Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH GEOMETRI

SISTEM KOORDINAT

DI SUSUN OLEH :

Niko Rodo Torang Sijabat

DOSEN PENGAJAR :

Ir.Rosalia H Subrata

PRODI TEKNIK ELEKTRO TELEKOMUNIKASI


FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2017
SISTEM KOORDINAT

Sistem koordinat adalah suatu metode untuk menentukan letak suatu titik
dalam grafik. Sistem ini adalah sebuah sistem untuk memberi jujukan terhingga
kepada setiap titik dalam ruang n-dimensi. Konsep dasar dari ide Des Cartes ini
adalah menentukan posisi suatu titik pada bidang datar. Posisi titik pada suatu
bidang datar ditentukan oleh arah vertical dan horizontal dengan titik pusatnya
adalah O yang disebut titik asal sebagai petunjuk arah horizontal digunakan
sumbu x dengan x positif untuk arah ke kanan dan x negative kea rah kiri.
Sedangkan arah vertical digunakan sumbu y dengan y positif untuk ke arah atas
dan y negative untuk arah ke bawah.

Posisi setiap titik ditandai dengan pasangan dua bilangan yang merupakan
pasangan posisi x dan y yaitu ( x , y ) dan disebut system koordinat.

1. SISTEM BILANGAN REAL DAN SISTEM KOORDINAT KARTESIUS


(RECTANGULAR COORDINATE SISTEM)
A. SISTEM BILANGAN REAL
Bialangan asli, bilangan cacah, bilangan bulat dan bilangan
rasional merupakan cakupan dalam bilangan real. Bilangan yang pertama
kali digunakan oleh manusia adalah bilangan asli. Bilangan asli digunakan
untuk menunjukkan banyaknya benda yang dimiliki manusia. Himpunan
bilangan asli adalah { 1,2,3,4 , … … … }. Dalam bahasa inggris dikenal
dengan Naturals Number.
Sejalan dengan permasalahan yang dihadapi manusia, timbulah
permasalahan mengenai bagaimana menyatakan jumlah yang tidak ada
atau kosong dalam bilangan. Bilangan yang digunakan untuk menyatakan
kosong adalah bilangan nol. Himpunan bilangan asli telah berkembang
menjadi himpunan bilangan cacah dengan termuatnya bilangan nol ke
dalam bilangan asli. Himpunan bilangan cacah adalah { 0,1,2,3,4 , … … … }.
Maka dapat dikatakan himpunan bilangan asli adalah himpunan bagian
dari himpunan bilangan cacah ( A ⊆ C). Dalam bahasa inggris dikenal
dengan Whole Numbers dan dilambangkan dengan huruf W, sehinggan
dapat ditulis N ⊆W .
Kemudian manusia mendapat permasalahn dalam menentukan
berkurangnya suatu benda dalam bilangan, maka ditambahkan bilangan
negative dalam himpunan bilangan cacah sehingga muncullah bilangan
bulat. Himpunan bilangan bulat adalah { … … .−3 ,−2 ,−1,0,1,2,3 , … … .. },
dan himpunan bilangan cacah adalah himpunan bagian dari bilangan bulat
( C ⊆ B ). Dalam bahasa inggris dilambangkan dengan huruf J dan dikenal
dengan Integers, maka dapat pula ditulis W ⊆ J .
Kemampuan manusia dalam menyelesaikan masalah sehari-hari
secara bertahap semakin memperkaya system bilangan. Permasalahan
yang muncul kemudian adalah mengenai bagaimana menyatakan sebagian
dari keseluruhan bilangan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, himpunan
bilangan bulat telah berkembang menjadi himpunan bilangan rasional yang
didalamnya termuat bilangan pecahan. Dalam bahasa inggris himpunan ini
dikenal dengan Rational Numbers dan dilambangkan dengan huruf Q.

