Anda di halaman 1dari 51

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.

id dan tidak untuk di


komersialkan”

Standar Nasional Indonesia


SNI 2973:2011

Badan Standardisasi Nasional


Biskuit

ICS 67.230
“H
ak
Ci
pt
a
Ba
da
n
St
an
da
rd
isa
si
Na
si
on
al,
Co
py
st
an
da
r
ini
di
bu
at
un
tu
k
pe
na
ya
© BSN 2011 ng
an
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau di
seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan
dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN w
w
BSN w.
Gd. Manggala Wanabakti
Blok IV, Lt. 3,4,7,10. bsn
Telp. +6221-5747043 .go
Fax. +6221-5747045
Email: dokinfo@bsn.go.id
.id
www.bsn.go.id da
n
Diterbitkan di Jakarta
ti
da
k
un
tu
k
SNI 2973:2011

“H
ak
Daftar isi Ci
pt
a
Daftar isi................................................................................................................................... i Ba
da
Prakata.................................................................................................................................... ii n
1 Ruang lingkup................................................................................................................... 1 St
2 Acuan Normatif................................................................................................................. 1 an
da
3 Istilah dan definisi..............................................................................................................1 rd
4 Komposisi.......................................................................................................................... 2 isa
6 Pengambilan contoh..........................................................................................................3 si
Na
7 Cara uji.............................................................................................................................. 3 si
8 Syarat lulus uji................................................................................................................... 3 on
9 Higiene.............................................................................................................................. 4 al,
Co
10 Pengemasan...................................................................................................................4 py
11 Syarat Penandaan..........................................................................................................4 st
Lampiran A (normatif) Cara uji biskuit....................................................................................5
an
da
Bibliografi.............................................................................................................................. 42 r
ini
di
Tabel 1 - Syarat Mutu.............................................................................................................. 2 bu
Tabel A.1 - Reaksi biokimia Escherichia Coli pada uji IMVIC...............................................26 at
un
Tabel A.2 - APM/g contoh bila menggunakan 3 tabung untuk setiap tingkat pengenceran 0,1
tu
g/mL; 0,01 g/mL; dan 0,001 g/mL contoh...................................................................................26
k
Tabel A.3 - Reaksi biokimia dan serologi untuk Salmonella sp.............................................34 pe
Tabel A.4 - Reaksi biokimia dan serologi untuk non Salmonella sp......................................35 na
ya
ng
Gambar A.1. Tingkat pengenceran menggunakan larutan pengencer Butterfield’s hosphate an
Buffered Dilution Water (BPB)..................................................................................................20 di
w
w
w.
bsn
.go
.id
da
n
ti
da
k
un
tu
k
© BSN 2011 i
“H
ak
Prakata Ci
pt
a
Standar Nasional Indonesia (SNI) biskuit ini merupakan revisi dari SNI 01-2973-1992 Ba
Biskuit. da
n
Standar ini dirumuskan dengan tujuan sebagai berikut : St
- Melindungi kesehatan konsumen; an
- Menjamin perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab; da
- Mendukung perkembangan dan diversifikasi produk industri biskuit. rd
isa
Standar ini dirumuskan dengan memperhatikan ketentuan pada :
si
1 Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.
2 Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Na
3 Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan. si
4 Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. on
5 Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. al,
6 Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan. Co
7 Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 75/M-IND/PER/7/2010 py
tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (GMP). st
8 Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 24/M-IND/PER/2/2010 an
tentang Pencantuman Logo Tara Pangan dan Daur Ulang Pada Kemasan Pangan dari da
Plastik.
r
9 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang
Bahan Tambahan Makanan dan revisinya. ini
10 Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. di
HK.00.05.52.4040 Tahun 2006 tentang Kategori Pangan. bu
11 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. at
HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba un
dan Kimia dalam Makanan. tu
k
Standar ini dirumuskan oleh Panitia Teknis 67-04, Makanan dan Minuman, Kementerian pe
Perindustrian yang telah dibahas melalui rapat teknis, dan disepakati dalam rapat konsensus na
pada tanggal 12 Oktober 2010 di Jakarta. Hadir dalam rapat tersebut wakil dari konsumen, ya
produsen, lembaga pengujian, lembaga ilmu pengetahuan dan teknologi, Badan Pengawas ng
Obat dan Makanan, dan instansi terkait lainnya. an
di
Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 27 April 2011 sampai dengan w
tanggal 26 Juni 2011 dengan hasil akhir RASNI. w
w.
bsn
.go
.id
da
n
ti
da
k
un
tu
k
SNI 2973:2011

“H
ak
Biskuit Ci
pt
a
1 Ruang lingkup Ba
da
Standar ini menetapkan istilah dan definisi, syarat mutu, pengambilan contoh, dan cara uji n
biskuit. St
an
Standar ini berlaku juga untuk produk krekers,kukis, wafer dan pai. da
rd
isa
2 Acuan Normatif si
SNI 0428, Petunjuk pengambilan contoh padatan
Na
si
on
3 Istilah dan definisi al,
Co
3.1 py
biskuit st
produk bakeri kering yang dibuat dengan cara memanggang adonan yang terbuat dari an
tepung terigu dengan atau tanpa substitusinya, minyak/lemak, dengan atau tanpa da
penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan r
ini
3.2 di
krekers bu
jenis biskuit yang dalam pembuatannya memerlukan proses fermentasi atau tidak, serta at
melalui proses laminasi sehingga menghasilkan bentuk pipih dan bila dipatahkan un
penampangnya tampak berlapis-lapis tu
k
3.3
pe
kukis
na
Jenis biskuit yang terbuat dari adonan lunak, renyah dan bila dipatahkan penampangnya
tampak bertekstur kurang padat
ya
ng
3.4 an
wafer di
jenis biskuit yang dibuat dari adonan cair, berpori-pori kasar, renyah dan bila dipatahkan w
penampangnya tampak berongga w
w.
3.5 bsn
pai .go
jenis biskuit berserpih (flaky) yang dibuat dari adonan dilapis dengan lemak padat atau .id
emulsi lemak, sehingga mengembang selama pemanggangan dan bila dipatahkan da
penampangnya tampak berlapis-lapis n
Yang termasuk pai adalah puff ti
da
k
un
tu
k
© BSN 2011 1 dari 41
“H
ak
4 Komposisi Ci
pt
4.1 Bahan baku utama
a
Tepung terigu dan minyak/lemak.
Ba
da
4.2 Bahan pangan lain n
St
Bahan pangan yang diizinkan untuk biskuit sesuai dengan ketentuan yang berlaku. an
da
4.3 Bahan tambahan pangan rd
isa
Bahan tambahan pangan yang diizinkan untuk makanan sesuai dengan peraturan yang si
berlaku. Na
si
on
5 Syarat mutu
al,
Syarat mutu biskuit sesuai Tabel 1 di bawah ini. Co
py
Tabel 1 - Syarat Mutu st
an
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan da
1 Keadaan r
1.1 Bau - normal ini
di
1.2 Rasa - normal
bu
1.3 Warna - normal at
2 Kadar air (b/b) % maks. 5 un
tu
3 Protein (N x 6,25) (b/b) % min. 5
k
min.4,5 *)
min. 3 **) pe
4 Asam lemak bebas % maks. 1,0 na
(sebagai asam oleat) (b/b) ya
5 Cemaran logam ng
an
5.1 Timbal (Pb) mg/kg maks. 0,5
di
5.2 Kadmium (Cd) mg/kg maks. 0,2 w
5.3 Timah (Sn) mg/kg maks. 40 w
w.
5.4 Merkuri (Hg) mg/kg maks. 0,05
bsn
6 Arsen (As) mg/kg maks. 0,5 .go
7 Cemaran mikroba .id
da
7.1 Angka Lempeng Total koloni/g maks. 1 x 104 n
7.2 Coliform APM/g 20 ti
7.3 Eschericia coli APM/g <3 da
k
un
tu
k
“H
ak
Tabel 1 - Syarat Mutu (lanjutan) Ci
pt
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
a
7.4 Salmonella sp. - negatif/ 25 g
Ba
7.5 Staphylococcus aureus koloni/ g maks. 1 x 102 da
7.6 Bacillus cereus koloni/g maks. 1 x 102 n
St
7.7 Kapang dan khamir koloni/g maks. 2 x 102 an
CATATAN : da
*) untuk produk biskuit yang dicampur dengan pengisi dalam adonan rd
isa
**) untuk produk biskuit yang diberi pelapis atau pengisi (coating/ filling ) dan pai
si
Na
si
6 Pengambilan contoh
on
Cara pengambilan contoh sesuai SNI 0428, Petunjuk pengambilan contoh padatan. al,
Co
py
7 Cara uji st
an
Cara uji untuk biskuit seperti di bawah ini : da
r
a) Persiapan contoh sesuai Lampiran A.1 ini
b) Cara uji keadaan sesuai Lampiran A.2 di
- Cara uji bau sesuai Lampiran A.2.1
- Cara uji rasa sesuai Lampiran A.2.2
bu
- Cara uji warna sesuai Lampiran A.2.3 at
c) Cara uji kadar air sesuai Lampiran A.3 un
d) Cara uji protein sesuai Lampiran A.4 tu
e) Cara uji asam lemak bebas (sebagai asam oleat) sesuai Lampiran A.5 k
f) Cara uji cemaran logam sesuai lampiran A.6 pe
- Cara uji kadmium (Cd) dan timbal (Pb) sesuai Lampiran A.6.1 na
- Cara uji timah (Sn) sesuai Lampiran A.6.2 ya
- Cara uji merkuri (Hg) sesuai Lampiran A.6.3 ng
g) Cara uji cemaran arsen (As) sesuai Lampiran A.7
an
h) Cara uji cemaran mikroba sesuai Lampiran A.8
- Persiapan dan homogenisasi contoh untuk uji Angka Lempeng Total, Coliform,
di
Eschericia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, kapang dan khamir sesuai w
Lampiran A.8.1 w
- Cara uji Angka lempeng total sesuai Lampiran A.8.2 w.
- Cara Uji Coliform dan Eschericia coli sesuai Lampiran A.8.3 bsn
- Cara uji Salmonella sp. sesuai Lampiran A.8.4 .go
- Cara uji Staphylococcus aureus sesuai Lampiran A.8.5 .id
- Cara uji Bacillus cereus sesuai Lampiran A.8.6 da
- Cara uji kapang dan khamir sesuai Lampiran A.8.7 n
ti
8 Syarat lulus uji da
k
Produk dinyatakan lulus uji apabila telah memenuhi persyaratan mutu sesuai Pasal 5. un
tu
k
“H
ak
9 Higiene Ci
pt
Cara memproduksi produk yang higienis termasuk cara penyiapan dan penanganannya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan a
yang Baik. Ba
da
n
10 Pengemasan St
an
Produk dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau mempengaruhi isi, da
aman selama penyimpanan dan pengangkutan. rd
isa
si
11 Syarat Penandaan
Na
Syarat penandaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang label dan iklan pangan. si
on
al,
Co
py
st
an
da
r
ini
di
bu
at
un
tu
k
pe
na
ya
ng
an
di
w
w
w.
bsn
.go
.id
da
n
ti
da
k
un
tu
k
“H
ak
Lampiran A Ci
(normatif) pt
Cara uji biskuit a
Ba
da
n
A.1 Persiapan contoh
St
Persiapan contoh terdiri atas persiapan contoh untuk uji mikrobiologi, uji organoleptik dan an
analisis kimia. Pengambilan contoh untuk uji mikrobiologi dilakukan pertama kemudian da
dilanjutkan dengan pengambilan contoh uji organoleptik dan analisa kimia. rd
isa
A.1.1 Persiapan contoh uji mikrobiologi si
Na
Buka kemasan biskuit secara aseptik dan ambil contoh biskuit sebanyak 500 g dan si
tempatkan dalam botol contoh steril. on
al,
A.1.2 Persiapan contoh untuk uji organoleptik Co
py
Buka kemasan biskuit dan ambil contoh biskuit secukupnya, kemudian tempatkan dalam st
botol contoh yang bersih dan kering.
an
A.1.3 Persiapan contoh untuk analisis kimia da
r
Buka kemasan biskuit dan ambil contoh biskuit sebanyak 500 g dan tempatkan dalam botol ini
contoh yang bersih dan kering. di
bu
A.2 Keadaan at
un
A.2.1 Bau tu
k
A.2.1.1 Prinsip pe
na
Pengamatan contoh uji dengan indera penciuman (hidung) yang dilakukan oleh panelis yang
terlatih dan kompeten untuk pengujian organoleptik. ya
ng
A.2.1.2 Cara kerja an
di
a) Ambil contoh uji secukupnya, dan letakkan di atas gelas arloji yang bersih dan kering; w
b) cium contoh uji untuk mengetahui baunya; dan w
c) lakukan pengerjaan minimal oleh 3 orang panelis atau 1 orang tenaga ahli. w.
bsn
A.2.1.3 Cara menyatakan hasil .go
.id
a) Jika tidak tercium bau asing, maka hasil dinyatakan ”normal” dan
b) jika tercium bau asing, maka hasil dinyatakan ” tidak normal”. da
n
ti
da
k
un
tu
k
“H
ak
A.2.2 Rasa Ci
A.2.2.1 Prinsip
pt
a
Pengamatan contoh uji dengan indera perasa (lidah) yang dilakukan oleh panelis yang Ba
terlatih dan kompeten untuk pengujian organoleptik. da
n
A.2.2.2 Cara kerja St
an
a) Ambil contoh uji secukupnya dengan menggunakan sendok yang bersih; da
b) rasakan contoh uji dengan lidah; rd
b) lakukan pengerjaan minimal oleh 3 orang panelis atau 1 orang tenaga ahli.
isa
A.2.2.3 Cara menyatakan hasil si
Na
a) Jika rasa contoh sesuai dengan rasa biskuit, maka hasil dinyatakan ”normal”; dan si
b) jika rasa contoh tidak sesuai dengan rasa biskuit, maka hasil dinyatakan “tidak normal.” on
al,
A.2.3 Warna Co
py
A.2.3.1 Prinsip st
an
Pengamatan contoh uji dengan indera penglihatan (mata) yang dilakukan oleh panelis yang
terlatih/kompeten dalam pengujian organoleptik.
da
r
A.2.3.2 Cara kerja ini
di
a) Ambil contoh uji secukupnya, dan letakkan di atas gelas arloji yang bersih dan kering; bu
b) amati contoh uji untuk mengetahui warnanya; dan at
b) lakukan pengerjaan minimal oleh 3 orang penelis atau 1 orang tenaga ahli. un
tu
A.2.3.3 Cara menyatakan hasil k
pe
a) Jika bewarna khas biskuit, maka hasil dinyatakan ”khas biskuit”, dan
b) jika terlihat selain khas warna biskuit, maka hasil dinyatakan sesuai denganwarna yang na
diamati. ya
ng
A.3 Kadar air an
di
A.3.1 Prinsip w
w
Kadar air dihitung berdasarkan bobot yang hilang selama pemanasan dalam oven pada w.
suhu 130 º C selama 1 jam.
