dicari menggunakan cara Gauss Jordan, maka diperoleh :


Momen
m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7 m8 m9 m
̅I m
̅ II m
̅ III Primer
1,000 0,159 0,000 0,171 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,171 0,171 0,000 0,000

0,000 0,981 0,121 -0,021 0,129 0,000 0,000 0,000 0,000 0,109 0,109 0,000 0,000

0,000 0,000 0,980 0,003 -0,021 0,171 0,000 0,000 0,000 0,153 0,153 0,000 0,000

0,000 0,000 0,000 0,970 0,163 -0,001 0,171 0,000 0,000 -0,027 0,144 0,171 0,000

0,000 0,000 0,000 0,000 0,962 0,123 -0,022 0,129 0,000 -0,008 0,099 0,108 0,000
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,949 0,004 -0,022 0,171 -0,025 0,127 0,152 0,000

0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,954 0,247 -0,001 0,007 -0,035 0,217 0,000

0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,933 0,167 0,000 -0,009 0,121 0,000

0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,909 0,007 -0,032 0,185 0,000

0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -0,001 0,000 0,794 -0,176 0,023 -9,759

0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,602 -0,140 -9,878

0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,547 -6,121
Eliminasi Gauss Jordan tersebut akan memberikan nilai momen parsial sebagai
berikut:
m1 = 4,901 ton m
m2 = 3,047 ton m
m3 = 4,901 ton m
m4 = 3,621 ton m
m5 = 2,518 ton m
m6 = 3,621 ton m
m7 = 1,730 ton m
m8 = 0,951 ton m
m9 = 1,730 ton m
mI = -16,184 ton m
mII = -19,017 ton m
mIII = -11,192 ton m
Masukkan nilai momen parsial ke persamaan kesetimbangan takabeya maka didapat:
i. Titik 1
M1A = k (2m1 + mA +m ̅ 1A
̅ 1A) + M
= 1 (2 x 4,901 + 0 – 16,184) – 0
= -6,381 ton m
M12 ̅ 12 ) + Ṁ12
= k (2m1 + m2 +m
= 0,932 (2 x 4,901 + 3,047 + 0) – 0
= 11,976 ton m
M14 ̅ 14 ) + Ṁ1A
= k (2m1 + m4 +m
= 1 (2 x 4,901 + 3,621 – 19,017) – 0
= -5,594 ton m
checking
ƩM1 = M12 + M1A + M14
0 = 11,976 – 6,381 – 5,594
0 =0
ii. Titik 4
M41 = k (2m4 + m1 + m ̅ 41
̅ 41 ) + M
= 1 (2 x 3,621 + 4,901 – 19,017) – 0
= - 6,875 ton m
M45 = k (2m4 + m5 +m ̅ 45
̅ 45 ) + M
= 0,932 (2 x 3,621 + 2,518 + 0) – 0
= 9,096 ton m
M47 = k (2m4 + m7 +m ̅ 47
̅ 47 ) + M
= 1 (2 x 3,621 + 1,730 – 11,192) – 0
= -2,221 ton m
checking
ƩM4 = M41 + M45 + M47
0 = -6,875 + 9,096 – 2,221
0 =0

iii. Titik 7
M74 = k (2m7 + m4 +m ̅ 74
̅ 74 ) + M
= 1 (2 x 1,730 + 3,621 – 11,192) – 0
= -4,111 ton m
M78 = k (2m7 + m8 + m ̅ 78
̅ 78 ) + M
= 0,932 (2 x 1,730 + 0,951 + 0) – 0
= 4,111 ton m
checking
ƩM7 = M74 + M78
0 = -4,111 + 4,111
0 =0

iv. Titik 2
M2B = k (2m2 + mB+m ̅ 2B
̅ 2B) + M
= 1 (2 x 3,047 + 0 – 16,184) – 0
= -10,090 ton m
M21 = k (2m2 + m1 +m ̅ 21
̅ 12 ) + M
= 0,932 (2 x 3,047 + 4,901 + 0) + 0
= 10,248 ton m
M23 = k (2m2 + m3 +m ̅ 23
̅ 23 ) + M
= 0,932 (2 x 3,047 + 4,901 + 0) – 0
= 10,248 ton m
M25 = k (2m2 + m5 +m ̅ 25
̅ 25 ) + M
= 1 (2 x 3,047 + 2,518 – 19,017) – 0
= -10,405 ton m
checking
ƩM2 = M2B+ M21 + M23 + M25
0 = -10,090 + 10,248 + 10,248 – 10,405
0 =0

v. Titik 5
M52 = k (2m5 + m2 +m ̅ 52
̅ 25 ) + M
= 1 (2 x 2,518 + 3,047 – 19,017) – 0
= -10,934 ton m
M54 = k (2m5 + m4 +m ̅ 54
̅ 45 ) + M
= 0,932 (2 x 2,518 + 3,621 + 0) + 0
= 8,069 ton m
M56 = k (2m5 + m6 +m ̅ 56
̅ 56 ) + M
= 0,932 (2 x 2,518 + 3,621 + 0) – 0
= 8,069 ton m
M58 = k (2m5 + m8 +m ̅ 58
̅ 58 ) + M
= 1 (2 x 2,518 + 0,951 – 11,192) – 0
= -5,204 ton m
checking
ƩM5 = M52 + M54 + M56 + M58
0 = -10,934 + 8,069 + 8,069 – 5,204
0 =0
vi. Titik 8
M85 = k (2m8 + m5 +m ̅ 85
̅ 85 ) + M
= 1 (2 x 0,951 + 2,518 – 11,192 – 0
= -6,771 ton m
M87 = k (2m8 + m7 +m ̅ 87
̅ 78 ) + M
= 0,932 (2 x 0,951 + 1,730 + 0) + 0
= 3,386 ton m
M89 = k (2m8 + m9 +m ̅ 89
̅ 89 ) + M
= 0,932 (2 x 0,951 + 1,730 + 0)– 0
= 3,386 ton m
checking
ƩM8 = M85 + M87 + M89
0 = -6,771+ 3,386 + 3,386
0 =0
vii. Titik 3
M3C = k (2m3 + mC+m ̅ 3C
̅ 3C) + M
= 1 (2 x 4,901 + 0 – 16,184) – 0
= -6,381 ton m
M32 = k (2m3 + m2 +m ̅ 32
̅ 23 ) + M
= 0,932 (2 x 4,901 + 3,047 + 0) + 0
= 11,976 ton m
M36 = k (2m3 + m6 +m ̅ 36
̅ 36 ) + M
= 1 (2 x 4,901 + 3,621 – 19,017) – 0
= -5,594 ton m
checking
ƩM3 = M3C+ M32 + M36
0 = -6,381 + 11,976 – 5,594
0 =0
viii. Titik 6
M63 = k (2m6 + m3 +m ̅ 63
̅ 36 ) + M
= 1 (2 x 3,621 + 4,901 – 19,017) – 0
= -6,875 ton m
M65 = k (2m6 + m5 +m ̅ 65
̅ 56 ) + M
= 0,932 (2 x 3,621 + 2,518 + 0) + 0
= 9,096 ton m
M69 = k (2m6 + m9 +m ̅ 69
̅ 69 ) + M
= 1 (2 x 3,621 + 1,730 – 11,192) – 0
= -2,221 ton m
checking
ƩM6 = M63 + M65 + M69
0 = -6,875 + 9,096 – 2,221
0 =0

ix. Titik 9
M96 = k (2m9 + m6 +m ̅ 96
̅ 69 ) + M
= 1 (2 x 1,730 + 3,621 – 11,192) – 0
= -4,111 ton m
M98 = k (2m9 + m8 +m ̅ 98
̅ 89 ) + M
= 0,932 (2 x 1,730 + 0,951 + 0) + 0
= 4,111 ton m
checking
ƩM9 = M96 + M98
0 = -4,111 + 4,111
0 =0

MA1 = k (2mA+ m1 +m ̅ A1
̅ A1 ) + M
= 1 (0 + 4,901 – 16,184) + 0
= -11,283 ton m
MB2 = k (2mB+ m2 +m ̅ B2
̅ B2 ) + M
= 1 (0 + 3,047 – 16,184) + 0
= -13,137 ton m

MC3 = k (2mC+ m3 +m ̅ C3
̅ C3 ) + M
= 1 (0 + 4,901 – 16,184) + 0
= -11,283 ton m

3.7.5 Gambar free body diagram dan bidang gaya dalam akibat beban gempa
Gambar 3.31 hingga gambar 3.34 menunjukkan Gambar free body diagram
portal melintang (sumbu Y) dan bidang gaya dalam pada kondisi pembebanan
gempa.

Gambar 3.31 Free Body Diagram portal melintang akibat beban gempa
Gambar 3.32 Bidang Momen portal melintang akibat beban gempa

Gambar 3.33 Bidang Geser portal melintang akibat beban gempa


Gambar 3.34 Bidang Normal portal melintang akibat beban gempa
3.8 Analisa Struktur Beban Mati (DL) Portal Memanjang (Arah X)
Gambar 3.35 menunjukkan Gambar potongan memanjang denah di bagian
tengah pada kondisi pembebanan akibat beban mati (DL)

Gambar 3.35 Beban Mati (DL) pada portal memanjang

3.8.1 Perhitungan DOF


DOF = 3 j – ( 3 f + 2 h + r + m )
= 3 x 20 – ( 3 x 5 + 2 x 0 + 0 + 27 )
= 18
S =2j–( 2f+2h+r+ m)
= 2 x 20 – ( 2 x 5 + 2 x 0 + 0 + 27 )
=3
Jadi kebebasan rotasi = 15
kebebasan translasi =3

3.8.2 Faktor Kekakuan Batang


1 1 1
Ikolom : Ibalok lantai : Ibalok atap = x 400 x 4003 : x 300 x 5003 : x 300 x 5003
12 12 12
= 0,6827 : 1 : 1
E×Ikolom E×Ibalok lantai E×Ikolom
k1A : k12 : k41 : k45 : k74 : k78 = : : :
Lkolom Lbalok Lkolom

E×Ibalok lantai E×Ikolom E×Ibalok atap


: :
Lbalok Lkolom Lbalok
0,6827E E 0,6827E E 0,6287E E
= : : : : :
3500 6500 3500 6500 3500 6500
= 1 : 0,7887 : 1 : 0,7887 : 1 : 0,7887

3.8.3 Perhitungan Momen Primer

1 1
M12 = - 12 x q x L2 - 8 x P x L
1 1
= - 12 x 1,134 x 6,52 - 8 x 7,194 x 6,5

= - 9,838 Ton m
M21 = 9,838Ton m

1 1
M67 = - 12 x q x L2 - 8 x P x L
1 1
= - 12 x 1,134 x 6,52 - 8 x 7,194 x 6,5

= - 9,838 Ton m
M76 = 9,838 Ton m

1 1
M1112 = - x q x L2 - x P x L
12 8
1 1
= - 12 x 0,953 x 6,52 - 8 x 5,853 x 6,5

= - 8,111 Ton m
M1211 = 8,111 Ton m

3.8.4 Analisa Perhitungan Takabeya


ƩM1 =0
M1A = k (2m1 + mA + m ̅ 1A
̅ 1A) + M
= 1 (2m1 + 0 + 0) – 0
= 2 m1
M12 = k (2m1 + m2 + m ̅ 12
̅ 12 ) + M
= 0,7887 (2m1 + m2 + 0) – 9,838
= 1,578 m1 + 0,789 m2 – 9,838

M16 = k (2m1 + m6 + m ̅ 1A
̅ 16 ) + M
= 1 (2m1 + m6 + 0) – 0
= 2 m1 + m4
ƩM1 = M12 + M1A + M16
0 = 5,578 m1 + 0,789 m2 + m6 – 9,838

ƩM6 =0
M61 = k (2m6 + m1 + m ̅ 61
̅ 61 ) + M
= 1 (2m6 + m1 + 0) – 0
= 2 m6 + m1
M67 = k (2m6 + m7 + m ̅ 67
̅ 67 ) + M
= 0,7887 (2m6 + m7 + 0) – 9,838
= 1,578 m6 + 0,789 m7 – 9,838
M611 = k (2m6 + m11 + m ̅ 611
̅ 611 ) + M
= 1 (2m6 + m11 + 0) – 0
= 2 m6 + m11
ƩM6 = M61 + M67 + M611
0 = 5,578 m6 + m1 + 0,789 m7 + m11 – 9,838

ƩM11 =0
M116 = k (2m11 + m6 + m ̅ 116
̅ 116 ) + M
= 1 (2m11 + m6 + 0) – 0
= 2 m11 + m6
M1112 = k (2m11 + m12 + m ̅ 1112
̅ 1112 ) + M
= 0,7887 (2m11 + m12 + 0) – 8,111
= 1,577 m11 + 0,7887 m12 – 8,111
ƩM11 = M116 + M1112
0 = 3,577 m11 + m6 + 0,7887 m12 – 8,111

ƩM2 =0
M2B = k (2m2 + mB + m ̅ 2B
̅ 2B) + M
= 1 (2m2 + 0 + 0) – 0
= 2 m2
M21 = k (2m2 + m1 + m ̅ 21
̅ 21 ) + M
= 0,7887 (2m2 + m1 + 0) + 9,838
= 1,578 m2 + 0,789 m1 + 9,838
M23 = k (2m2 + m3 + m ̅ 23
̅ 23 ) + M
= 0,7887 (2m2 + 0 + 0) – 9,838
= 1,578 m2 – 9,838
M27 = k (2m2 + m7 + m ̅ 27
̅ 27 ) + M
= 1 (2m2 + m7 + 0) – 0
= 2 m2 + m7
ƩM2 = M21 + M2B + M23 + M27
0 = 7,155 m2 + 0,789 m1 + m7

