DISUSUN OLEH :
1. ARIS MUNANDAR (312020045)
2. EUIS HENNI H (312020050)
3. SUPIADI FAHMI (312020065)
4. NENENG MUNIGAR (312020026)
5. RINA ROSRIANI (312020031)
6. WINI PRIMADIANTI (312020036)
Kelompok :
Tema/materi :
ASPEK
NO KRITERIA PENILAIAN B N BxN
PENILAIAN
SELURUH ANGGOTA
4 Mengembangkan pertanyaan, jawaban,
kesimpulan, pendapat, dan sanggahan
2 Menarik
3 Kreatif
2 MEDIA 3
PRESENTASI
4 Inovatif
Bandung, …………………………..
Pengajar / Fasilitator
( )
Nama jelas dan gelar
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem
Endokrin” tepat pada waktunya. Makalah ini penulis susun untuk melengkapi
tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I, selain itu untuk mengetahui dan
memahami Sistem Endokrin Manusia dan memahami kasus gangguan system
endokrin yaitu DM type II.
Penulis mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa
kritik dan saran yang bersifat membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
JILID DEPAN
LEMBAR PENILAIAN MAKALAH
LEMBAR PENILAIAN PEER GROUP
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Penyakit
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan sesuai Kasus
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Asuhan keperawatan sesuai kasus
3.2 Hasil Diskusi
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN ARTIKEL DAN KEPUTUSAN KLINIS
BAB 1
PENDAHULUAN
b. Kelenjar Tiroid
Tiroid merupakan kelenjar yang terdiri dari folikel-folikel dan terdapat di
depan trakea. Kelenjar yang terdapat di leher bagian depan di sebelah bawah
jakun dan terdiri dari dua buah lobus.
Tabel b. Kelenjar Tiroid
Hormon yang di hasilkan Fungsi Utama
- Hormon Tiroid (Tiroksinin dan - Meningkatkan laju metabolic,
Triiodotironin) mempengaruhi aktivitas fisik, dan
mental di perlukan untuk
pertumbuhan normal
- Kalsitonin - Menurunkan kadar kalsium dalam
darah
c. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar ini menghasilkan parathormon (PTH) yang berfungsi untuk
mengatur konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraseluler dengan cara
mengatur absorpsi kalsium dari usus, ekskresi kalsium oleh ginjal, dan
pelepasan kalsium dari tulang.
Tabel c. Kelenjar Paratiroid
Hormon yang di hasilkan Fungsi Utama
- Hormon Paratiroid - Meregulasi pertukaran kalsium
antar tulang dan darah.
Meningkatkan kadar kasium dalam
darah.
d. Kelenjar Adrenal
Kelenjar ini berbentuk bola, atau topi yang menempel pada bagian atas ginjal.
Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenalis dan dibagi atas dua bagian,
yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula).
Tabel d. Kelenjar Adrenal
Hormon yang di hasilkan Fungsi Utama
- Hormon Epineprin dan - Meningkatkan tekanan darah dan
Norepineprin denyut jantung. Mengaktifkan sel
yang dipengaruhi oleh system saraf
simpatik dan banyak sel yang tidak
dipengaruhi oleh saraf simpatik.
- Kortisol (95% glukokortikoid) - Membantu dalam metabolism
karbohidrat, protein dan lemak aktif
selama stress.
- Aldosteron (95% - Membantu dalam meregulasi
mineralokortikoid) keseimbangan cairan dan elektrolit
e. Kelenjar Testis
Testis pada mammalia terdiri dari tubulus yang dilapisi oleh sel – sel
benih (sel germinal), tubulus ini dikenal dengan tubulus seminiferus.
Tabel e. Kelenjar Testis
Hormon yang di hasilkan Fungsi Utama
- Hormon Testosteron - Menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan organ seksual pria
(misalnya testis dan penis) ditambah
perkembangan karakteristik seks
sekunder seperti rambut, wajah, dan
suara
f. Kelenjar Ovarium
Merupakan kelenjar kelamin wanita yang berfungsi menghasilkan sel
telur, hormone estrogen dan hormone progesterone.