Himpunan bilangan rasional adalah {ba ∨a , b ϵ B ,b ≠ 0}. Penyebut dari


bilangan rasional tidak boleh sama dengan 0, karena setiap bilangan jika

5
dibagi oleh nol misalnya tidak memberikan arti.
0
5
Perhatikan: misalnya =c sehingga 5=c × 0
0
Terlihat bahwa tidak ada nilai c yang jika dikalikan dengna nol
akan menghasilkan 5. Hal ini dikarenakan setiap bilangan real jika
dikalikan dengan nol hasilnya adalah nol dan tidak pernah 5. Jadi
berapapun bilangan yang menggantikan c jika dikalikan nol hasilnya nol
dan tidak pernah 5.
a 0
Perhatikan: misalnya =c , untuk a=0 dan b=0 sehingga =c
b 0
a
Bentuk =c dapat diubah bentuknya menjadi a=bc. Kita ganti c
b
dengan suatu bilangan real.
0
Contoh: =5 dapat diubah menjadi 0=5 ×0 dan hasilnya benar
0
0=0.
0
=−7 dapat diubah menjadi 0=(−7)×0 dan hasilnya benar 0=0.
0
0
Jadi jika =c , maka berapapun bilangan real yang menggantikan c
0

0
akan memberikan hasil yang selalu benar, yaitu 0. Dengan demikian
0
nilainya tidak pasti.
Himpunan bilangan bulat adalah himpunan bagian dari himpunan
bilangan rasional J ⊆Q, karena bilangan bulat dapat dinyatakan ke dalam

4 8
bentuk bilangan rasional, misalnya 4= atau 4= dan seterusnya.
1 2
Himpunan pecahan decimal terbatas, juga himpunan bagian dari
himpuna bilangan rasional karena pecahan decimal terbatas dapat
dinyatakan dalam bentuk bilangan rasional, misalnya

124 1240
1,24= atau 1,24= dan seterusnya.
100 1000
Himpunan pecah decimal berulang tak terbatas juga merupakan
himpunan bagian dari himpunan bilangna rasional karena pecahan ini
dapat juga dinyatakan dalam betnuk bilangan rasional, misalnya

2
0,66666666 … …= .
3
Himpuna bilangan campuran, yaitu campuran antara bilangan bulat
dan pecahan juga merupakan himpunan bagian dari himpunan bilangan
rasional, karena bilangan campuran dapat dinyatakan dalam bentuk
1 −7
bilangan rasional, misalnya −2 = , selain itu √ 9juga merupakan
3 3
bilangan rasional karena √ 9=3.
Setelah himpunan bilangan rasional terbentuk, muncul
permasalahan baru yang tidak dapat diakomodasikan olah himpunan
bilangan rasional. Sebagai contoh sebuah tangga disandarkan pada dinding
yang tingginya 4 meter, jarak kaki tangga dengan dinding rumah adalah 2
meter, berapakh panjang tangga? Dengan rumus phytagoras diperoleh
bilangan yang menyatakan panjang tangga yakni 2 √ 5 meter yang
diperoleh dari
√ 4 2+ 22=√ 16+4= √20=√ 4+ √5=2 √5
Himpunan bilangan bentuk ini disebut himpunan bilangan
irrasional.
Pecahan decimal yang tidak berulang dan tidak terbatas juga
merupakan bilangan irrasional.
Gabungan himpunan bilangan rasional dan himpunan bilangan
irrasional disebut himpunan bilangan real, yang dilambangkan dengan R.
himpunan bilangan irrasional dilambangkan dengan H, yaitu
H= { x ∨x ϵ R , x ∉Q }.

