SNI 01-2782-1998/rev.1992: Standar Nasional Indonesia
SNI 01-2782-1998/rev.1992: Standar Nasional Indonesia
SNI 01-2782-1998/Rev.1992
SNI 01-2782-1998/Rev.1992
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan metoda untuk mengukur berat jenis (B.J) susu segar.
2 Prinsip
Benda padat yang dicelupkan ke dalam suatu cairan akan mendapatkan tekanan
ke atas seberat volume cairan yang dipindahkan. Berat jenis diukur di antara
suhu 20 - 300C kemudian disesuaikan pada :
27,50 76 cm Hg.
BJ.
27,50
3 Pereaksi
Tidak diperlukan.
4 Peralatan
a) Satu Laktodensimeter yang ditera pada suhu 27,5oC (harus ditera ulang
tiap tahun)
d) Termometer.
1 dari 82
5 Prosedur pengujian
5.2 Homogenkan susu dengan sempurna (dituangkan dari gelas piala satu
ke gelas piala lainnya), kemudian dengan hati-hati dituangkan kedalam tabung
tanpa menimbulkan buih.
5.4 Baca skala yang ditunjukkan dan angka yang terbaca menunjukkan
angka ke-2 dan ke-3 dibelakang koma, sedangkan desimal ke-4 dikira-kira.
Contoh :
Bila skala yang terbaca adalah 28, maka angka yang didapat adalah 1,0280
5.6 Temperatur susu diukur dengan ketelitian 0,5oC dan tandon Hg dari
termometer haruslah berada di dalam susu pada waktu pengukuran dilakukan.
6 Hasil Uji
6.1 Untuk laktodensimeter yang ditera pada 27,50C, bila temperatur susu
adalah 29oC sedangkan skala rata-rata adalah 28 maka yang dicatat adalah :
290 C
BJ. 76 cm Hg = 1,0280
27,50 C
6.2 Untuk setiap kelebihan atau kekurangan suhu sebesar 10C dilakukan
penyesuaian berat jenis sebesar koefisien muai susu setiap derajat Celcius
yakni 0,0002
27,50
BJ. 76 cm Hg =
0
27,5
= 1,0280 + (29 - 27,5) x 0,0002
= 1,0280 + 0,0003
= 1,0283.
2 dari 82
6.3. Bila laktodensimeter yang digunakan ditera pada 150C, maka perhitungan
harus disesuaikan sebagai berikut:
27,50 76 cm Hg
BJ. = 1,0280
150
27,50 76 cm Hg
BJ. = 1,0280 + (29-27,5) x 0,0002
150
= 1,0280 + 0,003
= 1,0283
27,50 76 cm Hg 0
BJ. = 1,0283 x BJ air pada 15 C
27,50 BJ air pada 27,50C
27,50 76 cm Hg
BJ. = 1,0280 + (29-27,5) x 0,0002
150
= 1,0280 + 0,003
= 1,0283
6.4 Tabel 1 memperlihatkan berat jenis dan volume air pada beberapa suhu.
3 dari 82
Tabel 1
24 0,997321 1,0027
4 dari 82
Pengukuran kadar lemak dengan metoda Gerber
1 Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan metoda pemeriksaan rutin penentuan kadar lemak susu
penuh, susu yang sebagian lemaknya diambil, susu yang tidak dihomogenisasi
dan susu yang dihomogenisasi menggunakan metoda Gerber.
2 Definisi
Metoda Gerber adalah prosedur empiris untuk menentukan nilai kadar lemak
susu dalam satuan gram lemak per 100 ml susu.
3 Prinsip
Asam sulfat pekat merombak dan melarutkan kasein dan protein lainnya,
sehingga menyebabkan hilangnya bentuk dispersi lemak. Pemisahan lemak
dipercepat dengan penambahan amil alkohol yang akan mencairkan lemak
dengan panas yang ditimbulkannya. Dengan sentrifugasi akan menyebabkan
lemak terkumpul dibagian skala dari butirometer.
4 Pereaksi
a) Asam sulfat (H2SO4) 90 - 91% (BJ pada 200 C = 1.818 + 0,003 g/ml)
Penampakan: tidak berwarna atau lebih terang dari warna kuning pucat serta
tidak mengandung endapan.
5 Peralatan
5 dari 82
d) Pipet otomat 1 ml + 0,05 ml (amil alkohol).
6 Prosedur
6.1 Metoda ini berlaku untuk 3 jenis susu: susu penuh, susu yang sebagian
lemaknya diambil dan susu yang tidak dihomogenisasi.
6.1.2 Tambahkan 10,75 ml contoh susu dan 1 ml amil alkohol. Urutan dari
pemasukan bahan ke dalam butirometer harus runtut seperti cara di atas.
6.1.6 Setelah itu, bacalah skala yang tertera pada butirometer. Skala tersebut
menunjukkan kadar lemak.
6.2.1 Cara pengerjaan contoh sama dengan di atas, hanya setelah pembacaan
skala, butirometer kembali disentrifusi dan dimasukkan ke dalam penangas air
(650 C), lalu skala dibaca kembali.
6.2.3 Apabila perbedaan hasil pembacaan skala antara 2 dan 3, antara 3 dan 4
lebih dari 0.05%, maka pengukuran ini dianggap salah.
7 Hasil Uji
Kadar lemak adalah angka yang ditunjukkan oleh skala dinyatakan dalam
persen.
6 dari 82
Perhitungan kadar bahan kering tanpa lemak (BKTL)
1 Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan metoda untuk perhitungan kadar bahan kering tanpa
lemak dalam susu segar dengan cepat.
2 Prinsip
Untuk tujuan ini diperlukan persentase kadar lemak dan berat jenis susu.
BJ
BKTL = BK - L
7 dari 82
3 Prosedur
4 Hasil Uji
Hasil uji Kadar Bahan Kering Tanpa Lemak susu dinyatakan dalam persen (%).
8 dari 82
Tabel 2
Lemak 1,31 L Lemak 1,31 L Lemak 1,31 L Lemak 1,31 L Lemak 1,31 L
1,0 1,31 2,5 3,28 4,0 5,24 5,4 7,07 6,8 8,91
1,1 1,44 2,6 3,41 4,1 5,37 5,5 7,21 6,9 9,04
1,2 1,57 2,7 3,54 4,2 5,50 5,6 7,34 7,0 9,17
1,3 1,70 2,8 3,67 4,3 5,64 5,7 7,47 7,1 9,30
1,4 1,83 2,9 3,80 4,4 5,76 5,8 7,60 7,2 9,43
1,5 1,97 3,0 3,93 4,5 5,90 5,9 7,73 7,3 9,56
1,6 2,10 3,1 4,06 4,6 6,03 6,0 7,86 7,4 9,69
1,7 2,23 3,2 4,19 4,7 6,16 6,1 8,00 7,5 9,83
1,8 2,36 3,3 4,32 4,8 6,29 6,2 8,12 7,6 9,96
1,9 2,49 3,4 4,45 4,9 6,42 6,3 8,25 7,7 10,09
2,0 2,62 3,5 4,59 5,0 6,55 6,4 8,38 7,8 10,22
2,1 2,75 3,6 4,72 5,1 6,68 6,5 8,51 7,9 10,35
2,2 2,88 3,7 4,85 5,2 6,81 6,6 8,65 8,0 10,48
9 dari 82
Tabel 3
Penyesuaian untuk BJ
1 Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan metoda untuk perhitungan kadar BKTL pada susu
segar, krim, buttermilk dan susu kental tawar (tanpa gula).