Tabel f. Kelenjar Ovarium
Hormon yang di hasilkan Fungsi Utama
- Hormon Estrogren - Menstimulasi pertumbuhan seks
wanita (uterus, tuba falopi) disertai
perkembangan payudara dan
panggul
- Progesteron - Menstimulasi perkembangan bagian
sekresi kelenjar mamae.
Mempersiapkan lapisan uterus untuk
implantasi ovarium yang dibuahi.
g. Kelenjar Prankeas
Kelenjar prankeas merupakan sekelompok sel yang terletak di prankeas.
Kelenjar prankeas menghasilkan hormone insulin dan glucagon. Insulin
mempermudah gerakan glukosa dari darah menuju sel sel lalu menembus
membrane sel. Di dalam otot glukosa dimetanolisme dan di bentuk dalam
bentuk cadangan. Di sel hati insulin mempercepat proses pembentukan
glikogen (glikogenesis) dan pembentukan lemak (lipogenesis). Kadar
glukosa yang tinggi dalam darah merupakan rangsangan untuk mengeksresi
insulin. Sebagai contoh, insulin akan meningkat setelah kita makan. Setelah
makan, maka kadar glukosa dalam darah akan naik karena tubuh
mendapatkan glukosa dari pemecahan makanan tersebut. Tubuh mengambil
kelebihan glukosa dengan cara mensekresikan insulin untuk
menyeimbangkannya pada kadar normal. Sebaliknya glukagon bekerja
secara berlawanan terhadap insulin.
Glukagon berfungsi mengubah glikogen menjadi glukosa sehingga
kadar glukosa naik. Contohnya pada saat kita berpuasa. Karena tubuh tidak
mendapatkan asupan glukosa ketika berpuasa, maka tubuh mensekresikan
glukagon untuk menyeimbangkan kekurangan glukosa tersebut. Jika
seseorang tidak dapat memproduksi insulin seperti pada kasus pasien DM,
maka glukosa dalam darah terus bertambah karena glukosanya tidak bisa
dirubah menjadi glikogen. Akibatnya urine yang dikeluarkannyapun
mengandung glukosa. Peningkatan glukosa darah akan merangsang
pankreas untuk mensekresi insulin, yang memicu sel-sel targetnya untuk
mengambil kelebihan glukosa dari darah. Ketika kelebihan itu telah
dikeluarkan atau ketika konsentrasi glukosa turun, maka pancreas akan
merespons dengan cara mensekresikan glukagon, yang mempengaruhi hati
untuk menaikkan kadar glukosa darah.
Tabel g. Kelenjar Prankeas
Hormon yang di hasilkan Fungsi Utama
- Hormon Insulin - Membantu transportasi glukosa ke
dalam sel, diperlukan untuk
metabolisme makanan khusunya
glukosa, dan menurunkan gula
darah.
- Hormon Glukagon - Menstimulasi hati untuk melepaskan
glukosa, yang kemudian
meningkatkan kadar glukosa darah.
d. Patofisiologi
Pathway (Setiaji, 2017)
Reaksi
Autoimun
Diabetes Mellitus
Hipoglikemia
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Keluarga mengatakan pasien tampak lemas dan tidak sadarkan
diri.
3. Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik – Biologis
1) Nutrisi
a) Sebelum Sakit
Keluarga mengatakan sebelum sakit pasien tidak terkontrol
makanannya dikarenakan lapar yang terus menurus.
b) Selama sakit
Selama sakit dan dirawat di rumah sakit pasien Diit lunak DM
2) Pola Eliminasi
a) Sebelum Sakit
(Tidak terkaji dalam kasus)
b) Selama Sakit
Buang air kecil (BAK) terpasang cateter urin.
