Anda di halaman 1dari 18

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MITRA HUSADA MEDAN

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA


SATUAN ACARA KODE : Wat. 5.509
PEMBELAJARAN MK : Keperawatan Anak
No. Dokumen Halaman Tgl Berlaku Revisi
FM-PM-I.IV.Pd1-05/05-03/IKA 1-7 07 Februari 2020 00

OTORISASI

Lembar Pengesahan

Nama Dokumen : SATUAN ACARA PEMBELAJARAN


No. Dokumen : FM-PM-I.IV.Pd1-05/05-03/

Tanggal Berlaku : 18 Oktober 2017


Nomor Revisi : 00

: Kordinator Mata Kuliah

Disiapkan Oleh

: KaProdi Prodi Keperawatan Program Diploma Tiga

Diperiksa Oleh

: Ketua STIKes

Disahkan Oleh

Siti Nurmawan Sinaga, SKM, M.Kes


Nama Mata Kuliah :Keperawatan Anak
Kode Mata Kuliah :
Beban/Jumlah SKS : 2 SKS (T:2)
Penempatan :
Tanggal :
Pertemuan : XIII, XIV
Dosen Pengampuh :

1. LEARNING OUTCOME
Sikap:
- Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap
religious.
- Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan praktik kebidanan
berdasarkan agama, moral, dan filosofi, kode etik profesi, serta standar
kebidanan;
- Colaboratif dan Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban
berdasarkan Pancasila;
- Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan,
serta pendapat atau temuan orisinal orang lain;
- Menunjukkan sikap bertanggungjawab atau responsibility atas pekerjaannya
di bidang keahliannya secara mandiri;

Pengetahuan:
- Menguasai konsep umum, filosofi, paradigma, prinsip, teknik dan metode
konsep teori aplikasi ilmu kebidanan (midwifery science).
- Menguasai konsep teoritis komunikasi dan emphaty teraupetik.
- Menguasai konsep umum, prinsip, teknik dan metode konseling dan
penyuluhan, mencakup Keadaan kesehatan bayi dan balita, Pertumbuhan dan
perkembangan bayi dan balita, Perubahan fisiologi bayi BBL
- Menguasai pengetahuan factual dan Akuntable tentang peraturan yang terkait
dengan, Manajemen terpadu balita sakit (MTBS), Sistem rujukan

KetrampilanUmum
- Mampu bekerja secara Profesional di bidang kebidanan (midwifery) dan
memiliki kompetensi kerja yang minimal setara dengan standar kompetensi
kerja bidan yang ditetapkan oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mengacu pada
International Confederation of Midwives (ICM);
- Mampu membuat keputusan yang independen dalam menjalankan pekerjaan
profesi bidan berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan kreatif;
- Mampu menyusun laporan atau kertas kerja atau menghasilkan karya desain
di bidang keahliannya berdasarkan kaidah rancangan dan prosedur baku, serta
kode etik profesinya, yang dapat diakses oleh masyarakat akademik
- Mampu mengembangkan dan memelihara jaringan kerja ( Colaboratif )
dengan masyarakat, dan profesi lain yang sebidang serta kliennya.
Ketrampilan Khusus
- Mampu melaksanakan praktik asuhan kebidanan secara mandiri yang service
excellent sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan oleh Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) dan International Confederation of Midwives (ICM).

- Mampu menegakkan diagnosis kebidanan berdasarkan rasionalisasi klinis dan


penilaian kritis (clinical reasoning and critical judgment) dan melakukan
tindakan segera dan/atau perencanaan tindakan, sesuai dengan diagnosis
kebidanan yang telah ditegakkan dengan pertimbangan keragaman budaya,
pandangan, agama, kepercayaan, status sosio-ekonomi, keunikan, serta
potensi individu dengan service excellent. Memberikan asuhan kebidanan
terkait dengan pelayanan kontrasepsi yang service excellent : Penyakit yang
lazim pada anak, Pemberian obat pada anak, Pertolongan pertama pada
kecelakaan, imunisasi dan pemeriksaan fisik BBL
- Melakukan advokasi, edukasi dan penyuluhan, serta konsultasi terkait dengan:
hak azasi manusia, keadilan dan kesehatan bayi dan balita

2. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, mahasiswa mampu:
1. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan kebutuhan oksigen patologis sistem
pernafsan dan kariovaskuler.
2. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit patologis dari system perkemihan, pencernaan dan vaskuler Konsep stress dan
adaptasi
3. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi patologis
dari system pencernaan dan matabolic endokrin
4. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan kebutuhan aktivitas patologis dari system
persyarafan dan muskuloskletal Prinsip dasar pencegahan infeksi/kewaspadaan isolasi
5. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan kebutuhan aman dan nyaman patologis
sari system termoregulasi dan imun Pemeriksaan fisik pada ibu/maternal
6. Asuhan keperawatan pada anak dengan kebutuhan khusus Pemeriksaan fisik pada anak
balita
7. Asuhan keperawatan pada bayi dan anak dengan gangguan kebutuhan eliminasi patologis
dari system pencernaan dan kemih/kelainan kongenital/peri operatif care

3. Bahan Kajian
1. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan kebutuhan oksigen patologis sistem pernafsan
dan kariovaskuler.
2. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
patologis dari system perkemihan, pencernaan dan vaskuler Konsep stress dan adaptasi
3. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi patologis dari
system pencernaan dan matabolic endokrin
4. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan kebutuhan aktivitas patologis dari system
persyarafan dan muskuloskletal Prinsip dasar pencegahan infeksi/kewaspadaan isolasi
5. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan kebutuhan aman dan nyaman patologis sari
system termoregulasi dan imun Pemeriksaan fisik pada ibu/maternal
6. Asuhan keperawatan pada anak dengan kebutuhan khusus Pemeriksaan fisik pada anak balita
7. Asuhan keperawatan pada bayi dan anak dengan gangguan kebutuhan eliminasi patologis dari
system pencernaan dan kemih/kelainan kongenital/peri operatif care

4. Buku sumber
Utama:
1. Hurlock, Elizabeth., Perkembangan Anak Edisi Keenam, 1999. Erlangga, Jakarta
2. Manuaba, I.B.G, I.A. Chandranita Manuaba, I.B.G Fajar Manuaba., Pengantar Kuliah
Obstetri, 2007, EGC, Jakarta
3. Soetjiningsih, I.G.N. Gde Ranuh, Tumbuh Kembang Anak. 2016. EGC; Jakarta
4. Varney, Helen, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor., Volume 2, Buku Ajar Asuhan
Kebidanan, 2007, EGC, Jakarta

Pendukung:
1. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM, Buku Ajar Kesehatan Ibu Dan
Anak, 2015, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan; Jakarta
2. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM, Pedoman Implementasi Bahan Ajar
Imunisasi dan Kesehatan Ibu dan Anak, 2016, Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Tenaga Kesehatan; Jakarta
3. Lockhart RN., Anita., Dr. Lyndon Saputra, Asuhan Kebidanan Neonatus Normal dan
Patologis. 2014, Binarupa Aksara; Tangerang Selatan
4. Kemenkes RI, Buku Ajar Imunisasi, 2015, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan; Jakarta
5. Kemenkes RI, Stimulasi Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
Ditingkat Pelayanaan Kesehatan, 2015, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan; Jakarta
6. Manggiasih AV., Asuhan. Kebidanan Pada Neonatus Bayi, Balita dan Anak Pra
sekolah, 2016. CV TRANS INFO; Jakarta
7. Marie ,Naomi, Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, Balita dan Anak, 2016, EGC;
Jakarta
8. Pusdiklatnakes., Buku Ajar Imunisasi, 2014. Kemenkes RI; Jakarta
9. Saputra,Lyndon, Asuhan Neonatus Bayi dan Balita,2016,Bina Rupa Aksara:
Tanggerang Selatan
10. Sriyuniarti, Tumbuh Kembang Anak Neonatus Bayi - Balita dan Anak Pra-sekolah.
2015. PT Refika Aditama,bandung; Jakarta
1. Matriks SAP :
Urutan KBM Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Media Alokasi Sumber
Dosen Mahasiswa Waktu rujukan