2 Prinsip
Sejumlah contoh susu dikeringkan pada suhu yang tetap (konstan) sampai berat
kering yang konstan tercapai. Berat setelah pengeringan adalah berat bahan
kering.
10 dari 82
3 Peralatan
b) Oven
c) Eksikator
d) Cawan dari bahan anti karat (alumunium, nikel, gelas) yang dilengkapi
dengan tutup, mempunyai dasar rata, tinggi sekitar 3 cm dengan garis tengah 6-
8 cm.
e) Penangas air
4 Prosedur
4.1 Keringkan cawan dan tutupnya dalam oven dengan suhu 102 + 20C
selama 30 menit.
4.5 Masukkan kembali cawan ke dalam oven (suhu 102 + 20C) selama 1
jam dan letakkan tutup cawan disamping cawan.
4.6 Tutup kembali cawan dan masukkan ke dalam eksikator dan biarkan
hingga suhu cawan sama dengan suhu kamar.
4.8 Masukkan kembali cawan ke dalam oven selama 1 jam dan setelah itu
masukkan kembali ke dalam eksikator hingga suhunya sama dengan suhu
kamar, kemudian timbang lagi (G3.2.).
5 Cara Perhitungan
11 dari 82
Kadar Bahan Kering (%) = 100 x (G3 - G1)
G2 - G1
6 Hasil Uji
12 dari 82
Uji protein menurut Kjeldahl
1 Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan metoda penentuan kadar protein susu segar dengan
metoda Kjeldahl.
2 Prinsip
3 Pereaksi
13 dari 82
4 Peralatan
f) Pendingin Liebig
5 Prosedur
5.1 Masukkan ke dalam labu Kjeldahl 5 gram contoh susu, batu didih, 10
gram K2SO4 dan 0,25 gram CuSO4. Kemudian tambahkan 20 ml H2SO4 dan
campur dengan baik.
5.2. Panaskan hingga tidak ada uap, teruskan pemanasan sampai mendidih
dan sekali-sekali labu diputar.
5.3. Setelah cairan dalam labu terlihat jernih dan tak berwarna, teruskan
pemanasan selama 90 menit, kemudian didinginkan.
5.7. Pasanglah labu Kjeldahl dengan segera pada alat destilasi. Panaskan
labu Kjeldahl, mula-mula secara perlahan-lahan sampai dua lapisan cairan
tercampur, kemudian panaskan dengan cepat sampai mendidih. Atur panasnya
sampai terjadi proses destilasi (waktu pemanasan minimum 20 menit).
14 dari 82
5.8. Menjelang berakhirnya proses destilasi letakkan erlenmeyer pada
tempat yang lebih rendah sehingga ujung pipa tidak menyentuh larutan asam
borat lagi.
5.9. Dinginkan hasil destilasi (destilat) dan jaga agar larutan asam borat
tidak turut panas.
6 Cara Penghitungan
1,4 x N x (A - B) x 6,38
Kandungan protein (%) =
C
7 Hasil Uji
15 dari 82
Uji warna, bau, rasa dan kekentalan
1 Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan metoda uji warna, bau, rasa dan kekentalan pada susu
segar secara organoleptik.
2 Definisi
Uji organoleptik adalah pengujian warna, bau, rasa dan kekentalan suatu
produk makanan dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama
untuk mengetahui kelainan-kelainan pada produk makanan tersebut.
3 Prinsip
Susu dapat berubah warna, bau, rasa, dan kekentalannya oleh sebab-sebab di
bawah ini:
3.1 Warna
3.1.2 Menjadi kemerahan bila mengandung darah dari sapi yang menderita
mastitis.
3.2 Bau
3.3 Rasa
3.3.3 Susu memiliki rasa sabun disebabkan oleh Bacillus lactis saponacei.
16 dari 82
3.4 Kekentalan
Susu akan berlendir bila terkontaminasi oleh kuman-kuman kokki yang berasal
dari air, sisa makanan atau dari alat-alat susu.
4 Pereaksi
Tidak diperlukan.
5 Peralatan
a) Tabung reaksi
6 Prosedur
6.1.2 Dengan latar belakang putih amati kelainan pada warna susu.
6.2.1 Masukkan ke dalam tabung reaksi kurang lebih 5 ml susu, atau dapat
pula dipakai susu dalam tabung yang telah diuji warnanya pada butir 5.1. di
atas, kemudian dicium baunya.
17 dari 82
6.4.1 Masukkan kurang lebih 5 ml susu ke dalam tabung reaksi.
6.4.3 Pada saat menegakkan tabung kembali perhatikan bagian susu yang
membasahi dinding terhadap kecepatan turunnya susu serta adanya butiran,
lendir dan sebagainya.
7 Hasil uji
Susu dianggap baik bila tidak dijumpai perubahan atau penyimpangan dalam
warna, bau, rasa maupun kekentalannya.
18 dari 82
Uji titrasi keasaman Soxhlet Henkel
1 Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan metoda pengukuran derajat asam susu dengan cara
titrasi.
2 Definisi
Yang dimaksud dengan derajat asam Soxhlet Henkel adalah jumlah ml NaOH
0,25 N yang diperlukan untuk menetralisasi asam yang berada dalam 100 ml
susu dengan phenolphthalein sebagai indikator.
3 Pereaksi
4 Peralatan
c) Pipet berskala.
5 Prosedur
19 dari 82
5.3. Salah satu dari labu erlenmeyer tersebut dititrasi dengan larutan 0,25 N
NaOH hingga terbentuk warna merah muda yang tetap bila dikocok.
6 Cara Penghitungan
Derajat Soxhlet (0SH) adalah jumlah 0,25 N NaOH yang digunakan dikalikan
nilai dua. Misalnya dalam titrasi diperlukan 3,5 cc 0,25 N NaOH untuk
menetralkan 50 ml susu, maka derajat keasamannya adalah:
3,5 x 100 ml = 70 SH
50ml
7 Hasil Uji
Hasil uji titrasi keasaman susu segar dinyatakan dalam derajat Soxhlet (0SH).
20 dari 82
Uji alkohol
1 Ruang Lingkup
2 Prinsip
3 Pereaksi
4 Peralatan
a) Tabung reaksi.