3) Pola Aktivitas
a) Sebelum Sakit
(Tidak terkaji dalam kasus)
b) Selama Sakit
Pola aktivitas menjadi terhambat karena kondisi pasien yang
tampak lemas
4)Kebutuhan Istirahat Tidur
a) Sebelum sakit
(Tidak terkaji dalam kasus)
b) Selama Sakit
Selama sakait keluarga pasien mengatakan tidak ada perubahan
dalam pola tidurnya di rumah sakit. Selama di rumah sakit pasien
bahkan lebih banyak waktunya untuk istirahat
5) Aspek bio-psiko-sosial
a) Pemeliharaan pengetahuan terhadap kesehatan
Keluarga pasien mengatakan apa bila sakit pasien suka berobat
jalan di fasilitas kesehatan.
b) Pola hubungan
Pasien menikah satu kali,dan tinggal bersama suaminya.
c) Koping atau tleransi stress
Pengambilan keputusan dalam menjalankan tindakan dilakukan
oleh pihak keluarga, terutama suami pasien dan pasien
6) Kognitif dan persepsi tentang penyakit
a) Keadaan Mental Pasien tidak sadarkan diri
4. Primary survey
Data Action Respon
Airways 1. Pemberian oksigen / 1. Klien berespon
DS: Tidak dapat dikaji nasal kanul 2. Respirasi pasien
DO: 25x/menit
1. Pasien tidak sadar 3. Nadi teraba 90x/menit
2. Nadi teraba
Kesimpulan
Airways clear
Breathing 1. Mengatur posisi pasien 1. Nafas normal
DS: Normal
DO: Respirasi 25 x/ menit
Kesimpulan:
Breathing clear
Circulation 1. Dilakukan pemasangan 1. Infuse terpasang
DS: Tidak dapat dikaji terapi cairan infuse Nacl
DO: TD 100/80 mmHg, 0,9%
DX:
Risiko
Kekurangan volume cairan Kesimpulan
Circulation clear
Disability 1. Dilakukan pemeriksaan 1. Penurunan kesadaran
DS: Tidak dapat dikaji GCS dengan 2. Gula darah 325 gr/dl
DO: mneggunakan rangsang
1. Pasien penurunan suara, nyeri pada strenum
kesadaran dan pemeriksaan pupil
2. Cek GDS Kesimpulan
DX: Disabiity clear
Risiko hyperglikemi sementara
5. Secondery Survey
a. History AMPLE
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadan umum : Samnolen
Sstatus gizi : (Tidak terkaji dalam kasus)
TB : (Tidak terkaji dalam kasus)
BB : (Tidak terkaji dalam kasus)
b. Tanda tanda Vital
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 90 x /menit
Suhu : (Tidak terkaji dalam kasus)
Respirasi : 25 x / menit
Spo2 : (Tidak terkaji dalam kasus)
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
N Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
o
1 Hb 12 gr% 12-16 g/dl
2 Leukosit 6000 mm3 5000 – 10000 mcl
3 Trigliserida 268 gr/dl < 150
4 GDS 325 gr/dl < 200
b. Pemeriksaan jantung
N Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
o
EKG Sinus Rhythm Normal
c. Terapi pengobatan
N Obat dosis Rute
o
Insulin 7-7-6 UI IC
2. Analisa Data
No Data Masalah Penyebab
1. S: Risiko gangguan Factor risiko
• Keluarga pasien ketidakseimbangan
mengatakan pasien kadar glukosa Ketidak patuhan
pengobatan DM
tampak lemas, dalam darah.