bsn
A.3.2 Peralatan .go
.id
a) Oven terkalibrasi dengan ketelitian 1 ºC; da
b) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg; n
c) Desikator yang berisi desikan; ti
d) Botol timbang aluminium dengan penutup Ø 5 cm, tinggi 3 cm. da
k
A.3.3 Cara kerja un
a) Panaskan botol timbang beserta tutupnya dalam oven pada suhu (130 ± 3) ºC selama tu
satu jam dan dinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian timbang (W0);
k
“H
ak
b) masukan 2 g contoh ke dalam cawan, tutup dan timbang (W1) ; Ci
c) panaskan botol timbang yang berisi contoh tersebut dalam keadaan terbuka di dalam
pt
oven pada suhu (130 ± 3) ºC selama satu jam;
d) tutup botol timbang ketika masih di dalam oven, kemudian pindahkan segera ke dalam a
desikator dan dinginkan selama 30 menit kemudian timbang (W2); Ba
e) lakukan pekerjaan duplo; dan da
f) hitung kadar air dalam contoh. n
St
A.3.4 Perhitungan an
da
W1  W2
Kadar  x 100% rd
air W1  W0 isa
si
Keterangan : Na
W0 adalah bobot botol timbang dan tutupnya,dinyatakan dalam gram (g); si
W1 adalah bobot botol timbang, tutupnya dan contoh sebelum dikeringkan, dinyatakan dalam gram on
(g);
W2 adalah bobot botol timbang, tutupnya dan contoh setelah dikeringkan, dinyatakan dalam gram (g). al,
Co
A.3.5 Ketelitian py
st
Kisaran hasil dua kali ulangan maksimal 5 % dari nilai rata-rata hasil kadar air atau deviasi an
(RSD) maksimal 2%. Jika kisaran lebih besar dari 5 % atau deviasi lebih besar dari 2% maka da
analisis harus diulang kembali. r
ini
A.4 Protein (N x 6,25)
di
A.4.1 Prinsip bu
at
Senyawa nitrogen dirubah menjadi amonium sulfat oleh H2SO4 pekat, kemudian diuraikan un
dengan NaOH. Amoniak yang dibebaskan diikat dengan asam borak dan kemudian dititar tu
dengan larutan baku asam. Kadar protein diperoleh dari hasil kali total nitrogen dengan 6,25. k
pe
A.4.2 Peralatan na
ya
a) Neraca analitik, terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg; ng
b) Labu Kjedahl 100 mL;
an
c) Alat destilasi Kjedahl;
d) Alat penyuling dan kelengkapannya; di
e) Pemanas listrik;’ w
f) Labu ukur terkalibrasi; w
g) Beaker gelas; w.
h) Buret 10 mL, terkalibrasi; bsn
i) Batu didih. .go
.id
A.4.3 Pereaksi da
n
a) Asam sulfat, H2SO4 pekat bebas nitrogen;
b) Larutan katalis tembaga, CuSO4.5H2O bebas nitrogen 0,05g/mL H2O;
ti
c) Katalis selen: da
Campuran 4 g serbuk SeO2, 150 g K2SO4 atau Na2SO4 dan 30 g CuSO4.5H2O; k
d) Kalium sulfat, K2SO4 bebas nitrogen; un
e) Batu didih; tu
f) Indikator methyl red (MR)/bromocresol green (BCG); k
“H
ak
Larutkan 0,2 g metyl red dengan etanol 95% menjadi 100 mL. Ci
Larutkan 1,0 g bromocresol green dengan etanol 95% menjadi 100 mL. Campurkan 1
pt
bagian larutan methyl red dan 5 bagain larutan bromocresol green dalam gelas piala lalu
pindahkan ke dalam botol bertutup gelas.; a
g) Larutan asam borat, H3BO3, 4 %: Ba
Larutkan 40 g H3BO3 dengan air suling menjadi 1000 mL dan tambahkan 3 mL larutan da
indikator methyl red-bromocresol green, aduk, (larutan akan bewarna kuning terang) dan n
pindahkan ke dalam botol bertutup gelas; St
h) Larutan natrium hidroksida NaOH 30%; an
Larutkan 600 g natrium hidroksida dengan air suling menjadi 2000 mL , simpan dalam da
botol bertutup karet; rd
i) Larutan indikator fenolftalein (PP) 1%;
isa
Larutkan 1 g serbuk indikator PP dengan alkohol 95% dan encerkan menjadi 100 mL;
j) Larutan asam klorida, HCl 0,01N
si
Pipet 1 mL asam klorida pekat dan encerkan menjadi 1000 mL dengan air suling sampai Na
tanda garis dan tetapkan normalitasnya. si
on
A.4.4 Cara kerja al,
Co
a) Timbang 1 g sampai dengan 5 g contoh (W) ke dalam labu Kjedahl, tambahkan 15,00 g py
K2SO4, 1 mL larutan katalis CuSO4.5H2O atau 1 g campuran selen, 8 butir sampai dengan st
10 butir batu didih dan 25 mL H2SO4 pekat; an
b) panaskan campuran di atas pemanas listrik sampai mendidih dan larutan menjadi jernih
da
kehijauan-hijauan. Lakukan dalam lemari asam atau lengkapi alat dekstruksi dengan unit
pengisap asap;
r
c) biarkan dingin, kemudian encerkan dengan air suling secukupnya; ini
d) tambahkan 75 mL larutan NaOH 30 % (periksa dengan indikator PP sehingga campuran di
menjadi basa); bu
e) suling selama menit sampai dengan 10 menit atau saat larutan destilat telah mencapai at
kira-kira 150 mL, dengan penampung destilat adalah 50 mL larutan H3BO3 4%; un
f) bilas ujung pendingin dengan air suling; tu
g) titar larutan campuran destilat dengan larutan HCl 0,01N; dan k
h) kerjakan penetapan blanko. pe
na
A.4.5 Perhitungan
ya
ng
Kadar protein (N x 6,25) (%) (V1  V2 ) x N x 14,007 x 6,25 an
 W x 100%
di
w
Keterangan :
V1 adalah volume HCl 0,01 N untuk titrasi contoh, dinyatakan dalam mililiter (mL);
w
V2 adalah volume HCl 0,01 N untuk titrasi blanko, dinyatakan dalam mililiter (mL); w.
N adalah normalitas larutan HCl; bsn
W adalah bobot contoh, dinyatakan dalam miligram (mg); .go
14,007 adalah bobot atom Nitrogen; .id
6,25 adalah faktor protein.
da
A.4.6 Ketelitian n
ti
Kisaran hasil dua kali ulangan maksimal 5% dari nilai rata-rata hasil kadar protein. Jika da
kisaran lebih besar dari 5%, maka analisis harus diulang kembali. k
un
tu
k
“H
ak
A.5 Asam lemak bebas (sebagai asam oleat) Ci
pt
A.5.1 Prinsip
a
Pelarutan contoh dalam pelarut organik dan dinetralkan dengan larutan basa (kalium Ba
hodroksida atau natrium hidroksida) da
n
A.5.2 Peralatan St
an
a) Alat Soxhlet lengkap; da
b) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg; rd
c) Penangas air; isa
d) Buret 10 mL atau 50 mL, terkalibrasi;
si
e) Erlenmeyer 250 mL, yang dilengkapi dengan pendingin refluks
Na
A.5.3 Pereaksi si
on
a) Petreleum eter; al,
b) Etanol netral; Co
etanol 95 % ditambah dengan beberapa tetes indikator pp dan di titar dengan NaOH 0,1N py
sampai terbentuk warna merah muda. st
c) Indikator fenolftalein (pp) 1%; dan an
Larutkan 1 g fenolftalein dengan etanol 95% ke dalam labu ukur 100 mL kemudian
da
tepatkan sampai tanda garis.
d) Larutan kalium hidroksida, KOH 0,1 N atau larutan Larutan natrium hidroksida, NaOH
r
0,1 N dalam etanol yang telah distandardisasi. ini
di
A.5.4 Cara Kerja bu
at
a) Ekstrak 10 g contoh (m) dengan pelarut petroleum eter selama 16 jam dengan alat un
Soxhlet; tu
b) uapkan di atas penangas air sampai pelarut menguap semuanya dan tertinggal residu k
lemak; pe
c) larutkan dengan 50 mL etanol panas yang telah dinetralisasikan;
na
d) tambahkan 2 mL larutan fenolftalein sebagai indikator;dan
e) titrasi larutan tersebut dengan KOH 0,1N atau NaOH 0,1N sampai terbentuk warna ya
merah muda. ng
an
A.5.5 Perhitungan di
w
Asam lemak bebas (sebagai asam oleat) (% )  28,2xVx w
x100% w.
 N
bsn
m
.go
Keterangan: .id
V adalah volume KOH atau NaOH yang diperlukan dalam penitaran contoh, dinyatakan da
dalam mililiter (mL); n
N adalah normalitas larutan KOH atau NaOH, dinyatakan dalam normal (N); ti
W adalah bobot contoh yang diuji, dinyatakan dalam gram (g) da
k
A.5.6 Ketelitian un
tu
Kisaran hasil dua kali ulangan maksimal 10 % dari nilai rata-rata hasil kadar asam lemak
k
bebas. Jika kisaran lebih besar dari 10 %, maka analisis harus diulang kembali.
“H
ak
A.6 Cemaran logam Ci
pt
A.6.1 Penetapan cemaran logam kadmium (Cd) dan timbal (Pb)
a
A.6.1.1 Prinsip Ba
da
Destruksi contoh dengan cara pengabuan kering pada 550 ºC yang dilanjutkan dengan n
pelarutan dalam larutan asam. Logam yang terlarut dihitung menggunakan alat St
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dengan panjang gelombang maksimum 228,8 nm an
untuk Cd dan 283,3 nm untuk Pb. da
rd
A.6.1.2 Peralatan isa
a) Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) beserta kelengkapannya (lampu katoda Cd dan si
Pb) terkalibrasi (sebaiknya menggunakan SSA tungku grafit); Na
b) Tanur terkalibrasi dengan ketelitian 1 ºC; si
c) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg; on
d) Penangas listrik; al,
e) Pipet ukur berskala 0,05 mL atau mikro buret terkalibrasi; Co
f) Labu ukur 50 mL, 100 mL dan 1 000 mL, terkalibrasi; py
g) Gelas ukur kapasitas 10 mL terkalibrasi; st
h) Gelas piala 250 mL; an
i) Cawan porselin/platina/kwarsa dengan kapasitas 50 mL - 100 mL; dan
da
j) Kertas saring tidak berabu dengan spesifikasi particle retention liquid sebesar 20-25 µm.
r
A.6.1.3 Pereaksi ini
di
a) Larutan asam nitrat, HNO3 pekat (65 %, Bj 1,4); bu
b) Larutan asam klorida, HCl pekat (37 %, Bj 1,19); at
c) Larutan asam nitrat, HNO3 0,1 N; un
encerkan 7 mL HNO3 65 % dengan air suling dalam labu ukur 1 000 mL dan encerkan tu
sampai tanda garis. k
d) Larutan asam klorida, HCl 6 N;
pe
encerkan 500 mL HCl 37 % dengan air suling dalam labu ukur 1 000 mL dan encerkan
sampai tanda garis. na
e) Larutan baku 1 000 µg/mL Cd; ya
larutkan 1,000 g Cd dengan 7 mL HNO 3 pekat dalam gelas piala 250 mL dan masukkan ng
ke dalam labu ukur 1 000 mL kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis. an
Alternatif lain, bisa digunakan larutan baku Cd 1 000 µg/mL siap pakai. di
f) Larutan baku 100 µg/mL Cd; w
pipet 10 mL larutan baku 1 000 µg/mL Cd ke dalam labu ukur 100 mL kemudian w
encerkan dengan air suling sampai tanda garis kemudian dikocok. Larutan baku kedua w.
ini memiliki konsentrasi 100 µg/mL Cd. bsn
g) Larutan baku kerja Cd;
.go
pipet ke dalam labu ukur 100 mL masing-masing sebanyak 0 mL; 0,1 mL; 0,2 mL;
0,3 mL; 0,4 mL; 0,5 mL dan 0,6 mL larutan baku 100 µg/mL kemudian tambahkan 5 mL .id
larutan HNO3 1 N atau HCl 6 N, dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis da
kemudian kocok. Larutan baku kerja ini memiliki konsentrasi 0 µg/mL; 0,1 µg/mL; 0,2 n
µg/mL; 0,3 µg/mL; 0,4 µg/mL; 0,5 µg/mL dan 0,6 µg/mL Cd. ti
h) Larutan baku 1 000 µg/mL Pb; da
larutkan 1,000 g Pb dengan 7 mL HNO 3 pekat dalam gelas piala 250 mL dan masukkan k
ke dalam labu ukur 1 000 mL kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis. un
Alternatif lain, bisa digunakan larutan baku Pb 1 000 µg/mL siap pakai. tu
i) Larutan baku 50 µg/mL Pb; dan
k
“H
ak
pipet 5,0 mL larutan baku 1 000 µg/mL Pb ke dalam labu ukur 100 mL dan encerkan Ci
dengan air suling sampai tanda garis kemudian kocok. Larutan baku kedua ini memiliki
pt
konsentrasi Pb 50 µg/mL.
j) Larutan baku kerja Pb; a
pipet ke dalam labu ukur 100 mL masing-masing sebanyak 0 mL; 0,2 mL; 0,5 mL; 1 mL; Ba
2 mL; 3 mL dan 4 mL larutan baku 50 µg/mL kemudian tambahkan 5 mL larutan HNO 3 da
1 N atau HCl 6 N, dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis kemudian kocok. n
Larutan baku kerja ini memiliki konsentrasi 0 µg/mL; 0,1 µg/mL; 0,25 µg/mL; 0,5 µg/mL; St
1,0 µg/mL; 1,5 µg/mL dan 2,0 µg/mL Pb. an
da
A.6.1.4 Cara kerja rd
isa
si
a) Timbang 10 g sampai dengan 20 g contoh (W) dengan teliti dalam cawan
Na
porselen/platina/kuarsa;
b) tempatkan cawan berisi contoh uji di atas penangas listrik dan panaskan secara bertahap si
sampai contoh uji tidak berasap lagi; on
c) lanjutkan pengabuan dalam tanur (550 ± 5) ºC sampai abu berwarna putih, bebas dari al,
karbon; Co
d) apabila abu belum bebas dari karbon yang ditandai dengan warna keabu-abuan, py
basahkan dengan beberapa tetes air dan tambahkan tetes demi tetes HNO 3 pekat kira- st
kira 1 mL sampai dengan 3 mL; an
e) keringkan cawan di atas penangas listrik dan masukkan kembali ke dalam tanur pada da
suhu 450 ºC kemudian lanjutkan pemanasan sampai abu menjadi putih. Penambahan
r
HNO3 pekat dapat diulangi apabila abu masih berwarna keabu-abuan;
f) larutkan abu berwarna putih dalam 5 mL HCl 6N, sambil dipanaskan di atas penangas
ini
listrik atau penangas air sampai kering, kemudian larutkan dengan HNO 3 0,1 N dan di
masukkan ke dalam labu ukur 50 mL kemudian tepatkan hingga tanda garis dengan (V), bu
jika perlu, saring larutan menggunakan kertas saring tidak berabu dengan spesifikasi at
particle retention liquid sebesar 20-25 µm, ke dalam wadah polypropylene; un
g) siapkan larutan blanko dengan penambahan pereaksi dan perlakuan yang sama seperti tu
contoh; k
h) baca absorbans larutan baku kerja dan larutan contoh terhadap blanko menggunakan pe
SSA pada panjang gelombang maksimum sekitar 283 nm; na
i) buat kurva kalibrasi antara konsentrasi logam (µg/mL) sebagai sumbu X dan absorbans
ya
sebagai sumbu Y;
j) plot hasil pembacaan larutan contoh terhadap kurva kalibrasi (C); dan ng
k) hitung kandungan logam dalam contoh. an
di
A.6.1.5 Perhitungan w
w
C w.