5 Prosedur
21 dari 82
6 Hasil uji
22 dari 82
Uji katalase
1 Ruang Lingkup
2 Prinsip
Di dalam susu terdapat enzim katalase yang dibentuk oleh sel-sel leukosit,
kuman-kuman, reruntuhan sel ambing dan zat organis yang membebaskan
oksigen (O2) dari larutan peroksidanya (H2O2).
3 Pereaksi
4 Peralatan
a) Pipet steril 5 , 10 ml
b) Tabung katalase
5 Prosedur
23 dari 82
5.5. Tetapkan volume gas O2 yang terkumpul di dalam puncak tabung
setelah 3 jam.
6 Hasil Uji
Angka katalase adalah jumlah cc gas oksigen yang terkumpul di dalam puncak
tabung. Angka katalase maksimum adalah 3,0.
24 dari 82
Penentuan titik beku
1 Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan metoda penentuan titik beku susu segar untuk
mengetahui kemungkinan adanya pemalsuan susu dengan air.
2 Prinsip
Kenaikan atau penurunan titik beku susu adalah selisih antara titik beku air
dengan standar titik beku susu. Kenaikan titik beku menyatakan adanya
indikasi penambahan air, sedangkan penurunan titik beku menyatakan adanya
indikasi penambahan susu bubuk atau tepung.
4 Pereaksi
4.1. Cairan pendingin dengan suhu kira-kira -40 C yang terbuat dari 2 gr
NaCl yang telah ditumbuk halus di dalam 200 cc air dan kemudian dimasukkan
kedalamnya 400 gr es.
5 Peralatan
f) Batang pengaduk terbuat dari logam yang tidak bereaksi terhadap susu,
berdiameter antara 1 - 1,5 mm.
25 dari 82
6 Prosedur
6.3 Masukkan tabung ini ke dalam cairan pendingin berisolasi dengan suhu
-2 sampai -60 C sambil diaduk terus secara teratur dan perlahan-lahan sampai
suhu dalam tabung mencapai 10 C dibawah titik beku air.
6.7 Bila hal ini sudah tercapai, ketuk thermometer perlahan-lahan dan
tingginya tiang air raksa diperiksa dengan loupe hingga 0,0010 C. Bila es yang
terbentuk sudah meleleh lagi, ulangi lagi cara kerja ini dengan catatan
perbedaannya tidak boleh lebih dari 0,0050 C.
7 Hasil uji
Hasil uji titik beku susu dinyatakan dalam derajat Celcius (0 C). Titik beku susu
yang memenuhi syarat mutu adalah -0,5200 C sampai -0,5600 C.
26 dari 82
Pengukuran angka refraksi metoda Ackermann
1 Ruang Lingkup
2 Prinsip
Angka refraksi ditetapkan dari serum kalsium khlorida (CaCl2) susu yang
disesuaikan pada suhu 27,5o C, dan dihitung angka refraksinya.
3 Pereaksi
Serum CaCl2 20% (20 gr CaCl2 dilarutkan dalam 100 ml aquades) dengan
BJ = 1,1375.
Bila larutan CaCl2 diencerkan dengan aquades (1:10) pada suhu 17,50C, maka
refraktometer harus menunjukkan angka 26.
4 Peralatan
b) Penangas air
c) Corong
d) Kertas saring
5 Prosedur
27 dari 82
5.3. Labu Erlenmeyer disumbat dengan sumbat yang dilengkapi gelas untuk
menghindari kehilangan cairan akibat penguapan.
5.8. Celupkan refraktometer ke dalam cuvet dan baca skala yang tertera.
Setelah itu ukur suhu serum tersebut dengan termometer.
5.9. Koreksi suhu serum yang didapat ke 27,50 C yang merupakan rata-rata
suhu kamar di Indonesia (Tabel 4).
6 Cara pengukuran
6.1 Jika pada suhu 30o C didapatkan angka 18,0, maka kalau dikembalikan
pada 27,5o C akan menjadi : 18,0 + 0,75 = 18,75.
6.2 Jika pada suhu 20o C didapatkan angka 45,0, maka kalau dikembalikan
pada 27,5o C akan menjadi : 45,0 - 2,55 = 42,45.
28 dari 82
Tabel 4
29 dari 82
Uji reduktase
1 Ruang Lingkup
2 Prinsip
Di dalam susu segar terdapat enzim reduktase yang dibentuk oleh kuman yang
mereduksi zat warna indikator menjadi larutan yang tidak berwarna.
3 Pereaksi
4 Peralatan
c) Labu erlenmeyer.
d) Inkubator atau penangas air dengan suhu 37o C yang terlindung dari
cahaya.
30 dari 82
5 Prosedur
5.3. Tutup tabung tersebut dengan sumbat, lalu campurkan biru metilen
dengan contoh susu dengan cara membolak-balikkan tabung (+ 3 kali) sampai
warna biru tersebar merata.
5.4. Masukkan tabung ke dalam penangas air (37 + 10 C) selama 4 - 4,5 jam.
Letakkan penangas air di tempat yang terlindung dari cahaya. Bila
menggunakan inkubator, masukkan dulu tabung dalam penangas air (37 + 10
C) selama 5 menit untuk menghangatkan baru dimasukkan ke dalam inkubator.
Pembacaan hasil dapat dimulai minimal setelah 2/3 dari warna sudah berubah
menjadi putih. Sebaiknya reaksi ditunggu sampai seluruh warna biru hilang.
7 Hasil Uji
Hasil uji dinyatakan dalam satuan waktu, dimana waktu reduksi (angka
reduktase) menunjukkan waktu yang dibutuhkan sejak saat memasukkan
tabung kedalam inkubator/penangas air bersuhu 37o C sampai seluruh warna
biru hilang.
31 dari 82
Tabel 5
32 dari 82
Metoda 02 : Uji resazurin
1 Pereaksi
1.2 Larutkan dengan air panas, kemudian dengan aquades bersuhu 600 C.
Setiap ampul dapat dilarutkan dengan 250, 500 atau 1000 ml.
2 Peralatan
Sterilisasi tabung tidak boleh lebih dari 48 jam sebelum uji dilaksanakan.
Sterilisasi sumbat karet dilakukan dalam autoklaf selama 10 menit atau dalam
air mendidih selama 0,5 jam.
c) Pipet steril 1, 10 ml
3 Prosedur
3.1 Masukkan 1 ml zat warna dalam tabung reduktasi steril dan tambahkan
10 ml susu.
3.2 Tutuplah tabung dengan sumbat karet dan dibolak-balik minimal 3 kali.
3.3 Masukkan tabung ke dalam penangas air (37 + 10 C) selama 1 jam. Bila
akan menggunakan inkubator, maka tabung terlebih dahulu harus dimasukkan
ke dalam penangas air (37 + 10 C) selama 5 menit kemudian dimasukkan ke
dalam inkubator selama 55 menit.