sebelumnya banyak
Sel beta pancreas tergangu
makan karena lapar
terus Produksi insulin menurun
• Keluarga pasien
Glikogen meningkat
mengatakan
mempunyai riwayat
Hiperglikemi
DM sejak 5 tahun yang
lalu dan pasien mulai
Tubuh gagal meregulasi
enggan control
Hiperglikemi
O:
• GDS 325 gr/dl
Risiko gangguan ketidak
• Pasien tampak lemas seimbangan kadar glukosa
dalam darah
2. S: Risiko Kekurangan insulin
• Rasa haus terus Ketidakseimbangan
menerus elektrolit Hiperglikemi
• Jumlah urin meningkat
O: Urinasi meningkat
• Trigliserida 286 gr/dl
Dehidrasi
Penglihatan kabur
3. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data yang telah dibuat,maka ditemukan beberapa
diagnose keperawatan
1. Risiko gangguan ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah
berhubungan dengan faktor risiko ketidak patuhan pengobatan
2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penglihatan kabur
3. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan factor risiko
poliuri dan polydipsia.
4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Risiko gangguan ketidak Setelah dilakukan asuhan a. Berikan edukasi mengenai a. Pasien patuh dalam pengobatan.
seimbangan kadar glukosa keperawatan selama 1 x 24 strategi untuk
dalam darah b.d faktor jam, risiko ketidakstabilan mempertahankan / memperbaiki
risiko ketidak patuhan kadar glukosa darah teratasi kepatuhan dalam pengobatan
pengobatan. dengan kriteria : b. Berikan edukasi mengenai b. Pasien mengetahui jumlah
a. Hasil GDS menurun asupan kalori harian sesuai kebuthan kalori diit DM, dan
(dalam batas normal) kebutuhan diit DM. mengurangi keluhan lemas.
b. Nafas bau keton c. Ajarkan pasien dan keluarga c. Pasien dan keluarga dapat
berkurang/ hilang cara penggunaan injeksi mengelola pengobatan DM selama
c. Pasien bersedia patuh novorapid selama dirumah. di rumah
dalam pengobatan d. Kolaborasi dengan dokter dalam
d. Keluhan polifagi (lapar pemberian injeksi novorapid d. Novorapid injeksi sebagai
terus menerus) 7-7-6 unit/SC dan pemeriksaan pengganti fungsi insulin dalam
menurun keton dalam darah. tubuh untuk menstabilkan kadar
e. Keluhan lemas berkurang glukosa dalam darah
f. Pasien dan keluarga
dapat mengelola terapi
DM selama dirumah.
2. Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan perawatan a. Identifikasi kemungkinan a. Perlunya indentifikasi penyebab
elektrolit b.d faktor risiko 1x24 jam resiko penyebab ketidakseimbangan ketidakseimbangan elektrolit pada
poliuri dan polidipsia ketidakseimbangan elektrolit. pasien untuk merencanakan
elektrolit dapat teratasi intervensi selanjutnya
dengan kriteria: b. Monitor eliminasi urin b. Untuk mengetahui identifikasi
a. Polidipsi (rasa haus (frekuensi, volume, warna, kehilangan elektrolit melalui
menerus) menurun konsistensi, dan aroma). pemantauan cairan
b. Poliuri (sering BAK c. Anjurkan mengurangi minum c. Mengurangi resiko BAK pada
dalam jumlah banyak) menjelang tidur. malam hari yang akan mengganggu
menjadi stabil/ membaik pola istirahat tidur.
jumlah urinenya d. Kolaborasi dengan dokter d. Menyeimbangkan elektrolit dalam
c. Trigliserida dalam batas dalam pemberian suplemen tubuh melalui bantuan pengobatan.
normal elektrolit
3. Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan asuhan a. Kaji ketajaman pengelihatan a. Untuk mengidentifikasi
b.d penglihatan kabur keperawatan selama 1x24 pasien kemampuan visual pasien.
