FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI EKONOMI S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS PAMULANG 2017
Jl. Surya Kencana No. 1 Pamulang-Tangerang Selatan
Telp/Fax : 021-7412566/71709855
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PSAK 46 dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterimakasih pada bapak Doni
selaku dosen matakuliah Akuntansi Pajak Universitas Pamulang yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai PSAK 46. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
dimasa depan.
( Penulis )
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang
3
1.2 Rumusan Masalah
5
1.3 Landasan Teori
5
BAB II PEMBAHASAN
8
2.1 Penjelasan Tentang PSAK 46
8
2.2 Prinsip Dasar Akuntansi Pajak Penghasilan
8
2.3 Pengungkapan
9
2.4 Tujuan PSAK 46
10
2.5 Ruang Lingkup PSAK 46
10
2.6 Pengertian Laba Menurut PSAK 46
11
2.7 Istilah-istilah Dalam PSAK 46
11
2.8 Perbedaan Permanen dan Perbedaan Tetap Dalam Pajak
12
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
27
DAFTAR PUSTAKA
28
BAB I
PENDAHULUAN
serta perbedaan dalam kebijakan akuntansi dapat dikelompokkan ke dalam dua
kategori,
yaitu perbedaan yang bersifat tetap/permanen dan perbedaan yang bersifat
sementara/waktu.
Perbedaan tetap adalah transaksi-transaksi pendapatan dan biaya tertetu yang boleh
diakui
akuntansi tetapi tidak boleh diakui oleh pajak (peraturan pajak) atau sebaliknya.
Sedangkan
perbedaan waktu adalah perbedaan pengakuan pendapatan atau biaya untuk
penghitungan
laba. Ada suatu transaksi pendapatan atau biaya yang sudah diakui akuntansi tetapi
menurut
pajak belum dan sebaliknya. Perbedaan ini bersifat sementara, karena akan tertutup
periode
sesudahnya (Tjahjono dan Husein; 2009).
Perbedaan tetap tidak memerlukan alokasi pajak antar periode karena perbedaan
tersebut
merupakan perbedaan yang mutlak sehingga tidak ada titik temunya atau
saldo
tandingannya. Berbeda dengan perbedaan permanen, perbedaan temporer
memerlukan
alokasi pajak penghasilan interperiode karena terdapat efek pajak periode mendatang
bagi
wajib pajak.
Acuan yang digunakan di Indonesia untuk mengalokasikan perbedaan waktu adalah
PSAK No. 46 yang menjelaskan tentang Akuntansi Perpajakan. PSAK No.46 menggunakan
Asset-Liability Method, yang berarti harus mengakui aktiva (kewajiban) pajak tangguhan
untuk mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak di masa mendatang sebagai akibat dari
perbedaan temporer yang terjadi. Kemudian mengakui pajak tangguhan baik berupa beban
maupun penghasilan dalam laporan laba rugi. Jadi, jumlah seluruh pajak penghasilan adalah
jumlah pajak kini dan perubahan neto antara aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak
tangguhan. Hal ini sesuai dengan pengertian beban (penghasilan) pajak yang dijelaskan
PSAK No. 46, yaitu:
“Beban pajak atau penghasilan pajak adalah jumlah agregat pajak kini dan pajak tangguhan
yang diperhitungkan dalam penghitungan laba atau rugi pada satu periode.”
Pengaplikasian alokasi pajak interperiode ini penting untuk menjaga kualitas laporan
keuangan perusahaan agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas (Ridwan;
2004 dalam Janitra; 2010). Dengan adanya PSAK No. 46, diharapkan dapat membawa
dampak positif bagi setiap perusahaan terutama dalam hal penyajian laporan keuangan yang
lebih berkualitas, yaitu laba akuntansi yang mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang
sebenarnya.
