Anda di halaman 1dari 3

Kritik Cerpen Bahasa Indonesia

( Menunggu Kiamat Datang)

Oleh :
Agung Dwi Septian
Syahri Hikmawan
Kritik Cerpen Menunggu Kiamat Datang
Zainal Radar T adalah seorang penulis cerpen yang terkenal di Indonesia. Beliau
menjadi salah satu seorang penulis di Amanah Surga Production. Beliau pernah
mengisi kolom Resonansi di Harian Republika. Karya yang telah diterbitkan cukup
banyak diantaranya, Menunggu Kiamat Datang, Harga Kematian, Ayyesh dll.

Salah satu cerpennya adalah yang berjudul Menunggu Kiamat Datang. Cerpen ini
menceritakan tentang seorang tokoh agama terkemuka yang terkenal dan sangat
dihormati oleh para penduduk dikampung tersebut, yang memberitakan bahwa kiamat
akan segera datang. Tokoh ini bernama Haji Markum, beliau adalah seorang tokoh
masyarakat yang taat agama dan sangat dipercaya dikampung tersebut. Tokoh Haji
Markum ini sangat miris melihat kondisi kampung tempat tinggal nya tidak ada yang
beribadah bersama di masjid. Sampai suatu ketika Haji Markum memberitakan kepada
warga kampung, bahwa kiamat akan segera datang. Saat itulah warga berbondong-
bondong untuk melaksanakan ibadah dimasjid bersama-sama. Padahal yang Haji
Markum maksud bukanlah kiamat yang sesungguhnya terjadi.

Cerpen Menunggu Kiamat Datang ini menurut kami sangat bagus karena mudah
dipahami baik dari segi bahasa maupun alur ceritanya. Bahasa yang digunakan adalah
bahasa sehari-hari sehingga mudah untuk dipahami dan tidak berbelit-belit. Alur
ceritanya sangat jelas dan tidak ada majas atau kata kiasan sehingga pembaca lebih
mudah untuk memahami isinya. Cerpen ini sangat sederhana tetapi menarik untuk
dibaca.

Cerpen yang bertema Sosial ini menggambarkan seorang tokoh Haji Markum yang
berusaha untuk mengajak seluruh masyarakat kampung tempat tinggal nya agar
beribadah bersama di Masjid atau Mushola karena sampai sejauh ini masjid atau
mushola dikampung tempat tinggal nya selalu sepi dan jarang diisi.

Alur yang digunakan dalam cerpen ini sangat jelas yaitu, alur maju. Semua tersusun
sangat rapih dari awal hingga akhir cerita.

Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini adalah bahasa sehari hari sehingga sangat
mudah sekali untuk dipahami. Perumpamaan dalam cerpen ini hanya “Kiamat” saja
karena maksud dari “Kiamat” ini bukanlah kiamat yang sesunggunya melainkan “Ki
Amat” yaitu seorang tokoh agama, guru dari Haji Markum. Sisanya Bahasa yang ada
dalam cerpen ini mudah untuk dimengerti dan tidak ada makna kias atau semacamnya.
Konflik dalam cerpen ini sangat jelas dan menarik. Dimana ketika seorang warga
berteriak bahwa kiamat sudah datang. Tetapi semua warga tidak merasakan apa-apa
dan masih tenang-tenang saja. Seseorang yang berteriak kiamat sudah datang tersebut
kemudian mengatakan “Kiamat sudah datang dirumah Haji Markum”. Semua warga
tersentak dan bingung mengapa kiamatnya hanya terjadi dirumah Haji Markum saja.
Akhirnya, semua warga kampung berbondong-bondong mengunjungi kediaman Haji
Markum. Ketika semua warga sudah sampai dikediaman Haji Markum, semuanya
berteriak kesal dan marah kepada Haji Markum. Haji Markum hanya tersenyum dan
berkata “ Saudara-saudara sekalian perkenalkan ini Ki Amat! Ki Amat itu Udztadz saya
waktu di pesantren!”. Semua warga tercengang dan terbelalak mendengar ucapan Haji
Markum tersebut. Setelah megetahui bahwa kiamat bukanlah kiamat yang sebenarnya
terjadi, masyarakat langsung lemas dan kembali kerumahnya masing-masing. Jadi
konflik disini sangat bisa dirasakan dan mudah di analisis, bahsa yang tidak rumit dan
mudah untuk dimengerti.

Secara keseluruhan cerpen Menunggu Kiamat Datang ini sudah sangat bagus
meskipun terdapat beberapa kekurangan, namun kekurangan itu bisa ditutupi oleh
cerpennya yang sangat menarik dan cukup komedi. Bahasa dan ceritanya yang
menarik tidak membuat pembaca merasa bosan. Selain dari itu, cerpen ini memiliki
nilai yang dapat dipetik dari isinya, Nilai yang terdapat dalam cerpen ini yaitu bahwa
jagalah tempat ibadah, rawatlah, dan isilah sebagaimana mestinya dan jangan pernah
sekali kali meninggalkan perintah Yang Maha Kuasa.

Anda mungkin juga menyukai