Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN

RESIKO BUNUH DIRI KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh : Kelompok 7

1. PANDI WIJAYA
2. PUTRI MAHARANI
3. RESTU WAHYU INAYAH
4. RIA SUSILAWATI
5. RIZKATUL HIKMAH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XVI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MATARAM

2020/2021
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA TN. B DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

DI RUANG MAWAR RSJ MUTIARA SUKMA MATARAM NTB

A. PENGKAJIAN

1.Identitas Pasien

Nama Lengkap : Tn. B

Usia : 45 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Kawin

Alamat : Kediri, Lobar

2.Alasan Masuk

Keluarga mengatakan Tn.B dibawa ke rumah sakit jiwa karena mencoba


gantung diri di kamar mandi rumah pasien. Pasien frustasi dan berkali-kali
mengatakan tidak suka dengan tangannya karena tidak dapat menyelamatkan
anaknya saat gempa karena tangan kiri Tn.B fraktur sehingga memaksakan
jempolnya diamputasi akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Keluarga mengatakan
Tn.B sering mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja. Tn. B
juga merasa tidak memiliki kelebihan apapun dengan kondisi seperti itu. Dan tidak
jarang Tn.B sering marah-marah dan berbicara dengan nada tinggi dengan
keluarga.

3.Fisik

Ada bekas percobaan bunuh diri pada leher pasien. BB pasien menurun dan pasien
tampak lemas tak bergairah,sensitive, mengeluh sakit perut, kepala sakit. N: 80x/mnt,
TD 120/90 mmHg, S: 37 C, RR: 20x/mnt, BB: 56 Kg dan TB 170cm.

4. Hubungan Sosial
Menurut pasien orang yang paling dekat dengannya adalah Tn. M teman sekamar
yg satu agama. Pasien adalah orang yang kurang perduli dengan lingkungannya,
pasien sering diam, menyendiri, murung dan tak bergairah, jarang berkomunikasi dan
slalu bermusuhan dengan teman yang lain, sangat sensitive.

5.Spiritual

 Nilai dan keyakinan: pasien percaya akan adanya Tuhan tetapi dia sering
mempersalahkan Tuhan atas hal yang menimpanya.
 Kegiatan ibadah: Pasien mengaku jarang beribadah dan mendekatkan diri kepada
Tuhan.

6. Status Mental

 Penampilan:
o Kurang Rapi, Berpaikain harus di suruh, mandi sekali sehari
 Pembicaraan:
o Pasien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang
diberikan pendek, afek datar, tanpa kontak mata dengan lawan bicara
kadang tajam, terkadang terjadi blocking .
 Aktivitas Motorik:
o Pasien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas melakukan
aktivitas.
 Interaksi selama wawancara:
o Kontak mata kurang, afek datar, pasien jarang memandang lawan bicara
saat berkomunikasi.
 Memori:
o Pasien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.

7. Mekanisme Koping

Mal adaptif : Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak
menggunakan support system, melihat diri sebagai orang yang secara total tidak
berdaya, pasien tidak mau melakukan aktifitas.
ANALISA DATA

No. Data Diagnosa


1. Ds : Resiko Bunuh Diri
Keluarga mengatakan Tn.B pernah mengatakan
hidupnya tak berguna lagi lebih baik mati saja,
keluarga mengatakan pasien pernah mencoba
gantung diri di kamar mandi.
Do :
Ekspresi murung, tak bergairah, ada bekas
percobaan bunuh diri
2. Ds : Resiko Prilaku Kekerasan
Keluarga mengatakan Tn. B sering marah-marah
dan berbicara dengan nada tinggi dengan
keluarganya
Do :
afek tumpul kontak mata dengan lawan bicara
kadang tajam, terkadang terjadi blocking
3. Ds : Harga Diri Rendah
Keluarga mengatakan Tn. B tidak pernah keluar
rumah karena merasa tidak memiliki kelebihan
apapun dengan kondisinya yang kehilangan
jempolnya
Do :
Afek tumpul, kontak mata kurang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Bunuh Diri


2. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Harga Diri Rendah

C. RENCANA KEPERAWATAN

N DX KEP RENCANA KEPERAWATAN


TUJUAN KRITERIA INTERVENSI
O
EVALUASI
DX
1 Resiko  Pasien dapat Tidak ada SP 1
Bunuh terlindung dari keinginan untuk  Bina Hubungan saling
Diri perilaku bunuh bunuh diri, percaya
diri ekspresi  Identifikasi benda-benda
 Pasien dapat bergairah dan yang dapat membahayakan
berlatih tidak murung pasien
mengendalikan  Amankan benda-benda yang
diri dengan dapat membahayakan
berpikir positif pasien
 Pasien dapat  Lakukan kontrak treatment
menggunakan  Ajarkan cara-cara
koping yang mengendalikan dorongan
adaptif ketika bunuh diri
ada masalah  Latih cara mengendalikan
 Pasien dapat dorongan bunuh diri
membuat
rencana masa SP 2

depan yang
 Identifikasi aspek positif
realistis
pasien
 Dorong pasien untuk
berpikir positif tentang diri.
 Dorong pasien untuk
menghargai diri sebagai
individu yang berharga

SP 3

 Identifikasi pola koping


yang biasa diterapkan
pasien
 Nilai pola koping yang
biasa dilakukan
 Identifikasi pola koping
yang konstruktif
 Dorong pasien memilih pola
koping yang konstruktif
 Anjurkan pasien
menerapkan pola koping
konstruktif dalam kegiatan
harian

SP 2

 Mengidentifikasi aspek
positif pasien
 Mendorong pasien untuk
berpikir positif tentang diri
 Dorong pasien untuk
menghargai diri sebagai
individu yang berharga

SP 4

 Buat rencana masa depan


yang realistis bersama
pasien
 Identifikasi cara mencapai
rencana masa depan yang
realistis
 Beri dorongan pasien
melakukan kegiatan dalam
rangka meraih masa depan
yang realistis
 Anjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
D. IMPLEMENTASI

DIAGNOSA
No IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1. Resiko Bunuh Diri SP 1 S : pasien mengatakan masih ada
 Membina hubungan saling keinginan bunuh diri, pasien dapat
percaya menyebutkan dan menjauhi
 Mengidentifikasi benda-benda benda-benda berbahaya
yang dapat membahayakan
pasien O:
 Mengamankan benda-benda Pasien tampak kooperatif, tidak
yang dapat membahayakan bergairah
pasien
 Melakukan kontrak treatment A : Resiko Bunuh Diri

 Mengajarkan cara-cara
mengendalikan dorongan P : Intervensi dilanjutkan ke SP 2
bunuh diri
 Melatih cara mengendalikan
dorongan bunuh diri

SP 2 S : pasien mengatakan tidak ada


ada keinginan bunuh diri, pasien
 Mengidentifikasi aspek positif menyebutkan kemampuannya
pasien yaitu melukis
 Mendorong pasien untuk
berpikir positif tentang diri
 Mendorong pasien untuk O :
menghargai diri sebagai Ekspresi murung, pasien mulai
individu yang berharga bergairah, pasien terlihat mampu
melukis dengan indah

A : Resiko Bunuh Diri

P : Intervensi dilanjutkan ke SP 3
SP 3 S : pasien mengatakan tidak ada
ada keinginan bunuh diri, pasien
 Mengidentifikasi pola koping mengatakan bisa melukis,
yang biasa diterapkan pasien menyapu dan sholat ketika sedang
 Menilai pola koping yang biasa mengalami masalah
dilakukan
 Mengidentifikasi pola koping O :
yang konstruktif Ekspresi bergairah , pasien mulai
 Mendorong pasien memilih tidak murung, pasien mampu
pola koping yang konstruktif menyebutkan pola koping yang
 Menganjurkan pasien konstruktif
menerapkan pola koping
konstruktif dalam kegiatan A : Resiko Bunuh Diri
harian
P : Intervensi dilanjutkan ke SP 4
SP 4 S : pasien mengatakan tidak ada
ada keinginan bunuh diri, pasien
 Membuat rencana masa depan mengatakan harus sabar, lebih
yang realistis bersama pasien giat, ikhtiar dan berdoa untuk
 Mengidentifikasi cara mendapatkan sesuatu yang
mencapai rencana masa depan diinginkan
yang realistis
 Memberi dorongan
pasien O :
melakukan kegiatan dalam Ekspresi tidak murung, pasien
rangka meraih masa depan bergairah, pasien mampu
yang realistis membuat dan menyebutkan
 Menganjurkan pasien rencana masa depan yang realistis
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian A : Resiko Bunuh Diri

P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua (edisi revisi).Bandung: PT Refrika
Aditama

Mustofa, Ali. 2010. Asuhan Keperawatan Psikiatri Berbasis Klinik.Mataram Keliat Budi A.
1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta:

EGC

Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan,
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta
STRATEGI PELAKSANAAN KE 1 PSIKOTERAPEUTIK PASIEN DENGAN
RESIKO BUNUH DIRI

