SAP Anak
SAP Anak
OTORISASI
Lembar Pengesahan
Disiapkan Oleh
Diperiksa Oleh
: Ketua STIKes
Disahkan Oleh
1. LEARNING OUTCOME
Sikap:
- Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap
religious.
- Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan praktik kebidanan
berdasarkan agama, moral, dan filosofi, kode etik profesi, serta standar
kebidanan;
- Colaboratif dan Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban
berdasarkan Pancasila;
- Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan,
serta pendapat atau temuan orisinal orang lain;
- Menunjukkan sikap bertanggungjawab atau responsibility atas pekerjaannya
di bidang keahliannya secara mandiri;
Pengetahuan:
- Menguasai konsep umum, filosofi, paradigma, prinsip, teknik dan metode
konsep teori aplikasi ilmu kebidanan (midwifery science).
- Menguasai konsep teoritis komunikasi dan emphaty teraupetik.
- Menguasai konsep umum, prinsip, teknik dan metode konseling dan
penyuluhan, mencakup Keadaan kesehatan bayi dan balita, Pertumbuhan dan
perkembangan bayi dan balita, Perubahan fisiologi bayi BBL
- Menguasai pengetahuan factual dan Akuntable tentang peraturan yang terkait
dengan, Manajemen terpadu balita sakit (MTBS), Sistem rujukan
KetrampilanUmum
- Mampu bekerja secara Profesional di bidang kebidanan (midwifery) dan
memiliki kompetensi kerja yang minimal setara dengan standar kompetensi
kerja bidan yang ditetapkan oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mengacu pada
International Confederation of Midwives (ICM);
- Mampu membuat keputusan yang independen dalam menjalankan pekerjaan
profesi bidan berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan kreatif;
- Mampu menyusun laporan atau kertas kerja atau menghasilkan karya desain
di bidang keahliannya berdasarkan kaidah rancangan dan prosedur baku, serta
kode etik profesinya, yang dapat diakses oleh masyarakat akademik
- Mampu mengembangkan dan memelihara jaringan kerja ( Colaboratif )
dengan masyarakat, dan profesi lain yang sebidang serta kliennya.
Ketrampilan Khusus
- Mampu melaksanakan praktik asuhan kebidanan secara mandiri yang service
excellent sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan oleh Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) dan International Confederation of Midwives (ICM).
2. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, mahasiswa mampu:
1. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan kebutuhan oksigen patologis sistem
pernafsan dan kariovaskuler.
2. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit patologis dari system perkemihan, pencernaan dan vaskuler Konsep stress dan
adaptasi
3. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi patologis
dari system pencernaan dan matabolic endokrin
4. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan kebutuhan aktivitas patologis dari system
persyarafan dan muskuloskletal Prinsip dasar pencegahan infeksi/kewaspadaan isolasi
5. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan kebutuhan aman dan nyaman patologis
sari system termoregulasi dan imun Pemeriksaan fisik pada ibu/maternal
6. Asuhan keperawatan pada anak dengan kebutuhan khusus Pemeriksaan fisik pada anak
balita
7. Asuhan keperawatan pada bayi dan anak dengan gangguan kebutuhan eliminasi patologis
dari system pencernaan dan kemih/kelainan kongenital/peri operatif care
3. Bahan Kajian
1. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan kebutuhan oksigen patologis sistem pernafsan
dan kariovaskuler.
2. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
patologis dari system perkemihan, pencernaan dan vaskuler Konsep stress dan adaptasi
3. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi patologis dari
system pencernaan dan matabolic endokrin
4. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan kebutuhan aktivitas patologis dari system
persyarafan dan muskuloskletal Prinsip dasar pencegahan infeksi/kewaspadaan isolasi
5. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan kebutuhan aman dan nyaman patologis sari
system termoregulasi dan imun Pemeriksaan fisik pada ibu/maternal
6. Asuhan keperawatan pada anak dengan kebutuhan khusus Pemeriksaan fisik pada anak balita
7. Asuhan keperawatan pada bayi dan anak dengan gangguan kebutuhan eliminasi patologis dari
system pencernaan dan kemih/kelainan kongenital/peri operatif care
4. Buku sumber
Utama:
1. Hurlock, Elizabeth., Perkembangan Anak Edisi Keenam, 1999. Erlangga, Jakarta
2. Manuaba, I.B.G, I.A. Chandranita Manuaba, I.B.G Fajar Manuaba., Pengantar Kuliah
Obstetri, 2007, EGC, Jakarta
3. Soetjiningsih, I.G.N. Gde Ranuh, Tumbuh Kembang Anak. 2016. EGC; Jakarta
4. Varney, Helen, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor., Volume 2, Buku Ajar Asuhan
Kebidanan, 2007, EGC, Jakarta
Pendukung:
1. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM, Buku Ajar Kesehatan Ibu Dan
Anak, 2015, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan; Jakarta
2. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM, Pedoman Implementasi Bahan Ajar
Imunisasi dan Kesehatan Ibu dan Anak, 2016, Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Tenaga Kesehatan; Jakarta
3. Lockhart RN., Anita., Dr. Lyndon Saputra, Asuhan Kebidanan Neonatus Normal dan
Patologis. 2014, Binarupa Aksara; Tangerang Selatan
4. Kemenkes RI, Buku Ajar Imunisasi, 2015, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan; Jakarta
5. Kemenkes RI, Stimulasi Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
Ditingkat Pelayanaan Kesehatan, 2015, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan; Jakarta
6. Manggiasih AV., Asuhan. Kebidanan Pada Neonatus Bayi, Balita dan Anak Pra
sekolah, 2016. CV TRANS INFO; Jakarta
7. Marie ,Naomi, Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, Balita dan Anak, 2016, EGC;
Jakarta
8. Pusdiklatnakes., Buku Ajar Imunisasi, 2014. Kemenkes RI; Jakarta
9. Saputra,Lyndon, Asuhan Neonatus Bayi dan Balita,2016,Bina Rupa Aksara:
Tanggerang Selatan
10. Sriyuniarti, Tumbuh Kembang Anak Neonatus Bayi - Balita dan Anak Pra-sekolah.
2015. PT Refika Aditama,bandung; Jakarta
1. Matriks SAP :
Urutan KBM Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Media Alokasi Sumber
Dosen Mahasiswa Waktu rujukan
Latihan Mengajukan
Memberi latihan pertanyaa
Mengisi format pemeriksaan fisik pada bayi kepada mahasiswa Mengerjakan
dan anak
latihan.
Penutup Test Formatif 20 menit
Memberikan Menjawab
1. Sistem imunologi yang di dapat dari ibu pertanyaan pertanyaan yang
yang mengalir ke bayi dan bertahan selama 5 diberikan dosen
bulan, disebut sebagai
a. Imunisasi aktif Memberi respon
b. Imunisasi pasif terhadap tugas
c. Imunisasi Cuma-Cuma yang diberikan
Bahan Ajar / Hand Out : Terlampir
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan
akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu
dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan
fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak.
Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis
dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin
menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara
umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan
suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.
TANDA VITAL (Vital Sign)
Suhu
Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol
karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Pemeriksaan suhu tubah dapat dilakukan di
beberapa tempat yaitu :
1. Ketiak
2. Mulut
3. Anus
Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat
yaitu :
* Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C.
* Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C.
* Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40°C.
* Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C.
Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh manusia dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak
jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada
uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2. Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi
100% lebih cepat. Di samping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat
yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak
coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress
individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang
meningkatkan metabolisme.
3. Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4. Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam
tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi
50-100% di atas normal.
5. Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira
10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan,
fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone
progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3–x0,6°C di atas suhu
basal.
6. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme
sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
7. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%.
Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk
mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah
mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak
tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang
cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan
jaringan yang lain.
8. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan
antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat
meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.
9. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen
yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh.
Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan
mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh
dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya,
lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia
dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan
melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui
anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus
arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan
menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan
demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.
Tekanan darah
Tekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik yang
menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau tekanan
istirahat.
Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada
lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut
tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa.
Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung berdasarkan
rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat
itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang
tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah
normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai
sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.
Denyut
Kecepatan pernapasan
Beraneka ragam tergantung usia. Batas normalnya sekitar 12-16 kali penarikan
napas per menit.
Biometrika Dasar
Tinggi
Tinggi merupakan salah satu ukuran pertumbuhan seseorang. Tinggi dapat diukur
dengan stasiometer atau tongkat pengukur. Pasien akan diminta untuk berdiri tegak tanpa
alas kaki. Anak-anak berusia dibawah 2 tahun diukur tingginya dengan cara dibaringkan.
Berat atau massa tubuh diukur dengan pengukur massa atau timbangan.
Indeks massa tubuh digunakan untuk menghitung hubungan antara tinggi dan mssa
sehat serta tingkat kegemukan.
Nyeri
Pengukuran nyeri bersifat subyektif namun penting sebagai tanda vital. Dalam
klinik, nyeri diukur dengan menggunakan skala FACES yang dimulai dari nilai '0' (tidak
dirsakan nyeri pada pasien dapat dilihat dari ekspresi wajah pasien), hingga '5' (nyeri
terburuk yang pernah dirasakan pasien).
Tampilan umum
Kondisi yang jelas tertangkap ketika pasien masuk ke ruangan konsultasi dan
berkomunikasi dengan dokter. (misalnya: pasien terlihat pincang atau pasien
mengalami ketulian sehingga sulit berkomunikasi)
JACCOL, sebuah jembatan keledai, untuk tanda kekuningan (Jaudience),
kemungkinan tanda pucat pada kulit atau konjungtiva (Anaemia), tanda kebiruan
pada bibir atau anggota gerak (Cyanosis), kelainan bentuk pada kuku jari
(Clubbing), pembengkakan (Oedema atau Edema), dan, pemeriksaan pada nodus
limfatikus (Lymph nodes) pada leher, ketiak, dan lipatan paha.
Sistem Organ
Sistem kardiovaskular
o Tekanan darah, denyut nadi, irama jantung
o Tekanan vena jugularis atau Jugular veins preassure (JVP), edema perifer,
dan bukti edema pulmonaris atau edema paru.
o Pemeriksaan jantung
Paru-paru
o Kecepatan pernapasan, auskultasi paru-paru
Dada dan payudara
Abdomen
o Pemeriksaan abdomen misalnya pendeteksian adanya pembesaran organ
(contohnya aneurisma aorta)
o Pemeriksaan rektum
Sistem reproduksi
Sistem otot dan gerak
Sistem saraf, termasuk pemeriksaan jiwa
Pemeriksaan kepala, leher, hidung, tenggorokkan, telinga (THT)
Kulit
o Pemeriksaan pada pertumbuhan rambut
o Peneriksaan tanda klinis pada kulit
1. Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak
mudah kehilangan panas, atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang diperiksa.
2. Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang
memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
3. Lakukan prosedur yang mengganggu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada tahap
akhir.
4. Bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya.
1. Lakukan penilaian Apgar score dengan cara jumlahkan hasil penilaian tanda, seperti
laju jantung, kemampuan bernapas, kekuatan tonus otot, kemampuan refleks dan
warna kulit.
2. Tentukan hasil penilaian, sebagai berikut:
Berat badan normal adalah 2500-3500 gram, apabila berat badan kurang dari 2500
gram disebut bayi prematur dan apabila berat badan lahir lebih dari 3500 maka bayi
dise°but macrosomia.
Panjang badan normal adalah 45-50 cm.
Lingkar kepala normal adalah 33-35 cm.
Lingkar dada normal adalah 30-33 cm, apabila diameter kepala lebih besar 3 cm
dari lingkar dada maka bayi mengalami hidrocephalus dan apabila diameter kepala
lebih kecil 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami microcephalus.