jam gangguan persepsi b. Orientasikan pasien pada b. Untuk meningkatkan kemampuan
sensori dapat teratasi lingkungan fisik sekitarnya persepsi sensori pasien
dengan kriteria: c. Anjurkan pasien untuk c. Untuk mencegah distress dan
a. Visibillitas melihat mengurangi sinar yang terlalu mengurangi resiko cidera
bayangan membaik dari terang (silau)
3 menjadi 4 d. Kolaborasi dengan dokter dalam d. Untuk mengoptimalkan proses
b. Pandangan kabur pemberian terapi/ pengobatan penyumbuhan pasien.
berkurang
5. Implementasi Keperawatan
No Hari/ Diagnosa
Tanggal Keperawatan Implementasi TTD/Paraf
Jam
1. Senin Risiko gangguan ketidak 1. Memberikan edukasi pada pasien mengenai strategi untuk Perawat
1/12/20 seimbangan kadar glukosa mempertahankan / memperbaiki kepatuhan dalam
09.00 dalam darah b.d faktor risiko pengobatan.
ketidak patuhan pengobatan. 2. Memberikan edukasi mengenai asupan kalori harian sesuai
kebutuhan diit DM.
3. Mengajarkan pasien dan keluarga cara penggunaan injeksi
novorapid selama dirumah.
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
injeksi novorapid (7-7-6unit/SC) dan pemeriksaan keton
dalam darah.
2. Senin Resiko ketidakseimbangan 1. Melakukan identifikasi kemungkinan penyebab Perawat
1/12/20 elektrolit b.d faktor risiko poliuri ketidakseimbangan elektrolit pada pasien.
09.00 dan polidipsia 2. Melakukan monitoring eliminasi urin (frekuensi, volume,
warna, konsistensi, dan aroma).
3. Menganjurkan pada pasien untuk mengurangi minum
menjelang tidur.
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
suplemen elektrolit
3. Senin Gangguan persepsi sensori b.d 1. Mengkaji ketajaman pengelihatan pasien Perawat
1/12/20 penglihatan kabur 2. Melakukan orientasikan pasien pada lingkungan fisik
09.00 sekitarnya
3. Menganjurkan pasien untuk mengurangi sinar yang terlalu
terang (silau)
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi/
pengobatan
6.Evaluasi Keperawatan
No Hari/Tanggal/Ja Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan (SOAP) TTD/Paraf
m
1. Senin Risiko gangguan ketidak S : Pasien mengatakan lemas mulai berkurang Perawat
1/12/20 seimbangan kadar glukosa O : - TD :110/70
09.00 WIB dalam darah b.d faktor risiko - S : 36,5
ketidak patuhan pengobatan. - N : 78
GDS : 300
A : Resiko gangguan ketidakseimbangan kadar
glukosa dalam darah
P:
1. Berikan edukasi pada pasien mengenai
strategi untuk mempertahankan /
memperbaiki kepatuhan dalam pengobatan.
2. Berikan edukasi mengenai asupan kalori
harian sesuai kebutuhan diit DM.
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
injeksi novorapid (7-7-6unit/SC) dan
pemeriksaan keton dalam darah.
2. Senin Resiko ketidakseimbangan S : Pasien mengatakan lemas mulai berkurang Perawat
1/12/20 elektrolit b.d faktor risiko O : - TD :110/70
09.00 WIB poliuri dan polidipsia - S : 36,5
- N : 78
- Keluhan lemas berkurang
A : Resiko gangguan ketidakseimbangan elektrolit
P:
1. Identifikasi kemungkinan penyebab
ketidakseimbangan elektrolit.
2. Monitor eliminasi urin (frekuensi, volume,
warna, konsistensi, dan aroma).
