Anda di halaman 1dari 8

IDENTIFIKASI PROTEIN PADA ALBUMIN TELUR DAN GELATIN

Kadek Anggra Suprapta


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Ganesha
Email: Dekanggra5@gmail.com

Abstract

This experiment aims to identify the proteins contained in a solution of egg albumin and gelatin
solution as a comparison through Biuret Test, with heavy metal deposition, the deposition of the
salt, alcohol precipitation, coagulation proteins and protein denaturation.The method used is
the method of laboratory experiments is to test the protein solution and gelatin solution with
different types of protein identification test. The result is a solution of egg albumin positive
contribution to the Biuret test produces a purple solution, capable precipitated by the addition
of heavy metal ions, the addition of salt (NH4)2SO4 and the addition of alcohol. Egg albumin
solutions are also capable of undergoing coagulation by the addition of acetic acid and can be
denatured by the addition of HCl and acetate buffer by heating. While the gelatin sample, only
gives a positive result in biuret test and experience the precipitation by the addition of alcohol
and acetate buffer solution. In other experiments gave negative results.

Keywords: identification, protein, egg albumin

1. PENDAHULUAN Polipetida yang hanya terdiri dari sejumlah


Protein merupakan komponen utama beberapa molekul asam amino disebut
dalam sel hidup dan memegang peran penting oligopeptida. Molekul protein adalah suatu
dalam proses kehidupan, karena disamping polipeptida, dimana sejumlah besar asam-
berfungsi sebagai zat pembangun dan asam aminonya saling dipertautkan dengan
pengatur, protein merupakan sumber asam- ikatan peptida tersebut. Protein memiliki
asam amino yang mengandung unsur C, H, O empat struktur yaitu Struktur primer (1o)
dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau adalah urutan linear asam-asam amino yang
karbohidrat. Protein merupakan senyawa dihubungkan oleh ikatan peptida (Redhana,
organik kompleks yang mempunyai bobot 2004). Struktur primer menjadi dasar rantai
molekul tinggi dan merupakan polimer dari polimer yang menggambarkan susunan asam-
monomer-monomer asam amino yang asam amino pada rantai peptidanya tanpa
dihubungkan satu sama lain dengan ikatan memperhatikan kemungkinan adanya
peptida. Peptida dan protein merupakan interaksi antara asam-asam amino. Pada
polimer kondensasi dari asam amino dengan struktur primer terdapat urutan asam-asam
penghilangan unsur air dari gugus amino dan amino yang menyusun protein, struktur
karboksil (Tika, 2010). sekunder (2o) adalah Ikatan yang terdapat
Dalam molekul protein, asam-asam pada struktur sekunder meliputi ikatan yang
amino saling dirangkaikan melalui reaksi terdapat pada struktur primer (kovalen) dan
gugusan karboksil asam amino yang satu ikatan hydrogen antara oksigen karbonil dan
dengan gugus amino dari asam amino yang hydrogen amida dari ikatan peptide. Ikatan
lain, sehingga terjadi ikatan yang disebut hydrogen ini terbentuk menurut pola yang
ikatan peptida. Ikatan peptida ini merupakan teratur sehingga membentuk struktur yang
ikatan tingkat primer. Dua molekul asam unik seperti α-heliks dan β-sheet (Tika,
amino yang saling diikatkan dengan cara 2010)., struktur tersier (3o) adalah Struktur
demikian disebut ikatan dipeptida. Bila tiga tersier protein (3o) adalah susunan tiga
molekul asam amino, disebut tripeptida dan dimensi protein yang meliputi pelipatan
bila lebih banyak lagi disebut polipeptida. unsure-unsur struktur sekunder. Unsur-unsur

1
struktur sekunder utama (α-heliks dan β- ini disebabkan alkohol menarik mantel air
sheet), namun proporsi dan kombinasinya yang melingkupi molekul-molekul protein.
sangat bervariasi (Redhana, 2004). Pada Adanya gugus amino dan karboksil bebas
struktur sekunder, elemen-elemen struktur pada ujung-ujung rantai molekul protein,
sekunder dikemas dalam bentuk tertentu. Pada menyebabkan protein mempunyai banyak
pengemasan ini dilibatkan berbagai ikatan dan muatan dan bersifat amfoter (dapat bereaksi
interaksi kimia seperti ikatan disulfide antar dengan asam maupun basa). Dalam larutan
asam amino sistein, ikatan hydrogen, ikatan asam (pH rendah), gugus amino bereaksi
ionik antar gugus-gugus yang terionisasi, dengan H+, sehingga protein bermuatan
interaksi hidrofobik dan hidrofilik serta ikatan positif.
kovalen koordinasi. Kesemua ikatan maupun Berdasarkan sifat-sifat dari protein
interaksi ini disamping membentuk struktur tersebut, pada praktikum ini akan dilakukan
tersier juga berperan sebagai penstabil (Tika, uji protein dengan tujuan untuk
2007). dan struktur kuartener (4o) adalah mengidentifikasi protein pada larutan albumin
Struktur kuartener protein terjadi karena telur dan larutan gelatin dengan
asosiasi dari dua atau lebih sub unit memanfaatkan ikatan peptida pada protein
polipeptida membentuk protein dimer, trimer, melalui uji biuret, pengendapan dengan
tetramer atau yang lebih besar (Redhana, logam, pengendapan dengan garam, uji
2004). Pada struktur kuartener protein terjadi koagulasi, pengendapan dengan alkohol,
interaksi antara struktur tersier protein denaturasi protein serta pengaruh fisik pH dan
membentuk suatu agregat yang memiliki zat-zat kimia terhadap struktur protein.
fungsi biologi tertentu. Ikatan yang terlibat
biasanya ikatan kovalen-kovalen dan 2. METODE
kebanyakan ikatan hidrofobik terjadi pada Pelaksanaan praktikum ini dilakukan di
daerah-daerah non polar. Misalnya Laboratorium Kimia Organik Jurusan
hemoglobin, terdiri dari empat rantai Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan
polipeptida (sub unit), biasanya dua pasangan Ganesha pada tanggal 21 Maret 2014.
sub unit identik membentuk hemoglobin Pelaksanaan percobaan ini menggunakan
tetramer yang memiliki fungsi lebih efektif metode kualitatif untuk mengidentifikasi
(Tika, 2007). Keempat struktur protein kandungan rotein pada albumin telur dan
tersebut pada dasarnya dibedakan atas jenis larutan gelatin.
dan jumlah ikatan/interaksi kimia. Alat yang digunakan dalam praktikum ini
Protein merupakan molekul yang sangat di antaranya adalah pipet tetes, tabung reaksi
besar, sehingga mudah sekali mengalami beserta raknya, batang pengaduk, corong,
perubahan bentuk fisik maupun aktivitas spatula, gelas kimia 100 mL, 1 buah gelas
biologis. Banyak faktor yang menyebabkan kimia 250 mL, 1 buah heater, 1 buah kaca
perubahan sifat alamiah protein misalnya : arloji, 1 penjepit kayu. Sedangkan bahan yang
panas, asam, basa, pelarut organik, pH, garam, digunakan dalam praktikum ini larutan
logam berat, maupun sinar radiasi radioaktif. albumin telur dan larutan gelatin, larutan
Perubahan sifat fisik yang mudah diamati NaOH 0,1 N, larutan NaOH 0,25 N, larutan
adalah terjadinya penjendalan (menjadi tidak CuSO4, larutan HgCl2, larutan Pb-asetat,
larut) atau pemadatan (Sudarmadji. S, 1989). kristal amonium sulfat, reagen Millon, larutan
Ada protein yang larut dalam air, ada pula buffer asetat, larutan HCl 0,1 N, larutan etil
yang tidak larut dalam air, tetapi semua alkohol 95%, larutan asam asetat dan akuades.
protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti Adapun beberapa uji yang akan
misalnya etil eter. Daya larut protein akan dilakukan pada praktikum kali ini yaitu uji
berkurang jika ditambahkan garam, akibatnya Biuret, uji pengendapan protein dengan
protein akan terpisah sebagai endapan. logam, uji pengendapan dengan garam, uji
Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan koagulasi, uji pengendapan protein dengan
alkohol, maka protein akan menggumpal. Hal

2
alkohol, dan uji denaturasi protein dengan
prosedur kerja sebagai berikut: Uji Pengendapan Protein dengan Alkohol
Larutan albumin telur dimasukan
Uji Biuret kedalam 3 buah tabung reaksi masing-masing
Larutan albumin telur sebanyak 3 mL sebanyak 5 mL dan diberi label 1, 2, dan 3.
dimasukan ke dalam tabung reaksi kemudian Pada tabung reaksi 1 ditambahkan 1 mL
ditambahkan dengan 1 mL larutan NaOH 0,25 larutan HCl 0,1 N dan 6 mL etil alkohol 95%.
N dan di aduk. Larutan CuSO4 ditambahkan Perubahan yang terjadi di amati. Pada tabung
beberapa tetes ke dalam tabung reaksi dan reaksi 2 ditambahkan 1 mL larutan NaOH 0,1
diaduk kembali. Perubahan yang terjadi di N dan 6 mL etil alkohol 95%. Perubahan yang
amati. Uji ini juga dilakukan pada larutan terjadi diamati. Sedangkan pada tabung reaksi
gelatin. 3 ditambahkan 1 mL buffer asetat pH 4,7 dan
6 mL etil alkohol 95%. Perubahan yang
Uji Pengendapan Protein dengan Logam terjadi diamati. Uji ini juga dilakukan pada
Pada uji ini dilakukan dua jenis uji untuk larutan gelatin.
larutan albumin telur dan larutin gelatin, uji
pertama yaitu 3 mL larutan albumin telur Uji Denaturasi Protein
dimasukan ke dalam tabung reaksi kemudian Larutan albumin telur dimasukan
ditambahkan 5 tetes larutan HgCl2 0,2 M. Uji kedalam 3 buah tabung reaksi masing –
ke dua yaitu 3 mL larutan albumin telur masing sebanyak 9 mL dan diberi label 1, 2,
ditambahkan 5 tetes larutan Pb-asetat 0,2 M. dan 3. Pada tabung reaksi 1 ditambahkan 1
Perubahan yang terjadi diamati. Ke dua uji ini mL larutan HCl 0,1 N. Perubahan yang terjadi
dilakukan juga pada larutan gelatin. di amati. Pada tabung reaksi 2 ditambahkan 1
mL larutan NaOH 0,1 N. Perubahan yang
Uji Pengendapan Protein dengan Garam terjadi diamati. Sedangkan pada tabung reaksi
Larutan albumin telur sebanyak 3 mL 3 ditambahkan 1 mL buffer asetat pH 4,7.
ditambahkan amonium sulfat dan di aduk Perubahan yang terjadi diamati. Uji ini juga
hingga melarut. Penambahan amonium sulfat dilakukan pada larutan gelatin.
dihentikan jika amonium sulfat tidak melarut
lagi. Larutan yang mengandung endapan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kemudian di saring. Filtrat yang didapatkan
selanjutnya dilakukan uji biuret. Sedangkan Uji Biuret
endapan hasil penyaringan dilakukan uji Pada uji Biuret ini larutan albumin telur
kelarutan di dalam air dan dilakukan uji ditambahkan 1 mL larutan NaOH 0,25 N
Millon. Uji ini juga dilakukan pada larutan terlebih dahulu. Kemudian ditambahkan
gelatin. dengan beberapa tetes larutan CuSO4. Setelah
dilakukan penambahan larutan CuSO4 terjadi
Uji Koagulasi perubahan warna larutan dari semula bening
Larutan asam asetat sebanyak 2 tetes di menjadi berwarna ungu. Larutan yang
tambahkan ke dalam tabung reaksi yang sudah berwarna ungu ini disebabkan oleh
berisi 5 mL kemudian dipanaskan selama terbentuknya senyawa kompleks koordinat
kurang lebih 5 menit dan didinginkan. yang berwarna yang dibentuk oleh Cu2+
Apabila terdapat endapan, endapan di ambil dengan gugus –CO dan –NH pada ikatan
dengan menggunakan batang pengaduk peptida dalam larutan sampel pada suasana
kemudian dilakukan uji Millon dan kelarutan basa. Reaksi yang terjadi adalah:
endapan. Uji ini juga dilakukan pada larutan
gelatin.

3
COOH COOH COOH

R CH R CH HC R

H N H N N H

O C O C C O
Cu2+
2 + Cu2+ R CH HC R
R CH

H N H N N H

O C O C C O

R CH R CH HC R

NH2 NH2 NH2


Rantai polipeptida
Rantai Polipeptida KompleksBerwarna
Kompleks berwarnaUngu
ungu

Gambar 1. Reaksi yang terjadi pada uji biuret

Adanya perubahan warna pada larutan mengandung protein. Hal yang sama juga
albumin menjadi ungu menandakan bahwa di terjadi pada sampel larutan gelatin.
dalam larutan albumin telur positif

(a) (b)
Gambar 2. (a) Hasil uji biuret pada albumin telur;_(b) Hasil uji biuret pada larutan gelatin

Pengendapan Protein dengan Logam dengan larutan Pb(CH3COO)2 beberapa tetes.


Dalam percobaan ini larutan albumin Setelah ditambahkan dengan larutan
telur ditambahkan dengan larutan HgCl2. Pb(CH3COO)2 terbentuk endapan putih dan
Ketika dilakukan penambahan ini larutan larutan menjadi agak keruh. Sedangkan pada
menjadi agak keruh dan terbentuk endapan sampel larutan gelatin memeperlihatkan hasil
berwarna putih. Hal yang sama juga terjadi yang negatif pada kedua uji pengendapan
ketika larutan albumin telur ini ditambahkan protein dengan logam.

(a) (b) (c) (d)


Gambar 3. (a) Albumin telur + HgCl2; (b) Albumin telur + Pb(CH3COO)2; (c) Larutan gelatin +
HgCl2; (d) Larutan gelatin + Pb(CH3COO)2

4
Terbentuknya endapan putih ini muatan antara ion logam berat dengan anion
menandakan bahwa larutan protein telah dari protein sehingga menghasilkan garam
diendapkan oleh ion Hg2+ dan Pb2+ yang protein yang tidak larut. Perlu ditinjau bahwa
masing – masing berasal dari larutan HgCl2 protein merupakan suatu koloid elektrolit
dan Pb(CH3COO)2. Protein pada umumnya yang bersifat amfoter. Dalam bentuk netral
bisa diendapkan dengan ion-ion logam berat senyawa ini berbentuk dua kutub yang
misalnya Hg2+, Pb2+, Cd2+ dan Ag+. Hal ini kondisinya dikenal dengan titik isoelektrik.
bisa terjadi karena terjadi reaksi penetralan Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

-
O O
H2N CH2 + Hg2+ H2N CH2 Hg2+
OH OH

-
O O
H2N CH2 + Hg2+ H2N CH2 Hg2+
OH OH

Gambar 4. Reaksi antara ion logam berat dengan protein

Pengendapan Protein dengan Garam sulfat) untuk mengikat air lebih besar daripada
Dalam percobaan pengendapan protein protein, maka protein akan keluar dari larutan
dengan garam ini, larutan protein (albumin dan membentuk endapan putih.
telur) ini dijenuhkan dengan garam (NH4)2SO4 Selanjutnya dilakukan uji kelarutan
atau ammonium sulfat. Ketika dilakukan endapan di dalam air. Hasilnya endapan yang
penjenuhan garam (NH4)2SO4 ini larut terbentuk karena pengendapan garam ini larut
sempurna. Kemudian dilakukan lagi di dalam air. Kemudian endapan juga diuji
penambahan garam ammonium sulfat dan dengan reagen Millon. Setelah ditambahkan
diaduk hingga sedikit garam ammonium sulfat dengan reagen Millon endapan protein yang
yang tinggal dan tidak melarut. Ketika hal ini berwarna putih ini tidak melarut. Kemudian
dilakukan larutan protein berubah warna dilakukan pemanasan, endapan tetap tidak
menjadi putih susu dan terdapat filtrat terjadi perubahan. Hal ini menandakan di
berwarna putih. dalam endapan protein negatif mengandung
Terbentuknya warna larutan putih susu asam amino tirosin. Selanjutnya, filtrat
dan endapan yang berwarna putih ini dilakukan uji Biuret. Setelah ditetesi dengan
disebabkan oleh penambahan garam larutan NaOH dan CuSO4 filtrat yang semula
ammonium sulfat ke dalam larutan albumin berwarna putih keruh ini berubah warna
secara berlebihan. Hal ini bisa dijelaskan menjadi ungu. Ini menandakan bahwa di
karena dengan penambahan garam pada dalam filtrat masih terkandung protein. Hal
konsentrasi tinggi akan menyebabkan protein yang sama juga dilakukan pada sampel larutan
pada albumin mengalami peristiwa salting out gelatin, hasilnya adalah terbentuk endapan
dimana pada keadaan ini ion-ion dari garam yang tidak dapat larut dalam air, sedangkan
ammonium bersaing dengan ion-ion pada filtratnya diuji biuret, hasilnya adalah positif,
protein untuk mengikat air. Karena warna larutan berubah menjadi ungu.
kemampuan ion-ion garam (ammonium

5
(a) (b)
Gambar 5. Hasil uji pengendapan oleh garam pad albumin telur (b) Hasil uji pengendapan oleh
garam pada sampel larutan gelatin

Pengendapan Protein dengan Alkohol antara protein-air dengan alkohol-air. Alkohol


Pada percobaan ini mula-mula disiapkan dapat mengendapkan sebab gugus fungsional
tiga tabung reaksi yang telah diisi dengan dari alkohol (-OH) lebih kuat mengikat air
larutan albumin telur dan etil alkohol. melalui pembentukan ikatan hydrogen
Kemudian pada tabung reaksi 1 ditambahkan dibandingkan dengan molekul protein
HCl, tabung reaksi 2 ditambahkan NaOH dan sehingga kelarutan protein dalam air
tabung reaksi 3 ditambahkan dengan buffer berkurang. Selain itu, alkohol juga mampu
asetat. Setelah itu, timbul perubahan yang merusak ikatan hidrogen yang terdapat
berbeda di ketiga tabung reaksi tersebut. Pada diantara gugus amida yang terdapat dalam
tabung reaksi 1, terjadi endapan dan larutan struktur sekunder protein sehingga protein
menjadi keruh. Hal yang sama pula terjadi kehilangan air (terhidrasi) dan akhirnya
pada tabung reaksi 3. Namun pada tabung mengendap. Hal yang sama juga dilakukan
reaksi 2, terbentuk sedikit endapan. Hal ini pada larutan gelatin. Hasilnya adalah hanya
menandakan bahwa penambahan asam (HCl) positif pada uji pengendapan protein dengan
dan buffer asetat ke larutan protein dalam alkohol pada penambahan larutan buffer
alkohol bisa menimbulkan pengendapan asetat, yaitu terbentuknya endapan putih dan
protein. larutannya berwarna putih.
Dasar dari pengendapan protein dengan
alkohol adalah kompetisi pembentukan ikatan

(a) (b) (c)


Gambar 6. Albumin telur + HCl + etil alkohol (b) Albumin Telur + NaOH + etil alkohol; (c)
Albumin telur + buffer asetat + etil alkohol

H H H
R C COO- R C COO- R C COOH
 
+ H3N+
NH2 H3N
Pada Suasana Basa Ion Amfoter (Zwitter Ion) Pada Suasana Asam

Gambar 7. Perubahan Muatan Protein Pada Berbagai Suasana

6
Uji Koagulasi mengalami koagulasi ketika mencapai pH
Dalam percobaan ini larutan albumin isoelektrik.
telur ditambahkan dengan asam asetat. Setelah Kemudian dilakukan uji kelarutan
ditambahkan terbentuk endapan putih. endapan di dalam air dan uji endapan dengan
Kemudian dilakukan pemanasan pada air reagen Millon. Ketika endapan yang terbentuk
mendidih. Setelah dilakukan pemanasan diuji kelarutannya di dalam air, ternyata
endapan putih yang terbentuk semakin endapan yang terbentuk tidak melarut. Setelah
banyak. itu dilakukan uji Millon. Ketika ditambahkan
Terbentuknya endapan putih ini reagen Millon, endapan yang terbentuk akibat
menandakan bahwa protein yang terdapat koagulasi ini melarut. Kemudian dilakukan
pada albumin telur telah mengalami koagulasi pemanasan. Setelah dilakukan pemanasan
dengan penambahan asam (asam asetat). ternyata tidak terjadi perubahan warna. Ini
Asam dapat mengacaukan jembatan garam menandakan bahwa di dalam protein yang
dengan adanya muatan ionik dimana sebuah terdapat dalam larutan albumin telur tidak
tipe reaksi penetralan terjadi sewaktu ion terdapat tirosin. Hal yang sama juga dilakukan
positif dan negatif yang berasal dari garam pada larutan gelatin. Hasilnya adalah larutan
berganti pasangan dengan ion positif dan tidak berwarna dan tidak terbentuk endapan.
negatif yang berasal dari asam yang Hal ini menandakan bahwa tidak ada protein
ditambahkan. Sehingga protein mengalami yang terkoagulasi oleh penambahan asam
koagulasi. Selain itu protein juga mampu asetat.

(a) (b)

Gambar 8. (a) Hasil uji koagulasi pada albumin telur; (b) ) Hasil uji koagulasi pada larutan
gelatin

Denaturasi Protein reaksi yang ditambahkan HCl dan buffer


Larutan albumin telur dimasukan ke asetat terbentuk endapan putih. Sedangkan
dalam tiga buah tabung reaksi masing-masing pada tabung reaksi yang ditambahkan NaOH
sebanyak 9 mL. Kemudian pada tabung reaksi ini hanya terbentuk sedikit endapan putih. Hal
1 ditambahkan larutan HCl, tabung reaksi 2 yang sama juga dilakukan pada larutan
ditambahkan NaOH dan tabung reaksi 3 gelatin, hasilnya adalah tidak terbentuk
ditambahkan buffer asetat. Kemudian endapan pada ketiga uji. Hal ini menandakan
dilakukan proses pemanasan. Setelah bahwa dalam larutan gelatin tidak ada protein
dilakukan proses pemanasan, pada tabung yang terdenaturasi.

7
(a) (b) (c)
Gambar 9. (a) Albumin telur + HCl; (b) Albumin telur + NaOH; (c) Albumin telur + buffer
asam asetat

Terbentuknya endapan putih seperti putih Protein dapat mengalami denaturasi dengan
telur ini menandakan bahwa telah terjadi penambahan asam dan buffer asam dan
peritiwa denaturasi protein. Denaturasi bisa melalui pemanasan.
terjadi karena faktor suhu dan pH. Pemanasan
pada suhu tinggi (diatas 80oC) yang dilakukan 5. UCAPAN TERIMA KASIH
terhadap larutan protein dapat menyebabkan Ucapan terima kasih penulis sampaikan
rusaknya struktur protein dan hilangnya kepada Dr. I Nyoman Tika, M.Si., sebagai
aktivitas protein. Kemudian terbentuknya dosen pengampu mata kuliah Praktikum
endapan putih pada larutan protein yang Biokimia, Kadek Dewi Wirmandianthy, S.Pd
ditambahkan HCl dan buffer asetat setelah selaku asisten dosen, dan I Dewa Subamia
dilakukan pemanasan disebabkan oleh selaku laboran di Jurusan Pendidikan Kimia
kuatnya buffer asetat dan HCl dalam atas masukan dan sarannya sehingga
mempertahankan pH sehingga mampu percobaan ini dapat dilaksanakan dengan baik.
merusak kesetimbangan zwitter ion ke kondisi
asam yaitu di bawah titik isoelektrik. Hal 6. REFERENSI
inilah yang menyebabkan protein Tika, I Nyoman. 2010. Penuntun praktikum
terdenaturasi. Biokimia. Singaraja: Universitas
Perubahan struktur yang diakibatkan Pendidikan Ganesha
proses denaturasi adalah perubahan Redhana. 2010. Penuntun Pratikum Biokimia.
konfigurasi protein α-heliks menjadi Singaraja: Universitas Pendidikan
memanjang. Hal ini disebabkan karena Ganesha
rusaknya ikatan hydrogen pada ikatan non Parning. 2005. Kimia 3B SMA Kelas XII.
polar yang terjadi pada struktur berlipat dari Jakarta : Penerbit Yudhistira
protein. Redhana, I Wayan & Siti Maryam. 2004.
Buku Ajar Biokimia Jilid I. Singaraja
4. SIMPULAN : IKIP N Singaraja
Berdasarkan uraian pembahasan tersebut Thenawijaya, Maggy. 1982. Dasar-Dasar
maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai Biokimia jilid 1. Jakarta: Erlangga
berikut; (a) Identifikasi protein dapat dilakuka Nurcahyo, Heru. 2005. Regulasi Metabolisme
dengan uji Biuret; (2) Protein dapat Protein. Yogyakarta : Universitas
diendapkan dengan ion logam berat, garam Negeri Yogyakarta
dan alkohol (c) Protein mampu mengalami Purba, Michael. 2004. Kimia Untuk SMA
koagulasi dengan penambahan asam; (d) Kelas XII. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai