Anda di halaman 1dari 36

SENI LAGA KETANGKASAN DOMBA GARUT

DALAM PERSPEKTIF STRUKTURAL FUNGSIONAL DI DESA


CIKANDANG KECAMATAN CIKAJANG KABUPATEN GARUT
The Art of the game of sheep agility Garut in a functional structural perspective in Cikandang village
Cikajang Garut

Rijki Hidayatuloh, Wawan Darmawan, Sriati Dwiatmini


rvjrizky@gmail.com
Prodi Antropologi Budaya, Fakultas Budaya dan Media
Institut Seni Budaya Indonesia
Artikel diterima: 12 November 2019 Artikel direvisi: 28 November 2019 Artikel disetujui: 29 November 2019

ABSTRAK

Seni Laga Ketangkasan Domba Garut merupakan seni tradisi kearifan lokal budaya masyarakat
Kabupaten Garut khususnya Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang Garut yang masih dipertahankan
kelestariannya sampai saat ini. Namun, di balik kelestariannya Seni Laga Ketangkasan Domba Garut tidak
luput dari pro dan kontra sebab kegiatan ini dianggap menyimpang. Dengan demikian, dari pro dan kontranya
seni tradisi ini masyarakat Garut tetap memepertahankan dan melestarikannya secara perspektif struktural dan
fungsional. Pokok masalahnya melahirkan pertanyaan penelitian tentang bagaimana struktur sosial dan fungsi
sosial yang menyebabkan Seni Laga Ketangkasan Domba Garut dapat mempertahankan keberadaannya saat
ini? Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan struktur dan fungsi masyarakat Seni Laga Ketangkasan
Domba Garut dalam mempertahankan dan melestarikannya.Untuk menjawab inti pertanyaan tersebut,
penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Pendekatan penelitian menggunakan
pendekatan sinkronik. Adapun teori yang digunakan yaitu teori struktural fungsional A.R Redcliffe Brown.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Seni Laga Ketangkasan Domba Garut merupakan seni tradisi
yang menjadi warisan budaya masyarakat yang ditunjang kelestariannya oleh struktur sosial dan fungsi sosial
masyarakat peternak Desa Cikandang Kecamatan Cikajang Garut.

Kata kunci: Seni Laga Ketangkasan Domba Garut, struktur sosial, fungsi sosial, perspektif struktural
fungsional.

ABSTRACT

Dexterity fight art of Garut’s Sheep is an ancient traditional art that born from garut city, especially
in cikandang village, cikajang district that still conserve this culture. But beyond its sustainability, Dexterity
fight art of Garut’s Sheep is not excluded from pros and cons. Because this activity is consodered as diverge.
So, from this pros and cons people of garut still preserve in structural perspective and functional. The main
problem giving us a question about how social structure and social function that caused Dexterity fight art of
Garut’s Sheep can maintain its exsistence right now? The purpose of this research is for explaining structure
and public function Dexterity fight art of Garut’s Sheep in maintain and conserve.For answer that main
question, this research using descriptive qualitative research metode. Approach of this research is using
syncronic approach. There is also theory that used such as A. R. Redcliffe Brown functional structure. A result
from this research can be concluded that Dexterity fight art of Garut’s Sheep can be a cultural heritage
supported its sustainability by social structure and public social function of people of cikandang village from
cikajang district.

Keywords: Dexterity fight art of Garut’s Sheep, social structure, social function, functional structure
perspective.

115
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 3 No. 2 Desember 2019

PENDAHULUAN Refleksi dari pro dan kontranya Seni


Kabupaten Garut merupakan sebuah Laga Ketangkasan Domba Garut akhirnya
daerah di Provinsi Jawa Barat yang berawal dipayungi Lembaga HPDKI Garut (Himpunan
dari hasil pembubaran Kabupaten Limbangan Peternak Domba Kambing Indonesia). Lem-
pada tahun 1811. (Darpan dan Budi S, 2007: baga ini merupakan organisasi sebagai himpu-
54). Sebagai bagian dari wilayah Jawa Barat, nan resmi yang bertanggung jawab seni ketang-
Kabuaten Garut memiliki potensi alam yang kasan domba garut yang diselenggarakan di
menarik. Potensi inilah yang kemudian Kabupaten Garut. HPDKI yang telah berdiri
melahirkan sebutan bagi Kabupaten Garut, sejak 1970 ini memiliki cabang di berbagai
Sebutan itu antara lain Swiss van Java” dan daerah, termasuk di Kabupaten Garut yang
“GaroetMooi” (jaman kolonial Belanda), Kota berada di bawah HPDKI Jawa Barat. Salah satu
Intan, Kota Dodol, Kota Dogar (Domba Garut). peran penting HPDKI adalah penggantian
Selain dikenal dengan keindahan alam- istilah adu domba yang berkonotasi negatif
nya yang mempesona. Kabupaten Garut juga menjadi Seni Ketangkasan Domba Garut.
mempunyai seni budaya dan kearifan lokal Pertandingan itu memang awalnya
yang sangat beragam, seperti dodol (kuliner), dinamakan adu domba dan dulu memang adu
jeruk (jenis buah-buahan), domba (hewan domba sering dilakukan sampai salah satu
peliharaan), surak ibra, pencak ular, lais, domba mati, tapi sekarang beberapa aturan
badeng, banglung, hadro, terbang sajak, diubah. Perubahan sejak tahun 1970 istilah adu
cigawiran, bangreng, pencak sialat, rudat, dan domba dianggap terlalu negatif dan berbenturan
seni laga ketangkasan domba garut (kesenian). dengan agama, setelah banyak perubahan
Menurut para pakar domba Didi aturan maka kemudian nama adu domba diganti
Atmadilaga dan Asikin Natasasmita bahwa menjadi seni ketangkasan. Kematian domba
Domba Garut atau Domba Priangan diakui karena seni ketangkasan bisa dikatakan tidak
sebagai ras domba ternak terbaik di dunia untuk ada lagi. (Bambang A.C, Warjita, 2010:21)
daerah tropis. Secara biologis domba lokal Dibalik komentar miring, bagi komu-
mempunyai sifat agresif dan berani bertarung. nitas pecinta, penikmat maupun pemilik dan
Oleh karena itulah domba garut digemari peternak yang tergabung dalam Himpunan
masyarakat dan peternak sebagai domba adu Peternak Domba dan Kambing Indonesia
dalam arena Seni Laga Ketangkasan Domba (HPDKI) memiliki argumentasi lain. Justru
(Denie Heriyadi, 2011:14). dengan pentas adu ketangkasan domba banyak
Seni Laga Ketangkasan Domba Garut manfaat diperoleh. Silaturahmi dan komunikasi
ini berawal dari suatu kegitan para abdi dalem dalam komunitas pecinta domba garut selalu
atau para ningrat yang dipelopori oleh Bupati terjalin. Komunitas ini bukan saja bergelut
Garut ke-5, R.A.A, Soeria Kartalegawa dan dalam pemeliharaan domba Garut sebagai
sahabatnya H. Soleh. Mereka adalah pemuka domba adu, tetapi turut melestarikan nilai-nilai
masyarakat di Kampung Cibuluh-Cisurupan budaya dan tradisi kesundaan.
yang mempunyai kalangenan memelihara Hal ini bisa dijumpai dari acara ketang-
domba garut. Sejak saat itulah ngadu domba kasan domba bernuansa seni dan budaya Sunda,
banyak digemari masyarakat. Kondisi ini boleh baik tutur sapa, penggunaan kostum pakaian
jadi karena ketradisian yang menyatakan bahwa dikenakan (kampret dan iket kepala), maupun
apa yang digemari abdi dalem akan menjadi ibingan pencak silat dan tembang Sunda
kesenangan juga buat masyarakat di bawahnya. mengiringi acara ini. Ajang ruang pamer domba
Penyelenggaraan seni ketangkasan ini berkualitas unggul meningkatkan harga jual
tidak luput dari pro dan kontra. Kegiatan ini domba Garut, arena ini pun memberi rejeki bagi
dianggap sebagai salah satu prilaku menyim- pedagang sekitar, tukang pijat dan cukur
pang karena tidak ada rasa prikemanusiaan domba, atau tukang rumput.
terhadap hewan, karena mengadukan hewan. Berdasarkan isu atau permasalahan
Disisi lain kegiatan Seni Laga Ketangkasan yang terjadi maka perlu dikaji dan diteliti ber-
Domba Garut ini dianggap sebagai ajang dasarkan aspek perspektif struktural fungsional
perjudian atau taruhan yang dimainkan secara yang mana secara struktural seni ini adalah adu
rapi. domba tetapi secara fungsional berbeda. Dari

116
Rijki, Wawan, Sriati – Seni Laga Ketangkasan.....

status kegiatan ngadu atau Ngaben Domba terjadi dalam Seni Laga Ketangkasan Domba
menjadi Seni Laga Ketangkasan Domba Garut. Garut, dan perspektif struktural fungsional
Dilihat dari aspek sosial budayanya, dalam Seni Laga Ketangkasan Domba Garut.
masyarakat Kabupaten Garut tidak terlepas dari Berangkat dari ketertarikan tersebut penulis
tradisi ternak domba. Domba merupakan ternak akan membahas topik “Persfektif Struktural
yang biasa dipelihara oleh masyarakat, sebagai Fungsional Seni Laga Ketangkasan Domba
tabungan atau kesenangan. Akhir-akhir ini Garut di Desa Cikandang Kecamatan Cikajang
ternak domba digalakan karena domba berfung- Kabupaten Garut.” Pengkajian difokuskan pada
si sebagai penyumbang gizi dan peningkatan pendekatan sinkronik terhadap Seni Laga
kebutuhan protein yang teratur dari hewan. Ketangkasan Domba Garut di Desa Cikadang,
Jawa Barat, ternak domba ini tidak hanya Kabupaten Garut. Suatu tradisi budaya yang
sekadar bertujuan untuk menghasilkan daging. diwariskan secara turun-temurun dan mempu-
Kenyataannya sudah merupakan salah satu nyai fungsi nilai sosial budaya dan ekonomi
ternak yang mampu memberikan kesenangan yang masih dipertahankan kelestariannya.
bagi pemiliknya, terkait dengan adanya “Seni Pengkajian ini bermaksud melihat cara
Laga Ketangkasan Domba Garut” yang biasa masyarakat Kabupaten Garut, terutama masya-
dijadikan salah satu hiburan bagi masyarakat rakat di Desa Cikandang, sehubungan dengan
Jawa Barat. upayanya memelihara dan mempertahankan
Ditilik dari segi tradisi kebudayaan tradisi seni laga ketangkasan domba Garut.
setempat menurut foklor Indonesia, ngadu Meskipun seni tradisi ini dipandang negatif
domba di Kabupaten Garut merupakan bentuk oleh sebagian masyarakat di Desa Cikandang
permainan bertanding (game) rakyat Jawa maupun di Kabupaten Garut.
Barat (Alamsyah, Priatna S, dkk 1993:1). Merujuk pada latar-belakang masalah
Permainan rakyat adalah suatu permainan yang tersebut, penulis merumuskan masalahnya yang
tumbuh dan berkembang dari masa ke masa berkaitan erat dengan struktur dan fungsinya
karena tumbuh dari suatu kebiasaan yang yang menyebabkan Seni Laga Ketangkasan
dilakukan oleh masyarakat, dalam hal ini Domba Garut tetap dapat bertahan. Dengan
masyarakat yang berada di daerah. Jenis demikian, perumusan masalahnya melahirkan
permainan ini, selain berfungsi sebagai sarana pertanyaan penelitian tentang bagaimana struk-
hiburan, pengisi waktu dari kelelahan jasamani tur sosial dan fungsi sosial yang menyebabkan
dan rohani, juga berfungsi sebagai sarana Seni Laga Ketangkasan Domba Garut dapat
sosialisasi nilai-nilai budaya masyarakat mempertahankan keberadaannya saat ini?
pendukungnya. Berdasarkan permasalahan yang telah
Seiring dengan munculnya nilai-nilai di rumuskan maka tujuan penelitian ini adalah
baru yang terjadi dalam masyarakat pendu- untuk menjelaskan struktur dan fungsi masya-
kungnya, fungsi seni permainan rakyat khas rakat Seni Laga Ketangkasan Domba Garut.
“Kota Dodol” ini mulai mengalami perubahan Berdasarkan pengungkapan permasala-
mendasar. Dari yang semula sekadar hiburan han yang tercantum dalam rumusan masalah
para peternak dan penggemar domba tangkas, dan tujuan penelitian ini ada manfaat yang bisa
kemudian menjadi ajang untuk melestarikan diambil, di antaranya:
peternak domba, meningkatkan mutu, dan me- A. Manfaat Teoritis
masyarakatkan seni kendang pencak yang biasa Secara teoretis, penelitian ini diharapkan
dimainkan pada saat domba berlaga di arena. dapat memberikan sumbangsih bagi per-
Selebihnya sebagai ajang promosi untuk kembangan dunia ilmu antropologi budaya,
meningkatkan harga jual, serta menjadi salah khususnya tentang pemahaman nilai budaya
satu suguhan atraksi budaya untuk mening- mengenai seni laga ketangkasan domba
katkan arus kunjungan wisatawan ke garut. Penelitian ini juga diharapkan seba-
Kabupaten Garut. gai referensi untuk kajian-kajian Antropo-
Mencermati aspek-aspek budaya seba- logi tentang Seni Laga Ketangkasan Domba
gaimana telah di paparkan pada latar belakang Garut di kemudian hari.
maka, penulis merasa tertarik untuk mengkaji
aspek-aspek tradisi kebudayaan, gejala yang

117
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 3 No. 2 Desember 2019

B. Manfaat Praktis antropologi: (1) Perspektif yang menekan-


Secara praktis, membuka wawasan kepada kan pada analisis masyarakat dan kebuda-
para pelaku (peternak) domba garut akan yaan; (2) perspektif yang menekankan
pentingnya pelestarian budaya Seni Ketang- faktor waktu, yang terdiri dari proses histo-
kasan Domba Garut. Upaya menghilangkan ris dari masa lampau hingga kini
citra negatif akan Seni Laga Ketangkasan (diakronik), dan masa kini (sinkronik), dan
Domba Garut dilakukan melalui pemaha- interaksi antara masa lampau dan masa kini
man nilai budaya yang diinformasikan me- (interaksionis); (3) perspektif kontelasi teo-
lalui festival budaya yang sering dilaksana- ri-teori dan berbagai kemungkinan keterkai-
kan. Dengan penelitian ini diharapkan ma- tan dan relevansi satu sama lain.”
syarakat, khususnya pelaku Seni Laga
Ketangkasan Domba Garut ini, lebih sema- Dalam pendakatan penelitian ini penulis
ngat dan jadi teladan untuk pelestarian seni memfokuskan menggunakan pendekatan sin-
budaya yang diwariskan leluhur untuk dija- kronik, pendekatan ini mempelajari masyarakat
dikan sarana edukasi (pendidikan), wisata secara lebih mendalam dan membandingkan
tradisi, dan hiburan bagi masyarakat umum. bagaimana setiap masyarakat menghadapi per-
Dengan adanya penelitian ini diharapkan soalan-persoalan seperti mengembangkan ter-
pula sebagai pengetahuan kepada generasi nak domba Garut yang sudah turun temurun
muda untuk lebih mencintai akan tradisi dengansistem kekerabatan, mempertahankan
budaya yang di wariskan oleh leluhur. seni tradisi yang dilestarikan secara besama-
sama antarkelompok peternak, dan mejalin
METODA silaturahmi dalam memelihara dan mengem-
Bentuk penelitian ini pada dasarnya bangkan ternak domba serta mengembangkan
menggunakan penelitian kualitatif. Teknik ajang pertunjukan Seni Laga Ketangkasan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Domba Garut.
deskriptif, karena masalah, teknik, dan cara Penelitian kualitatif menurut Moleong
yang akan diteliti penulis itu lebih bersifat (2001:6) adalah penelitian yang bermaksud
mendeskripsikan. Menurut Nazir (1988: 63) untuk menjelaskan gejala tentang apa yang
dalam buku Metode Penelitian Kebudayaan, dialami oleh subjek penelitian misalnya perila-
metode deskriptif merupakan suatu metode ku, presepsi, motivasi, dan tindakan, secara
dalam meneliti status sekelompok manusia, holistik dan dengan cara deskriptif dalam ben-
suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemi- tuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
kiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa khusus yang alamiah dan dengan meman-
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini faatkan berbagai metode alamiah. Penelitian ini
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, dilakukan untuk memahami dan mendiskrip-
atau lukisan secara sistematis, faktual dan sikan secara sistematis, faktual, dan akurat
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta mengenai suatu fakta, sifat serta hubungan yang
hubungan antarfenomena yang diselidiki. muncul dalam peran masyarakat Kabupaten
Dalam peta tradisi teori ilmu sosial khususnya Desa Cikandang serta masyarakat
terdapat beberapa pendekatan yang menjadi peternak di arena Seni Laga Ketangkasan
landasan pemahaman terhadap gejala sosial Domba Garut.
yang terdapat dalam masyarakat. Salah satu Penelitian yang terkait dengan Seni
pendekatan dalam perspektif antropologi dalam Ketangkasan Domba Garut memang bukan hal
memandang gejala sosial budaya. yang baru dalam khasanah antropologi budaya.
Menurut Achmad F.S dalam bukunya Penelitian yang telah membahas tentang Seni
yang berjudul Antropologi Kontempoler, Ketangkasan Domba Garut penulis jadikan
2005:23 menjelaskan bahwa: referensi dan perbandingan. Referensi dimak-
“Suatu cara pandang merupakan penekanan sud merupakan tulisan-tulisan artikel jurnal
pada aspek tertentu, dan menjadikan aspek- budaya, buku, dan skripsi yang dimuat di media
aspek lain sebagai lingkungan yang mendu- elekronik (internet) dan yang disimpan di
kungnya. Ada tiga perspektif besar dalam perpustakakaan. Tulisan yang mengkaji seni
ketangkasan domba garut diantaranya:

118
Rijki, Wawan, Sriati – Seni Laga Ketangkasan.....

Artikel jurnal Arief Yuliardi Kusnadi disebut permainan ngadu Domba, serta
(2014), dengan judul “Peran Acara Seni mengetahiui struktur acara pertunjukan Seni
Ketangkasan Domba Garut dalam Pengem- Ketangkasan Domba Garut pada tahun 1993.
bangan Bibit Domba dan Manfaat Sosial dan Buku yang di tulis oleh Bangbang Arum
Ekonomi Bagi Peternak (Kasus di Kota dan Warjita, (2010), Pamidangan Seni Ketang-
Bandung)”. Berupa tulisan Artikel Jurnal yang kasan Domba Garut. Buku ini sebagai, pengin-
dimuat di media elekronik. Artikel jurnal ini ventarisasian, pendokumentasian dan pengin-
menjelaskan lebih berfokus pada peran acara formasian pelestarian nilai-nilai budaya yang
Seni Ketangkasan Domba Garut yang mem- terkandung dalam Seni Ketangkasan Domba
punyai fungsi terhadap sosial dan ekonomi Garut di dalamnya berisi suatu tinjauan sejarah
perternak. Dalam artikel jurnal ini juga menje- dan tradisi permainan rakyat Kabupaten Garut,
lasakn peran acara Seni Ketangkasan Domba serta mejelaskan kehidupan masyarakat peter-
Garut sebagai pengembangan bibit unggul nak di Kabupaten Garut dalam mejalankan Seni
Domba Garut yang sangat memberi manfaat Ketangkasan Domba Garut. Buku ini sangat
sosial budaya dan ekonomi masyarakat. Kontri- berkontribusi sebagai referensi penulis untuk
busi artikel jurnal ini bagi penulis sangatlah mengetahui tatacara pemeliharan para peternak
membantu untuk mengetahui fungsi sosial mengembangkan domba dan menjalankan seni
budaya dalam acara Seni Ketangkasan Domba tradisinya.
Garut dan sebagai referensi untuk mengetahi Serta buku karya Denie Heriyadi,
peran masyarakat peternak dalam mengem- (2011), dengan judul Pernak-pernik dan
bangkan seni budaya melalui acara Seni Senarai Domba Garut. Buku ini menjelaskan
Ketangkasan Domba Garut. aspek mengenai pernak-pernik dan senarai
Skripsi Maya Maemunah (2018), (daftar) Domba Garut dan istilah-istilah dalam
“Tinjauan Hukum Seni Adu Domba yang Seni Ketangkasan Domba Garut serta istilah-
Terindikasi Judi di Desa Wanaraja Kabupaten istialah Domba Garut itu sendiri. Dalam buku
Garut Berdasarkan Hukum Islam”. Berupa ini menjelaskan aspek-aspek istialh estetika
skiripsi Fakultas Hukum Universitas Pasundan dalam Seni Ketangkasan Domba Garut. Buku
yang membahas tinjauan hukum dalam Seni ini sangat berkontribusi bagi penulis untuk
Ketangkasan Adu Domba, pola pokok pemba- dijadikan referensi untuk menjelasakan aspek-
hasannya yaitu berupa dasar-dasar hukum islam aspek Seni Ketangkasan Domba Garut dan
yang terjadi dalam pertandingan laga adu menjelaskan aspek-aspek istilah Domba Garut
domba, serta dalam skripsi ini membahas Dari beberapa sumber buku yang mene-
tentang bagaimana sudut pandang agama islam liti dan mengkaji Seni Ketangkasan Domba
tentang Seni Ketangkasan Domba Garut. Skrip- Garut kebanyakan fokus mereka dalam peng-
si ini berkontribusi bagi penulis sebagai refe- kajiannya yaitu dalam bentuk aspek keseja-
rensi untuk melihat pandangan hukum agama rahan dan hukum dalam Seni Laga Ketang-
islam tentang acara Seni Ketangkasan Domba kasan Domba Garut, fokus penelitian yang akan
Garut. penulis kaji dan di teliti jelas berbeda dengan
Buku yang dikeluarkan oleh Depar- penelitian dari sumber sebelumnya.Dari perbe-
temen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai daan penelitian dan pengkajiannya penulis akan
Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional yang di lebih fokus mengkaji dalam sudut pandang
tulis Alamsyah, Priatana, dkk, (1993), dengan kajian antropologi dari perspektif sinkronik
judul Permainanan Rakyat Ngadu Domba di yaitu mengkaji perspektif struktural fungsional
Kampung Cibuluh, Kecamatan Cisurupan, masyarakat dalam upaya memahami dan me-
Kabupaten Garut. Buku ini menjelaskan kajian mandang masyarakat cara melestarikan dan
sejarah dan nilai tradisi budaya permainan upaya mempertahankan seni budaya Seni Laga
rakyat Seni Ketangkasan Adu Domba Garut. Ketangkasan Domba Garut tetap berfungsi dan
Buku ini juga menjelaskan seperti apa pertun- tetap eksis dalam kelestarian budayanya di
jukan Seni Laga Ketangkasan Domba Garut. masyarakat.
Buku ini membantu untuk mengetahui sejarah Sebagai penunjang pisau bedah untuk
Seni Ketangkasan Domba Garut yang dimana melakukan penelitian penulis menggunakan
kegiatan Seni Ketangkasan Domba Garut masih landasan teori struktural fungsional. Mengutip

119
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 3 No. 2 Desember 2019

dari kerangka pikir dari ringkasan disertasi yang menyebabkan budaya semakin tumbuh
Dede Suryamah (2018) “Struktur Fungsi dan dan berfungsi menurut strukturnya.”
Makna Pertunjukan Seni Kuda Renggong di Pendapat Radcliffe-Brown sejalan
Sumedang” mengungkapkan bahwa: betul, bahwa tradisi Seni Laga Ketangkasan
“Secara antropologis fenomena budaya Domba Garut ini juga merupakan sistem
tumbuh dan berkembang melalui manusia struktur sosial budaya yang dibutuhkan oleh
yang menjadi pelakunya sebagai makhluk “kebutuhan sosial” yang bertujuan untuk men-
yang mampu mencipta, menikmati dan jadi sarana hiburan rakyat serta untuk meles-
memberi makna terhadap karya ciptanya, tarikan kebudayannya. Lebih lanjut Redcliffe-
hingga terstruktur dalam lingkungan seki- Brown memiliki berpandangan:
tarnya. Lingkungan budaya yang terstruktur “Dalam kehidupan manusia terdapat hubu-
ini diperlukan manusia menurut presepsi ngan sosial yang khusus dan membentuk
yang dilatarbelakangi oleh sistem berpikir, suatu keseluruhan yang padu seperti halnya
dinamika zaman dan konsep nilai yang struktur organisme. Karena itu dalam anali-
berbeda antara manusia satu dan lainnya.” sis fungsi, menurut Radcliffe-Brown harus
(Suryamah, 2018:8) berhubungan antara institusi sosial dan ke-
butuhan masyarakat. Istilah fungsi dalam
Dalam pemikiran tersebut sejalan struktur sosial adalah fenomena sosial yang
dengan fenomena yang terjadi dalam Seni Laga dilihat dalam masyarakat manusia bukanlah
Ketangkasan Domba Garut yang ditradisikan semata-semata keadaan individu, tetapi dili-
oleh masyarakat Garut. Masyarakat Kabupaten hat hasil struktur sosial yang manyatukan
Garut yang religius, kritis, kreatif, disertai mereka.” (Redcliffe-Brown, 1979:40-41)
semangat kegotong-royongan merupakan po-
tensi dalam pelaksanaan pembangunan yang Membaca pada konsep struktural fung-
perlu dilestarikan dan ditingkatkan ke arah sional dari Seni Laga Ketangkasan Domba
partisipasi yang positif menuju sasaran yang Garut dilihat dari struktur sosial budayanya,
sudah digariskan. Seperti halnya masyarakat yang mana struktur sosial hanya bisa dilihat dan
Garut dalam mengembangkan dan menstra- dipahami dengan mengacu pada proses in-
disikan budaya leluhur Seni Laga Ketangkasan teraksi nyata tempat individu-individu terlibat
Domba Garut ini merupakan kebutuhan sosial dan membentuk hubungan sosial atau struktur
kelompok untuk memberikan kesejahteraan sosial yang relatif langgeng.
bersama dalam bermasyarakat. Kaitan struktur dan fungsi dalam kon-
Pandangan Redcliffe-Brown struktural sep struktural fungsional diantaranya:
fungsional dari permasalahan tentang Seni A. Hubungan antara individu-individu.
Ketangkasan Domba Garut ini dilihat dari B. Hukum yang mengatur dan menata hakikat
sistem struktur sosial budayanya. Dalam buda- hubungan sosial.
ya terdapat asumsi dasar bahwa budaya bukan C. Struktur sosial terdiri atas jumlah kese-
pemuas kebutuhan individu, melainkan kebutu- luruhan individu pada masa tertentu.
han sosial kelompok. D. Pola-pola konkrit hubungan sosial di antara
Dia berpendapat bahwa analisis budaya individu-individu misalkan kekerabatan
hendaknya sampai pada makna dan fungsi dalam masyarakat (pola-pola nyata dalam
dalam kaitannya dengan kebutuhan dasar hubungan individu).
semua masyarakat yang di sebut “coaptation”. E. Analisis sinkronik yaitu pengamatan struk-
“Coaptation” adalah penyesuaian mutualistik tur sosial di satu penggalan waktu tujuannya
kepentingan para anggota masyarakat. merumuskan hukum umum sistem sosial.
(Endraswara, 2003:109). Dalam konteks ini
Redcliffe-Brown (1999: 78) berpendapat Konsep fungsi menurut Redcliffe-
bahwa: Brown yaitu upaya penetapan keseuaian antara
“Sistem budaya dapat dipandang memi- lembaga sosial dengan kebutuhan organisme
liki “kebutuhan sosial”. Kebudayaan muncul sosial. Pemfungsian yaitu mengacu pada proses
karena adanya tuntutan tertentu, baik ling- kehidupan sosial yang berlangsung guna men-
kungan maupun pendukungnya. Tuntutan itu ciptakan, dan mempertahankan struktur sosial.

120
Rijki, Wawan, Sriati – Seni Laga Ketangkasan.....

Konsep fungsi berkaitan dengan kontribusi menyelenggarakan kegiatan Seni Laga Ketang-
yang diberikan oleh suatu aktivitas parsial kasan Domba Garut yang tersebar di Desa-desa
kepada keseluruhan aktivitas yang menjadi di tiap Kecamatan Kabupaten Garut.
induk dari aktivitas parsial tersebut. Dengan demikian pisau bedah teori
Kontribusi itu tingkat kebutuhan akan struktural fungsional bisa mengungkap proses
suatu kondisi penting bagi keberadaan kese- tebentuknya struktural fungsional masyarakat
luruhan sosial yang harus dipenuhi oleh suatu peternak yang ada di Kabupaten Garut khusus-
aktivitas (sosial). Kondisi penting yang paling nya Desa Cikandang yang memelihara tradisi
penting ialah integrasi sosial. (Achmad Fedyani berternak dan mempertahankan tradisi Seni
S, 2005:172) Integrasi sosial di pandang dalam Laga Ketangkasan Domba Garut agar tetap
2 kondisi yaitu: berfungsi, dan eksis tumbuh serta lestari akan
A. Kebutuhan sistem sosial untuk membuk- keberadaanya di masyarakat.
tikan konsistensi struktur, dan yang dia Teknik dalam pengumpulan data di
maksudkan adalah penetapan hak dan antaranya:
kewajiban yang jelas atas segala sesuatu A. Studi Pustaka
dan orang-orang guna menghidari konflik. Studi pustaka adalah data pustaka yang data
B. Kebutuhan sistem sosial untuk mengung- diperoleh dari kepustakaan, bentuk pe-
kapkan kontinuitas, yang dia maksudkan ngumpulan data dari sumber-sumber tertu-
sebagai pemelihara hak dan kewajiban lis dari buku-buku, dokumen-dokumen,
antara orang-orang sehingga interaksi yang skripsi yang sangat menunjang dengan
ada bisa berlangsung secara mulus dan topik penelitian.
teratur. Bagaimana aktivitas sosial budaya B. Studi lapangan
dan lembaga itu memenuhi satu atau kedua Dalam mengumpulkan data diperlukan
kondisi yang penting itu struktur sosial akan tanggungjawab, untuk menganalisis data
memenuhi dua kondisi yang diajukan yang diperoleh. Maka dalam pengumpulan
tersebut. data tersebut, penelitian ini menggunakan
teknik dengan fokus pada:
Redcliffe-Brown berpendapat bahwa 1. Observasi
“sistem sosial apapun agar bisa hidup harus Penulis melakukan observasi ke Desa
menyesuaikan diri dengan kondisi universal Cikandang, Kecamatan Cikajang, Ka-
tersebut, yakni kondisi yang harus diselarasi bupaten Garut, ke padepokan Domba
oleh seluruh masyarakat, manusia bekerja.” Garut, serta ke acara-acara Kontes Seni
(Koentjaraningrat, 2007:181). Laga Ketangkasan Domba Garut.
Dari konsep-konsep Redcliffe-Brown di Dengan melakukan participant obser-
atas akan diterapkan mengamati struktural vation penulis ikut langsung melihat
sosial dan fungsi dari Seni Laga Ketangkasan adanya Seni Laga Ketangkasan Domba
Domba Garut meliputi gejala yang terjadi Garut.
dalam Seni Laga Ketangkasan Domba Garut Informasi yang akan digali meliputi
dan mebedah pembuktian dari seni adu domba dimana sajakah acara penyenggaraan
menjadi Seni Laga Ketangkasan Domba Garut. Acara Seni Laga Ketangkasan Domba
Pandangan teori struktural fungsional Garut itu berlangsung, mencari tokoh
bermanfaat untuk penunjang penelitian secara dan peternak dari Seni Ketangkasan
melihat dari aspek perspektif sinkronik yang Domba Garut, mencari data atau sum-
memandang masyarakat memelihara struktural ber yang pernah melakukan penelitian
fungsional dari Seni Laga Ketangkasan Domba sebelumnya, dan menggali semua
Garut yang mempunyai fungsi sosial budaya, informasi dari pihak-pihak yang terlibat
dan ekonomi dalam kehidupan sehari-sehari dari Seni Laga Ketangkasan Domba
masyarakat yang mempertahankan Seni Laga Garut.
Ketangkasan Domba Garut secara turun-temu-
run memelihara dan mentradisikannya serta

121
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 3 No. 2 Desember 2019

2. Wawancara Adapun alat bantu yang dapat digu-


Dalam wawancara penulis melakukan nakan dalam penelitian ini antara lain,
teknik penentuan informan. Untuk me- alat foto, alat perekam, dokumen-doku-
nentukan informan digunakan konsep men yang berhubungan dengan masalah
Sparlley (1997:61) dan Benard (1994: penelitian dan alat bantu lainnya. Keha-
166) yang prinsipnya menghendaki seo- diran peneliti secara langsung di
rang informan dipilih harus paham lapangan sebagai tolak ukur keber-
terhadap budaya yang diteliti dalam ar- hasilan untuk memahami kasus yang
tian informan yang mengetahui tentang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti
Seni Laga Ketangkasan Domba Garut. secara langsung dan aktif dengan infor-
Teknik wawancara yang digunakan man kunci dan pendukung atau sumber
yaitu wawancara tak terstruktur. lainnya di sini mutlak diperlukan.
Wawancara tak terstruktur ialah wa- 4. Analisis Data
wancara mendalam, intensif, terbuka Data pertama tidak harus dianggap
serta tidak terpacu pada pedoman. Data sebagai sudah bersifat vailid, tetapi
yang terkandung adalah data konteks justru harus diragukan kebenarannya.
sosial itu tersendiri yang artinya infor- Sehingga perlu diuji melalui data lain
masi diperoleh dari kata-katanya sendiri dengan sumber yang berbeda, demikian
dan dengan sendirinya merupakan seterusnya, sehingga data yang dipero-
subjektivitas informan (Ratna, 2010: leh benar-benar dapat dianggap objek-
230). tif” (Ratna, 2010: 242). Data-data yang
Mengenai informan yang diwancarai sudah terkumpul kemudian diolah de-
meliputi: ngan cara diklasifikasikan dan diana-
Tokoh budaya setempat, Ketua HPDKI lisis untuk mendapatkan jawaban dari
dan Sekjen HPDKI (Himpunan Peter- permasalahan yang terdapat dalam pe-
nak Domba dan Kambing Indonesia), nelitian ini. Teori yang dipakai dalam
DISPARBUD (Dinas Pariwisata dan penelitian ini adalah struktur fungsional
Kebudayaan), DISTERNAK (Dinas yang dikemukakan oleh Radcliffe-
Peternakan), MUI (Majelis Ulama Brown. Analisis data yang digunakan
Indonesia) Kabupaten Garut, Ketua dengan maksud untuk menyederhana-
Panitia Penyelenggaraan Seni Ketang- kan data ke dalam bentuk yang lebih
kasan Domba, pemilik Padepokan mudah untuk dipahami. Setelah data
Domba Garut atau peternak Domba terkumpul tahap selanjutnya adalah
Garut, dan Pelaku Seni Laga Ketang- mengolah dan menganalisis data. Data
kasan Domba Garut. yang diperoleh kemudian dianalisis
3. Pendokumentasian secara deskriptif yaitu dengan cara
Dalam pendokumentasian, penulis menghimpun fakta dan mendiskripsi-
mendokumentasi acara maupun kegia- kannya. Analisis ini dilakukan pada
tan selama penelitian dengan tujuan seluruh data yang diperoleh dari hasil
supaya acara bisa terarsipkan. Agar wawancara, observasi dan dokumen.
dapat mengumpulkan data yang valid
dan objektif dalam penelitian ini diper- HASIL DAN PEMBAHASAN
lukan instrumen sebagai alat untuk A. Setting Lokasi Desa Cikandang
mengumpulkan data. Instrumen dalam Desa Cikandang adalah salah satu desa
penelitian ini adalah peneliti sendiri. di Kabupaten Garut tepatnya sebelah timur
Peneliti sebagai instrument pertama wilayah Kecamatan Cikajang, dengan Luas
dalam penelitian kualitatif maka pe- 1.622,488 Ha. Secara administratif desa ini
ngumpulan data dilakukan dengan cara terbagi atas 3 (Tiga) dusun yaitu Dusun I yang
melakukan pengamatan langsung ke membawahi 4 RW dan 16 RT, Dusun II
lapangan terkait dengan kegiatan-ke- membawahi 5 RW dan 14 RT, Dusun III
giatan yang akan diteliti. membawahi 4 RW dan 13.