Pendahuluan Deskripsi Memberikan salam Menjawab salam - LC 10 menit


- Memberikan pemahaman cakupan materi pembuka D
pertemuan ke- XII - La
Memberikan Memperhatikan ptop
2. pemahaman dan
Relevansi - Spi
Mampu menerapkan asuhan keperawatan analisa dol
pada bayi dan anak dengan gangguan - W
kebutuhan eliminasi patologis dari sistem hite
pencernaan dan kemih / kelainan kongenital / Mendengar dan board
peri operatif care menyimak
Memberikan penjelasan dosen
Tujuan pemahaman dan
Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan analisa
keperawatan pada bayi dan anak dengan
gangguan kebutuhan eliminasi patologis dari
sistem pencernaan dan kemih kelainan peri
opratif care
Penyajian Uraian Memberikan Menjawab 60 menit
Menilai hasil pemeriksaan fisik pada bayi dan pemahaman dan pertanyaan,
anak analisa serta Mendengar dan
Pemeriksaan Fisik pada bayi dan anak bertanya menganalisa
- Pengkajian pada bayi dan anak
- Masalah keperawatan pada bayi dan anak
- Rencana keperawatan pada bayi dan anak
dengan gangguan eliminasi

Latihan Mengajukan
Memberi latihan pertanyaa
Mengisi format pemeriksaan fisik pada bayi kepada mahasiswa Mengerjakan
dan anak
latihan.
Penutup Test Formatif 20 menit
Memberikan Menjawab
1. Sistem imunologi yang di dapat dari ibu pertanyaan pertanyaan yang
yang mengalir ke bayi dan bertahan selama 5 diberikan dosen
bulan, disebut sebagai
a. Imunisasi aktif Memberi respon
b. Imunisasi pasif terhadap tugas
c. Imunisasi Cuma-Cuma yang diberikan
Bahan Ajar / Hand Out : Terlampir

Diketahui Disetujui Dibuat


UP2 AI KaProdi Prodi Keperawatan Koodinator Mata Kuliah
Program Diploma tiga,

Eka Falentina Traigan, SST, MKeb


BAHAN AJAR
PEMERIKSAAN FISIK
PADA BAYI DAN BALITA

            Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan
akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu
dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan
fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak.
Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
            Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis
dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin
menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut.
            Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara
umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan
suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.
TANDA VITAL (Vital Sign)
Suhu
            Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol
karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Pemeriksaan suhu tubah dapat dilakukan di
beberapa tempat yaitu :
 1. Ketiak
 2. Mulut
 3. Anus
Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat
yaitu :
   * Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C.
   * Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C.
   * Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40°C.
   * Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C.
Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh manusia dapat diuraikan sebagai berikut :
1.      Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak
jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada
uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2.      Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi
100% lebih cepat. Di samping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat
yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak
coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress
individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang
meningkatkan metabolisme.
3.      Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4.      Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam
tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi
50-100% di atas normal.
5.      Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira
10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan,
fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone
progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3–x0,6°C di atas suhu
basal.
6.      Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme
sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
7.      Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%.
Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk
mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah
mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak
tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang
cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan
jaringan yang lain.
8.      Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan
antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat
meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.
9.      Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen
yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh.
Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan
mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10.  Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh
dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya,
lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia
dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
            Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan
melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui
anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus
arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan
menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan
demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.

Tekanan darah

Tekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik yang
menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau tekanan
istirahat.

            Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada
lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut
tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa.
            Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung berdasarkan
rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat
itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang
tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah
normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai
sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.

Denyut

Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran


kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut arteri radialis pada
pergelangan tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri
poplitea pada belakang lutut, arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki.
Pemeriksaan denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop.
            Denyut sangat bervariasi tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia. Bayi
yang baru dilahirkan (neonatus) dapat memiliki dentur 13-150 denyut per menit. Orang
dewasa memiliki denyut sekitar 50-80 per menit.

Kecepatan pernapasan

Beraneka ragam tergantung usia. Batas normalnya sekitar 12-16 kali penarikan
napas per menit.

Biometrika Dasar

Tinggi

Tinggi merupakan salah satu ukuran pertumbuhan seseorang. Tinggi dapat diukur
dengan stasiometer atau tongkat pengukur. Pasien akan diminta untuk berdiri tegak tanpa
alas kaki. Anak-anak berusia dibawah 2 tahun diukur tingginya dengan cara dibaringkan.