33 dari 82
3.4 Pembacaan dapat dilakukan 1 jam setelah tabung reduktase tadi
dikeluarkan dari penangas air atau inkubator dan sebelum pembacaan dimulai
hendaknya tabung dimiringkan atau dibalikkan dahulu 1 kali.
4 Hasil uji
Cocokkan warna yang terbentuk dengan standar warna yang tersedia setelah
lewat waktu yang ditetapkan.
34 dari 82
Uji sedimen
1 Ruang Lingkup
2 Prinsip
3 Pereaksi
Tidak diperlukan
4 Peralatan
5 Prosedur
5.1 Susu yang belum disaring dipanaskan hingga 60o C selama 5 menit.
5.2 Isi tabung Tromsdorf dengan susu yang telah dipanaskan tadi sampai
garis 10 ml.
5.3 Susu tersebut disentrifusi selama 10 menit dengan putaran 3000 rpm/
menit.
5.5 Letakkan tabung terbalik diatas rak untuk beberapa waktu kemudian
kadar sedimen dibaca.
6 Hasil Uji
35 dari 82
Pengujian cemaran mikroba
1 Pendahuluan
2 Ruang Lingkup
3 Peralatan Umum
b) Cawan petri, terbuat dari gelas atau plastik, berdiameter 90 - 100 mm.
d) Labu erlenmeyer.
e) Inkubator.
f) Pembakar Bunsen.
g) Penangas air.
k) Ose.
36 dari 82
l) Timbangan
1 Prinsip
Jika sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel
mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat
dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop.
2 Media
3 Prosedur
a) Jaga agar tutup cawan tetap berada pada tempatnya kecuali pada saat
akan menambahkan larutan contoh atau media PCA tutup cawan jangan dibuka
terlalu lebar untuk menghindari kontaminasi dari luar.
37 dari 82
3.1.1 Siapkan contoh susu secara aseptis.
3.1.4 Deretkan pula cawan petri di depan labu erlenmeyer seperti dimaksud
pada butir 3.1.3 disesuaikan dengan pengencerannya. Untuk meningkatkan
ketepatan pengujian, sebaiknya pemupukan dilakukan secara duplo. Dengan
mengetahui sejarah contoh susu serta berdasarkan pengalaman, maka cemaran
mikroba dalam susu dapat diperkirakan jumlahnya secara kasar, sehingga
pemupukan pada cawan petri dapat diambil dari 3 atau 4 konsentrasi tertentu
yang berurutan.
3.1.5 Bila diharapkan jumlah cemaran susu adalah 105, maka contoh susu
dikocok dengan shaker/pengocok mekanis dan dengan menggunakan pipet
steril pindahkan 0,1 ml ke dalam cawan petri bertanda 10-1 dan sebanyak 1 ml
ke dalam Buffered Peptone Water 0,1% dalam labu erlenmeyer I bertanda 1 :
10.
3.1.8 Dengan pipet steril, pindahkan 1 ml Buffered Peptone Water dari labu
Erlenmeyer bertanda K ke dalam cawan petri bertanda K.
3.1.11 Supaya larutan contoh dan media PCA dapat tercampur dengan baik,
maka lakukan gerakan searah gerakan jarum jam yang dilanjutkan dengan
gerakan berlawanan dengan arah jarum jam, atau dengan gerakan seperti angka
delapan, masing-masing sebanyak 5 kali. Selama pencampuran, jaga jangan
sampai tutup cawan terkena campuran larutan contoh dan media tersebut.
Biarkan cawan-cawan tersebut pada posisi horisontal sampai mengeras.
38 dari 82
3.2. Inkubasi
4 Penghitungan koloni
4.1 Pilihlah cawan yang ditumbuhi oleh koloni yang jumlahnya antara 25 -
250. Bila cawan dari tingkat pengenceran berbeda memiliki jumlah koloni pada
kisaran tersebut di atas, maka pilihlah cawan dengan koloni yang lebih banyak.
4.2 Gunakanlah tally counter untuk menghitung koloni, dan berilah tanda
koloni yang sudah dihitung untuk menghindari penghitungan ulang.
4.3 Bila ada koloni yang menyebar, maka dihitung sebagai satu koloni.
Akan tetapi bila lebih dari 25% koloni yang tumbuh pada suatu cawan adalah
koloni yang menyebar, maka cawan tersebut tidak perlu dihitung.
5 Interpretasi Hasil/Perhitungan
Jumlah koloni per ml susu dihitung dengan mengalikan jumlah rata-rata koloni
dari pengenceran yang dipilih dengan kebalikan dari faktor pengenceran
Contoh:
= 10-4 x 1,0
= 10-4
39 dari 82
= 6.2 x 105
6 Pelaporan
40 dari 82
10-2 10-3 10-4
6.4 Jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, maka data
yang diambil harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh hanya dari salah
satunya, meskipun salah satu dari cawan duplo tersebut.
7 Hasil Uji
Jumlah koloni yang diperoleh dinyatakan dengan Colony Forming Units (CFU)
per ml.
1 Prinsip
Kristal violet dan garam empedu yang ada di media akan menghambat bakteri
Gram positif lainnya sehingga hanya organisme coliform yang tumbuh. Selama
pertumbuhannya, coliform akan mengubah laktosa menjadi asam dan
perubahan ini akan dideteksi oleh indikator neutral red yang akan berubah
warnanya menjadi merah. Selain itu keadaan asam akan menyebabkan
presipitasi asam empedu.
41 dari 82
b) Violet Red Bile Agar (VRBA)
f) EC broth
i) MR-VP broth
l) Reagen Kovac
3 Peralatan
4 Prosedur
4.1.2 Masukkan 0,1 ml atau 1,0 ml contoh ke dalam cawan petri steril.
Pengujian sebaiknya dilakukan secara duplo. Kemudian tuangkan 10 - 15 ml
media VRBA (suhu antara 45 - 480C). Supaya larutan contoh dan media agar
dapat tercampur dengan baik, maka putarlah cawan dengan gerakan searah
gerakan jarum jam yang dilanjutkan dengan gerakan berlawanan dengan arah
jarum jam, atau dengan gerakan seperti angka delapan, masing-masing
sebanyak 5 kali. Selama pencampuran, jaga jangan sampai tutup cawan terkena
campuran larutan contoh dan media tersebut.
42 dari 82
4.1.3 Setelah memadat tuangkan kembali 3-4 ml VRBA cair (overlay) di atas
permukaan agar.
4.1.6 Hitung semua koloni berwarna merah keunguan yang dikelilingi zona
merah (diameter koloni pada umumnya 0,5 mm atau lebih). Pilihlah cawan
yang ditumbuhi oleh koloni yang jumlahnya antara 25 - 250. Bila cawan dari
tingkat pengenceran berbeda memiliki jumlah koloni pada kisaran tersebut di
atas, maka pilihlah cawan dengan koloni yang lebih banyak. Gunakanlah tally
counter untuk menghitung koloni, dan berilah tanda koloni yang sudah
dihitung untuk menghindari penghitungan ulang.
