Anda di halaman 1dari 38

KEPERAWATAN KRITIS

ASKEP KRITIS PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN GASTROINTESTINAL:


GAGAL HEPAR

1
Dosen Pengampu : Mufarika, S. Kep., Ns., M. Kep

Oleh :
KELAS 7-B PSIK
KELOMPOK 3

(17142010046)
Ach. Baihaki

(17142010047)
Ach. Riyan Syauqy. M

Ainul Husna (17142010050)

Faisal Wais Alkorni (17142010056)

Fitriana Dewi (17142010059)

Istikomah (17142010066)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDIA HUSADA MADURA
2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari kelompok 3 yang telah bekerja sama dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi. mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

2
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Bangkalan, 2 November 2020

Penyusun

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI .............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang......................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................5

1.3 Tujuan...................................................................................................................................6

1.4 Manfaat.................................................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................7

2.1 Anatomi fisiologi system gastrointestinal ...........................................................................7


2.2 Konsep gangguan gastrointestinal: Gagal hepar ................................................................23
2.3 Askep Gagal hepar............................................................................................................. 29
BAB III PENUTUP.................................................................................................................36

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................36

3.2 Saran....................................................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................37

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit hati adalah suatu istilah untuk sekumpulan kondisi-kondisi, penyakit-


penyakit dan infeksi-infeksi yang mempengaruhi sel-sel, jaringan-jaringan, struktur dan
fungsi dari hati. Efek-efek jangka panjang tergantung dari kehadiran tipe penyakit
hatinya. Contohnya, hepatitis kronis dapat menjurus ke: Gagal hati, Penyakit-penyakit
pada bagian lain tubuh, seperti kerusakan ginjal atau jumlah darah yang rendah, Sirosis
hati. Efek-efek jangka panjang lainnya dapat termasuk: Encephalopathy adalah
memburuknya fungsi otak yang dapat berlanjut ke koma, Gastrointestinal bleeding
(perdarahan gastrointestinal). Ini termasuk perdarahan esophageal varices, yang
merupakan pembesaran vena yang abnormal di esophagus dan/atau didalam perut,
Kanker hati, Peptic ulcers, yang mengikis lapisan perut/lambung.

Gagal hati akut (ALF) adalah kondisi umum di mana kerusakan cepat fungsi hati
pada koagulopati dan perubahan dalam status mental dari individu yang sebelumnya
sehat. Gagal hati akut sering mempengaruhi orang-orang muda dan membawa kematian
sangat tinggi.

Kegagalan hati akut Istilah ini digunakan untuk menggambarkan perkembangan


koagulopati, biasanya dengan rasio normalisasi internasional (INR) lebih besar dari 1,5,
dan setiap tingkat perubahan mental (ensefalopati) pada pasien tanpa sirosis hati dan
dengan penyakit kurang dari 26 minggu durasi.

Gagal hati akut adalah istilah yang luas yang mencakup baik kegagalan hati
fulminan (FHF) dan kegagalan hati subfulminant (atau akhir-onset kegagalan hati).
Kegagalan hati fulminan umumnya digunakan untuk menggambarkan perkembangan
ensefalopati dalam waktu 8 minggu dari timbulnya gejala pada pasien dengan hati yang
sebelumnya sehat. Kegagalan hati Subfulminant dicadangkan untuk pasien dengan
penyakit hati sampai 26 minggu sebelum pengembangan ensefalopati hati.

Ada perbedaan penting antara FHF pada anak-anak dan FHF pada orang dewasa.
Misalnya, pada anak dengan FHF, ensefalopati mungkin terlambat, atau tidak dikenal..
Beberapa pasien dengan penyakit hati kronis yang sebelumnya tidak dikenal

5
dekompensasi dan hadir dengan gagal hati, meskipun hal ini tidak secara teknis FHF,
diskriminasi seperti pada saat presentasi mungkin tidak dapat dilakukan. Pasien dengan
penyakit Wilson, vertikal tertular hepatitis B, atau hepatitis autoimun dapat dimasukkan
terlepas dari kemungkinan sirosis jika penyakit mereka telah terwujud selama kurang
dari 26 minggu.. Langkah yang paling penting dalam penilaian pasien dengan gagal hati
akut adalah untuk mengidentifikasi penyebabnya, karena penyebab tertentu menuntut
perawatan segera dan spesifik (lihat hasil pemeriksaan). Obat-hepatotoksisitas terkait,
terutama dari asetaminofen, merupakan penyebab utama gagal hati akut di Amerika
Serikat . Aspek yang paling penting dari pengobatan adalah untuk memberikan dukungan
perawatan yang baik intensif. Perhatian harus dibayarkan kepada manajemen cairan dan
hemodinamik. Pemantauan parameter metabolik, surveilans untuk infeksi, pemeliharaan
gizi, dan pengakuan cepat perdarahan gastrointestinal sangat penting.

Berbagai obat mungkin diperlukan karena berbagai komplikasi yang terjadi dari
kegagalan hati fulminan. Dalam kasus-kasus tertentu, penangkal yang efektif mengikat
atau menghilangkan racun sangat penting. Pengembangan sistem pendukung hati
memberikan beberapa janji untuk pasien dengan FHF, meskipun masih bersifat
sementara dan, sampai saat ini, tidak berdampak pada kelangsungan hidup. Lainnya
modalitas terapi yang diteliti, termasuk hipotermia, telah diusulkan tetapi tetap belum
terbukti.

Hasil dari gagal hati akut berhubungan dengan etiologi, derajat ensefalopati, dan
komplikasi yang terkait . Meskipun kematian dari FHF masih cukup tinggi, perawatan
intensif baik dan penggunaan transplantasi hati orthotopic telah meningkatkan
kelangsungan hidup dari kurang dari 20% menjadi sekitar 60%.