Berat atau massa

Berat atau massa tubuh diukur dengan pengukur massa atau timbangan.
            Indeks massa tubuh digunakan untuk menghitung hubungan antara tinggi dan mssa
sehat serta tingkat kegemukan.

Nyeri

Pengukuran nyeri bersifat subyektif namun penting sebagai tanda vital. Dalam
klinik, nyeri diukur dengan menggunakan skala FACES yang dimulai dari nilai '0' (tidak
dirsakan nyeri pada pasien dapat dilihat dari ekspresi wajah pasien), hingga '5' (nyeri
terburuk yang pernah dirasakan pasien).

Struktur Dalam Penulisan Riwayat Pemeriksaan

Tampilan umum

 Kondisi yang jelas tertangkap ketika pasien masuk ke ruangan konsultasi dan
berkomunikasi dengan dokter. (misalnya: pasien terlihat pincang atau pasien
mengalami ketulian sehingga sulit berkomunikasi)
 JACCOL, sebuah jembatan keledai, untuk tanda kekuningan (Jaudience),
kemungkinan tanda pucat pada kulit atau konjungtiva (Anaemia), tanda kebiruan
pada bibir atau anggota gerak (Cyanosis), kelainan bentuk pada kuku jari
(Clubbing), pembengkakan (Oedema atau Edema), dan, pemeriksaan pada nodus
limfatikus (Lymph nodes) pada leher, ketiak, dan lipatan paha.

Sistem Organ

 Sistem kardiovaskular
o Tekanan darah, denyut nadi, irama jantung
o Tekanan vena jugularis atau Jugular veins preassure (JVP), edema perifer,
dan bukti edema pulmonaris atau edema paru.
o Pemeriksaan jantung
 Paru-paru
o Kecepatan pernapasan, auskultasi paru-paru
 Dada dan payudara
 Abdomen
o Pemeriksaan abdomen misalnya pendeteksian adanya pembesaran organ
(contohnya aneurisma aorta)
o Pemeriksaan rektum
 Sistem reproduksi
 Sistem otot dan gerak
 Sistem saraf, termasuk pemeriksaan jiwa
 Pemeriksaan kepala, leher, hidung, tenggorokkan, telinga (THT)
 Kulit
o Pemeriksaan pada pertumbuhan rambut
o Peneriksaan tanda klinis pada kulit

PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI


Pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter
untuk menilai status kesehatannya. Waktu pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat bayi baru
lahir, 24 jam setelah lahir, dan akan pulang dari rumah sakit. Sebclum melakukan
pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara
lain :

1. Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak
mudah kehilangan panas, atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang diperiksa.
2. Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang
memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
3. Lakukan prosedur yang mengganggu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada tahap
akhir.
4. Bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya.

Penilaian Apgar Score


Pemeriksaan ini bertujuan menilai kemampuan laju jantung, kemampuan bernapas,
kekuatan tonus otot, kemampuan refieks dan warna kulit.
Cara:

1. Lakukan penilaian Apgar score dengan cara jumlahkan hasil penilaian tanda, seperti
laju jantung, kemampuan bernapas, kekuatan tonus otot, kemampuan refleks dan
warna kulit.
2. Tentukan hasil penilaian, sebagai berikut:

         Adaptasi baik : skor 7-10


         Asfiksia ringan-sedang : skor 4-6
         Asfiksia berat : skor 0-3
Pemeriksaan Cairan Amnion
            Pemeriksaan cairan amnion bertujuan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada
cairan amnion, seperti jumlah volumenya. Apabila volumenya lebih dari 2000 ml bayi
mengalami polihidramnion atau disebut hidramnion, sedangkan apabila jumlahnya kurang
dari 500 ml maka bayi mengalami oligohidramnion.
Pemeriksaan Plasenta
            Pemeriksaan plasenta bertujuan untuk menentukan keadaan/kondisi plasenta.
Pemeriksaan ini meliputi ada tidaknya pengapuran, nekrosis, berat dan jumlah korion.
Pemeriksaan ini penting dalam menentukan terjadi kembar identik atau tidak.
Pemeriksaan Tali pusat
            Pemeriksaan tali pusat bertujuan menilai ada tidaknya kelainan dalam tiali pusat,
seperti ada tidaknya vena dan arteri, tali simpul pada tali pusat, dan lain-lain.
Cara:
1. Lakukan pengukuran berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan lingkar dada
2.  Lakukan penilaian hasil pengukuran:

 Berat badan normal adalah 2500-3500 gram, apabila berat badan kurang dari 2500
gram disebut bayi prematur dan apabila berat badan lahir lebih dari 3500 maka bayi
dise°but macrosomia.
 Panjang badan normal adalah 45-50 cm.
 Lingkar kepala normal adalah 33-35 cm.
 Lingkar dada normal adalah 30-33 cm, apabila diameter kepala lebih besar 3 cm
dari lingkar dada maka bayi mengalami hidrocephalus dan apabila diameter kepala
lebih kecil 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami microcephalus.

Pemeriksaan Kepala
Cara:
1. Lakukan inspeksi daerah kepala.
2. Lakukan penilaian pada bagian tersebut, diantaranya:

 Maulage yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir asimetri atau
tidak.
 Ada tidaknya caput succedaneum, yaitu edema pada kulit kepala, lunak dan tidak
berfiuktuasi, batasnya tidak tegas, dan menyeberangi sutura dan akan hilang dalam
beberapa hari.
 Ada tidaknya cephal haematum, yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tanpak
pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum. Cirinya konsistensi
lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak menyeberangi
sutura dan apabila menyeberangi sutura kemungkinan mengalami fraktur tulang
tengkorak. Cephal haematum dapat hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan
 Ada tidaknya perdarahan, yang terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkan
jaringan di luar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala
tanpak asimetris, scring diraba terjadi fiuktuasi dan edema.
 Adanya fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari tangan. Fontanel
posterior akan dilihat proses penutupan setelah umur 2 bulan dan fontanel anterior
menutup saat usia 12-18 bulan.

Pengukuran Fontanel dan Sutura Sumber: Wong, DL, 1996


Pemeriksaan Mata
Cara:
1.      Lakukan inspeksi daerah mata.
2.      Tentukan penilaian ada tidaknya kelainan, seperti :

 Strabismus (koordinasi gerakan mata yang belum sempurna), dengan cara


menggoyang kepala secara perlahan-lahan sehingga mata bayi akan terbuka.
 Kebutaan, seperti jarang berkedip atau sensitifitas terhadap cahaya berkurang.
 Sindrom Down, ditemukan epicanthus melebar.
 Glaukoma kongenital, terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea.
 Katarak kongenital, apabila terlihat pupil yang berwarna putih.

Pemeriksaan Telinga
Cara: Bunyikan bel atau suara, apabila terjadi reflek terkejutmaka pendengarannya baik,
kemdian apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi gangguan
pendengaran.

Pemeriksaan Hidung
Cara:

1. Amati pola pernapasan, apabila bayi bernapas melalui mulut maka kemungkinan
bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral, fraktur
tulang hidung, atau ensefalokel yang menojol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan
cuping hidung akan menujukkan gangguan pada paru.
2. Amati mukosa lubang hidung, apabila terdapat sekret mukopurulen dan berdarah
perlu,dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.

Pemeriksaan Mulut
Cara:

1. Lakukan inspeksi adanya kista yang ada pada mukosa mulut.


2. Amati warna, kemampuan refieks menghisap. Apabila lidah menjulur keluar dapat
dinilai adanya kecacatan kongenital.
3. Amati adanya bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi bisanya disebut sebagai
Monilia albicans.
4. Amati gusi dan gigi, untuk menilai adanya pigmen.
Pemeriksaan Pada Leher
Cara:
Amati pergerakan leher apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya maka
kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, seperti kelainan tiroid, hemangioma, dan
lain-lain.

Pemeriksaan Dada, Paru, dan Jantung

Cara:
1. Lakukan inspeksi bentuk dada:

 Apabila tidak simetris, kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis


diafragma atau hernia diafragmatika.
 Yernapasan bayi normal pada umumnya dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan. Frekuensi pernapasan bayi normal antara 40-60 kali per menit,
perhitungannya harus satu menit penuh karena terdapat periodic breathing di mana
pola pernapasan pada neonatus terutama pada prematur ada henti napas yang
berlangsung 20 detik dan terjadi secara berkala.