Koperasi XYZ merupakan koperasi yang telah berdiri sejak tahun 1993 dan telah memiliki
badan hukum sejak tahun 1996. Laporan keuangan Koperasi XYZ merupakan laporan
keuangan komersial yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan. Akan tetapi,
pembukuannya baru mulai teradministrasi dengan baik sejak tahun 2007. Salah satu
kebijakan koperasi adalah bahwa aktiva tetapnya disusutkan dengan metode garis lurus
dengan umur ekonomis setiap aktiva tetapnya adalah 10 tahun. Mengenai Penyusutan aktiva
tetap ini tentu berbeda dengan ketentuan perpajakan karena pada undang-undang perpajakan
umur ekonomisnya ditentukan berdasarkan kelompoknya, yaitu empat tahun untuk kelompok
1 dan delapan tahun untuk kelompok 2. Perbedaan ini tentu akan menyebabkan perbedaan
temporer, sehingga koperasi tersebut seharusnya mengakuai efek pajak atas perbedaan
temporer tersebut dan menyajikannya pada laporan keuangannya. Hingga saat ini koperasi
tersebut belum menerapkan PSAK No. 46, sedangkan sejak tahun 2001 PSAK No. 46 sudah
harus diterapkan bagi setiap perusahaan tertutup untuk mendapatkan laporan keuangan
berdasarkan akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
• Bagaimanakah penjelasan tentang PSAK 46
• Bagaimanakah menerapkan Prinsip Dasar Akuntansi Pajak Penghasilan
• Mengetahui keharusan Pengungkapan informasi di dalam PSAK 46
• Menjelaskan Tujuan PSAK 46 dalam hal akuntansi pajak penghasilan
• Menjelaskan Ruang Lingkup PSAK 46 untuk akuntansi pajak penghasilan
• Menjelaskan Pengertian Laba Menurut PSAK 46
• Menjelaskan Istilah-istilah Dalam PSAK 46
• Mengetahui Perbedaan Permanen dan Perbedaan Tetap Dalam Pajak
B. Akuntansi Pajak
Ada banyak definisi akuntansi dan pajak yang dikemukakan oleh para ahli. Paling kurang ada
tiga pengertian akuntansi (Regar, 1992; Belkoui, 1993; dalam Gunadi, 2009). Secara Teknis,
akuntansi merupakan proses pencatatan transaksi keuangan dari satu bisnis (organisasi) dan
melaporkan ringkasan informasi dalam bentuk laporan keuangan kepada stakeholder baik di
dalam maupun di luar organisasi. Selain sebagai sistem informasi (dengan produknya adalah
informasi keuangan) dimaksud, akuntansi juga sebagai kegiatan jasa (service activity) dan
bahasa bisnis (mengkomunikasikan business affair’s selama atau dalam waktu tertentu).
C. Akuntansi Pajak Penghasilan
Merupakan kegiatan jasa yang menyajikan informasi kuantitatif sebagai pertanggungjawaban
konsekuensi pajak periode berjalan dan mendatang dalam hal pemulihan nilai tercatat aktiva,
pelunasan nilai tercatat kewajiban, maupun transaksi lain yang diakui pada laporan keuangan
perusahaan.
Hal ini sesuai dengan tujuan akuntansi pajak penghasilan PSAK No. 46 paragraf 1:
” Pernyataan ini bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan. Masalah
utama perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan adalah bagaimana
mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan periode mendatang
untuk hal-hal berikut:
1. Pemulihan nilai tercatat aktiva yang diakui pada neraca perusahaan atau pelunasan nilai
tercatat kewajiban yang diakui pada neraca perusahaan; dan
2. Transaksi-transaksi atau kejadian lain pada periode berjalan yang diakui pada laporan
keuangan perusahaan.”
Selain mengatur akuntansi pajak penghasilan yang berasal dari konsekuensi pajak periode
berjalan dan mendatang, PSAK No. 46 juga mengatur pengakuan, penyajian, dan
pengungkapan aktiva pajak tangguhan yangberasal dari sisa rugi yang dapat dikompensasi ke
tahun berikutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penjelasan Tentang PSAK 46
Bicara masalah pajak kurang kiranya kalau tidak menyebutkan jenis-jenis pajak itu sendiri,
baik pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak atas bea materai, pajak atas bumi dan
bangunan, pajak atas barang mewah dll. Beriring dengan berkembangnya dunia akuntansi
dan luasnya area perpajakan yang akan dikenakan, maka PSAK juga turut mengatur masalah
perhitungan pajak. Tidak hanya hal tersebut namun dalam perkembangannya Direktorat
Jendral Pajak mengeluarkan peraturan tentang perhitungan pajak, dimana dasar pengenaan
pajak khususnya pada unit bisnis mengunakan Laporan Keuangan Fiskal, artinya laporan
keuangan yang dibuat oleh unit bisnis tersebut kemudian dikoreksi berdasarkan aturan-aturan
pajak yang berlaku.