Kandungan Pb (mg/kg)  xV
W bsn
.go
Keterangan : .id
C adalah konsentrasi logam dari kurva kalibrasi, dinyatakan dalam(µg/mL); da
V adalah volume larutan akhir, dinyatakan dalam mililiter (mL);
n
W adalah bobot contoh, dinyatakan dalam gram (g).
ti
A.6.1.6 Ketelitian da
k
Kisaran hasil dua kali ulangan deviasi (RSD) maksimal 16 %. Jika RSD lebih besar dari 16 un
%, maka analisis harus diulang. tu
k
“H
ak
A.6.2 Penetapan timah (Sn) Ci
pt
A.6.2.1 Prinsip
a
Contoh didektruksi dengan HNO3 dan HCl kemudian tambahkan KCl untuk mengurangi Ba
gangguan. Sn dibaca menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang da
gelombang maksimum 235,5 nm dengan nyala oksidasi N2O-C2H2. n
St
A.6.2.2 Peralatan an
da
a) Spektrofotometer serapan atom beserta kelengkapannya (lampu katoda Sn), terkalibrasi; rd
b) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg; isa
c) Erlenmeyer 250 mL terkalibrasi;
si
d) Penangas listrik;
e) Tanur terkalibrasi dengan ketelitian 1°C Na
f) Pipet ukur berskala 0,1 mL kapasitas 5 mL dan 10 mL, terkalibrasi; si
g) Labu ukur 50 mL, 100 mL dan 1 000mL, terkalibrasi on
h) Gelas ukur kapasitas 50 mL terkalibrasi; al,
i) Gelas piala 250 mL, dan Co
j) Penangas air. py
st
A.6.2.3 Pereaksi an
da
a) Larutan kalium klorida, 10 mg/mL KCl;
larutkan 1,91 g KCl dengan air menjadi 100 mL;
r
b) Asam nitrat pekat, HNO3 pekat ; ini
c) Asam klorida pekat, HCl pekat; di
d) Larutan baku 1 000 mg/L Sn; dan bu
larutkan 1,000 g Sn dengan 200 mL HCl pekat dalam labu ukur 1 000 mL, tambahkan at
200 mL air suling, dinginkan pada suhu ruang dan encerkan dengan air suling sampai un
tanda garis. tu
e) Larutan baku kerja Sn. k
Pipet 10 mL HCl pekat dan 1,0 mL larutan KCl ke dalam masing-masing labu ukur pe
100 mL. Tambahkan masing-masing 0 mL; 0,5 mL; 1,0 mL; 1,5 mL; 2,0 mL; dan 2,5 mL
na
larutan baku 1 000 mg/L Sn dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis. Larutan
baku kerja ini memiliki konsentrasi 0 µ/mL; 15 µg/mL; 15 µg/mL; 20 µg/mL; dan 25 µg/mL ya
Sn. ng
an
A.6.2.4 Cara kerja di
w
a) Timbang 10 g sampai dengan 20 g contoh (W) dengan teliti ke dalam Erlenmeyer w
250 mL, tambahkan 30 mL HNO3 pekat dan biarkan 15 menit;
w.
b) panaskan perlahan selama 15 menit di dalam lemari asam, hindari terjadinya percikan
yang berlebihan;
bsn
c) lanjutkan pemanasan sehingga sisa volume 3 mL sampai dengan 6 mL atau sampai .go
contoh mulai kering pada bagian bawahnya, hindari terbentuk arang; .id
d) angkat erlenmeyer dari penangas listrik, tambahkan 25 mL HCl pekat, dan panaskan da
sampai selama 15 menit sampai letupan dari uap Cl2 berhenti; n
e) tingkatkan pemanasan dan didihkan sehingga sisa volume 10 mL sampai dengan 15 mL; ti
f) tambahkan 40 mL air suling, aduk, dan tuangkan ke dalam labu ukur 100 mL, bilas da
erlenmeyer tersebut dengan 10 mL air suling; k
g) tambahkan 1,0 mL KCl, dinginkan pada temperatur ruang, tera dengan air suling dan un
saring;
tu
k
“H
ak
h) siapkan larutan blanko dengan penambahan pereaksi dan perlakuan yang sama seperti Ci
contoh;
pt
i) baca absorbans larutan baku kerja dan larutan contoh terhadap blanko menggunakan
SSA pada panjang gelombang maksimum 235,5 nm dengan nyala oksidasi N2O-C2H2; a
j) buat kurva kalibrasi antara konsentrasi logam (µg/mL) sebagai sumbu X dan absorbans Ba
sebagai sumbu Y; da
k) plot hasil pembacaan larutan contoh terhadap kurva kalibrasi; n
l) lakukan pengerjaan duplo; dan St
m) hitung kandungan Sn dalam contoh; an
da
A.6.2.5 Perhitungan rd
isa
C si
Kandungan timah (Sn)  xV
(mg/kg) W Na
si
Keterangan : on
C adalah konsentrasi Sn dari kurva kalibrasi, (µg/mL) al,
V adalah volume larutan akhir, (mL);
W adalah bobot contoh, (g) Co
py
A.6.2.6 Ketelitian st
an
Kisaran hasil dua kali ulangan deviasi (RSD) maksimal 16 %. Jika RSD lebih besar dari 16% da
maka analisis harus diulang kembali r
ini
A.6.3 Penetapan merkuri (Hg) di
bu
A.6.3.1 Prinsip
at
Reaksi antara senyawa merkuri dengan NaBH4 atau SnCl2 dalam keadaan asam akan un
membentuk gas atomik Hg. Jumlah Hg yang terbentuk sebanding dengan absorbans Hg tu
yang dibaca menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom tanpa nyala pada panjang k
gelombang maksimum 253,7 nm. pe
na
A.6.3.2 Peralatan ya
ng
a) Spektrofotometer Serapan Atom yang dilengkapi lampu katoda Hg dan generator uap an
hidrida (”HVG”);
di
b) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg;
c) Labu destruksi 250 mL; w
d) Pendingin terbuat dari borosilikat, diameter 12 mm -18 mm, tinggi 400 mm diisi dengan w
cincin Rasching setinggi 100 mm, dan dilapisi dengan batu didih berdiameter 4 mm di w.
atas cincin setinggi 20 mm; bsn
e) Labu ukur 100 mL, 500 mL, dan 1 000 mL terkalibrasi; .go
f) Penangas listrik; .id
g) Gelas ukur 25 mL terkalibrasi; dan da
h) Pipet ukur berskala 0,05 mL atau mikro buret terkalibrasi. n
ti
A.6.3.3 Pereaksi
da
a) Asam sulfat, H2SO4 9 M; k
b) Asam nitrat, HNO3 7 M; un
c) Batu didih; tu
d) Campuran HNO3 : HClO4 (1:1); k
“H
ak
e) Hidrogen peroksida, H2O2 Ci
f) Larutan natrium molibdat 2 %
pt
g) Larutan pereduksi;
campurkan 50 mL H2SO4 dengan 300 mL air suling dalam gelas piala 500 mL dan a
dinginkan sampai suhu ruang kemudian tambahkan 15 g NaCl, 15g hidroksilamin sulfat, Ba
dan 25g SnCl2. Pindahkan ke dalam labu ukur 500 mL dan encerkan dengan air suling da
sampai tanda garis. n
h) Larutan NaBH4; St
larutkan 3 g serbuk NaBH4 dan 3 g NaOH dengan air suling dalam labu ukur 500 mL; an
i) Larutan pengecer : da
masukkan 300 mL sampai dengan 500 mL air suling ke dalam labu ukur 1 000 mL dan rd
tambahkan 58 mL HNO3 kemudian 67 mL H2SO4. Encerkan dengan air suling sampai isa
tanda garis dan kocok.
j) Larutan baku 1 000 µg/mL Hg;
si
larutkan 0,135 4 g HgCl2 dengan kira-kira 25 mL air suling dalam gelas piala 250 mL dan Na
masukkan ke dalam labu ukur 100 mL kemudian encerkan dengan air suling sampai si
tanda garis; on
k) Larutan baku 1 µg/mL Hg; dan al,
pipet 1 mL larutan baku 1 000 µg/mL Hg ke dalam labu ukur 1 000 mL dan encerkan Co
dengan larutan pengencer sampai tanda garis kemudian kocok. Larutan baku kedua ini py
memiliki konsentrasi 1 µg/mL. st
l) Larutan baku kerja Hg; an
pipet masing-masing 0,25 mL; 0,5 mL; 1 mL; dan 2 mL larutan baku 1 µg/L ke dalam labu
da
ukur 100 mL terpisah dan encerkan dengan larutan pengecer sampai tanda garis.
Larutan baku kerja ini memiliki konsentrasi 0,002 5 µg/mL; 0,01 µg/mL; 0,02 µg/mL Hg.
r
ini
A.6.3.4 Cara kerja di
bu
A.6.3.4.1 Pengabuan basah at
un
a) Timbang 5 g contoh (W) dengan teliti ke dalam labu destruksi dan tambahkan 25 mL tu
H2SO4 9M, 20 mL HNO3 7 M, 1 mL larutan natrium molibdat 2%, dan 5 batu didih sampai k
dengan 6 batu didih; pe
b) hubungkan labu destruksi dengan pendingin dan panaskan di atas penangas listrik
na
selama 1 jam. Hentikan pemanasan dan biarkan selama 15 menit;
c) tambahkan 20 mL campuran HNO3-HClO4 (1:1) melalui pendingin; ya
d) panaskan dengan panas tinggi hingga timbul uap putih. Lanjutkan pemanasan selama ng
10 menit dan dinginkan; an
e) tambahkan 10 mL air suling melalui pendingin dengan hati-hati sambil labu digoyang- di
goyangkan; w
f) didihkan lagi selama 10 menit; w
g) matikan pemanas dan cuci pendingin dengan 15 mL air suling sebanyak 3 kali kemudian w.
dinginkan sampai suhu kamar; bsn
h) pindahkan larutan destruksi contoh ke dalam labu ukur 100 mL secara kuantitatif dan .go
encerkan dengan air suling sampai tanda garis;
.id
i) pipet 25 mL larutan di atas ke dalam labu ukur 100 mL dan encerkan dengan larutan
pengencer sampai tanda garis; da
j) siapkan larutan blanko dengan penambahan pereaksi dan perlakuan yang sama seperti n
contoh; ti
k) tambahkan larutan pereduksi ke dalam larutan baku kerja Hg, larutan contoh, dan da
larutan blanko pada alat HVG; k
l) baca absorbans larutan baku kerja, larutan contoh, dan larutan blanko menggunakan un
SSA tanpa nyala pada panjang gelombang 253,7 nm; tu
k
“H
ak
m) buat kurva kalibrasi antara konsentrasi logam (g/mL) sebagai sumbu X dan absorbans Ci
sebagai sumbu Y;
pt
n) plot hasil pembacaan larutan contoh terhadap kurva kalibrasi;
o) lakukan pengerjaan duplo; dan
a
p) hitung kandungan Hg dalam contoh. Ba
da
A.6.3.4.2 Destruksi menggunakan microwave atau destruksi sistem tertutup n
St
a) timbang 1 g contoh (W) ke dalam tabung destruksi dan tambahkan 5 mL HNO3, 1 mL an
H2O2 kemudian tutup rapat; da
b) masukkan ke dalam oven microwave dan kerjakan sesuai dengan petunjuk pemakaian rd
alat; isa
c) pindahkan larutan destruksi contoh ke dalam labu ukur 50 mL secara kuantitatif dan
si
encerkan dengan air suling sampai tanda garis;
d) siapkan larutan blanko dengan penambahan pereaksi dan perlakuan yang sama; Na
e) tambahkan larutan pereduksi ke dalam larutan contoh, dan larutan blanko pada alat si
”HVG”; on
f) baca absorbans larutan baku kerja, larutan contoh, dan larutan blanko menggunakan al,
SSA tanpa nyala pada panjang gelombang 253,7 nm; Co
g) buat kurva kalibrasi antara konsentrasi logam (µg/mL) sebagai sumbu X dan absorbans py
sebagai sumbu y; st
h) plot hasil pembacaan larutan contoh terhadap kurva kalibrasi; an
i) lakukan pengerjaan duplo; dan da
j) hitung kandungan Hg dalam contoh.
r
A.6.3.5 Perhitungan ini
di
C bu
Kandungan  xVxfp at
Hg(mg/kg) W un
tu
Keterangan:
C : konsentrasi logam dari kurva kalibrasi,dinyatakan dalam (µg/mL) k
V : volume larutan akhir, dinyatakan dalam mililiter (mL); pe
W: bobot contoh, dinyatakan dalam gram (g); na
fp : faktor pengenceran. ya
ng
A.6.3.6 Ketelitian
an
Kisaran hasil dua kali ulangan deviasi (RSD) maksimal 16 %. Jika RSD lebih besar dari 16%
di
maka analisis harus diulang kembali. w
w
A.7 Cemaran arsen (As) w.
bsn
A.7.1 Prinsip .go
Contoh didestruksi dengan asam menjadi larutan arsen. Larutan As 5+ direduksi dengan KI .id
menjadi As3+ dan direaksikan dengan NaBH4 atau SnCl2 sehingga terbentuk AsH3 yang da
kemudian dibaca dengan SSA pada panjang gelombang 193,7 nm. n
ti
A.7.2 Peralatan da
a) Spektrofotometer Serapan Atom yang dilengkapi dengan lampu katoda As dan generator k
uap hidrida (”HVG”); un
b) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg; tu
c) Labu Kjeldahl 250 mL; k
“H
ak
d) Labu ukur 50 mL,100 mL, 500 mL, dan 1 000 mL terkalibrasi; Ci
e) Pemanas listrik;
pt
f) Pipet volumetrik 25 mL terkalibrasi;
g) Cawan porselen kapasitas 50 mL; a
h) Gelas ukur 25 mL terkalibrasi; Ba
i) Tanur terkalibrasi dengan ketelitian 1°C; da
j) Pipet ukur berskala 0,05 mL atau mikro buret terkalibrasi dan; n
k) Labu borosilikat berdasar bulat 50 mL. St
an
A.7.3 Pereaksi da
a) Asam nitrat, HNO3 pekat
rd
b) Asam perklorat, HCIO4 pekat isa
c) Natrium boronhidrida, NaBH4 si
larutkan 3 g NaBH4 dan 3 g NaOH dengan air suling sampai tanda garis dalam labu ukur Na
500 mL. si
d) Asam klorida, HCl 8 M on
larutkan 66 mL HCl 37 % ke dalam labu ukur 100 mL dan encerkan dengan air suling al,
sampai tanda garis. Co
e) Timah (II) klorida, SnCl2. 2H2O 10 % py
timbang 50 g SnCl2. 2 H2O ke dalam piala gelas 200 mL dan tambahkan 100 mL HCl 37
st
%. Panaskan hingga larutan jernih dan dinginkan kemudian tuangkan ke dalam labu ukur
500 mL dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis.
an
f) Kalium iodida, Kl 20 % da
timbang 20 g Kl ke dalam labu ukur 100 mL dan encerkan dengan air suling sampai r
tanda garis( larutan harus dibuat langsung sebelum digunakan ). ini
g) Larutan Mg(NO3)2 75 mg/mL di
larutkan 3,75 g MgO dengan 30 mL H2O secara hati-hati, tambahkan 10 mL HNO3, bu
dinginkan dan encerkan hingga 50 mL dengan air suling at
h) Larutan baku 1 000 µg/mL As un
larutkan 1,320 3 g As2O3 kering dengan sedikit NaOH 20 % dan netralkan dengan HCl tu
atau HNO3 1:1 (1 bagian asam: 1 bagian air ). Masukkan ke dalam labu ukur 1 000 mL
k
dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis.
i) Larutan baku 100 µg/mL As pe
pipet 10 mL larutan baku arsen 1 000 µg/mL ke dalam labu ukur 100 mL dan encerkan na
dengan air suling sampai tanda garis. ya
j) Larutan baku 1 µg/mL As; dan ng
pipet 1 mL larutan standar arsen 100 mg/L ke dalam labu ukur 100 mL dan encerkan an
dengan air suling sampai tanda garis. Larutan baku ketiga ini memiliki konsentrasi 1 di
µg/mL As. w
k) Larutan baku kerja As; w
pipet masing-masing 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL; 4,0 mL dan 5,0 mL larutan baku 1 µg/mL w.