ƩM7 =0
M72 = k (2m7 + m2 + m ̅ 72
̅ 72 ) + M
= 1 (2m7 + m2 + 0) – 0
= 2 m7 + m2
M76 = k (2m7 + m6 + m ̅ 76
̅ 76 ) + M
= 0,7887 (2m7 + m6 + 0) + 9,838
= 1,578 m7 + 0,789 m6 + 9,838
M78 = k (2m7 + m8 + m ̅ 78
̅ 78 ) + M
= 0,7887 (2m7 + 0 + 0) – 9,838
= 1,578 m7 – 9,838
M712 = k (2m7 + m12 + m ̅ 712
̅ 712 ) + M
= 1 (2m7 + m12 + 0) – 0
= 2 m7 + m12
ƩM7 = M76 + M72 + M78 + M712
0 = 7,155 m7 + m2 + 0,789 m6 + m12
ƩM12 =0
M127 = k (2m12 + m7 + m ̅ 127
̅ 127 ) + M
= 1 (2m12 + m7 + 0) – 0
= 2 m12 + m7
M1211 = k (2m12 + m11 + m ̅ 1211
̅ 1211 ) + M
= 0,7887 (2m12 + m11 + 0) + 8,111
= 1,577 m12 + 0,7887 m11 + 8,111
M1213 = k (2m12 + m13 + m ̅ 1213
̅ 1213 ) + M
= 0,7887 (2m12 + 0 + 0) – 8,111
= 1,577 m12 – 8,111
ƩM12 = M127 + M1211 + M1213
0 = 5,154 m12 + m7 + 0,7887 m11

Selesaikan persamaan tersebut dengan menggunakan eliminasi Gauss-Jordan,


sehingga diperoleh nilai-nilai momen parsial sebagai berikut :
m1 = 1,585 tonm m6 = 1,126 tonm m11 = 2,018 tonm
m2 = -0,166 tonm m7 = -0,059 tonm m12 = -0,297 tonm

3.8.5 Momen Akhir


M1A = 2 m1 = 3,171 ton m
M12 = 1,578 m1 + 0,789 m2 – 19,231 = -7,468 ton m
M16 = 2 m1 + m6 = 4,297 ton m
M61 = 2 m6 + m1 = 3,838 ton m
M67 = 1,578 m6 + 0,789 m7 – 19,231 = -8,108 ton m
M611 = 2 m6 + m11 = 4,270 ton m
M116 = 2 m11 + 1 m6 = 5,162 ton m
M1112 = 0,673 m11 + 0,337 m12 – 10,754 = -5,162 ton m
M2B = 2 m2 = -0,333 ton m
M21 = 1,578 m2 + 0,789 m1 + 19,231 = 10,826 ton m
M23 = 1,578 m2 + 0,789 m3 – 19,231 = -10,101 ton m
M27 = 2 m2 + m7 = -0,392 ton m
M72 = 2 m7 + m2 = -0,285 ton m
M76 = 2 m7 + m6 + 19,231 = 10,633 ton m
M78 = 2 m7 + m8 – 19,231 = -9,932 ton m
M712 = 2 m7 + m12 = -0,416 ton m
M127 = 2 m12 + m7 = -0,654 ton m
M1211 = 0,673 m12 + 0,337 m11 – 10,754 = 9,234 ton m
M1213 = 0,673 m12 + 0,337 m13 – 10,754 = -8,580 ton m
MA1 = 1 (0 + m1 + 0) + 0 = 1,585 ton m
MB2 = 1 (0 + m2 + 0) + 0 = -0,166 ton m
M32 = 0,789 (0 + m2 + 0) + 19,231 = 9,707 ton m
M87 = 0,789 (0 + m7 + 0) + 19,231 = 9,791 ton m
M1312 = 0,337 (0 + m12 + 0) + 10,754 = 7,877 ton m
3.8.6 Gambar free body diagram dan bidang gaya dalam portal memanjang
akibat beban mati (DL)
Gambar 3.36 hingga gambar 3.39 menunjukkan Gambar free body diagram
portal memanjang (sumbu X) dan bidang gaya dalam pada kondisi
pembebanan akibat beban mati (DL).

3.9 Analisa Struktur Portal Memanjang (Arah X) dengan Gempa


Gambar 3.21 menunjukkan Gambar potongan memanjang denah di bagian
tengah pada kondisi pembebanan dengan gempa.

Gambar 3.21 Pembebanan Portal Memanjang dengan Gempa

3.9.1 Perhitungan DOF


DOF = 3 j – ( 3 f + 2 h + r + m )
= 3 x 20 – ( 3 x 5 + 2 x 0 + 0 + 27 )
= 18
S =2j–( 2f+2h+r+ m)
= 2 x 20 – ( 2 x 5 + 2 x 0 + 0 + 27 )
=3

Jadi kebebasan rotasi = 15


kebebasan translasi =3

3.9.2 Faktor Kekakuan Batang


1 1 1
Ikolom : Ibalok lantai : Ibalok atap = x 400 x 4003 : x 300 x 5003 : x 300 x 5003
12 12 12
= 0,6827 : 1 : 1
E×Ikolom E×Ibalok lantai E×Ikolom
k1A : k12 : k41 : k45 : k74 : k78 = : : :
Lkolom Lbalok Lkolom

E×Ibalok lantai E×Ikolom E×Ibalok atap


: :
Lbalok Lkolom Lbalok

0,6827E E 0,6827E E 0,6287E E


= : : : : :
3500 6500 3500 6500 3500 6500
= 1: 0,7887 : 1 : 0,7887 : 1 : 0,7887

3.9.3 Perhitungan Momen Primer


1 1
M12 = - 12 x q x L2 - 8 x P x L
1 1
= - 12 x 1,902 x 6,52 - 8 x 12,581 x 6,5

= - 16,919 Ton m
M21 = 16,919 Ton m
1 1
M67 = - x q x L2 - x P x L
12 8
1 1
= - 12 x 1,902 x 6,52 - 8 x 12,581 x 6,5

= - 16,919 Ton m
M67 = 16,919 Ton m
1 1
M1112 = - 12 x q x L2 - 8 x P x L
1 1
= - 12 x 1,359 x 6,52 - 8 x8,063 x 6,5

= - 11,336 Ton m
M1122 = 11,336 Ton m
3.9.4 Analisa Perhitungan Takabeya
a. Titik 1
ρ 1 = 2 (k1A + k12 + k16 )
= 2 (1 + 0,789 + 1)
= 5,578
̅ 12 = -16,386 ton m
τ1 = M
k1A 1
ɣ1A = = = 0,179
ρ1 5,578
k12 1
ɣ12 = = = 0,141
ρ1 5,578
k14 1
ɣ14 = = = 0,179
ρ1 5,578
τ1
m1 = – – γ12 x m2 – γ14 x (m4 + m
̅ II) – γ1A x (mA + m
̅ I)
ρ1
16,919
= – 0,141 m2 – 0,179 x (m4 + m
̅ II) – 0,179 x (mA + m
̅ I)
5,578

= 3,033 – 0,141 m2 – 0,179 m4 – 0,179 m


̅ II– 0,179 m
̅I

b. Titik 2
ρ 2 = 2 (k2B + k21 + k23 + k27 )
= 2 (1 + 0,789 + 0,789 + 1)
= 7,155
τ2 = 0 ton m
k2B 1
ɣ2B = = = 0,140
ρ2 7,155
k21 0,789
ɣ21 = = = 0,110
ρ2 7,155
k23 0,789
ɣ23 = = = 0,110
ρ2 7,155

k25 1
ɣ25 = = = 0,140
ρ2 7,155
τ2
m2 = – – γ21 x m1 – γ23 x m3 – γ25 x (m5 + m
̅ II) – γ2B x (mB + m
̅ I)
ρ2

= – 0,110 m1 – 0,110 m3 – 0,140 (m5 + m


̅ II) – 0,140 m
̅I
c. Titik 3
Ρ3 = 2 (k3C + k32 + k34 + k38 )
= 2 (1 + 0,789 + 0,789 + 1)
= 7,155
τ3 = 0 ton m
k3C 1
ɣ3C = = = 0,140
ρ3 7,155
k32 0,789
ɣ32 = = = 0,110
ρ3 7,155
k34 0,789
ɣ34 = = = 0,110
ρ3 7,155

k38 1
ɣ38 = = = 0,140
ρ3 7,155
τ3
m3 = – – γ32 x m2 – γ34 x m4 – γ38 x (m8 + m
̅ II) – γ3C x (mC + m
̅ I)
ρ3

= – 0,110 m2 – 0,110 m4 – 0,140 (m8 + m


̅ II) – 0,140 m
̅I

d. Titik 4
Ρ4 = 2 (k4D + k43 + k45 + k49 )
= 2 (1 + 0,789 + 0,789 + 1)
= 7,155
τ4 = 0 ton m
k4D 1
ɣ4D = = = 0,140
ρ4 7,155
k43 1
ɣ43 = = = 0,110
ρ4 7,155

k45 1
ɣ45 = = = 0,110
ρ4 7,155
k49 1
ɣ49 = = = 0,140
ρ4 7,155
τ4
m4 = – – γ43 x m3 – γ45 x m5 – γ49 x (m9 + m
̅ II) – γ4D x (mD + m
̅ I)
ρ4

= – 0,110 m3 – 0,110 m5 – 0,140 (m9 + m


̅ II) – 0,140 m
̅I
e. Titik 5
ρ 5 = 2 (k5D + k54 + k510 )
= 2 (1 + 0,789 + 1)
= 5,578
̅ 54 = 16,386 ton m
τ5 = M
k5D 1
ɣ5D = = = 0,179
ρ5 5,578
k54 1
ɣ54 = = = 0,141
ρ5 5,578
k510 1
ɣ510 = = = 0,179
ρ5 5,578
τ5
m5 = – – γ54 x m4 – γ510 x (m10 + m
̅ II) – γ5D x (mD + m
̅ I)
ρ5
16,919
=– – 0,141 m4 – 0,179 x (m10 + m
̅ II) – 0,179 x (mD + m
̅ I)
5,578

= – 3,033 – 0,141 m4 – 0,179 m10 – 0,179 m


̅ II – 0,179 m
̅I

f. Titik 6
Ρ6 = 2 (k61 + k67 + k611 )
= 2 (1 + 0,789 + 1)
= 5,578
̅ 67 = -16,386 ton m
τ6 = M
k61 1
ɣ61 = = = 0,179
ρ6 5,578

k67 1
ɣ67 = = = 0,141
ρ6 5,578
k611 1
ɣ611 = = = 0,179
ρ6 5,578
τ6
m6 = – – γ67 x m7 – γ61 x (m1 + m
̅ II) – γ611 x (m11 + m
̅ III)
ρ6
16,919
= – 0,141 m7 – 0,179 x (m1 + m
̅ II) – 0,179 x (m11 + m
̅ III)
5,578

= 3,033 – 0,141 m7 – 0,179 m1 – 0,179 m


̅ II – 0,179 m11 – 0,179 m
̅ III

g. Titik 7
ρ 7 = 2 (k72 + k76 + k78 + k712 )
= 2 (1 + 0,789 + 0,789 + 1)
= 7,155
τ7 = 0 ton m
k72 1
ɣ72 = = = 0,140
ρ7 7,155
k76 1
ɣ76 = = = 0,110
ρ7 7,155
k78 1
ɣ78 = = = 0,110
ρ7 7,155
k712 1
ɣ712 = = = 0,140
ρ7 7,155
τ7
m7 = – – γ76 x m6 – γ78 x m8 – γ72 x (m2 + m
̅ II) – γ712 x (m12 + m
̅ III)
ρ7

= – 0,110 m6 – 0,110 m8 – 0,140 (m2 + m


̅ II) – 0,140 (m12 + m
̅ III)

h. Titik 8
ρ 8 = 2 (k83 + k87 + k89 + k813 )
= 2 (1 + 0,789 + 0,789 + 1)
= 7,155
τ8 = 0 ton m
k83 1
ɣ83 = = = 0,140
ρ8 7,155
k87 1
ɣ87 = = = 0,110
ρ8 7,155
k89 1
ɣ89 = = = 0,110
ρ8 7,155

k813 1
ɣ813 = = = 0,140
ρ8 7,155
τ8
m8 = – – γ87 x m7 – γ89 x m9 – γ83 x (m3 + m
̅ II) – γ813 x (m13 + m
̅ III)
ρ8

= – 0,110 m7 – 0,110 m9 – 0,140 (m3 + m


̅ II) – 0,140 (m13 + m
̅ III)

i. Titik 9
ρ 9 = 2 (k94 + k98 + k910 + k914 )
= 2 (1 + 0,789 + 0,789 + 1)
= 7,155
τ9 = 0 ton m
k94 1
ɣ94 = = = 0,140
ρ9 7,155
k98 1
ɣ98 = = = 0,110
ρ9 7,155
k910 1
ɣ910 = = = 0,110
ρ9 7,155
k914 1
ɣ914 = = = 0,140
ρ9 7,155
τ9
m9 = – – γ98 x m8 – γ910 x m10 – γ94 x (m4 + m
̅ II) – γ914 x (m14 + m
̅ III)
ρ9

= – 0,110 m8 – 0,110 m10 – 0,140 (m4 + m


̅ II) – 0,140 (m14 + m
̅ III)

j. Titik 10
ρ 10 = 2 (k105 + k109 + k1015 )
= 2 (1 + 0,789 + 1)
= 5,578
̅ 109 = 16,386 ton m
τ10 = M
k105 1
ɣ105 = = = 0,179
ρ10 5,578

k109 1
ɣ109 = = = 0,141
ρ10 5,578
k1015 1
ɣ1015 = = = 0,179
ρ10 5,578
τ10
m10 = – – γ109 x m9 – γ105 x (m5 + m
̅ II) – γ1015 x (m15 + m
̅ III)
ρ10
16,919
=– – 0,141 m9 – 0,179 x (m5 + m
̅ II) – 0,179 x (m15 + m
̅ III)
5,578