122
Rijki, Wawan, Sriati – Seni Laga Ketangkasan.....

Batas wilayah desa Cikandang adalah Secara kondisi Demografis Keadaan


sebagai berikut: penduduk Desa Cikandang sampai dengan
1. Sebelah Utara: Desa Margamulya akhir bulan Agustus tahun 2019 adalah se-
Kecamatan Cikajang. banyak 7140 jiwa, ada pertumbuhan laju pen-
2. Sebelah Timur: Desa Simpang duduk dari tahun 2017 sebesar 5,5%. Pertum-
Kecamatan Cikajang. buhan penduduk dikarenakan adanya per-
3. Sebelah Selatan: Desa Pananjung tambahan penduduk yang disebabkan masuk-
Kecamatan Pamulihan. nya jiwa dari daerah lain karena perkawinan,
4. Sebelah Barat: Desa Margamulya dan pertumbuhan penduduk secara alamai
Kecamatan Cikajang. (kelahiran). Hampir 75 % penduduk Desa
Cikandang yang sudah menikah dan dalam
Dilihat dari topografi dan kontur tanah, masa usia produktif mengikuti program Keluar-
Desa Cikandang secara umum berupa dataran ga Berencana (KB). Dengan meningkatnya laju
tinggi dan perbukitan pada ketinggian antara pertumbuhan penduduk, keadaan pemukiman
1310 m dari permukaan laut (dpl), curah hujan di Desa Cikandang semakin padat, hal tersebut
rata-rata per tahun cukup tinggi mencapai + dibuktikan dengan banyaknya lahan pertanian
2,242 mm dengan jumlah hari hujan efektif menjadi daerah pemukiman.
antara 98-123 hari. Lama penyinaran matahari
termasuk sedang rata-rata sekitar 62,4 %, B. Kehidupan Sosial dan Budaya
sedangkan suhu udara rata-rata berkisar antara Masyarakat Desa Cikandang
250 s/d 270 dengan kelembaban relative sekitar Masyarakat Garut khususnya Desa
78,9 %, kecepatan angin yang terjadi secara Cikandang Kecamatan Cikajang Garut meru-
umum relative rendah rata-rata 2,8 knot atau pakan salah satu kelompok masyarakat Sunda
sekitar 5,18 km/jam, dengan kecepatan terting- yang tersebar di beberapa kota dan kabupaten
gi terjadi pada bulan Desember rata-rata sekitar di Jawa Barat. Seperti kutipan dari buku
3,6 knot setara dengan 6,66 km/jam dan kece- Masyarakat Sunda dan kebudyaanya mene-
patan terendah terjadi pada bulan Mei rata-rata rangkan bahwa:
2,4 knot setara dengan 4,4 km/jam. Sedangkan “Masyarakat Sunda selamanya merupakan
tekanan udara secara umum relatif sedang rata- masyarakat terbuka yang mudah sekali me-
rata sekitar 923 mb dan tekanan udara paling nerima pengaruh dari luar, tetapi juga ke-
kecil terjadi pada bulan Nopember dan April mudian menyerap pengaruh itu sedemikian
2018 yaitu sekitar 922,1 mb. rupa sehingga menjadi miliknya sendiri.”
Orbitasi dan waktu tempuh dari pusat (Ajip Rosidi, dalam Sedyawati, 1984: 133).
pemerintahan desa sebagai berikut:
1. Jarak dari pemerintahan kecamatan 8 Orang Sunda merupakan orang yang
km, waktu tempuh 15 menit terbuka terhadap perubahan, akan tetapi bagi
2. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten 38 km, orang Sunda suatu kebudayaan dapat ditolak
waktu tempuh 45 menit atau diterima tradisi dan kebudayaannya. Mas-
3. Jarak dari Ibu Kota Provinsi 108 km, yarakat Sunda adalah masyarakat yang terbuka
waktu tempuh 3 jam. dan mudah sekali menerima pengaruh dari luar,
hal ini sesuai dengan kajian yang dilakukan
Luas wilayah Desa 1.622,488 Ha peneliti yaitu masyarakat Sunda yang sudah
dengan klasifikasi penggunaan lahan sebagai mendapat pengaruh dari kebudayaan lain teru-
berikut: tama dalam hal pengunaan bahasa sehari-hari.
1. Pemukiman, Seluas 41,5 Ha. Sehingga tulisan di atas memberikan gambaran
2. Tanah Perkebunan, seluas 432,296 Ha. yang cukup jelas mengenai kehidupan dan
3. Kuburan, seluas 1,5 Ha. kebudayaan masyarakat Sunda yang terdapat di
4. Tanah Pekarangan, seluas 29,5 Ha. Jawa Barat. Melihat dari kondisi sosial dan
5. Tanah Perkantoran, seluas 0,5 Ha. budaya masyarakat Desa Cikandang terlihat
6. Tanah Prsarana Umum Lainya Seluas dari tujuh unsur budayanya, berikut merupakan
525,077 Ha. tujuh unsur kebudayaannya:

123
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 3 No. 2 Desember 2019

1. Sistem Bahasa partisipasi yang positif menuju sasaran


Sistem bahasa yang digunakan oleh yang sudah di gariskan.
masyarakat Desa Cikandang menggunakan Pada umumnya kondisi perekono-
bahasa sunda sesuai dengan pemaparan mian di Desa Cikandang sudah cukup baik,
berikut bahwa: dilihat dari potensi penduduk rata-rata
“Masyarakat Sunda merupakan mempunyai mata pencaharian yang layak
masyarakat yang memiliki ciri khas yang sehingga taraf hidup semakin membaik
unik. Dalam budaya dapat dikatakan, bah- walaupun ada beberapa persen yang dapat
wa yang disebut suku bangsa Sunda adalah dikategorikan masih kurang layak dan ter-
orang-orang yang secara turun-temurun catat sebagai warga miskin.
menggunakan bahasa-ibu bahasa Sunda Untuk peningkatan perekonomian
serta dalam kehidupan sehari-hari, dan ber- di Desa Cikandang khususnya dalam
asal serta bertempat tinggal di daerah Jawa bidang pertanian dan peternakan saat ini
Barat, daerah yang juga sering disebut tanah dapat dirasakan dengan adanya Taman
Pasundan atau Tatar Sunda” (Harsojo Teknologi Pertanian (TTP) yang bergerak
dalam Zainul Asmawi & Didin Saripudin, dibidang pertanian dan peternakan yang
2004: 177). dikelola oleh GAPOKTAN Desa Cikan-
Dari pernyataan di atas bahwa dang dengan menaungi 24 Kelompok tani
masyarakat Desa Cikandang yang berada di dan 15 Kelompok Ternak. Adapun untuk
wilayah Jawa Barat, tatar sunda bahasa peningkatan kwalitas Ternak Domba Garut
sehari-harinya menggunakan bahasa ibu itu di Desa Cikandang terdapat Arena Laga dan
sendiri yaitu bahasa sunda. Budaya, disini para peternak bisa memper-
lihatkan kwalitas Domba Garut yang
2. Sistem Pengetahuan menjadi icon Desa Cikandang.
Masyarakat Desa Cikandang bisa di Sektor pertanian Desa Cikandang
katakan masyarakat berbasis agraris- aga- terhimpun dalam Pos Penyuluhan Pertanian
mis. Hal ini nampak pada kehidupan para (POSLUH) dan Gabungan Kelompok Tani
petani religius. Sesuai dengan kondisi (GAPOKTAN) ”Bina Taruna Tani“ yang
alamnya maka tradisi masyarakat petani di bergerak dalam bidang pertanian, peterna-
daerah ini adalah petani sayuran yang kan dan perikanan secara terpadu. POSLUH
mengharuskan pemeliharaannya secara in- dan GAPOKTAN Bina Taruna Tani
tensif sehingga sebagian besar waktunya Membawahi 15 Kelompok Tani dengan
dihabiskan di kebun untuk memelihara kriteria:
tanaman. Selain itu masyarakat Desa Cikan- a . 10 Kelompok yang bergerak di bidang
dang sangat terampil dengan cara merawat usaha Tani dengan jumlah anggota
ternak Domba Garutnya sehingga Desa keseluruhan 272 orang dengan lahan
Cikandang terkenal dengan penghasil bibit garapan 49,63 Ha menyangkut lahan
unggul Domba Garut. milik dan sewa.
b . 5 Kelompok yang bergerak dalam bi-
3. Sistem Mata Pencaharian dang Peternakan dengan jumlah ang-
Dalam kehidupan sosial budaya, gota keseluruhan 112 orang dalam
masyarakat Desa Cikandang Kecamatan berbagi jenis komoditi ternak.
Cikajang Kabupaten Garut secara umum c . 10 kelompok tani yang bergerak dalam
masih menunjukan ciri-ciri dan sifat-sifat bidang pertanian memiliki ragam ko-
agraris meskipun arus modernisasi mema- moditi yang terpadu dalam tiap-tiap
suki proses enkulturasi (pembudayaan). kelompok. Kajian usaha tersebut antara
Masyarakat Kabupaten Garut khususnya lain: Kentang, Tomat, Wortel, Kubis,
Desa Cikandang yang bersifat religious Pecay, Cabe Merah, Kacang, Kopi,
kritis, kreatif dan di sertai dengan semagat Jeruk, Jamur Tiram, dan Sayuran
kegotong royongan merupakan potensi Eksklusif.
dalam pelaksanaan pembangunan yang d . 5 Kelompok Peternakan terdapat bebe-
perlu dilestarikan dan ditingkatkan kearah rapa komoditi ternak yang prospektif

124
Rijki, Wawan, Sriati – Seni Laga Ketangkasan.....

di wilayah desa Cikandang antara lain:


Peternak Domba Garut, Petenak Sapi 7. Sistem Seni dan Budaya
Perah, Peternak Sapi Pedaging, dan Kehidupan sosial budaya masya-
Peternak Kelinci. rakat, seperti juga kehidupan masyarakat
Desa Cikandang, menyangkut kegitan atau
Selain ada Taman Teknologi Per- kehidupan kesenian dan olahraga. Jenis-
tanian (TTP) sebagai pelestarian Plasma jenis kesenian yang samapai di pelihara
nutpah Domba Garut asli rumpun Cikan- dibina dan dikembangkan kebanyakan je-
dang dibentuk kelompok ternak yang dina- nis-jenis kesenian lama dan asli yang di be-
mai Kampung Domba Indonesia (KDI). berapa daerah di Jawa Barat kemungkinan
Kelompok ternak ini bertujuan memiliki sudah tidah di kenal lagi.Selain jenis
arah produksi kearah domba tangkas, kesenian dan olahraga, wujud-wujud kebu-
karena komitmen awal ingin memperta- dayaan lama dan asli yang berupa permai-
hankan keeksistensian Kampung Cikeris nan anak-anak di relatif masih terpelihara
Desa Cikandang sebagai tempat awal asal dan masih dimainkan oleh-oleh anak. Jenis-
muasal Domba Garut sebagai mana tercatat jenis permainan yang masih di mainkan
dalam sejarah Domba Garut. oleh anak-anak desa di Desa Cikandang
antara lain: galah asin, gampar, sondah,
4. Sistem Kemasyarakatan ngadu muncang, main klereng dan ucing
Sistem kemayarakatan atau orga- sumput dan sebagainya. Permainan anak-
nisasi sosial di Desa Cikandang dalam anak itu dimainkan di halaman atau tanah
menjalankan suatu aparatur daerah di pim- kosong dan tidak memerlukan tempat yang
pin oleh seorang Kepala Desa aparatur sipil luas. Dari semua jenis kesenian diatas Seni
yang saling berkesinambungan dalam Laga Ketangkasan Domba Garut merupa-
bermasyrakat dan berorganisasi. Tampak kan kesenian unggulan dan menjadi ciri
saling berinteraksi yang terjalin antara khas Desa Cikandang yang menjdikan
masyarakat dan lembaga. Cikandang dengan sebutan Kampung
Domba Indonesia.
5. Sistem Peralatan dan Teknologi
Sebagai masyarakat agraris di C. Tradisi Seni Laga Ketangkasan Domba
bidang pertanian dan peternakan masya- Garut
rakat Desa Cikandang masih menggunakan Tradisi seni ketangkasan domba (ngadu
peralatan dan perlengkapan hidup yang domba) terlahir dari kebiasaan budak angon
masih tradisional. Seperti dalam bercocok atau para peternak dalam mengembala domba,
tanam masih menggunakan peralatan tradi- yang mana dalam melepaskan kebosanan men-
sional. jalani rutinitas dalam memilihara domba ter-
ciptalah sebuah permainan rakyat yang
6. Sistem Religi bernama Seni Laga Ketangkasan Domba Garut
Mayoritas penduduk beragama (ngadu domba).
Islam, perkembangan serta pertumbuhan Asal mula permainan rakyat ini terjadi
syiar Islam berjalan dengan baik, saling kurang lebih pada tahun 1900 an, yang mana
menghormati sesama serta memelihara ke- anak-anak angon atau pengembala yang biasa
rukunan. Sarana keagamaan sudah refresen- merawat domba dan mengembalakannya secara
tatif, hal tersebut dibuktikan dengan berdiri- liar dan bebas di daerah pesawahan sehabis
nya mesjid-mesjid ditiap RW yang meru- masa panen, melihat Domba Garut jantan peli-
pakan hasil swadaya masyarakat di ling- haraannya memiliki sifat beradu tinggi.
kungan sekitarnya. Dari jumlah keseluru- Rupanya sifat-sifat agresif yang dimiliki dom-
han penduduk pemeluk Agama Islam Desa ba-domba jantan peliharaanya, menggugah dan
Cikandang: 7140 Orang dan jumlah pendu- membangkitkan minat anak- anak gembala
duk Agama lainnya: - Orang. Masyarakat untuk mengadukan domba-domba yang di-
Desa Cikandang secara keseluruhan peme- angonnya dengan domba angonan anak gem-
luk Agama Islam. bala lainnya, dan dilakukan sela-sela waktu

125
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 3 No. 2 Desember 2019

menyambit rumput atau menunggu waktu Si jantan di beri nama Si Toblo dan yang
sampai sore hari. (Heriyadi, 2011: 14) betina tidak diberi nama. Sejak keberhasilan
Pada saat itu mereka terlihat bersorak- pembibitan dengan kualitas baik hasil pem-
sorai dengan riang dan merasa kegirangan bibitan yang di lakukan oleh RAA Soeria
apabila domba peliharaannya menang saat di Kartalegawa dan H. Soleh di kampung Cibuluh
adukan hingga pulang rumah sering terlambat kemudian menyebar ke berbagai daerah lainya.
yang akhirnya di ketahui oleh orang tuanya Ketertarikan masyarakat akan kegagahan dan
mereka atau pemilik domba masing-masing, kelincahan sejak adanya Si Dewa, telah memot-
maka sejak saat itulah domba-domba jantan ivasi pengemar domba untuk mengadakan
yang memiliki postur tuibuh dan tanduk besar hiburan rakyat berupa pertandingan domba
(Domba Garut), mulai di pelihara secara ter- yang disebut Ngaben. Di Cibuluh pernah
pisah dari domba-domba lokal (domba pria- diabenkan (ditandingkan/diadukan) antara Si
ngan) dan domba-domba betina. Domba Garut Dewa dengan anak keturunan Si Toblo yang
jantan dibuatkan kandang tersendiri dan di dibeli oleh peternak Cibuluh dan kekutan
pelihara secara khusus. (Heriyadi, 2011:15) mereka ternyata seimbang.
Secara periode tradisi Seni Laga Semenjak itulah selain suka memelihara
Ketangkasan Domba Garut terbagai menjadi Domba Garut mereka suka melakukan kegiatan
dua periode yaitu tradisi pada masa lalu dan ngadu Domba Garut atau Ngabenken (menan-
tradisi pada masa kini. dingkan) dombanya. Kegiatan ngadu domba
sering dilakukan oleh abdi dalem sebagai
1. Tradisi pada Masa Lalu hiburan dan penyambutan-peyambutan para
Tradisi seni ketangkasan Domba Garut tamu besar di kedemangan Kabupaten Garut.
(Ngadu Domba) dalam perkembangannya di- (Wawancara, 19 Juli 2019)
perkirakan sejak tahun 1905 an, sejak itu pula
orang tua dari anak-anak gembala mulai tertarik 3. Sejarah Kegiatan Ngadu Domba Garut
membuat Domba Garut dijadikan domba Secara sejarah perkembangan tradisi
tangkas (domba adu) dan membuat agenda khu- ngadu Domba Garut belum di ketahui secara
sus untuk menyelenggarakan kegiatan adu pasti, namun berdasarkan penelitian yang
domba antar kampung, sehingga lama kela- dilakukan oleh Tim dari Direktoriat Jendral
maan kegiatan tersebut mulai di ketahui oleh Sejarah dan Nilai Tradisonal, Balai Kajian
para abdi dalem yaitu Bupati Kabupaten Garut Sejarah dan Nilai Tradisonal Bandung / BPNB
ke- 5 yaitu RAA. Soeria Kartalegawa dan mulai (Balai Pelestarian Nilai Budaya) Jawa Barat
menyebar luas ke daerah lain seperti ke wilayah tahun 1993 menjelaskan bahwa:
Kabupaten Bandung dan Sumedang. “Sejarah kegiatan ngadu domba terjadi pada
periode kepemimpinan Bupati Kabupaten
2. Pengembangan Domba Garut menjadi Garut ke-5 RAA Soeria Kartalegawa pada
Domba Tangkas tahun 1915 sampai tahun 1929, kemudian di
Pada proses perkembangan kegiatan teruskan oleh putranya yang bernama
ngadu domba terjadi dari proses domba di Kanjeng Dalem RAA. Moesa Soria
jadikan domba tangkas. Menurut penuturan Kartalegawa pada periode menjadi Bupati
Drs. Warjita (40) bahwa yang mengembangkan Kabupaten Garut ke-6 pada tahun 1929-
pertama Domba Garut menjadi domba adu 1944” (Drs. Suwardi Alamsyah P, dkk.
(tangkas) yaitu abdi dalem Bupati Kabupaten 1993:17).
Garut ke-5 RAA Soeria Kartalegawa dan teman
seperguruannya yaitu H. Soleh yang mana me- Jadi dari penjelasan di atas bahwa yang
reka suka memelihara domba, waktu itu mereka pertama mengembangkan Domba Garut men-
mengawinkan dombanya Domba Garut jantan jadi domba tangkas yaitu pada periode kepe-
yang bernama Si Dewa milik Bupati RAA mimpinan Bupati ke-5 RAA Soeria
Soeria Kartalegawa dan yang betina yang Kartalegawa selanjutnya diturunkan kesena-
bernama Si Lenjang milik H. Soleh, sejak ngan dalam memelihara Domba Garut dan
beberapa bulan kemudian beranak pinak dan kesenangan dalam kegiatan ngadu domba
mempunyai keturunan jantan dan betina.

126
Rijki, Wawan, Sriati – Seni Laga Ketangkasan.....

kepada anaknya dalam mengembangkan per- dendam, dan tak jarang menimbulkan
mainan atau kegiatan ngadu domba dilakukan perkelahian.
pada periode kepemimpinan Bupati Kabupaten b . Selama permainan berlangsung tidak di-
Garut ke-6 yaitu RAA Moesa Soeria pimpin oleh wasit.
Kartalegawa. c . Yang terjun langsung di lapangan
(bobotoh) adalah pemilik domba yang
dipertandingkan.
d . Pertandingan berlangsung dilapangan
secara bebas. Belum ada ketentuan baik
mengenai ukuran luas lapangan, mau-
pun garis pemisah antara arena pertan-
dingan dengan penonton.