4.1.7 Hasil yang diperoleh adalah jumlah presumtif coliform per ml/gram
contoh. Untuk mendapatkan jumlah coliform sebenarnya perlu dilanjutkan ke
uji konfirmasi coliform.
4.2.1 Pilihlah koloni-koloni yang mewakili semua jenis koloni yang tumbuh.
Ambillah 10 koloni dengan ose steril, dan pindahkan masing-masing ke dalam
10 ml BGLBB steril dalam tabung-tabung reaksi yang telah dilengkapi dengan
tabung durham.
4.2.2 Inkubasikan tabung-tabung reaksi tersebut pada suhu 350C selama 24-
48 jam, amati terbentuknya gas dalam tabung durham sebagai reaksi positif.
43 dari 82
Tabung positif (%) = Jumlah tabung positif x 100 %
10
4.4 Uji konfirmasi Escherichia coli dengan metoda the Most Probable
Number (MPN)
4.4.1 Siapkan beberapa seri (seri 3 atau 5) tabung yang berisi EC broth yang
dilengkapi dengan tabung Durham.
4.4.2 Pilihlah tabung BGLB positif sedikitnya dari tiga pengenceran yang
berurutan. Goyangkan secara hati-hati tabung positif tersebut dan dengan ose
steril pindahkan suspensi ke masing-masing seri tabung reaksi berisi EC broth,
disesuaikan dengan pengencerannya.
4.4.3 Inkubasikan tabung rekasi tersebut pada suhu 45,50C selama 48 jam.
Amati terbentuknya gas sebagai reaksi positif setelah diinkubasikan selama 24
jam. Bila belum terbentuk gas, inkubasi dilanjutkan dan amati reaksi positif
pada 48 jam.
4.4.4 Jumlah tabung yang positif dari masing-masing seri dicocokkan dengan
tabel statistik untuk mengetahui jumlah fecal coliform, dan dinyatakan dengan
MPN per unit sampel.
4.4.6 Pindahkan 2 koloni yang dicurigai dari tiap cawan L-EMB ke agar
miring PCA untuk pengujian morfologi dan biokimia, kemudian inkubasikanh
pada suhu 350C selama 18-24 jam.
4.4.7 Lakukan pewarnaan Gram, amati adanya bakteri coccus atau cocoid,
Gram negatif. Uji konfirmasi E. coli dilanjutkan ke uji biokimia IMViC (Indol-
Voges Proskauer-Methyl red-Citrat) sebagai berikut:
a) Produksi Indole.
44 dari 82
Inokulasi tabung berisi tryptone broth dan inkubasikan pada suhu 350C selama
24 jam. Tambahkan 0,2 - 0,3 reagent Kovacs untuk menguji adanya
pembentukan indole yang ditunjukkan dengan adanya warna merah yang jelas
di bagian atas.
b) Voges-Proskauer.
Inokulasi tabung berisi MRVP broth dan inkubasikan pada suhu 350C selama
48 jam. Pindahkan 1 ml suspensi ke dalam tabung berukuran 13 x 100 mm.
Tambahkan 0,6 larutan alpha-naphthol dan 0,2 ml KOH 40%, kemudian
kocok. Setelah itu tambahkan beberapa kristal kreatin, kocok lagi dan diamkan
selama 2 jam. Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna pink eosin.
c) Methyl red.
Setelah test VP, inkubasikan lagi tabung MRVP pada suhu 350C selama 48
jam. Tambahkan 5 tetes larutan methyl red ke masing-masing tabung. Positif
test ditunjukkan dengan adanya warna merah yang jelas. Sedangkan reaksi
negatif ditunjukkan dengan adanya warna kuning.
d) Citrate.
Inokulasi secara ringan tabung yang berisi Koser citrate broth; hindari adanya
kekeruhan yang dapat terdeteksi dengan jelas. Inkubasikan pada suhu 350C
selama 9 jam. Adanya kekeruhan yang jelas menunjukkan reaksi positif.
Inokulasi tabung berisi LST broth dan inkubasikan pada suhu 350C selama 48
jam. Reaksi positif ditunjukkan dengan berpindahnya media dari tabung bagian
dalam atau timbulnya busa setelah dilakukan agitasi secara halus.
f) Interpretasi.
45 dari 82
03. Penghitungan Staphylococcus aureus dengan metoda hitungan
cawan
Metoda ini digunakan untuk menghitung jumlah S. aureus lebih besar dari 100
sel S. aureus per ml/gram contoh. Metoda yang biasa digunakan adalah metoda
sebar/permukaan.
1 Prinsip
Manitol akan diubah oleh Staphylococcus yang tumbuh menjadi asam dan
susuana asam ini akan mengubah indikator phenol red menjadi kuning.
Tellurite yang ada akan menjadi tellurite yang berwarna hitam.
2 Media, pereaksi
3 Prosedur
46 dari 82
3.2 Inkubasi
3.3.1 Pilihlah cawan yang ditumbuhi oleh koloni tipikal S. aureus yang
jumlahnya antara 20 - 200 koloni. Bila cawan dari tingkat pengenceran berbeda
memiliki jumlah koloni pada kisaran tersebut di atas, maka pilihlah cawan
dengan koloni yang lebih banyak. Koloni khas S. aureus adalah bulat, licin
halus, cembung, basah dan berdiameter 2-3 mm jika koloni tidak padat,
berwarna abu-abu sampai hitam pekat, dikelilingi zona opak, dengan atau tanpa
zona luar yang jelas.
3.3.2 Gunakanlah tally counter untuk menghitung tipikal koloni, dan berilah
tanda koloni yang sudah dihitung untuk menghindari penghitungan ulang. Bila
ditemukan adanya beberapa jenis koloni, hitung dan catat jenis koloni. Uji
konfirmasi dapat dilakukan dengan uji koagulase, clumping faktor dan
pewarnaan Gram.
3.4.1 Pindahkan koloni yang diduga S. aureus ke dalam tabung berisi 0,2-0,3
ml BHI broth dan larutkan dengan seksama.
3.4.3 Bila reaksi koagulase dari kultur yang diduga tidak dapat dipastikan
berasal dari S. aureus, maka inokulasikan kultur tersebut pada kultur yang
sudah diketahui positif dilanjutkan pada kultur yang sudah diketahui negatif S.
aureus.
47 dari 82
3.4.4 Lakukan pewarnaan Gram terhadap semua kultur yang diduga S. aureus
dan periksa di bawah mikroskop.
4 Interpretasi Hasil/Perhitungan
04 Pengujian Salmonellae
1 Prinsip
48 dari 82
2.2.1 Kultur dari Salmonella hadar
3 Prosedur
3.1.2 Sebagai kontrol, inokulasi BPW dalam 2 tabung reaksi dengan masing-
masing kuman uji dan inkubasikan pada suhu 370 C selama 24 jam.