= –3,033 – 0,141 m9 – 0,179 m5 – 0,179 m


̅ II – 0,179 m15 – 0,179 m
̅ III

k. Titik 11
ρ 11 = 2 (k116 + k1112 )
= 2 (1 + 0,789)
= 3,578
̅ 1112 = -11,336 ton m
τ11 = M
k116 1
ɣ116 = = = 0,279
ρ11 3,578

k1112 0,789
ɣ1112 = = = 0,220
ρ11 3,578
τ11
m11 = – – γ1112 x m12 – γ116 x (m6 + m
̅ III)
ρ11
11,336
= – 0,220 m12 – 0,279 x (m6 + m
̅ III)
3 ,578

= 3,168 – 0,220 m12 – 0,279 m6 – 0,279 m


̅ III

l. Titik 12
ρ 12 = 2 (k127 + k1211 + k1213)
= 2 (1 + 0,789 + 0,789)
= 5,156
τ12 = 0 ton m
k2B 1
ɣ127 = = = 0,194
ρ8 5,156
k1211 0,789
ɣ1211 = = = 0,153
ρ11 5,156

k1213 0,789
ɣ1213 = = = 0,153
ρ11 5,156
τ12
m12 = – – γ1211 x m11 – γ1213 x m13 – γ127 x (m7 + m
̅ III)
ρ12

= – 0,153 m11 – 0,153 m13 – 0,194 (m7 + m


̅ III)

m. Titik 13
ρ 13 = 2 (k138 + k1312 + k1314)
= 2 (1 + 0,789 + 0,789)
= 5,156
τ13 = 0 ton m
k138 1
ɣ138 = = = 0,194
ρ13 5,156
k1312 0,789
ɣ1312 = = = 0,153
ρ13 5,156
k1314 0,789
ɣ1314 = = = 0,153
ρ13 5,156
τ13
m13 = – – γ1312 x m12 – γ1314 x m14 – γ138 x (m8 + m
̅ III)
ρ13

= – 0,153 m12 – 0,153 m14 – 0,194 (m8 + m


̅ III)
n. Titik 14
ρ 14 = 2 (k149 + k1413 + k1415)
= 2 (1 + 0,789 + 0,789)
= 5,156
τ14 = 0 ton m
k149 1
ɣ149 = = = 0,194
ρ14 5,156

k1413 0,789
ɣ1413 = = = 0,153
ρ14 5,156
k1415 0,789
ɣ1415 = = = 0,153
ρ14 5,156
τ14
m14 = – – γ1413 x m13 – γ1415 x m15 – γ149 x (m9 + m
̅ III)
ρ14

= – 0,153 m13 – 0,153 m15 – 0,194 (m9 + m


̅ III)

o. Titik 15
ρ 15 = 2 (k1510 + k159 )
= 2 (1 + 0,789)
= 3,578
̅ 1514 = 11,336 ton m
τ15 = M
k1510 1
ɣ1510 = = = 0,279
ρ15 3,578
k1514 0,789
ɣ1514 = = = 0,220
ρ15 3,578
τ15
m15 = – – γ1514 x m14 – γ1510 x (m10 + m
̅ III)
ρ15
11,336
=– – 0,220m14 – 0,279 x (m10 + m
̅ III)
3 ,578

= –3,16 – 0,220 m8 – 0,279 m6 – 0,279 m


̅ III

p. Tingkat I
TI = 2 (k1A + k2B + k3C + k4E + k5D)
= 2 (1 + 1 + 1 + 1 + 1)
= 10
3 x k1A 3x1
t1A = t2B = t3C = t4D = t5E = = = 0,3
TI 10
Hxh
̅I = –
m – t1A (m1 + mA) – t2B (m2 + mB) – t3C (m3 + mC) – t1A (m1 +
TI

mA) – t2B (m2 + mB)


3,5 x (5,848+10,303+11,735)
=– – 0,3 m1 – 0,3 m2 – 0,3 m3 – 0,3 m4 –
10

0,3 m5
= –9,760 – 0,3 m1 – 0,3 m2 – 0,3 m3 – 0,3 m4 – 0,3 m5

q. Tingkat II
TII = 2 (k61 + k72 + k83 + k94 + k105 )
= 2 (1 + 1 + 1 + 1 + 1)
= 10
3 x k61 3x1
t61 = t72 = t83 = t94 = t105 = = = 0,3
TII 10
H xh
̅ II = –
m – t61 (m6 + m1 ) – t72 (m7 + m2 ) – t83 (m8 + m3 ) – t94 (m9 +
TII
m4 ) – t105 (m10 + m5 )
3,5 x (10,303+11,735)
=– – 0,3 m1 – 0,3 m2 – 0,3 m3 – 0,3 m4 – 0,3
10

m5 – 0,3 m6 – 0,3 m7 – 0,3 m8 – 0,3 m9 – 0,3 m10


= –7,7133 – 0,3 m1 – 0,3 m2 – 0,3 m3 – 0,3 m4 – 0,3 m5 – 0,3 m6 –
0,3 m7 – 0,3 m8 – 0,3 m9 – 0,3 m10
r. Tingkat III
TIII = 2 (k116 + k127 + k138 + k149 + k1510 )
= 2 (1 + 1 + 1 + 1 + 1)
= 10
3 x k116 3x1
T116 = t127 = t138 = t149 = t1510 = = = 0,3
TIII 10
Hxh
̅ III = –
m – t116 (m6 + m11 ) – t127 (m7 + m12 ) – t138 (m8 + m13 ) – t149
TIII
(m9 + m14 ) – t1510 (m10 + m15 )
3,5 x (11,735)
=– – 0,3 m11 – 0,3 m12 – 0,3 m13 – 0,3 m14 – 0,3 m15 –
10
0,3 m6 – 0,3 m7 – 0,3 m8 – 0,3 m9 – 0,3 m10
= –4,107 – 0,3 m11 – 0,3 m12 – 0,3 m13 – 0,3 m14 – 0,3 m15 – 0,3 m6 –
0,3 m7 – 0,3 m8 – 0,3 m9 – 0,3 m10
Momen parsial dicari menggunakan cara eliminasi Gauss Jordan, maka
diperoleh matriks seperti berikut :

Eliminasi Gauss Jordan tersebut akan memberikan nilai momen parsial sebagai
berikut:
m1 = 7,760 ton m
m2 = 3,218 ton m
m3 = 3,680 ton m
m4 = 3,774 ton m
m5 = 2,364 ton m
m6 = 5,787 ton m
m7 = 2,638 ton m
m8 = 2,845 ton m
m9 = 2,915 ton m
m10 = 1,605 ton m
m11 = 4,450 ton m
m12 = 0,745 ton m
m13 = 1,229 ton m
m14 = 1,508 ton m
m15 = -0,887 ton m
mI = -15,999 ton m
mII = -18,689 ton m
mIII = -10,957 ton m

Masukkan nilai momen parsial ke persamaan kesetimbangan takabeya maka didapat:


M1A = k (2m1 + mA + m ̅ 1A
̅ 1A) + M
= 1 (2 x 7,760+ 0 – 15,999) – 0
= -0,479 ton m
M12 = k (2m1 + m2 + m ̅ 12
̅ 12 ) + M
= 0,7887 (2 x 7,760 + 3,218 + 0) – 16,919
= -2,139 ton m
M16 = k (2m1 + m6 + m ̅ 1A
̅ 16 ) + M
= 1 (2 x 7,760 + 5,787 – 18,689) – 0
= 2,168 ton m
checking
ƩM1 = M12 + M1A + M14
0 = -0,479 – 2,139 + 2,618
0 =0

M61 = k (2m6 + m1 + m ̅ 61
̅ 61 ) + M
= 1 (2 x 5,787 + 7,760 – 18,689) – 0
= 0,644 ton m
M67 = k (2m6 + m7 + m ̅ 67
̅ 67 ) + M
= 0,7887 (2 x 5,787 + 2,638 + 0) – 16,919
= -5,710 ton m
M611 = k (2m6 + m11 + m ̅ 611
̅ 611 ) + M
= 1 (2 x 5,787 + 4,450 – 10,957) – 0
= 5,065 ton m
checking
ƩM6 = M61 + M67 + M611
0 = 0,644 – 5,710 + 5,065
0 =0

M116 = k (2m11 + m6 + m ̅ 116


̅ 116 ) + M
= 1 (2 x 4,450 + 5,787 – 10,957) – 0
= 3,729 ton m
M1112 = k (2m11 + m12 + m ̅ 1112
̅ 1112 ) + M
= 0,7887 (2 x 4,450 + 0,745 + 0) – 11,336
= -3,729 ton m
checking
ƩM11 = M116 + M1112
0 = 3,729 – 3,729
0 =0

M2B = k (2m2 + mB + m ̅ 2B
̅ 2B) + M
= 1 (2 x 3,218 + 0 – 15,9999) – 0
= -9,563 ton m
M21 = k (2m2 + m1 + m ̅ 21
̅ 12 ) + M
= 0,7887 (2 x 3,218 + 7,760 + 0) + 16,919
= 28,116 ton m
M23 = k (2m2 + m3 + m ̅ 23
̅ 23 ) + M
= 0,7887 (2 x 3,218 + 3,680 + 0) – 16,919
= -8,939 ton m
M27 = k (2m2 + m7 + m ̅ 27
̅ 27 ) + M
= 1 (2 x 3,218+ 2,638 – 18,689) – 0
= -9,615 ton m
checking
ƩM2 = M2B + M21 + M23 + M27
0 = -9,563 + 28,116 – 8,939 – 9,615
0 =0

M72 = k (2m7 + m2 + m ̅ 72
̅ 72 ) + M
= 1 (2 x 2,638 + 3,218– 18,689) – 0
= -10,195 ton m
M76 = k (2m7 + m6 + m ̅ 76
̅ 76 ) + M
= 0,7887 (2 x 2,638+ 5,787+ 0) + 16,919
= 25,644 ton m
M78 = k (2m7 + m8 + m ̅ 78
̅ 78 ) + M
= 0,7887 (2 x 2,638+ 2,845 + 0) – 16,919
= -10,513 ton m
M712 = k (2m7 + m12 + m ̅ 172
̅ 712 ) + M
= 1 (2 x 2,638 + 0,745 – 10,957) – 0
= -4,937 ton m

checking
ƩM7 = M72 + M76 + M78 + M712
0 = -10,195 + 25,644 – 10,513 – 4,937
0 =0

M127 = k (2m12 + m7 + m ̅ 127


̅ 127 ) + M
= 1 (2 x 0,745+ 2,638 – 10,957) – 0
= -6,830ton m
M1211 = k (2m12 + m11 + m ̅ 1211
̅ 1211 ) + M
= 0,3365 (2 x 0,745 + 4,450 + 0) + 11,336
= 16,021 ton m
M1213 = k (2m12 + m13 + m ̅ 1213
̅ 1213 ) + M
= 0,7887 (2 x 0,745 + 1,229 + 0) – 11,336
= -9,191 ton m
checking
ƩM12 = M127 + M1211 + M1213
0 = -6,830 + 16,021 – 9,191
0 =0

M3C = k (2m3 + mC + m ̅ 3C
̅ 3C) + M
= 1 (2 x 3,680 + 0 – 18,689) – 0
= -8,640 ton m
M32 = k (2m3 + m2 + m ̅ 32
̅ 32 ) + M
= 0,7887 (2 x 3,680 + 3,218 + 0) + 16,919
= 25,262 ton m
M34 = k (2m3 + m4 + m ̅ 34
̅ 34 ) + M
= 0,7887 (2 x 3,680 + 3,774 + 0) + 16,919
= -8,137 ton m
M38 = k (2m3 + m8 + m ̅ 38
̅ 38 ) + M
= 1 (2 x 3,680 + 2,845 – 18,689) – 0
= -8,485 ton m
checking
ƩM3 = M3C + M32 + M34 + M38
0 = -8,640 + 25,262 – 8,137 – 8,485
0 =0

M83 = k (2m8 + m3 + m ̅ 83
̅ 83 ) + M
= 1 (2 x 2,845 + 3,680 – 18,689) – 0
= -9,319 ton m
M87 = k (2m8 + m7 + m ̅ 87
̅ 87 ) + M
= 0,7887 (2 x 2,845 + 2,638 + 0) + 16,919
= 23,488 ton m
M89 = k (2m8 + m9 + m ̅ 89
̅ 89 ) + M
= 1 (2 x 2,845 + 2,915 – 10,957) – 0
= -10,131 ton m
M813 = k (2m8 + m13 + m ̅ 813
̅ 813 ) + M
= 1 (2 x 2,845 + 1,229 – 10,957) – 0
= -4,038 ton m
checking
ƩM8 = M83 + M87 + M89 + M813
0 = -9,319 + 23,488 – 10,131 – 4,038
0 =0

M138 = k (2m13 + m8 + m ̅ 138


̅ 138 ) + M
= 1 (2 x 1,229 + 2,845 – 10,957) – 0
= -5,654 ton m
M1312 = k (2m13 + m12 + m ̅ 1312
̅ 1312 ) + M
= 0,7887 (2 x 1,229 + 0,745 + 0) + 11,336
= 13,862 ton m
M1314 = k (2m13 + m14 + m ̅ 1314
̅ 1314 ) + M
= 0,7887 (2 x 1,229 + 1,508 + 0) + 11,336
= -8,208 ton m
checking
ƩM13 = M138 + M1312 + M1314
0 = -5,654 + 13,862 – 8,208
0 =0