3. Anjurkan mengurangi minum menjelang
tidur.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
suplemen elektrolit
3. Senin Gangguan persepsi sensori S : Pasien mengatakan lemas mulai berkurang Perawat
1/12/20 b.d penglihatan kabur O : - TD :110/70
09.00 WIB - S : 36,5
- N : 78
- Pandangan buram
A : Gangguan persepsi sensori
P:
1. Orientasikan pasien pada lingkungan fisik
sekitarnya
2. Anjurkan pasien untuk mengurangi sinar yang
terlalu terang (silau)
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi/
pengobatan
3.2 Hasil Diskusi
Dalam bab ini berisi tentang analisa teori dengan kasus diabetes melitus
kemudian dianalisa. Kelompok II KMB melakukan analisa perawatan selama
1x 24 jam dengan menggunakan proses keperawatan. Pada tahap ini dengan
berbagai cara untuk memperoleh data. Data yang diperoleh dari wawancara
yang bersumber dari pasien dan keluarga. Kemudian dilakukan analisa antara
sumber dengan data yang diperoleh.
KASUS KELOMPOK II
Seorang Perempuan, usia 45 tahun, datang ke UGD dalam keadaan tidak
sadar. pasien terlihat lemas. Pasien memiliki riwayat kencing manis sejak 5
tahun yang lalu dan jarang kontrol. Cek GDS, hasil 325 gr/dl. TTV: TD
100/80 mmHg, Nadi 90 x/menit, Respirasi 25 x/menit, segera dipasang urine
catheter, produksi urine 1000 cc warna kuning jernih. Diperiksa EKG
lengkap, hasil normal. Pasien mendapat insulin 7 – 7 – 6 IU setengah jam
sebelum makan. Diet lunak DM. Hasil laboratorium Hb 12 gr%, Leukosit
6000 /mm3, Trigliserida 286 gr/dl. Pasien memiliki riwayat NIDDM sejak 5
tahun yang lalu. Keluhan pada saat itu, pasien sering merasakan lemas badan,
sering kencing, rasa haus terus menerus, banyak makan karena merasa lapar
terus. Pada tahun pertama sejak keluhan, Cek GDS setiap bulan sekitar 200 –
240 gr/dl. Mulai tahun kedua, keluhan sudah mulai berkurang, dan pasien
mulai enggan kontrol. Mulai tahun ke-4, pasien sudah mulai mengeluh
penglihatannya kabur, area ekstremitas bawah terasa baal seperti kesemutan,
napas pasien sering terasa berbau keton.
1. Pembahasan menurut Teori dan Journal:
1) Penyebab pasien mengalami keluhan lemas dan ekstremitas bawah
mengalami kesemutan.
Seseorang dikatakan mengalami gula darah tinggi atau hiperglikemi
apabila dirinya memiliki kadar gula darah sewaktu lebih dari 200 mg/dL.
Salah satu keluhan yang terjadi akibat hiperglikemi adalah badan lemas.
Kondisi ini biasanya baru dirasakan ketika kadar gula darah melonjak
hingga lebih dari 300 mg/dL atau 500 mg/dL. Pada kasus ini pasien
mengalami Hiperglikemi yang mengakibatkan sirkulasi darah, sehingga
sel-sel di dalam tubuh terhambat sehingga tidak mendapatkan oksigen
serta nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien. Otomatis, badan pasien pun
akan menjadi lemas.
2. Penyebab pasien mengalami keluhan pengelihatan kabur
Semua orang yang menderita diabetes Tipe 1 dan Tipe 2 berisiko
mengalami komplikasi diabetes pada mata. Penglihatan kabur, ada
bintik-bintik atau bercak bayangan hitam mengambang dalam
penglihatan serta gangguan penglihatan lainnya menjadi pertanda
komplikasi diabetes sudah menjalar pada mata. Ada tiga penyakit yang
diakibatkan oleh diabetes sendiri, yakni retinopati diabetik, glaukoma,
dan katarak. Pada kasus diatas pasien berusia 45 tahun mengalami
komplikasi akibat diabetes yaitu retinopati. Hal ini disebabkan oleh
tingginya kadar glukosa dalam tubuh pasien yakni 325gr/dl. Sehingga
pembuluh darah rusak akibat penyempitan saluran darah ke mata atau
kurangnya nutrisi yang diterima oleh mata yang menyebabkan
pengelihatan buram.