3.3.2 Pada XLD agar, koloni Salmonellae berbentuk bulat dan berwarna
hitam mengkilat, sedangkan pada media BS koloni Salmonellae berwarna
hitam.
3.3.3 Pilihlah tiga koloni tipikal Salmonellae dari tiap cawan dan
inokulasikan masing-masing koloni ke tabung reaksi berisi 2,5 ml larutan
pepton 1% kemudian inkubasikan pada suhu 370 C selama 4 jam atau hingga
terjadi adanya kekeruhan.
49 dari 82
3.4.1 Dengan ose steril inokulasikan suspensi dari masing-masing tabung
reaksi berisi larutan pepton ke Lysine-Decarboxylase broth (sebagai kontrol),
ONPG broth dan media agar CLED.
50 dari 82
Penghitungan jumlah sel radang
Metoda langsung
1 Ruang Lingkup
2 Prinsip
Untuk menetapkan jumlah sel radang dalam susu, maka dihitung jumlah sel
radang dalam 0,01 ml susu yang disebarkan di atas gelas objek hingga
mencapai luas 1 cm2 dan kemudian diwarnai.
3 Pereaksi
4 Peralatan
c) Bunsen
d) Mikroskop
e) Ose siku
5 Prosedur
5.1 Siapkan sebuah gelas objek yang telah dibersihkan dan bebas dari
lemak, kemudian diberi tanda yang menunjukkan asal contoh susu.
51 dari 82
5.2 Letakkan gelas objek tersebut di atas kertas yang sudah berisi gambar
kotak seluas 1 cm2.
5.3 Pipet sejumlah 0,01 ml contoh susu dengan pipet Breed ke daerah yang
dibatasi kotak, dan dengan bantuan ose siku contoh susu tadi disebarkan
sehingga menutupi seluruh gambar kotak (luas 1 cm2).
5.7 Hitung jumlah sel radang dalam 20 lapangan pandang, kemudian dirata-
ratakan.
6 Cara Perhitungan
Diketahui pada bidang 1 cm2 disebarkan 0,01 ml susu, maka jumlah sel radang
pada luas lapang penglihatan adalah:
r2 X 0,01 ml
100
7 Hasil Uji
52 dari 82
Pengujian residu antibiotik
Pendahuluan
Pada dasarnya cara pengujian residu antibiotika dibedakan antara uji skrining
dan uji konfirmasi. Tujuan dilakukannya skrining residu antibiotika pada susu
segar adalah untuk mengetahui kemungkinan adanya residu antibiotika dalam
susu secara kualitatif atau semi kuantitatif. Dengan demikian dengan cara ini
hanya dapat diketahui ada/tidak adanya suatu residu antibiotika serta golongan
dari antibiotika yang ditemukan dari contoh susu yang diperiksa, sedangkan
untuk mengetahui jenis dan konsentrasi residu antibiotika secara pasti harus
dilanjutkan dengan uji konfirmasi.
Metoda -1
1 Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan metode untuk skrining residu antibiotika pada air susu
dengan batas kepekaan adalah antara konsentrasi 0.04 µg/ml sampai 1 µg/ml
tergantung dari jenis antibiotika, sedangkan angka perolehan kembali antara
75% - 95%.
2 Prinsip
Sampel susu dihomogenisasi. Tetesi kertas cakram dengan sampel susu, lalu
letakkan kertas cakram tersebut di atas permukaan media agar yang telah
dicampur dengan biakan bakteri uji dan diinkubasikan pada suhu 370 C selama
16-18 jam. Contoh susu dinyatakan positif mengandung residu antibiotika bila
terbentuk zone hambatan di sekitar kertas cakram.
3 Bahan
53 dari 82
c) Kuman uji :
g) Kurva baku
4 Peralatan
d) Kertas cakram steril berdiameter 8-10 mm, silinder cakram 0,3 ml.
e) Ultra turax.
f) Sentrifus.
g) Mikro pipet.
5 Prosedur
54 dari 82
5.1.2 Medium NV-8: Larutkan 6 gr pepton, 1,5 gr beef extract, 3 gr yeast
extract, 1 gr D(+) Glucose dan 16 gr agar dalam 1.000 ml air suling, ukur pH
8.5 ± 0.1, didihkan, kemudian sterilisasi dengan otoklaf pada suhu 1210C, 15
psi selama 15 menit.
5.2.1 Dapar fosfat pH 7.0± 0.1: Campuran 6,4 gr kalium dihidrogen fosfat,
18,9 gr dinatrium hidrogen fosfat dalam 1.000 ml air suling, otoklaf pada suhu
1210C, 15 psi selama 15 menit
5.5.1 Cairkan media agar (NV-4, NV-8, MX) dengan pemanasan pada suhu
1000 C, kemudian dinginkan dan simpan dalam penangas air bersuhu 560 C.
5.5.2 Inokulasikan 1% kuman uji Bacillus subtilis pada media agar NV-4,
Micrococcus luteus pada media NV-8 dan Bacillus cereus pada media MX
dan campur secara seksama sehingga kuman uji dan media dapat tercampur
rata. Tuangkan sebanyak 7 ml masing-masing kultur media tersebut ke dalam
cawan petri steril dan biarkan menjadi beku.
55 dari 82
5.6 Kurva baku
5.6.4 Ambil kertas cakram steril dengan pinset steril dan letakkan masing-
masing 4 buah kertas cakram di atas permukaan media agar.
5.6.6 Buat kurva semilogaritmik dari rata-rata diameter zona hambatan yang
terbentuk dengan konsentrasi antibiotika. Respon point (RP) diambil
darimasing-masing antibiotika dengan zona hambatan berdiameter antara 1,2 -
1,5 mm.
5.7.2 Letakkan kertas cakram steril di atas permukaan kultur media. Tiap
cawan petri kultur media berisi 4 buah kertas cakram. Dengan menggunakan
pipet steril, tetesi kertas cakram steril dengan contoh susu.
5.7.3 Inkubasikan pada suhu 37o C selama 16-18 jam. Ukur diameter zona
hambatan dengan kaliper atau jangka sorong.
56 dari 82
Metode-2
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan metoda skrining residu antibiotika dari susu segar,
terutama residu antibiotika golongan penisilin dan golongan tetrasiklin. Batas
kepekaan antara 0,1 µg/ml sampai 20 µg/ml tergantung jenis antibiotika.
2 Prinsip
3 Bahan Media
a) Skim Milk: Larutkan 100 gr skim milk dalam 1.000 ml air dengan suhu
0
45-50 C, bagikan ke dalam tabung-tabung reaksi 50 ml, tutup dan otoklaf
selama 20 menit pada suhu 1150 C, simpan dalam lemari pendingin hingga saat
akan digunakan.
57 dari 82
e) Larutan stok baku pembanding :
2) Larutan baku penisilin dalam air susu: Encerkan stok baku penisilin
dengan air susu sampai konsentrasi 0.006 µg/ml, setara dengan 0,01 IU/ml.
4 Peralatan
c) Glass beads 5 mm
d) Inkubator 37-65 oC
g) Otoklaf
i) Wire-loop
l) Vortex - mixer
5 Prosedur
Dengan menggunakan wire loop, tambahkan biakan dalam bentuk freeze dried
ke dalam 3 tabung nutrient broth yang masing-masing berisi 10 ml,
inkubasikan pada suhu 550 C selama 16 jam.
58 dari 82
5.1.2 Stok biakan.
Inokulasikan biakan yang telah diaktivasi ulang tadi ke atas permukaan media,
inkubasikan pada suhu 550 C selama 48 jam. Simpan di lemari pendingin (0 -
50 C).
5.2.1 Inokulasikan biakan uji ke dalam 5 bagian media agar pada suhu 550 C.
Pindahkan 6 ml media agar ke dalam cawan petri, dinginkan.
5.2.2 Persiapan kultur media agar dilakukan pada hari akan dilakukan uji.
5.3.3 Proses yang sama lakukan terhadap kontrol negatif dan kontrol posistif
(Air susu standar tidak dipanaskan ).
5.4 Penetapan
Diameter zona hambatan yang terbentuk tidak boleh kurang dari 12 mm untuk
konsentrasi 0.01 IU/ml.
Metoda -3
59 dari 82
1 Ruang lingkup
2 Prinsip
3 Pereaksi
c) Fenolftalein.
d) Piridin, fluoresamina.
i) Gas nitrogen.
60 dari 82
1) Larutan stok baku kloramfenikol (CP) : Larutkan 10 mg khloramfenikol
baku dalam 10 ml metanol, simpan dalam lemari pendingin.
4 Peralatan
61 dari 82
g) Sentrifus berpendingin.
i) Oven.
j) Vortex-mixer.
5 Prosedur
5.1.2 Tambah 0,25 ml etil asetat, campur selama 1 menit diatas vortex /
mixer. Tambah secara perlahan-lahan 1,75 ml etil asetat, sonikasi selama 10
menit.
5.1.3 Sentrifus 3500 rpm selama 10 menit, buang sedimen dan tambahkan
15 ml heksana pada fase etil asetat. Sentrifuse 3500 rpm selama 10 menit.
pindahkan fase etil asetat ke dalam tabung 5 ml dan buang sedimen.
5.1.4 Alirkan fasa etil asetat-heksana kedalam Catridge Seppak Sil. Cuci
cartridge dengan 2 ml campuran etil asetat dan heksana (3:1). Cuci kembali
dengan 2 ml campuran 95 bagian asetonitril dan 5 bagian metanol.
5.2 Penetapan
Totolkan 10 µl ekstraks dengan syringe pada KLT. Teteskan juga setiap larutan
baku kerja pada lempeng yang sama. Keringkan pada suhu kamar. Masukkan
ke dalam larutan pengembang dalam bejana kromatograf yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Biarkan larutan pengembang naik hingga sekitar 2
cm dari sisi atas lempeng. Keringkan lempeng pada suhu kamar.
Semprot lempeng dengan piridin, amati di bawah lampu UV 366 nm. Adanya
nitrofuran akan terlihat sebagai bercak atau noda berwarna kuning dengan latar
belakang warna ungu. Pada konsentrasi rendah, noda akan terlihat berwarna
62 dari 82
biru. Bandingkan dengan noda dari larutan baku kerja. Waktu tambat (retention
time/RF) dari golongan nitrofuran sekitar 0,2.
6.2.2 Setelah itu semprot dengan larutan stannum klorida hingga lempeng
berwarna abu-abu. Biarkan 15 menit dalam ruang gelap, kemudian masukkan
ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 1100C, dinginkan.
6.2.4 Semprot dengan larutan dapar borat hingga lempeng sedikit keabu-
abuan. Keringkan dalam oven, dinginkan.
Pendahuluan
A Residu Khloramfenikol
1 Ruang lingkup
63 dari 82
2 Prinsip
3 Pereaksi
a) Asam asetat 0,2 M: larutkan 11,5 ml asam asetat glasial dalam 1 liter
air.
e). Eluen untuk kolom silika : campuran khloroform dan metanol (9:1).
g) Larutan baku kerja: buat seri pengenceran larutan stok baku sampai
konsentrasi 1 µg/ml.
4 Peralatan
c) Homogeniser
g) Labu pisah.
64 dari 82
h) Sentrifus dan tabung sentrifus 100 ml.
5 Prosedur
5.1.1 Timbang 10 gram cuplikan, masukan ke dalam tabung sentrifus 100 ml,
tambah 100 ml etil asetat dan homogenisasi. Sentrifus 300 rpm selama 10
menit.
5.2 Penetapan
5.2.2 Amati waktu tambat dan puncak atau area kromatogram cuplikan dan
larutan baku.
65 dari 82
6.2 Secara kuantitatif:
6.2.1 Dengan membandingkan tinggi puncak atau luas area di bawah puncak
dari larutan ekstrak cuplikan dengan larutan baku standar.
b) Buat kurva kalibrasi atau persamaan linear dari tinggi puncak atau luas
area di bawah puncak terhadap konsentrasi pada kertas semilogaritma.
c) Hitung konsentrasi cuplikan dari tinggi puncak cuplikan atau luas area
di bawah puncak ke dalam kurva kalibrasi atau persamaan yang diperoleh.
Catatan :
Tinggi puncak atau luas area di bawah puncak dalam kromatogram dapat
diukur secara otomatis dengan mempergunakan integrator/komputer atau
secara manual.
1 Ruang lingkup
2 Prinsip
Cuplikan diekstraksi, dipisahkan dari lemak, protein dan air. Ekstrak yang
diperoleh dianalisa menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
dengan UV detektor pada panjang gelombang 350 nm.
3 Pereaksi
b) Asetonitril
66 dari 82
c) Hexana
d) Etylacetat
h) Larutan baku kerja: buat seri pengenceran larutan stok baku hingga
konsentrasi 10 µg/ml
i) Fase gerak untuk KCKT yaitu campuran metanol, asetonitril dan asam
oksalat 0,02 M (1:1:8)
4 Peralatan
e) Corong
g) Sentrifuse
5 Prosedur
67 dari 82
5.1.4 Masukkan filtrat ke dalam labu erlenmeyer 250 ml, tambahkan 15 ml
hexana dan kocok. Buanglah lapisan hexana dan ambillah lapisan air. Lakukan
penambahan hexana sebanyak 2 kali.
5.1.5 Tambahkan 20 ml etilasetat pada lapisan air lalu kocok. Buang lapisan
air dan kumpulkan lapisan etilasetat. Lakukan penambahan etilasetat sebanyak
2 kali.