3.      Lakukan palpasi daerah dada, untuk menentukan ada tidaknya fraktur klavikula dengan
cara meraba ictus kordis dengan menentukan posisi jantung.
4.      Lakukan auskultasi paru dan jantung dc:ngan menggunakan stetoskop untuk menilai
frekuensi, dan suara napas/jantung. Secara normal frekuensi denyut jantung antara 120-160
kali per menit. Suara bising sering ditemukan pada bayi, apabila ada suara bising usus pada
daerah dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika.
Pemeriksaan Abdomen
Cara:

1. Lakukan inspeksi bentuk abdomen. Apabila abdomen membuncit kemungkinan


disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut, dan adanya
kembung.
2. Lakukan auskultasi adanya bising usus.
3. Lakukan perabaan hati. Umumnya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan.
Limpa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri.
4. Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi telentang dan tungkai bayi dilipat
agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi. Batas bawah ginjal dapat
diraba setinggi umbilikus diantiara garis tc;ngah dan tepi perut. Bagian ginjal dapat
diraba sekitar 2-3 cm, adaya peembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh
neoplasma, kelainan bawaan atau trombosis vena renalis.

Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas


Cara:

1. Letakkan bayi dalam posisi tengkurap, raba sepanjang tulang bclakang untuk
mencari ada tidaknya kelainan, seperti skoliosis, meningokel, spina bifida, dan lain-
lain.
2. Amati pcrgerakan ekstremitas. Untuk mengetahui adanya kelemahan, kelumpuhan,
dan kelainan bentuk jari.

Pemeriksaan Genetalia
Cara:

1. Lakukan inspeksi pada genitalia wanita, seperti keadaan labiominora, labio mayora,
lubang uretra dan lubang vagina.
2. Lakukan inspeksi pada genitalia laki-laki, sepe°.rti keadaan penis, ada tidaknya
hipospadia (defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penis), dan
epispadia (defek pada dorsum penis).

Pemeriksaan Anus dan Rektum


Cara:

1. Lakukan inspeksi pada anus dan rektum, untuk menilai adanya kelainan atresia ani
atau posisi anus.
2. Lakukan inspeksi ada tidaknya mekonium (umumnya keluar pada 24 jam) apabila
ditemukan dalam waktu 48 jam belum keluar maka kemungkinan adanya mekonium
plug syndrome, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan.

Pemeriksan Kulit
Cara:

1. Lakukan inspeksi ada tidaknya verniks kaseosa (zat yang bersifat seperti lemak
berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi yang
cukup bulan).
2. Lakukan inspeksi ada tidaknya lanugo (rambut halus yang terdapat pada punggung
bayi). hanugo ini jumlahnya lebih banyak pada bayi kurang bulan dari pada bayi
cukup bulan. (Corry S Matondang dkk, 2000)