M4D = k (2m4 + mD + m ̅ 4D
̅ 4D) + M
= 1 (2 x 3,774 + 0 – 15,999) – 0
= -8,450 ton m
M43 = k (2m4 + m3 + m ̅ 43
̅ 43 ) + M
= 0,7887 (2 x 3,774 + 3,680 + 0) + 16,919
= 25,775 ton m
M45 = k (2m4 + m5 + m ̅ 45
̅ 45 ) + M
= 0,7887 (2 x 3,774 + 2,364 + 0) + 16,919
= -9,099 ton m
M49 = k (2m4 + m9 + m ̅ 49
̅ 49 ) + M
= 1 (2 x 3,774 + 2,915 – 18,689) – 0
= -8,226 ton m
checking
ƩM4 = M4D + M43 + M45 + M49
0 = -8,450 + 25,775 – 9,099 – 8,226
0 =0

M5E = k (2m5 + mE + m ̅ 5E
̅ 5E) + M
= 1 (2 x 2,364 + 0 – 15,999) – 0
= -11,270 ton m
M54 = k (2m5 + m4 + m ̅ 54
̅ 54 ) + M
= 0,7887 (2 x 2,364 + 3,774 + 0) – 16,919
= 23,626 ton m
M510 = k (2m5 + m10 + m ̅ 510
̅ 510 ) + M
= 1 (2 x 2,364 + 1,605 – 18,689) – 0
= -12,355 ton m
checking
ƩM5 = M5E + M54 + M510
0 = -11,270 + 23,626 – 12,355
0 =0

M105 = k (2m10 + m5 + m ̅ 105


̅ 105 ) + M
= 1 (2 x 1,605 + 2,364 – 18,689) – 0
= -13,115 ton m
M109 = k (2m10 + m9 + m ̅ 109
̅ 109 ) + M
= 0,7887 (2 x 1,605 + 2,915 + 0) + 16,919
= 21,749 ton m
M1015 = k (2m10 + m15 + m ̅ 1015
̅ 1015 ) + M
= 1 (2 x 1,605 + 0,887 – 10,957) – 0
= -8,635 ton m
checking
ƩM10 = M105 + M109 + M1015
0 = -13,115 + 21,749 – 8,635
0 =0

M1510 = k (2m15 + m10 + m ̅ 1510


̅ 1510 ) + M
= 1 (2 x -0,887 +1,605 – 10,957) – 0
= -11,126 ton m
M1514 = k (2m15 + m14 + m ̅ 1514
̅ 1514 ) + M
= 0,7887 (2 x -0,887 + 1,508 + 0) + 11,336
= 11,126 ton m
checking
ƩM15 = M1510 + M1514
0 = -11,126 + 11,126
0 =0

MA1 = k (2mA + m1 + m ̅ A1
̅ A1 ) + M
= 1 (0 + 7,760 – 15,999) + 0
= -8,239 ton m

MB2 = k (2mB + m2 + m ̅ B2
̅ B2 ) + M
= 1 (0 + 3,218 – 15,999) + 0
= -12,781 ton m
MC3 = k (2mC + m3 + m ̅ C3
̅ C3 ) + M
= 1 (0 + 3,680 – 15,999) + 0
= -12,320 ton m

MD4 = k (2mD + m4 + m ̅ D4
̅ D4 ) + M
= 1 (0 + 3,774 – 15,999) + 0
= -12,225 ton m

ME5 = k (2mE + m5 + m ̅ E5
̅ E5 ) + M
= 1 (0 + 2,364 – 15,999) + 0
= -13,635 ton m

Dari perhitungan analisa struktur dengan menggunakan metode takabeya ,


maka di dapat kombinasi yang mengakibatkan gaya dalam yang paling besar , yaitu
portal memanjang (Sumbu X) dengan beban gempa ,sehingga kami memilih
kombinasi tersebut dalam perencanaan.
Free Body Diagram Portal Memanjang dengan gempa ditunjukkan pada Gambar 3.22

Gambar 3.22 Free Body Diagram Portal Memanjang dengan Gempa

Diagram Normal Portal Memanjang dengan gempa ditunjukkan pada Gambar 3.23

Gambar 3.23 Diagram Normal Portal Memanjang dengan Gempa


Diagram Lintang Portal Memanjang dengan gempa ditunjukkan pada Gambar 3.24

Gambar 3.24 Diagram Lintang Portal Memanjang dengan Gempa

Diagram Momen Portal Memanjang dengan gempa ditunjukkan pada Gambar 3.24

Gambar 3.24 Diagram Momen Portal Memanjang dengan Gempa


BAB IV
PERENCANAAN ELEMEN LENTUR DAN AKSIAL
4.1 Denah Kolom
Perencanaan elemen lentur dan aksial berdasarkan dari denah kolom pada
koordinat B-2 pada lantai 1 seperti pada Gambar 4.1.Dasar peninjauan yaitu
kolom yang memiliki panjang terbesar dan mempertimbangkan efek dari beban
gempa terbesar.

Gambar 4.1 Denah Kolom


4.2 Diagram Gaya-gaya Dalam Kolom
Gambar 4.2 hingga Gambar 4.6 berikut ini adalah gambar free body diagram
,gaya aksial , momen , dan gaya lintang akibat beban mati , beban hidup , dan
beban gempa yang bekerja pada kolom yang ditinjau (K1-40x40) pada lantai 1
koordinat B-2.

Gambar 4.2 Pembebanan Portal Memanjang dengan Gempa


Gambar 4.3 Gaya dalam akibat beban mati pada kolom (K1-40 x40)

Gambar 4.4 Gaya dalam akibat beban hidup pada kolom (K1-40 x40)

Gambar 4.5 Gaya dalam akibat beban gempa arah X pada kolom (K1-40 x40)

Gambar 4.6 Gaya dalam akibat beban gempa arah Y pada kolom (K1-40 x40)
4.3 Disain Tulangan Lentur Kolom
4.3.1 Definisi Kolom
Desain tulangan kolom sesuai SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.
a. Gaya tekan aksial terfaktor maksimum > 0,1 Ag f’c
Pu maksimal = 66,646 ton = 666460 N
Pu > 0,1 x (400 x 400) mm2 x 40 MPa
666460 N > 640000 N OK
b. Sisi terpendek kolom tidak kurang dari 300 mm
Sisi terpendek = 400 mm
400 mm > 300 mm OK
Syarat sisi terpendek kolom terpenuhi.
b
c. > 0,4
h
400
> 0,4
400
1 > 0,4 OK
Syarat geometri balok terpenuhi.
d. Tinggi efektif kolom
d = h – p – ø – D/2 = 400 – 40 – 10 – 25/2 = 337,5 mm
e. Check konfigurasi penulangan
Asumsi digunakan tulangan baja 12D25 (As = 5890,486 mm2 ),
sehingga s = 5890,486/160000 = 3,68 %.
Syarat konfigurasi penulangan terpenuhi, 1% <  < 6%.
4.3.2 Portal Bergoyang dan Tidak bergoyang
Elemen tekan (kolom) pada struktur harus dikelompokka n
sebagai portal tidak bergoyang atau portal bergoyang. Berdasarkan SNI
03-2847-2002, suatu portal dapat dianggap tak bergoyang bila
perbesaran momen-momen di ujung akibat pengaruh orde dua tidak
melebihi 5% dari momen-momen ujung orde satu. Suatu tingkat pada
struktur boleh dianggap tidak bergoyang bila nilai :
∑ Pu ∆o
Q= < 5%
Vus x lc
dimana : ΣPu adalah total beban vertikal tiap lantai
Vus adalah beban gempa nominal tiap lantai
Δo adalah simpangan relatif antar tingkat
lc adalah panjang komponen struktur tekan
Hasil analisis apakah portal melintang termasuk portal bergoyang atau
tidak ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Cek Portal Melintang Bergoyang atau Tidak
Lantai (i) ΣPu (ton) Δo (mm) Vu (ton) L (mm) Q Keterangan
3 18,623 3,71 7,04 3500,0 0,28% Tidak Bergoyang
2 26,488 6,19 6,18 3500,0 0,76% Tidak Bergoyang
1 26,488 5,31 3,51 3500,0 1,15% Tidak Bergoyang
Hasil analisis apakah portal memanjang termasuk portal bergoyang atau
tidak ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Cek Portal Memanjang Bergoyang atau Tidak
Lantai (i) ΣPu (ton) Δo (mm) Vu (ton) L (mm) Q Keterangan
3 67,586 3,71 11,73 3500,0 0,61% Tidak Bergoyang
2 99,776 6,19 10,30 3500,0 1,71% Tidak Bergoyang
1 99,776 5,31 5,85 3500,0 2,59% Tidak Bergoyang
Hasil analisis menunjukkan baik portal melintang maupun portal
memanjang termasuk portal tidak bergoyang.

4.3.3 Kelangsingan Kolom


Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 12.12.2, perhitungan kelangsinga n
portal bergoyang (untuk komponen tekan yang tidak ditahan terhadap
goyangan samping), boleh diabaikan apabila :
𝑘 𝑙𝑢 M
≤ 34 − 12 ( 1 )
𝑟 M2

I
dimana : r (radius girasi) =√ atau 0,3h untuk kolom persegi.
A

lu adalah panjang bersih kolom


k (faktor panjang efektif)
M1 adalah momen ujung terfaktor yang lebih kecil pada
komponen tekan; bernilai positif bila komponen struktur
melentur dengan kelengkungan tunggal, negative bila
komponen struktur melentur dengan kelengkungan ganda.
M2 adalah momen ujung terfaktor yang lebih besar pada
komponen struktur tekan; selalu bernilai positif
Faktor panjang efektif (k) komponen struktur tekan atau kolom sangat
dipengaruhi oleh rasio dari komponen struktur tekan terhadap komponen
struktur lentur pada salah satu ujung komponen struktur tekan yang
dihitung dalam bidang rangka yang ditinjau (Ψ) seperti yang tercantum
pada SNI 03-2847-2002 Pasal 12.11.6 sebagai berikut:

∑ ( Ec Ik)
lu
Ψ= Ib
∑ ( Ec )
lu

1. Sisi atas kolom yang ditinjau:


a. Kolom yang didisain
b = 400 mm; h = 400 mm; lu = 3500 mm
Ec = 4700√f ′c = 4700√40 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = × 400 × 4003 = 2,133 × 109 mm4
12 12
Ic = 0,70Ig = 0,70 × 2,133 × 109 = 1,493 × 109 mm4
b. Kolom atas
b = 400 mm; h = 400 mm; lu = 3500 mm
Ec = 4700√f ′c = 4700√40 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = × 400 × 4003 = 2,133 × 109 mm4
12 12
Ic = 0,70Ig = 0,70 × 2,133 × 109 = 1,493 × 109 mm4
c. Balok atas kanan
b = 300 mm; h = 500 mm; lu = 6500 mm
Ec = 4700√f ′c = 4700√40 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = × 300 × 5003 = 3,125 × 109 mm4
12 12
Ib = 0,35Ig = 0,35 × 3,125 × 109 = 1,09375 × 109 mm4
d. Balok atas kiri
b = 300 mm; h = 500 mm; lu = 6500 mm
Ec = 4700√f ′c = 4700√40 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = × 300 × 5003 = 3,125 × 109 mm4
12 12
Ib = 0,35Ig = 0,35 × 3,125 × 109 = 1,09375 × 109 mm4

Nilai Ψ untuk kolom bagian atas adalah


29725,41x1 ,49×109 29725,41x1,49×109
( )+( )
3500 3500
Ψatas = 29725 ,41×1,09×109 29725,41×1,09× 109
= 2,54
( )+( )
6500 6500

2. Sisi bawah kolom yang ditinjau:


a. Kolom bawah
b = 400 mm; h = 400 mm; lu = 3500 mm
Ec = 4700√f ′c = 4700√40 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = × 400 × 4003 = 2,133 × 109 mm4
12 12
Ic = 0,70Ig = 0,70 × 2,133 × 109 = 1,493 × 109 mm4

b. Kolom yang didisain


b = 400 mm; h = 400 mm; lu = 3500 mm
Ec = 4700√f ′c = 4700√30 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = × 400 × 4003 = 2,133 × 109 mm4
12 12
Ic = 0,70Ig = 0,70 × 2,133 × 109 = 1,493 × 109 mm4
c. Balok bawah kanan
b = 300 mm; h = 500 mm; lu = 6500 mm
Ec = 4700√f ′c = 4700√40 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = × 300 × 5003 = 3,125 × 109 mm4
12 12
Ib = 0,35Ig = 0,35 × 3,125 × 109 = 1,09375 × 109 mm4
d. Balok bawah kiri
b = 300 mm; h = 500 mm; lu = 6500 mm
Ec = 4700√f ′c = 4700√40 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = × 300 × 5003 = 3,125 × 109 mm4
12 12
Ib = 0,35Ig = 0,35 × 3,125 × 109 = 1,09375 × 109 mm4

Nilai Ψ untuk kolom bagian bawah adalah


29725,41x1 ,49×109 29725,41x1,49×109
( )+( )
3500 3500
Ψbawah = 29725,41×1,09×109 29725,41×1,09× 109
= 2,54
( )+( )
6500 6500

Nilai k diperoleh dengan menggunakan monogram untuk portal tidak


bergoyang seperti yang ditunjukkan Gambar 4.4 dengan memplotkan nilai
Ψatas = 2,54 dan Ψbawah = 2,54. Buat garis antara Ψatas dan Ψbawah sehinnga
memotoing garis k. Nilai k adalah nilai yang terpotong oleh garis yang
menghubungkan Ψatas dan Ψbawah.

Gambar 4.7 Monogram Faktor Panjang Efektif


Monograf di atas memberikan nilai k = 0,88
klu M1
< 34 − 12 ( )
r M2
0,88 × 3000 M
< 34 − 12 ( 1 )
120 M2
9,615
22 < 34 -12 ( )
10,195

22 < 24
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kolom pada bangunan bertingkat
tinggi ini termasuk kolom tidak langsing, sehingga tidak perlu
memperhitungkan perbesaran momen.

4.3.4 Diagram Interaksi Kolom

Kunci dalam perhitungan diagram interaksi kolom adalah besarnya nilai c.