1.2 Rumusan Masalah

1. Anatomi fisiologi system gastrointestinal


2. Konsep gangguan gastrointestinal: Gagal hepar
3. Askep Gagal hepar

6
1.3 Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan kritis pada pasien dengan gangguan


gastrointestinal: gagal hepar

b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi system gastrointestinal
2. Untuk mengetahui konsep gangguan gastrointestinal: gagal hepar
3. Untuk mengetahui askep gagal hepar
1.4 Manfaat

Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca dan terutama kita memperoleh
pengetahuan terkait dengan asuhan keperawatan kritis pada pasien dengan gangguan
gastrointestinal: gagal hepar

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi System Gastrointestinal


A. Pengertian Anatomi dan Fisiologi
 Anatomi berasal dari bahasa latin yaitu, Ana: Bagian, memisahkan. Tomi (tomie):
Iris, potong.
 Fisiologi berasal dari kata fisis (Physis): Alam atau cara kerja. Logos(logi): ilmu
pengetahuan.
Dari kata tersebut dapat disimpulkan pengertian Anatomi dan Fisiologi adalah Ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang susunan atau potongan tubuh dan bagaimana
alat tubuh itu bekerja.
B. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh. Fungsi : Mencerna dan menyerap makanan.
Saluran pencernaan terdiri atas:
a. Mulut
b. Tenggorokan (faring)
c. Kerongkongan (esofagus)
d. Lambung
e. Usus halus
f. Usus besar
g. Rektum dan Anus.
Organ pelengkap :
a. Gigi
b. Lidah
c. kelenjar ludah
d. empedu
e. hati
f. pankreas

8
C. Struktur Sistem Pencernaan
1. Mulut

Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air
pada manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian
awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis,
asam, asin dan pahit.

Mulut atau oris terdiri atas dua bagian yaitu 1. Bagian luar yang sempit atau
vestibula dimana terdapat didalamnya gusi, gigi, bibir dan pipi ; 2. Bagian rongga
mulut dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang
maksilaris,platum dan mandubularis di sebelah belakang bersambung dengan
faring. Diluar mulut ditutupi oleh kulit dan didalamnya ditutupi oleh selaput
lendir (mukosa).

Didalam rongga mulut terdapat gigi, kelenjar ludah, dan lidah

1) Gigi
 Gigi terdapat 2 macam yaitu
- Gigi sementara atau gigi susu mulai tumbuh pada umur 6-7 bulan dan
lengkap pada umur 2 ½ tahun jumlahnya 20 buah terdiri atas: 8 buah
gigi seri (dens insisivus),4 buah gigi taring (dens kaninus), 8 buah gigi
geraham (molare)
- Gigi tetap (permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah
terdiri atas: 8 buah gigi susu (dens insisivus),

9
 Fungsi gigi : gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring untuk
memutuskan makanan yang keras dan liat dan gigi geraham untuk
mengunyah makanan yang sudah dipotong-potong.
2) Kelenjar Ludah
Kelenjar Ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang
bernama duktus (saluran) wartoni dan stensoni . Kelenjar ludah ada 2 yaitu
kelenjar submaksilaris(kelenjar ludah bawah rahang) yang terdapat di bawah
tulang rahang atas pada bagian tengah dan kelenjar sublingualis (Kelenjar
ludah bawah lidah) yang terdapat di bagian depan dibawah lidah.
Kelenjar ludah dihasilkan didalam rongga mulut. Disekitar rongga mulut
terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu:
- Kelenjar parotis terdapat di bawah depan telinga diantara prosesus mastoid
kiri dan kanan os mandibular,duktus stensoni. Duktus ini keluar dari
glandula parotis menuju ke rongga mulut melalui pipi (muskulus
buksinator)
- Kelenjar submaksilaris terletak di bawah rongga mulut bagian
belakang,duktus wartoni, bermuara di rongga mulut dekat dengan frenulum
lingua.
- Kelenjar sublingualis terletak di bawah selaput lendir dasar rongga mulut.
3) Lidah
Lidah terdiri atas otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja
otot lidah dapat digerakkan ke segala arah.
Lidah dibagi menjadi 3 bagian yaitu radiks lingua (pangkal lidah), dorsum
lingua (punggung lidah), apeks lingua (ujung lidah). Pada pangkal lidah
belakang terdapat epiglottis yang berfungsi untuk menutup jalannya napas
pada waktu menelan makanan. Di punggung lidah terdapat puting-puting
pengecap atau ujung saraf pengecap. Frenulum lingua merupakan selaput
lendir yang terdapat pada bagian kira-kira di tengah,jika lidah digerakkan ke
atas makan akan terlihat selaput lendir.Pada pertengahan flika sublingual
terdapat saluran dari glandula parotis, submaksilaris dan glandula sublingualis.
Fungsi Lidah:
a. Untuk membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi dan gigi
b. Mencampur makanan dengan ludah
c. Untuk menolak makanan dan minuman kebelakang

10
d. Untuk berbicara
e. Untuk mengecap manis, asin dan pahit
f. Untuk merasakan dingin dan panas.

 Mekanisme sistem pencernaan di mulut


Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh
gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian
dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim),
yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses
menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

 Patologi yang terdapat di Mulut


1. Sakit gigi
Sakit Gigi yang paling sering disebabkan oleh adanya lubang pada gigi. Gigi
berlubang juga disebut karies. Penyebab gigi berlubang pada anak-anak adalah
makanan yang banyak mengandung gula. Sisa makanan menempel pada gigi dan
menjadi sarang bakteri. Bakteri akan mudah menerobos masuk ke dalam gigi
sehingga gigi keropos. Lalu masuk ke dalam rongga gigi sehingga menyerang
pembuluh darah dan saraf gigi. Karang gigi dapat menyebabkan gigi rapuh dan
mudah copot.