As ke dalam labu ukur 100 mL terpisah dan encerkan dengan air suling sampai tanda
bsn
garis kemudian kocok. Larutan baku kerja ini memiliki konsentrasi 0,01 µg/mL; 0,02
µg/mL; 0,03 µg/mL; 0,04 µg/mL dan 0,05 µg/mL As. .go
.id
A.7.4 Cara kerja da
n
A.7.4.1 Pengabuan basah
ti
a) Timbang 5 g sampai 10 g contoh (W) ke dalam labu Kjeldhal 250 mL, tambahkan 5 mL da
sampai 10 mL HNO3 pekat dan 4 mL sampai 8 mL H2SO4 pekat dengan hati-hati; k
b) setelah reaksi selesai, panaskan dan tambahkan HNO3 pekat sedikit demi sedikit un
sehingga contoh berwarna coklat atau kehitaman; tu
k
“H
ak
c) tambahkan 2 mL HClO4 70% sedikit demi sedikit dan panaskan lagi sehingga larutan Ci
menjadi jernih atau berwarna kuning (jika terjadi pengarangan setelah penambahan
pt
asam perklorat, tambahkan lagi sedikit HNO3 pekat);
d) dinginkan, tambahkan 15 mL H2O dan 5 mL amonium oksalat jenuh; a
e) panaskan sehingga timbul uap SO3 di leher labu; Ba
f) dinginkan, pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 50 mL dan encerkan dengan da
air suling sampai tanda garis; n
g) pipet 25 mL larutan di atas dan tambahkan 2 mL HCl 8 M; 0,1 mL KI 20% kemudian St
kocok dan biarkan minimal 2 menit; an
h) siapkan larutan blanko dengan penambahan pereaksi dan perlakuan yang sama seperti da
contoh; rd
i) tambahkan larutan pereduksi (NaBH4) ke dalam larutan baku kerja As, larutan contoh, isa
dan larutan blanko pada alat ”HVG”;
si
j) baca absorbans larutan baku kerja, larutan contoh, dan larutan blanko menggunakan
SSA tanpa nyala pada panjang gelombang 193,7 nm; Na
k) buat kurva kalibrasi antara konsentrasi logam (µg/mL) sebagai sumbu X dan absorbans si
sebagai sumbu Y; on
l) plot hasil pembacaan larutan contoh terhadap kurva kalibrasi; al,
m) lakukan pengerjaan duplo; dan Co
n) hitung kandungan As dalam contoh. py
st
A.7.4.2 destruksi menggunakan microwave atau destruksi sistem tertutup an
a) Timbang 1 g contoh (W) ke dalam tabung destruksi dan tambahkan 5 mL HNO 3, 1 mL da
H2O2 kemudian tutup rapat; r
b) masukkan ke dalam oven microwave dan kerjakan sesuai dengan petunjuk pemakaian ini
alat; di
c) setelah dingin, pindahkan larutan destruksi ke dalam labu ukur 25 mL secara kuantitatif bu
dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis; at
d) pipet 10 mL larutan destruksi (C) ke dalam labu borosilikat berdasar bulat 50 mL, un
tambahkan 1 mL larutan Mg(NO 3)2, uapkan di atas penangas listrik hingga kering dan tu
arangkan. Abukan dalam tanur dengan suhu 450 °C (±1 jam);
k
e) dinginkan, larutkan dengan 2,0 mL HCl 8 M, 0,1 mL KI 20% dan biarkan minimal 2 menit.
Tuangkan larutan tersebut ke dalam tabung contoh pada alat; pe
f) siapkan NaBH4 dan HCl dalam tempat yang sesuai dengan yang ditentukan oleh alat; na
g) tuangkan larutan baku kerja As 0,01 µg/mL; 0,02 µg/mL, 0,03 µg/mL; 0,04 µg/mL; 0,05 ya
µg/mL serta blanko ke dalam 6 tabung contoh lainnya. Nyalakan burner serta tombol ng
pengatur aliran pereaksi dan aliran contoh; an
h) baca nilai absorbansi tertinggi larutan baku kerja As dan contoh dengan blanko sebagai di
koreksi; w
i) buat kurva kalibrasi antara konsentrasi As (µg/mL) sebagai sumbu X dan absorbansi w
sebagai sumbu Y; w.
j) plot hasil pembacaan larutan contoh terhadap kurva kalibrasi;
k) lakukan pengerjaan duplo; dan
bsn
l) hitung kandungan As dalam contoh .go
.id
A.7.5 Perhitungan da
n
Kandungan arsen (mg/kg)  ti
C xVxfp da
k
W un
Keterangan :
tu
k
C adalah konsentrasi logam dari kurva kalibrasi ,dinyatakan dalam (µg/mL);
V adalah volume larutan akhir, dinyatakan dalam mililiter (mL) ;
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di
komersialkan”

18 dari 41
ntoh , dinyatakan dalam gram (g); fp adalah faktor pengenceran.
SNI 2973:2011

© BSN 2011
SNI 2973:2011

“H
ak
A.7.6 Ketelitian Ci
Kisaran hasil dua kali ulangan deviasi (RSD) maksimal 16%. Jika RSD lebih besar dari 16%, pt
maka analisis harus diulang kembali. a
Ba
A.8 Cemaran mikroba da
n
A.8.1 Persiapan dan homogenisasi contoh untuk uji Angka Lempeng Total, St
Eschericia coli, Bacillus cereus, Kapang dan Khamir an
da
A.8.1.1 Prinsip
rd
Pembebasan sel-sel bakteri yang mungkin terlindung oleh partikel makanan dan untuk isa
menggiatkan kembali sel-sel bakteri yang mungkin viabilitasnya berkurang karena kondisi si
yang kurang menguntungkan dalam makanan. Persiapan dan homogenisasi contoh Na
bertujuan agar bakteri terdistribusi dengan baik di dalam contoh makanan yang ditetapkan. si
on
A.8.1.2 Peralatan al,
Co
a) Alat homogenisasi (blender) dengan kecepatan putaran 10 000 – 12 000 rpm; py
b) Otoklaf terkalibrasi;
st
c) Penangas listrik;
d) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 g; an
e) Gelas piala steril; da
f) Labu erlenmeyer steril; r
g) Botol pengencer steril; ini
h) Pipet volumetrik steril 1,0 mL dan 10,0 mL terkalibrasi; di
i) Tabung reaksi; bu
j) Spatula steril; at
k) Labu ukur 50 mL, 100 mL, 500 mL, dan 1 000 mL terkalibrasi dan; un
l) Penangas listrik. tu
k
A.8.1.3 Larutan Pengencer
pe
Butterfield” phosphate-Buffered Dilution Water (BPB); na
- KH2PO4 34 g ya
- air suling 500 mL ng
Atur pH dengan NaOH sehingga pH 7,2 tepatkan volume 1 000 mL dengan air suling. an
Sterilisasi pada suhu 121 ºC selama 15 menit. Simpan pada refrigerator untuk membuat di
larutan pengencer 1,25 mL larutan stok diencerkan dengan air suling sampai volume w
1 000 mL, kemudian dimasukkan ke dalam botol pengencer sebanyak 450 mL dan ke dalam
w
tabung reaksi sebanyak (9 ± 1) mL dan disterilisasi pada suhu 121 ºC selama 15 menit.
w.
A.8.1.4 Homogenisasi contoh bsn
.go
a) Timbang 50 g contoh secara aseptik ke dalam botol pengencer yang telah berisi 450 mL .id
larutan pengencer sehingga diperoleh pengenceran 1:10; dan
da
b) Kocok campuran beberapa kali sehingga homogen.
n
A.8.2 Angka lempeng total (metode plate count) ti
da
A.8.2.1 Prinsip k
un
Pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah contoh diinkubasikan dalam pembenihan yang
tu
sesuai selama 48 jam pada suhu (35 + 1) ºC.
k
© BSN 2011 19 dari 41
“H
ak
A.8.2.2 Peralatan Ci
a) Inkubator (35 + 1) ºC terkalibrasi; pt
b) oven/alat sterilisasi kering terkalibrasi; a
c) otoklaf terkalibrasi; Ba
d) penangas air bersirkulasi (45 + 1) ºC; da
e) cawan petri gelas/plastik diameter 15 mm x 90 mm steril; n
f) pipet ukur 1 mL, 5 mL, dan 10 mL steril terkalibrasi; dan St
g) alat penghitung koloni (colony counter). an
da
A.8.2.3 Pembenihan dan pengencer
rd
Plate count agar (PCA) isa
- tryptone 5g si
- yeast extract 2,5 g Na
- glukosa 1g si
- agar 15 g on
- air suling 1 000 mL al,
Larutkan bahan-bahan diatas menjadi 1 000 mL dengan air suling dan atur pH menjadi 7,0.
Co
Masukkan ke dalam botol. Sterilkan dengan menggunakan otoklaf pada suhu 121 ºC selama
15 menit. py
st
A.8.2.4 Cara kerja an
da
a) Buat tingkat pengenceran sesuai kebutuhan seperti pada gambar A.1 dengan r
menggunakan larutan pengencer Butterfield”s Phospate-Buffered Dilution Water (BPB);
ini
di
bu
at
un
tu
k
pe
na
ya
ng
an
di
w
w
w.
bsn
.go
Gambar A.1 - Tingkat pengenceran menggunakan larutan pengencer Butterfield’s .id
hosphate Buffered Dilution Water (BPB) da
n
b) pipet masing-masing 1 mL dari tingkat pengenceran (F) 10-1sampai dengan 10-4 ke
dalam cawan petri steril secara duplo; ti
c) tuangkan 12 sampai dengan 15 mL media PCA yang masih cair dengan suhu (45  1) ºC da
ke dalam masing-masing cawan petri; k
d) goyangkan cawan petri dengan hati-hati (putar dan goyang ke depan, ke belakang, ke un
kanan, dan ke kiri) sehingga contoh dan pembenihan tercampur merata dan memadat; tu
k
“H
ak
e) kerjakan pemeriksaan blanko dengan mencampur air pengencer untuk setiap contoh Ci
yang diperiksa;
pt
f) biarkan sampai campuran dalam cawan petri memadat;
g) masukkan semua cawan petri dengan posisi terbalik ke dalam lemari pengeram pada a
suhu 35 ºC selama (48  2) jam; dan Ba
h) dan catat pertumbuhan koloni (n) pada setiap cawan petri yang mengandung 25 koloni da
sampai dengan 250 koloni setelah 48 jam. n
St
A.8.2.5 Perhitungan an
da
Angka lempeng total (koloni/g) = n x F
rd
Keterangan : isa
n adalah rata-rata koloni dari dua cawan petri dari satu pengenceran, dinyatakan dalam si
koloni per gram (koloni/g); dan Na
F adalah faktor pengenceran dari rata-rata koloni yang dipakai si
on
A.8.2.6 Pernyataan hasil al,
A.8.2.6.1 Cara menghitung Co
py
a) Pilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 25 st
koloni sampai dengan 250 koloni setiap cawan petri. Hitung semua koloni dalam cawan an
petri menggunakan alat penghitung koloni. Hitung rata-rata jumlah koloni dan kalikan da
dengan faktor pengenceran. Nyatakan hasilnya sebagai jumlah bakteri per gram; r
b) jika salah satu dari dua cawan petri terdapat jumlah koloni lebih kecil dari 25 koloni atau
ini
lebih besar dari 250 koloni. Hitung jumlah koloni yang terletak antara 25 sampai dengan
250 koloni dan kalikan dengan faktor pengenceran. Nyatakan hasilnya sebagai jumlah
di
bakteri per gram. bu
Contoh : at
un
10-2 10-3 tu
k
120 25
pe
105 20 na
ya
120 105  25  ng
ALT  (1 x  ,1 x 1) x 10  2 an
 2)  124,9375 di
c) jika hasil dari dua pengenceran jumlahnya berturut–turut terletak antara 25 koloni sampai w
dengan 250 koloni, hitung jumlah koloni dari masing-masing pengenceran koloni per g w
dengan rumus:
w.
C bsn
ALT  (1 x n1)  (0,1 x n2) x .go
  .id
Keterangan : da
C adalah jumlah koloni dari tiap-tiap petri n
n1 adalah jumlah petri dari pengenceran pertama yang dihitung ti
n2 adalah jumlah petri dari pengenceran kedua
da
d adalah pengenceran pertama yang dihitung
k
un
tu
k
“H
ak
Contoh : Ci
pt
10-2 10-3
a
131 30 Ba
da
143 25
n
ALT St
 131  143  30   164,3357 an
25 da
(1 x 2)  (0,1 x 2) x 10  2 rd
isa
d) jika jumlah koloni dari masing-masing petri lebih dari 25 koloni nyatakan sebagai jumlah si
bakteri perkiraan; Na
- Jika jumlah koloni per cm2 kurang dari 100 koloni, maka nyatakan hasilnya sebagai si
jumlah perkiraan: jumlah bakteri dikalikan faktor pengenceran. on
al,
Co
py
st
Contoh : an
da
10-2 10-3 Jumlah bakteri perkiraan r
~ 640 1000 x 640 = 640.000 (6.4 x 105) ini
di
bu
at
- Jika jumlah koloni per cm2 lebih dari 100 koloni, maka nyatakan hasilnya : area x faktor un
pengenceran x 100 contoh rata-rata jumlah koloni per cm2
tu
Contoh : k
pe
10-2 10-3 Area (cm2) JumLah bakteri perkiraan na
~ 7150 65 >65 x 103 x 100 = >6500.000 (6.5 x 106) ya
ng
~ 6490 59 >59 x 103 x 100 = >5900.000 (5.9 x 106) an
di
w
e) jika jumah koloni dari masing-masing koloni yang tumbuh pada cawan petri kurang dari
w
25, maka nyatakan jumlah bakteri perkiraan lebih kecil dari 25 koloni dikalikan
pengenceran yang terendah; dan w.
bsn
f) menghitung koloni perambat; .go
Perambatan pada koloni ada 3 macam yaitu .id
- merupakan rantai yang tidak terpisah da
- perambat yang terjadi diantara dasar cawan petri dan pembenihan; dan n
- perambatan yang terjadi pada pinggir atau pernukaran pembenihan.
ti
Jika terjadi hanya satu perambatan (seperti rantai) maka koloni dianggap satu. Jika
terbentuk satu atau lebih rantai terbentuk dan berasal dari sumber yang terpisah-pisah,
da
maka uap sumber dihitung sebagai satu koloni. k
un
A.8.2.6.2 Cara menghitung dan membulatkan angka tu
k
Dalam melaporkan jumlah koloni atau jumlah koloni perkiraan hanya 2 angka penting yang
digunakan, yaitu angka pertama dan kedua (dimulai dari kiri),
“H
ak
a) jika angka ketiga lebih besar dari 5, maka bulatkan ke atas Ci
contohnya : 528 dilaporkan sebagai 530 penulisannya 5,3 x 102
pt
b) jika angka ketiga kurang dari 5, maka bulatkan kebawah; dan
contohnya: 523 dilaporkan sebagai 520 penulisannya 5,2 x 102 a
c) jika angka ketiga sama dengan 5, maka bulatkan sebagai berikut Ba
- bulatkan ke atas jika angka kedua merupakan angka ganjil,dan da
Contohnya : 575 dilaporkan sebagai 580 penulisannya 5,8 x 102 n
- bulatkan ke bawah jika angka kedua merupakan angka genap St
Contohnya : 565 dilaporkan sebagai 560 penulisannya 5,6 x 102 an
da
A.8.3 Coliform dan Escherichia coli rd
isa
A.8.3.1 Prinsip
si
Pertumbuhan Coliform ditandai dengan terbentuknya gas pada tabung Durham, sedangkan Na
pertumbuhan E.coli diikuti dengan uji biokimia dan selanjutnya dirujuk pada Tabel APM si
(Angka Paling Mungkin).
on
al,
A.8.3.2 Peralatan Co
py
a) Inkubator (35 ± 1) C, terkalibrasi; st
b) Penangas air tertutup dengan sistem sirkulasi, (45,5 ± 0,2) C; an
c) Rak untuk tabung reaksi; da
d) Pipet ukur 10 mL dan 1 mL steril terkalibrasi, berskala 0,1 mL; r
e) Botol pengencer terbuat dari gelas borosilikat, dengan tutup ulir plastik; ini
f) Tabung reaksi dan tabung Durham; dan di
g) Jarum Ose dengan diameter dalam kira-kira 3 mm.