PENILAIAN PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR


1. Pendahuluan
Yang dikatakan sebagai bayi baru lahir (Newborn)/neonatus adalah bayi, dari lahir
sampai usia 4 minggu, biasannya dengan usia gestasi 38-42 minggu (Wong, 1996).
Sedangkan menurut Arkanda, S (1986), neonatus sehat adalah:
- Bayi yang lahir pada kehamilan 38-40 minggu atau 42 minggu,
- Panjang 47-50cm dengan berat badan lebih dari 2,5kg,
- Warna merah, segera setelah lahir tangisnya kuat, adanya gerakan-gerakan bayi,
tonus ototnya kenyal dan kekar.
Pengkajian dan pemeriksaan fisik awal pada bayi baru lahir dilakukan oleh bidan
setelah segera lahir. Bidan seharusnya mengetahui bahwa pada masa ini, periode
transisi intrauterin-ekstrauterin pada bayi yaitu:
- Berkurangnya suplai oksigen selama kontraksi uterus
- Kompresi dan dekompresi kepala dan dada
- Ekstensi anggota gerak, panggul dan tulang-tulang
- Stimulasi cahaya, suara, udara, gravitasi dan sentulan
- Adaptasi pernafasan, sirkulasi dan poengontrolan suhu
Pengkajian dan pemeriksaan fisik pada bayi dilakukan dalam rangka mencapai
tujuan asuhan segera bayi baru lahir, antara lain:
- Menjaga kehangatan bayi
- Pemasangan klem dan pemotongan tali pusat
- Pengevaluasian perawatan mata, dan
- Membantu pengikatan batin ibu-bayi serta mandorong pemberian ASI.
2. Pengkajian Bayi Baru Lahir
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian/pemeriksaan fisik bayi baru
lahir adalah sebagai berikut:
a. Metode/Teknik Pengkajian
Berikut ini adalah metode yang dilakukan pengkajian/pemeriksaan fisik bayi
baru lahir, yaitu secara:
1). Inspeksi, dilakkukan dengan menggunakan pengamatan/observasi.
2). Auskultasi, dilakukan dengan mennggunakan alat, seperti dopler, stetoskop.
3). Palpasi, dilakukan dengan menggunakan jari-jari dan tangan untuk meraba
adanya normalitas dan abnormallitas.
4). Perkusi, juga dengan menggunakan jari-jari dan tangan untuk mengetahui
adanya normalitas dan abnormalitas dari suatu organ.
b. Persiapan:
Persiapan-persiapan yang perlu diperhatikan dalam melakukan
pengkajian/pemeriksaan fisik bayi baru lahir, antara lain:
1). Cuci tangan
Mencuci tangan dengan langkah-langkah yang baik dan benar dengan
menggunakan air bersih dean sabun, serta mennggunakan sarung tangan
sebelum melakukan pemeriksaan fisik bayi. Pastikan bahwa sarung tanngan
masih bersih. Ganti sarung tangan b ila ternyata sudah kotor (tercemar).
2). Lingkungan hangat
Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir adalah dengan
menjaga lingkukngan tetap hangat atau menjaga suhu ruangan tetap hangat
pada suhu 25 derajat celcius atau lebih.
3). Penerangan yang cukkup
4). Suasana yang tenang
5). Alat-alat pemeriksaan harus hangat

c. Aspek yang perlu dikaji


Beberapa aspek yang perlu dikaji pada bayi baru lahir antara lain:
1). Riwayat kesehatan neonatal/bayi baru lahir
2). Pemeriksaan fisik
3). Tanda-tanda vital
4). Prilaku
3. Pemeriksaan Fisik
Untuk menilai bayi segera lahir, dapat dinyatakan sehat atau tidak maka
dilakukan pemeriksaan nilai APGAR. Jumlah nilai seluruhnya didapat ddengan
jalan mengevalusi kelima tanda, yaitu:
A = Appearance (penampakan/kelainan warna)
P = Pulse (nadi atau detak jantung)
G = Grimace (rangsangan)
A = Activity (aktivitas tonus otot lengan dan kaki)
R = Respiratian (pernafasan)
Tanda- tanda 0 1 2
Rupa/warna Pucat atau biru Tubuh merah, tangan Seluruhnya
(penampakan) dan kaki biru Merah
Nadi/detak Tidak terdapat Lambat dibawah 100 Diatas 100 detak
jantung Detak jantung Detak jantung lemah jantung kuat
Wajah meringgai/ Tidakk terdapat Menyeringai atau Menangis, batuk
Respon terhadap Respon/reaksi Wajahny tampak Atau bersin
sentuhan Kecut
Aktivitas/ tonus Tangan dan kaki Adasedikit Pergerakan aktif.
otot lumpuh (tidak ada Pergerakan sebagai Kaki dan tangan
gerakan) reaksi terhadap bergerak
rangsangan
Upaya bernafas Tidak ada pernafasan Pernafasan perlahan/ Menangis kuat
Tidak ada tangis Tidak teratur. Dinding
dada tertarik. Merintih
atau tangisannya lemah