2. Sariawan

Alat pencernaan yang terganggu atau terserang oleh sariawan adalah mulut
(bibir dan gusi) dan lidah. Ketika terkena sariawan, bibir dan lidah Anda
seperti terluka dan terasa perih khususnya saat makan.

3. Infeksi Gusi

Peningkatan peradangan menyebabkan gusi menyusut, membentuk kantong


diantara gigi dan gusi. Ini perangkap kantong karang gigi, plak, dan sisa-
sisa makanan yang pada akhirnya menyebabkan infeksi dan abses.

4. Radang Mulut

11
Radang mulut disebabkan infeksi jamur . Penyakit radang mulut memiliki
ciri yaitu lidah berwarna pucat dan terdapat bercak kuning keputihan yang
bisa dikeruk dengan mudah. Rasa perih terasa pada bercak tersebut jika
terkena makanan atau saat menyikat gigi.

5. Xerostomia

Xerostomia adalah istilah bagi penyakit pada rongga mulut yang ditandai
dengan rendahnya produksi air ludah. Kondisi mulut yang kering membuat
makanan kurang tercerna dengan baik.

2. Tenggorokan ( Faring)

Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.


Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang

Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan


lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausium

Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung,
bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior =
bagian yang sama tinggi dengan laring.

12
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut
orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut
laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring

 Patologi yang terdapat di Faring

1. Faringitis merupakan respon inflamasi terhadap pathogen yang


mengeluarkan toksin.

3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering
juga disebut esofagus (dari bahasa Yunani: oeso – “membawa”, dan phagus –
“memakan”).

Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut


histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

 bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)


 bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
 serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
 Patologi yang terdapat di esofagus

1. Akalasia merupakan suatu gangguan motilitas primer esofagus yang


ditandai oleh kegagalan sfingter esofagus bagian distal yang hipertonik
untuk berelaksasi pada waktu menelan makanan dan hilangnya peristalsis
esophagus

2. Karsinoma esofagus secara umum merupakan tumor yang sangat agresif


dengan prognosis yang buruk
3. Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang terletak
pada kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan belakang mulut.

13
4. Lambung

Lambung berawal dari esophagus dan berakhir


pada duodenum usus halus.

Terdiri dari 3 bagian yaitu:

o Kardia di sekitar sfingter esophageal bawah


o Fundus pada bagian puncak
o Antrum di bagian bawah
Bagian lambung terdiri dari:
1) Fundus Ventrikuli adalah bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri
osteum kardium dan biasaya berisi gas.
2) Korpus Ventrikuli, adalah suatu lekukan pada bagian bawah kurbatura minor.
3) Antrum pylorus adalah bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot
yang tebal membentuk sfingter pylorus.
4) Kurvatura minor terdapat di sebelah kanan lambung,terbentang dari osteum
kardiakm sampai ke pylorus.
5) Kurvatura mayor terbentang dari sisi kiri osteum kardiak melalui fundus
ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior. Ligamentum
gastrolienalis terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa.
6) Osteum Kardiak merupakan tempat esofagus bagian abdomen masuk ke
lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
Cara Kerja Lambung
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting :

14
1) Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
2) Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

Di dalam lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan bantuan enzim yaitu:


1)      Amylase saliva melanjutkan pencernaan amilum di bagian fundus
2)      Pepsin membantu pemecahan protein
3)      Lipase membantu pemecahan lipid susu (terutama pada bayi dan anak)
4)     Rennin membantu pencernaan susu pada bayi. Rennin dan kalsium
menyebabkan koagulasi susu, sehingga lebih lama berada di lambung untuk
dicerna.
 Patologi yang terdapat di Lambung
1) Gastritis Merupakan suatu peradangan akut atau kronis pada lapisan
mukosa (lender) dinding lambung. Penyebabnya ialah penderita memakan
yang mengandung kuman penyakit. Kemungkinan juga karena kadar asam
klorida (HCL) pada lambung terlalu tinggi.

2) Radang dinding lambung menyerang membran mukus yang melapisi


lambung. Penyebabnya mungkin alergi makanan, alkohol, atau obat-obatan,
racun atau bakteri.
3) Maag adalah peradangan yang terjadi pada dinding lambung. Hal tersebut
disebabkan asam (HCl) yang dihasilkan lambung terlalu banyak sehingga
mengikis dinding lambung

5. Pankreas

15
Dari lambung kimus dilanjutkan ke usus halus untuk dicerna lebih lanjut. Sekret
yang membantu pencernaan tidak hanya berasal dari usus halus sendiri, tetapi juga
dari pancreas, hati, dan kandung empedu.
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan
duodenum (usus dua belas jari).

Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :

1) Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan


2) Pulau pankreas, menghasilkan hormone
Cara Kerja Pankreas
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan
hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna
protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam
bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif.
Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga
melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi
duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

Patologi yang terdapat di Pankreas

6. Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.