Hubungan himpunan-himpunan bilangan diatas adalah sebagai


berikut!
R = bilangan N ⊆W ⊆J ⊆Q ⊆ R⊆ H ⊆ R
real

H = bilangan
Q = bilangan rasional irrasional

J = bilangan bulat

W = bilangan cacah

N = bilangan
asli

B. SISTEM KOORDINAT KARTESIUS

System koordinat kartesius dua dimensi merupakan system


koordinat yang terdiri dari dua salib sumbu yang saling tegak lurus,
biasanya sumbu x dan y, seperti digambarkan di bawah ini:

B(3,4)

dilihat dari gambar di atas, koordinat titik B mempunyai jarak pada


sumbu x yang disebut absis sebesar 3 dan mempunyai jarak pada sumbu y
yang disebut ordinat sebesar 4. Sedangkan d merupakan jarak dari pusat
sumbu koordinat (0) ke titik B. nilai d dihitung dengan persamaan:
d= √ x 2 + y 2

Jika d jarak antara dua titik, secara umum d dapat dihitung


menggunakan persamaan berikut:

2 2

d= ( x b −x a ) + ( y b− y a )

Dimana a dan b menunjukkan nama titik.

Istilah kartesius digunakan untuk mengenang ahli matematika


sekaligus filsuf dari Perancis Descartes, yang perannya besar dalam
menggabungkan aljabar dan geometri (cartesius adalah latinisasi untuk
Descrates). Hasil kerjanya sangat berpengaruh dalam perkembangan
geometri, analitik, kalkulus dan kartografi.

Dalam matematika, sistem koordinat kartesius digunakan untuk


menetapkan tiap titik dalam bidang dengan menggunakan dua bilangan
yang biasa disebut koordinat x dan koordinat y dari suatu titik tersebut.

Untuk mendefinisikan koordinat diperlukan dua garis berarah yang


tegak lurus satu sama lain (sumbu x dan sumbu y), dan panjang unit, yang
dibuat tanda-tanda pada kedua sumbu tersebut.

Sistem koordinat kartesius dapat pula digunakan pada dimensi-


dimensi yang lebih tinggi, seperti tiga dimensi, dengan menggunakan tiga
sumbu (sumbu x, y dan z).

Dengan menggunakan sistem koordinat kartesius, bentuk-bentuk


geometri seperti kurva dapat diekspresikan dengan persamaan aljabar.
Sebagai contoh, lingkaran yang berjari-jari 2 dapat diekspresikan dengan
persamaan x 2+ y 2=4 .
Sistem koordinat kartesius pada bidang dua dimensi dibentuk oleh
dua garis bilangan real yaitu garis vertical dan garis horizontal yang saling
berpotongan tegak lurus dititik nol dari setiap garis tersebut. Titik potong
(titik nol) tersebut disebut titik asal (origin). Dua garis yang saling
berpotongan tegak lurus disebut sumbu koordinat atau secara lebih
sederhana disebut sumbu. Sumbu yang horizontal biasa dinamakn sumbu x
dan yang vertical dinamakn sumbu y.

Sumbu x dan sumbu y membagi bidang koordinat menjadi empat


wilayah yang disebut kuadran (quadrants). Sehingga bidang koordinat
terbagi menjadi empat kuadran. Penomoran kuadran diurut menurut arah
yang berlawanan dengan arah jarum jam.

Titik asal
Kuadran I Kuadran II

Sumbu vertikal
0

Kuadran III Kuadran IV


Sumbu horizontal

Pada sumbu x, dari titik asal ke kanan adalah tempat kedudukan


titik-titik bilangan real positif yang selanjutnya disebut sumbu x positif,
sedangkan dari titik asal ke kiri adalah tempat kedudukan titik-titik
bilangan real negative yang selanjutnya disebut sumbu x negative.

Kuadran I dibatasi oleh sumbu x positif dan sumbu y positif.

Kuadran II dibatasi olah sumbu x negative dan sumbu y positif.


Kuadran III dibatasi oleh sumbu x negative dan sumbu y negative.

kuadran IV dibatasi oleh sumbu x positif dan sumbu y negative.

