Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis untuk melakukan
dengan penelitian saat ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang diamil dari
skripsi maupun jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
14
tertentu. Budaya dilestarikan
Kerapan Sapi sebagai dan informan
modal sosial masyarakat yang diteliti
Madura dapat terbentuk sama-sama
melalui 3 aspek penting, pemilik sapi,
yaitu pertama, aspek masyarakat
penyelenggaraannya yang paham
yang terbagi atas tiga tentang asal
tahapan yaitu persiapan, usul tradisi
pelaksanaan, dan setelah kerapan sapi
pelaksanaan. Kedua, dan para joki
aspek pihak yang terlibat kerapan sapi.
yang meliputi: pemilik
sapi kerapan, joki,
pengibar bendera besar,
dan Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
Kabupaten Bangkalan.
15
Sapi ini membutuhkan membeli
pengetahuan dan laporan sepasang sapi
akuntansi untuk agenda- kerap dan dana
agenda selanjutnya. yang
Penelitian ini dikeluarkan
menggunakan untuk merawat
pendekatan etnografi. sepasang sapi
Data diperoleh dari tersebut. Tapi
informan yang jika di
merupakan penduduk penelitian saat
asli dari tanah Madura, ini lebih fokus
melalui wawancara ke acara
mendalam, dokumentasi kerapan sapi
dan pengamatan dan keterlibatan
langsung. tokang taro
dalam kerapan
sapi.
16
pemerintah untuk langsung
mengubah pelaksanaan tokang taro
karapan sapi, tanpa dalam tradisi
kekerasan. kerapan sapi.
17
kehilangan penonton dan
tanpa penonton
pemerinah tidak
memperoleh dana dari
pajak tontonan.
Dari beberapa penelitian terdahulu diatas maka akan dapat dikaitkan dengan
penelitian saat ini sebagai referensi bagi peneliti sehingga dapat mempermudah
tradisi menjadi judi dalam aduan sapi sebenarnya lebih banyak dipengaruhi
18
dan suka bersaing. Predikat agamis yang melekat pada identitas etnik orang
dalam aduan sapi. Terjadi hubungan saling tergantung antara aduan sapi,
sapi tanpa judi akan kehilangan penonton dan tanpa penonton pemerintah
Secara faktual aduan sapi tidak dapat dipisahkan dengan judi. Setiap
bertarung, suasana di sekeliling arena yang tertutup oleh atap sangat ramai
suara orang saling berteriak mencari lawan taruhan, persis separti suasana
orang adalah petaruh, dan beberapa di antaranya wanita. Mengadu sapi pada
dasarnya sama halnya dengan mengadu gengsi. Gengsi dan judi telah
taroan, ta’ lake, yang artinya merasa malu jika tidak bertaruh, tidak laki-
kontradiktif dengan identitas etnik Madura yang agamis, Islami, dan taat
Untuk sapi-sapi favorit (kelas), sudah dikenal oleh para penonton sehingga
mereka tidak asing lagi dan tentunya taruhannya lebih besar karena
19
pertarungannya juga lebih seru. Namun untuk sapi-sapi kelas pemula yang
warna kulit, dan jenis sapi. (Bambang Samsu Badriyanto 2012 : 118-199).
temurun dari nenek moyang (Kamus besar Bahasa Indonesia, 1984 ; 1088).
berlaku bagi suatu masyarakat tertentu yang hanya dapat dipahami secara
tepat apabila dpautkan dalam konteks yang wajar dan sesuai. Ini berarti
suatu interpretasi yang berbeda dari setiap orang bahkan kelompok. Setiap
kebiasaan yang dapat kita amati, kita dapat menemukan sejumlah perbuatan
yang dapat dikategorikan sebagai tradisi. Kalau kita lihat tradisi yang
dimiliki oleh suatu masyarakat dengan mudah kita dapat membedakan jenis
tradisi menurut kriteria tertentu, dan dapat kita lihat macam-macam tradisi
seperti yang dikutip dalam buku ilmu sosial dan budaya dasar oleh M. Elly
20
Setiadi, menurut E. B. Tylor sebuah tradisi memiliki beberapa macam
adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang di dapat oleh
saat pada saat yang dianggap keramat atau bersejarah oleh masyarakat yang
Jadi tradisi karapan sapi adalah acara khas masyarakat Madura yang
di gelar setiap tahun pada bulan Agustus atau September, dan akan di
lombakan lagi pada final di akhir bulan September atau Oktober. Bagi
masyarakat Madura, karapan sapi bukan sekadar sebuah pesta rakyat yang
perayaannya digelar setiap tahun. Karapan sapi juga bukan hanya sebuah
Seperti yang kita ketatahui Karapan sapi adalah ikon Madura, Tidak
sebutan untuk permainan adu lari sapi (dalam bahasa Madura di tulis
21
sepasang sapi dengan sapi yang lain, yang di pertautkan keduanya dengan
Piala Presiden. Puncak lomba karapan sapi digelar pada bulan Agustus,
lugas dan pekerja keras. Berbagai tipikal tersebut, bisa dicerminkan dengan
simbol-simbol yang ada dalam tradisi karapan sapi. Sebagai tradisi turun-
temurun, karapan sapi sangat kental dengan nuansa persaingan, kerja keras,
22
pada abad ke 15, raja yang dikenal arif dan bijaksana memikirkan cara agar
pada masa itu masih sederhana, yakni masih menggunakan batu untuk
yang ditarik oleh dua ekor sapi. Atas keberhasilan tersebut, Pangeran
kecepatan dua ekor sapi sambil membawa bajak yang biasa digunakan
saat sapi berlari, bajak kemudian diubah menjadi kaleles. Yakni, bentuk
bajak yang sudah di modifikasi sehingga tidak menyulitkan sapi saat beradu
kecepatan.