16
Hati terletak di bawah diafragma. Hati dibagi menjadi 2 lobus utama yaitu lobus
kanan dan lobus kiri. Hati dihubungkan oleh rangkaian duktus. Bermula dari
duktus hepatikus kanan dan kiri, lalu bergabung menjadi satu pada duktus
hepatikus utama. Duktus hepatikus utama bergabung dengan duktus kistikus dari
kandung empedu, keduanya membentuk duktus empedu. Duktus empedu menuju
duodenum dan bermuara di ampula hepatopankreatikus bersama-sama dengan
duktus pankreatikus.
Hati menampilkan 7 fungsi pokok yaitu:
1)    Menghasilkan garam empedu, yang digunakan oleh usus halus untuk
mengemulsikan dan menyerap lipid
2)    Menghasilkan antikoagulan heparin dan protein plasma seperti protrombin,
fibrinogen, dan albumin
3)     Sel-sel retikuloendotelial hati, memfagosit (memangsa) sel-sel darah yang telah
rusak, juga bakteri
4)    Menghasilkan enzim yang memecah racun atau mengubahnya menjadi struktur
yang tak berbahaya. Sebagai contoh, ketika asam amino hasil pemecahan
protein dipecah lagi menjadi energy, dihasilkan sampah-sampah nitrogen
beracun (misalnya ammonia) yang akan diubah menjadi urea. Selanjutnya urea
dibuang melalui ginjal dan kelenjar keringat.
5)    Nutrient yang baru diserap akan dikumpulkan di hati. Tergantung kebutuhan
tubuh, kelebihan glukosa akan diubah menjadi glikogen atau lipid untuk
disimpan. Sebaliknya hati juga dapat mengubah glikogen dan lipid menjadi
glukosa kembali jika dibutuhkan.
6)    Hati menyimpan glikogen, tembaga, besi, vitamin A, B12, D, E, dan K. Juga
menyimpan racun yang tak dapat dipecah dan dibuang (misalnya DDT)
7)   Hati dan ginjal berperan dalam aktivasi vitamin D.

 Patologi yang terdapat di Hati


1. Hepatitis
2. Hemokromaatosis
3. Sirosis
4. Abses hati
5. Kanker hati
6. Gangguan bawaaan pada hati

17
7. Kandung Empedu

Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir
yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses
pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan
berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna
cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus
dua belas jari melalui saluran empedu.

 Bagian-bagian dari kandung empedu adalah:


1) Fundus vesika felea merupakan bagian kandung empedu yang paling akhir
setelah korpus vesika felea
2) Korpus Vesika Felea merupakan bagian dari kandung yang di dalamnya
berisi getah empedu.
3) Leher Kandung Kemih merupakan leher dari kandung empedu yaitu saluran
pertama masuknya getah empedu ke kandung empedu.
4) Duktus sistikus memiliki panjang sekitar 33/4 cm berjalan dari leher kandung
empedu dan bersambung dengan duktus hepatikus ,membentuk saluran
empedu ke duodenum.
5) Duktus Hepatikus merupakan saluran yang keluar dari leher
6) Duktus koledokus merupakan saluran yang membawa empedu ke
duodenum.

Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:

1) Membantu pencernaan dan penyerapan lemak


2) Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol.
 Patologi yang terdapat di kandung empedu

18
1. Tumor di pankreas atau hati
2. Berkurangnya aliran darah ke kandung empedu
3. Infeksi bakteri yang menyerang sistem saluran empedu
4. Endapan di kandung empedu atau munculnya jaringan parut pada saluran
empedu

8. Usus halus (Usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus terdiri atas : lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan
serosa ( Sebelah Luar )

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

1. Usus dua belas jari (Duodenum)


Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus
dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus ini memiliki panjang sekitar
25 cm,berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat
pancreas. Pada bagian kanan duodenum terdapat selpaut lendir yang membukit di
sebut papila vateri.. pada papila vateri bermuara saluran empedu (duktus
koledokus) dan saluran pakreas (duktus wirsungi/ duktus pankreatikus).

19
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin
duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.

 Cara Kerja usus duodenum

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari


(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk
ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna
oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada
lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

2. Usus Kosong (jejenum)


Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian
kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8
meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus
(vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis
pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan
plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan
secara makroskopis.

Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa
Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang berarti
“kosong”.

3. Usus Penyerapan (illeum)


Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH

20
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.

 Patologi yang terdapat di Usus Halus

1.  Malabsorpsi. yaitu gangguan penyerapan zat gizi dari usus halus. Gejala
umum berupa tinja besar padat, pucat, berbau tidak enak, dan mengambang

2. Limfoma adalah kanker yang tumbuh pada bagian tengah usus halus (jejunum)
atau bagian bawah usus halus (ileum).

9. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.

 Usus besar terdiri dari :


1) Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada
mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora
memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai
cacing.

2) Umbai Cacing (Appendix)

21
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.

Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris,


vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah ujung buntu tabung
yang menyambung dengan caecum.

Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang


dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari
2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung
umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis)
yang jelas tetap terletak di peritoneum. Apendiks berfungsi dalam sistem
limfatik.

a. Kolon asendens (kanan)


Panjangnya sekitar 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan, membujur
keatas dari dari ileum ke bawah hati.
b. Kolon transversum
Panjangnya sekitar 38 cm,membujur dari kolon desendens berada dibawah
abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat
fleksura lienalis.
c. Kolon desendens (kiri)
Panjangnya sekitar 25 cm ,terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari
atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri bersambung
dengan kolon sigmoid
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon desendens, terletak miring dalam
rongga pelvis sebelah kiri,bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya
berhubungan dengan rectum
 Patologi yang terdapat di Usus Besar

22
1. Kolitis Ulseratif

merupakan penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung


lama disertai remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti.

10. Rektum dan anus

 Rektum

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah


ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses.

Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk
ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum
akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke
usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar.

23
 Anus

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah


keluar dari tubuh. Anus terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3
sfingter.

a) Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menuruti kehendak.


b) Sfingter levator ani , bekerja juga tidak menuruti kehendak
c) Sfingter ani eksternus ( sebelah bawah), bekerja menuruti kehendak.

Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagiannya lagi dari
usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang
dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) , yang merupakan fungsi
utama anus.