bu
A.8.3.3 Pembenihan pengencer dan pereaksi at
un
a) Lauryl sulfate tryptose (LST) broth / lauryl tryptose (LT) broth; tu
b) Brilliant green lactose bile (BGLB) broth 2%; k
c) Escherichia coli (EC) broth; pe
d) Agar Levine's eosin methylene blue (L-EMB); na
e) Plate count agar (PCA); ya
f) Gram stain; ng
g) Tryptone (tryptophane) broth; an
h) Pereaksi Kovacs’;
i) Methyl red – Voges Proskauer (MR – VP) broth;
di
j) Pereaksi Voges Proskauer; w
k) Larutan merah metil; w
l) Koser's citrate broth; w.
m) Peptone diluents 0,1%; bsn
n) Pereaksi indol; .go
o) Larutan kalium hidroksida, KOH 40%; .id
p) Butterfield’s phosfat buffered dilution water (BPB); da
q) Larutan alfa naftol 5%; dan n
r) Kristal kreatin.
ti
A.8.3.4 Cara kerja da
k
A.8.3.4.1 APM - Uji pendugaan untuk Coliform un
tu
a) Lakukan persiapan dan homogenisasi contoh sesuai dengan A.8.1; k
“H
ak
b) inokulasikan masing-masing 1 mL larutan dari setiap tingkat pengenceran (10-1,10-2 dan Ci
10-3) ke dalam tiga tabung Lauryl sulphate tryptose (LST) broth yang didalamnya terdapat
pt
tabung Durham terbalik. Pegang pipet sedemikian sehingga ujung bawah pipet
menempel pada tabung. Biarkan isi pipet mengalir 2 detik sampai dengan 3 detik. Pipet a
jangan ditiup untuk mengeluarkan isinya; Ba
c) masukkan tabung-tabung tersebut ke dalam inkubator pada suhu 35 °C selama (48 ± 2) da
jam; n
d) amati tabung-tabung tersebut pada pada jam ke-(24 ± 2). Jika ada tabung yang telah St
mengandung gas, maka tabung tersebut dinyatakan positif; an
e) tabung-tabung yang belum mengandung gas dinyatakan negatif, lanjutkan inkubasi da
selama 24 jam; rd
f) catat adanya pembentukan gas dalam jumlah berapapun setelah inkubasi (48 ± 2) jam, isa
dan nyatakan tabung tersebut “positif”; dan
g) lakukan uji penegasan terhadap semua tabung yang positif dalam uji pendugaan.
si
Na
si
A.8.3.4.2 APM - Uji penegasan untuk Coliform on
al,
a) Kocok tabung LST broth yang positif secara hati-hati dengan cara memutar-mutar Co
tabung; py
b) pindahkan satu mata Ose dari setiap tabung LST broth yang positif ke dalam tabung st
BGLB broth 2% yang berlainan; an
c) masukkan tabung-tabung BGLB broth 2% ke dalam inkubator pada suhu 35 °C selama
da
(48 ± 2) jam;
d) Tentukan APM sesuai dengan Tabel A.2 berdasarkan jumlah tabung BGLB broth yang
r
memperlihatkan pembentukan gas dalam jumlah berapapun, selama (48 ± 2) jam pada ini
35 °C; dan di
e) laporkan Coliform sebagai APM per gram. bu
at
un
A.8.3.4.3 APM – Uji penegasan untuk Escherichia coli tu
k
a) Pindahkan satu mata Ose dari setiap tabung LST broth yang positif ke dalam tabung EC pe
broth yang berlainan;
b) inkubasikan tabung-tabung EC broth tersebut ke dalam penangas air yang bersirkulasi,
na
selama (24 ± 2) jam pada suhu (45,5 ± 0,2) °C, tabung yang telah terbentuk gas ya
dinyatakan positif; ng
c) apabila negatif, inkubasikan dan periksa kembali pada jam ke-(48 ± 2). Jika telah an
terbentuk gas maka tabung tersebut dinyatakan positif; dan di
d) lakukan uji lengkap terhadap semua tabung yang positif untuk uji penegasan. w
w
A.8.3.4.4 APM - Uji lengkap untuk Escherichia coli w.
bsn
a) Kocok tabung-tabung EC broth yang positif secara hati-hati;
.go
b) ambil koloni sebesar satu mata Ose, kemudian digoreskan/ditanamkan pada satu cawan
agar L-EMB, sedemikian rupa hingga dihasilkan koloni yang terpisah-pisah dengan jarak
.id
minimal 0,5 cm; da
c) inkubasikan cawan agar L-EMB tersebut selama 18 jam sampai dengan 24 jam pada n
suhu (35 ± 1) °C; ti
d) periksa cawan-cawan terhadap adanya koloni yang berwarna gelap dengan atau tanpa da
kilat logam; k
e) dari tiap cawan L-EMB, pindahkan maksimal 5 koloni yang diduga pada tabung agar un
miring PCA; tu
k
“H
ak
f) inkubasikan tabung-tabung agar miring tersebut selama 18 jam sampai dengan 24 jam Ci
pada suhu 35 C dan gunakan untuk uji selanjutnya; pt
g) buatlah pewarnaan Gram dari tiap biakan. E coli adalah gram negatif dan berbentuk
batang tak berspora yang harus diuji menggunakan reaksi-reaksi IMVIC seperti dibawah
a
ini, serta harus diinokulasikan kembali ke tabung LST broth untuk menegaskan adanya Ba
produksi gas, da
- uji indol; n
St
- Inokulasi tabung tryptone (trptophane) broth; an
- inkubasi selama (24 ± 2) jam pada suhu 35 °C; da
- uji terbentuknya indol dilakukan dengan menambahkan 0,2 mL sampai dengan rd
0,3 mL pereaksi Kovacs’; dan isa
- uji indol adalah positif bila terbentuk warna merah pada lapisan atas.
si
-
- uji Voges Proskauer ; Na
si
- Inokulasi tabung medium MR-VP broth dari setiap tabung PCA dan inkubasikan on
selama (48 ± 2) jam pada suhu 35 °C; al,
- pindahkan 1 mL biakan secara aseptis ke dalam tabung reaksi steril; Co
- tambahkan 0,6 mL larutan alfa naftol 5% dalam alkohol, dan 0,2 mL larutan KOH py
40% serta beberapa butir kristal kreatin; dan st
- uji Voges Proskauer adalah positif bila terbentuk warna eosin merah muda dalam an
waktu 2 jam.
da
- uji merah metil; r
ini
- Setelah uji Voges Proskauer, inkubasikan kembali tabung MR-VP broth selama di
(48 ± 2) jam pada suhu 35 °C; bu
- tambahkan 5 tetes indikator merah metil pada setiap tabung; dan at
- uji merah metil adalah positif bila terbentuki warna merah, dan negatif bila un
terbentuk warna kuning. tu
k
- uji sitrat;
pe
- Inokulasi tabung Koser's citrate broth dengan hati-hati menggunakan jarum lurus na
sedemikian rupa sehingga hanya mengenai permukaan media. Terlalu banyak ya
inokulasi dapat menyebabkan terbawanya zat-zat lain; ng
- inkubasikan selama 96 jam pada suhu suhu 35 °C; dan an
- uji sitrat adalah positif bila terbentuk kekeruhan yang menunjukkan adanya di
pertumbuhan bakteri dalam tabung. w
w
- uji pembentukan gas dari lactase. w.
bsn
- Inokulasikan tabung LST broth dari setiap agar miring PCA. Inkubasikan selama
(48 ± 2) jam pada suhu 35 °C; dan .go
- periksa tabung-tabung itu terhadap adanya pembentukan gas. .id
da
n
ti
da
k
un
tu
k
“H
ak
Ci
A.8.3.4.5 Klasifikasi dan laporan
pt
Tabel A.1 - Reaksi biokimia Escherichia Coli pada uji IMVIC a
Ba
E. coli Indol Merah metil Voges Proskaeur Sitrat da
n
Varietas I + + - - St
Varietas II - + - - an
da
rd
 Klasifikasikan sebagai E. coli apabila :
isa
- uji IMVIC mengikuti pola + + - - atau - + - - sesuai dengan Tabel A.1
si
- pewarnaan Gram menunjukkan Gram negatif bentuk batang tidak berspora; dan
- terbentuknya gas dalam broth dengan waktu inkubasi (48 ± 2) jam pada suhu 35 C. Na
 Hitunglah APM E. coli dengan menggunakan Tabel A.2 APM berdasarkan jumlah tabung - si
tabung dari 3 seri pengenceran yang telah dipastikan mengandung E. coli. on
al,
Tabel A.2 - APM/g contoh bila menggunakan 3 tabung untuk setiap tingkat Co
pengenceran 0,1 g/mL; 0,01 g/mL; dan 0,001 g/mL contoh py
st
Tabung yang positif Tabung yang positif an
APM APM
0,1 0,01 0,001 0,1 0,01 0,001 da
0 0 0 <3 2 2 0 21 r
0 0 1 3 2 2 1 28 ini
di
0 1 0 3 2 2 2 35
bu
0 1 1 6 2 3 0 29 at
0 2 0 6 2 3 1 36 un
0 3 0 9 3 0 0 23 tu
1 0 0 4 3 0 1 39 k
pe
1 0 1 7 3 0 2 64
na
1 0 2 11 3 1 0 43
ya
1 1 0 7 3 1 1 75 ng
1 1 1 11 3 1 2 120 an
1 2 0 11 3 1 3 160 di
1 2 1 15 3 2 0 93 w
1 3 0 16 3 2 1 150 w
2 0 0 10 3 2 2 216 w.
bsn
2 0 1 14 3 2 3 290
.go
2 0 2 20 3 3 0 240 .id
2 1 0 15 3 3 1 460 da
2 1 1 20 3 3 2 1 100 n
2 1 2 27 3 3 3 >1 100 ti
da
k
un
tu
k
“H
ak
A.8.4 Salmonella sp. Ci
pt
A.8.4.1 Prinsip
a
Contoh yang diuji ditumbuhkan terlebih dahulu pada media pengkayaan dan kemudian Ba
ditumbuhkan pada media selektif. Selanjutnya contoh dideteksi dengan menumbuhkannya da
n
pada media agar selektif. Koloni-koloni yang diduga Salmonella sp. pada media selektif
St
kemudian diisolasi dan dilanjutkan dengan konfirmasi melalui uji biokimia dan uji serologi
an
untuk meyakinkan ada atau tidaknya bakteri Salmonella sp.
da
A.8.4.2 Peralatan rd
isa
a) Inkubator terkalibrasi, (35 ± 2) °C; si
b) Inkubator refrigerated atau laboratory refrigerator terkalibrasi,(4 ± 2) °C Na
c) Otoklaf terkalibrasi; si
d) Oven terkalibrasi; on
e) Penangas air, (49 ± 1) °C; al,
f) Penangas air, bersirkulasi, thermostat, (43 ± 0,2) °C; Co
g) Penangas air, bersirkulasi, thermostatically-controlled, (42 ± 0,2) °C; py
h) Neraca, kapasitas 2 000 gram terkalibrasi, dengan ketelitian 0,1 gram;
i) Neraca, kapasitas 120 gram terkalibrasi, dengan ketelitian 5 mg;
st
j) Blender dengan kecepatan putaran 10 000 -12 000 rpm dan blender jar (botol) steril; an
k) Botol bertutup ulir bermulut lebar 16 oz (500 mL) steril, Erlenmeyer 500 mL steril, da
beaker; 250 mL steril, sterile glass atau paper funnels dengan ukuran sesuai, dan, pilihan r
lain , kontainer dengan kapasitas sesuai untuk mengakomodasi contoh komposit; ini
l) Bent glass atau batang penyebar plastik steril; di
m) Sendok steril, atau peralatan lain untuk memindahkan contoh makanan; bu
n) Cawan petri steril, 15 x 100 mm, kaca atau plastik; at
o) Pipet steril, 1 mL dengan ketelitian 0,01 mL; dan pipet steril 10 dan 5 mL terkalibrasi un
dengan ketelitian 0,1 mL;
tu
p) Jarum ose (diameter ± 3 mm), nichrome, platinum-iridium chromel wire atau plastik steril;
q) Tabung reaksi atau tabung kultur steril,10 x 150 mm dan 20 x 150 mm; tabung k
serologikal, 10 x 75 mm atau 13 x 100 mm; pe
r) Botol pengencer 1 000 mL; na
s) Rak tabung reaksi atau rak tabung kultur; ya
t) Vorteks mixer; ng
u) Lampu ( untuk mengamati reaksi serologi); an
v) Bunsen burner; di
w) Kertas pH (kisaran pH 6-8) dengan ketelitian maksimum 0,4 unit pH per perubahan w
warna; w
x) pH meter;
w.
y) Kantong plastik steril, 28-37 cm dapat diikat;
z) Beaker plastik, 4 liter, dapat diotoklaf, untuk menyangga kantong plastik selama bsn
pengocokan dan inkubasi. .go
å) Gunting, gunting besar, pisau bedah, dan forceps steril; .id
da
A.8.4.3 Perbenihan dan pereaksi n
ti
a) Universal preenrichment broth; da
b) Tetrathionate (TT) broth; k
c) Rappaport-Vassiliadis (RV) medium (RV medium harus dibuat dari bahan-bahan yang un
terdapat dalam komposisi RV medium tersebut. Formulasi yang tersedia secara tu
komersial tidak dapat diterima);
k
d) Xylose lysine desoxycholate (XLD) agar;
“H
ak
e) Hektoen enteric (HE) agar; Ci
f) Bismuth sulfite (BS) agar;
pt
g) Triple sugar iron (TSI) agar;
h) Tryptone (tryptophane) broth; a
i) Trypticase (tryptic) soy broth; Ba
j) Trypticase soy broth dengan ferrous sulfate; da
k) Trypticase soy-tryptose broth; n
l) Methyl Red - Voges Proskeaur (MR-VP) broth St
m) Simmons citrate agar; an
n) Urea broth; da
o) Urea broth (rapid); rd
p) Malonate broth;
isa
q) Lysine iron agar (LIA) (Edward dan Fife)
r) Lysine decarboxylase broth;
si
s) Medium uji motilitas (semi padat); Na
t) Kalium sianida (KCN) broth; si
u) Phenol red carbohydrate broth; on
v) Purple carbohydrate broth; al,
w) MacConkey agar; Co
x) Nutrient broth; py
y) Brain heart infusion (BHI) broth; st
z) Larutan papain, 5 %; an
aa) Larutan selulosa, 1
da
%;
bb) Tryptose blood agar base; r
cc) Bubuk kalium sulfit, anhidrat; ini
dd) Larutan chlorine, 200 ppm, mengandung 0,1 % natrium dodecyl sulfate; di
ee) Etanol, 70 %; bu
ff) Pereaksi Kovacs’; at
dd) Pereaksi uji Voges-Proskauer (VP); un
hh) Kristal creatine phosphate; tu
ii) Larutan kalium hidroksida, 40 %; k
jj) Larutan natrium hidroksida 1 N; pe
kk) Asam hidroklorat 1 N;
na
ll) Larutan brilliant green dye, 1 %;
mm) Larutan bromcresol purple dye, 0,2 %; ya
nn) Indikator merah metil; ng
oo) Air suling steril; an
pp) Larutan physiological saline, 0,85 % (steril); di
qq) Larutan formalinized physiological saline; w
rr) Salmonella polyvalent somatic (O) antiserum; w
pp) Salmonella polyvalent flagellar (H) antiserum; w.
