SISTEM KOORDINAT
DI SUSUN OLEH :
DOSEN PENGAJAR :
Ir.Rosalia H Subrata
Sistem koordinat adalah suatu metode untuk menentukan letak suatu titik
dalam grafik. Sistem ini adalah sebuah sistem untuk memberi jujukan terhingga
kepada setiap titik dalam ruang n-dimensi. Konsep dasar dari ide Des Cartes ini
adalah menentukan posisi suatu titik pada bidang datar. Posisi titik pada suatu
bidang datar ditentukan oleh arah vertical dan horizontal dengan titik pusatnya
adalah O yang disebut titik asal sebagai petunjuk arah horizontal digunakan
sumbu x dengan x positif untuk arah ke kanan dan x negative kea rah kiri.
Sedangkan arah vertical digunakan sumbu y dengan y positif untuk ke arah atas
dan y negative untuk arah ke bawah.
Posisi setiap titik ditandai dengan pasangan dua bilangan yang merupakan
pasangan posisi x dan y yaitu ( x , y ) dan disebut system koordinat.
5
dibagi oleh nol misalnya tidak memberikan arti.
0
5
Perhatikan: misalnya =c sehingga 5=c × 0
0
Terlihat bahwa tidak ada nilai c yang jika dikalikan dengna nol
akan menghasilkan 5. Hal ini dikarenakan setiap bilangan real jika
dikalikan dengan nol hasilnya adalah nol dan tidak pernah 5. Jadi
berapapun bilangan yang menggantikan c jika dikalikan nol hasilnya nol
dan tidak pernah 5.
a 0
Perhatikan: misalnya =c , untuk a=0 dan b=0 sehingga =c
b 0
a
Bentuk =c dapat diubah bentuknya menjadi a=bc. Kita ganti c
b
dengan suatu bilangan real.
0
Contoh: =5 dapat diubah menjadi 0=5 ×0 dan hasilnya benar
0
0=0.
0
=−7 dapat diubah menjadi 0=(−7)×0 dan hasilnya benar 0=0.
0
0
Jadi jika =c , maka berapapun bilangan real yang menggantikan c
0
0
akan memberikan hasil yang selalu benar, yaitu 0. Dengan demikian
0
nilainya tidak pasti.
Himpunan bilangan bulat adalah himpunan bagian dari himpunan
bilangan rasional J ⊆Q, karena bilangan bulat dapat dinyatakan ke dalam
4 8
bentuk bilangan rasional, misalnya 4= atau 4= dan seterusnya.
1 2
Himpunan pecahan decimal terbatas, juga himpunan bagian dari
himpuna bilangan rasional karena pecahan decimal terbatas dapat
dinyatakan dalam bentuk bilangan rasional, misalnya
124 1240
1,24= atau 1,24= dan seterusnya.
100 1000
Himpunan pecah decimal berulang tak terbatas juga merupakan
himpunan bagian dari himpunan bilangna rasional karena pecahan ini
dapat juga dinyatakan dalam betnuk bilangan rasional, misalnya
2
0,66666666 … …= .
3
Himpuna bilangan campuran, yaitu campuran antara bilangan bulat
dan pecahan juga merupakan himpunan bagian dari himpunan bilangan
rasional, karena bilangan campuran dapat dinyatakan dalam bentuk
1 −7
bilangan rasional, misalnya −2 = , selain itu √ 9juga merupakan
3 3
bilangan rasional karena √ 9=3.
Setelah himpunan bilangan rasional terbentuk, muncul
permasalahan baru yang tidak dapat diakomodasikan olah himpunan
bilangan rasional. Sebagai contoh sebuah tangga disandarkan pada dinding
yang tingginya 4 meter, jarak kaki tangga dengan dinding rumah adalah 2
meter, berapakh panjang tangga? Dengan rumus phytagoras diperoleh
bilangan yang menyatakan panjang tangga yakni 2 √ 5 meter yang
diperoleh dari
√ 4 2+ 22=√ 16+4= √20=√ 4+ √5=2 √5
Himpunan bilangan bentuk ini disebut himpunan bilangan
irrasional.
Pecahan decimal yang tidak berulang dan tidak terbatas juga
merupakan bilangan irrasional.
Gabungan himpunan bilangan rasional dan himpunan bilangan
irrasional disebut himpunan bilangan real, yang dilambangkan dengan R.
himpunan bilangan irrasional dilambangkan dengan H, yaitu
H= { x ∨x ϵ R , x ∉Q }.
H = bilangan
Q = bilangan rasional irrasional
J = bilangan bulat
W = bilangan cacah
N = bilangan
asli
B(3,4)
2 2
√
d= ( x b −x a ) + ( y b− y a )
Titik asal
Kuadran I Kuadran II
Sumbu vertikal
0
P(2,3)
Penyelesaian:
8
7
6 B (5,5)
5
1
4
3
C(5,3)
2 A(2,3)
1
1 2 3 4 5 6 7 8
´
AC=5−2 ´
BC=5−3=3 ¿2
2 2 2
´ ) =( AC
( AB ´ ) ¿ 32 +22¿ 9+ 4¿ 13 AB=
´ ) + ( CB ´ √ 13
garis P1´P2 .
P2 ( x2 , y 2 )
d y2 − y1
y2
P1 ( x1 , y 1 )
C
x1
x 2−x 1 y1
x2
P2
d y 2−¿ y ¿
1
P1
2 2
√
P1´P2 = ( x2 −x1 ) + ( y 2 − y 1)
D. PERSAMAAN LINGKARAN
Q (x,y)
r
f C
P (a,b)
0 x
Perhatikan segitiga berikut yang merupakan duplikat segitiga pada
lingkaran di atas.
Q (x,y)
r (x-a)
f
P (a,b) C
(y-b)
2 2 2
r = ( x −a ) + ( y−b ) r =√( x−a )2 + ( y−b )2
Contoh:
2 2
r =√ ( 4−2 ) + ( 5−2 )
2 2
r =√( 2 ) + ( 2 )
r =√ 8
A (4,5)
r
f C
P (2,3)
2 2 2
r = ( x −a ) + ( y−b )
2
( √ 8 ) = ( x −2 )2+ ( y−3 )2
2 2
8=( x−2 ) + ( y−3 )
O P
P (r,θ )
r
O θ
2 2
dengan ketentuan 11 π =180 °, sehingga π= ( 180 ° )=120 ° dan
3 3
seterusnya.
Contoh:
a. P(r, 40°)
b. P(r, -40°)
c. P(r, -190°)
Koordinat r pada titik P(r, θ) diukur dari kutub hingga titik P. nilai
r psitif jika diukur dari kutub hingga titik yang berkoordinat (r, θ) yang
terletak pada sinar garis yang membentuk sudut θ dengan sumbu kutub.
Dengan panjang yang sama, nilai r negative jika merupakan kepanjangan
OP (dengan arah yang berlawanan arah sinar garis ⃗
dari sinar garis ⃗ OP)
yang membentuk sudut θ dengan sumbu kutub seperti pada contoh
(gambar) dengan (gambar).
a. P(7, 40°)
b. P(7, 400°)
c. P(7, 760°)
Selain dengan cara di atas, menandai letak siuatu titik pada sitem
koordinat kutub (r, θ) dalam bentuk lain dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut. Misalnya pada gambarF (7.18) kita letakkan titik P' (7,
220°), yang jaraknya terhadap kutub sama dengan jarak titik P dengan
OP ' membentuk sudut 220° dengan sumbu kutub. Jika
kutub. Sinar garis ⃗
suatu titik yang jaraknya terhadap kutub sama dengan jarak titik P'
terhadap kutub yaitu 7, sedangkan letaknya berada pada kepanjangan dari
OP ' (arahnya berlawanan dengan garis ⃗
sinar garis ⃗ OP ' dan melalui kutub)
maka posisi titik tersebut sama dengan posisi titik P tapi dengan koordinat
berbeda, yaitu (-7, 220°) seperti pada gambar G (7.19) berikut.
Contoh:
P (7, 220°)
P (-7, 220°)
P (-7, 580°)
P (-7, 940°)
r =√ x 2 + y 2 danθ=tg−1 ( xy )
y x dan
sin θ= ⇒ y=r sin θcos θ= ⇒ x=r cos θr 2=x 2 + y 2
r r
y
tanθ=
x
Gambar H(7.20)
y +¿
tanθ= ¿ nilai tanθ positif
x+¿ ⇒ ¿
y +¿
tanθ= ¿ nilai tanθ negative
x−¿ ⇒ ¿
y−¿
tanθ= ¿ nilai tanθ positif
x−¿ ⇒ ¿
y −¿
tanθ= ¿ nilai tanθ negative
x+¿ ⇒ ¿
Sinus θ (sin θ)
Cosinus θ (cos θ)
Kuadra Kuadran Kuadara Kuadra
nI II n III n IV
1 −1 −1 1
cos 30 °= √ 3 cos 150 °= √3 cos 210 °= √3 cos 330 °= √3
2 2 2 2
1 −1 −1 1
cos 45 °= √ 2 cos 135 °= √2 cos 225 °= √2 cos 315 °= √ 2
2 2 2 2
1 −1 −1 1
cos 60 °= cos 120 °= cos 240 °= cos 300 °=
2 2 2 2
cos 90° =0 cos 180 °=−1 cos 270 °=0 cos 360 °=1
Tangen θ(tan θ)
Contoh 7.12:
a. A 4, ( π4 )( π4 = 14 ( 180 ° ))
5π 5π
b. (
B −2 ,
6 )
(sila h kan coba meruba h
6
kedalam bentuk derajat )
y x
sin θ= ⇒ y=r sin θcos θ= ⇒ x=r cos θ
r r
π y π 1
a. sin = ⇒ y=4 sin =4 √ 2 =2 √2
4 4 4 2 ( )
π x π 1
cos = ⇒ x=4 cos =4 √ 2 =2 √ 2
4 4 4 2 ( )
( π4 ) adalah A( 2 √ 2, 2 √2 ).
Jadi koordinat kartesius dari A 4 ,
5π 1
b. y=(−2)cos
6 ()
=(−2 )
2
=−1
5π −1
x=(−2) cos
6
= (−2 ) (2
√ 3 =√3 )
5π
(
Jadi koordinat kartesius dari B −2 ,
6 )
adalah B( √ 3 ,−1 )
A. PERSAMAAN LINIER
Relasi antara waktu dan volum air yang berbentuk garis lurus
dapat diformulasikan
B. PERTIDAKSAMAAN LINIER
y= x - 2
(A)
0
2 x
(B)
-2
1. ax +by <c
2. ax +by ≤ c
3. ax +by >c
4. ax +by ≥ c
Dimana a, b, dan c adalah bilangan real, dan a dan b tidak keduanya nol.