5.1.8 Sentrifus pada kecepatan tinggi (10.000 rpm). Pisahkan larutan yang
jernih dari kotoran.
5.2 Penetapan
5.2.2 Amati waktu tambat dan puncak atau area kromatogram cuplikan dan
larutan baku.
68 dari 82
1 Ruang lingkup
2 Prinsip
Cuplikan diekstraksi, dipisahkan dari lemak, protein dan air. Ekstrak yang
diperoleh dianalisa menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
dengan UV detektor pada panjang gelombang 350 nm.
3 Pereaksi
b) Acetonitril
c) NaCl
d) Dichlorometana (CH2Cl2)
4 Peralatan
d) Corong
e) Glasswool
g) Rotavapor
69 dari 82
5 Prosedur
70 dari 82
Uji kebersihan
1 Ruang lingkup
2 Prinsip
Kotoran dan benda asing yang terdapat di dalam susu akan tertinggal di kertas
saring atau saringan yang akan tampak dengan mata telanjang.
3 Perekasi
Tidak diperlukan.
4 Peralatan
b) Labu erlenmeyer.
5 Prosedur
Catatan: untuk pengujian ini diperlukan minimal 500 ml susu dan jumlah ini
harus seragam dalam satu seri pemeriksaaan.
5.1 Atur posisi “botol susu” dengan bagian leher yang dilengkapi kapas
penyaring berada di bawah. Letakkan corong pada dasar botol susu.
71 dari 82
5.3 Setelah semua susu melalui saringan, saringan diambil dan dikeringkan
di udara atau diinkubasikan kemudian dibandingkan dengan kapas penyaring
khusus yang belum dipakai.
6 Hasil uji
72 dari 82
Uji pemalsuan
1.2 Prinsip
1.3 Pereaksi
1.4 Peralatan
Tabung reaksi
1.5 Prosedur
1.5.2 Tambahkan 1-4 tetes larutan H2O2 (0,2 - 1 %) dan amati terjadinya
perubahan warna.
73 dari 82
1.6 Hasil uji
Hasil uji dinyatakan dengan hasil positif atau negatif. Hasil positif ditunjukkan
dengan terbentuknya warna biru.
2.2 Prinsip
Uji ini digunakan untuk membuktikan adanya sakarosa. Gula akan terhidrolisa
oleh HCl pekat menjadi 4-hidroksi metil furfural. Furfural dan turunannya akan
bereaksi dengan resorsin membentuk warna merah jambu.
2.3 Pereaksi
a). Resorsin
2.4 Peralatan
a) Cawan porselin
b) Pengaduk kaca
2.5 Prosedur
74 dari 82
2.5.2 Tambahkan 25 ml contoh susu, kemudian dengan menggunakan gelas
ukur tambahkan 2,5 ml HCl pekat.
2.5.4 Angkat cawan porselin dari pemanas dan tunggu selama 5 menit.
Hasil uji dinyatakan dengan hasil positif atau negatif. Hasil positif ditunjukkan
dengan terbentuknya warna merah jambu.
3.2 Prinsip
3.3 Pereaksi
b) Larutan lugol.
75 dari 82
3.4 Peralatan
a) Tabung reaksi
b) Corong
c) Kertas saring
d) Pipet 1 ml, 10 ml
e) Bunsen.
3.5 Prosedur
Hasil uji dinyatakan dengan hasil positif atau negatif. Hasil positif ditunjukkan
dengan terbentuknya warna biru.
4.1.1 Pereaksi
Cara membuat: campurkan 100 ml HCl (BJ = 1.124 - 1.126 g/ml pada suhu
200C) dengan 0,2 ml larutan FeCl3 10%.
76 dari 82
4.1.2 Peralatan
a) Tabung reaksi
b) Penangas air
c) Pipet.
4.1.3 Prosedur
Hasil uji dinyatakan dengan hasil positif atau negatif. Hasil positif ditunjukkan
dengan terbentuknya warna ungu.
Metoda 01
4.2.1 Pereaksi
Cara membuat : larutkan 2 gram titandioksida dalam 100 ml asam sulfat yang
diperoleh dari pengenceran asam sulfat pekat dengan aquades (1:3).
4.2.2 Peralatan
b) Tabung reaksi.
77 dari 82
4.2.3 Prosedur
Hasil uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning hingga merah
jingga.
Metoda 02
4.2.1 Pereaksi
c) Larutan formalin.
4.2.2 Peralatan
a) Pipet tetes
b) Tabung reaksi.
c) Penangas air.
4.2.3 Prosedur
78 dari 82
4.2.4 Hasil Uji
Hasil uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru keunguan atau
biru pada kertas Jodkalium.
4.3 Sublimat
4.3.1 Pereaksi
Amoniak
4.3.2 Peralatan
Labu erlenmeyer
4.3.3 Prosedur
Hasil uji dinyatakan dalam hasil positif atau negatif. Hasil uji positif
ditunjukkan dengan terbentuknya warna abu-abu.
79 dari 82
5 Uji residu desinfektan dalam susu
Standar ini menetapkan metoda pengujian dengan cara biologis adanya residu
quartenarium amonium sulfat (QAS) pada susu segar dengan metoda Kluyver.
5.1.2 Prinsip
5.1.3 Bahan
a) Glukosa
5.1.4 Peralatan
a) Tabung reaksi
b) Inkubator
5.1.3 Prosedur
80 dari 82
Uji peroksidase dengan metoda Storch
1 Ruang lingkup
2 Prinsip
Enzim peroksidase yang terdapat dalam susu segar/mentah akan terurai dan
menjadi tidak aktif apabila susu tersebut dipanaskan pada suhu 70 - 800C.
Enzim akan membebaskan oksigen dari larutan H2O2 yang akan dibubuhkan
ke dalam susu. Oksigen akan bereaksi dengan zat pemulas dan menyebabkan
perubahan warna.
3 Pereaksi
4 Peralatan
Tabung reaksi.
5 Prosedur
81 dari 82
6 Hasil Uji
Hasil uji dinyatakan dengan hasil positif atau negatif. Hasil positif ditunjukkan
dengan terbentuknya warna biru. Sedangkan hasil negatif apabila susu tetap
berwarna putih, menunjukkan adanya indikasi susu telah mengalami
pemanasan atau dicampur dengan susu yang telah dipanaskan di atas suhu
800C.
82 dari 82
Daftar isi
Halaman
Pendahuluan
Daftar isi i
Judul 1
Uji alkohol 21
Uji katalase 23
Uji reduktase 30
Uji sedimen 35
i
01 - Penentuan angka lempeng total pada 350 C 37
04 - Pengujian Salmonellae 48
Metoda langsung 51
Metoda - 1 53
Metoda - 2 57
Metoda - 3 60
A Residu Khloramfenikol 64
C Residu Peniciline 69
Uji kebersihan 71
Uji pemalsuan 73
ii