Dari periode inilah kegiatan permainan


ngadu atau Ngaben domba sering dianggap
kegiatan yang negatif bahkan kegiatan ini
dilarang akan pelaksanaannya. Bahkan pada
Gambar 1. Kegiatan Ngadu Domba pada Tahun 1920 periode tahun 1942 sampai dengan tahun 1949
di Alun-Alun Garut intensitas kegiatan adu domba mengalami
(Foto: di unduh dari Grup Facebook @sejarah sunda, 27 penurunan yang sangat tajam, karena situasi
Agustus 2019) politik yang tidak memungkinkan untuk
menyelenggarakan kegiatan sejenis domba
Pada periode tersebut kegiatan ngadu tangkas, pada saat itu terdapat pelarangan
domba masih menggunakan istilah Ngaben atau berkumpul di tempat-tempat tertentu bagi
ngadu. Kegiatan ngadu domba dulu sering di masyarakat, dan mulai tahun 1953 kegitan adu
jadikan ajang permainan rakyat dan hiburan domba mulai marak kembali.
para abdi dalem ketika menyambut para tamu Bahkan, pada tahun 1960 bermunculan
besar. pakalangan-pakalangan domba tangkas dan di
Berdasarkan wawancara menurut penu- wilayah Kabupaten Bandung sendiri bermun-
turan Drs. Warjita (40) bahwa perkembangan culan organisasi penggemar Domba Garut di
ajang kegitan ngadu domba di Kabupaten Garut antaranya HIPDO (Himpunan Peternak Dom-
dibagi menjadi dua periode yaitu periode tahun ba) yang dipimpin oleh R. Inlemtapsa, di
1931 pada tahun 1969 dan periode tahun 1970 Majalaya di bentuk PERSATDO (Persatuan
sampai sekarang. Periode pertama tahun 1931- Satwa Domba) dipimpin oleh Ruhiat, sedang-
1969 yang mana awal dilaksanakannya ajang kan di Bandung Barat Kecamatan Lembang dan
kontes permainan ngadu domba di Kampung sekitarnya, didirikan organisasi PETADO
Cibuluh, Keacamatan Cikajang Garut pada (Persatuan Ternak Domba) yang di pimpin oleh
periode ini permainan atau kegitan ngadu Endang Wiradikarta.
domba masih menggunakan istilah Ngaben. Setelah berdirinya beberapa organisasi
Pada periode ini pula kegiatan ajang kontes peternak domba, diadakan berbagai kegiatan
permainan ngadu atau Ngaben Domba Garut semacam kontes yang bersifat lokal. Sejak saat
pada prakteknya masih nampak unsur-unsur itu, bermunculan pamidangan adu domba yang
magis dalam cara melagakan domba untuk menyebar keseluruh pelosok yang hampir meli-
tujan menang dan prakteknya Ngaben puti seluruh wilayah Jawa Barat.
mengarah kepada hal yang negatif yaitu Pada periode kedua yaitu sejak tahun
perjudian. (Wawancara, 19 Juli 2019) 1970 mulai dididirikan organisasi penggemar
Pada periode kegiatan Ngaben atau domba di tingkat Jawa Barat yang di pimpin
Ngadu domba, peraturan pertandingan atau oleh H. Husen Wangsaatmaja, mantan Wali-
permainan adalah sebagai berikut: kota Bandung, yaitu organisasi profesi yang
a . Pertandingan berakhir sampai salah satu bernama HPDI (Himpunan Peternak Domba
domba dinyatakan mati atau dengan Indonesia) yang mana didirikan HPDI ini
istilah satalukna atau sapaehna. Akibat- tujannya merubah istilah ngadu atau adu domba
nya pemilik domba yang mati merasa
127
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 3 No. 2 Desember 2019

menjadi ketangkasan domba, hal ini untuk can Kabupaten Kuningan, sekaligus diseleng-
mengubah citra adu domba menjadi yang garakan rapat HPDKI Jawa Barat yang dihadiri
negatif dan terkesan senantiasa terkait perju- seluruh perwakilan cabang. Salah satu butir
dian, menjadi istilah yang memiliki konotasi rapat yang disetujui adalah mengubah istilah
positif. Sehingga seiring dengan pergeseran Kontes Ketangkasan Domba menjadi Kontes
nilai dalam masyarakat pendukungnya baik Seni Laga Ketangkasan Domba, sehingga
tujuan maupun peraturan, permainanan mulai dalam penyelenggaran selanjutnya penekanan
di sempurnakan. Penyempurnaan tersebut dila- tangkas lebih diarahkan pada seni bukan pada
kukan untuk menghindari terjadinya kerugian tangkasnya. Penilaiannya lebih dititikberatkan
atau kerusakan di kedua belah pihak, serta pada adeg-adeg (bentuk badan, bentuk tanduk
untuk penertiban penonton. warna bulu, corak bulu, jenis bulu), keindahan
pengambilan ancang-ancang, pola serangan
4. Tradisi pada Masa Kini atau teknik pukulan, teknik menghindar, dan
Perkembangan tradisi Seni Ketang- hal-hal yang menyangkut estetika.
kasan Domba Garut pada periode masa kini
dimulai terbentuknya organisasi penggemar 6. Kolaborasi Budaya Dalam Seni Laga
Domba Garut. Sejak berdirinya organisasi para Ketangkasan Domba Garut (Pelestarian
penggemar Domba Garut tingkat Jawa Barat Seni dan Budaya)
yaitu HPDI pada Tahun 1970 sepuluh tahun Selain adanya peraturan pertandingan
kemudian, pada Tahun 1980 diselenggarakan dalam ketangkasan Domba Garut, di dalam
Musda HPDI Jawa Barat di Padalarang, dengan tradisi masa kini Seni Ketangkasan Domba
salah satu rumusan melakukan perubahan Garut di padupadankan dengan kesenian ken-
nama, dari HPDI menjadi HPDKI (Himpunan dang penca. Seni kendang pencak ini digunakan
Peternak Domba dan Kambing Indonesia) dan dalam seni ketangkasan domba sebagai pe-
disepakatinya perubahan istilah adu domba ngiring jalannya laga domba di pamidangan.
menjadi ketangkasan domba, hal ini untuk Kesenian kendang pencak merupakan salah
mengubah stigma atau citra negatif ngadu satu kesenian tradisonal Jawa Barat. Tentang
domba menjadi istilah yang memiliki konotasi kapan dan dari mana kendang penca berasal,
positif. samapai sekarang belum diketehui secara pasti,
Selain itu HPDKI merupakan wadah karena masyarakat pendukung kesenian ini
untuk sarana diskusi antar para peternak domba menerimanya sejak dahulu secara turun
dan kambing untuk mendiskusikan berbagai temurun.
aktivitas berternak, manajemen pemeliharaan Pada mulanya kendang pencak berfung-
domba dan pembibitan domba untuk dijadikan si sebagai pengiring pada seni bela diri Pencak
domba tangkas. Selain itu pula HPDKI bersama Silat. Pengiring pada setiap gerak jurus pencak
para peternak domba menyeleksi Domba silat sangat menitikberatkan pada kendang.
Priangan dan Domba Garut yang terarah Sehingga banyak jenis nama pukulan kendang.
dengan tujuan mencari bibit-bibit unggul untuk Berdasarkan tempo pukulannya, nama jenis
di tangkaskan. pukulan tersebut misanya; tepak dua (pukulan-
HPDKI juga sebagai wadah manajemen nya dalam tempo lambat), tepak tilu (pukulan
penjadwalan kontes dan Ketangkasan Domba dalam tempo sedang), golempang (pukulan da-
Garut, bahkan hampir setiap tahun menjelang lam tempo cepat), dan padungdung (pukulan
hari-hari bersejarah diadakan kontes ketang- dalam tempo sangat cepat).
kasan Domba Garut antar-Kabupaten se-Jawa
Barat, dan untuk menyambut kegiatan tertentu
sering digelar pertunjukan domba tangkas.

5. Kontes Ketangkasan Menjadi Seni


Ketangkasan Domba Garut
Pada tahun 1983 diadakannya kontes
ketangkasan domba di Kecamatan Mandiran-

128
Rijki, Wawan, Sriati – Seni Laga Ketangkasan.....

Ketangkasan Domba Garut, seni tradisi mema-


kai pakaian adat Sunda juga dilestarikan dan
sudah menjadi aturan didalam kontes Seni
Ketangkasan Domba Garut, pakaian tradisional
tersebut adalah pangsi yang merupakain
pakaian adat khas dari tatar Sunda (Jawa Barat).

Gambar 2. Kesenian Kendang Pencak di acara Seni


Ketangkasan Domba Garut.
(Foto: Dok. Rijki Hidayatuloh, 7 April 2019)
Pada perkembangan selanjutnya, ken-
dang penca digunakan sebagai pengiring dalam
pertandingan Seni Ketangkasan Domba Garut
(ngadu domba), dengan jenis pukulan seperti Gambar 3. Pakai wajib dalam Seni Laga Ketangkasan
yang berlaku dalam pencak silat. Keterlibatan Domba Garut.
jenis kesenian ini dalam penyelenggaraannya (Foto: Dok. Rijki Hidayatuloh, 7 April 2019)
Seni Ketangkasan Domba Garut (ngadu dom-
ba) memiliki latar belakang historis, yaitu dulu Pangsi sendiri merupakan seragam
yang membawa dan mempertandingkan domba HPDKI Nasional, memakai pangsi diwajibkan
sebagian besar adalah pesilat dan jawara. setiap personal yang masuk dipakalangan pada
Disamping itu pertandingan akan terasa lebih saat domba ditangkaskan (wasit, juri, dewan
hidup, apabila diiringi kendang pencak dan hakim, bobotoh, dan lain-lain). Selain pangsi
karena permainan ini merupakan hiburan setiap personal harus menggunakan iket (toto-
rakyat, maka kendang penca tetap di pakai pong), iket sendiri pelengkap dalam berbusana
untuk menyemarakan suasana dalam pertan- saat di pamidangan atau pakalangan, selain iket
dingan Seni Ketangkasan Domba. juga pelengkap berbusana dalam Seni Ketang-
Berdasarkan wawancara kepada ketua kasan Domba bisa memakai Laken atau topi
HPDKI Kabupaten Garut Pak Uloh (60) me- yang berbentuk bundar yang terbuat dari kulit
ngatakan bahwa dengan adanya seni ketang- yang sering digunakan oleh pemilik domba.
kasan Domba Garut HPDKI Kabupaten Garut
berupaya untuk melestarikan budaya tradisi D. Eksistensi Seni Laga Ketangkasan
Sunda yaitu memelihara domba yang di Domba Garut
dalamnya ada Seni Ketangkasan Domba yang Seni Laga Ketangkasan Domba Garut
sudah melekat pada masyarakat Garut selain tidak terlepas adanya Domba Garut itu sendiri.
memelihara tradisi seni ketangkasan Domba Domba Garut merupakan salah satu aset plasma
Garut, HPDKI juga berupaya melestarikan nutfah unggulan Jawa Barat. Seni ini perlu
kesenian kendang penca sebagai tujuannya dilestarikan, dan dikembangkan agar diperoleh
adalah untuk melestarikan dan memasyara- manfaat yang berkesinambungan dan bisa
katkan seni tradisional kendang pencak tetap bernilai ekonomis. Secara asal usul menurut
eksis dalam keberaadaanya. (Wawancara, 7 Denie Heriyadi dalam bukunya Pernak-Pernik
April 2019) dan Senarai Domba Garut mengungkapkan
Dalam pelestarian seni tradisional bahwa:
kendang penca dalam Seni Laga Ketangkasan “keragaman wilayah di muka bumi menye-
Domba Garut, seni kendang penca ini dikola- babkan begitu banyak rumpun domba yang
borasikan dengan Laga Ketangkasan Domba tersebar di seluruh dunia. Samapai saat ini
bertujuan untuk menghilangkan suara hanta- tercatat 245 rumpun yang telah diidenti-
man saat domba beradu dan juga untuk meme- fikasi dengan cukup baik, sehingga dari sisi
riahkan acara berlangsung. Selain seni tradisi performa fisik berupa sifat-sifat kualitatif
kendang penca yang dilestarikan dalam Seni

129
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 3 No. 2 Desember 2019

maupun sifat-sifat kuantitatif dapat dibeda- Berdasarkan proses penyebaran tersebut


kan antara satu rumpun dengan rumpun merupakan salah satu cikal bakal terbentuknya
lainnya.” (Heriyadi, 2008 :3) ras Domba Priangan, menurut Denie Heriyadi
hasil prosesnya adalah
Berdasarkan argumen tersebut Domba “Persilangan telah berlangsung se-
Garut bisa diidentifikasi dari ciri dan bentuk cara terus menerus antara Domba Merino X
yang khas dari jenis rumpun domba yang Domba Lokal, Domba Merino X Domba
lain. Domba Garut merupakan jenis rumpun Lokal X Domba Kaapstad namun kajian
domba asli dari Jawa Barat, yang mem- secara ilmiah belum di ungkap, khususnya
punyai ciri khas memiliki kuping rumpung kajian dari sisi komposisi darah (Merkens
(<4 cm) atau ngadaun hiris (4-8 cm) dengan dan Soemirat,1926). Menurut teori sebutan
ekor ngabuntut beurit atau ngabuntut rumpun yang lebih tepat untuk hasil
bagaong. (Heriyadi, 2001:1). persilangan Domba Merino X Domba
Lokal X Domba Ekor gemuk (Kaapstad)
Namun dari legenda-legenda yang ada, yang di uraikan oleh Merkens dan Soemirat
khusus untuk Domba Garut di yakini bahwa adalah Domba Priangan, bukan Domba
asal mula Domba Garut. Menurut Teten Garut. (Denie Heriyadi, 2011: 9)
Rustendi juga mengatakan bahwa asal-usul
Domba Garut terbagi menjadi dua pendapat Berdasarkan teori pakar domba tersebut
yaitu pendapat pakar ilmuan dan pendapat bahwa domba hasil persilangan bukanlah
pakar budaya. (Wawancara, 8 Mei 2019) Domba Garut melainkan Domba Priangan yang
Berdasarkan buku Deni Heryadi yang mana tersebut merupakan domba tipe pedaging.
berjudul Pernak- Pernik dan Senarai Domba Domba Garut di yakini oleh masyarakat
Garut menjelasakan asal-usul Domba Garut Garut bahwa perkembangan Domba Garut me-
menurut teori ilmuan bahwa: rupakan Sumber Daya Genetik Ternak (SDGT)
“Menurut pakar teori ilmuan Merkens dan asli dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,
Soemirat 1926, asal-usul domba garut yaitu Cikandang, dan Cikeris di Kecamatan Cikajang
terjadi pada masa kolonial Belanda yang serta Kecamatan Wanaraja. Keyakinanan ini
mana pada masa itu melakukan berbagai telah cukup lama berkembang di kalangan
importasi ternak oleh Hindia Belanda, di peternak domba di Kabupaten Garut khususnya
antaranya adalah kambing dan domba ter- masyarakat peternak di Kecamatan Cikajang
utama ke Pulau Jawa sebagai pusat peme- dan Wanaraja.
rintahan pada saat itu dengan tujuan untuk Menurut Teten Rustendi (38), bahwa
meningkatkan kualitas domba lokal yang secara budaya masyarakat Garut bersikukuh
ada. Pemerintahan kolonial Belanda mulai bahwa Domba Garut adalah Domba Garut yang
memasukan Domba Merino pada tahun bukan dari persilangan sehingga di pertahankan
1864 yang pemeliharaanya diserahkan pada walaupun tidak ilmiah dalam mempertahan-
Karel Frederik Holle kemudian domba- kannya yang mana Domba Garut bukan Domba
domba tersebut di pindahkan ke Garut pada Priangan atau Domba persilangan sehingga
Tahun 1869. Domba-domba tersebut kemu- Domba Garut merupakan domba yang di
dian secara bertahap didistribusikan dan banggakan dan mempunyai ciri khas plasma
disebarkan ke beberapa orang penggemar nutfah asli Garut. (Wawancara, 8 Mei 2019).
domba, antara lain kepada Bupati Bahkan Domba Garut telah di tetapakan
Limbangan (satu pasang) dan kepada Van sebagai rumpun ternak berdasarkan Surat
Nispen seekor pejantan domba Merino yang Keputusan Mentri Pertanian No. 2914/kpts/OT.
pada saat itu kebetulan telah memiliki 14/6/2011, Tanggal 17 Juni 2011. Dengan telah
seekor doma Kaapstad, serta disebarkan ditetapkannya Domba Garut sebagai satu
keberapa daerah lain, seperti ke Kabupaten rumpun ternak, maka pemerintah akan melin-
Sumedang, Kabupaten Garut, serta ke dungi status hukum dan keberadaan Domba
Kabupaten dan Kota Bandung’’, (Deni Garut sebagai Sumber Daya Genetik Ternak
Heriyadi, 2011: 5). dari Indonesia. Penetapan Rumpun adalah pe-
ngakuan pemerintah terhadap rumpun ternak

130
Rijki, Wawan, Sriati – Seni Laga Ketangkasan.....

yang ada di suatu wilayah sumber bibit yang putih, jantan bertanduk dan betina keba-
secara turun temurun dibudidayakan oleh peter- nyakan tidak bertanduk. Tipe ekor sedang,
nak dan milik masyarakat. panjang telinga lebih dari 9 cm dengan
Saat ini Domba Garut merupakan salah posisi menggantung ke tanah, serta bagian
satu aset sumber daya genetik ternak asli yang belakang (paha dan kelangkang) lebih
sangat penting di Jawa Barat penting di besar. Secara istilah peternak domba peda-
Provinsi Jawa Barat sehingga perlu dilestari- ging tidak mempumyai kekasepan dari segi
kan, di budidayakan, dikembangkan untuk struktur wajah.
mendapatkan manfaat ekonomi yang optimum,
agar dapat mendongkrak dan mensejahterakan b . Ciri-ciri Domba tipe tangkas (adu)
kehidupan petani atau peternak khususnya Berdasarkan ciri-ciri Domba Garut
peternak Domba Garut. tipe tangkas ialah berdasarkan ciri tubuh
domba dan raut muka.
1. Ciri-ciri Domba Garut “Secara morfologi tubuh Domba Garut
Ternak domba sebagai mana halnya tipe tangkas berbeda dengan tipe domba
ternak lain, sudah merupakan ternak yang biasa lainnya, yaitu bergaris muka cembung,
dipelihara oleh masyarakat. Domba Garut telinga rumpung atau kecil, jantan me-
diakui terbaik, karena memiliki sifat-sifat yang miliki tanduk yang kokoh dan kuat,
jarang di miliki domba lainnya. Domba Garut bergaris punggung cekung, pundak le-
memiliki sifat kebiasaan melahirkan sampai bih tinggi dari bagian belakang dan
dua kali dalam satu tahun. Sifat prolifikasinya panggul lebih rapat dengan dada beru-
(jumlah anak dalam setiap kelahiran) bisa kuran besar, ekor bertipe sedang sampai
menycapai tiga ekor hingga produktifitasnya gemuk, sedangkan betina bertanduk ke-
tinggi. Selain itu Domba Garut jantan memiliki cil, garis punggung lurus, bagian dada
sifat khas, selalu ingin bertarung. Sifat khas itu, tidak tampak mengembang seperti hal-
menjadikan Domba Garut di gemari masya- nya pada jantan dan ekornya bertipe
rakat sebagai dan peternak sebagai Domba sedang”, (Mulliadi, 1996).
Tangkas (adu).
Domba Garut merupakan domba lokal Sedangkan ciri-ciri Domba Garut
Indonesia yang banyak tersebar di Jawa Barat, tangkas dilihat dari raut muka menurut
terutama di Kabupaten Garut dengan populasi Budinuryanto (1991) ialah memiliki mata
Domba Garut mencapai 337.036 ekor (BPS besar, bersih dan bersinar tajam, pembuluh
Kabupaten Garut, 2004). Domba Garut memi- darah yang besar pada kelopak mata, raut
liki tingkat kesuburan tinggi (prolifik), memili- muka kuat dan kencang, mulut lebar atau
ki potensi yang baik untuk dikembangkan besar dengan bibir yang tebal, punggung
sebagai sumber daging dan dapat dijadikan lurus dengan posisi bagian depan lebih
sebagai daya tarik pariwisata sektor seni dan tinggi dibandingkan bagian belakang, ben-
budaya daerah. Domba ini banyak dipelihara tuk tubuh panjang dan bulat, bagian
sebagai sebagai sumber domba pedaging (tipe dadanya besar, lebar dan kuat dan memiliki
pedaging) dan domba aduan (tipe tangkas). kaki yang besar, pendek dan kuat.

a . Ciri-ciri Domba Garut tipe Pedaging 2. Klasifikasi Domba Garut tipe tangkas
Domba tipe pedaging ini mempu- (Adu)
nyai tubuh yang kompak, telinga yang Keberhasilan seorang pemelihara (pe-
panjang, memiliki wol yang halus dengan ternak) Domba Garut tipe tangkas ialah
warna dasar dominan putih, serta memiliki menyeleksi domba bakalan (petet), keberha-
paha belakang yang cukup besar. Domba silan memilih dan menghasilkan petet yang
Garut pedaging jantan maupun betina akan jadi domba tangkas unggulan memerlukan
memiliki ciri-ciri garis muka lurus, bentuk keahlian khusus, yang di tunjang oleh informasi
mata normal, bentuk telinga ngedaun hiris mengenai silsilah tetuanya. Petet yang dihasil-
dan rubak, garis punggung lurus, bentuk kan dari domba-domba juara harganya jauh
bulu lurus dengan warna dasar dominan lebih mahal dibandingkan dengan petet-petet

