Semar.
Ia mempunyai nama lain yaitu:
1. Pancalpamor : menolak godaan duniawi;
2. Pegatwaja: berarti gigi, sebuah perlambang bahwa Gareng tidak menyukai makanan-
makanan enak (mewah) yang memboroskan dan mengundang penyakit;
3. Nala Gareng: berarti ‘hati yang kering,’ kering dari angkaramurka.
Gareng merupakan Punakawan kedua setelah semar. Ciri-ciri fisik yang menonjol dari semar
adalah:
Mata juling: mengartikan lambing tidak mau melihat hal-hal yang mengundang
kejahatan;
Tangan ceko (melengkung): artinya tidak mau mengambil/merampas hak orang lain;
Sikil gejik (seperti pincang): artinya selalu penuh kewaspadaan dalam segala perilaku.
Gareng mempunyai watak suka bercanda. Kadang perkataannya lucu, kadang juga penuh makna.
Ia juga setia pada tuannya dan gemar menolong.
Dalam pengembaraannya, Ia pernah menjadi raja yang bernama Prabu Pandu Bergola di kerajaan
Parang Gumiwang. Ia sangat sakti, hingga semua raja berhasil ia taklukan. Tetapi ia ingin
mencoba Kerajaan Amarta tempat ia mengabdi ketika menjadi panakawan. Semua ksatria
pandawa pun ia kalahkan.
Sementara itu Semar, Petruk dan Bagong sangat kebingungan karena kepergian Gareng yang
sudah lama tak kunjung pulang dalam kecemasan dan kebingungan serta rasa khawatir dan sedih
karena Negara Amarta berhasil ditaklukan oleh seorang raja yang bernama Pandu Bergola.
Beruntung Pandawa memiliki penasehat ulung yaitu Prabu Kresna. Kresna segera memanggil
Semar. Jika Semar ingin bertemu Gareng, maka relakanlah Petruk bertemu dengan Pandu
Bergola. Semar segera tanggap pada ucapan Kresna, sedangkan Petruk mulai murung. Semua
raja, ksatria pandawa saja berhasil dikalahkan oleh Prabu Pandu Bergola, apalagi dirinya. Pikir
Petruk. Tetapi setelah Semar membisikan sesuatu di telinganya, Petruk jadi semangat dan girang,
segera pamit untuk menghadapi Prabu Bergola.
Nala Gareng ditanya oleh Kresna, mengapa bertindak begitu. Ia menjawab bahwa dirinya hanya
ingin mengingatkan tuan-tuannya para Pandawa, jangan lupa karena sudah mukti wibawa
(makmur) sehingga kurang berhati-hati. Bagaimana jadinya kalau Negara sampai terlena ketika
musuh datang secara tiba-tiba? Negara bisa hancur dan rakyat menderita. Maka sebelum itu
semua terjadi, Gareng mengingatkan pada rajanya. Para Pandawa pun semua gembira dan
merasa beruntung memiliki abdi seperti Gareng. (**)
Dalam pencarian jatidirinya, bima sering diberi tugas oleh gurunya (yang diminta oleh para
kurawa untuk membunuh bima) yang hampir tidak mungkin dikerjakan, tugas itu antara lain
adalah mencari kayu gung susuhing angin dan air banyu perwitasari, yang akhirnya membawa
bima bertemu dengan dewaruci
Gaya bicara Bagong terkesan semaunya sendiri. Dibandingkan dengan ketiga panakawan
lainnya, yaitu Semar, Gareng, dan Petruk, maka Bagong adalah sosok yang paling lugu dan
kurang mengerti tata krama. Meskipun demikian majikannya tetap bisa memaklumi.
Togog dan Semar sama-sama mengajukan permohonan kepada ayah mereka, yaitu Sanghyang
Tunggal, supaya masing-masing diberi teman. Sanghyang Tunggal ganti mengajukan pertanyaan
berbunyi, siapa kawan sejati manusia. Togog menjawab "hasrat", sedangkan Semar menjawab
"bayangan". Dari jawaban tersebut, Sanghyang Tunggal pun mencipta hasrat Togog menjadi
manusia kerdil bernama Bilung, sedangkan bayangan Semar dicipta menjadi manusia bertubuh
bulat, bernama Bagong.
Versi lain menyebutkan, Semar adalah cucu Batara Ismaya. Semar mengabdi kepada seorang
pertapa bernama Resi Manumanasa yang kelak menjadi leluhur para Pandawa. Ketika
Manumanasa hendak mencapai moksha, Semar merasa kesepian dan meminta diberi teman.
Manumanasa menjawab bahwa temannya yang paling setia adalah bayangannya sendiri.
Seketika itu pula, bayangan Semar pun berubah menjadi manusia, dan diberi nama Bagong.
Tentu saja Bagong gaya Jawa Timuran memiliki peran yang sangat penting sebagai panakawan
utama dalam setiap pementasan wayang. Ucapannya yang penuh humor khas timur membuatnya
sebagai tokoh wayang yang paling ditunggu kemunculannya.