Besarnya nilai c mempengaruhi apakah suatu tulangan sudah mencapai
kondisi leleh atau belum. Kondisi leleh suatu tulangan ditentukan oleh
regangannya. Perhitungan regangan menggunakan sifat perbandinga n
segitiga.
0,003 ε1
=
c c−s1
c−s1
ε1 = x 0,003
c
kalikan kedua ruas dengan Ebaja = 200000MPa
c−s1 c−62,5
fs1 = 600 = 600
c c
lakukan hal yang sama untuk ε2, ε3, dan ε4
c−s2 c−154,2
fs2 = 600 = 600
c c
c−s3 c−245,8
fs3 = 600 = 600
c c
c−s4 c−337,5
fs4 = 600 = 600
c c
nilai f maksimal adalah saat mencapai kondisi leleh yaitu fy = 360MPa
Besarnya nilai c diperoleh dari Persamaan
ΣP = 0
Cc + Cs1 + Cs2 – Ts1 – Ts2 = 0
dimana Cc = 0,85 x f’c x a x b
Cs1 = As1 x fs1
Cs2 = As2 x fs2
Ts1 = As3 x fs3
Ts2 = As4 x fs4
Nilai momen didapat dari besarnya gaya dikali jarak / lengan. Pada
perhitungan tugas ini nilai momen diukur dari pusat plastis kolom (0,5 h).
h a h h h
Mn = Cc x ( – ) + Cs1 x ( – s1 ) + Cs2 x ( – s2 ) + Ts1 x (s3 – ) + Ts2 x
2 2 2 2 2
h
(s4 – )
2
a. Kondisi Balance, regangan beton maksimum mencapai 0,003 dan tulangan tarik
sisi terluar pasti mencapai tegangan leleh.
600d 600 x 337,5
Cb = = = 210,94 mm
600+fy 600+360

kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M (kNm)


Balance 210,94 164,32 Beton Cc 71718,75 110,35 -40 -2235,00 -263,34
4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -360 -706,86 -97,19
2 buah Baja Cs2 981,75 45,83 -161 -158,53 -7,27
2 buah Baja Ts1 981,75 -45,83 99 97,45 -4,47
4 buah Baja Ts2 1963,50 -137,50 360 706,86 -97,19
-2295,84 -469,46

ø Pno = 0,65 x 2295,84 kN = 1492,296 kN


ø Mb = 0,65 x 469,46 kN = 305,149 kN m
b. Kondisi Pno, aksial maksimum tekan terjadi saat e = 0
Pno = Pconcrete + Psteel
Pno = 0,85 x f’c x (Ag – As) + fy x As
Pno = 0,85 x 40 MPa x (160000 – 5890,5) mm2 + 360 MPa x 5890,5 mm2
Pno = 7360300 N = 7360,3 kN
ø Pno = 0,65 x 7360,3 kN = 4784,19 kN

c. Kondisi lentur murni, terjadi saat Pu = 0 dan tulangan tarik sisi terluar pasti
mencapai tegangan leleh
kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M (kNm)
Lentur 95,23 74,18 Beton Cc 29672,10 162,91 -40 -1009,00 -164,35
murni 4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -206 -405,00 -55,67
2 buah Baja Ts1 981,75 45,83 360 353,00 16,20
2 buah Baja Ts2 981,75 -45,83 360 353,00 -16,20
4 buah Baja Ts3 1963,50 -137,50 360 707,00 -97,19
0,00 -317,21

;ø Mb = 0,8 x 317,21 kN = 253,768 kN m

d. Kondisi aksial maksimum tarik, semua tulangan pasti mencapai tegangan leleh,
terjadi saat e = 0
Pu = Psteel
Pu = fy x As
Pu = 360 MPa x 6050,368 mm2
Pu = 2120575 N = 2120,575 kN
ø Pu = 0,65 x 2120,575 kN = 1378 kN

e. Kondisi runtuh zona tekan 1, tulangan tekan sisi terluar pasti mencapai tegangan
leleh, terjadi saat C > Cb
kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M (kNm)
Runtuh 270,00 210,33 Beton Cc 84132,00 94,84 -40 -2860,00 -271,27
tekan 4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -360 -706,86 -97,19
2 buah Baja Cs2 981,75 45,83 -257 -252,71 -11,58
2 buah Baja Cs3 981,75 -45,83 -54 -52,72 2,42
4 buah Baja Ts1 1963,50 -137,50 150 294,52 -40,50
-3578,25 -418,13

ø Pno = 0,65 x 3578,25 kN = 2325,863 kN


ø Mb = 0,65 x 418,13 kN = 271,785 kN m

f. Kondisi runtuh zona tekan 2, tulangan tekan sisi terluar pasti mencapai tegangan
leleh, terjadi saat C > Cb
kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M (kNm)
Runtuh 300,00 233,70 Beton Cc 93480,00 83,15 -40 -3178,00 -264,28
tekan 4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -360 -706,86 -97,19
2 buah Baja Cs2 981,75 45,83 -292 -286,34 -13,12
2 buah Baja Cs3 981,75 -45,83 -108 -106,36 4,87
4 buah Baja Ts1 1963,50 -137,50 75 147,26 -20,25
-4130,62 -389,97

ø Pno = 0,65 x 4130,62 kN = 2684,90 kN


ø Mb = 0,65 x 389,97 kN = 253,481 kN m

g. Kondisi runtuh zona tarik 1, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan
leleh, terjadi saat C < Cb
kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M (kNm)
Runtuh 170,00 132,43 Beton Cc 52972,00 133,79 -40 -1801,00 -240,95
tarik 4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -360 -706,86 -97,19
2 buah Baja Ts1 981,75 45,83 -56 -54,86 -2,51
2 buah Baja Ts2 981,75 -45,83 268 262,76 -12,04
4 buah Baja Ts3 1963,50 -137,50 360 706,86 -97,19
-1593,15 -449,90

ø Pno = 0,65 x 1593,15 kN = 1035,548 kN


ø Mb = 0,65 x 449,90 kN = 292,44 kN m

h. Kondisi runtuh zona tarik 2, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan
leleh, terjadi saat C < Cb
kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M (kNm)
Runtuh 120,00 93,48 Beton Cc 37392,00 153,26 -40 -1271,00 -194,84
tarik 4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -288 -564,50 -77,62
2 buah Baja Ts1 981,75 45,83 171 167,72 7,69
2 buah Baja Ts2 981,75 -45,83 360 353,43 -16,20
4 buah Baja Ts3 1963,50 -137,50 360 706,86 -97,19
-607,83 -378,17

ø Pno = 0,8 x 607,83 kN = 486,264 kN


ø Mb = 0,8 x 378,17 kN = 302,540 kN m

i. Kondisi Pn = 0,1Pno, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan leleh,
terjadi saat Pn = 0,1Pno.
kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M (kNm)
0,1 Pno 125,97 98,13 Beton Cc 39252,40 150,93 -40 -1335,00 -201,43
4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -302 -594,00 -81,62
2 buah Baja Ts1 981,75 45,83 134 132,00 6,04
2 buah Baja Ts2 981,75 -45,83 360 353,43 -16,20
4 buah Baja Ts3 1963,50 -137,50 360 706,86 -97,19
-736,03 -390,40

ø Pno = 0,65 x 736,03 kN = 478,420 kN


ø Mb = 0,65 x 390,401 kN = 253,761 kN m

j. Kondisi tekan asimtosis, perilaku balok tidak bisa diprediksi.


0,8 (ø Pno) = 0,8 x 4784,19 kN = 3827,35 kN

Kondisi f Mn f Pn C e
Aksial Tekan maks 0 4784 0 0
Runtuh Tekan 253 2685 300 94
Runtuh Tekan 272 2326 270 117
Balance 305 1492 211 205
Runtuh Tarik 292 1036 170 281
Pn = 0,1 Pno 254 478 126 530
Runtuh Tarik 302 486 120 621
Lentur Murni 254 0 95 -
Aksial Tarik maks 0 -1378 0 0
Pn maks 0 3827 0 0
Sehingga diperoleh diagram interaksi seperti ditunjukkan pada Gambar 4.8

Gambar 4.8 Gambar Diagram Interaksi Kolom


4.4 Tinjauan Lentur Biaksial
Perhitungan lentur biaksial menggunakan metode Beban Berlawanan dari
Bresler. Menurut Wang dan Salmon (1987) , Besler menyatakan bahwa Pi yang
dihitung menggunakan persamaan metode beban berlawanan adalah sangat
cocok dengan hasil-hasil percobaan , seperti penyebaran (deviasi) 9,4%, dan
dengan rata – rata 3,3%.Tabel 4.3. menunjukan gaya-gaya dalam dan kombinas i
pembebanan yang bekerja pada kolom yang ditinjau untuk dilakukan peninja ua n
lentur biaksial.

Tabel 4.3. Gaya-gaya dalam dan kombinasi pembebanan yang terjadi pada
Kolom (K1-40 x 40)

Beban Kombinasi
Gaya Gempa Gempa
Mati Hidup 1,2 D + 1,0 LL 1,2 D + 1,0 LL
Dalam arah arah 1,2 DL + 1,6 LL
(DL) (LL) +1,0 Ex +1,0 Ey
X(Ex) Y(Ey)
P(kN) 416,667 160,52 1,07 4,87 756,8324 661,5904 665,3904
Vmax(kN) 0,05 0,0032 6,096 7,077 0,06512 6,1592 7,1402
M2b M2s M2b M2s M2b M2s
Mx
1,01 0,654 4,87 10,564 2,2584 0 6,736 4,87 12,43 10,564
(kNm)
My
7,576 3,821 9,243 0,77 15,2048 0 22,1552 9,243 13,6822 0,77
(kNm)

4.4.1 Perhitungan Lentur Biaksial


Pu = 756,8324 kN
Muy = 22,1552 kNm dan Mux = 6,736 kNm
Eksentrisitas minimum emin = 15 + 0,03h = 15 +0,03 (400) = 27 mm
Eksentrisitas arah X adalah :

Muy 22,1552 (1000)


ex = = = 29,27 mm > emin maka digunakan ex
Pu 756,8324

Eksentrisitas arah Y adalah :

Mux 6,736 (1000)


ey = = = 8,900 mm < emin maka digunakan emin
Pu 756,8324
Gambar 4.9. merupakan diagram interaksi P dan e pada kolom yang
ditinjau

Diagram P-e kolom


5000

4500

4000 27mm;4004 kN
29,24 mm;3989 kN
3500

3000
P(kN)
2500

2000

1500

1000

500

0
0 25 50 75100125150175200225250275300325350375400425450475500525550575600625650
e (mm)

Gambar 4.9. Diagram Interaksi P-e Kolom (K1-400x400) dengan tulangan 12 D 25

1 1 1 1
= + -
Pni Pnx Pny Po
1 1 1 1
= + -
Pni 3989 4004 7360,3

Pni = 2741,496 kN
Øpni = 0,65*(2741,496) = 1781,972 kN > 756,8324 kN
Berarti penampang cukup karena kemampuan penampang Pni lebih besar dari gaya
yang bekerja pada penampang yaitu Pu.
4.5 Desain Shear Reinforcement
Mpr_top x DF + Mpr_btm x DF
Vsway =
Ln

468,203 x 0,5+468,203x0,5
= = 156,072 kN
3
Vsway > Vanalitis
156,072 kN > 60,37 kN
1 1
Vc = √f′c x b x d = √ 40 x 400 x 337,5 = 142,302 kN
6 6
Check
Vu 1
> Vc
ø 2
156,072 1
> x 142,302
0,75 2

208,096 kN > 71,151 kN


Check
Vu 1
> Vc + xbxd
ø 3
1
208,096 kN > 142,302 + x (400 x 337,5)/1000
3
208,096 kN > 187,302 kN
Vu
Vsperlu = – Vc
ø
Vsperlu = 208,096 – 187,302 kN = 20,794 kN
Coba gunakan D10 – 110 (Av = 157,08 mm2 )
Av x fy x d 157,08 x 360 x 337,5
Vs = = = 173,5 kN
s 110
Vs > Vsperlu
173,5 kN > 20,794 kN OK
4.6 Desain Confinement Reinforcement
Tulangan hoops harus dipasang sepanjang lo terhadap ln (dari bawah muka balok
dan atas muka lantai). Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4..4.4, panjang
lo dipilih yang terbesar di antara:
a. h = 400 mm
b. 1/6 Ln = 1/6 x 3000 = 500 mm
c. 500 mm
Total cross section hoops berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.4.1 tidak
kurang dari salah satu yang tebesar antara
s x hc x f′ c Ag
Ash_1 = 0,3 ( )( – 1)
fyh Ach

0,09 x s x hc x f′ c
Ash_2 = ( )
fyh

Coba gunakan 3 leg D13 (Av = 397,995 mm2 )


hc = b – 2(40 + ½db) = 400 – 2(40 + ½ x 13) = 307 mm
Ach = (bw – 2(40)) x (bw – 2(40)) = (400 – 80)2 = 102400 mm2
Ash_1 hc x f′ c Ag 307 x 40 160000 mm2
= 0,3 ( )( – 1) = 0,3 ( )( – 1) = 4,256
s fyh Ach 360 102400 mm