131
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 3 No. 2 Desember 2019

yang tetuanya tidak pernah memenangi suatu pertandingan dinyatakan menang atau berakhir
kontes tertentu. bila sampai si domba ada yang mati (sapaehna).
Peternak sering melakukan penggolo- Ngaben dalam perakteknya mengarah kepada
ngan petet sejak mulai disapih sampai dengan hal-hal yang negatif yaitu perjudian, sebab
umur domba 12 bulan. Petet merupakan tidak adanya satu aturan yang berlaku.
sebutan yang biasa diberikan untuk anak Berdasarkan penuturan Teten Rustendi
Domba Garut pascasapih dengan umur berkisar (38) istilah Ngaben memiliki arti yang sama
antara 4-8 bulan, atau sejak anak domba mulai dengan ngadu namun istilah Ngaben cenderung
di sapih oleh induknya sampai mencapai memiliki arti perjudian yang bisa menimbulkan
pubertas atau telah ada penjarangan pada gigi perkelahian antar pemilik domba ataupun pe-
seri. nonton. Dalam perkembangannya Seni Laga
Selain pemilihan petet untuk mendapat- Ketangkasan Domba Garut bukan semata mata
kan domba tangkas yang terbaik yaitu pemi- untuk mengadukan domba sampai mati atau
lihan bibit unggul dengan cara memilih betina menyakiti domba akan tetapi midangkeun atau
dan pejantan yang mempunyai kriteria yang nampilkan domba di tempat pamidangan.
sudah dipahami oleh para peternak domba. Pamidangan artinya tempat arena laga domba
Kriteria bibit betina untuk domba tangkas yaitu atau penampilan laga domba. (Wawancara, 8
memiliki ciri bentuk tubuh yang lenjang, ben- Mei 2018)
tuk leher Domba Garut betina yang panjang
halus, dan proporsional. Bentuk leher Domba 1. Seni Laga Ketangkasan Domba Garut
Garut betina yang berbentuk lenjang sangat sebagai Kesenian Rakyat
disukai oleh peternak domba tangkas, karena Seiring perkembangan jaman istilah
dipercaya mampu memberikan keturunan Ngaben dirubah menjadi seni laga ketangkasan
Domba Garut dengan kualitas yang baik dan domba. Perubahan istilah Ngaben menjadi Seni
memiliki sifat keindukan (mothering ability) Ketangkasan Domba Garut, pada dasarnya me-
yang tinggi. rupakan konvensi kelompok masyarakat yang
Sedangkan untuk pejantan yaitu yang tergabung pencinta domba tangkas. Menurut
utamanya memiliki silsilah keturunan (tetua- mereka yang Ngaben atau ngadu merupakan
nya) terdahulu apalagi mempunyai jejak juara kebiasaan buruk yang tidak ada manfaat akan
kontes. Selain itu dari segi fisik bisa di cirikan kelangsungan tradisi tersebut.
jenis ideal bagi Domba Garut tipe tangkas Atas dasar kebutuhan masyarakat yang
dengan melihat bentuk tanduk kepala dan menilai tradisi atau kebiasaan Ngaben tersebut
bagian tubuh yang lainnya. buruk, timbul suatu dorongan untuk merubah
kebiasaan Ngaben atau ngadu domba menjadi
E. Selayang Pandang Seni Laga kearah nilai estetika atau menilai dari sisi pan-
Ketangkasan Domba Garut dang keindahan dari domba garut saat berlaga.
Seni Laga ketangkasan Domba Garut Dari perubahan tersebut yang berdasarkan do-
merupakan permainan ketangkasan dan seni rongan kebutuhan para peternak domba tangkas
pertunjukan rakyat yang berkembang pada akan nilai etetika, tradisi Ngaben atau ngadu
masyarakat Sunda, khususnya di Garut. Secara domba menjadi seni ketangkasan domba. Me-
global, Seni ini menampilkan kekuatan domba nurut penelitian Abraham Maslow mengatakan
saat berlaga. Awalnya, permainan Seni Laga bahwa: “kebutuhan estetika itu terlahir dari
Ketangkasan Domba Garut di kenal dengan keburukan yan menimbulkan kejemuan serta
sebutan Ngadu Domba. Kata ngadu berasal dari melemahkan semangat. Dari keburukan terse-
kata dasar adu yang memiliki arti memperlaga- but orang memerlukan akan keindahan.” (Frank
kan atau mempertarungkan domba. G. Goble, 1987: 79)
Pada prakteknya dahulu seni laga ke- Teori Maslow sejalan dengan kelompok
tangkasan domba garut merupakan kegemaran pemelihara domba tangkas bahwa perubahan
atau hobi masyarakat garut sebagai ajang hi- kebiasaan Ngaben atau ngadu domba menjadi
buran ngadu domba yang dahulu disebut seni tercipta oleh kebiasaan yang dipandang
Ngaben. Prakteknya Ngaben disini dahulu me- buruk atau suatu kejemuan dari suatu tradisi
ngadukan domba secara tidak manusiawi yaitu

132
Rijki, Wawan, Sriati – Seni Laga Ketangkasan.....

yang sudah tumbuh sejak dulu. Tujuan diru- yang menjadi ikon Desa Cikandang. Mengede-
bahnya tradisi Ngaben menjadi seni ialah untuk pankan keterampilan peternak dalam pemeliha-
menciptakan suatu tradisi yang lebih menitik- raan domba dengan kriteria penilaian dari
beratkan pada aspek nilai keindahan dari ketangkasan aduan domba, seni budaya ini juga
Domba Garut itu sendiri. merupakan hiburan para petani sebagi pelepas
Perkembangan masa sekarang Ngaben lelah dari kegiatan berkebun selama 2 (dua)
atau ngadu domba ini sudah diidentikan dengan pekan.
Seni Ketangkasan Domba Garut, sebab pada
pekembangannya tradisi ngadu domba mempu- 2. Letak Seni (Estetika) dalam Seni Laga
nyai unsur nilai seni yang tinggi yaitu dilihat Ketangkasan Domba Grut
dari kekuatan domba saat bertanding dan Titik letak seni dalam Seni Laga Ke-
keindahan dari karakteristik Domba Garut itu tangkasan Domba Garut yaitu terbagi menjadi
sendiri. Dari perkembangan tradisi ngadu dom- dua bagian yang menjadi landasan seni dalam
ba tersebut terciptalah karya seni. Apalagi Seni laga ketangkasan Domba Garut di antaranya:
Ketangkasan Domba Garut sekarang sudah a . Estetika dalam pertandingan laga
dikolaborasikan dengan kesenian. Perpaduan ketangkasan
kesenian ini membuat istilah ngadu domba
berubah menjadi Seni Ketangkasan Domba
Garut.
Kesenian merupakan salah satu aktivi-
tas yang bisa dilakukan dan dinikmati oleh
manusia dalam mengolah rasa dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan akan keindahan
serta keselarasan jiwa baik itu sebagai penikmat
seni ataupun pelaku seni itu sendiri. Begitu juga
dengan Seni Ketangkasan domba Garut yang
perkembangannya memberikan makna seni
yang berbeda dengan jenis kesenian pada
umumnya. Gambar 4. Kelincahan Domba Garut yang mengikuti
Seni Laga Ketangkasan Domba Garut ritme musik kendang pencak saat melakukan serangan.
(Foto: Dok. Rijki Hidayatuloh,1 September 2019)
merupakan salah satu kesenian daerah Jawa
Barat (Sunda) yang masih ada hingga saat ini.
Sehingga selaras dengan pengertian kesenian Estetika dalam Seni Laga Ketang-
menurut William A. Haviland bahwa: kasan Domba Garut yang menjadi landasan
“Kesenian adalah penggunaan imajinasi seni dalam pertanding yaitu adannya seni
manusia secara kreatif untuk menerangkan, kendang pencak yang mengiringi domba
memahami, dan menikmati hidup. Hal ini saat bertanding. Penilaian seni dalam per-
berdasarkan pada kemampuan yang hanya tandingan Seni Laga Ketangkasan Domba
khusus terdapat di dalam diri manusia untuk Garut di lihat dari gaya kelincahan langkah
menggunakan lambang guna memberi domba dalam melakukan serangan yang
bentuk dan arti kepada alam fisik, yang harus seirama dengan ritme musik kendang
tidak hanya sekedar untuk keperluan yang pencak istilahnya awahan.
bermanfaat”. (Haviland. 1988: 242).

Seni Laga Ketangkasan Domba Garut tumbuh


dan berkembang di Kp Cikeris Desa Cikandang
Kecamatan Cikajang sebagai kesenian unggu-
lan. Adapun untuk peningkatan kualitas ternak
Domba Garut di Desa Cikandang terdapat
Arena Laga dan Budaya, disini para peternak
bisa memperlihatkan kualitas Domba Garut

133
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 3 No. 2 Desember 2019

unsur yang penting diketahui oleh


peternak atau penggemar domba tang-
kas, karena adeg-adeg merupakan unsur
penilaian terpenting dalam kontes dan
seni ketangkasan domba dan salah satu
parameter yang sangat menentukan
tinggi rendahnya harga Domba Garut di
pasaran.
2) Ngabaji atau Ngabuah randu yaitu
berasal dari kata ngabuah dan randu
(bahasa Sunda). Ngabuah memiliki kata
Gambar 5. Estetika ketepatan serangan pukulan dalam dasar buah yang dalam Bahasa
Seni Ketangkasan Domba Garut Indonesia berarti buah-buahan atau
(Foto: Dok. Rijki Hidayatuloh, 7 April 2019) hasil yang di dapat, sedangkan randu
adalah pohon yang buahnya meng-
Penilaian seni di pertandingan meli- hasilkan kapuk. Diartikan sebagai ben-
puti teknik bertanding yaitu si domba Garut tuk badan domba yang perutnya besar
di lihat dari keindahan dalam melakukan ke bagian depan (dada), dan kecil ke
serangan yang harus mengikuti ritme musik belakang. Dimaknakan sebagai kebang-
kendang pencak dan teknik pukulan di lihat gaan sebagai seorang pesilat yang selalu
dari si domba Garut melakukan pukulan de- siap untuk bertarung membela kebe-
ngan serangan tepat pada kepala lawan. naran. Seorang pesilat harus memiliki
hati yang bersih dan berlapang dada bila
b . Estetika tubuh Domba Garut mendapatkan kekalahan.
3) Tanduk (rengreng) adalah cula dua
yang tumbuh dibagian kepala, dan ber-
fungsi sebagai alat menyerang dan
mempertahankan diri dari serangan
musuh. Tanduk domba diberinama:
leang-leang, Ngabendo, jamplang,
gayor, golong tambang, jingjingan,
golong awi, amin lebe, lele paeh,
nanggeuy gado, ngadaun seureuh,
nyocog, puhu, dan tanduk nyurat.
Gambar 6. Estetika Tubuh Domba Garut.
(Foto: Dok. Rijki Hidayatuloh, 6 Otober 2019)
F. Struktur Pertunjukan Seni Laga
Ketangkasan Domba Garut
Landasan seni dalam Seni Ketangkasan (Penyelenggaraan Seni Ketangkasan
Domba Garut di lihat dari kreteria karakteristik Domba Garut)
kegagahan Domba Garut itu sendiri yaitu: Proses pertunjukan Seni Laga
1) Adeg-adeg yaitu didalam Seni Ketang- Ketangkasan Domba Garut yang dulunya hanya
kasan Domba Garut diartikan sebagai digelar dilapangan terbuka dan tata cara pelak-
kesesuaian postur tubuh mulai dari sanaann belum terstruktur maka dimasa
badan sampai kaki atau bentuk umum sekarang sudah adanya struktur acara yang
performa fisik domba yang dinilai dari; sistematis. Pada proses penyelenggaraannya
(a) kekokohan badan, leher, kepala Seni Ketangkasan Domba Garut dibagi
(postur), (b) bentuk, ukuran, dan letak beberapa penyelenggaraan, yaitu:
tanduk (jingjingan), dan (c) bentuk dan a . Kontes latihan dimana penyelenggaraannya
raut muka (ules). Dimaknakan penam- sebatas latihan antar padepokan tidak ada-
pilan dianggap dapat mencerminkan nya hadiah yang dilakukan dua pekan
kemampuan dari seseorang. Adeg-adeg sekali.
Domba Garut merupakan salah satu

134
Rijki, Wawan, Sriati – Seni Laga Ketangkasan.....

b . Semi kontes yaitu penyelenggaraannya 1. Pihak-pihak yang terlibat penyelenggaraan


dilakukan seluruh daerah untuk mempere- Seni Ketangkasan Domba Garut
butkan hadiah yang sudah ditentukan tetapi Dalam penyelenggaraan Seni Ketang-
tidak adanya penyandang kelas domba yang kasan Domba Garut, dalam prosesnya ada
terbaik dan jadwal penyelenggaraannya pihak-pihak yang berperan didalamnya, baik
ditentukan oleh HPDKI. dalam pengaturan jalannya pertandingan mau-
c . Kontes utama yaitu penyelenggaraanya pun pengamanan massa. Pihak-pihak penye-
dilakukan seluruh daerah untuk mempere- lenggara yang terlibat diluar pamidangan antara
butkan hadiah yang besar dan mempere- lain:
butkan kelas domba terbaik atau (juara). a. Ketua Penyelenggara (Panitia) yaitu
d . Liga kontes yaitu penyelenggaraan kontes panitia yang menyelengarakan pertan-
domba hanya intern hanya sebatas Kabu- dingan atau kontes Seni Laga Ketang-
paten saja dan memperebutkan hadiah yang kasan Domba.
sudah ditentukan dan menyeleksi domba b . Ketua HPDKI/Sekjen HPDKI yaitu
terbaik untuk dikonteskan di Liga Kepre- orang yang bertanggung jawab atas
sidenan yang di selenggarakan setahun penyelenggaraan Seni Ketangkasan
sekali. Domba Garut (kontes).
e . Sistem pertandingan dalam kontes terbagi c . Dinas Peternakan yaitu bertugas untuk
menjadi dua yaitu sistem tanding dalam dan mengontrol berapa kuota domba yang
sistem tanding luar; mengikuti kontes atau pertandingan
1) Sistem tanding dalam Seni Ketangkasan Domba Garut serta
Sistem tanding dalam adalah sistem membina dalam pengembangan peter-
pertandingan dengan mencari pasangan nakan untuk meningkatkan harga jual.
tanding (nyandingkeun) setelah salah satu d . Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yaitu
domba dimasukan ke pakalangan (arena), orang yang memasarkan Seni Ketang-
sistem ini biasanya memakan waktu yang kasan Domba Garut untuk menyedot
cukup lama dan kurang efektif. Sistem arus kunjungan wisatawan.
tanding dalam ini biasanya dilakukan dalam e . Perangkat Desa yaitu yang bertugas
kegiatan latihan rutin seni ketangkasan sebagai pembantu umum terselengga-
Domba Garut setiap minggunya dibeberapa ranya acara kontes Seni Ketangkasan
daerah secara bergiliran. Domba Garut.
f . Kepolisisan yaitu selaku penanggung
2 ) Sistem tanding luar jawab keamanan dan ketertiban.
Sistem tanding luar adalah sistem g . MC (Master of Ceremony) yaitu pem-
pertandingan dengan mencari pasangan bawa acara pada pelaksanaan ketang-
tanding (nyandingkeun) sebelum domba di kasan domba, peran MC dalam seni
masukan ke pakalangan (arena), sistem ini ketangkasan tidak hanya saat berlang-
cukup efektif dalam pengaturan waktu sungnya acara ketangkasan, tetapi turut
penyelenggaraan. Sistem pertandingan ini membantu wasit dan juri, dan bobotoh
adalah sistem pertandingan yang banyak yang berada dipekalangan demi kelan-
digunakan dalam liga atau kontes seni caran berjalannya seni ketangkasan
ketangkasan domba. Biasanya di dalam liga domba.
atau kontes Seni Ketangkasan Domba h . Nayaga yaitu sekelompok orang yang
dilakukan sistem pertandingan luar terbuka, memainkan gamelan (seperangkat pe-
kecuali pada HPDKI Cup sistem yang rangkat peralatan kesenian tradisional
digunakan adalah sistem tanding luar, tetapi sunda), seperti kendang, saron, bonang,
tidak boleh dalam satu wilayah cabang penerus, gamang, gong, terompet, kec-
HPDKI. rek, termasuk sinden yang bernyanyi,
musik yang dimainkannya berupa mu-
sik capong (penca dan jaipong) untuk
mengiringi acara seni ketangkasan
Domba Garut.

135
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 3 No. 2 Desember 2019

Selain pihak yang terlibat di luar atau gugurnya suatu babak atau satu
pamidangan, ada juga pihak yang terlibat di tandingan domba.
dalam pamidangan yang bertugas antara lain: e . IP (Insektur Pertandingan) yaitu orang
a. Wasit yaitu bertugas dipakalangan un- yang di tugasi untuk mengawasi, meme-
tuk mengatur jalannya pertandingan riksa dan mengorksi hasil penilaian para
saat domba di tangkaskan. Wasit yang Juri (tiga orang juri) dalam suatu kontes
bertugas di pakalangan harus mendapat Seni Ketangkasan Domba Garut. Seo-
rekomendasi dari HPDKI dan idealnya rang IP akan turut menentukan keputu-
Wasit harus memiliki sertifikat untuk san, pemenang, bila terdapat hal-hal
memimpin suatu pertandingan. yang sulit diputuskan.
b . Juri domba tangkas yaitu orang yang f . Tukang Rekap yaitu orang yang ber-
bertugas menilai saat Domba Garut di- tugas untuk mengumpulkan hasil peni-
tangkaskan, juri harus orang yang laian dari para juri, merekap, mengolah
sangat dipercaya dan memiliki kemam- dan memvalidasi data hasil pertan-
puan menilai dengan teliti, jujur dan jeli. dingan.
Juri yang bertugas harus mendapat g . Bobotoh yaitu istilah digunakan untuk
rekomendasi dari HPDKI dan idealnya pendamping (pamilon) atau bahasa se-
memiliki sertifikat juri untuk menilai karangnya Joki, yang merupakan orang
suatu pertandingan. atau sekelompok orang yang menangani
c . Juri Kontes Domba Garut yaitu orang domba yang siap untuk ditangkaskan
yang bertugas memberi penilaian pada sampai selesai dari pekalangan. Bobo-
saat Domba Garut dikonteskan. Juri toh biasanya berperan pula dalam mera-
Kontes harus orang yang dipercaya dan maikan suasana dipekalangan dengan
memiliki kemampuan menilai kualitas cara ikut memeriahkan suasana, menari-
Domba Garut secara kualitatif dan nari, sambil ikut menyemangati domba
kuantitatif. Juri Kontes biasanya ditu- yang sedang berlaga.
gasi oleh institusi, penyelenggara kon-
tes (Dinas Peternakan, Pemda, Pergu- 2. Aturan dalam Kontes Seni Laga
ruan Tinggi, dll) atas dasar kepakaran Ketangkasan Domba Garut
kapibilitasnya. Seiring perkembangan waktu dari Kon-
d . Juru Tanding yaitu orang yang memiliki tes dan Ketangkasan Domba dirubah menjadi
kemampuan dan pengetahuan dalam Kontes Seni Laga Ketangkasan Domba Garut
memasangkan domba-domba yang se- yang mana penyelenggaraannya menitikberat-
imbang untuk di tangkaskan. Juri kan pada penekanan nilai seni yang dulunya
Tanding biasanya merupakan salah seo- tidak adanya peraturan pertandingan maka,
rang yang hapal betul dengan performa HPDKI membuat sebuah peraturan pertandi-
domba-domba yang sering diikut ngan sudah ditentukan yaitu sebagai berikut:
sertakan dalam suatu kegiatan ketang- a. Pertandingan dipimpin oleh satu orang
kasan, baik terhadap sifat-sifat kuanti- wasit dan dua orang pendamping untuk
tatif, sifat-sifat kualitatif, maupun tek- masing-masing domba (Bobotoh/Joki),
nik bertandingnya, karena domba-dom- satu pendamping lapangan dan satu
ba yang dibawa kepakalangan biasanya pendamping diluar lapangan, serta di-
merupakan domba-domba yang itu-itu awasi tiga orang juri dan seorang IP
lagi, kecuali domba yang baru di bawa (Inspektur Pertandingan).
kepakalangan, namun jumlahnya tidak b . Pertandingan dibatasi oleh jumlah
terlalu banyak. Posisi Juru Tanding teunggaran (hantaman) yaitu dengan 20
sangat berperan penting dalam kelan- kali teunggaran (hantaman). Penggo-
caran jalannya Seni Laga Ketangkasan longan kelas domba garut ditentukan
Domba, karena bila salah dalam mema- oleh bobot badan domba. Kelas A
sangkan domba, kemeriahan suatu ke- dengan bobot badan 70 kg keatas, Kelas
tangkasan sering tidak terwujud, bahkan B dengan bobot badan 60 kg- 70 kg, dan
seringkali mengakibatkan kecelakaan Kelas C dengan bobot badan 50 kg – 60