Perkembangan yang terjadi munculnya perlakuan Laporan keuangan komersial dan fiskal
mengalami berbagai permasalah yang timbul akibat perkembangan aturan dari perpajakan itu
sendiri, PSAK No. 46 tentang pajak penghasilan yang memunculkan beberapa perbedaan
dalam pengakuan dan perlakuaannya, yaitu adanya beda tetap dan beda permanen dalam
aturan perpajakan. Keberadaan dua hal tersebut yang memunculkan timbulnya istilah pajak
tangguhan.
2.2 Prinsip Dasar Akuntansi Pajak Penghasilan
Akuntansi pajak penghasilan seperti diatur dalam PSAK 46 menggunakan dasar akrual, yang
mengharuskan untuk diakuinya pajak penghasilan yang kurang dibayar atau terutang dan
pajak yang lebih bayar dalam tahun berjalan.Secara garis besar prinsip dasar akuntansi pajak
penghasilan adalah sebagai berikut :
1) Pajak penghasilan tahun berjalan yang kurang bayar atau terutang diakui sebagai
Kewajiban Pajak Kini (Hutang Pajak) sedangkan yang lebih dibayar disebut Aktiva Pajak
Kini (Piutang Pajak)
2) Konsekuensi pajak peiode mendatang yang dapat didistribusikan dengan perbedaan
temporer kena pajak diakui sebagai Kewajiban Pajak Tangguhan, sedangkan efekperbedaan
temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kerugin yang belum dikompensasikan diakui
sebagai Aktiva Pajak Tangguhan.
3) Pengukuran kewajiban dan aktiva pajak didasarkan pada peraturan pajak yang berlaku
4) Penilaian kembali Aktiva Pajak Tangguhan harus dilakukan pada setiap tanggal neraca,
terkait dengan kemungkinan dapat atau tidaknya pemulihan aktiva pajak direalisasikan dalam
periode mendatang.
2.3 Pengungkapan
PSAK 46 juga mengharuskan untuk diungkapkannya informasi lain yang berhubungan
dengan aktiva dan kewajiban pajak sebagai elemen neraca serta penghasilan dan biaya fiskal
sebagai elemen laba rugi tersebut di dalam laporan keuangan atau catatan atas laporan
keuangan berikut ini :
1) Unsur unsur utama penghasilan dan biaya fiskal yang meliputi
a) Penghasilan dan biaya fiskal tahun berjalan
b) Penyesuaian yang diakui pada periode berjalan atas pajak kini yang berasal dari periode
sebelumnya
c) Penghasilan atau beban pajak tangguhan yang berasal dari perbedaan sementara maupun
realisasinya
d) Penghasilan atau beban pajak tangguhan yang beasal dari perubahan tarif atau peraturan
perpajakan
e) Manfaat dari rugi fiskal atau perbedaan sementara periode sebelumnya yang belum diakui
yang dapat diperlakukan sebagai pengurang beban pajak kini
f) Manfaat dari rugi fiskal atau perbedaan sementara periode sebelumnya yang belum diakui
yang dapat diperlakukan sebagai pengurang beban pajak tangguhan
g) Beban pajak tangguhan yang berasal dari penurunan nilai atau pembatalan penurunan
periode sebelumnya atas aktiva pajak tangguhan
2) Jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang berasal dari transaksi yang dibebankan atau
dikreditkan langsung kerekening ekuitas
3) Penghasilan dan biaya fiskal yang berasal dari pos luar biasa yang diakui dalam periode
berjalan
4) Hubungan antara beban pajak penghasilan dengan laba akuntansi dalam salah satu atau
kedua bentuk berikut ini :
a) Rekonsiliasi antara beban pajak penghasilan dengan hasil perkalian laba akuntansi dengan
tarif yang berlaku
b) Rekonsiliasi antara tarif pajak efektif dan tarif pajak yang berlaku
5) Efek perubahan tarif pajak dalam tahun berjalan dengan perbandingannya dengan tarif
pajak yang berlaku pada periode sebelumnya, jika ada.
6) Lumlah perbedaan sementara yang boleh dikurangkan dan sisa kerugian yang masih dapat
dikompensasi dalam periode mendatang yang tidak diakui sebagai aktiva pajak tangguhan
7) Jumlah aktiva dan kewajiban pajak tangguhan yang disajikan di dalam neraca dan jumlah
beban atau penghasilan pajak tangguhan yang disajikan di dalam laporan laba rugi; untuk
setiap kelompok perbedaan sementara dan setiap kelompok rugi yang dapat dikompensasi
dalam periode mendatang.
8) Beban pajak dari operasi yang tidak dilanjutkan atau penghentian segmen
9) Sifat bukti yang mendukung pengakuan dan penyajian aktiva pajak tangguhan
Pajak tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa yang akan datang yang
disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara perlakuan akuntansi dan perpajakan serta
kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasikan di masa datang (tax loss carry forward)
yang perlu disajikan dalam laporan keuangan dalam suatu periode tertentu.
Dampak PPh di masa yang akan datang yang perlu diakui, dihitung, disajikan dan
diungkapkan dalam laporan keuangan, baik neraca maupun laba rugi. Suatu perusahaan bisa
saja membayar pajak lebih kecil saat ini, tapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang
lebih besar di masa datang.Atau sebaliknya, bisa saja perusahaan membayar pajak lebih besar
saat ini, tetapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang lebih kecil di masa datang.Bila
dampak pajak di masa datang tersebut tidak tersaji dalam neraca dan laba rugi, maka laporan
keuangan bisa saja menyesatkan pembacanya.
Dasar Pengenaan Pajak DPP aktiva adalah jumlah yang dapat dikurangkan, untuk tujuan
fiskal, terhadap setiap manfaat ekonomi(penghasilan) kena pajak yang akan diterima
perusahaan pada saat memulihkan nilai tercatat aktiva tersebut. Apabila manfaat ekonomi
(penghasilan) trsebut tidak akan dikenakan pajak maka DPP aktiva adalah sama dengan nilai
tercatat aktiva.
Contoh :
Mesin nilai perolehan 100.Untuk tujuan fiskal, mesin telah disusutkan sebesar 30 dan sisa
nilai buku dapat dikurangkan pada periode mendatang.Penghasilan mendatang dari
penggunaan aktiva merupakan obyek pajak.DPP aktiva tersebut adalah 70.
Piutang bunga mempunyai nilai tercatat 100.Untuk tujuan fiskal, pendapatan bunga diakui
dengan dasar kas. DPP piutang adalah nihil Piutang usaha mempunyai nilai tercatat
100.Pendapatan usaha terkait telah diakui untuk tujuan fiskal.DPP piutang adalah 100.
Pinjaman yang diberikan mempunyai nilai tercatat 100. Penerimaan kembali pinjaman tidak
mempunyai konsekuensi pajak. DPP pinjaman yang diberikan adalah 100
DPP kewajiban adalah nilai tercatat kewajiban dikurangi dengan setiap jumlah yang dapat
dikurangkan pada masa mendatang.
Contoh :
Nilai tercatat beban yang masih harus dibayar (accured expenses) 100.Biaya tersebut
dapatdikurangkan untuk tujuan fiskal dengan dasar kas.DPP-nya adalah nol.Nilai tercatat
pendapatan bunga diterima dimuka 100.Untuk tujuan fiskal, pendapatan bunga tersebut
dikenakan pajak dengan dasar kas.DPP-nya adalah nol.Nilai tercatat beban masih harus
dibayar (accured expense) 100.Untuk tujuan fiskal biaya tersebut telah dikurangkan.DPP-nya
adalah 100.Nilai tercatat beban denda yang masih harus dibayar 100.Untuk tujuan fiskal,
beban dendatersebuttidak dapat dikurangkan.DPP-nya adalah 100.Nilai tercatat pinjaman
yang diterima 100.Pelunasan pinjaman tersebut tidak mempunyai konsekuensi pajak.DPP-
nya adalah 100.