Setiap titik pada bidang koordinat posisinya dapat dinyatakan oleh


sepasang bilangan yang disebut pasangan terurut (ordered pair). Bilangan
pertama dari pasangan terurut merupakan ukuran jarak horizontal titik
pasangan terurut sumbu tersebut terhadap sumbu y dan selanjutnya disebut
absis (abscissa). Bilangan kedua dari pasangan terurut merupakan ukuran
jarak vertical titik pasangan terurut tersebut terhadap sumbu x dan
selanjutnya disebtu ordinat (ordinate). Bilangan-bilangan dalam pasangan
terurut yang berhubungan dengan titik pada bidang koordinat disebut
koordinat (coordinates) dari titik.

P(2,3)

Gambar dari pasangan terurut adalah titik pada bidang koordinat.


Gambar dari titik (2,3) terlihat pada gambar, diberi nama titik P.

Urutan penulisan bilangan dalam pasangan terurut sangatlah


penting, kareni ini akan menunjukkan posisi titik tersebut pada bidang
koordinat. Bilangan 2 pada titik P(2,3) menunjukkan jarak sepanjang 2
satuan dari titik P ke sumbu y (absisnya 2) dan bilangan 3 menunjukkan
jarak sepanjang 3 satuan dari titik P ke sumbu x (ordinatnya 3).

C. RUMUS JARAK (DISTANCE)

Ketika dua titik dihubungkan dengan garis lurus, bagian garis


antara dua titik disebut ruas garis (a line segment). Panjang ruas garis
tersebut menunjukkan jarak antara dua titik di kedua ujung ruas garis
tersebut. Teorema Phytagoras dapat digunakan untuk menetukan panjang
ruas garis yang tidak sejajar dengan sumbu koordinat.

Contoh; tentukan jarak antara titik A(2,3) dan B(5,5)!

Penyelesaian:

8
7
6 B (5,5)
5
1

4
3
C(5,3)
2 A(2,3)
1

1 2 3 4 5 6 7 8

pertama gambarlah garis horizontal melalui A(2,3) dan garis vertical


B(5,5). Kedua garis tersebtu berpotongan di C(5,3), hingga terbentuk
segitiga siku-siku ABC.
Dari gambar diketahui panjang ruas garis:

´
AC=5−2 ´
BC=5−3=3 ¿2

Berdasarkan teorema phytagoras:

2 2 2
´ ) =( AC
( AB ´ ) ¿ 32 +22¿ 9+ 4¿ 13 AB=
´ ) + ( CB ´ √ 13

Dengan memisalkan titik P1 ( x1 , y 1 ) dan P2 ( x2 , y 2 ), kita dapat


menentukan rumus jarak antara dua titik secara umum. Kita akan mencari
jarak antara dua titik P1 ( x1 , y 1 ) dan P2 ( x2 , y 2 ) yaitu yang diwakili oleh ruas

garis P1´P2 .

Gambarlah garis horizontal melalui P1 dan garis vertical melalui P2


sehingga berpotongan di titik C seperti pada gambar 7.12. segitiga yang
dibentuk oleh titik-titik P1, P2 dan C adalah segitiga siku-siku dengan
P1´P2 sebagai sisi miring (hypotenuse). Titik-titik P1, P2 dan C disebut
sudut-sudut (vertices) segitiga.

P2 ( x2 , y 2 )

d y2 − y1
y2
P1 ( x1 , y 1 )
C
x1
x 2−x 1 y1
x2

Kita menggunakan teorema phytagoras untuk memperoleh jarak


d= P 1´P2.
( d )2=( x 2−x 1 )2 + ( y 2− y1 ) 2√ d 2= ( x 2−x 1 )2+ ( y 2− y 1 )2

2 2
d 2= ( x 2−x 1 ) + ( y 2− y 1 )

P2
d y 2−¿ y ¿
1

P1

Jarak P1´P2 antara xdua


2−¿ x ¿titik P1 ( x1 , y 1 ) dan P2 ( x2 , y 2 ), yaitu:
1

2 2

P1´P2 = ( x2 −x1 ) + ( y 2 − y 1)

Rumus jarak tersebut berlaku untuk setiap P1 dan P2 dimana pun


letaknya pada bidang kartesius. Jarak antara dua titik selalu bernilai positif,
karena akar kuadrat selalu bernilai positif.