2.2 Konsep Gangguan Gastrointestinal : Gagal Hepar

A. Pengertian

Gagal hati adalah kondisi ketika sebagian besar organ hati mengalami kerusakan,


sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Kondisi ini bisa terjadi bertahap
dalam waktu bertahun-tahun, atau terjadi seketika. Gagal hati harus segera
ditangani karena berisiko menyebabkan kematian.

Organ hati memiliki sejumlah fungsi penting, antara lain membuang racun dari
dalam tubuh, membantu proses penggumpalan darah, serta membantu tubuh melawan
infeksi. Seseorang akan berada dalam kondisi serius, apabila sejumlah fungsi tersebut
tidak berjalan normal atau terganggu.

Gagal hati umumnya ditandai dengan mata dan kulit yang menguning, serta perut
yang membengkak karena penimbunan cairan. Penyebab gagal hati sangat beragam,
namun penyebab paling sering adalah infeksi virus hepatitis, konsumsi minuman
beralkohol berlebihan, dan overdosis obat paracetamol.

24
B. Penyebab
gagal hepar dapat disebabkan oleh cedera hepar akut (gagal hepar fulminan {GHF})
atau penyakit hepar kronis (mis. Sirosis). Perubahan fungsi hepatosit memengaruhi
metabolisme hepar, proses detoksifikasi, dan sintesis protein. GHF terjadi ketika
cedera hepar berat menyebabkan enselopati dan koagulapati berat dalam waktu 8
minggu awitan gejala. Tanpa transplantasi hepar bentuk gagal hepar ini
mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Penyebab GHF yang paling
sering diidentifikasi adalah hepatitis viral. Obat seperti asetaminofen, isoniazid (INH),
halotan, dan fenitoin adalah penyebab kedua yang paling sering diidentifikasi.
penyebab lainnya antara lain infeksi (sitomegalovirus {CMV}, adenovirus), gangguan
metabolik (penyakit wilson, fatty live akut pada kehamilan,) dan serangan iskemia
berat (syok).

Gagal hati disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel di organ hati. Kerusakan
tersebut bisa terjadi seketika, atau berkembang dalam jangka panjang. Sejumlah faktor
yang bisa menyebabkan gagal hati adalah:

1. Sirosis, disebabkan alkohol (paling sering), penurunan aliran cairan empedu, gagal
jantung kanan jangka panjang yang berat, kerusakan nekrotik yang diebabkan oleh
hepatotoksin, zat kimia, infeksi,atau gannguan metabolik.
2. Infeksi virus, terutama hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis E.
3. Kanker, baik yang bermula di hati, maupun kanker yang bermula dari bagian tubuh
lain kemudian menyebar ke hati.
4. Penggunaan obat paracetamol yang berlebihan.
5. Konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid, antikejang, dan obat herbal.
6. Kecanduan alkohol.
7. Penyalahgunaan NAPZA.
8. Paparan racun, misalnya zat karbon tetraklorida.
9. Sistem kekebalan tubuh yang menyerang tubuh sendiri (hepatitis autoimun).
10. Peny
akit pembuluh darah di hati, seperti sindrom Budd-Chiari.
11. Gang
guan metabolik, misalnya penyakit Wilson.

25
12. Reak
si tubuh atas infeksi berat (sepsis).
13. Peny
akit lainnya, misalnya penyumbatan pembuluh darah di hati, penumpukan zat besi
dalam tubuh, intoleransi fruktosa, sindrom Reye, dan galaktosemia.

C. Gejala Gagal Hati

Gambaran yang ditimbulkan bergantung pada komplikasi yang berkaitan dengan


disfungsi hepar, perilaku pasien dapat berkisar dari agitasi sampai koma yang nyata.
Tanda perdarahan GI, gagal ginjal atau gawat napas juga dapat ditemukan, gambaran
awal GHF sering kali ikterus.

Gejala awal gagal hati cenderung ringan dan mirip dengan gejala pada kondisi lain,
yaitu sakit perut bagian atas, diare, lelah, mual, dan hilang selera makan. Bila kondisi
organ hati makin memburuk, gejala yang lebih serius akan muncul. Gejala pada gagal
hati tingkat lanjut tersebut meliputi:

1. Mudah mengalami memar dan perdarahan


2. Kulit dan mata menguning
3. Penumpukan cairan di perut
4. Muntah darah atau BAB berdarah (berwarna hitam)
5. Kesadaran berkabut dan bicara kacau
6. Tidak sadarkan diri

D. Diagnosis Gagal Hati

Untuk menentukan gagal hati, dokter akan bertanya kepada pasien terkait
penggunaan obat, konsumsi minuman beralkohol dan NAPZA, serta riwayat penyakit
yang diderita. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik guna melihat
tanda-tanda gagal hati, seperti perut membengkak, nyeri di perut bagian kanan atas,
serta mata dan kulit menguning.

Ada beberapa pemeriksaan tambahan yang akan dilakukan dokter untuk


mendiagnosis gagal hati, di antaranya:

26
1. Tes fungsi hati

Tes fungsi hati dilakukan untuk mengetahui kemampuan fungsi hati pada


pasien, dengan memeriksa sampel darah pasien, untuk diteliti di laboratorium.
Melalui sampel darah tersebut, dokter dapat mengetahui kadar enzim dan protein
yang diproduksi hati, termasuk kadar bilirubin yang membuat kulit menjadi
kuning.

Selain melakukan uji fungsi hati, tes darah juga bisa dilakukan untuk melihat
waktu pembekuan darah yang menjadi tidak normal saat terjadi gagal hati.

2. Pencitraan dan biopsi

Dokter dapat melakukan pencitraan dengan USG, CT scan, atau MRI, guna
melihat struktur organ hati. Pada beberapa kasus, dokter juga akan mengambil
sampel jaringan (biopsi) pada hati pasien, untuk mengetahui penyebab
kerusakannya.

 Temuan diagnostik

temuan laboratorium berikut menggambarkan disfungsi hepatoselular

- Bilirubin serum > 1,2 mg/dl

- PT memanjang ; 10 detik lebih dari normal menunjukkan nekrosis hepar masif

- Aspartat aminotransferase (AST) > 40 U/ml

- Alanin aminotransferase (ALT) > 40 U/ml

- Temuan laboratorium yang lain bergantung pada keparahan penyakit dan


dampaknya pada fungsi tubuh yang lain

E. Penatalaksanaan Gagal Hati

 Tujuan terapi

1. Memperbaiki volume cairan dan keseimbangan elektrolit

- Kristaloid, koloid

- Terapi elektrolit

27
- Prosedur pirau

- Terapi diuretik

2. Mempertahankan oksigenasi yang adekuat

- Oksigen tambahan atau intubasi / ventilasi mekanis

- Produk darah

3. Mengurangi sirkulasi amonia dan toksin

- Evakuasi usus

- Neomisin

- Laktulosa

- Diet restriksi - protein

4. Mempertahankan faktor koagulasi

- Produk darah

- Vitamin K

5. Menurunkan TIK (GHF)

- Mengatur posisi kepala / tempat tidur

- Mengontrol kadar Pao2 dan Pco2

- Manitol

- Koma barbiturat (jika perlu)

6. Mendeteksi / mencegah sekuele klinis

Organ hati yang rusak hingga menimbulkan gagal hati bisa kembali menjadi
normal, namun bisa juga tidak. Gagal hati akibat overdosis obat paracetamol biasanya
masih dapat kembali normal.

Bila kerusakan organ hati sudah cukup parah dan fungsinya tidak dapat kembali
normal, misalnya pada sirosis, pengobatan akan ditujukan untuk menyelamatkan
bagian hati yang masih sehat. Namun jika hal tersebut tidak memungkinkan, organ

28
hati pasien perlu diganti dengan organ hati yang sehat dari pendonor. Prosedur ini
disebut transplantasi hati.

Tidak ada pengobatan khusus untuk gagal hati. Pengobatan yang diberikan hanya


bertujuan untuk menjaga kestabilan kondisi tubuh hingga hati dapat kembali berfungsi
normal. Pengobatan itu meliputi:

1) Pemberian infus untuk menjaga tekanan darah normal.


2) Transfusi darah bila mengalami perdarahan.
3) Obat pencahar untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh.
4) Suntik gula bila kadar gula darah turun.

Pasien harus ke dokter apabila :

Bila Anda berisiko terserang hepatitis atau belum pernah menerima vaksin
hepatitis, segera ke dokter untuk berkonsultasi. Dokter akan menjelaskan mengenai
pentingnya melakukan vaksin.

Penderita infeksi virus yang berkepanjangan, misalnya hepatitis B atau hepatitis C,


atau seorang pecandu alkohol, sebaiknya rutin berkonsultasi dengan dokter
gastroenterohepatologi untuk mencegah kerusakan hati lebih lanjut, yang dapat
berujung pada gagal hati.

Melalui pemeriksaan rutin, dokter akan mengetahui kerusakan hati lebih awal
sehingga tindakan dapat diberikan lebih cepat guna mencegah kerusakan lebih lanjut.
Penanganan harus segera dilakukan bila penderita gagal hati mengalami gejala gagal
hati tingkat lanjutGuna menjaga bagian organ hati yang masih sehat, dokter akan
menyarankan penderita untuk:

1) Menghindari konsumsi obat tanpa anjuran dari dokter.


2) Tidak mengonsumsi minuman beralkohol.
3) Membatasi konsumsi daging merah, keju, dan telur.
4) Mengurangi konsumsi garam di menu makanan.
5) Menjaga kadar gula darah dan tekanan darah normal.
6) Mempertahankan berat badan ideal.

29
F. Komplikasi Gagal Hati

Kegagalan fungsi hati dapat menyebabkan sejumlah kondisi serius, seperti:

1) Perdarahan akibat kekurangan faktor pembekuan darah.


2) Pembengkakan otak akibat penimbunan cairan di otak.
3) Gagal ginjal.
4) Mudah terserang infeksi.

G. Pencegahan Gagal Hati

Gagal hati bisa dicegah dengan mencegah timbulnya penyakit liver atau hati. Cara
yang dapat dilakukan antara lain:

1) Melakukan vaksinasi hepatitis, yaitu vaksin hepatitis A atau vaksin hepatitis B.


2) Tidak berbagi pemakaian barang pribadi, misalnya alat cukur.
3) Berhenti menggunakan NAPZA, apalagi sampai berbagi jarum suntik.
4) Melakukan hubungan seksual yang aman, yaitu tidak berganti-ganti pasangan dan
menggunakan kondom.
5) Membatasi konsumsi minuman beralkohol.
6) Tidak mengonsumsi paracetamol melebihi dosis yang dianjurkan.
7) Menggunakan obat herbal dengan aman.
8) Menjaga berat badan ideal dan rutin berolahraga.
9) Mencuci tangan sebelum makan dan setelah dari toilet.
10) Menggunakan alat pelindung diri di tempat kerja untuk melindungi diri dari
paparan zat kimia beracun.