Apabila DPP aktiva atau kewajiban tidak begitu jelas, maka DPP tersebut dapat ditentukan
menurut prinsip dasar yang digunakan dalam Pernyataan ini. Dengan beberapa pengecualian,
perusahaan harus mengakui kewajiban (aktiva) pajak tangguhan apabila pemulihan nilai
tercatat aktiva atau pelunasan nilai tercatat kewajiban tersebut akan mengakibatkan
pembayaran pajak pada periode mendatang lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan
pembayaran pajak sebagai akibat pemulihan aktiva atau pelunasan kewajiban yang tidak
memiliki konsekuensi pajak.
Dalam laporan keuangan konsolidasi, perbedaan temporer ditentukan dengan
membandingkan nilai tercatat aktiva dan kewajiban pada laporan keuangan konsolidasi
dengan DPP-nya.Berhubung peraturan perundangan perpajakan di Indonesia tidak
memperkenankan SPT konsolidasi, maka DPP aktiva dan kewajiban ditentukan dengan
merujuk pada SPT masing-masing entitas.
Metode Penangguhan dalam Pajak penghasilan
a. Deferred Method (Metode Penangguhan)Metode ini menggunakan pendekatan laba rugi
(Income Statement Approach) yang memandang perbedaan perlakuan antara akuntansi dan
perpajakan dari sudut pandang laporan laba rugi, yaitu kapan suatu transaksi diakui dalam
laporan laba rugi baik dari segi komersial maupun fiskal. Pendekatan ini mengenal istilah
perbedaan waktu dan perbedaan permanen. Hasil hitungan dari pendekatan ini adalah
pergerakan yang akan diakui sebagai pajak tangguhan pada laporan laba rugi. Metode ini
lebih menekankan matching principle pada periode terjadinya perbedaan tersebut.
b. Asset-Liability Method (Metode Asset dan Kewajiban)Metode ini menggunakan
pendekatan neraca (Balance Sheet Approach) yang menekankan pada kegunaan laporan
keuangan dalam mengevaluasi posisi keuangan dan memprediksikan aliran kas pada masa
yang akan datang. Pendekatan neraca memandang perbedaan perlakuan akuntansi dan
perpajakan dari sudut pandang neraca, yaitu perbedaan antara saldo buku menurut komersial
dan dasar pengenaan pajaknya.Pendekatan ini mengenal istilah perbedaan temporer dan
perbedaan non temporer.
c. Net-of-Tax Method (Metode Bersih dari Pajak)Metode ini tidak ada pajak tangguhan yang
diakui. Konsekuensi pajak atas perbedaan temporer tidak dilaporkan secara terpisah,
sebaliknya diperlakukan sebagai penyesuaian atas nilai asset atau kewajiban tertentu dan
penghasilan atau beban yang terkait. Dalam metode ini, beban pajak yang disajikan dalam
laporan laba rugi sama dengan jumlah pajak penghasilan yang terhutang menurut SPT
tahunan.
Bagaimana cara Menentukan Pajak Tangguhan
a.Pengakuan (Recognition)Standar yang mengatur bahwa dampak PPh atas perbedaan
temporer dan tax loss carry forward (TLCF) atau kompensasi rugi harus diakui dalam laporan
keuangan. Pengakuan ini menyiratkan bahwa perusahaan pelapor akan memulihkan nilai
tercatat asset pajak tangguhan atau deferred tax asset (DTA) dan akan melunasi nilai tercatat
dalam kewajiban pajak tangguhan atau deferred tax liability (DTL) tersebut.
Pengakuan
PSAK 46 mengatur bahwa:
a) Semua perbedaan temporer kena pajak wajib diakui sebagai liabilitas pajak tangguhan
(paragraf 15)
b) Semua perbedaan temporer yang boleh dikurangkan wajib diakui sebagai aset pajak
tangguhan, sepanjang besar kemungkinan perbedaan temporer yang boleh dikurangkan
tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba fiskal di masa mendatang
Namun, terdapat tiga pengecualian untuk ketentuan di atas, yaitu:
a) Liabilitas/aset pajak tangguhan yang timbul dari goodwill (goodwill negatif)
b) Liabilitas/aset pajak tangguhan yang timbul dari pengakuan awal aset atau liabilitas yang
bukan merupakan transaksi kombinasi bisnis dan tidak memengaruhi laba akuntansi dan laba
fiskal
c) Liabilitas/aset pajak tangguhan yang timbul dari investasi dalam anak perusahaan, cabang
perusahaan, dan perusahaan asosiasi serta kepemilikan dalam ventura(joint venture) dalam
kondisi tertentu.
Pada paragraf 31, PSAK menyebutkan bahwa apabila perbedaan temporer kena pajak tidak
memadai yang berhubungan dengan dinas perpajakan yang sama dan perusahaan, maka aset
pajak tangguhan diakui sepanjang besar kemungkinan perusahaan memiliki laba fiskal
memadai yang berhubungan dengan dinas perpajakan dan perusahaan yang sama pada
periode yang sama sebagai balikan perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, atau
terdapat peluang perencanaan pajak bagi perusahaan yang dapat menimbulkan laba fiskal di
periode yang sesuai.
PSAK 46 lebih lanjut mengatur bahwa pada setiap tanggal pelaporan, perusahaan wajib
menilai kembali aset pajak tangguhan yang tidak diakui (paragraf 39).Sebagai contoh,
membaiknya kondisi perekonomian dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba fiskal dalam jumlah yang memadai pada periode mendatang aset pajak
tangguhan yang sebelumnya tidak diakui menjadi memenuhi kriteria pengakuan.
Untuk aset dan liabilitas pajak ini, PSAK 46 mengatur bahwa:
a) Jumlah pajak kini di periode berjalan dan periode sebelumnya wajib diakui sebagai
liabilitas, jika belum dibayarkan (paragraf 12)
b) Jika jumlah pajak yang telah dibayarkan di periode berjalan dan periode sebelumnya
melebihi jumlah pajak terutang, maka selisihnya wajib diakui sebagai aset (paragraf 12)
c) Manfaat ekonomi rugi fiskal yang dapat diakui untuk memulihkan jumlah pajak kini di
periode sebelumnya wajib diakui sebagai aset (paragraf 13).
Perbedaan Temporer yang timbul dari Pos-Pos Laporan Posisi Keuangan
Sebagian besar perbedaan temporer kena pajak dan perbedaan temporer yang boleh
dikurangkan timbul dari perbedaan antara nilai tercatat dan dasar pengenaan pajak aset dan
liabilitas dalam laporan posisi keuangan.
Contoh:
PT.A (dengan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember) membeli mesin dengan
biaya perolehan Rp300 juta pada tanggal 1 Januari 2011.Untuk tujuan akuntansi, biaya
perolehan mesin disusutkan menggunakan metode garis lurus mulai dari tahun 2011.
Nilai tercatat mesin tersebut adalah sebagai berikut:
Tanggal 31 Desember 2011: Rp240 juta
Tanggal 31 Desember 2012: Rp180 juta
Tanggal 31 Desember 2013: Rp120 juta
Tanggal 31 Desember 2014: Rp60 juta
Tanggal 31 Desember 2015: Rp nol
Namun, DPP mesin tersebut adalah sebagai berikut:
Tanggal 31 Desember 2011: Rp200 juta
Tanggal 31 Desember 2012: Rp100 juta
Tanggal 31 Desember 2013: Rp nol
Perbandingan antara nilai tercatat dan DPP mesin menghasilkan perbedaan temporer kena
pajak berikut:
Tanggal 31 Desember 2011: Rp40 juta (Rp240 juta – Rp200 juta)
Tanggal 31 Desember 2012: Rp80 juta (Rp180 juta – Rp100 juta)
Tanggal 31 Desember 2013: Rp120 juta (Rp120 juta – Rp nol)
Tanggal 31 Desember 2014: Rp60 juta (Rp60 juta – Rp nol)
Tanggal 31 Desember 2015: Rp nol (Rp nol – Rp nol)
Dengan asumsi tarif pajak sebesar 25%, perbedaan temporer di atas menimbulkan liabilitas
pajak tangguhan sebagai berikut:
Tanggal 31 Desember 2011: Rp 10 juta (Rp40 juta x 25%)
Tanggal 31 Desember 2012: Rp20 juta (Rp80 juta x 25%)
Tanggal 31 Desember 2013: Rp30 juta (Rp120 juta x 25%)
Tanggal 31 Desember 2014: Rp15 juta (Rp60 juta x 25%)
Tanggal 31 Desember 2015: Rp nol (Rp nol x 25%)
Perbedaan Temporer yang timbul dari Penyesuaian Nilai Wajar
Perbedaan temporer yang timbul pada saat DPP aset dan liabilitas yang dapat
diidentifikasikan tidak terpengaruh oleh kombinasi bisnis atau terpengaruh secara
terpisah.PSAK 46 mensyaratkan bahwa konsekuensi pajak perbedaan temporer seperti itu
wajib diperhitungkan sebagai liabilitas pajak tangguhan atau aset pajak tangguhan. Ini
kemudian akan memengaruhi jumlah goodwill yang timbul dari kombinasi bisnis tersebut
(paragraf 19 dan 28c).