136
Rijki, Wawan, Sriati – Seni Laga Ketangkasan.....

kg. Jika tidak seimbang dalam bobot 6) Akumulasi paling tinggi dari jumlah
badan domba maka domba di diskua- total kelima kriteria penilaian itu
lifikasi. adalah pemenang dan berhak me-
c . Kemenangan dan kekalahan dilihat dari nyandang gelar juara kontes Seni
sikap domba. Dan dari penilaian dari Laga Ketangkasan Domba Garut.
juri pertandingan.
d . Untuk memperoleh penilaian keluar e. Pemilik domba tidak lagi terlibat lang-
sebagai pemenang, maka Tim juri akan sung dalam arena pertandingan karena
bersidang sejenak sambil istirahat. telah didelegasikan kepada pendamping
Materi penilaian terdiri atas: (bobotoh / joki).
1) Penilaian Adeg-adeg yaitu penilaian f. Ukuran lapangan pamidangan (tempat
berdasarkan kesesuaian atau kesera- menangkaskan domba) telah ditentukan
sian postur tubuh mulai dari badan yaitu minimum dengan ukuran 15 X 15
sampai performa fisik domba yang m dan maksimum 30 X 30 m. Kompo-
dinilai berdasarkan postur tubuh nen pamidangan biasanya terdiri atas:
(kekokohan badan, leher, dank pakalangan, galar, panggung nayaga,
kepala), jingjingan (bentuk, ukuran, kursi ruang untuk penonton di sekeliling
dan letak tanduk), dan ules (bentuk lapangan.
dan raut muka). Poin nilai 21 – 25 g. Antara arena pertandingan dengan pe-
(dari sekala 100). nonton dibatasi dengan galar (pembatas
2) Penilaian Kesehatan yaitu salah satu terbuat dari bambu atau kayu) sehingga
unsur penilaian pada seni ketang- ketertiban dan keamanan dapat dikon-
kasan domba, penilaian kesehatan trol dan terawasi.
didasarkan pada kebugaran, keber- h. Penonton atau pendukung (bobotoh)
sihan, dan kerapihan performa. Poin tidak boleh mengganggu jalannya per-
nilai kesehatan adalah 10 (dari skala tandingan seperti memasuki arena per-
100). tandingan atau membangkitkan emosi
3) Penilaian keberanian adalah salah pemilik domba.
satu unsur penilaian pada seni ke-
tangkasan domba, penilaian kebera- Berdasarkan wawancara bersama
nian didasarkan pada kondisi mental Sekjen HPDKI, Deni Rinjani (35) menuturkan
dan daya tahan atau stamina saat bahwa dengan adanya aturan yang telah di
ditangkaskan. Poin nilai keberanian tentukan oleh HPDKI untuk mencegah adanya
10 (dari skala 100). unsur-unsur negatif yang mejerumuskan kepa-
4) Penilaian teknik pamidangan atau da hal yang tidak baik atau terkait dengan ada-
bertanding adalah salah satu unsur nya perjudian atau tumpangan. Sebab dengan
penilaian pada seni ketangkasan adanya peraturan ini bertujuan untuk meng-
domba, penilaian didasarkan pada hilangkan stigma menyakiti hewan dengan
panjang pendekanya langkah awa- peraturan yang dibuat bertujuan untuk me-
han, keindahan langkah, serta kece- ngubah segala stigma negatif dan menekakan
patan dalam mengambil ancang-an- kepada penilaian arah seni dan budaya.
cang dan melakukan serangan. Poin (Wawancara, 6 April 2019).
nilai maksimum 30 (dari skala 100). Disamping adanya peraturan yang ter-
5) Penilaian teknik pukulan atau hanta- dapat dalam Seni Laga Ketangkasan Domba
man salah satu unsur penilaian pada Garut yang mana pembaharuan dari tradisi
seni ketangkasan domba, penilaian masa lalu ke tradisi masa kini, seni ketangkasan
berdasarkan pada teknik melakukan Domba Garut yang tempo dulu masih meng-
pukulan atau hantaman, kekerasan, gunakan peraturan yang sadis atau dengan
dan tingkat kemantapan pukulan istilah pamidangan yaitu Tilusa atau Tiga-sa
atau hantaman. Poin nilai pukulan merupakan kependekan dari saeureunna yaitu
atau hantaman 25 (dari skala 100). domba di tangkaskan sampai salah satu domba
berhenti dengan sendirinya, satalukna yaitu

137
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 3 No. 2 Desember 2019

domba ditangkaskan sampai salah satu menye- anggota HPDKI masing-masing cabang
rah atau lari dari pakalangan, dan sapaehna kabupaten. Selanjutnya panitia penyeleng-
yaitu domba di tangkaskan sampai salah satu gara mempersiapkan lapangan (pamida-
ada yang mati. Melihat kondisi tradisi tempo ngan) dan membuka pendaftaran dengan
dulu maka HPDKI membuat aturan yang dise- biaya menyesuaikan penyelenggaraannya,
pakati bersama umtuk menciptakan seni tradisi seperti latihan berhadiah dengan adminis-
ketangkasan domba (Ngaben domba) lebih trasi Rp 50 ribu, semi kontes dengan biaya
kearah positif yang mengarah kepada nilai Rp 100-150 ribu, dan laga kontes diatas
hiburan dan nilai seni tapi tidak menghilangkan 150-250 ribu sesuai hadiah yang akan
esensi tradisi budaya. ditentukan oleh Panitia Penyelenggara.
Aktivitas-aktivas selanjutnya para
3. Pertunjukan Seni Ketangkasan Domba peternak domba tangkas mempersiapkan
Garut pemeliharaan atau perawatan domba tang-
Seiring dengan perubahan zaman kasnya. Selain mempersiapkan setiap para
pertunjukan Seni Ketangkasan Domba Garut peternak mencari lawan tanding yang sesuai
yang dulu hanya hiburan yang diselenggarakan kelasnya atau bobot berat badannya yang
dilapangan kosong dan tidak adanya aturan seimbang.
yang berlaku, dengan masa sekarang lebih ter-
struktur dan sistematis dalam penyelenggara- c . Saat Pertunjukan
annya yaitu dengan tahapan yang berlaku. Aktivitas-aktivitas saat pertunjukan atau
Adapun struktur pertunjukan atau penyelengga- penyelenggaraan kontes setiap pamilon
raannya meliputi aktivitas-aktivitas yang terjadi (peserta) yang akan menandingkan domba-
mulai persiapan hingga selesai pertujukan nya di timbang sesuai kelas atau bobot
berlangsung. Struktur pertunjukan Seni Laga badan domba yang seimbang. Setelah itu
Ketangkasan Domba Garut aktivitasnya dimu- para pamilon mengambil nomor undian
lai dari pra petunjukan, menjelang pertunjukan (urut bertanding) yang sudah diurutkan
dan saat pertunjukan. lawan tandingnya yang di lakukan malam
hari atau pagi hari proses penimbangan dan
a . Pra Pertunjukan memilih lawan tanding.
Pra pertunjukan adalah aktivitas saat Adapun struktur pertunjukan dalam pelak-
beberapa hari sebelum pertunjukan atau sanaannya yaitu pertama, diawali pembu-
acara kontes dengan jarak waktu maksimal kaan oleh panititia penyelenggara yang
satu bulan. Sebelum pertunjukan aktivitas terdiri dari sambutan sambutan ketua
para kelompok peternak (Padepokan) atau HPDKI tokoh-tokoh budaya pejabat-peja-
Panitia penyelenggara melakukan musya- batan setempat. Kedua, pementasan hiburan
warah yang tergabung keanggotaan HPDKI berupa seni kendang penca atau sekarang
(DPC Kabupaten) dengan melakukan pro- lebih populer seni capong (penca jaipong)
sedur yaitu seperti membuat proposal ijin yang merupakan perpaduan kesenian ken-
mengadakan penyelenggaraan atau kontes dang penca dan kesenian jaipong. Ataupun
Seni Laga Ketangkasan Domba yang ditu- penampilan-penampilan kesenian setempat
jukan kepada DPC HPDKI Jawa Barat yang ditampilkan untuk memeriahkan acara
(DPD Propinsi) dan membuat ijin kera- kontes Seni Laga Ketangkasan Domba
maian ke Kepolisian. Selanjutnya jika di Garut. Ketiga, yaitu pelaksanaan pertandi-
setujui oleh DPD HPDKI Jawa Barat (DPD ngan dengan dipimpin oleh seorang wasit
Propinsi) setelah itu membuat perijinan dan tiga juri.
kepada intansi setempat.
G. Struktur Sosial Seni Ketangkasan
b . Menjelang Pertunjukan Domba Garut
Setelah perijinanan disetujui panitia Paham struktural fungsional memandang bah-
penyelenggara membuat selembaran inpor- wa masyarakat merupakan suatu sistem dari
masi (pamplet, surat, dan surat kabar di struktur sosial. Struktur menurut
grup sosial media HPDKI) kepada setiap Radcliffe Brown mengungkapkan bahwa:

138
Rijki, Wawan, Sriati – Seni Laga Ketangkasan.....

“Pengertian struktur dalam hal ini menjalankan struktur sosial dalam


adalah pola-pola nyata hubungan atau memelihara dan membudidaya domba
interaksi antara berbagai komponen ma- tangkas, dalam pengembangan peter-
syarakat pola-pola yang secara relatif nakan dilakukan dengan cara sistem ke-
bertahan lama karena interaksi-interaksi keluargaan. Pemilik domba sering
tersebut terjadi dalam cara yang terorga- disebut Juragan Domba.
nisasi. Struktur sosial adalah saling ke- b. Tukang rawat domba atau pembantu
terkaitan antara status-status yang di- juragan domba, yaitu anggota masya-
hasilkan apabila pelaku melaksanakan rakat yang berperan sebagai pembantu
peranan dikenakan dalam ineraksi peran seorang Juragan Domba dalam
dengan yang lain.” (Achmad Fedyani S, memelihara dan mengembangkan budi-
2005:156:157). daya domba tangkas. Tukang rawat
domba meliputi tukang ngarit atau
Maksud dari pengertian struktur sosial tukang rumput yang berperan untuk
di atas merupakan peranan status anggota penyedia pakan domba, tukang pijat
masyarakat dalam organisasi yang mempunyai domba berperan sebagai memelihara
peranan dalam melaksanakan interaksi-inter- kebugaran domba, tukang cukur domba
aksi untuk mejalankan fungsi masing-masing berperan sebagai perawat penampilan
dalam bermasyarakat. Struktur sosial masya- domba, tukang servis tanduk berperan
rakat dalam Seni Laga Ketangkasan Domba sebagai perawat penampilan tanduk
Garut dibentuk oleh masyarakat peternakan. domba, dan tukang pemisikan yaitu
Dalam struktur sosial masyarakat peternak berperan sebagai pelatih dan sebagai
domba garut dibagi menjadi dua kelompok pemelihara domba menjadi domba
masyarakat peternak yaitu: tangkas. Anggota tukang rawat domba
1. Masyarakat peternak Domba Garut tipe biasanya berasal dari sistem kekeluar-
daging yaitu peternak yang memelihara gaan yang sudah terlatih cara merawat
atau membudidaya ternak domba garut domba.
sebagai kebutuhan penghasil daging, dan c. Pendamping domba (Bobotoh atau
kulit. Joki), yaitu anggota masyarakat yang
2. Masyarakat peternak Domba Garut tipe berperan penting dalam mendampingi
tangkas yaitu peternak yang memelihara domba tangkas untuk bertanding dilapa-
atau membudidaya Domba Garut untuk ke- ngan pendamping domba biasanya me-
butuhan akan pementasan seni laga rangkap perannya sebagai pemelihara
ketangkasan. domba tangkas.
Masyarakat peternak dalam Seni Laga d. Pengusaha peternakan, yaitu anggota
Ketangkasan Domba Garut membentuk se- masyarakat peternak yang menyeleng-
buah kelompok pencinta domba tangkas garakan usaha peternakan domba dan
yang disebut padepokan domba. Salah satu kambing untuk tujuan komersial. Pe-
fungsinya adalah memelihara dan membu- ngusaha peternakan berperan sebagai
didayakan Domba Garut untuk kebutuhan penyalur domba tangkas atau istilah
Seni Laga Ketangkasan Domba Garut. peternakan Bandar Domba.
Struktur masyarakat dalam komunitas e. Pakar ahli peternakan, yaitu anggota
peternak domba membentuk strutur-truktur masyarakat peternak yang memiliki
anggota masyarakat yang berperan untuk keahlian khusus dan berdedikasi tinggi
menjalankan struktur sosial seni ketang- pengembangan ternak domba baik dari
kasan. Struktur sosial peternak domba tang- lingkungan instansi pemerintah, lemba-
kas antaralain sebagai berikut: ga swasta, lembaga swadaya masyara-
a . Peternak atau pemilik domba, yaitu kat, perguruan tinggi, ataupun lepas
seorang yang memiliki domba tangkas (freelance). Pakar ahli peternakan di
atau pemelihara dan pembudidaya dom- sini berperan sebagai peneliti dan
ba tangkas. Pemilik domba tangkas pengembangan peternakan domba.
disini sangat berperan penting dalam

139
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 3 No. 2 Desember 2019

f . Pembina peternakan, yaitu anggota 1. Status dan Peran Masyarakat Peternak


masyarakat yang mencurahkan waktu Domba
dan tenaganya untuk pengembangan pe- Kedudukan struktur sosial masyarakat
ternakan domba atau kambing baik dari peternak domba tangkas adalah struktur ma-
lingkungan instansi pemerintah, lem- syarakat petani yang dicerminkan oleh peran
baga swasta, lembaga swadaya masya- kedudukan dan status petani sebagai aggota
rakat, perguruan tinggi, ataupun lepas masyarakatnya. Struktur masyarakat peternak
(freelance). Pembina Peternakan berpe- dibangun atas dasar jaringan hubungan internal
ran sebagai pembina para peternak da- keluarga dan antar warga dan juga hubungan
lam pengembangan tenak domba untuk eksternal dengan para mitra pemelihara, mitra
menjaga kelestarian domba. pelanggan dan mitra lomba Seni Laga Ke-
g . Masyarakat umum, yaitu perorangan tangkasan Domba Garut.
yang simpatik dan memiliki kepedulian, Jaringan kerja dan hubungan sosial ini
menaruh perhatian dan simpati, serta terus berlanjut karena dibangun atas dasar
berminat dan berdedikasi terhadap upa- kepercayaan antar warga seprofesi antar Kam-
ya pengembangan peternakan domba pung, antar Desa, dan antar Kabupaten yang
atau kambing. didasarkan kepercayaan dan kerjasama pema-
Masyarakat peternak yang membentuk saran. Kedudukan masyarakat peternak bervari-
struktur sosial seni ketangkasan di atas asi berkaitan dengan tingkat pemilikan, pemi-
mempunyai saling ketergantungan satu likan ternak yang mencapai ratusan ekor, pulu-
sama lain yang mempunyai peran ma- han ekor dan beberapa ekor.
sing-masing untuk menjalankan fung- Kedudukan dan status tersebut seka-
sinya. Dari terbentuknya sistem masya- ligus mempunyai peran penting sebagai
rakat peternak, para peternak memben- pengembang peternakan domba tangkas. Struk-
tuk sebuah organisasi masyarakat yang tur masyarakat terdiri dari struktur keluarga
menghimpun seluruh masyarakat peter- peternak, yang anggota kelurganya berperan
nak dengan tujuan mejalankan peran dalam pengembangan peternakan.
struktur sosial. Himpunan tersebut di Domba Garut dalam tahap selanjutnya
bernama HPDKI (Himpunanan Peter- terbagai menjadi dua pola pemeliharaan yaitu
nak Domba Kambing Indonesia). Domba Garut tipe pedaging dan Domba Garut
HPDKI merupakan sebuah organisasi tipe untuk kesenangan atau hobi (Fancy). Dom-
kemasyarakatan sebagai wadah untuk ba Garut tipe kesenangan atau hobi ini
menghimpun, mengelola, dan mening- kemudian dikenal sebagai Domba Garut tipe
katkan kualitas hidup seluruh peternak tangkas atau domba ketangkasan.
domba dan kambing serta tidak terikat
pada suatu organisasi politik atau masa 2. Kultur Peternakan dalam Seni
manapun. Organisasi atau himpunan ini Ketangkasan Domba Garut
sangat berperan penting dalam aspek Kehidupan masyarakat peternak domba
peran dan fungsi bagi masyarakat di bawah lebel “struktur sosial” para struktural
peternakan. Himpunan ini berperan se- fungsional tak hanya melakukan interaksi status
bagai alat transportasi masyarakat pe- peran-peran, melainkan juga membuat aturan-
ternakan untuk mejalankan struktur aturan khusus dan keyakinan-keyakinan umum,
sosial dalam Seni Laga Ketangkasan norma dan nilai, untuk kehidupanya. Panda-
Domba Garut, pengembangan, pelesta- ngan yang lebih menonjol di kalangan struk-
rian, dan pemeliharaan peternakan. tural fungsional adalah bahwa norma-norma
Masyarakat peternakan dalam mejalan- dan nilai-nilai tersebut bukanlah strutural,
kan struktur sosialnya saling berhubu- melainkan “kurtural”, yang eksis dalam berba-
ngan dan keterikatan untuk mencapai gai ruang konseptual yang menyelimuti struk-
tujuan memenuhi kebutuhan sosialnya. tur-struktur sosial. Dengan kata lain, norma dan
nilai sebenarnya adalah ide-ide atau simbol-
simbol yang berada dalam pikiran individu

140
Rijki, Wawan, Sriati – Seni Laga Ketangkasan.....

sebagai kode dan sangsi bagi interaksi mereka. pemilik atau pemaro. Pola maro yang berlang-
(Achmad Fedyani S, 2005:158). sung umumnya berupa paketternak domba yang
Untuk mengupas aspek kultur peterna- terdiri dari tiga sampai empat ekor betina
kan domba tangkas akan diungkapkan pengala- ditambah satu jantan sebagai pinjaman untuk
man beberapa peternak, karena dari pengala- keperluann pamacek (pejantan).
man peternak tersebut akan terungkap kultur Karakter peternak bervariasi ada yang
peternakan yang sebenarnya. Nilai ternak orientasi kepada nilai ekonomi dominan, ada
domba tangkas bagi masyarakat Desa Cikan- yang berorientasi pada mempertahankan niliai
dang, Kecamatan Cikajang sangat berharga bibit, ada juga yang dua-duanya baik bibit atau
karena memilki nilai historis, sosial, ekonomi, nilai ekonomis. Seperti Aminadin (60) adalah
dan budaya. Nilai historis ternak domba tang- tokoh ternak domba yang mempunyai prinsip
kas dimulai dari para leluhurnya yang dulu untuk mempertahankan bibit yang baik dan
mengembangkan tekhnik memelihara domba niali ekonomis, sehingga usahanya dapat ber-
tangkas yang menghasilkan bibit unggul. Se- tahan, malahan anggota keluarganya atau anak-
hingga Desa Cikandang terkenal dengan bibit anaknya semua menjadi pengusaha ternak dom-
unggul domba tangkas. ba yang cukup dikenal dan berhasil. Demikian
Kemudian pengembangan teknik pe- pula anak-anaknya akan mengikuti jejak ayah-
meliharaan ternak domba tangkas dikembang- nya sebagai peternak yang berorientasi kepada
kan penerus oleh anak cucunya, seperti yang aspek ekonomi dan bibit unggul.
dilakukan oleh Aminadin (60) yaitu mengem- Begitu pula dalam mempertahankan
bangkan usaha ternak domba tangkas unggulan nilai tradisi seni laga ketangkasan domba garut.
dari Desa Cikandang. Aminadin juga sebagai Walaupun seni ketangkasan domba tidak ba-
Ketua Kelompok Kampung Domba Indonesia nyak dilakukan di daerah ini, seringkali berben-
(KDI) yang tujuannya untuk memiliki arah turan dengan nilai-nilai yang bersumber dari
pengembangan produksi domba tangkas, kare- agama Islam, namun masyarakatnya sangat
na komitmen awal dari anggota adalah ingin menghayati seni ketangkasan domba tersebut.
mempertahankan keeksistensian Kampung Seperti ungkapan saja Waeden, (45)“Seni ke-
Cikeris, Desa Cikandang Garut sebagai tempat tangkasan domba garut merupakan tradisi yang
awal asal mula domba garut sebagai mana sudah mendarah daging bagi daerah kabupaten
tercatat dalam sejarah Domba Garut. Kelompok Garut karena seni ini sebagai penunjang kebu-
Kampung Domba Indonesia (KDI) menjadi tuhan masyarakat peternak untuk mening-
lokasi kandang percontohan dan juga sebagai katkan tarap ekonomi dan kesejahteraan masya-
tempat pertemuan antar anggota kelompok. rakat. Jika Seni Ketangkasan Domba di larang
Sistem pemeliharaan domba di Kelompok KDI maka permaianan Tinju harus di larang, karena
ini dilakukan secara tradisional yang telah dalam seni ketangkasan tidak ada unsur keke-
diwariskan secara turun menurun, ada juga rasan sebab prakteknya seni ketangkasan meru-
yang sistem kerja sama pemeliharaannya yaitu pakan nilai dari keindahan domba saat ber-
bentuk sistem gaduh atau maro. tarung.” (Wawancara, 7 Juni 2019).
Sistem maro1 yang berjalan saat seka- Maksud dari ungkapan tersebut adalah
rang, dilakukan dengan maro bati, sistem bahwa seni tradisi yang dilakukan olah para
nengah, artinya apabila domba yang di pelihara peternak domba merupakan tradisi yang sudah
pemaro beranak, maka anaknya dibagi dua mendarah daging dan harus dilestarikan akan
antara pemaro dan pemilik, sedangkan induk- kebudayaannya.
nya tetap menjadi milik yang memarokan. Seperti dalam pola relasional masyara-
Kalau dari domba yang diparo beranak satu kat yang ada di Desa Cikandang adalah pola
atau tiga, maka domba tersebut dinegosiasi relasi yang memiliki motivasi hubungan bisnis
siapa yang akan memilikinya dengan penggan- yang bermitra melalui sistem maro (nengah).
tian harga atau dibeli oleh salah sesorang,

1
maro: sistem gaduh istilah para peternak. Istilah dikutip
dari:http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/
2014/03/Deskripsi-Sosiologis-Kinerja-Peternakan-
Domba-Garut.pdf diunduh tanggal 17-10-2019

141
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 3 No. 2 Desember 2019

Seperti teori Syarif Moeis yang mengutip teori akan mempunyai nilai ekonomis yang cukup
struktur sosial Radcliffe-Brown, menyatakan: besar apabila diimbangi oleh pengembangan ke
“Struktur sosial itu adalah suatu rang- arah agrowisata yang dapat menarik khalayak
kaian kompleks dari relasi-relasi sosial yang dan peminat baru untuk ikut melestarikan
berwujud dalam suatu masyarakat, struktur ternak tersebut.
sosial itu mencakup seluruh hubungan antara Apabila budidaya ternak domba tang-
individu-individu pada saat tertentu, oleh kare- kas garut sudah mendapat tempat pada para
nanya struktur sosial itu merupakan aspek non- penggemarnya atau masyarakat peternak, maka
prosesual dari sistem sosial, isinya adalah kea- dengan sendirinya tingkat kesejahteraan peter-
daan statis dari sistem sosial yang ber- naknya pun akan terangkat pula. Sampai saat ini
sangkutan” (Syarif Moeis, 2008:1). pengembangan domba tangkas belum secara
spesifik diarahkan untuk peningkatan kesejah-
3. Aspek Relasional Peternakan dalam Seni teraan peternaknya secara umum, kesejahteraan
Ketangkasan Domba Garut peternak dicapai hanya oleh segelintir peternak
Relasi sosial yang dikembangkan oleh berpengalaman yang memiliki hobi memeliha-
tokoh peternak domba tangkas (H. Osih dan ranya bahkan tidak memperhitungkan secara
Aminadin) adalah dengan dibangunnya jari- ekonomis untung ruginya memelihara domba
ngan hubungan sosial yang saling mengun- tangkas.
tungkan lintas desa maupun antara masyarakat Peternak masih berspekulasi bahwa
sekitarnya dengan modal kepercayaan di antara dengan orientasi kearah domba tangkas akan
para peternak pemilik dan pemaro, sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi, yang terka-
jaringan hubungan sosial ini tetap eksis dari dang tidak diimbangi dengan biaya pemeliha-
dahulu sampai sekarang. raannya. Hal ini terjadi karena motivasi pemeli-
haraannya adalah sebagai hobi. Aspek lain yang
4. Kebutuhan Sosial Domba Garut Sebagai penting dalam pengembangan Domba Garut
Motivasi Hobi adalah kelembagaan yang berperan dalam
Domba Garut pada tahap pola pemeli- pelestarian domba tangkas Garut dan jaminan
haraannya bagi masyarakat dibagi menjadi dua dukungan aspek ekonomis yang berperan
pola pemeliharaan yaitu pemliharaan sebagai dalam menghidupi para peternaknya.
domba untuk kebutuhan akan produksi daging Pada awalnya domba Garut tipe tangkas
dan pola pemeliharaan domba sebagai domba ini dipelihara oleh peternak sebagai kesenagan
tangkas (domba aduan) atau domba untuk atau hobi. Kemudian Untuk menampilkan hasil
kebutuhan kesenangan hobi (fancy). pemeliharaannya peternak menampilkannya
Aspek budidaya domba tangkas garut dengan cara ditandingkan, diiringi gamelan dan
berkembang secara alami dikembangkan oleh di dalamnya terdapat unsur pencak silat. Se-
individu-individu peternak yang hobi memeli- dangkan seni ketangkasan domba dimulai dari
hara domba tangkas. Pengembangan budidaya lahan pangonan, yaitu pada saat domba-domba
lebih didasarkan pada pengalaman beberapa ini diangon oleh peternaknya atau oleh pe-
orang peternak secara turun menurun berdasar- ngembala sambil menunggu waktu dan beris-
kan pengetahuan lokal yang diperolehnya. tirahat, mereka sering mengadukan domba-
Dalam hal ini pemerintah khususnya Dinas domba peliharaannya, selanjutnya berkembang
Peternakan belum secara intensif membantu menjadi Seni Laga Ketangkasan Domba.
mengembangkan budidaya ternak tersebut. Kesenian ini biasanya diadakan di suatu
Akibatnya penyebaran domba tangkas banyak tanah lapang, diamana dua ekor domba jantan
dikuasai oleh tokoh tertentu yang mendapat dipertandingkan dengan cara saling beradu
pengalaman dalam pemeliharan maupun pelak- kepala dengan jumlah tertentu yang telah dise-
sanaan perlombaan. pakati sebelum bertanding, pemenang dalam
Aspek nilai ekonomis ternak domba pertandingan ini ditentukan oleh seorang wasit.
Garut tipe tangkas cukup potensial dan dapat Berdasarkan wawancara Warjita (40) mema-
menunjang kehidupan peternak apabila penge- parkan bahwa dengan berkembangnya seni
lolaannya memiliki sistem berkelanjutan, arti- ketangkasan ini maka pada tahun 1937 di Desa
nya pengembangan budidaya ternak tersebut Cibuluh didirikan pamidangan yang cukup

142
Rijki, Wawan, Sriati – Seni Laga Ketangkasan.....

representatif atas prakarsa Mama Rubai dan Ki pandang memiliki kebutuhan sosial.”
Tasik dan sejak itu dikenal ngadu Domba Garut (Wahyudin G. 2017:115)
yang dikenal sekarang Seni Ketangkasan Dom-
ba Garut yang disertai adu kedigjayaan para Dalam Seni etangkasan domba garut
pesilat, jawara atau peternak yang memiliki dalam pembetukan lembaga sosial masyarakat
ilmu silat diiringi oleh seni kendang. Arena ini peternak membentuk sebuah organisasi yang
selain sebagai ajang berkesenian bagi para berperan untuk menjalankan fungsinya yaitu
peternak domba tangkas kesenian ini juga dengan membentuk sebuah himpunan atau
sebagai ajang hiburan yang bisa mendatangkan organisasi sosial yang bernama HPDKI (Him-
para wisatawan. (wawancara ,19 Juni 2019) punan Peternak Domba Kambing Indonesia),
himpunan ini merupakan wadah sekaligus
H. Fungsi dalam Seni Ketangkasan Domba transportasi yang mejalankan suatu kegiatan
Garut atau menjalankan sebuah peran fungsi.
Kegiatan seni ketangkasan domba Dari uraian konsep struktural fungsi-
Garut dilihat dari fungsinya merupakan hasil onal bahwa seni ketangkasan mempunyai fung-
dari peranan masyarakat peternak menjalankan si dalam masyarakat yang dulunya hanya
struktural fungsionalnya. Mengutif dari buku sebatas fungsi hiburan dan kesenengan, kini
Anropologi Kontemporer karangan Achmad seni ini memiliki fungsi lain, diantaranya:
Fedyani S, 2005 menyatakan bahwa: 1. Fungsi Seni Laga Ketangkasan Domba
‘’Konsep pokok terakhir dalam struktural Garut Sebagai Melestarikan Budaya
fungsional adalah adalah gagasan tentang Leluhur
fungsi itu sendiri. Dalam keterkaitan struk- Seni Ketangkasan Domba Garut
tur sosial dan intitusi yang memberikan bagi masyarakat Garut khususnya daerah
pedoman bagi kegiatan keduanya. Dalam Desa Cikandang merupakan pelestarian ni-
cara yang sama, ada keterkaitan antara lai budya leluhur dalam berternak domba
kedua konsep ini dan berbagai fungsi dan menjaga keeksistensian penghasil dom-
masyarakat. Bagi kebanyakan struktural ba unggul. Dengan adanya penyeleng-
fungsional, fungsi adalah tugas sosial suatu garaan kontes seni ketangkasan domba
kegiatan yang harus dilaksankan dengan garut membantu mebudayakan kelestarian
tingkat ketepatan tertentu apabila ada pe- tradisi leluhur masyarakat Garut.
ngelompokan sosial dan mempertahankan
keanggotaan kelompoknya.” (Achmad 2. Fungsi Seni Laga Ketangkasan Sebagai
Fedyani S, 2005:159). Lembaga Domba Tangkas
Dalam fungsi kelembagaaan ini
Konsep fungsi berkaitan dengan fungsi seni ketangkasan domba garut dilihat
kontribusi yang diberikan oleh suatu aktivitas dari proses berternak domba tangkas. Me-
parsial kepada keseluruhan aktivitas yang kanisme sosial budaya masyarakat pedesa-
menjadi induk dari aktivitas parsial tersebut. an yang mempunyai basis peternakan dom-
Kontribusi itu tingakat kebutuhan akan suatu ba tangkas menunjukkan adanya kelem-
kondisi penting bagi keberadaan keseluruhan bagaan peternakan domba tangkas yang
sosial yang harus dipenuhi oleh suatu aktivitas relatif mapan, fungsional dan sebagai peme-
(sosial). Mengutip Jurnalnya Wahyudin yang nuhi kebutuhan masyarakat. Peternakan
berjudul Aliran Struktural Fungsional yang domba tangkas sebagai institusi mempu-
mengutip konsep struktural fungsional nyai fungsi sosial, ekonomi dan budaya
Redcliffe Brown berpendapat bahwa: bagi masyarakat, karena kelembagaan seba-
“fungsi budaya dalam kaitannya dengan gai wahana saluran aspirasi, kehendak dan
kebutuhan dasar semua masyarakat yang sekaligus instrumen untuk memenuhi kebu-
disebut coaptataion, yaitu adanya penye- tuhan pokok manusia maka institusi
suaian mualistik kepentingan para anggota memiliki berbagai komposisi dan fungsi.
masyrakat. Dalam konteks ini, berpan-
dangan bahwa sistem budaya dapat di

143
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 3 No. 2 Desember 2019

3. Fungsi Seni Laga Ketangkasan Domba aksesoris domba yang berhubungan dengan
Garut Sebagai Penyaluran Libido Domba. seni ketangkasan domba garut, seperti
Dengan adanya seni ketangkasan pedagang laken, pangsi dan iket, penjual
domba tangkas, seni ini sebagai penyaluran aksesoris miniatur domba garut, penjual
libido domba jantan untuk proses pembi- gongseng, dan penjual obat-obatan untuk
bitan domba unggul. Secara karakteristik penambah supelemen domba serta untuk
genetika domba tipe tangkas itu harus pertumbuhan domba.
diadukan (ditangkaskan).
8. Fungsi Seni Ketangkasan Domba Garut
4. Fungsi Seni Laga Ketangkasan Sebagai Sebagai Pelestari Kesenian Kendang
Penyaluran Hobi Yang Menjajikan. Pencak
Dengan adanya seni ketangkasan Seni ketangkasan domba garut pada
domba garut sebagai penggemar atau peng- prakteknya penggabungan seni ketangkasan
hobi domba tangkas, ajang seni ketang- dengan seni kendang pencak, dalam seni
kasan dijadikan sebagai eksistensi keberha- ketangkasan tidak lepas dari adanya kese-
silan cara pemeliharaan domba tangkas dan nian kendang penca. Kesenian kendang
sebagai ajang peningkatan harga jual penca berfungsi sebagai pengiring domba
domba itu sendiri. Sebagai penghobi ternak tangkas saat berlaga. Dengan adanya seni
domba tangkas seni ketangkasan domba ketangkasan domba garut kesenian kendang
garut dijadikan ajang adu gengsi cara penca tetap lestari.
keberhasilan dalam merawat dan melatih Bagi peternak domba tangkas Seni
domba. Laga Ketangkasan merupakan seni yang
dijadikan sumber kehidupan ekonomi yang
5. Fungsi Seni Laga Ketangkasan Domba mensejahterakan para peternak domba tang-
Garut Sebagai Pariwisata kas maupun pembantu peternak.
Fungsi Seni Laga Ketangkasan Dari fungsi-fungsi diatas bahwa
Domba Garut sebagai ajang promosi pari- Seni Laga Ketangkasan Domba Garut me-
wisata daerah untuk mendatangkan parawi- nandakan tradisi seni ini mempunyai fungsi
satawan untuk berkunjung. Selain itu seni yang bermanfaat bagi masyarakat peternak
ketangkasan domba garut sebagai ikon dan pendukung. Selain itu yang paling
daerah untuk menjadikan seni ketangkasan menonjol fungsi Seni Ketangkasan Domba
domba garut sebagai identitas ciri khas seni Garut yaitu fungsi pelestarian nilai budaya
budaya. dan nilai ekonomi yang mensejahterakan
masyarakat peternak.
6. Fungsi Laga Seni Ketangkasan Domba
Garut Sebagai Ajang Silaturami. I. Perspektif Struktural Fungsional Seni
Seni ketangkasan domba garut bagi Ketangkasan Domba Garut
masyrakat garut khususnya para penggemar Sebagai ciri pokok perspektif ini adalah
domba tangkas yaitu sebagai ajang silatu- gagasan tentang kebutuhan masyarakat (socie-
rahmi para peternak untuk saling memberi tal needs). Masyarakat sangat serupa dengan
ilmu tentang pemeliharaan domba tangkas. organisme biologis, karena mempunyai kebutu-
Selain itu seni ketangkasan domba garut han-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar
sebagai hiburan bagi para peternak untuk masyarakat dapat melangsungkan keberadaan-
menghilangkan kejenuhan. nya atau setidaknya berfungsi dengan baik.
Seperti dalam buku Sosiologi untuk universitas
7. Fungsi Seni Ketangkasan Domba Garut karaya Yesmil A, dan Adang mengatakan
Sebagai Mata Pencaharian. bahwa:
Seni Ketangkasan Domba Garut “Ciri dasar kehidupan sosial struktur sosial
selain berfungsi sebagai hobi yang mening- muncul untuk memenuhi kebutuhan-kebu-
katkan ekonomi masyarakat peternak, seni tuhan masyarakat dan merespon terhadap
ini dijadikan sebagai mata pencaharian bagi permintaan masyarakat sebagai suatu sis-
masyarakatnya yaitu banyak para pedagang tem sosial. Asumsinya adalah ciri-ciri sosial

144
Rijki, Wawan, Sriati – Seni Laga Ketangkasan.....

yang ada memberi kontribusi yang penting ini merupakan kegiatan yang menyimpang
dalam mempertahankan hidup dan kesejah- sebab adanya kegiatan menyimpang yaitu ada-
teraan seluruh masyarakat atau subsistem nya kekerasan terhadap hewan dan adanya
utama dari masyarakat.” (Yesmil A. dan unsur perjudian. Namun pada prakteknya kegi-
Adang, 2013:10). atan Seni Laga Ketangkasan Domba Garut
merupakan kegiatan seni budaya yang sudah
Sudut pandang dari teori struktural turun temurun yang harus dilestarikan akan
fungsional ini menekankan kepada keteraturan kebudayaanya. Seperti pandangan tokoh agama
(order) dan mengabaikan konflik dan peruba- Ketua MUI Kab. Garut K.H. Sirojul Munir
han-perubahan dalam masyarakat. Menurut berpandangan bahwa:
teori ini masyarakat merupakan suatu sistem “Seni ketangkasan Domba Garut tidak diha-
sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau ramkan sebab harus dibedakan antara adu
elemen yang saling berkaitan dan saling sama ketangkasan, sebab ngadu atau adu itu
menyatu dalam keseimbangan. Hal senada juga hukumnya haram walaupun domba adu
dijelaskan oleh Soyomukti bahwa: secara naluri harus diadu tetapi kalo unsur
“Dimana suatu masyarakat dilihat sebagai disengaja oleh orang untuk diadukan dan
suatu jaringan kelompok yang bekerjasama terluka atau cedera itu diharamkan atau
secara terorganisir dan bekerja dalam suatu tidak dibolehkan. Berbeda dengan ketang-
cara yang agak teratur menurut seperangkat kasan walaupun prakteknya ngadu diadu-
peraturan dan nilai yang dianut oleh seba- kan tetapi ketangkasan itu diatur oleh pera-
gian besar masyarakat tersebut. Masyarakat turan yang sudah di tentukan. Artinya
dipandang sebagai suatu sistem yang stabil jangan sampai cacad yang menyakitkan
dengan suatu kecenderungan untuk mem- hewan domba tersebut” (Wawancara, 19
pertahankan sistem kerja yang selaras dan Juni 2019).
seimbang” (Soyomukti, 2010:71).
Artinya bahwa Seni Laga Ketangkasan
Melihat dari sudut pandang masyarakat Domba Garut itu dibolehkan dalam pelak-
terhadap Seni Ketangkasan Domba Garut di- sanaan kegiatannya. Sebab Seni Laga Ketang-
pandang secara fungsionalnya mengacu pada kasan Domba Garut merupakan tradisi yang
pandangan Ritzer asumsi dasar struktural fung- harus di lesatarikan keberadaanya dan didu-
sional menyatakan bahwa: kung pelaksanaannya.
“Perubahan yang terjadi pada satu bagian
akan membawa perubahan pula terhadap 2. Perspektif Tradisi Budaya
bagian yang lain. Asumsi dasarnya adalah Seni Laga Ketangkasan Domba Garut
bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, lahir sebagai sebuah seni tradisional yang dipe-
fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya ngaruhi oleh berbagai aspek, antara lain letak
kalau tidak fungsional maka struktur itu geografis, mata pencaharian, kepercayaan, pola
tidak akan ada atau hilang dengan hidup dan pendidikan.
sendirinya” (Ritzer: 1992:25). Aspek yang menonjol dalam seni tra-
disional ini adalah mata pencaharian. Ma-
Untuk menjalankan fungsional Seni syarakat Sunda sebagian besar bermata pen-
Laga Ketangkasan Domba Garut masyarakat caharian sebagai petani dan peternak yang
melihat dari beberapa sudut pandang yang ber- didukung dengan keadaan geografis sekitarnya.
laku sebagai berikut: Kehidupannya bersifat agraris dan tradisional
1. Perspektif Agama yang masih kental dengan nilai-nilai budaya
Seni Laga Ketangkasan Domba Garut warisan leluhurnya. Keadaan tersebut telah
dalam pandangan masyarakat ada dua pan- banyak memiliki konstribusi bagi perkem-
dangan yaitu masyarakat memandang pro dan bangan seni ketangkasan domba Garut.
kontra, dalam pandangan pro masyarakat yang
mendukung terhadap Kegiatan Seni Ketang- 3. Perspektif Pertandingan
kasan Domba Garut. Dalam pandangan kontra Perkembangan bentuk kesenian tradi-
yaitu masyarakat mengangagap kegiantan seni sional ini telah mengalami pergeseran fungsi

145
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 3 No. 2 Desember 2019

di masyarakat akibat dinamisasi kehidupan c. Adanya inovasi-inovasi dalam pelesta-


yang menuntut adanya perubahan seiring de- riannya yang bisa mendukung akan
ngan berubahnya jaman dan pola pikir masyara- kelestarianya.
kat. Gejala tersebut terjadi pada kesenian d. Adanya peran pemerintah untuk mendu-
tradisional ini, yang awalnya berfungsi sebagai kung melestarikan Seni Laga Ketang-
sarana kebiasaan atau tradisi saat ini berubah kasan Domba Garut.
fungsi menjadi seni pertunjukkan sebagai nilai e. Adanya media-media promosi yang
seni dan budaya Sunda. Dengan demikian bertujuan untuk mempublikasikan Seni
struktur dan bentuk penyajiannya pun ikut Laga Ketangkasan Domba Garut.
berubah pula. (Dikutip dari halaman tersedia
http://research.upi.edu.upload, 19 Oktober 1. Seni Laga Ketangkasan Domba Garut
2019 pukul 15.00). Sebagai Warisan Budaya
Masyarakat memandang seni ketang- Kegiatan seni ketangkasan domba garut
kasan domba garut sebagai sarana hiburan dan merupakan kegiatan seni atraksi, atau per-
sebagai sarana mata pencahrian. Untuk setiap mainan rakyat yang sering dilaksanakan oleh
kegiatan seni ketangkasan itu diadakan terbukti masyarakat sunda khususnya daerah Kabupaten
dari setiap ada kontes seni ketangkasan selalu Garut. Seni ketangkasan domba ini menjadi
banyak yang berkunjung untuk menyaksikan ikon masyarakat garut sebagai identitas budaya
kontes seni laga ketangkasan domba garut dan daerah Garut.
banyak saran untuk berjualan. Seni Laga Ketangkasan Domba Garut
Pandangan terhadap Seni Ketangkasan yang dulunya sebagai hiburan para peternak
Domba Garut merujuk pada teori struktural domba yang dikembangkan oleh Abdi Dalem
fungsional yang asumsi dasarnya bahwa setiap kedemangan Bupati Garut yang pada praktek-
struktur dalam sistem sosial, fungsional terha- nya bersifat ngadu atau Ngaben istilah orang
dap yang lain. Sebaliknya kalau tidak fungsio- Sunda, yang sebagian masyarakat menganggap
nal maka struktur itu tidak akan ada atau hilang kesenian ini dipandang negatif maka dengan
dengan sendirinya. Sehingga apabila masyara- perkembangan zaman kesenian ini dirubah
kat peternak tidak melaksankan kegiatan seni menjadi sebuah kegiatan yang menjadi positif
ketangkasan domba maka sruktur sosialnya karena dalam kegiatan tersebut bernuansakan
akan lumpuh atau tidak berfungsi sistem sosisal kesenian yang minitikberatkan pada penilaian
yang dilakukan oleh masyrakat peternak. keindahan domba garut itu sendiri.
Kaitan dengan ciri pokok perspektif di Seni Laga Ketangkasan Domba Garut
atas tehadap Seni Laga Ketangkasan Domba salah satu seni tradisi yang selalu dilaksanakan
Garut yaitu bahwa masyarakat perternak me- kegiatannya di daerah Kabupaten Garut khu-
mandang Seni Ketangkasan Domba Garut me- susnya di Desa Cikandang. Kegiatannya sam-
rupakan kebutuhan sosial yang harus dijalankan pai sekarang masih dilaksanakan sebab keseni-
atau dilakukan untuk memenuhi kebutuhan an ini upaya mempertahankan keeksistensian
dasar masyarakat peternak. Walaupun dasarnya domba Garut.
kegiatan ini dianggap negatif oleh sebagian Selain warisan budya seni ketangkasan
kelompok masyarakat, namun masyarakat pe- domba harus tetap di selenggarakan dengan
ternak tetap melestarikan kegiatan Seni Laga tujuan sebagai sarana peningkatan mutu domba
Ketangkasan Domba Garut. Faktor-faktor yang garut seperti yang dipaparkan oleh Ketua umum
mendukung akan kelestariannya Seni Laga HPDKI Yudi Guntara;
Ketangkasan Domba Garut yaitu sebagai “Tujuannya mengadakan festival adu ke-
berikut: tangkasan Domba Garut ini menjadi budaya
a. Adanya organisasi masyarakat, organi- masyarakat sunda tetapi HPDKI pada per-
sasi disini mewadahi segala aktivitas kembangannya melihat sistem budi daya
masyarakat dalam menjaga kelestarian ternak yang lebih maju kita bisa menggu-
seni budaya. nakan budaya ini sebagai lokomotif yang
b. Melaksanakan kegiatan seni yang konti- menarik dari pada gerbong sistem budidaya
nuitas dalam melestarikan Seni Laga ternak atau sistem peningkatan mutu bibit
Ketangkasan Domba Garut. atau genetik dari pada Domba Garut itu

146
Rijki, Wawan, Sriati – Seni Laga Ketangkasan.....

sendiri sehingga dengan HPDKI sebagai or- ngan masyarakat terhadap Seni Laga Ketang-
ganisasi bisa mengemas seni budaya tang- kasan Domba Garut, masyarakat disini diposi-
kas Domba Garut yang merupakan seni sikan sebagai penikmat seni atau penonton
masyarakat sunda untuk menjaga kemur- dalam kegiatan Seni Laga Ketangkasan Domba
nian Domba Garut yang ada di indonesia Garut.
kalau tidak ada ini berat bagi para peter- Sehingga untuk mewujudkan Seni Laga
nak”. (Pemaparan dari wawancara Yudi Ketangkasan Domba Garut tetap eksis dan
Guantra, Kontes dan Seni Ketangkasan kelestariannya tetap ada maka, masyarakat sela-
Domba Garut 30 Fapet Unpad 2014, dalam lu melaksanakan kegitan kontes Seni Laga
situs www.youtube.com. Diakses tanggal 9 Ketangkasan Domba Garut. Bahkan untuk
Oktober 2019). pengembangan dari Seni Ketangksan Domba
Garut untuk menjaga kestabialan akan kelesta-
2. Pendukung dalam Seni Laga riannya maka Seni Ketangkasan Laga Domba
Ketangkasan Domba Garut Garut menghasilkan kesenian baru untuk me-
Sebagai unsur pendukung akan keles- wujudkan bahwa Seni Laga Ketangkasan
tariannya Seni Laga Ketangkasan Domba Garut Domba Garut itu merupakan kesenian yang
ialah adanya pendukung yang mewadahi tetap mempunyai nilai tradisi, sosial budaya dan nilai
lestarinya seni ini yaitu dengan terbentuk ekonomi. Seperti lahirnya kesenian Raja Dogar
organisasi himpunan masyarakat yang di da- yaitu perkembangan dari Seni Laga Ketang-
lamnya ada anggota masyarakat para peternak kasan Domba Garut, kesenian Dodombaan yai-
domba dan kambing yang bernama HPDKI tu kesenian pertunjukan yang menggunakan
(Himpunan Peternak Domba Kambing boneka domba, kesenian Sheep Walk yaitu
Indonesia) himpunan ini berfunsi sebagai kontes Domba Garut yang menampilkan kein-
wadah untuk para peternak untuk menuangkan dahan domba diatas panggung atau jalan, dan
segala aktivitas berternak atau memelihara Festival Patok yaitu festival hewan domba yang
domba dan kambing, khususnya Domba Garut sering dilaksanakan oleh organisasi HPDKI.
tipe tangkas, selain fungsi tersebut HPDKI
mewadahi dan berperan penting dalam kegiatan SIMPULAN
seni ketangkasan Domba Garut. Perspektif sturuktural fungsional dari
Disamping terbentuknya organisasi Seni Laga Ketangkasan Domba Garut dapat
HPDKI yang berperan penting yang mewadahi disimpulkan bahwa Seni Laga Ketangkasan
seluruh aktivitas kegiatan para peternak, pendu- Domba Garut merupakan seni tradisi orang
kung dari pemerintahan yaitu adanya Dinas Garut yang dulunya merupakan kegiatan ngadu
Peternakan yaitu sebagai kepala pembinaan domba yang mempunyai konotasi dan asumsi
dalam pemeliharaan domba dan kambing dan tidak baik atau negatif yang mengarah pada
sebagai monitoring para peternak dalam melak- kegitan perjudian atau hal-hal yang buruk,
sanakan kegiatan berternak. maka dewasa ini status penamaannya diubah
Selain itu pendukung dari pemerintah menjadi Seni Laga Ketangkasan Domba Garut
dalam pelaksanaan kegiatan seni ketangkasan yang mana lebih menitikberatkan kepada
domba garut yaitu Dinas Pariwisata dan peniliaian estetika keindahan domba saat
Kebudayaan (DISPARBUD) yang tujuannya bertanding.
yaitu sebagai pelestarian budaya serta mema- Secara struktural kegiatan pertunjukan-
sarkan atau mempromosikan seni ketangkasan nya seni laga ketangkasan domba masih menan-
domba garut untuk menyedot arus kunjungan dingkan domba secara diadu atau ditangkaskan,
wistawan dan sebagai ajang pariwisata daerah. namun secara fungsional Seni Ketangkasan
Selain itu pendukung Seni Laga Domba Garut berubah yang dulunya berfungsi
Ketangkasan Domba Garut untuk pelaksanaan sebagai permainan dan hiburan rakyat yang
didalam kegiatan Seni Ketangkasan Domba dilakukan oleh para pengembala untuk meng-
tidak terlepas adanya kesenian Kendang Penca, hilangkan kepenatan yang juga sebagai hiburan
seni ini sebagai pendukung untuk memeriahkan para Abdi Dalem Bupati Garut untuk hiburan di
acara Seni Ketangkasan Domba Garut. Hubu- kademangan.

147
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 3 No. 2 Desember 2019

Secara fungsional pada masa sekarang eksterior dan kebiasaan peternak dalam
seni ketangkasan mempunyai fungsi yang lebih pola pemeliharaannya, (S2). Program
bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomi, Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor,
nilai sosial, nilai budaya dan nilai estetik yang Bogor
bisa mensejahterakan para peternak. Seni Laga Chitambar, (1972), Introductory Rural
Ketangkasan Domba Garut merupakan seni Sociology, Weley Eastern Private
tradisi budaya yang terlahir dari aspek historis Limeted New Delhi
domba garut yang mempunyi nilai sosial Darpan, Suhardiman, B. (2007). Seputar Garut,
budaya masyarakat Garut khususnya Desa Garut: Komunitas Srimanganti.
Cikandang Garut yang merupakan daerah Ekadjati, E.S. (1984). Masyarakat Sunda Dan
rumpun asli Domba Garut. Domba Garut yang Kebudayaanya, Jakarta: PT.
secara fungsi sebagai penghasil daging dan GIRIMUKTI PASAKA
kulit, dengan adanya kegiatan kontes Seni Laga Endraswara, S. (2003). Metodologi Penelitian
Ketangkasan Domba Garut menjadikan Domba Kebudayaan, Yogyakarta: UGM Press.
Garut sebagai ikon identitas daerah untuk Fontana, Andre dan James H. Frey 1994.
menarik pariwisata daerah Garut khususnya “Interviewing TheArt of Science”
Desa Cikandang Garut. dalam Norman K. Denzim dan Yvona S.
Perkembangan masa sekarang kegiatan Lincoln (ed.) Handbook of Qualitative
seni ketangkasan domba garut merupakan Reseach. London-New Delhi: Sage
kegiatan masyarakat peternak sebagai ajang Goble, F.G. (1987). Mahzab Ketiga Psikologi
pelestarian seni tradisi budaya yang sudah turun Abraham Maslow, Yogyakarta:
temurun, disisi lain dengan adanya kegiatan se- Kanisus
ni ketangkasan domba garut bagi masyarakat Harsojo. (2004). “Kebudayaan Sunda” dalam
peternak sebagai penyaluran hobi yang bisa Asmawi Zainul & Didin Saripudin
meningkatkan tarap ekonomi untuk promosi [eds.]. 50 Tahun Jurusan Pendidikan
meningkatkan harga jual yang bisa mensejah- Sejarah, 1954-2004:
teraan bagi para pecinta domba tangkas. Mozaik Pemikiran tentang Sejarah, Pendidikan
Aspek pariwisata dengan kegiatan seni Sejarah dan Budaya. Bandung: Historia
ketangkasan domba garut berfungsi sebagai Utama Press.
hiburan aktraksi budaya yang bisa menyedot Havilan, Wiliam A. (1988). Antropologi Edisi
arus kunjungan wisatawan untuk menyaksikan Keempat, Jakarta: Erlangga.
seni tradisi masyrakat peternak Kabupaten Heriyadi, D. (2011). Pernak Pernik dan Senarai
Garut khususnya Daerah Desa Cikandang. Domba Garut, Bandung: UNPAD
PRESS.
DAFTAR PUSTAKA Koentjaraningrat. (2010). Sejarah Teori
Buku Antropologi I, Jakarta. UI Press.
Adler, Peter dan Patrisia A. Adler. 1994. Maemunah, Maya. (2018). Tinjauan Hukum
“Observational Teckniques” dalam Seni Adu Domba yang Terindikasi Judi
Norman K. Denzin Yvona S. Lincoln di Desa Wanaraja Kabupaten Garut
(ed) Handbook of Qualitative Research. Berdasarkan Hukum Islam, (S1),
London-New Delhi: Sage Publications. Universitas Pasundan, Bandung.
Anwar, Y., & Adang. (2013). Sosiologi untuk Moeis, S. (2008). Kelompok dalam
Universitas, Bandung: PT. Refika Masyarakat, Bandung: Fakultas Ilmu
Aditama. Pendidikan Sosial Universitas
Arum, B, Warjita. (2010). Pamidangan Seni Pendidikan Indonesia
Ketangkasan Domba Garut, Bandung: Moleong, Lexy, J. (2001). Metode Penelitian
CV. Sanjaya Putra. Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Bernard, Russel, H. 1994. Research Methods in Mulliadi, D. (1996). Sifat fenotipe domba
Antrhropogy. London-New Delhi: Priangan di Kabupaten Pandeglang dan
SAGE Publications. Garut, (S3). Program Pascasarjana.
Budinuryanto, D.C. (1991). Karakteristik Institut Pertanian Bogor, Bogor.
domba Priangan adu ditinjau dari segi

148
Rijki, Wawan, Sriati – Seni Laga Ketangkasan.....

Munandar S, dkk. (1999), Studi Evaluasi Model Soyomukti, Nurani. (2010). Pengantar
Pemberdayaan Ternak Domba Melalui Sosiologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Peran Wanita Untuk Meningkatkan
Pendapatan Keluarga, Kerjasana Artikel Jurnal
Lembaga Penelitian Unpad Dengan Kusnadi, A.Y. (2014), Peran Acara Seni
Agriculture Management, Project- II Ketangkasan Domba Garut dalam
Bogor Pengembangan Bibit Domba dan
Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitan / Manfaat Sosial dan Ekonomi Bagi
Mohammad Nazir. Jakarta: Ghalia Peternak (Kasus di Kota Bandung).
Indonesia. Student e-jurnal 3(3), http://jurnal.un
Priarana S.A, dkk. (1993). Permainan Rakyat pad.ac.id/ejournal/article/view/4010,
Ngadu Domba Di Kampung Cibuluh Diakses tanggal 18-2-2019.
Kecamatan Cisurupan Kabupaten Wahyuddin, (2017). Aplikasi Teori Struktural
Garut, Departemen Pendidikan Dan Fungsional (Konsepsi Radcliffe
Kebudayaan, Direktorat Jendral Sejarah Brown). Jurnal AL-Hikmah 19, (2),
Dan Nilai Tradisional, Balai Kajian 111-118
Sejarah dan Nilai Tradisonal. Bandung
Radcliffe-Brown, A. R. (1979). Structure and Sumber Internet
Funtion In Primitive Society: Essays Ciri-ciri umum Domba Garut:, https://www.
and Anresses. London dan Henley: peternakankita.com/ciri-ciri-domba-
Routledge & Kegan Paul. garut-domba periayangan/, Diakses
Ratna, NK. (2010). Metodologi Penelitian tanggal 12 oktober 2019.
Kajian Budaya Dan Ilmu Sosial Maro Istilah Sistem Gaduh Para Peternakan,
Humaniora Pada Umumnya, Denpasar. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/
Pustaka Pelajar. uploads/2014/03/Deskripsi-Sosiologis-
Ritzer, G. (1992), Sosiologi Ilmu Pengetahuan Kinerja-Peternakan-Domba-Garut.pdf,
Berparadigma Ganda, Penyadur: Diakases tanggal 17 Oktober 2019 dari
Alimandan, Jakarta: Rajawali Press Kutipan Teori Perspektip Struktural
Saifuddin, A.F. (2005). Antropologi Fungsional. Diktat. Syarif Moeis. 2008.
Kontemporer Suatu Pengantar Kritis Kelompok dalam Masyarakat. Fakultas
Mengenai Paradigma, Jakarta: Ilmu Pendidikan Sosial: Universitas
Kencana. Pendidikan Indonesia; BANDUNG.
Spradley, James, P. (1987). Metode Etnografi. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR
Yogyakarta: PT Tiara Wacana ._PEND._SEJARAH/19590305198901
Suryamah, Dede. (2018). Struktur, Fungsi Dan 1-SYARIF_MOEIS/BAHAN_KU
Makna Pertunjukan Seni Kuda LIAH__5.pdf, Diakses tanggal 12
Renggong Di Sumedang, (S3), Oktober 2019
Universitas Padjadjaran, Bandung.

149
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 3 No. 2 Desember 2019

150

Anda mungkin juga menyukai