Kerabhan sape atau karapan sapi adalah satu istilah dalam bahasa
Ada dua versi mengenai asal usul nama karapan. Versi pertama mengatakan
bahwa istilah “karapan” berasal dari kata “kerrap” atau“kirap” yang artinya
Lambat laun, karapan sapi bukan sekedar pesta petani usai panen raya, tetapi
sebagai bentuk ungkapan rasa senang para petani setelah panen, berubah
23
bagi yang kalah dalam lomba mereka tidak bisa meraih simbol tersebut.
dan kekuasaan.
sapi. Tak jarang, dalam karapan sapi terdapat adegan kekerasan yang terjadi
dan karapan sapi sebagai satu kesatuan simbolik yang sulit dipisahkan
stereotype baru bahwa orang Madura adalah orang yang suka dengan
dokumentasi berupa kekerasan yang dialami sapi dalam lomba karapan sapi.
2015 : 115)
24
lain, karena penontonnya bukan hanya dari pulau Madura, tetapi juga dari
Orang Madura mengenal dua jenis kerapan sapi: (1) Kerapan kene’
(karapan dalam skala kecil), dan (2) Kerapan rajâ (karapan dalam skala
setiap tahun antara bulan Agustus sampai Oktober, berdasarkan jadwal yang
telah ditentukan oleh panitia. Sapi peserta karapan harus diseleksi dari
sapi tingkat karesidenan (gubeng) dikenal sebagai karapan sapi terbesar se-
Madura dan merupakan puncak dari karapan sapi formal. Karapan sapi
citra, dan status sosial pemilik sapi yang menjadi juara. Di samping itu,
perbedaan antara kerapan sapi formal dengan karapan sapi adat atau
sapi. Perubahan makna budaya karapan sapi ini pada gilirannya turut
25
perkembangan berikutnya, karapan sapi lebih mengarah pada kompetisi,
dengan tujuan agar melahirkan dan menjaga sapi Madura yang berkualitas
dan idaman setiap peserta kerapan sapi, karena dapat menaikkan status
sosial dan gengsi si pemilik. Oleh karena itu, harga sapi yang berhasil
Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa
Timur. Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.168 km², dengan penduduk
utama menuju Madura, selain itu untuk menuju pulau ini bisa dilalui dari jalur
26
laut ataupun melalui jalur udara. Pulau Madura terdiri dari 4 Kabupaten yakni
Kabupaten Bangkalan.
kerja yang tinggi, ramah, giat bekerja dan ulet, mereka suka merantau karena
keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang perantauan asal
muslim. Suku Madura terkenal sangat taat dalam beragama Islam, seperti
halnya suku Melayu atau suku Bugis yang juga sangat menjunjung agama
27
ribuan, ratusan, dan puluhan yang tersebar di Pulau Madura. Pesantren-
rakyat kecil.
keraton dan raja memiliki gaya bahasa yang tergolong menengah tidak
halus dan tidak kasar dan pada masyarakat Sampang dan masyarakat
tetapi juga tergolong keturunan raja. Karena pulau Madura banyak dihuni
oleh para raja dan ratu, namun setiap kabupaten memiliki raja dan ratu
yang berbeda-beda.
Juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang
untuk simpanan naik haji. Selain itu orang Madura dikenal mempunyai
28
tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual Pethik
tipikal karakter, diantaranya keras, lugas dan pekerja keras. Harga diri,
lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata). Sifat yang
saja, namun kini mereka lebih arif dalam menyikapi berbagai persoalan
yang ada.
dikenal lebih halus baik dari sikap, bahasa, dan tatakrama daripada orang
Madura Timur. Hal ini, disebabkan Madura Barat lebih gersang daripada
29
2.3 Landasan Teori : Tindakan Sosial Max Weber
Tindakan sosial menurut Max Weber dalam (Ritzer, 2016) merupakan suatu
tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi
dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Suatu tindakan individu yang
diarahkan kepada benda mati tidak masuk dalam kategori tindakan sosial. Suatu
tindakan akan dikatakan sebagai tindakan sosial ketika tindakan tersebut benar-
benar diarahkan kepada orang lain.Semakin rasional suatu tindakan sosial maka
rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan
3. Tindakan afektif atau Tindakan yang dipengaruhi emosi Tipe tindakan social
30
Tindakan afektif sifatnya spontan, kurang rasional, dan merupakan ekspresi
diperoleh dari diri sendiri maupun orang lain, tanpa refleksi yang sadar atau
Keterlibatan tokang taro dalam tradisi karapan sapi jika dikaitkan dengan
teori tindakan sosial Max Weber tentang tipe Tindakan tradisional ini sangat cocok.
Dimana pada keterlibatan tokang taro dalam tradisi kerapan sapi yang fokusnya
komunikasi yang dapat diamati. Berdasarkan apa yang menjadi dasar dari
kehidupan kelompok manusia atau masyarakat, beberapa ahli dari paham Interaksi
menunjuk pada sifat khas dari interaksi antarmanusia. Artinya manusia saling
orang lain maupun dengan dirinya sendiri. Proses interaksi yang terbentuk
pandangan-pandangan.
31