qq) Salmonella somatic group (O) antisera: A, B, C1, C2, C3, D1, D2, E1, E2, E3, E4, F, G, H, I, bsn
Vi, atau kelompok lain yang sesuai; .go
uu) Salmonella Spicer-Edwards flagellar (H) antisera;
.id
A.8.4.4 Cara Kerja da
n
A.8.4.4.1 Homogenisasi contoh dan pra-pengkayaan ti
da
a) Pipet 100 mL contoh ke dalam blender yang steril dan tambahkan 900 mL universal k
preenrichment broth steril. Kocok selama 2 menit; un
b) pindahkan secara aseptik ke dalam botol pengencer 1 000 mL dan biarkan pada suhu tu
ruang selama (60 ± 5) menit dengan wadah tertutup, kemudian kocok perlahan; k
c) tambahkan 0,45 mL larutan Briliant green dye 1 %, kocok hingga tercampur merata; dan
“H
ak
d) kendurkan tutup wadah secukupnya/¼ putaran. Inkubasikan selama (24 ± 2) jam pada Ci
35 °C.
pt
A.8.4.4.2 Pengkayaan (enrichment) a
Ba
a) Kencangkan tutup wadah dan kocok secara perlahan contoh yang telah selesai da
diinkubasi; n
b) pipet 0,1 mL biakan pra-pengkayaan kedalam 10 mL media Rappaport-Vassiliadis (RV) St
dan 1 mL biakan pra-pengkayaan lainnya ke dalam 10 mL tetrathionate (TT) broth dan an
votex masing-masing campuran tersebut; dan da
c) inkubasikan media RV pada suhu (42 ± 0,2) °C selama (24 ± 2) jam dan TT broth pada rd
(35 ± 2,0) °C selama (24 ± 2) jam dalam penangas air bersirkulasi. isa
si
A.8.4.4.3 Penanaman pada pembenihan pilihan/selektif
Na
a) Kocok contoh yang telah diinkubasi dan dengan mengunakan jarum ose, goreskan si
sepanjang 3 mm biakan pengkayaan TT broth ke dalam cawan petri yang berisi media on
XLD, HE dan BS agar. Siapkan BS agar sehari sebelum digunakan dan simpan al,
ditempat gelap pada suhu ruang sampai siap digores. Co
b) ulangi cara di atas dari media pengkayaan RV; py
c) inkubasikan cawan-cawan BS, HE dan XLD selama (24 ± 2) jam pada suhu 35 °C; st
d) amati kemungkinan adanya koloni Salmonella sp.; an
Morfologi koloni mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
da
Ambil 2 atau lebih koloni Salmonella sp. dari masing-masing media agar selektif setelah r
(24 ± 2) jam inkubasi. Koloni-koloni Salmonella sp. adalah sebagai berikut: ini
di
XLD : koloni berwarna merah jambu (pink) dengan atau tanpa inti hitam. Kebanyakan
bu
Salmonella sp. membentuk koloni besar, inti hitam mengkilap atau mungkin
nampak hampir semuanya berwarna hitam.
at
un
HE : koloni berwarna hijau kebiruan sampai biru dengan atau tanpa inti hitam. tu
Kebanyakan Salmonella sp. membentuk koloni besar, inti hitam mengkilat atau k
mungkin nampak hampir semuanya berwarna hitam.
pe
BS : koloni berwarna coklat, abu-abu sampai hitam dan kadang-kadang kilap logam. na
Jika masa inkubasi bertambah maka warna media disekitar koloni mula-mula ya
coklat kemudian menjadi hitam. Pada beberapa strain koloni berwarna hijau ng
dengan atau tanpa warna gelap disekitar media. an
e) jika tidak ada koloni yang khas atau koloni tersangka pada media BS setelah inkubasi di
(24 ± 2) jam, jangan mengambil koloni tapi inkubasi kembali media selama (24 ± 2) jam. w
Jika tidak ada koloni yang khas atau koloni tersangka pada media BS setelah inkubasi w
(48 ± 2) jam, ambil 2 atau lebih koloni yang tidak khas; w.
f) dengan menggunakan jarum inokulasi steril, ambil secara hati-hati bagian tengah
bsn
koloni dan inokulasikan kedalam media TSI agar miring dengan cara menggores agar
miring dan menusuk agar tegak. Tanpa mengambil koloni baru, gunakan jarum yang
.go
sama untuk menginokulasikan media LIA dengan cara menusuk agar tegak lebih .id
dahulu, setelah itu goreskan pada agar miring. Karena reaksi Lysine decarboxylase da
sangat anaerobik, LIA miring harus mempunyai tusukan yang dalam (4 cm). Simpan n
media agar selektif yang telah diambil koloni pada suhu (5 - 8) °C; ti
g) inkubasi TSI dan LIA pada suhu 35 °C selama (24 ± 2) jam dengan membiarkan tutup da
sedikit kendur untuk mencegah terbentuknya H2S yang berlebihan. Pada TSI, kultur k
Salmonella sp. yang khas memberikan reaksi alkalin (merah) pada bagian miring dan un
asam (kuning) pada tusukan, dengan atau tanpa H2S (warna kehitaman pada agar). tu
Pada LIA kultur Salmonella sp. yang khas memberikan reaksi alkalin (ungu) pada
k
“H
ak
keseluruhan tabung. Reaksi yang benar-benar kuning pada tusukan dinyatakan sebagai Ci
kultur negatif. Jangan hanya melihat perubahan warna pada tusukan untuk menyatakan
pt
kultur negatif. Umumnya kultur Salmonella sp. membentuk H2S pada agar miring LIA;
Beberapa kutur non Salmonella sp. membentuk reaksi merah bata pada agar miring LIA; a
h) semua biakan yang memberikan reaksi alkalin pada bagian tusukan didalam media Ba
LIA tanpa memperhatikan reaksi TSI akan potensial sebagai Salmonella sp. sp. dan da
dilakukan uji biokimia dan serologi. Kultur yang memberikan reaksi asam pada tusukan n
pada media LIA dan alkalin pada bagian miringnya dan reaksi asam pada tusukan di TSI St
harus dipertimbangkan juga sebagai potensial Salmonella sp. dan harus dilakukan uji an
biokimia dan serologi. Kultur yang memberikan reaksi asam pada tusukan di media LIA da
dan asam pada bagian miringnya, dan reaksi asam pada tusukannya di media TSI dapat rd
dinyatakan sebagai bukan Salmonella sp. Bila kultur TSI tidak menunjukan reaksi khas isa
Salmonella sp. (alkalin pada goresan dan asam pada tusukan), ulangi lagi pengujian
si
dengan mengambil koloni yang mencurigakan dari medium selektif yang tidak
memberikan kultur duga positif dan inokulasi dengan menggores media TSI dan LIA Na
seperti cara mulai pasal f di atas; dan si
i) lakukan uji identifikasi biokimia dan serologi terhadap: on
- tiga kultur presumtif TSI dari 1 set media selektif (HE, XLD dan BS) yang diinokulasi al,
dari TTB, dan tiga kultur presumtif yang diinokulasikan dari RV; Co
- jika tiga kultur presumtif positif TSI tidak terisolasi dari 1 set media selektif, uji py
presumtif positif TSI dari media agar yang lain. Uji sedikitnya 6 kultur TSI untuk setiap st
100 mL contoh minuman. an
da
A.8.4.5 Identifikasi Salmonella sp. r
ini
A.8.4.5.1 Kultur campuran
di
a) Apabila kultur TSI agar terlihat tercampur, maka goreskan kembali kedalam media bu
MacConkey agar, HE agar atau XLD broth. Inkubasi selama (24 ± 2) jam pada suhu at
35 °C. Amati koloni yang diduga Salmonella sp. : un
- Mac Conkey agar. Koloni yang khas tampak transparan dan tidak berwarna, kadang- tu
kadang dengan inti hitam. Koloni-koloni Salmonella sp. akan membentuk area yang k
terang dari pengendapan bile disebabkan oleh bakteri lain yang muncul atau tumbuh; pe
- hektoen enteric (HE) agar. Koloni-koloni hijau kebiruan sampai biru dengan atau na
tanpa inti hitam. Pada umumnya kultur Salmonella sp. membentuk koloni besar, inti ya
hitam mengkilat atau hampir seluruh koloni terlihat berwarna hitam;
ng
- xylose lysine desoxycholate (XLD) agar. Koloni merah muda dengan atau tanpa inti
hitam. Pada umumnya kultur Salmonella sp. membentuk koloni besar, inti hitam an
mengkilat atau hampir seluruh koloni terlihat berwarna hitam. di
b) pindahkan sedikitnya 2 koloni terduga Salmonella sp. pada media TSI dan LIA seperti w
pada pasal 8.5.4.3.f dan lanjutkan seperti pada pasal 8.5.4.3.g. w
w.
A.8.4.5.2 Kultur murni bsn
.go
a) Uji urease (konvensional); dan .id
Inokulasikan dari TSI yang diduga Salmonella sp. dengan jarum inokulasi ke dalam urea da
broth. Inkubasikan selama (24 ± 2) jam pada suhu 35 °C; dan n
b) uji urease (cepat).
ti
Inokulasikan dari TSI yang diduga Salmonella sp. dengan jarum inokulase ke dalam da
rapid urea Broth. Inokulasikan 2 jam dalam penangas air pada suhu (37 ± 0,5) °C. k
Reaksi Salmonella sp. yang khas untuk uji urease memberikan hasil negatif (tidak terjadi
un
tu
perubahan warna).
k
“H
ak
Ci
A.8.4.5.3 Pengujian kultur urease negatif
pt
a
a) Lysine decarboxylase (LD) broth; Ba
Uji ini dilakukan hanya jika reaksi LIA meragukan. Ambil 1 ose dari TSI dan da
inokulasikan kedalam media LDB. Kendurkan tutupnya dan inkubasi selama (48 ± 2) jam n
pada suhu 35 °C, tetapi amati setelah 24 jam. Salmonella sp. memberikan reaksi alkalin St
ditandai dengan warna ungu pada seluruh media. Reaksi negatif ditunjukan dengan an
warna kuning pada seluruh media. Jika hasil reaksi tidak menunjukan warna kuning atau da
ungu tambahkan beberapa tetes 0,2 % bromocresol purple dye dan amati perubahan rd
warnanya. isa
si
b) Phenol red dulcitol atau purple broth base dengan 0,5 % dulcitol; dan Na
inokulasi media dulcitol broth dari biakan TSI. Kendurkan tutupnya dan inkubasi selama si
(48 ± 2) jam pada suhu 35 °C yang amati setelah 24 jam. Pada umumnya Salmonella sp. on
memberikan hasil positif yang ditandai dengan pembentukan gas dalam tabung Durham al,
dan pH asam (kuning) pada media. Reaksi negatif ditandai dengan tidak terbentuknya Co
gas pada tabung Durham dan warna merah (phenol red sebagai indikator) atau ungu py
(bromocresol purple sebagai indikator) pada seluruh media. st
an
c) Tryptone (tryptophane) broth (TB); da
Inokulasi media tryptone broth dari biakan TSI. Inkubasikan selama 24 jam pada suhu r
35 °C dan selanjutnya ikuti prosedur di bawah ini: ini
di
- Potasium cyanida (KCN) broth bu
Pindahkan 1 sengkelit biakan dari TB 24 jam kedalam media KCN broth. Tutup
at
tabung rapat-rapat dan lapisi dengan kertas parafilm. Inkubasikan selama (48 ± 2) jam un
pada suhu 35 °C tetapi amati setelah 24 jam. Hasil positif ditunjukan dengan adanya tu
pertumbuhan (ditandai dengan adanya kekeruhan). Umumnya Salmonella sp. tidak k
tumbuh pada media ini dengan ditandai dengan tidak terjadinya kekeruhan. pe
na
- malonate broth
Pindahkan 1 sengkelit dari biakan TB kedalam media Malonate broth. Inkubasikan
ya
ng
selama (48 ± 2) jam pada suhu 35 °C, tetapi amati setelah 24 jam. Kadang-kadang
an
tabung Malonate broth yang tidak diinokulasi berubah menjadi biru. Oleh karena itu
di
gunakan Malonate broth sebagai kontrol. Reaksi positif ditandai dengan perubahan
w
warna menjadi biru. Umumnya Salmonella sp. memberikan reaksi negatif (hijau atau
w
tidak ada perubahan warna) pada broth ini. w.
- uji indol bsn
Dari media TB yang tersisa pindahkan 5 mL kultur ke dalam tabung reaksi steril, .go
tambahkan 0,2 mL sampai dengan 0,3 mL pereaksi kovacs’. Amati segera setelah .id
penambahan pereaksi. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya cincin merah pada da
permukaan media. Umumnya Salmonella sp. memberikan reaksi negatif (tidak n
ti
terbentuk cincin merah pada permukaan media). Reaksi yang warnanya berada antara
da
jingga dan merah muda dinyatakan sebagai positif.
k
Nyatakan kultur sebagai bukan Salmonella sp. bila reaksi indol positif dan flagellar (H) un
negatif, atau KCN positif dan LDB negatif; tu
k
“H
ak
Ci
A.8.4.5.4 Uji serologi polyvalent flagellar (H) pt
a
a) Inokulasi dari masing-masing TSI agar yang memberikan reaksi urease negatif Ba
kedalam: da
- BHI broth, dan inkubasi selama 4 jam sampai dengan 6 jam pada suhu 35 °C sampai n
terlihat pertumbuhan (untuk diuji pada hari yang sama); atau St
- trypticase soy trypticase (TST) broth dan inkubasi selama (24 ± 2) jam pada suhu an
35 °C (untuk diuji hari berikutnya). Tambahkan 2,5 mL larutan formanilized da
physiological saline ke dalam 5 mL kultur di atas.
rd
b) siapkan 2 kultur dari TSI (contoh dan kontrol) yang telah diberi formanilized
physiological saline dan uji dengan Salmonella polyvalent flagellar (H) antisera. isa
Masukkan ± 0,5 mL larutan saline Salmonella polyvalent flagellar (H) antisera dalam si
tabung serologi 10 mm x 75 mm atau 13 mm x 100 mm. Tambahkan 0,5 mL antigen Na
yang akan diuji. Siapkan kontrol saline dengan mencampur 0,5 mL formanilized si
physiological saline dengan 0,5 mL formanilized antigen. Inkubasikan campuran tersebut on
dalam penangas air pada suhu 48 °C sampai dengan 50 °C. Amati setiap interval waktu al,
15 menit dan amati hasilnya dalam 1 jam. Co
- Positif apabila terjadi penggumpalan dalam uji campuran dan tidak ada penggumpalan py
dalam kontrol;
st
- negatif apabila tidak ada penggumpalan dalam uji campuran dan dalam kontrol; dan
- non spesifik terjadi penggumpalan dalam uji campuran dan kontrol.
an
da
A.8.4.5.5 Uji serologi polyvalent somatic (o) r
ini
a) Dengan menggunakan pensil, buat garis empat persegi-panjang berukuran 1 cm x 2 cm di
di atas kaca atau cawan petri plastik berukuran 15 mm x 100 mm atau di atas gelas bu
sediaan; at
b) emulsikan biakan dari TSI miring umur 24 jam sampai dengan 48 jam dengan 2 mL un
0,85% saline menggunakan jarum ose (dapat juga menggunakan biakan dari tryptose tu
blood agar base tanpa darah);
k
c) tambahkan 1 tetes suspensi biakan di atas masing-masing bagian empat-persegi
panjang yang telah diberi tanda dengan pensil; pe
d) tambahkan 1 tetes larutan saline pada bagian pertama dan tambahkan 1 tetes na
polyvalent somatic (o) antiserum ke dalam bagian yang lain; ya
e) campurkan atau homogenkan bagian atas menggunakan jarum ose yang bersih dan ng
steril selama 1 menit; dan an
f) klasifikasi uji polyvalent somatic (o) menunjukan hasil sebagai berikut: di
- Positif : terjadi pengumpalan di dalam pencampuran uji, pada kontrol saline tidak terjadi w
penggumpalan; w
- negatif : tidak terjadi penggumpalan didalam pencampuran uji, dan kontrol saline; w.