Pemeriksaan Kepala
Cara:
1. Lakukan inspeksi daerah kepala.
2. Lakukan penilaian pada bagian tersebut, diantaranya:
Maulage yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir asimetri atau
tidak.
Ada tidaknya caput succedaneum, yaitu edema pada kulit kepala, lunak dan tidak
berfiuktuasi, batasnya tidak tegas, dan menyeberangi sutura dan akan hilang dalam
beberapa hari.
Ada tidaknya cephal haematum, yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tanpak
pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum. Cirinya konsistensi
lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak menyeberangi
sutura dan apabila menyeberangi sutura kemungkinan mengalami fraktur tulang
tengkorak. Cephal haematum dapat hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan
Ada tidaknya perdarahan, yang terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkan
jaringan di luar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala
tanpak asimetris, scring diraba terjadi fiuktuasi dan edema.
Adanya fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari tangan. Fontanel
posterior akan dilihat proses penutupan setelah umur 2 bulan dan fontanel anterior
menutup saat usia 12-18 bulan.
Pemeriksaan Telinga
Cara: Bunyikan bel atau suara, apabila terjadi reflek terkejutmaka pendengarannya baik,
kemdian apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi gangguan
pendengaran.
Pemeriksaan Hidung
Cara:
1. Amati pola pernapasan, apabila bayi bernapas melalui mulut maka kemungkinan
bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral, fraktur
tulang hidung, atau ensefalokel yang menojol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan
cuping hidung akan menujukkan gangguan pada paru.
2. Amati mukosa lubang hidung, apabila terdapat sekret mukopurulen dan berdarah
perlu,dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.
Pemeriksaan Mulut
Cara:
Cara:
1. Lakukan inspeksi bentuk dada:
3. Lakukan palpasi daerah dada, untuk menentukan ada tidaknya fraktur klavikula dengan
cara meraba ictus kordis dengan menentukan posisi jantung.
4. Lakukan auskultasi paru dan jantung dc:ngan menggunakan stetoskop untuk menilai
frekuensi, dan suara napas/jantung. Secara normal frekuensi denyut jantung antara 120-160
kali per menit. Suara bising sering ditemukan pada bayi, apabila ada suara bising usus pada
daerah dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika.
Pemeriksaan Abdomen
Cara:
1. Letakkan bayi dalam posisi tengkurap, raba sepanjang tulang bclakang untuk
mencari ada tidaknya kelainan, seperti skoliosis, meningokel, spina bifida, dan lain-
lain.
2. Amati pcrgerakan ekstremitas. Untuk mengetahui adanya kelemahan, kelumpuhan,
dan kelainan bentuk jari.
Pemeriksaan Genetalia
Cara:
1. Lakukan inspeksi pada genitalia wanita, seperti keadaan labiominora, labio mayora,
lubang uretra dan lubang vagina.
2. Lakukan inspeksi pada genitalia laki-laki, sepe°.rti keadaan penis, ada tidaknya
hipospadia (defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penis), dan
epispadia (defek pada dorsum penis).
1. Lakukan inspeksi pada anus dan rektum, untuk menilai adanya kelainan atresia ani
atau posisi anus.
2. Lakukan inspeksi ada tidaknya mekonium (umumnya keluar pada 24 jam) apabila
ditemukan dalam waktu 48 jam belum keluar maka kemungkinan adanya mekonium
plug syndrome, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan.
Pemeriksan Kulit
Cara:
1. Lakukan inspeksi ada tidaknya verniks kaseosa (zat yang bersifat seperti lemak
berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi yang
cukup bulan).
2. Lakukan inspeksi ada tidaknya lanugo (rambut halus yang terdapat pada punggung
bayi). hanugo ini jumlahnya lebih banyak pada bayi kurang bulan dari pada bayi
cukup bulan. (Corry S Matondang dkk, 2000)