Hal ini di dukung oleh hasil penelitian Dyah tahun 2017 yang
menyebutkan bahwa pasien retinopati diabetik terbanyak adalah pada
kelompok usia 45-64 tahun sebanyak 82.7%. Retinopati diabetik paling
banyak (52.0%) didapatkan pada perempuan dengan kelompok usia 45-
64 dan paling sedikit (2.7%) pada laki-laki dengan kelompok usia 25-44
dan laki-laki dengan kelompok usia 65 tahun ke atas.
3. Penyebab pasien mengalami nafas bau keton
Akibat penyakit diabetes, tubuh tidak mampu menghasilkan insulin
dalam jumlah cukup atau tidak bisa menggunakan insulin untuk
mengubah gula darah menjadi energi. Alhasil, tubuh penderita diabetes
akan menggunakan lemak untuk diubah menjadi energi. Proses ini akan
menghasilkan sebuah zat asam yang disebut dengan keton. Tingkat keton
yang tinggi kemudian terbentuk sebagai produk limbah, yang
menyebabkan bau tidak sedap pada napas pasien penderita diabetes
dalam kasus ini. Jika kadar keton meningkat, napas pasien akan memiliki
bau yang manis. Hal ini bisa menjadi sebuah tanda yang khas bahwa
pasien sedang mengalami diabetic ketoacidosis. Selain bau napas manis,
gejala lain yang sering muncul pada diabetic ketoacidosis adalah buang
air kecil lebih seiring, kadar gula darah yang tinggi, kesulitan bernapas,
bahkan penurunan kesadaran.
4. Penyebab Trigliserida pasien diabetes meningkat
Pada kasus ini pasien memiliki trigliserida yang tinggi yaitu dengan hasil
Trigliserida yang tinggi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
jarang berolahraga dan mengidap penyakit diabetes. Diabetes mellitus
tipe 2 adalah jenis penyakit yang terjadi karena naiknya kadar gula dalam
darah. Salah satu penyebab hal tersebut bisa terjadi adalah kebiasaan
mengonsumsi makanan dan minuman yang tinggi kadar gula tambahan
dan karbohidrat. Risiko penyakit diabetes menjadi lebih tinggi pada
orang yang memiliki sedikit aktivitas fisik alias jarang berolahraga.
Kedua kebiasaan tersebut nyatanya juga merupakan penyebab tingginya
kadar trigliserida dalam darah. Selain kesamaan pada penyebabnya,
tingginya kadar trigliserida ternyata juga berpengaruh dan bisa
menyebabkan terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin adalah
kondisi yang terjadi karena menurunnya kemampuan insulin dalam
memproses glukosa yang masuk ke dalam tubuh. Jika resistensi insulin
terjadi, akibatnya tubuh tidak dapat bekerja maksimal dalam memproses
glukosa. Akibatnya, glukosa dan trigliserida akan berkumpul dan
menumpuk dalam darah.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada kasus diabetes type II yaitu akibat kerusakan sel-sel beta
pankreas yang memproduksi insulin, sehingga suntikan insulin inerupakan
satu satunya cara pengobatan. Diabetes mellitus tipe 2 disamping kadar
glukosa tinggi, juga kadar insulin tinggi atau normal yang disebut resistensi
insulin Gejala klinik diabetes mellitus berupa poliuria, polidipsia, lemas, berat
badan menurun, kesemutan, gatal, dan mata kabur.
4.2 Saran
Meningkatkan penyuluhan-penyuluhan pada pasien, sehingga pengetahuan
pasien tentang diabetes mellitus akan bertambah. Mengetahui tanda bahaya
dari adanya komplikasi diabetes secara dini sangat perlu agar tindakan medis
secara dini dapat dilaksanakan. Anjurkan pasien melakukan olahraga
kesehatan control rutin dan mengatur diit serta dalam cara meminum obat
DAFTAR PUSTAKA