Ash_2 0,09 x hc x f′ c 0,09 x 307 x 40 mm2


=( )=( ) = 3,07
s fyh 360 mm

mm2
Ambil nilai terbesar 5,756
mm
Spasi maksimum adalah yang terkecil di antara :
a. ¼ cross section dimensi kolom = 400/4 = 100 mm
b. 6 kali diameter tulangan longitudinal = 6 x 25 = 150 mm
350− hx
c. sx < 100 + , dimana hx = 2/3 hc dan 100 mm < sx < 150 mm
3
2
350− x 307
3
sx < 100 + = 148,444 mm
3
Digunakan spasi 90 mm
Ahoops = 4,256 x 90 = 383,04 mm2 , maka digunakan
Av > Ahoops OK
4.6.1 Untuk Bentang di luar lo
1 1
Vc regular = √f′c x b x d = √ 40 x 400 x 337,5 = 142,302 kN
6 6
SNI persamaan (47) memberikan harga Vc
Nu 1
Vc = (1 + )x √f′c x b x d
14Ag 6
666460 1
= (1 + )x √ 40 x 400 x 340,5
14 x 160000 6
= 184,641 kN
Vu
Vsperlu = – Vc
ø
Vsperlu = 208,096 – 184,641 kN = 23,455 kN
Coba gunakan D10 – 200 (Av = 157,08 mm2 )
Av x fy x d 157,08 x 360 x 337,5
Vs = = = 152,68 kN
s 200
Vs > Vsperlu
152,68 kN > 23,455 kN OK
Gambar Penulangan dan Potongan Kolom ditunjukkan pada Gambar 4.10 dan
Gambar 4.11

Gambar 4.10 Penulangan Kolom

Gambar 4.11 Potongan Kolom


BAB V
PERENCANAAN ELEMEN LENTUR

5.1 Denah Balok


Perencanaan elemen lentur berdasarkan dari denah balok yang sudah
direncanakan. Balok yang didisain ditunjukkan pada Gambar 5.1 dan Gambar
5.2

Gambar 5.1 Denah Balok Lantai 1 dan 2 adalah balok induk pada lantai 2
koordinat 2-A-B

Gambar 5.2 Denah Balok Lantai 3 adalah balok induk pada lantai 3 koordinat
2-A-B
5.2 Analisa Pembebanan pada Balok
Analisa pembebanan pada portal akan menghasilkan gaya-gaya dalam
terutama momen, dalam perencanaan elemen lentur. Nilai momen terbesar itu
diperoleh dari analisa pembebanan portal memanjang seperti ditunjukkan pada
Gambar 5.3

Gambar 5.3 Bidang gaya dalam momen pada portal memanjang

5.3 Diagram Gaya Dalam


Perencanaan elemen lentur harus mampu menahan gaya-gaya dalam yang terjadi
pada elemen lentur. Perencanaan elemen lentur ini mengacu pada gaya dalam
terbesar untuk portal memanjang maupun portal melintang.
a. Envelope Portal Memanjang Lantai
Nilai momen terbesar diperoleh dari Gambar diagram gaya dalam seperti
ditunjukkan pada Gambar 5.4 dan Gambar 5.5.
Goyangan ke Kanan
Gambar 5.4 Diagram Momen Batang 1 – 2

Goyangan ke Kiri
Gambar 5.5 Diagram Momen Batang 1 – 2
Superposisi dari keduanya menghasilkan Gambar 5.6

Gambar 5.6 Diagram Momen Envelope Batang 1 – 2


Hasil analisa struktur pada Bab III memberikan nilai momen terbesar seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Hasil Momen Envelope Portal Memanjang untuk Balok Induk
Kondisi Lokasi Arah Momen Arah Goyangan Mu (ton m)
1 Titik 1 Negatif Kanan 2,139
2 Titik 2 Negatif Kanan 28,116
3 Lapangan Positif Kanan 14,914
4 Titik 1 Negatif Kiri 23,626
5 Titik 2 Negatif Kiri 9,099
6 Lapangan Positif Kiri 10,876

b. Envelope Portal Memanjang Atap


Nilai momen terbesar diperoleh dari Gambar diagram gaya dalam seperti
ditunjukkan pada Gambar 5.7 dan Gambar 5.8.

Goyangan ke Kanan

Gambar 5.7 Diagram Momen Batang 11 – 12

Goyangan ke Kiri

Gambar 5.8 Diagram Momen Batang 11 – 12


Superposisi dari keduanya menghasilkan Gambar 5.9

Gambar 5.9 Diagram Momen Envelope Batang 11 – 12

Hasil analisa struktur pada Bab III memberikan nilai momen terbesar seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Hasil Momen Envelope Portal Memanjang untuk Balok Atap
Kondisi Lokasi Arah Momen Arah Goyangan Mu (ton m)
1 Titik 1 Negatif Kanan 3,729
2 Titik 2 Negatif Kanan 16,021
3 Lapangan Positif Kanan 10,404
4 Titik 1 Negatif Kiri 11,126
5 Titik 2 Negatif Kiri 9,657
6 Lapangan Positif Kiri 9,897

5.4 Desain Tulangan Lentur Balok Lantai


5.4.1 Definisi Balok
Desain tulangan balok sesuai SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.
a. Gaya tekan aksial terfaktor < 0,1 Ag f’c
Pu = 3,355 ton = 33550 N
Pu < 0,1 x (300 x 500) mm2 x 40 MPa
33550 N < 600000 N OK
b. Bentang bersih (Ln) > 4d
Ln = L – hkolom = 6500 – 400 = 6100 mm
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 22/2 = 439 mm
Ln > 4 x 439
6100 mm > 1756 mm OK
Syarat bentang bersih minimum elemen lentur terpenuhi.
b
c. > 0,3
h
300
> 0,3
500
0,6 > 0,3 OK
Lebar balok 300 mm lebih besar dari lebar balok minimum 250 mm,
syarat geometri balok terpenuhi.

5.4.2 Perhitungan Tulangan Lentur


Balok yang didijadikan acuan adalah balok pada portal memanjang
bagian tepi di lantai 1.
a. Kondisi : Goyangan ke kanan, momen negatif di titik 2
Momen : 28,116 ton m = 281,16 kN m

i. Kebutuhan Tulangan Lentur


Diasumsikan ada 2 layer tulangan, sebagai pendekatan tulanga n
tekan diabaikan jika ada.
hkolom 400
Diameter maksimal tulangan = = 20 mm, trial awal
20 20
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm

ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
Mu 281,16 x 106 N mm
As = = = 2607,331 mm2
ø x fy x j x d 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5

Coba gunakan tulangan 10D19 (As = 2835,287 mm2 )


̅ = 500 – 40 – 10 – 33 = 417 mm
dterkoreksi = h – p – ø – D
Cek momen nominal :
As x fy 2835,287 mm2 x 360 MPa
a= = = 100,069 mm
0,85 x f′c x b 0,85 x 40MPa x 300 mm
a
ø Mn = ø x As x fy x (d – )
2
100,069
= 0,8 x 2835,287 mm2 x 360 MPa x (417 – )
2
= 299,65 kN m
ø Mn > Mu
299,65 kN m > 281,16 kN m OK
Tulangan 10D19 kuat menahan momen yang terjadi.

ii. Cek luasan tulangan minimum :


√𝑓′ 𝑐 √40
Asmin = xb x d = x 300 x 417 = 549,446 mm2 ,
4 𝑥 𝑓𝑦 4 𝑥 360

tetapi tidak boleh kurang dari


1,4 1,4
Asmin = xb x d = x 300 x 417 = 486,50 mm2
fy 360

As > Asmin , OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.

iii. Cek rasio tulangan


As 2835,287
ρ= = = 0,0227
b xd 300 𝑥 417
0,85 x β x f′ c 600 0,85 𝑥 0,779 𝑥 40 600
ρb = = = 0,046
fy 600 + 𝑓𝑦 360 960

ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,034, batas ρmax berdasarkan


SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025

ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.

iv. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 10D19, dipasang 2 layer dengan jarak
bersih antar layer 25 mm. Gambar penulangan ditunjukkan pada
Gambar 5.10
Gambar 5.10 Penulangan Balok Lantai Kondisi 1

b. Kondisi : Goyangan ke kanan, momen positif di titik 2


Momen Mu > 50% kapasitas momen di muka kolom yang sama
Mu = 50% x 281,16 kN m = 140,580 kN m
 Kebutuhan Tulangan Lentur
Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan tulanga n
tekan diabaikan jika ada.
hkolom 400
Diameter maksimal tulangan = = 20 mm, trial awal
20 20
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm

ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
Mu 140,580 x 106 N mm
As = = = 1203,66 mm2
ø x fy x j x d 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5

Coba gunakan tulangan 3D19, 2D16 (As = 1252,710 mm2 )


Cek momen nominal :
As x fy 1252,710 mm2 x 360 MPa
a== = = 44,213 mm
0,85 x f′c x b 0,85 x 40 MPa x 300 mm
a
ø Mn = ø x As x fy x (d – )
2
44,213
= 0,8 x 1252,710 mm2 x 360 MPa x (440,5 – )
2
= 150,95 kN m
ø Mn > Mu
150,95 kN m > 140,58 kN m OK
Tulangan 3D19, 2D16 kuat menahan momen yang terjadi.

 Cek luasan tulangan minimum :


√𝑓′ 𝑐 √40
Asmin = xb x d = x 300 x 440,5 = 580,410 mm2 ,
4 𝑥 𝑓𝑦 4 𝑥 360

tetapi tidak boleh kurang dari


1,4 1,4
Asmin = xb x d = x 300 x 440,5 = 513,92 mm2
fy 360

As > Asmin , OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.

 Cek rasio tulangan


As 1252,710
ρ= = = 0,0090
b xd 300 𝑥 440,5
0,85 x β x f′ c 600 0,85 x 0,779 x 40 600
ρb = = = 0,046
fy 600 + fy 360 960

ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan


SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025

ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.

 Reinforcement
Gunakan baja tulangan 3D19, 2D16. Gambar penulanga n
ditunjukkan pada Gambar 5.11

Gambar 5.11 Penulangan Balok Lantai Kondisi 2


c. Kondisi : Goyangan ke kiri, momen negatif di titik 1
Momen : 23,626 ton m = 236,26 kN m

i. Kebutuhan Tulangan Lentur


Diasumsikan ada 2 layer tulangan, sebagai pendekatan tulanga n
tekan diabaikan jika ada.
hkolom 400
Diameter maksimal tulangan = = 20 mm, trial awal
20 20
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm

ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
Mu 236,26 x 106 N mm
As = = = 2190,95 mm2
ø x fy x j x d 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5

Coba gunakan tulangan 5D19 dan 3D19 (As = 2268,230 mm2 )


̅ = 500 – 40 – 10 – 39 = 411,00 mm
dterkoreksi = h – p – ø – D
Cek momen nominal :
As x fy 2268,230 mm2 x 360 MPa
a= = = 80,055 mm
0,85 x f′c x b 0,85 x 40MPa x 300 mm
a
ø Mn = ø x As x fy x (d – )
2
80,055
= 0,8 x 2268,230 mm2 x 360 MPa x (411,0 – )
2
= 242,337 kN m
ø Mn > Mu
242,337 kN m > 236,26 kN m OK
Tulangan 8D19 kuat menahan momen yang terjadi.

ii. Cek luasan tulangan minimum :


√𝑓′ 𝑐 √40
Asmin = xb x d = x 300 x 411 = 541,54 mm2 ,
4 𝑥 𝑓𝑦 4 𝑥 360
tetapi tidak boleh kurang dari
1,4 1,4
Asmin = xb x d = x 300 x 422,88 = 493,35 mm2
fy 360

As > Asmin , OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.

iii. Cek rasio tulangan


As 2268,230
ρ= = = 0,018
b xd 300 𝑥 411
0,85 x β x f′ c 600 0,85 𝑥 0,779 𝑥 40 600
ρb = = = 0,046
fy 600 + 𝑓𝑦 360 960

ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan


SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025

ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.

iv. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 8D19, dipasang 2 layer dengan jarak
bersih antar layer 25 mm. Gambar penulangan ditunjukkan pada
Gambar 5.12

Gambar 5.12 Penulangan Balok Lantai Kondisi 3


d. Kondisi : Goyangan ke kiri, momen positif di titik 1
Momen Mu > 50% kapasitas momen di muka kolom yang sama
Mu = 50% x 236,26 kN m = 118,13 kN m

i. Kebutuhan Tulangan Lentur


Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan tulanga n
tekan diabaikan jika ada.
hkolom 400
Diameter maksimal tulangan = = 20 mm, trial awal
20 20
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm

ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
Mu 118,13 x 106 N mm
As = = = 1095,476 mm2
ø x fy x j x d 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5

Coba gunakan tulangan 3D19, 1D16 (As = 1051,648 mm2 )


Cek momen nominal :
As x fy 1051,648 mm2 x 360 MPa
a= = = 37,117 mm
0,85 x f′c x b 0,85 x 40 MPa x 300 mm
a
ø Mn = ø x As x fy x (d – )
2
37,117
= 0,8 x 1051,648 mm2 x 360 MPa x (440,5 – )
2
= 127,795 kN m
ø Mn > Mu
127,795 kN m > 118,13 kN m OK
Tulangan 3D19, 1D16 kuat menahan momen yang terjadi.

ii. Cek luasan tulangan minimum :


√𝑓′ 𝑐 √40
Asmin = xb x d = x 300 x 440,5 = 580,410 mm2 ,
4 𝑥 𝑓𝑦 4 𝑥 360
tetapi tidak boleh kurang dari
1,4 1,4
Asmin = xb x d = x 300 x 440,5 = 513,92 mm2
fy 360

As > Asmin , OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.

iii. Cek rasio tulangan


As 1051,648
ρ= = = 0,0080
b xd 300 𝑥 440,5

0,85 x β x f′ c 600 0,85 x 0779 x 40 600


ρb = = = 0,046
fy 600 + fy 360 960

ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan


SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025.

ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.

iv. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 3D19 dan 1D16. Gambar penulanga n
ditunjukkan pada Gambar 5.13.

Gambar 5.13 Penulangan Balok Lantai Kondisi 4


e. Kondisi : Goyangan ke kanan dan kiri, momen positif midspan
Momen : 14,914 ton m = 149,14 kN m

i. Kebutuhan Tulangan Lentur


Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan tulanga n
tekan diabaikan jika ada.
hkolom 400
Diameter maksimal tulangan = = 20 mm, trial awal
20 20
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm

ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
Mu 149,14 x 106 N mm
As = = = 1383,047 mm2
ø x fy x j x d 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5

Coba gunakan tulangan 3D19 dan 2D16 (As = 1252,710 mm2 )


Cek momen nominal :
As x fy 1252,710 mm2 x 360 MPa
a= = = 44,213 mm
0,85 x f′c x b 0,85 x 40 MPa x 300 mm
a
ø Mn = ø x As x fy x (d – )
2
44,213
= 0,8 x 1252,710 mm2 x 360 MPa x (440,5 – )
2
= 150,94 kN m
ø Mn > Mu
150,94 kN m > 149,14 kN m , OK
Tulangan 3D19 dan 2D16 kuat menahan momen yang terjadi.

ii. Cek luasan tulangan minimum :


√𝑓′ 𝑐 √40
Asmin = xb x d = x 300 x 440,5 = 580,410 mm2 ,
4 𝑥 𝑓𝑦 4 𝑥 360

tetapi tidak boleh kurang dari


1,4 1,4
Asmin = xb x d = x 300 x 440,5 = 513,92 mm2
fy 360

As > Asmin , OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.

iii. Cek rasio tulangan


As 1252,710
ρ= = = 0,009
b xd 300 𝑥 440,5
0,85 x β x f′ c 600 0,85 𝑥 0,779 𝑥 40 600
ρb = = = 0,046
fy 600 + 𝑓𝑦 360 960

ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan


SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025

ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.

iv. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 3D19 dan 2D16. Gambar penulanga n
ditunjukkan pada Gambar 5.14

Gambar 5.14 Penulangan Balok Lantai Kondisi 5

Kapasitas momen balok lantai harus dikontrol. Momen yang terjadi pada seluruh
bentang harus lebih besar dari ¼ momen maksimumnya.
Kapasitas momen positif terbesar pada bentang = 149,14 kN m
Kapasitas momen negatif terbesar pada bentang = 281,16 kN m
Kapasitas momen positif di tengah bentang = 149,14 kN m
¼ momen maksimum = 70,290 kN m
Kapasitas momen di tengah bentang > ¼ momen maksimum OK

Gambar 5.15 menunjukkan potongan balok secara berurutan dari kiri ke kanan
di titik 1, midpsan, dan titik 2.
Gambar 5.15 Potongan Balok Lantai

5.5 Perencanaan Tulangan Lentur Balok Atap


5.5.1 Definisi Balok
Desain tulangan balok sesuai SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.
a. Gaya tekan aksial terfaktor maksimum < 0,1 Ag f’c
Pu maksimal = 14,247 ton = 142470 N
Pu < 0,1 x (250 x 400) mm2 x 30 MPa
142470 N < 300000 N OK
b. Bentang bersih (Ln) > 4d
Ln = L – hkolom = 6500 – 400 = 6100 mm
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm
Ln > 4 x 440,5
6100 mm > 1762 mm OK
Syarat bentang bersih minimum elemen lentur terpenuhi.
b
c. > 0,3
h
300
> 0,3
500
0,6 > 0,3 OK
Lebar balok 300 mm lebih dari lebar balok minimum 250 mm, syarat
geometri balok terpenuhi.
5.5.2 Perhitungan Tulangan Lentur
Balok yang didijadikan acuan adalah balok pada portal memanjang
bagian tepi di Atap.
a. Kondisi : Goyangan ke kanan, momen negatif di titik 2
Momen : 16,021 ton m = 160,21 kN m

i. Kebutuhan Tulangan Lentur


Diasumsikan ada 2 layer tulangan, sebagai pendekatan tulanga n
tekan diabaikan jika ada.
hkolom 400
Diameter maksimal tulangan = = 20 mm, trial awal
20 20
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm

ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
Mu 160,021 x 106 N mm
As = = = 1483,951 mm2
ø x fy x j x d 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5

Coba gunakan tulangan 10D19 (As = 2835,287 mm2 )


̅ = 500 – 40 – 10 – 33 = 417 mm
dterkoreksi = h – p – ø – D
Cek momen nominal :
As x fy 2835,287 mm2 x 360 MPa
a= = = 100,069 mm
0,85 x f′c x b 0,85 x 40MPa x 300 mm
a
ø Mn = ø x As x fy x (d – )
2
100,069
= 0,8 x 2835,287 mm2 x 360 MPa x (417 – )
2
= 299,65 kN m
ø Mn > Mu
299,65 kN m > 160,021 kN m OK
Tulangan 10D19 kuat menahan momen yang terjadi.
ii. Cek luasan tulangan minimum :
√𝑓′ 𝑐 √40
Asmin = xb x d = x 300 x 417 = 549,446 mm2 ,
4 𝑥 𝑓𝑦 4 𝑥 360

tetapi tidak boleh kurang dari


1,4 1,4
Asmin = xb x d = x 300 x 417 = 486,50 mm2
fy 360

As > Asmin , OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.

iii. Cek rasio tulangan


As 2835,287
ρ= = = 0,0227
b xd 300 𝑥 417
0,85 x β x f′ c 600 0,85 𝑥 0,779 𝑥 40 600
ρb = = = 0,046
fy 600 + 𝑓𝑦 360 960

ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,034, batas ρmax berdasarkan


SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025

ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.

iv. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 10D19, dipasang 2 layer dengan jarak
bersih antar layer 25 mm. Gambar penulangan ditunjukkan pada
Gambar 5.10

Gambar 5.16 Penulangan Balok Atap Kondisi 1


b. Kondisi : Goyangan ke kanan, momen positif di titik 2
Momen Mu > 50% kapasitas momen di muka kolom yang sama
Mu = 50% x 160,21 kN m = 80,105 kN m
 Kebutuhan Tulangan Lentur
Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan tulanga n
tekan diabaikan jika ada.
hkolom 400
Diameter maksimal tulangan = = 20 mm, trial awal
20 20
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm

ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
Mu 80,105 x 106 N mm
As = = = 742,852 mm2
ø x fy x j x d 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5

Coba gunakan tulangan 3D19, 2D16 (As = 1252,710 mm2 )


Cek momen nominal :
As x fy 1252,710 mm2 x 360 MPa
a== = = 44,213 mm
0,85 x f′c x b 0,85 x 40 MPa x 300 mm
a
ø Mn = ø x As x fy x (d – )
2
44,213
= 0,8 x 1252,710 mm2 x 360 MPa x (440,5 – )
2
= 150,95 kN m
ø Mn > Mu
150,95 kN m > 80,105 kN m OK
Tulangan 3D19, 2D16 kuat menahan momen yang terjadi.

 Cek luasan tulangan minimum :


√𝑓′ 𝑐 √40
Asmin = xb x d = x 300 x 440,5 = 580,410 mm2 ,
4 𝑥 𝑓𝑦 4 𝑥 360

tetapi tidak boleh kurang dari


1,4 1,4
Asmin = xb x d = x 300 x 440,5 = 513,92 mm2
fy 360

As > Asmin , OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.

 Cek rasio tulangan


As 1252,710
ρ= = = 0,0090
b xd 300 𝑥 440,5
0,85 x β x f′ c 600 0,85 x 0,779 x 40 600
ρb = = = 0,046
fy 600 + fy 360 960

ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan


SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025

ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.

 Reinforcement
Gunakan baja tulangan 3D19, 2D16. Gambar penulanga n
ditunjukkan pada Gambar 5.11

Gambar 5.17 Penulangan Balok Atap Kondisi 2

c. Kondisi : Goyangan ke kiri, momen negatif di titik 1


Momen : 11,126 ton m = 111,26 kN m

i. Kebutuhan Tulangan Lentur


Diasumsikan ada 2 layer tulangan, sebagai pendekatan tulanga n
tekan diabaikan jika ada.
hkolom 400
Diameter maksimal tulangan = = 20 mm, trial awal
20 20
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm

ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
Mu 111,26x 106 N mm
As = = = 1031,767 mm2
ø x fy x j x d 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5

Coba gunakan tulangan 5D19 dan 3D19 (As = 2268,230 mm2 )


̅ = 500 – 40 – 10 – 39 = 411,00 mm
dterkoreksi = h – p – ø – D
Cek momen nominal :
As x fy 2268,230 mm2 x 360 MPa
a= = = 80,055 mm
0,85 x f′c x b 0,85 x 40MPa x 300 mm
a
ø Mn = ø x As x fy x (d – )
2
80,055
= 0,8 x 2268,230 mm2 x 360 MPa x (411,0 – )
2
= 242,337 kN m
ø Mn > Mu
242,337 kN m > 111,26 kN m OK
Tulangan 8D19 kuat menahan momen yang terjadi.

ii. Cek luasan tulangan minimum :


√𝑓′ 𝑐 √40
Asmin = xb x d = x 300 x 411 = 541,54 mm2 ,
4 𝑥 𝑓𝑦 4 𝑥 360

tetapi tidak boleh kurang dari


1,4 1,4
Asmin = xb x d = x 300 x 422,88 = 493,35 mm2
fy 360

As > Asmin , OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.


iii. Cek rasio tulangan
As 2268,230
ρ= = = 0,018
b xd 300 𝑥 411
0,85 x β x f′ c 600 0,85 𝑥 0,779 𝑥 40 600
ρb = = = 0,046
fy 600 + 𝑓𝑦 360 960

ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan


SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025

ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.

iv. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 8D19, dipasang 2 layer dengan jarak
bersih antar layer 25 mm. Gambar penulangan ditunjukkan pada
Gambar 5.12

Gambar 5.18 Penulangan Balok Atap Kondisi 3

d. Kondisi : Goyangan ke kiri, momen positif di titik 1


Momen Mu > 50% kapasitas momen di muka kolom yang sama
Mu = 50% x 111,26 kN m = 55,630 kN m

i. Kebutuhan Tulangan Lentur


Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan tulanga n
tekan diabaikan jika ada.
hkolom 400
Diameter maksimal tulangan = = 20 mm, trial awal
20 20
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm

ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
Mu 55,630 x 106 N mm
As = = = 515,884 mm2
ø x fy x j x d 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5

Coba gunakan tulangan 3D19, 1D16 (As = 1051,648 mm2 )


Cek momen nominal :
As x fy 1051,648 mm2 x 360 MPa
a= = = 37,117 mm
0,85 x f′c x b 0,85 x 40 MPa x 300 mm
a
ø Mn = ø x As x fy x (d – )
2
37,117
= 0,8 x 1051,648 mm2 x 360 MPa x (440,5 – )
2
= 127,795 kN m
ø Mn > Mu
127,795 kN m > 55,630 kN m OK
Tulangan 3D19, 1D16 kuat menahan momen yang terjadi.

ii. Cek luasan tulangan minimum :


√𝑓′ 𝑐 √40
Asmin = xb x d = x 300 x 440,5 = 580,410 mm2 ,
4 𝑥 𝑓𝑦 4 𝑥 360

tetapi tidak boleh kurang dari


1,4 1,4
Asmin = xb x d = x 300 x 440,5 = 513,92 mm2
fy 360

As > Asmin , OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.


iii. Cek rasio tulangan
As 1051,648
ρ= = = 0,0080
b xd 300 𝑥 440,5
0,85 x β x f′ c 600 0,85 x 0779 x 40 600
ρb = = = 0,046
fy 600 + fy 360 960

ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan


SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025.

ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.

iv. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 3D19 dan 1D16. Gambar penulanga n
ditunjukkan pada Gambar 5.13.

Gambar 5.19 Penulangan Balok Atap Kondisi 4


e. Kondisi : Goyangan ke kanan dan kiri, momen positif midspan
Momen : 10,404 ton m = 104,04 kN m

v. Kebutuhan Tulangan Lentur


Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan tulanga n
tekan diabaikan jika ada.
hkolom 400
Diameter maksimal tulangan = = 20 mm, trial awal
20 20
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm

ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
Mu 104,04 x 106 N mm
As = = = 964,813 mm2
ø x fy x j x d 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5

Coba gunakan tulangan 3D19 dan 2D16 (As = 1252,710 mm2 )


Cek momen nominal :
As x fy 1252,710 mm2 x 360 MPa
a= = = 44,213 mm
0,85 x f′c x b 0,85 x 40 MPa x 300 mm
a
ø Mn = ø x As x fy x (d – )
2
44,213
= 0,8 x 1252,710 mm2 x 360 MPa x (440,5 – )
2
= 150,94 kN m
ø Mn > Mu
150,94 kN m > 104,04 kN m , OK
Tulangan 3D19 dan 2D16 kuat menahan momen yang terjadi.

vi. Cek luasan tulangan minimum :


√𝑓′ 𝑐 √40
Asmin = xb x d = x 300 x 440,5 = 580,410 mm2 ,
4 𝑥 𝑓𝑦 4 𝑥 360

tetapi tidak boleh kurang dari


1,4 1,4
Asmin = xb x d = x 300 x 440,5 = 513,92 mm2
fy 360

As > Asmin , OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.

vii. Cek rasio tulangan


As 1252,710
ρ= = = 0,009
b xd 300 𝑥 440,5

0,85 x β x f′ c 600 0,85 𝑥 0,779 𝑥 40 600


ρb = = = 0,046
fy 600 + 𝑓𝑦 360 960

ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan


SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025

ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.


viii. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 3D19 dan 2D16. Gambar penulanga n
ditunjukkan pada Gambar 5.14

Gambar 5.20 Penulangan Balok Atap Kondisi 5

Kapasitas momen Balok Atap harus dikontrol. Momen yang terjadi pada seluruh
bentang harus lebih besar dari ¼ momen maksimumnya.
Kapasitas momen negatif terbesar pada bentang = 160,021 kN m
Kapasitas momen positif terbesar pada bentang = 104,04 kN m
Kapasitas momen positif di tengah bentang = 104,04 kN m
¼ kapasitas momen maksimum = 40,005 kN m
Kapasitas momen di tengah bentang > ¼ momen maksimum OK

Gambar 5.21 menunjukkan potongan balok secara berurutan dari kiri ke kanan
di titik 1, midpsan, dan titik 2.