D. PERSAMAAN LINGKARAN

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik (x,y) pada bidang


yang berjarak sama terhadap satu titik tetap yang disebut pusat lingkaran,
jarak titik-titik (x,y) terhadap titik pusat disebut jari-jari (radius) dan
dilambangkan r. jika titik pusat lingkaran P(a,b) dan jarak titik Q(x,y)
terhadap titik pusat P berjarak r, maka dengan rumus jarak kita akan
memperoleh hubungan antara titik Q(x,y), P(a,b) dan r seperti pada
ilustrasi berikut.

Q (x,y)
r
f C
P (a,b)
0 x
Perhatikan segitiga berikut yang merupakan duplikat segitiga pada
lingkaran di atas.

Hubungan antara titik Q(x,y), P(a,b) dan r dapat ditunjukkan


dengan menerapkan teorema pythagoras pada segitiga berikut.

Q (x,y)

r (x-a)
f

P (a,b) C
(y-b)

2 2 2
r = ( x −a ) + ( y−b ) r =√( x−a )2 + ( y−b )2

Hubungan antara titik Q(x,y), P(a,b) dan r yang ditunjukkan oleh:


r 2= ( x −a )2 + ( y−b )2 merupakan persamaan lingkaran yang bertitik pusat di
P(a,b) dan melalui titik Q(x,y) dengan jarak antara titik P dan Q disebut

jari-jari r dan rumus jari-jarinya adalah: r =√( x−a )2 + ( y−b )2

Contoh:

Tentukan persamaan lingkaran yang berpusat di titik P(2,3) dan


melalui titik A(4,5)!
Penyelesaian: Jari-jari lingkaran adalah

2 2
r =√ ( 4−2 ) + ( 5−2 )

2 2
r =√( 2 ) + ( 2 )

r =√ 8

A (4,5)
r
f C
P (2,3)

Persamaan ligkaran tersebut yang dimaksud adalah:

2 2 2
r = ( x −a ) + ( y−b )

2
( √ 8 ) = ( x −2 )2+ ( y−3 )2

2 2
8=( x−2 ) + ( y−3 )

Persamaan lingkaran 8=( x−2 )2 + ( y−3 )2 juga merupakan tempat


kedudukan titik-titik berjarak √ 8 satuan dari titik pusat P(2,3).

E. SISTEM KOORDINAT KUTUB (POLAR KOORDINATE SISTEM)

Dalam system koordinat kartesius, tempat kedudukan titik pada


bidang ditunjukkan oleh pasangan terurut bilangan real (x,y). makna ini
berlaku jug sebaliknya yaitu terurut bilangan rasional (x,y) menunjukkan
posisi suatu titik pada bidang koordinat. Selain koordinat kartesius, untuk
menunjukkan posisi suatu titik pada bidang dalam system koordinat dapat
juga digunakan koordinat kutub atau koordinat polar. Dalam system
koordinat kutub, letak suatu titik pada bidang ditandai dengan jarak dan
sudut.

O P

Jika O merupakan titik pusat koordinat dengan garis OX


merupakan sumbu axis polar, maka titik P dapat ditentukan koordinatnya
dalam system koordinat polar berdasarkan sudut vektor (θ) dan radius
vektor (r) atau garis OP yaitu P (r,θ). Sudut vektor (θ) bernilai positif jika
mempunyai arah brlawanan dengan arah putaran jarum jam, sedangkan
bernilai negative jika searah dengan putaran jarum jam.

Untuk mengambarkan koordinat polar pada bidang (seperti pada


gambar di bawah), kita mulai dengan menetapkan satu titik tetap O dan
titik tetap ini disebut titik asal (origin) atau kutub (pole). Dari titik asal,
kita tarik garis dan garis ini disebut sumbu kutub. Sumbu kutub selalu
horizontal dan ke arah kanan, pleh karena itu sumbu kutub dapat
disamakan dengan sumbu x pada system koordinat kartesius.

P (r,θ )

r
O θ

Titik P adalah titik sembarang pada bidang (lihat gambar kedua).


Dalam system koordinat kutub titik P terletak pada jarak r satuan dari titik
OP membentuk sudut θ terhadap sumbu kutub.
asal/kutub, sinar garis ⃗
Sinar garis O
⃗ P dibuat dengan menarik garis dari kutub hingga titik P
seperti pada gambar kedua. Letak titik pada bidang koordinat kutb dapat
diketahui jika nilai jarak r dan sudut θ diketahui dan letak titik tersebut
ditandai dengan (r,θ).

Sudut θ diukur dari sumbu kutub ke sinar garis ⃗


OP, dennZgan
ketentuan bahwa θ bernilai positif jika arah pengukuran sudut berlawanan
dengan arah pergerakan jarum jam dan θ bernilai arah jika arah
pengukuran sudut searah dengan arah jarum jam seperti pada contoh
(gambar) dengan (gambar). Satuan θ dapat berupa derajat (°) atau π

2 2
dengan ketentuan 11 π =180 °, sehingga π= ( 180 ° )=120 ° dan
3 3
seterusnya.

Contoh:

Gambarkan koordinat kutub:

a. P(r, 40°)

b. P(r, -40°)

c. P(r, -190°)

Koordinat r pada titik P(r, θ) diukur dari kutub hingga titik P. nilai
r psitif jika diukur dari kutub hingga titik yang berkoordinat (r, θ) yang
terletak pada sinar garis yang membentuk sudut θ dengan sumbu kutub.
Dengan panjang yang sama, nilai r negative jika merupakan kepanjangan
OP (dengan arah yang berlawanan arah sinar garis ⃗
dari sinar garis ⃗ OP)
yang membentuk sudut θ dengan sumbu kutub seperti pada contoh
(gambar) dengan (gambar).

Gambarlah koordinat kutub:

a. P(7, 40°)

b. P(7, 400°)

c. P(7, 760°)

Koordinat titik-titik P(7, 40°) = P(7, 400°) = P(7, 760°) terlihat


pada gambar.

Selain dengan cara di atas, menandai letak siuatu titik pada sitem
koordinat kutub (r, θ) dalam bentuk lain dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut. Misalnya pada gambarF (7.18) kita letakkan titik P' (7,
220°), yang jaraknya terhadap kutub sama dengan jarak titik P dengan
OP ' membentuk sudut 220° dengan sumbu kutub. Jika
kutub. Sinar garis ⃗
suatu titik yang jaraknya terhadap kutub sama dengan jarak titik P'
terhadap kutub yaitu 7, sedangkan letaknya berada pada kepanjangan dari
OP ' (arahnya berlawanan dengan garis ⃗
sinar garis ⃗ OP ' dan melalui kutub)
maka posisi titik tersebut sama dengan posisi titik P tapi dengan koordinat
berbeda, yaitu (-7, 220°) seperti pada gambar G (7.19) berikut.

Contoh:

Gambarkan koordinat kutub:

P (7, 220°)

P (-7, 220°)
P (-7, 580°)

P (-7, 940°)

Koordinat titik-titik P (7, 220°) = P (-7, 220°) = P (-7, 580°) = P (-


7, 940°) terlihat pada gambar G(7.19)

Penjelasan di atas menunjukkan adanya perbedaan antara system


koordinat kartesius dengan system koordinat kutub. Pada system koordinat
kutub, ada banyak pasangan terurut untuk menyatakan posisi suatu titik
pada bidang datar. Seperti pada contoh diatas letak titik P dapat dinyatakan
dengan pasangan terurut P(7, 40°), P(7, 400°), P(7, 760°), P (-7, 220°), P
(-7, 580°), P (-7, 940°) dan seterusnya.

F. HUBUNGAN KOORDINAT KUTUB DENGAN KOORDINAT


KARTESIUS

Kartesius Kedua system koordinat, yaitu koordinat kartesius dan


koordinat polar, dapat saling berhubungan secara matematis. Perhatikan
gambar berikut!

Hubungan system koordinat polar dan koordinat kartesius.


Dari gambar diatas dikatahui hubungan secara sistematis antara
koordinat kartesius dan polar,

x=r . cos θ dan y=r . sin θ

r =√ x 2 + y 2 danθ=tg−1 ( xy )

Jika sumbu-sumbu pada system koordinat kutub dan system


koordinat kartesius dihimpitkan hingga saling menutupi, maka letak suatu
titik pada system koordinat kutub yang ditandai dengan pasangan terurut
(r, θ) dan titik pada system koordinat kartesius yng ditandai dengan
pasangan beruru (x,y) dapat dihubungkan oleh persamaan berikut.

Pada segitiga OPR dengan rumus Pythagoras terdapat hubungan:

y x dan
sin θ= ⇒ y=r sin θcos θ= ⇒ x=r cos θr 2=x 2 + y 2
r r

y
tanθ=
x

Gambar H(7.20)

Hubungan koordinat kutub dan koordinat kartesius tersebut di atas


berlaku pada seluruh kuadran pada bidang kartesius. Penentuan besarnya
pada sudut θ pada setiap kuadran dapat menggunakan sifat fungsi tangen
di setiap kuadran, yaitu:
Pada kuadran I, nilai x positif dan nilai y positif sehingga

y +¿
tanθ= ¿ nilai tanθ positif
x+¿ ⇒ ¿

Pada kuadran II, nilai x negative dan y positif sehingga

y +¿
tanθ= ¿ nilai tanθ negative
x−¿ ⇒ ¿

Pada kuadran III, nilai x negative dan nilai y negative sehingga

y−¿
tanθ= ¿ nilai tanθ positif
x−¿ ⇒ ¿

Kuadran IV, nilai x positif dan nilai y negative sehingga

y −¿
tanθ= ¿ nilai tanθ negative
x+¿ ⇒ ¿

Selanjutnya coba perhatikan gambar I(7.21)

Untuk mempermudah penyelesaian soal, berikut ini nilai-nilai


sudut istimewa dari sin θ, cos θ dan tanθ pada setiap kuadran.

Sinus θ (sin θ)

Kuadra Kuadra Kuadara Kuadran


nI n II n III IV
1 1 −1 −1
sin 30 °= sin 150 °= sin 210 °= sin 330 °=
2 2 2 2
1 1 −1 −1
sin 45 °= √ 2 sin 135 °= √ 2 sin 225 °= √2 sin 315 °= √2
2 2 2 2
1 1 −1 −1
sin 60 °= √ 3 sin 120 °= √ 3 sin 240 °= √3 sin 300 °= √3
2 2 2 2
sin 90 °=1 sin 180 °=0 sin 270 °=−1 sin 360 °=0

Cosinus θ (cos θ)
Kuadra Kuadran Kuadara Kuadra
nI II n III n IV
1 −1 −1 1
cos 30 °= √ 3 cos 150 °= √3 cos 210 °= √3 cos 330 °= √3
2 2 2 2
1 −1 −1 1
cos 45 °= √ 2 cos 135 °= √2 cos 225 °= √2 cos 315 °= √ 2
2 2 2 2
1 −1 −1 1
cos 60 °= cos 120 °= cos 240 °= cos 300 °=
2 2 2 2
cos 90° =0 cos 180 °=−1 cos 270 °=0 cos 360 °=1

Tangen θ(tan θ)

Kuadran I K Kuadaran III K


uadran II uadran
IV
1 −1 1 −1
tan30 °= √3 tan150 °= tan210
√ 3 °= √3 tan330 °= √3
3 3 3 3
tan 45 °=1 tan135 °=−1
tan225 °=1 tan315 °=−1
tan60 °= √ 3 tan120 °=−tan240
√ 3 °= √3 tan300 °=−√3
tan 90° =tidak didefinisikan
tan180 °=0tan270 °=tidak didefinisikan
tan360 °=¿

Contoh 7.12:

Ubahlah koordinat kutub berikut menjadi koordinat kartesius:

a. A 4, ( π4 )( π4 = 14 ( 180 ° ))
5π 5π
b. (
B −2 ,
6 )
(sila h kan coba meruba h
6
kedalam bentuk derajat )

Jawab: gunakan rumus

y x
sin θ= ⇒ y=r sin θcos θ= ⇒ x=r cos θ
r r

π y π 1
a. sin = ⇒ y=4 sin =4 √ 2 =2 √2
4 4 4 2 ( )
π x π 1
cos = ⇒ x=4 cos =4 √ 2 =2 √ 2
4 4 4 2 ( )
( π4 ) adalah A( 2 √ 2, 2 √2 ).
Jadi koordinat kartesius dari A 4 ,

5π 1
b. y=(−2)cos
6 ()
=(−2 )
2
=−1

5π −1
x=(−2) cos
6
= (−2 ) (2
√ 3 =√3 )

(
Jadi koordinat kartesius dari B −2 ,
6 )
adalah B( √ 3 ,−1 )

2. PERSAMAAN DAN TIDAK PERSAMAAN LINIER

A. PERSAMAAN LINIER

Ilustrasi persamaan linier (gambar)

Penuangan air dalam tangki pada gambar 2 di samping terlihat


adanya relasi antara waktu (menit) dan volum air (liter). Relasi yang
terjadi membentuk satu garis lurus yang kemiringannya menunjukkan
kecepatan dari aliran air 10 liter/menit.

Kita dapat memformulasikan relasi antara waktu dan volum air


dalam peristiwa penuangan air ke dalam tangki di atas yaitu:

Waktu Volum Relasi


(menit) (liter)
0 31 31=0+31→ 31=10 ( 0 ) +31
1 41 41=10+31 → 41=10 ( 1 )+ 31
2 51 51=20+ 31→ 51=10 ( 2 ) +31
3 61 61=30+ 31→ 61=10 ( 3 ) +31
4 71 71=40+31 →71=10 ( 4 ) +31
5 81 81=50+ 31→ 81=10 ( 5 ) +31
dan dan dan seterusnya
seterusnya seterusnya
X f(x) f ( x )=10 x +31

Relasi antara waktu dan volum air yang berbentuk garis lurus
dapat diformulasikan

B. PERTIDAKSAMAAN LINIER

Gambar 7.39 menggambarkan garis y=x −2. Gambar garis


memuat semua titik koordinat yang merupakan penyelesaian dari
persamaan garis.

y= x - 2

(A)

0
2 x

(B)
-2

Terlihat bahwa garis y=x −2 membagi bidang dari system


koordinat dalam dua wilayah. Wilayah A digambarkan sebagai
setengah bidang di atas garis y=x −2 dan wilayah B digambarkan
sebagai setangah bidang di bawah garis y=x −2. Garis y=x −2
adalah pembatas yang memisahkan setengah bidang wilayah A dan
B.

Secara umum, gambar garis ax +by=c membagi bidang


system koordinat dalam dua bagian. Jika garis tidak vertical, maka
setengah bidang akan berada di atas garis, dan setengahnya lagi
akan berada di bawah garis. Sedangkan pada kasus garis yang
vertical, setengah bidang berada di kiri dan setengah bidang ada di
sebelah kanan. Berikut ini bentuk-bentuk pertidaksamaan linear.

Pertidaksamaan linear dalam x dan y dapat ditulis dalam


salah satu bentuk-bentuk berikut:

1. ax +by <c

2. ax +by ≤ c

3. ax +by >c

4. ax +by ≥ c

Dimana a, b, dan c adalah bilangan real, dan a dan b tidak keduanya nol.

Anda mungkin juga menyukai