2.3 Asuhan Keperawatan


A.    Pengkajian
Data subjektif
1. Keluhan : anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen
2. Kulit, selaput lendir, sklera : kekuning – kuningan, gatal, urine berwarna
kuning
Data Objektif :
1. Tanda vital : tekanan darah menunjukan tekanan darah ortostatik

30
2. Status cairan dan elektrolit : deficit folume, muntah pendarahan, dehidrasi,
asites, edema, dan kelebihan volume akibat retensi natrium dan air
3. Abdomen : gerakan peristaltik (auskultasi), distensi abdomen, nyeri tekan,
pembesaran hepar dan limpa, asites, dilatasi vena pada abdomen (kaput
medusa).
Pemeriksaan fisik
1. Tanda – tanda vital (TTV) :
TDS : < 90 mm Hg (dengan syok)
FJ : > 120x / mnt (dengan syok)
Suhu : mungkin meningkat
P : pada awalnya takipnea yang berlanjut menjadi depresi pernapasan yang
berkaitan dengan enselopati
2. Neurologis
Sedikit bingung sampai koma
Perubahan kepribadian
Asteriksis
3. Pulmoner
Krekels
Kesulitan bernapas
4. Gastrointestinal
Hematemesis dan melena
Asites
Hepatomegali mungkin ditemukan
Fetor hepatikus
Diare
5. Kulit
Ikterus dan spider navy
Ekimosis
Pruritus
Edema

Temuan diagnostik

temuan laboratorium berikut menggambarkan disfungsi hepatoselular

31
- Bilirubin serum > 1,2 mg/dl

- PT memanjang ; 10 detik lebih dari normal menunjukkan nekrosis hepar masif

- Aspartat aminotransferase (AST) > 40 U/ml

- Alanin aminotransferase (ALT) > 40 U/ml

- Temuan laboratorium yang lain bergantung pada keparahan penyakit dan


dampaknya pada fungsi tubuh yang lain

B. Diagnosa

1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi – perfusi d.d


PCO2 menigkat / menurun, PO2 menurun, takikardia (kode D.0003 Kategori
fisiologis, Sub Kategori respirasi, SDKI Hal 22, tahun 2017)
2. Resiko perfusi gastrointestinal tidak efekif d.d disfungsi hati (mis. Sirosis,
hepatitis) (kode D.0013 Kategori fisiologis, Sub Kategori sirkulasi, SDKI
Hal 44, tahun 2017)
3. Resiko cedera d.d terpapar zat kmia toksik (kode D.0136 Kategori
lingkungan, Sub Kategori keamanan dan proteksi, SDKI Hal 294, tahun
2017)

C. Intervensi

N Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


o Keperawatan

1 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan asuhan Pemantauan respirasi (kode :


gas keperawatan selama 3 x 24 jam 1.01014, SIKI, Hal 247, 2018)
kepada klien, didapatkan
pertukaran gas (Kode: L.01003) Observasi
dengan ekspektasi meningkat,
▪ Monitor frekuensi, irama,
dengan indikator yakni melaporkan kedalaman, dan upaya
: nafas
1) PCO2 dari skala 1 ▪ Monitor pola nafas (seperti
(memburuk) ke skala 3 bradypnea, takipnea,
(sedang) hiperventilasi, kussmaul,
2) PO2 dari skala 1 Cheyne-stokes, biot,
(memburuk) ke skala 3 ataksik)
(sedang)
3) Takikardia dari skala 3 ▪ Monitor saturasi oksigen
(sedang) ke skala 5
▪ Monitor nilai AGD

32
(membaik)
Teraupetik
(SLKI, Hal. 94 2019)
▪ Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi
▪ Informasikan hasil
pemantauan → Jika perlu

2 Resiko perfusi Setelah dilakukan tindakan asuhan Konseling Nutrisi (kode :


gastrointestinal tidak keperawatan selama 3 x 24 jam 1.03094, SIKI, Hal 135, 2018)
efekif kepada klien, didapatkan perfusi
Observasi
gastrointestinal (Kode: L.02010)
dengan ekspektasi membaik,  Identifikasi kebiasaan makan
dengan indikator yakni melaporkan dan perilaku makan yang
: akan diubah
 Monitor intake dan output
1) Nafsu makan dari skala 3
cairan, nilai hemoglobin,
(sedang) ke skala 5
tekanan darah, kenaikan berat
(meningkat)
badan, dan kebiasaan
2) Mual dari skala 1
membeli makanan
(meningkat) ke skala 3
(sedang) Terapeutik
3) Nyeri abdomen dari skala
1 (meningkat) ke skala 3  Pertimbangkan faktor-faktor
(sedang) yang mempengaruhi
4) Muntah dari skala 1 pemenuhan kebutuhan gizi
(meningkat) ke skala 3 (mis. Usia, tahap
(sedang) pertumbuhan dan
perkembangan, penyakit)
(SLKI, Hal.82 2019)
Edukasi

 Informasikan perlunya
modifikasi diet (mis.
Penurunan atau penambahan
berat badan, pembatasan
natrium atau cairan,
pengurangan kolestrol

Kolaborasi

 Rujuk pada ahli gizi, jika


perlu

3 Resiko cedera Setelah dilakukan tindakan asuhan Pencegahan cedera (kode :


keperawatan selama 3 x 24 jam 1.14537, SIKI, Hal 275, 2018)
kepada klien, didapatkan tingkat

33
cedera (Kode: L.14136) dengan Observasi
ekspektasi menurun dengan
indikator yakni melaporkan :  Identifikasi area lingkungan
yang berpotensi
1) Kejadian cedera dari skala menyebabkan cedera
3 (sedang) ke skala 5  Identifikasi obat yang
(menurun) berpotensi menyebabkan
2) Agitasi dari skala 1 cedera
(meningkat) ke skala 3
(sedang) Terapeutik

(SLKI, Hal.135 2019)  Sediakan pispot atau urinal


untuk eliminasi di tempat
tidur
 Diskusikan mengenai latihan
dan terapi fisik yang
diperlukan
 Diskusikan mengenai alat
bantu mobilitas yang sesuai
(mis. Tongkat atau alat bantu
berjalan)
 Tingkatkan frekuensi
observasi dan pengawasan
pasien, sesuai kebutuhan

Edukasi

 Anjurkan berganti posisi


secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit
sebelum berdiri

D. Implementasi

Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun. Perawat membentuk


pasien mencapai tujuan yang diharapkan, oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
ini dilaksanakan untuk memodifikasi faktok-faktor yang memengaruhi masalah
kesehatan pasien.
Tujuan dari pelaksanaan ini adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Selama tahap pelaksanaan, perawat
harus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan yang paling
sesuai dengan kebutuhan pasien. Semua tindakan keperawatan dicatat kedalam format
yang telah ditetapkan oleh institusi.

34
E. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap integral pada proses keperawatan. Apa yang kurang dapat
ditambahkan, dan apabila mendapatkan kasus baru dan mampu diselesaikan dengan baik,
maka hal itu disebut sebagai keberhasilan atau temuan sebuah penelitian.

Evaluasi bisa dimulai dari pengumpulan data, apakah masih perlu direvisi untuk
menentukan, apakah informasi yang telah dikumpukan sudah mencukupi, dan apakah
perilaku yang diobservasi yang sudah sesuai. Diagnosa juga perlu di evaluasi dala hal
keakuratan dan kelengkapannya. tujan dan intervensi evaluasi adalah untuk menentukan
apakah tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif.

Tahap ini dilakukan sesuai dengan formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah
evaluasi yang dilakukan selama proses asahun keperawatan, seangkan evaluasi sumatif
adalah evaluasi akhir. Untuk dilakukan evaluasi, ada baiknya disusun dengan
menggunakan SOAP secara operasional :

S : adalah berbagai persoalan yang disampaikan oleh keluarga setelah dilakukan


tindakan keperawatan. Misalnya yang tadinya dirasakan sakit, kini tidak sakit lagi.

O : adalah berbagai pesoalan yang ditemukan oleh perawat setelah dilakukan tindakan
keperawatan. Misalnya, berat badan naik 1 kg dalam 1 bulan.

A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang
terkait dengan diagnosis.

P : adalah perencanaan direncanakan kembali setelah mendapatkan hasil dari respons


keluarga pada tahap evaluasi.

 Evaluasi Formatif dan Sumatif


Terdapat dua prosedur pelaksanaan dalam evaluasi, yaitu: formatif yang menekankan
pada proses dan sumatif yang berorientasi pada hasil.
a. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir
pembahasan suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang
direncanakan. Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif
adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung,

35
agar anak usia sekolah tercapai. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran
siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk
selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat.memperoleh informasi (feedback)
mengenai kemajuan yang telah dicapai. Dengan kata lain evaluasi formatif
dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah .
Prosedur ini lebih menekankan pengamatan perkembangan anak didik dalam kurun
waktu tertentu (proses).
b. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif salah satu prosedur evaluasi yang cara pengumpulan datanya
berlangsung sesaat dalam kurun waktu tertentu, hasilnya dibandingkan dengan suatu
norma tertentu juga,evaluasi sumatif dilakukan 2 kali setahun. Contoh evaluasi
sumatif adalah pemeriksaan kemampuan membaca anak dengan tes membaca
Keterlibatan orang tua dapat berperan sebagai observer dala proses asesmen dan
evaluasi ini sangat bermanfaat. Orang tua akan dapat melihat dengan lebih jelas
berjalannya suatu proses pembelajaran yang memberikan suatu hasil/produk. Para
orang tua biasanya akan senang melihat kemampuan-kemampuan baru yang
diperlihatkan anaknya. Orang tua juga dapat memberikan saran pada sekolah jika
menemukan beberapa kelemahan dalam proses pembelajaran yang dialami anak

36
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hati merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan homeostatis tubuh

meliputi metabolisme, biotransformasi, sinteis, penyimpana dan imunologi.Sel-sel hati

(hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepet.

Gagal Hati adalah kondisi medis yang ditandai dengan ketidakmampuan sel hati untuk

beregenerasi, menyebabkan kerusakan hati dan hilangnya fungsi hati.Hal ini biasanya

terjadi secara bertahap selama bertahun-tahun.

Penyebab & Faktor Risiko Gagal liver akut terjadi ketika sel-sel hati telah rusak secara

besar dan tidak dapat berfungsi kembali. Gagal liver (hati) akut mempunyai beberapa

penyebab, yaitu: Overdosis parasetamol, obat-obat yang diresepkan, obat-obat

herbal,virus, penyakit autoimun dll. Pengobatanya meliputi terapi non farmakologi,

farmakologis, dan terapi Non pesifik sebagai tambahan ada terapi penyelamatan dan

tatalaksana khusus.

3.2  Saran

Perawat diharapkan dapat mengetahui teori mengenai konsep gangguan gastrointestinal :


Gagal hepar dan pelaksanaan asuhan keperawatannya.

37
DAFTAR PUSTAKA

file:///D:/semester%207/kep%20kritis/pdf-tugas-askep-gagal-hati-kritis-ii-final_compress.pdf

https://www.academia.edu/16704113/GAGAL_HATI

https://www.academia.edu/12790060/ANATOMI_FISIOLOGI_SISTEM_PENCERNAAN

https://diaharrazy.files.wordpress.com/2010/12/sistem-percernaan.pdf

https://www.alodokter.com/gagal-hati

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1
Cetakan II, Jakarta Selatan, Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagonosis Keperawatan Indonesia, Edisi 1
Cetakan III, Jakarta Selatan, Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan
II, Jakarta Selatan, Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

38

Anda mungkin juga menyukai