Perbedaan Temporer yang timbul dari Penilaian Kembali
Menurut peraturan perpajakan Indonesia, revaluasi aset tetap dikenai pajak final 10%.
Namun, saat ini DJP masih melakukan kajian apakah revaluasi dalam peraturan perpajakan
sama dengan model revaluasi dalam PSAK 16 aset tetap. Revaluasi aset tetap dalam
perpajakan hanya dapat dilakukan lima tahun sekali dan tidak pernah ada revaluasi menurun.
Sedangkan dalam PSAK 16, bila perusahaan menggunakan metode revaluasi maka bisa saja
nilai aset bisa naik atau turun setiap kali dilakukan penyesuaian.
PSAK 46 mensyaratkan bahwa perbedaan temporer seperti itu diakui sebagai liabilitas atau
aset pajak tangguhan. Sebagai contoh, apabila suatu aset dinilai kembali sehingga nilainya
lebih besar dan kemudian dijual dengan nilai lebih besar tersebut, timbul penghasilan yang
akan dikenakan pajak dan pajak tambahan yang harus dibayar. Di sisi lain, apabila suatu aset
dinilai kembali sehingga nilainya lebih kecil dan dipulihkan dengan nilai kecil tersebut, maka
pengurangan pajak timbul dan jumlah pajak yang harus dibayarkan berkurang. Dengan
demikian, apabila suatu aset dinilai kembali (menjadi lebih besar atau lebih kecil), aset itu
memengaruhi tagihan pajak perusahaan di masa depan, dan sesuai dengan prinsip yang
pertama, liabilitas/aset pajak tangguhan harus diperhitungkan.
b. Pengukuran (Measurement)
Cara menghitung jumlah yang harus dibukukan dalam buku besar perusahaan. Dalam hal ini
pajak tangguhan akan dihitung dengan menggunakan tarif yang berlaku atau efektif akan
berlaku di masa yang akan datang.
Pengukuran
PSAK 46 mengatur bahwa liabilitas (aset) pajak kini untuk periode berjalan dan periode
sebelumnya diukur sebesar jumlah pajak terutang (restitusi pajak) yang dihitung
menggunakan tarif pajak (peraturan pajak) yang berlaku atau yang telah secara substantif
berlaku pada tanggal pelaporan (paragraf 48). PSAK 46 lebih lanjut mengatur bahwa
liabilitas (aset) pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang akan berlaku
pada saat aset dipulihkan atau liabilitas dilunasi, yaitu dengan tarif pajak (peraturan pajak)
yang telah berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada tanggal pelaporan (paragraf
49).
Contoh:
Pada bulan November 2012, pemerintah mengumumkan bahwa tarif pajak yang sebelumnya
sebesar 28% akan diturunkan menjadi 25%, yang berlaku dari tanggal 1 Januari 2013.
PT.A memiliki penghasilan kena pajak sebesar Rp100 juta pada tahun yang berakhir tanggal
31 Desember 2012. Perbedaan temporer kena pajaknya lebih besar dari Rp50 juta pada
tanggal 31 Desember 2011 menjadi Rp60 juta pada tanggal 31 Desember 2012.