- non spesifik : terjadi penggumpalan didalam pencampuran uji dan pada kontrol
bsn
saline.
.go
A.8.4.5.6 Uji biokimia tambahan .id
da
Nyatakan sebagai Salmonella sp., kultur yang memberikan reaksi yang khas seperti pada n
Tabel 6 butir 1-11. Jika 1 kultur TSI dari setiap 100 mL contoh menunjukan Salmonella sp., ti
uji biokimia tambahan tidak diperlukan. Kultur yang memberikan reaksi positif pada uji da
serologi flagellar (H) tapi tidak menunjukan karakteristik Salmonella sp. pada uji biokimia, k
harus dimurnikan seperti pada pasal 8.5.5.1 diatas dan uji kembali pada pasal 8.5.4.5.2. un
tu
k
“H
ak
Lakukan uji tambahan berikut ini terhadap kultur yang tidak memberikan reaksi yang khas Ci
seperti Tabel A.3 : pt
a
a) Phenol red lactose atau purple lactose broth;
- Inokulasi broth ini dengan kultur TSI agar miring yang telah diinkubasi selama 24 jam Ba
sampai 48 jam. Inkubasi selama (48 ± 2) jam pada suhu 35°C, tetapi amati setelah da
n
24 jam;
St
- nyatakan positif, apabila terjadi pembentukan asam (kuning) dan gas pada tabung
Durham. Apabila hanya terjadi pembentukan asam, maka dapat dinyatakan positif. an
Umumnya Salmonella sp. memberikan hasil negatif, ditunjukkan dengan tidak ter- da
bentuknya gas pada tabung Durham dan warna merah (phenol red sebagai indikator) rd
atau ungu (bromocresol purple sebagai indikator) pada seluruh media; isa
- jika kultur memberikan reaksi lactose positif, maka nyatakan sebagai bukan Salmonella si
sp., kecuali kultur yang memberikan reaksi asam pada agar miring TSI dan reaksi Na
positif pada LIA atau reaksi positif pada malonate broth. si
on
b) Phenol red sucrose atau purple sucrose broth; al,
Ikuti prosedur seperti pada pasal 8.5.4.5.6.a. Nyatakan sebagai bukan Salmonella sp.
Co
pada kultur yang memberikan reaksi positif uji sukrosa, kecuali kultur yang memberikan
py
reaksi asam pada agar miring TSI dan reaksi positif (alkalin) pada LIA; st
c) Merah metil-Voges-Proskauer (MR-VP) broth; an
Inokulasi medium dengan sedikit biakan TSI agar miring dan inkubasikan selama (48 ± 2) da
jam pada suhu 35 °C; r
ini
Lakukan uji Voges-Proskauer (VP) pada suhu ruang sebagai berikut : di
bu
- Pindahkan 1 mL MR-VP broth yang telah diinkubasi selama (48 ± 2) jam kedalam at
tabung reaksi steril dan inkubasikan kembali MR-VP broth selama (48 ± 2) jam pada un
suhu 35 °C; tu
- Tambahkan 0,6 mL alpha naphtol dan aduk;
k
- Tambahkan 0,2 mL larutan KOH 40 % dan aduk kembali. Untuk mempercepat reaksi
tambahkan sedikit kristal kreatin dan amati hasilnya setelah 4 jam; dan pe
- Perubahan warna menjadi merah bata sampai merah delima pada media menunjukan na
reaksi positif. Umumnya Salmonella sp. memberilkan reaksi VP negatif. ya
Uji merah metil (MR) ng
an
- Tambahkan 5 tetes sampai dengan 6 tetes indikator merah metil ke dalam 5 mL media di
MR-VP yang telah diinkubasi selama 96 jam; w
- amati hasilnya dengan segera; dan w
- umumnya Salmonella sp. memberikan reaksi positif, ditandai dengan terjadinya difusi
w.
warna merah pada media. Terjadinya wana kuning menunjukan reaksi negatif.
Nyatakan sebagai bukan Salmonella sp. kultur yang memberikan reaksi KCN dan VP bsn
positif serta MR negatif.
.go
.id
d) Simmons citrate agar. da
- Inokulasi medium dengan menggunakan jarum yang mengandung biakan dari TSI n
agar miring, dengan cara menggores agar miring dan menusuk bagian tegak. ti
Inkubasikan selama (96 ± 2) jam pada suhu 35 °C; da
- nyatakan positif apabila terjadi pertumbuhan yang biasanya diikuti dengan perubahan k
warna dari hijau menjadi biru. Umumnya Salmonella sp. memberikan hasil sitrat positif; un
- negatif apabila tidak ada atau sedikit sekali pertumbuhan dan tidak terjadi perubahan tu
warna.
k
“H
ak
A.8.4.5.7 Pernyataan hasil Ci
pt
Laporkan sebagai Salmonella sp. kultur-kultur yang mempunyai reaksi seperti pada Tabel
A.3. Laporkan sebagai bukan Salmonella sp. kultur-kultur yang memberikan reaksi seperti a
pada Tabel A.4. Bila tidak ada 1 kultur TSI yang menunjukan reaksi Salmonella sp. pada uji Ba
biokimia, lakukan uji biokimia mulai dari pasal 8.5.5.3 terhadap kultur yang memberikan da
reaksi urease negatif dari contoh yang sama. n
St
Tabel A.3 - Reaksi biokimia dan serologi untuk Salmonella sp. an
da
Hasil reaksi Salmonella rd
sp. isa
No. Substrat uji
reaksi
Positif Negatif si
speciesa
1. Glukosa (TSI) tusukan kuning tusukan merah + Na
2. Lysine decarboxylase tusukan ungu tusukan kuning + si
(LIA) on
3. H2S (TSI dan LIA) Hitam tidak hitam + al,
4. Urease warna ungu tidak ada perubahan - Co
sampai merah warna py
5. Lysine decarboxy broth warna ungu warna kuning + st
6. Phenol red dulcitol warna kuning tanpa/ tidak berbentuk +b an
broth dan/atau gas gas, tidak berubah warna da
7 KCN broth pertumbuhan tidak ada pertumbuhan -
r
8 Malonate broth warna biru tidak berubah warna -c ini
9 Uji indol permukaan permukaan bewarna -
bewarna nila kuning di
10 Uji Polyvalent flagellar penggumpalan tidak penggumpalan + bu
11 Uji Polyvalent somatic penggumpalan tidak penggumpalan + at
12 Phenol red warna kuning tidak berbentuk gas dan -c un
lactose broth dan/atau gas tidak berubah warna tu
13 Phenol red sucrose warna kuning tidak berbentuk gas dan - k
broth dan/atau gas tidak berubah warna pe
14 Uji Voges-Proskauer merah muda tidak berubah warna - na
sampai merah ya
15 Uji merah metil merah menyebar kuning menyebar +
ng
16 Simmons citrate pertumbuhan, tidak ada pertumbuhan V
warna biru dan perubahan warna
an
Keterangan: di
a
+ adalah 90% atau lebih positif dalam satu atau dua hari; w
- adalah 90% atau lebih negatif dalam satu atau dua w
hari; V adalah variabel; w.
b
adalah mayoritas dari kultur Salmonella arizonae: negatif;
c
adalah mayoritas dari kultur Salmonella arizonae: positif. bsn
.go
.id
da
n
ti
da
k
un
tu
k
“H
ak
Tabel A.4 - Reaksi biokimia dan serologi untuk non Salmonella sp. Ci
pt
No Substrat uji Hasil
1 Urease positif (warna ungu-merah) a
2 Uji indole dan polivalent flagellar (H) positif (permukaan warna nila) Ba
negatif (tidak ada penggumpalan) da
atau uji indole positif (permukaan warna nila) n
dan uji Spicer-Edwards flagellar negatif (tidak ada penggumpalan) St
3 Lysine decarboxylase dan KCN broth positif (ada pertumbuhan) an
negatif (warna kuning) da
4 Phenol red lactose broth positif (warna kuning dan/atau gas)a,b rd
5 Phenol red sucrose broth positif (warna kuning dan/atau gas)b isa
6 KCN broth, positif (ada pertumbuhan)
si
uji Voges-Proskauer, dan positif (warna merah muda sampai merah)
merah metil negatif (warna kuning menyebar) Na
Keterangan: si
a
adalah uji malonate broth lebih lanjut pada biakan yang positif untuk menentukan Salmonella on
arizonae al,
b
adalah jangan dibuang biakan positif jika biakan LIA menunjukkan reaksi bercirikan Salmonella Co
sp., uji lebih lanjut untuk mengamati apakah spesies tersebut Salmonella sp..
py
A.8.5 Staphylococcus aureus st
an
A.8.5.1 Prinsip da
r
Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada pembenihan khusus setelah diinkubasi ini
pada suhu 35 °C selama 45 jam sampai dengan 48 jam dan dilanjutkan dengan uji di
koagulase. bu
at
A.8.5.2 Peralatan un
tu
a) Inkubator 35 °C terkalibrasi;
b) Oven terkalibrasi; k
c) Spreader steril dari gelas; pe
d) Botol pengencer 500 mL; na
e) Tabung reaksi; ya
f) Gelas ukur 10 mL dan 1 mL terkalibrasi; ng
g) Cawan petri; an
h) Gelas sediaan; di
i) Pipet ukur terkalibrasi; dan w
j) Jarum ose/inokulasi.
w
w.
A.8.5.3 Pembenihan dan pereaksi
bsn
a) Baird-parker agar; .go
b) Brain heart infusion broth (BHIB); dan .id
c) Plasma kelinci. da
n
A.8.5.4 Cara kerja ti
da
a) Lakukan persiapan dan homogenisasi contoh seperti pada 8.1; k
b) pipet masing-masing 0,3 mL; 0,3 mL; 0,4 mL larutan contoh dari setiap seri pengenceran
un
ke dalam masing-masing ke 3 cawan petri yang berisi media BPA;
tu
k
“H
ak
c) sebarkan contoh secara merata dengan menggunakan spreader steril. Tahan cawan Ci
dalam posisi tegak lurus sampai contoh diserap oleh medium (± 10 menit). Jika contoh
pt
tidak mudah diserap oleh medium, tempatkan cawan petri pada posisi tegak lurus di
dalam inkubator selama 1 jam sebelum cawan petri dibalik; a
d) inkubasikan pada suhu 35 oC selama 45 jam sampai dengan 48 jam; dan Ba
e) pilih cawan petri yang mengandung 20 koloni sampai 200 koloni dan hitung tersangka da
koloni Staphylococcus aureus, yaitu koloni berwarna abu-abu sampai hitam mengkilat n
dengan lingkaran cerah disekililingnya dan sering kali lingkaranm jernih, koloni St
mempunyai getah kental ketika disentuh dengan jarum ose. an
da
A.8.5.5 Uji koagulase rd
isa
a) Pindahkan 5 koloni sampai dengan 10 koloni tersangka ke dalam tabung berisi 0,2 mL
si
sampai dengan 0,3 mL Brain Heart Infusion Broth (BHIB);
b) inkubasikan pada suhu 35 oC selama 18 jam sampai dengan 24 jam; Na
c) tambahkan koagulasi plasma kelinci sebanyak 0,5 mL ke dalam kultur BHIB dan campur; si
d) inkubasikan campuran plasma kelinci dengan biakan BHIB pada 35 oC selama 18 jam on
sampai dengan 24 jam dan memeriksanya, setelah 6 jam akan terbentuk penggumpalan. al,
Hanya bentuk yang kokoh dan sempurna serta dapat bertahan di dalam wadahnya ketika Co
tabung dibalikkan disebut sebagai positif Staphylococcus aureus; py
e) amati ada tidaknya koagulasi. Bila tidak terjadi koagulasi, lanjutkan inkubasi pada suhu st
kamar selama 24 jam, dan amati kembali ada tidaknya koagulasi; an
f) ratakan koloni (n) dari ketiga cawan petri yang diwakili oleh koloni-koloni yang
da
memberikan reaksi penggumpalan dan dikalikan dengan faktor pengencernya; dan
g) hitung jumlah Staphylococcus aureus dalam 1 g contoh. r
ini
A.8.5.6 Perhitungan di
bu
Angka Staphylococcus aureus (koloni/g) = n x F at
un
Angka Staphylococcus aureus (koloni/25 g) = n x F x 25 tu
k
A.8.6 Bacillus cereus pe
A.8.6.1 Prinsip na
ya
Pertumbuhan Bacillus cereus ditandai dengan terbentuknya koloni eosin merah muda ng
penghasil lechitinase, yang diikuti dengan uji konfirmasi pada berbagai media. an
di
A.8.6.2 Peralatan
w
a) Lemari pengeram (inkubator) terkalibrasi, (30±2) °C dan (35±2) °C; w
b) Alat homogenisasi yang sesuai dengan kecepatan putaran 18 000 rpm sampai dengan w.
21 000 rpm; bsn
c) Penangas air, (48 - 50)°C; .go
d) Mikroskop, mikroskop slide dan tutup; .id
e) Alat penghitung koloni;
da
f) Vortex mixer;
g) Bunsen burner lebar dan kecil; n
h) Rak tabung biakan; ti
i) Botol steril; da
j) Tabung anaerobic BBL Gaspak, dengan H2+CO2 generator envelopes dan katalis; k
k) Tabung biakan 13 x 100 mm steril; un
l) Pipet Ukur 1 mL, 5 mL dan 10 mL terkalibrasi; tu
m) Cawan petri steril 15 x 100 mm; k
“H
ak
n) Batang penyebar steril diameter 3-4 mm dengan area penyebar 45 - 55 mm; Ci
o) Jarum inokulasi (ose) dari kawat nichrome atau platina dengan diameter dalam 2 - 3 mm;
pt
dan
p) Pena penahan (marking pen) hitam. a
Ba
A.8.6.3 Media dan pereaksi da
n
a) Mannitol-egg yolk-polymyxin (myp) agar plates; St
b) Egg yolk emulsion 50%; an
c) Trypticase soy-polymyxin broth; da
d) Larutan polimiksin b untuk myp agar 0,1% dan Trypticase soy-polymyxin broth 0,15%; rd
e) Lisozyme 0,001%;
isa
f) Phenol red glucose broth;
g) Tyrosine agar;
si
h) Lysozyme broth; Na
i) Voges-proskauer medium; si
j) Nutrient broth; on
k) Nitrate broth; al,
l) Nutrient agar untuk Bacillus cereus; Co
m) Sulfanilic acid reagent; py
n) Alfa naphtol reagent; st
o) Butterfield’s phosphate-buffered dilution water yang disterilkan dalam botol dengan an
volume akhir (450 ± 5) mL dan (90 ± 2) mL;
da
p) Voges-proskauer test reagents;
q) Buffer fosfat; r
r) Larutan kalium hidroksida 40%; ini
s) Kristal keratin; dan di
t) Metanol. bu
at
A.8.6.4 Persiapan contoh un
tu
a) Secara aseptik, timbang 50 g contoh ke dalam blender yang bersih dan steril. k
Tambahkan 450 mL Butterfield’s phosphate-buffered dilution water (1:10) dan kocok pe
selama 2 menit pada kecepatan tinggi (18 000 – 21 000 rpm); dan
na
b) buat seri pengenceran dengan menggunakan larutan Butterfield’s phosphate-
buffered dilution water (1:10). ya
ng
A.8.6.5 Angka Lempeng Total- Bacillus cereus an
di
a) Buat tingkat pengenceran dari 10-2 sampai dengan 10-4 dengan memindahkan 10 mL w
contoh yang telah dihomogenkan ke dalam 90 mL larutan pengencer, aduk dengan kuat w
dan lanjutkan ke pengenceran 10-4; w.
b) inokulasi sebanyak 0,1 mL masing-masing tingkat pengenceran (termasuk 1:10) bsn
menggunakan batang penyebar steril di atas permukaan media MYP agar, lakukan .go
secara duplo;
c) inkubasikan media MYP agar pada suhu 30 oC selama 24 jam;
.id
d) amati koloni yang dikelilingi oleh zona endapan yang menunjukkan bahwa Bacillus da
cereus menghasilkan lecithinase berwarna merah muda. Warnanya akan menjadi lebih n
jelas apabila inkubasi dilanjutkan; ti
e) jika warna tidak jelas, lanjutkan inkubasi selama 24 jam lagi sebelum perhitungan koloni; da
f) pilih media yang mengandung perkiraan 15 koloni sampai dengan 150 koloni eosin k
merah muda penghasil lecithinase; un
g) beri tanda di bagian dasar cawan petri berdasarkan zona yang terbentuik menggunakan tu
pena hitam untuk memudahkan perhitungan dan penjumlahan koloni Bacillus cereus; k
“H
ak
h) ambil 5 atau lebih koloni yang positif mengandung Bacillus cereus dari media MYP agar Ci
dan pindahkan ke media nutrient agar miring untuk konfirmasi Bacillus cereus; dan
pt
i) hitung jumlah Bacillus cereus per gram contoh berdasarkan persentase koloni yang telah
diuji dan dikonfirmasi sebagai Bacillus cereus. a
Contoh perhitungan : Ba
Jika jumlah rata-rata yang diperoleh pada pengenceran 10-3 adalah 65 dan 4 dari 5 koloni da
telah diuji dan dikonfirmasi sebagai Bacillus cereus maka jumlah sel Bacillus cereus per n
gram contoh adalah St
an
65 x 4/5 x 1000 x 10 = 520000 da
rd
Keterangan
Faktor pengenceran lebih tinggi sepuluh kali dari pengenceran contoh sebab hanya 0,1 mL contoh
isa
diuji. si
Na
A.8.6.6 APM- Bacillus cereus si
on
a) Teknik APM direkomendasikan untuk menghitung Bacillus cereus dalam contoh yang al,
diharapkan mengandung Bacillus cereus lebih kecil dari 10 per gram contoh. Co
b) inokulasikan masing-masing 1 mL larutan dari setiap tingkat pengenceran (larutan 10-1, py
10-2 dan 10-3) kedalam tiga tabung tryticase soy-polymyxin broth;
st
c) inkubasikan tabung-tabung tersebut dalam inkubator pada suhu 30°C selama (48 ± 2)
jam; an
d) amati tabung-tabung tersebut pada jam ke- (48 ± 2) untuk melihat pertumbuhan bakteri da
Bacillus cereus; r
e) gores biakan dari tabung yang positif dengan ose ke dalam media MYP agar dan ini
inkubasi selama 24 jam sampai dengan 48 jam pada suhu 30 °C; di
f) ambil 1 atau lebih koloni yang bewarna eosin merah muda denagn lechitinase positif dari bu
media MYP agar dan pindahkan ke media nutrien agar miring untuk konfirmasi Bacillus at
cereus; dan un
g) konfirmasi Bacillus cereus dapat dilihat pada 8.5.7.8. tu
A.8.6.7 Uji penegasan untuk Bacillus cereus
k
pe
A.8.6.7.1 Kultur campuran na
ya
a) Ambil 5 atau lebih koloni yang berwarna eosin merah muda dengan lechitinase positif ng
dari media MYP agar dan pindahkan ke media agar miring untuk konfirmasi Bacillus an
cereus; di
b) inkubasi selama 24 jam pada suhu 30 °C; w
c) lakukan pengamatan secara mikroskopis, disertai pewarnaan gram. Bacillus cereus akan w
tambak berbentuk batang besar, gram positif, dengan rantai pendek hingga panjang,
w.
spora berbentuk ellips, letaknya ditengah sampai sub terminal dan spora tersebut tidak
menggembungkan sporangium; bsn
d) pindahkan 3 mm ose biakan dari setiap agar miring ke tabung (13 x 100) mm yang .go
mengandung 0,5 mL larutan bufer fosfat steril kemudian dikocok dengan vortex, untuk .id
mensuspensikan biakan; dan da
e) suspensi biakan ini digunakan untuk konfirmasi Bacillus cereus berikut. n
ti
A.8.6.7.2 Uji phenol red glucose broth da
k
a) Inokulasikan 3 mL suspensi biakan menggunakan jarum ose 2 mm; un
b) inkubasi tabung tersebut secara anaerobik selama 24 jam pada suhu 35 °C dalam tabung
tu
anaerobik GasPak; dan
k
“H
ak
c) kocok tabung tersebut dengan kuat dan amati pertumbuhan Bacillus cereus yang ditandai Ci
oleh peningkatan kekeruhan dan perubahan warna dari merah ke kuning yang
pt
menunjukkan bahwa asam telah dihasilkan secara anaerobik dari glukosa. Perubahan
warna dari merah ke oranye/kuning bisa terjadi pada sebagian tabung kontrol yang tidak a
diinokulasi. Hal ini disebabkan oleh terjadinya pengurangan pH akibat pemaparan media Ba
oleh CO2 yang terbentuk dalam tabung anaerobik GasPak. Gunakan kontrol positif dan da
kontrol negatif untuk meyakinkan perbedaan antara reaksi positif dan positif palsu. n
St
A.8.6.7.3 Uji nitrate broth an
da
a) Inokulasikan 5 mL suspensi biakan menggunakan ose 3 mm; rd
b) inkubasi tabung tersebut selama 24 jam pada suhu 35 °C; isa
c) untuk uji nitrit, tambahkan 0,25 mL masing-masing pereaksi sulfanilic acid dan pereaksi
si
alfa naphtol ke dalam setiap tabung; dan
d) warna oranye yang terbentuk dalam 10 menit menunjukkan bahwa nitrat telah direduksi Na
menjadi nitrit. si
on
A.8.6.7.4 Uji modified VP medium al,
Co
a) Inokulasikan 5 mL suspensi biakan menggunakan ose 3 mm; py
b) inkubasi tabung tersebut selama (48±2) jam pada suhu 35 °C; st
c) untuk uji acetylmethyl-carbinol, pipet 1 mL biakan ke dalam tabung uji (16 x 125) mm, an
tambahkan 0,6 mm larutan alfa naphtol, dan 0,2 mL kalium hidroksida (KOH) 40%;
da
d) aduk dan tambahkan sedikit kristal kreatin;
e) amati setelah didiamkan selama 1 jam pada suhu ruang; dan
r
f) uji positif apabila terbentuk warna ungu. ini
di
A.8.6.7.5 Uji tyrosine agar bu
at
a) Inokulasikan suspensi biakan dengan ose 3 mm ke seluruh permukaan media miring un
agar tirosin; tu
b) inkubasi media miring tersebut selama 48 jam pada suhu 35 °C; k
c) amati zona bening yang terbentuk yang menunjukkan bahwa tirosin telah terdekomposisi; pe
dan
na
d) jika hasil uji negatif maka inkubasi dilanjutkan selama 7 hari sebelum hasil dinyatakan
negatif. ya
ng
A.8.6.7.6 Uji lysozyme broth an
di
a) Inokulasikan 2,5 mL nutrient broth yang mengandung 0,001% lisozim dengan 2 mm ose w
suspensi biakan; w
b) inokulasikan juga 2,5 mL nutrient broth tanpa mengandung 0,001% lisozim sebagai w.
kontrol positif; bsn
c) inkubasi tabung tersebut selama 24 jam pada suhu 35 oC; .go
d) uji pertumbuhan dalam lysozyme broth dan dalam kontrol nutrient broth; dan
.id
e) inkubasi tabung negatif selama 24 jam lagi sebelum dibuang.
da
A.8.6.7.7 Uji MYP agar n
ti
a) Bagi bagian dasar cawan petri menjadi 6 bagian sampai dengan 8 bagian yang sama da
menggunakan pena; k
b) inokulasikan disetiap bagian MYP agar tersebut dengan cara menyentuh permukaan un
MYP agar dengan 2 mm ose yang berisi kultur secara hati-hati. Dalam satu petri dapat tu
diuji 6 atau lebih kultur; k
“H
ak
c) biarkan inokulum diserap sempurna sebelum diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35 °C; Ci
d) amati terbentuknya lechitinase yang ditunjukkan oleh zona endapan disekitar
pt
pertumbuhan;
e) manitol tidak difermentasi oleh isolat jika pertumbuhan dan disekitar media berwarna a
eosin merah muda. Warna kuning menunjukkan bahwa asam diproduksi dari manitol; dan Ba
f) koloni Bacillus cereus biasanya positif lechitinase dan negatif manitol pada MYP agar. da
n
A.8.6.7.8 Hasil uji konfirmasi Bacillus cereus St
an
Konfirmasi Bacillus cereus apabila : da
a) Menghasilkan gram positif dengan spora yang tidak sebesar sporangium; rd
b) menghasilkan lechitinase dan tidak memfermentasikan manitol dalam media MYP agar;
isa
c) tumbuh dan menghasilkan asam dari glukosa secara anaerobik;
si
d) mereduksi nitrat menjadi nitrit;
e) menghasilkan acetylmethylcarbinol; Na
f) menguraikan L-tyrosine; dan si
g) tumbuh dalam lysozyme 0,001%. on
al,
A.8.7 Kapang dan khamir Co
py
A.8.7.1 Prinsip
st
Pertumbuhan kapang dalam media yang sesuai, setelah diinkubasikan pada suhu an
(25  1) °C selama 5 hari. da
r
A.8.7.2 Peralatan ini
a) Mikroskop;
di
b) Inkubator 25 °C terkalibrasi; bu
c) Alat penghitung koloni; at
d) Penangas air (45  1) °C; un
e) Cawan petri 15 mm x 100 mm; dan tu
f) Pipet ukur 1 mL dan 10 mL terkalibrasi. k
pe
A.8.7.3 Pembenihan dan pengencer na
ya
Pilihan penggunaan media :
ng
a) Media dengan penambahan larutan antibiotik; an
- dichloran rose bengal chloramphenicol (DRBC) agar; di
- dichloran 18% glycerol (DG 18) agar; w
antibiotik ditambahkan di media kapang untuk mencegah pertumbuhan bakteri. w
Konsentrasi antibiotik yang diizinkan adalah 100 mg per liter media. Jika tampak w.
pertumbuhan bakteri, siapkan media dengan penambahan 50 mg per liter
bsn
chloramphenicol sebelum otoklaf dan 50 mg per liter chlortetracycline steril saat media
mulai dikondisikan, tepat sebelum menuang media dalam cawan.
.go
b) Plate count agar (PCA); .id
Tambahkan 100 mg chloramphenicol per liter jika menggunakan media ini. Media ini da
tidak cocok jika diduga ada kapang spreader (contoh Mucor, Rhizopus dll); n
c) Malt agar (MA) ti
d) Malt extract agar (kapang) (MEAYM); atau da
k
un
tu
k
“H
ak
e) Potato dextrose agar (PDA) : Ci
- infusion from white potatoes 200g
pt
- dextrose 20g
- agar 20g a
- air suling 1 000 mL Ba
Larutkan semua bahan di atas. Masukkan dalam labu, sterilkan pada 121 °C selama 15 da
menit. Sebelum dipergunakan dinginkan sampai 50 °C dan pH diatur 3,5 dengan asam n
tartrat 10% steril. Penurunan pH dapat diganti dengan penambahan 4 mL antibiotik (1 St
g/100 mL). Campurkan, kemudian tuangkan ke dalam cawan petri. an
da
A.8.7.4 Cara kerja rd
a) Lakukan persiapan dan homogenisasi contoh sesuai 8.1; isa
b) terdapat dua metode persiapan media dalam cawan, yaitu : si
- metode menyebar pada cawan (untuk pilihan media DRBC dan DG 18): Na
pipet 0,1 mL masing-masing pengenceran secara aseptik ke dalam media padat dan si
sebarkan merata dengan menggunakan batang gelas. on
- metode menuang pada cawan (untuk pilihan media DG 18): al,
pipet 1,0 mL masing-masing pengenceran ke dalam cawan petri 15 mm x 100 mm Co
dan sesegera mungkin tuangkan 20 mL sampai dengan 25 mL media. Campurkan py
dengan menggoyang cawan secara perlahan searah jarum jam, kemudian
st
berlawanan arah jarum jam dalam jangka waktu 1 menit sampai dengan 2 menit.
c) biarkan hingga campuran dalam cawan petri membeku; an
d) pipet masing-masing 1 mL dari pengenceran 10-1 sampai dengan 10-2 ke dalam cawan da
petri steril secara duplo; r
e) masukkan semua cawan petri dengan posisi tidak terbalik ke dalam inkubator dan ini
inkubasi pada ruang gelap bersuhu 25 °C selama 5 hari; di
f) hitung koloni kapang (perhitungan dapat dilakukan mulai hari ke tiga sampai dengan hari bu
ke lima). Jika setelah 5 hari tidak ada yang tumbuh, tambahkan waktu inkubasi selama at
48 jam; dan un
g) nyatakan hasil perhitungan sebagai jumlah kapang per gram contoh. tu
k
A.8.7.5 Pernyatan hasil
pe
A.8.7.5.1 Cara menghitung na
ya
Cara menghitung kapang dan khamir seperti cara menghitung pada angka lempeng total. ng
an
A.8.7.5.2 Cara menghitung dan membulatkan angka di
w
Cara menghitung dan membulatkan angka kapang dan khamir seperti cara menghitung dan w
membulatkan angka pada angka lempeng total. w.
bsn
.go
.id
da
n
ti
da
k
un
tu
k
“H
ak
Bibliografi Ci
pt
a
Ba
SNI 7387 : 2009 Batas Maksimum cemaran logam berat dalam pangan da
SNI 7388 : 2009 Batas Maksimum cemaran mikroba dalam pangan
n
St
Association of Offical Analytical Chemistry. 2005. AOAC Official Method 925.10, Solids an
(Total) and Moisture in Flour, Air Oven Method, 18th Edition, 2005, Current throught revision da
1.2006, Chapter 32.1.03 rd
isa
Association of Offical Analytical Chemistry. 2005. AOAC Official Method 948.13A, Protein si
(crude) in Wheat, 18th Edition, 2005, Current throught revision 1.2006, Chapter 32.1.22B. Na
si
American Oil Chemistry Society, 1993. AOCS Official Method Ca 5a-40. Free Fatty Acids 4th
on
Edition
al,
Offical Analytical Chemistry. 2005. AOAC Official Method 999.11, Lead, Cadmium, Copper, Co
Iron, and Zinc, 18th Edition, Chapter 9.1.09 py
st
Association of Offical Analytical Chemistry. 2005. AOAC Official Method 971.21 Mercury in an
Foods, Atomic Absorption Spectrophotometric Method, Chapter 9.2.22 da
r
Association of Offical Analytical Chemistry. 2005. AOAC Official Method 974.14 Mercury in ini
Fish, Alternaitve Digestion Method, Chapter 9.2.24 di
bu
Association of Offical Analytical Chemistry. 2005. AOAC Official Method 986.15 Arsenic,
Cadmium, Lead, Selenium, and Zinc in Human and Pet Foods, Multielement Method, 18th at
Edition, Chapter 9.1.01 un
tu
Food and Drug Administration. Bacteriological Analytical Manual. 2001. Aerobic Plate Count. k
Chapter 3. pe
na
Food and Drug Administration. Bacteriological Analytical Manual. 2003. Food Sampling and ya
preparation of Sample Homogenate. Chapter 1 ng
an
Food and Drug Administration. Bacteriological Analytical Manual. 2002. Enumeration of
di
Escherichia coli and The Coliform Bacteria. Chapter 4.
w
Food and Drug Administration. Bacteriological Analytical Manual. 2001. Staphylococcus w
aureus. Chapter 12. w.
bsn
Food and Drug Administration. Bacteriological Analytical Manual. 2001. Mold, Yeast and .go
Mycotoxin. Chapter 18. .id
da
Food and Drug Administration. Bacteriological Analytical Manual. 2007. Salmonella sp..
n
Chapter 5.
ti
da
k
un
tu
k

Anda mungkin juga menyukai