Pemeriksaan dan penilaian yang pertlu dilakukan


1. Pemeriksaan kepala
 Ubun-ubun (fontanel) yang berukuran 2,5 sampai 6cm. Biasanya tertutup
dalam tulang sampai usia 18 bulan, fontanel berbentuk segitiga berukuran 1-
2,5cm yang tertutup sekitar usia bayi 2 bulan.
 Caput suksedanium adlah suatu edema sehingga konsistensinya berlainan,
bila diraba fluktuasi, dapat dilihat segera setelah lahir, dalam 3 hari setelah
resobsi menjadi tidak adanya bekas, lokasasi dapat melampaui sutura.
2. Muka bayi, dapat asimetris tergantung presentasi dalam uterus.
3. Leher bayi ,leher bayi tampak pendek, fleksibel dan mudah digerakan serta tidak
ada selaput. Bila terdapat selaput dicurigai adanya Sindrom Turner.
4. Mata bayi, biasanya sedikit tertutup warnanya hitam atau coklat, kelopak
tampak edema dalam beberapa hari pada saat persalinan. Pupil bulat dan
berespon terhadap cahaya. Pupil lebar dan retraksi yangn lambat terhadap
cahaya, mungkin dissebabkan karena tekanan intrakranial ymang tinggi.
5. Telinga bayi, daun telinga elastis sejajar dengan mata bagian dalam dan canthus
bagian luar, bayi berespon dengan bunyi dengan respon kejut. Kelainan
kongenital telinga sering mennyertai kelaianan kongrnital yang lain, dan
ketulian sukar diperiksa
6. Hidung, Bayi bernafas melalui hidung dan dapat bersin dan menangis dengnan
kuat nafas cuping hidung menunjukan adanya distres pernafasan (gawat nafas).
Adanya rhinitis dan thintis kronika dan tidak adanya tulang hidung pada masa
neonatus adanya lues kongenital.
7. Mulut bayi, simetris dan posisi letak garis tengah, kelengkapan struktur mulut,
bibir berwarna merah dan memastikan tidak adanya labiognatoskhizis dan
pallotoskhizis.
8. Thorax, frekuensi nafas 30-60 kali permenit, simetris atupun asimetris.
Pergerakan thorax malvorasi vertebra, distress pernafasan adanya retraksi
epigastrium dan interkostal bagian bawah.
9. Jantung, suara denyut jantung (120-160 kali permenit) terdengar jelas dan
teratur. Titik intesitas maksimal bila terlihat pada ruang interkostal keempat
sebelah kiri pada garis midklavikula.
10. Abdomen, abdomen berbentuk silindris, lembut dan biasanya menonjol yang
menunjukan adanya aliran vena superfisial,
 Liver, teraba lunak 1-2 cm dibawah tepi kostal kanan
 Ujung limpa, berada disepanjanng lateral pada kuadran kiri atas.
 Ginjal, pada palpasi dalam, dengan 2 tempat, terletak 1-2cm, tampak
jernih.
 Urine, tampak jernih.
 Terdapat bising usus dan regurgitas(sendawa) setelah minum susu.
 Nadi femoral sama.
11. Anus, perhatikan mekonium pada 48 jam pertama. Periksa kepatenan anus
untuk menyingkirkan attresia ani dan refleks perianal.
12. Genitalila
 pada laki-laki, tampak penis lurus yanng menempel pada glans penis yang
mempunyai lubang uretra ditengah dan adanya testis.apakah adanya
decensus atau tidak ada kelainan seperti fimolis(kulit kulup tidak dapat
diretraksi untuk memaparkan glans penis), hipospadia (lubang uretra
terdapat pada permukaan ventral pada penis), epispadia (lubang uretra
terletak pada permukaan dosal), hidrokel (pengumpulan salah satu cairan
disekitar salah satu atau kedua testis)
 pada wanita, adanya mukus putih yang keluar kental dari vagina, kadang-
kadang ada perdarahan seperti mensis ini karena faktor hormon ibu selama
hamil.
13. Ektremitas, atas dan bawah masing-masing mempunyai 10 jari, perhatikan
kelainan jari seperti sindaktili (penggabungan jari-jari yang abnormal),
polidaktili (jumlah jari yang berlebihan), garis simean (garis telapak tangan
transveral tunggal), tangan terlihat pendek, jari kelingking melingkar kedalam,
paling sering tampak pada sindrom down.

Anda mungkin juga menyukai