Gambar 5.21 Potongan Balok Atap


5.6 Desain Tulangan Geser Balok
Geser seismic pada balok dihitung dengan mengasumsikan sendi palstis
terbentuk di ujung-ujung balok dengan tegangan tulangan lentur mencapai
hingga 1,25 fy dan ø = 1. (SNI 03-2847-2002, Pasal 23.3.4.2).
i. Titik 2 (goyangan ke kanan)
1,25 As fy 1,25 x 2835,287 x 360
apr_2 = = = 125,086 mm2
0,85 x f′ c x b 0,85 x 40 x 300
a
Mpr_2 = 1,25 x As x fy x (d – )
2
100,069
= 1,25 x 2835,287 x 360 x (417 – )
2
= 468,203 kN m
ii. Titik 1 (goyangan ke kanan)
1,25 As fy 1,25 x 1051,648 x 360
apr_1 = = = 46,39 mm2
0,85 x f′ c x b 0,85 x 40 x 300
a
Mpr_1 = 1,25 x As x fy x (d – )
2
44,213
= 1,25 x 1051,648 x 360 x (440,5 – )
2
= 198,001 kN m
iii. Titik 1 (goyangan ke kiri)
1,25 As fy 1,25 x 2268,230 x 360
apr_1 = = = 100,069 mm2
0,85 x f′ c x b 0,85 x 40 x 300
a
Mpr_1 = 1,25 x As x fy x (d – )
2
80,055
= 1,25 x 2268,230 x 360 x (411 – )
2
= 378,65 kN m
iv. Titik 2 (goyangan ke kiri)
1,25 As fy 1,25 x 1252,710 x 360
apr_2 = = = 55,267 mm2
0,85 x f′ c x b 0,85 x 40 x 300
a
Mpr_2 = 1,25 x As x fy x (d – )
2
37,117
= 1,25 x 1252,710 x 360 x (440,5 – )
2
= 237,86 kN m
v. Titik 12 (goyangan ke kanan)
1,25 As fy 1,25 x 2835,287 x 360
apr_12 = = = 125,086 mm2
0,85 x f′ c x b 0,85 x 40 x 300
a
Mpr_12 = 1,25 x As x fy x (d – )
2
100,069
= 1,25 x 2835,287 x 360 x (417 – )
2
= 468,203 kN m
vi. Titik 11 (goyangan ke kanan)
1,25 As fy 1,25 x 1051,648 x 360
apr_11 = = = 46,39 mm2
0,85 x f′ c x b 0,85 x 40 x 300
a
Mpr_11 = 1,25 x As x fy x (d – )
2
44,213
= 1,25 x 1051,648 x 360 x (440,5 – )
2
= 198,001 kN m
vii. Titik 11 (goyangan ke kiri)
1,25 As fy 1,25 x 2268,230 x 360
apr_11 = = = 100,069 mm2
0,85 x f′ c x b 0,85 x 40 x 300
a
Mpr_11 = 1,25 x As x fy x (d – )
2
80,055
= 1,25 x 2268,230 x 360 x (411 – )
2
= 378,65 kN m
viii. Titik 12 (goyangan ke kiri)
1,25 As fy 1,25 x 1252,710 x 360
apr_12 = = = 55,267 mm2
0,85 x f′ c x b 0,85 x 40 x 300
a
Mpr_12 = 1,25 x As x fy x (d – )
2
37,117
= 1,25 x 1252,710 x 360 x (440,5 – )
2
= 237,86 kN m
5.7 Diagram Gaya Geser Balok
Reaksi geser di ujung-ujung balok akibat pembebanan struktur secara gravitasi
berdasarkan SNI Gempa 1726-2002.
Wu atap = 1,359 ton/m
Wu lantai = 1,902 ton/m
P atap = 8,063 ton
P lantai 12,581 ton
Wu atap x L P atap 1,359 x 6,5 8,063
Vg atap = + = + = 8,448 ton
2 2 2 2
Wu lantai x L P lantai 1,902x 6,5 12,581
Vg lantai = + = + = 12,472 ton
2 2 2 2
Rangka dengan goyangan terbesar (kiri) untuk bagian atap
Mpr_1+ Mpr_2 378,65+ 237,86
Vsway_atap = = = 94,848 kN
Ln 6,5
Total reaksi geser di ujung kiri balok = 84,48 + 94,848 = 179,328 kN
Total reaksi geser di ujung kanan balok = 84,48 – 94,848 = -10,368 kN
Rangka dengan goyangan terbesar (kanan) untuk bagian lantai
Mpr_1+ Mpr_2 468,203+ 198,001
Vsway_lantai = = = 102,493 kN
Ln 6,5

Total reaksi geser di ujung kiri balok = 124,72 – 102,493 = 22,227 kN


Total reaksi geser di ujung kanan balok = 124,72 + 102,493 = 227,213 kN
Gambar 5.22 dan Gambar 5.23 menunjukkan diagram gaya geser untuk balok
atap dan balok lantai.
Gambar 5.22 Diagram Gaya Geser Balok Atap(goyangan ke kiri)

Gambar 5.23 Diagram Gaya Geser Balok Lantai(goyangan ke kanan)


5.8 Perencanaan Tulangan Geser Balok Lantai
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.4.2 Vc harus diambil = 0 jika
a. Gaya geser Vsway akibat sendi plastis di ujung-ujung balok lebih dari ½ kuat
geser perlu maksimum Vs, dan
Vsway > ½ Ve
102,493 kN > ½ x 227,213 kN
102,493 kN > 113,607 kN TIDAK
b. Gaya tekan aksial terfaktor, termasuk akibat pembebanan seismic kurang dari
0,05 x Ag x f’c.
Gaya tekan aksial terfaktor < 0,05 Ag f’c
Pu maksimal = 3,355 ton = 33550 N
Pu < 0,05 x (300 x 500) mm2 x 40 MPa
33550 N < 300000 N IYA

Vs = Vn – Vc
Vu 1 227213 1
Vsperlu = – √f′c x b x d = – √ 30 x 300 x 417 = 171,083 kN
ø 6 0,75 6
Coba gunakan D10 – 125 (Av = 157,08 mm2 )
Av x fy x d 157,08 x 360 x 417
Vs = = = 188,646 kN
s 125
Vs > Vsperlu OK
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.4, maksimum spasi untuk tulanga n
geser di sepanjang bentang adalah d/2 yaitu 417/2 = 208,50 mm. maka digunakan
spasi 125 mm (D10 – 125) dan pada daerah lapangan digunakan spasi 200 mm
(D10 – 200)

5.9 Perencanaan Tulangan Hoops Balok Lantai


Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.2, hoops dipasang sepanjang 2h
dari sisi muka kolom terdekat yaitu 2 x 500 = 1000 mm. Tulangan hoops
dipasang di daerah sendi plastis untuk mengakomodir supaya tidak tejadi
keruntuhan akibat geser tetapi akibat sendi plastis.
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.2, hoops yang pertama dipasang
pada jarak 50 mm dari muka kolom terdekat, dan yang berikutnya dipasang
dengan spasi terkecil di antara :
a. d/4 = 417 / 4 = 104,25 mm
b. 8 Dterkecil = 8 x 16 = 128 mm
c. 24 Dhoops = 24 x 10 = 240 mm
d. 300 mm
Digunakan tulangan hoops D10 – 100.

Gambar Penulangan dan Potongan Balok Lantai ditunjukkan pada Gambar 5.19 dan
Gambar 5.20

Gambar 5.24 Penulangan Balok Lantai

Gambar 5.25 Potongan Balok Lantai


5.10 Perencanaan Tulangan Geser Balok Atap
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.4.2 Vc harus diambil = 0 jika
a. Gaya geser Vsway akibat sendi plastis di ujung-ujung balok lebih dari ½ kuat
geser perlu maksimum Vs, dan
Vsway > ½ Ve
84,48 kN > ½ x 179,328 kN
84,48 kN > 89,664 kN TIDAK
b. Gaya tekan aksial terfaktor, termasuk akibat pembebanan seismic kurang dari
0,05 x Ag x f’c.
Gaya tekan aksial terfaktor < 0,05 Ag f’c
Pu maksimal = 14,247 ton = 142470 N
Pu < 0,05 x (300 x 500) mm2 x 40 MPa
142470 N < 300000 N IYA
Vs = Vn – Vc
Vu 1 179,328 1
Vsperlu = – √f′c x b x d = – √ 40 x 300 x 440,5 = 99,805 kN
ø 6 0,75 6
Coba gunakan D10 – 200 (Av = 157,08 mm2 )
Av x fy x d 157,08 x 360 x 440,5
Vs = = = 124,548 kN
s 200
Vs > Vsperlu OK
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.4, maksimum spasi untuk tulanga n
geser di sepanjang bentang adalah d/2 yaitu 440,5 / 2 = 220,25 mm, maka
digunakan spasi 200 mm. (D10 – 200).

5.11 Perencanaan Tulangan Hoops Balok Atap


Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.2, hoops dipasang sepanjang 2h
dari sisi muka kolom terdekat yaitu 2 x 500 = 1000 mm. Tulangan hoops
dipasang di daerah sendi plastis untuk mengakomodir supaya tidak tejadi
keruntuhan akibat geser tetapi akibat sendi plastis.
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.2, hoops yang pertama dipasang
pada jarak 50 mm dari muka kolom terdekat, dan yang berikutnya dipasang
dengan spasi terkecil di antara :
a. d/4 = 440,5 / 4 = 110,125 mm
b. 8 Dterkecil = 8 x 16 = 128 mm
c. 24 Dhoops = 24 x 10 = 240 mm
d. 300 mm
Digunakan tulangan hoops D10 – 100.

Gambar Penulangan dan Potongan Balok Atap ditunjukkan pada Gambar 5.26 dan
Gambar 5.22

Gambar 5.26 Penulangan Balok Atap

Gambar 5.27 Potongan Balok Atap


BAB VI
HUBUNGAN BALOK KOLOM (HBK)

6.1. Panjang Penyaluran


Ketentuan panjang penyaluran didasarkan pada SNI 03-2847-2002 Pasal
23.5.3.4. Panjang penyaluran ldh untuk tulangan tarik dengan kait standard 90o
dalam beton berat normal tidak boleh diambil lebih kecil daripada 8d b atau 150
mm. Gambar panjang penyaluran ditunjukkan pada Gambar 6.1.

Gambar 6.1 Panjang Penyaluran

fy x db 360 x 19
ldh = = = 200,227 mm
5,4 √f′ c 5,4 √40

6.2. Kuat Geser pada Hubungan Balok Kolom


Ketentuan kuat geser didasarkan pada SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5.3.1. Kuat
geser nominal hubungan balok-kolom tidak boleh diambil lebih besar daripada
1,7 √ f ′ c Ajoint , untuk hubungan balok-kolom yang terkekang pada keempat
sisinya. Suatu balok dianggap memberikan kekangan bila ¾ bidang muka
hubungan balok-kolom tersebut tertutupi oleh balok tersebut. Gambar luas
efektif hubungan balok kolom ditunjukkan pada Gambar 6.2.
Gambar 6.2 Luas Efektif Hubungan Balok-Kolom (Ajoint )

Ajoint = bbalok x bkolom = 300 mm x 400 mm = 120000 mm2


a. Check apakah balok mengekang kolom
bbalok > ¾ bkolom
300 mm > ¾ x 400 mm
300 mm > 300 mm (OK)
Maka, kuat geser balok Vc = 1,7 √ f ′ c Ajoint = 1,7 √ 40 120000 = 1290,209 kN

b. Check apakah Vc > Vsperlu


Penyederhanaan dilakukan dengan menganggap tulangan 2 layer menjadi 1
layer untuk memudahkan perhitungan. Gambar kuat geser pada hubunga n
balok-kolom ditunjukkan pada gambar 6.3.
Gambar 6.3 Kuat Geser pada Hubungan Balok-Kolom

Gambar 6.4 Penulangan pada balok di ujung 1 – lapangan – ujung 2

Balok yang memasuki joint memiliki probable moment 468,203 kNm dan
198,001 kNm.
Pada joint, kekakuan kolom atas dan kekakuan kolom bawah sama sehingga
DF = 0,5 untuk setiap kolom
Me = 0,5 x (468,203 + 198,001) = 333,102 kNm
Geser pada kolom
Vsway = (333,102 + 333,102) / (3,5 – 0,5) = 222,068 kN
Tulangan yang dipakai di layer atas adalah 10D19 (As = 2835,287 mm2 )
Gaya tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kiri adalah
T1 = 1,25 As x fy = 1,25 x 2835,287 mm2 x 360 MPa = 1275,879 kN
Gaya tekan yang bekerja pada balok ke arah kiri adalah
C1 = T1 = 1275,879 kN
Tulangan yang dipakai di layer bawah adalah 3D19 dan 1D16 (As =
1051,648 mm2 )
Gaya tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kanan adalah
T2 = 1,25 As x fy = 1,25 x 1051,648 mm2 x 360 MPa = 473,241 kN
Gaya tekan yang bekerja pada balok ke arah kanan adalah
C2 = T2 = 473,241 kN
Vu = T1 + C2 – Vsway = 1275,879 + 473,241 – 222,068 = 1527,052 kN

Vu > Vn
1527,052 kN > 1290,209 kN
Vsperlu = Vu – Vn = 1527,052 – 1290,209 = 236,843 kN

Cek terlebih dahulu apakah tulangan hoops 3D13 – 150 (As = 398,197 mm2 )
> Vsperlu
Av x fy x d 398,197 x 360 x 337,5
Vs = = = 372,161 kN
s 130
Vs > Vsperlu (OK)
Tulangan hoops mampu menahan gaya geser perlu sehingga tidak diperlukan
tulangan geser (shear) pada hubungan balok-kolom.

Anda mungkin juga menyukai