Dalam contoh ini, utang pajak tahun berjalan adalah sebesar Rp28 juta, yang diukur dengan
tarif 28%. Liabilitas pajak tangguhan pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp15
juta, yang diukur dengan tarif 25%. (liabilitas pajak tangguhan pada tanggal 31 Desember
2011 adalah sebesar Rp14 juta (Rp50 juta x 28%).
Pengungkapan
Untuk beban penghasilan pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari kegiatan
aktivitas normal, PSAK 46 mensyaratkan:
a) Pengungkapan beban (penghasilan) pajak dalam laporan laba rugi komprehensif (paragraf
83)
b) Pengungkapan unsur-unsur utama beban (penghasilan) pajak secara terpisah, yang
mencakup beban (penghasian) pajak kini, beban (penghasilan) pajak tangguhan, over/under
provision pada periode sebelumnya, manfaat pajak atau saldo rugi fiskal yang dapat
dikompensasikan (paragraf 87, 88)
c) Pengungkapan penjelasan tentang hubungan antara beban (penghasilan) pajak dan laba
akuntansi dalam sala satu atau kedua bentuk berikut: (a) rekonsiliasi antara beban
(penghasilan) pajak dengan hasil perkalian laba akuntansi dan tarif pajak yang berlaku, atau
(b) rekonsiliasi antara tarif pajak efektif rata-rata dengan tarif pajak yang berlaku, atau
keduanya (paragraf 88c)
d) Pengungkapan dasar tarif pajak yang berlaku yang digunakan dalam menghitung paragraf
81(c) serta penjelasan tentang perubahan tarif pajak yang berlaku dan perbandingan dengan
tarif pajak yang berlaku pada periode akuntansi sebelumnya (paragraf 88d).
Untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan aset pajak tangguhan, PSAK 46
mensyaratkan pengungkapan berikut:
a) Jumlah (dan tanggal kadaluwarsa, jika ada) perbedaan temporer yang boleh dikurangkan
(termasuk saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi dan penyisihan modal tidak terserap)
yang menyebabkan tidak diakuinya aset pajak tangguhan dalam laporan posisi keuangan.
b) Jumlah aset pajak tangguhan dan sifat bukti yang mendukung pengakuannya, jika (i)
penggunaan aset pajak tangguhan bergantung pada apakah laba fiskal yang dapat dihasilkan
pada periode mendatang melebihi laba dari realisasi perbedaan temporer kena pajak yang
telah ada dan (ii) perusahaan telah mengalami kerugian pada periode berjalan atau periode
sebelumnya.
c. Hitung pajak tangguhan dengan cara menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh dikali koreksi
fiskal yang dihasilkan oleh langkah di atas.
d.Tentukan DTA/DTL dengan cara merujuk pada saldo DTA/DTL tahun sebelumnya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
PSAK No.46 merupakan standar yang mengatur perlakuan akuntansi pajak penghasilan
dengan menerapkan pendekatan neraca. Pendekatan neraca mengakui adanya kewajiban dan
aktiva pajak tangguhan terhadap konsekuensi fiskal masa depan sebagai akibat adanya
perbedaan waktu dan sisa kerugian yang belum dikompensasikan.
Apabila ada perusahaan belum menerapkan PSAK No.46 sehingga perubahan penerapan
kebijakan yang baru menyebabkan laporan keuangan harus disajikan kembali.Dari hasil
penyajian kembali tersebut diketahui bahwa penerapan PSAK No.46 mengakibatkan
munculnya akun baru yaitu aktiva pajak tangguhan yang menambah jumlah aktiva
perusahaan sebagai akibat dari adanya manfaat pajak tangguhan yang mengurangi beban
pajak perusahaan.
Adanya manfaat pajak tangguhan juga mengakibatkan bertambahnya laba perusahaan
sehingga meningkatkan ekuitas perusahaan.
(Keuangan LSM, 2017)
DAFTAR PUSTAKA
Keuangan LSM. (2017, April 1). Dipetik April 1, 2017, dari Keuangan LSM Site:
http://keuanganlsm.com/mengenai-psak-46-tentang-pajak-penangguhan/
Tanya Pajak. (2017, April 1). Dipetik April 1, 2017, dari Tanya Pajak Site:
https://tanyapajak1.wordpress.com/2012/10/12/penjelasan-singkat-tentang-psak-46/
0 komentar:
Posting Komentar