Masalah Utama : Resiko Bunuh Diri


Hari / Tanggal : 23 Desember 2020
Pertemuan Ke :1
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Ds : Keluarga mengatakan Tn.B pernah mengatakan hidupnya tak berguna lagi lebih
baik mati saja, keluarga mengatakan pasien pernah mencoba gantung diri dikamar
mandi.
Do : Ekspresi murung, tak bergairah, ada bekas percobaan bunuh diri.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
3. Tujuan Keperawatan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengidentifikassi beratnya masalah resiko bunuh diri.
c. Klien dapat mengidentifikasi benda benda berbahaya dan mengamankannya.
d. Klien dapat melatih cara mengendalikan dari dorongan bunuh diri : menyebutkan
daftar aspek positif dan berlatih berpikir aspek positif.
4. Tindakan keperawatan
a. Mengidentifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri
b. Mengidentifikassi benda-benda yang dapat membahayakan pasien dan
mengamankannya
c. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
d. Melatih cara mengendalikan bunuh diri
e. Membantu pasien memasukkan kegiatan dalam jadwal kegiatannya.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum..!!! Selamat pagi… perkenalkan nama saya Perawat Putri
Maharani, panggil saja saya Putri. Saya mahasiswa praktek dari Stikes Mataram
yang akan merawat Bapak selama 2 minggu. Nama Bapak siapa? Senangnya
dipanggil siapa?”
b. Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? Apa ada masalah sampai Bapak begini ?”
c. Kontrak
“Baiklah Pak bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah Bapak ?
Siapa tau saya bisa bantu. Mau dimana pak ? Baiklah. Berapa lama mau
berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit ?”
2. Fase Kerja
“Bagaimana perasaan Bapak setelah bencana itu terjadi ? Apakah Bapak pernah
berniat untuk menyakiti diri sendiri atau pernah ingin bunuh diri?
Tampaknya Bapak membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk
mengakhiri hidup. Saya tidak akan membiarkan Bapak sendiri. Saya akan memeriksa
seluruh isi kamar Bapak ini untuk memastikan tidak ada benda – benda yang
membahayakan Bapak.”
“Nah, bapak, apakah Bapak tahu benda-benda apa saja yg dapat membahayakan diri
bapak ? Coba sebutkan! Bagus sekali. Apakah salah satu benda tersebut ada dikamar
Bapak ? Kalau ada benda tersebut jangan Bapak pegang atau dekati ya. Bagaimana
kalau guntingnya saya simpan di ruang jaga perawat aja?”
“Pak, biasanya apa sih yang Bapak lakukan kalau keinginan bunuh diri itu muncul?
Gini pak, kalau keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya Bapak harus
langsung minta bantuan kepada perawat, keluarga atau teman yang sedang besuk.
Jadi, Bapak jangan sendirian ya, katakan pada perawat, keluarga atau teman jika ada
dorongan untuk mengakhiri hidup. Paham Pak ? Saya percaya Bapak dapat mengatasi
masalah Bapak”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi ? Coba Pak
jelaskan lagi bagaimana jika Bapak mulai mempunyai keinginan untuk mengakhiri
hidup. Bagus, Bapak minta perawat atau orang lain untuk minta bantuan yaa”
b. RTL
“Nah Bapak, selama kita tidak bertemu nanti, bila Bapak melihat benda-benda
yang dapat membahayakan Bapak, segera jauhi, dan Bapak segera minta bantuan
pada orang orang disekitar jika keinginan untuk mengakhiri hidup mulai muncul
lagi”
c. Kontrak yang akan datang
“Baiklah sekarang Bapak saya tinggal dulu. Bagaimana kalau besok bertemu lagi
untuk bercakap cakap tentang berpikir positif pada diri sendiri ? Tempatnya mau
dimana Pak ? Bagaimana kalau di taman Pak? Jam berapa Pak ? Bagaimana kalau
jam 09.00 ? Baiklah Pak selamat beristirahat”
STRATEGI PELAKSANAAN KE 2 PSIKOTERAPEUTIK PASIEN DENGAN
RESIKO BUNUH DIRI

Masalah Utama : Resiko Bunuh Diri


Hari / Tanggal : 23 Desember 2020
Pertemuan Ke :2

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan lebih baik mati saja, sudah bosan hidup, ekspresi murung, tak
bergairah, ada bekas percobaan bunuh diri, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
3. Tujuan Keperawatan
a. Klien dapat berlatih mengendalikan diri dengan berpikir positif terhadap diri
sendiri.
b. Klien dapat memasukkan kegiatannya dalam jadwal hariannya.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi kegiatan sebelumnya
b. Melatih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri dengan berpikir positif
terhadap diri sendiri.
c. Membantu klien memasukkan kegiatannya dalam jadwal harian.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum..!!! Selamat pagi… masih ingat dengan saya Pak ? Ya benar
saya X”
b. Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? Apa kemarin atau hari ini ada keinginan
bnuh diri lagi Pak ? Bagus. Masih ingat apa yang harus Bapak lakukan jika ada
keinginan bunuh diri ? Iya bagus sekali segera minta bantuan pada orang lain”
c. Kontrak
“Baiklah Pak sesuai kontrak kita kemarin, sekarang kita akan bercakap tentang
pikiran positif Bapak terhadap diri sendiri. Berapa lama mau bercakap ?
Bagaimana kalau 20 menit ? Dimana mau bercakap Pak ? Bagaimana kalau disini
?”

2. Fase Kerja
“Apa yang Bapak tidak sukai dari anggota tubuh Bapak ? Oh tangan. Bisa Bapak
jelaskan alasan Bapak tidak suka dengan tangan Bapak ? Oh jadi karena tangan Bapak
tidak dapat menyelamatkan anak Bapak dari bencana ya ? Pak, semua bagian yang
diciptakan oleh Tuhan itu semuanya bermanfaat dan harus kita syukuri. Jadi
sebaiknya kalau Bapak merasa anggota tubuh tersebut tidak Bapak sukai, cobalah dari
sekarang Bapak mulai mencoba menyukainya dengan menggunakannya untuk hal hal
yang Bapak sukai. Saya dengar Bapak pandai melukis ya ? Bagus Pak, Bapak dapat
memulai menyukai tangan Bapak dengan cara melukis. Bagaimana kalau kita melukis
Pak ? Ayoo silahkan Pak. Wah bagus sekali yah Pak lukisannya, nanti Bapak bisa
melukis lagi ya kalau ada waktu”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi ? Saya senang
jika Bapak mulai sekarang mencoba menyukai anggota tubuh Bapak yang Bapak
anggap tidak suka. Coba Pak jelaskan lagi apa yang harus Bapak lakukan jika ada
waktu luang ? Iya bagus”
b. RTL
“Pak, bagaimana kalau jadwal melukis ini kita masukkan dalam jadwal kegiatan
harian Bapak ? Mau dilakukan sehari berapa kali ? Sehari sekali ya Pak”

c. Kontrak yang akan datang


“Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi Pak?
Bagaimana kalau besok ?Baiklah besok kita akan membahas tentang cara
melakukan hal yang baik ketika sedang mengalami masalah. Mau dimana kita
berbicara Pak ? Bagaimana kalau di sinilagi Pak ?Mau jam berapa Pak ?
Bagaimana kalau jam 10.00 ? Baik besok kita bertemu lagi di taman jam 10.00 ya
Pa ? Apakah Bapak setuju ? Baiklah Pak selamat beristirahat. Wassalamualaikum”
STRATEGI PELAKSANAAN KE 3 PSIKOTERAPEUTIK PASIEN
DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

Masalah Utama : Resiko Bunuh Diri


Hari / Tanggal : 23 desember 2020
Pertemuan Ke :3

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan lebih baik mati saja, sudah bosan hidup, ekspresi murung, tak
bergairah, ada bekas percobaan bunuh diri, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
3. Tujuan
Pasien dapat menggunakan pola kopingnya ketika ada massalah
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi pola koping yang bisa diterapkan pasien
b. Menilai pola koping yang bisa dilakukan
c. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan harian

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum..!!! Selamat pagi… masih ingat dengan saya Pak ? Ya benar
saya X”

b. Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? Apa kemarin atau hari ini ada keinginan
bunuh diri lagi Pak ? Bagus. Masih ingat apa yang harus Bapak lakukan jika ada
keinginan bunuh diri ? Iya bagus sekali segera minta bantuan pada orang lain dan
menyibukkan diri”
c. Kontrak
“Baiklah Pak sesuai kontrak kita kemarin, sekarang kita akan bercakap tentang apa
yang harus Bapak lakukan jika ada masalah. Berapa lama mau bercakap ?
Bagaimana kalau 20 menit ? Dimana mau bercakap Pak ? Bagaimana kalau
disini ?”

2. Fase Kerja
“Bapak, ketika Bapak sedang mangalami masalah, apa yang Bapak lakukan? Apalagi
Pak?Bagus sekali Bapak. Jadi kalau Bapak sedang mengalami masalah seperti itu,
Bapak bisa melakukan hal-hal yang membuat Bapak sibuk, tapi sibuk dengan hal-hal
yang positif, seperti apa yang bapak katakan tadi, misalnya : melukis, main bola,
menyapu halaman dan shalat. Sekarang coba Bapak sebutkan lagi kegiatan-
kegiatannya ! Iya bagus Pak. Bagaimana kalau kita melukis lagi Pak ? Wah lukisan
Bapak bagus sekali ya, kapan kapan saya bisa diajari ya ?”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan objektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tadi?Saya senang jika
Bapak melakukan kegiatan-kegiatan yang tadi kita bicarakan. Sekarang coba
Bapak sebutkan apa yang seharusnya kita lakukan ketika kita sedang mengalami
masalah? Bagus”
b. RTL
“Bapak, selama kita tidak bertemu, Bapak bisa melakukan kegiatan-kegiatan tadi,
seperti melukis, main bola, menyapu, dan shalat. mari kita masukan kedalam
jadwal kegiatan harian Bapak ya”
c. Kontrak yang akan datang
“Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk membahas tentang membuat
rencana untuk masa depan. Dimana kita akan berbicara Pak ? Bagaimana kalau di
taman lagi Pak? Mau jam berapa Pak ? Bagaimana kalau jam 10 lagi ?selamat
beristirahat. Wassalamualaikum”
STRATEGI PELAKSANAAN KE 4 PSIKOTERAPEUTIK PASIEN

DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

Masalah Utama : Resiko Bunuh Diri

Hari/ Tanggal : Rabu, 23 Desember 2020

Pertemuan Ke : 4

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

Klien mengatakan lebih baik mati saja, sudah bosan hidup, ekspresi murung, tak
bergairah, ada bekas percobaan bunuh diri, menyendiri

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko bunuh diri

3. Tujuan

Pasien dapat membuat rencana masa depan yang realistis

4. Tindakan Keperawatan

a. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien


b. Mngidentifikasi cara mencapai masa depan yang realistis
c. Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan
yang realistis

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase Orientasi

a. Salam Terapeutik

Assalamualaikum.!! Selamat pagi... masih ingat dengan saya Pak ? Ya benar saya X*"

b. Validasi

Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? Apa kemarin atau hari ini ada keinginan bunuh
diri lagi Pak ? Bagus. Masih ingat apa yang harus Bapak lakukan jika ada keinginan
bunuh diri? lya bagus sekali segera minta bantuan pada orang lain dan menyibukkan
diri"
c. Kontrak

"Baiklah Pak sesuai kontrak kita kemarin, sekarang kita akan bercakap tentang cara
mencapai keinginan Bapak. Berapa lama mau bercakap? Bagaimana kalau 20 menit ?
Dimana mau bercakap Pak ? Bagaimana kalau disini ?"

2. Fase Kerja

"Bapak, apa keinginan Bapak dari dulu sampai sekarang? Apalagi Pak? Apakah masih
ada ? Sampai saat ini sudah ada keinginan Bapak yang sudah tercapai ? Wah
hebat....yang belum tercapai apa Pak ? Harapan Bapak sangat bagus sekali, Bapak bisa
berusaha semampu Bapak dengan cara yang sabar, lebih giat, ikhtiar dan berdoa.
Kegagalan bukan akhir dari sebuah harapan Pak, namun cobaan yang nantinya akan
membawa Bapak ke arah yang bapak harapkan selama ini. Jadi, selalu berusaha menjadi
yang terbaik ya Pak, kejar cita-cita Bapak sampai dapat dan ingat, kejar harapan itu
sesuai kemampuan Bapak".

3. Fase terminasi

a. Evaluasi Subjektif dan Objektif

"Bagaimana perasaan Bapak setelah bercakap cakap ? Saya senang jika Bapak
melakukan apa yang sudalh tadi kita bicarakan. Coba Bapak sebutkan kembali apa
yang seharusnya kita lakukan ketika kita menginginkan sesuatu! Pintar sekali Bapak
ini"

b. RTL

"Bapak, selama kita tidak bertemu, Bapak bisa melakukan hal seperti tadi untuk
mencapai keinginan Bapak yang nyata, Bapak mesti lebih sabar, lebih giat, ikhtiar dan
berdoa. Jangan sampai menyerah ya Pak"

c. Kontrak Yang Akan Datang

"Bagaimana kalau kita besok bertemu lagi untuk melihat semua manfaat dari yang
sudah kita pelajari bersama Pak ?. .Jam berapa Pak ? Bagaimana kalau jam 9 ? Dimana
? Bagaimana kalau disini lagi ? Baiklah, sampai jumpa! "
Lampiran power point
Lampiran dokumentasi 23 Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai