Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN Nn.

“ANDI
SALSA” DENGAN DIAGNOSA GASTROENTERITIS DI
KELURAHAN KAPASA KECAMATAN TAMALANREA

Oeh:
DOLFINA YUBEL ASNAT SINONAFIN
NH0118014

PEMBIMBING

Ns. Edy Supardi, S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2021
1.1 KONSEP DASAR MEDIS GASTROENTERITIS
1.1.1 Definisi
Gastroenteritis atau Diare adalah tinja yang lunak atau cair sebanyak tiga
kali atau lebih dalam satu hari. Berdasarkan hal tersebut, secara praktis diare
pada anak bisa di definisikan sebagai meningkatnya frekuensi buang air besar
tiga kali atau lebih, tinja konsistensinya menjadi lebih lunak dari biasanya,
sehingga hal itu dianggap tidak normal oleh ibunya. Secara klinis, diare di
bedakan menjadi 3 macam yaitu, diare cair akut, disentri dan diare persistensi.
Menurut Sudoyo, diare adalah buang air besar (defeksasi) dengan tinja
berbentuk cair (setengah padat), kandungan air lebih banyak dari biasanya lebih
dari 200gram atau 200ml/24 jam. Sedangkan menurut Hendrawanto dalam
Sipahutar, diare adalah buang air besar (defeksasi) dengan tinja berbentuk cairan
atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak
dari keadaan normal yakni 100-200ml sekali defekasi.(Mary et al., 2007)
Diare merupakan penyakit yang lazim ditemui pada bayi maupun anak-
anak. Menurut WHO, diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan
lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari
atau lebih. Terkadang orang tua kerap bertanya-tanya apakah anaknya
mengalami diare. Pada anak-anak konsistensi tinja lebih diperhatikan daripada
frekuensi BAB, hal ini dikarenakan frekuensi BAB pada bayi lebih sering
dibandingkan orang dewasa, bisa sampai lima kali dalam satu hari. Frekuensi
BAB yang sering pada anak belum tentu dikatakan diare apabila konsistensi
tinjanya seperti sehari-hari pada umumnya. Seorang ibu dapat mengetahui kapan
anaknya terkena diare dan tergantung pada situasi anak.(Mary et al., 2007)
1.1.2 Etiologi
Tingginya angka kematian akibat diare tersebut masih disebabkan dan
beberapa faktor antara lain: karena kesehatan lingkungan yang kurang memadai,
keadaan gizi yang belum memuaskan, kepadatan penduduk, sosial ekonomi
maupun pendidikan atau pengetahuan dan perilaku masyarakat yang secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi penyakit diare ini. Menurut
Mansjoer dkk, penyebab diare dapat di bagi dalam beberapa faktor yaitu :(Saferi
& Yessie, 2013)
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi internal adalah infeksi pencernaan yang merupakan penyebab diare
pada anak disebabkan oleh bakteri Shigella, Salmonella dan E.Coli. (Saferi
& Yessie, 2013)
b. Infeksi Parental adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti Otitis
Media Akut yang banyak terdapat pada bayi dan anak di bawah dua tahun.
(Saferi & Yessie, 2013)
2. Faktor Mal Absorbsi
Malabsorbsi Karbohidrat, disakarida (Intoransi, Laktosa Maltosa dan
Subkorosa) dan monosakarida (Intoleransi Glukosa, Frugtosa dan Glaktosa)
pada bayi dan anak yang terpenting dan terserang malabsorbsi lemak dan
protein.(Saferi & Yessie, 2013)
3. Faktor Makanan
Faktor makanan adalah seperti makanan beracun, basi dan alergi
terhadap makanan yang ia makan.(Saferi & Yessie, 2013)
4. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yaitu rasa takut dan cemas (jarang terjadi pada anak
namun sering terjadi).(Saferi & Yessie, 2013)
1.1.3 Klasifikasi
Menurut Masjoer dkk, jenis diare terbagi dari 4 (empat) macam antara lain:
a. Diare Akut
Diare akut adalah berlangsung kurang dari (14) empat belas hari
umumnya kurang dari 7 (tujuh) hari sehingga mengakibatkan dehidrasi yang
merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare. (Saferi & Yessie,
2013)
b. Diare Persisten
Diare Persisten adalahberlangsung kurang dari (14) empat belas hari
secara terus-menerus sehingga mengakibatkan penurunan berat badan dan
gangguan metabolisme.(Saferi & Yessie, 2013)
c. Diare Disentri
Diare disentri yang disertai darah dalam tinja. Akibat disentri adalah
anorexia sehingga mengakibatkan penurunan berat badan dengan cepat,
kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.(Saferi & Yessie, 2013)
d. Diare Masalah Lain
Anak yang menderita diare akut persisten mungkin juga disertai
penyakit lainnya seperti gangguan gizi, demam dan penyakit lainnya.(Saferi
& Yessie, 2013)
1.1.4 Patofisiologi
Yang merupakan dampak dari timbulnya diare adalah:
a. Gangguan osmolitik akibat terjadinya makanan atau zat yang tidak
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadi pergseran air dan elektrolit ke dalam rongga
usus. Isi ronga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
mengeluarkannya sehingga timbul diare.(Saferi & Yessie, 2013)
b. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya oleh toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.(Saferi & Yessie, 2013)
c. Gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurannya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga
timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.(Saferi & Yessie, 2013)
Patogenesisnya:
a. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung.
b. Jasad renik tersebut berkembangan biak dalam usus halus
c. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
d. Akibat toksin itu, terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan timbul diare.
(Saferi & Yessie, 2013)
1.1.5 Manifestasi Klinis
Mula-mula anak balita menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada kemungkinan timbul diare. Tinja cair,
munkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama makin
berubah kehijau-hijauan karena tercampur empedu, karena seringnya defekasi,
anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi asam akibat
banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus
selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan atau sesudah diare.
Anak-anak yang tidak mendapatkan perawatan yang baik selama diare akan
jatuh pada keadaan-keadaan seperti dehidrasi, gangguan keseimabangan asam-
basa, hipoglikemia, gangguan gizi, gangguan sirkulasi.(Jufri et al., 2016)
Jika pada orang dewasa, tanda dan gejala yang timbul adalah:
a. Mual dan muntah akibat iritasi lambung
b. Diare-cair, lembut, mungkin bercampur dengan lendir atau darah
c. Rasa sakit pada abdominal karena iritasi usus
d. Distensi perut
e. Demam karena infeksi
f. Anoreksia karena iritasi lambung
g. Tidak enak badan karena infeksi
h. Sakit kepala karena penyakit virus
i. Tanda-tanda dehidrasi-kulit kering dan pucat, urin berkurang,
takikardia, kulit lembek, tekanan darah ortostatik berubah.(Jufri et
al., 2016)
1.1.6 Pemeriksaan Diagnostic
a. Pemeriksaan Tinja
1. Makroskopis dan mikroskopis
2. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tabletclinitest
bila diduga terdapat intoleransi glukosa
3. bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi. (Saferi &
Yessie, 2013)
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dan darah
Dengan cara menentukan PH dan cadangan alkali (lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan AGD menurut ASTRUP (bila memungkinkan))
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaan elektrolit
Terutama pada Na, K, Ca dan Fosfor dalam serum (terutama pada penderita
diare yang disertai kejang)
e. Pemeriksaan intubasi duodenum
Untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif terutama dilakukan pada penderita diare kronik.(Saferi & Yessie,
2013)

1.1.7 Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan (jenis cairan, cara pemberian dan jumlah).
1. Cairan Peroral
a) Dehidrasi ringan dan sedang: cairan yang berisi NaCl, NaHCO3, KG
dan glukosa
b) Diare akut dan kolera, umur >6 bulan: kadar Na 90 Meq/L
c) Dehidrasi ringan/sedang, umur <6 bulan: kadar Na 50-60 mEq/L
formula lengkap sering disebut oralit
Cairan sederhana hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan
sukrosa atau air tajin yang diberi garam dan gula).(Jufri et al., 2016)
2. Cairan Parental
Garam yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien,
kadang-kadang tergantung kepada tersedianya cairan setempat.
Umumnya ringer laktat.(Jufri et al., 2016)
Cara memberikan cairan:
a) Belum ada dehidrasi
Peroral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap
defekasi
b) Dehidrasi ringan
1) 1 jam pertama: 25-50ml/Kg BB peroral (intragastrik).
2) Selanjutnya: 125ml/Kg BB/hari ad libtum
c) Dehidrasi sedang
1) 1 jam pertama: 50-100ml/Kg BB peroral/intragastrik (sonde).
2) Selanjutnya: 125ml/Kg BB/hari ad libitum
d) Dehidrasi berat
1) Anak 1 bulan – 2 tahun BB 3-10Kg
- 1 jam pertama.
40ml/Kg BB/jam=10tts/Kg BB/i (set infus berukuran
1ml=15tts) atau 13tts/Kg BB/menit
- 7 jam berikutnya.
12ml/Kg BB/jam=3tts/Kg BB/menit atau 4tts/Kg BB/menit
- 16 jam berikutnya.
125ml/Kg BB oralit peroral/Intragastrik. Bila anak tidak mau
minum teruskan dengan intravena 2tts/Kg BB/menit (set infus
1ml 15tts) atau 3tts/Kg BB/menit (set infus 1ml=20tts). (Jufri
et al., 2016)
2) Anak 2-5tahun, BB 10-15Kg
- 1 jam pertama
30ml/Kg BB/jam atau 8tts/Kg BB/menit (1ml-15tts) atau
10tts/Kg BB/menit (1ml-20tts)
- 7 jam berikutnya
10ml/Kg BB/jam atau 3tts/Kg BB/menit (1ml-15tts) atau
4tts/Kg BB/menit (1ml-20tts)
- 16 jam berikutnya
125ml/Kg BB oralit peroral/intragastrik. Bila anak tidak mau
minum teruskan dengan intravena 2tts/Kg BB/menit (1ml-
20tts)(Jufri et al., 2016)
3) Anak: 5-10tahun, BB 15-25Kg
- 1 jam pertama
20ml/Kg BB/jam atau 5tts/Kg BB/menit (1ml-15tts) atau
7tts/Kg BB/menit (1ml-20tts)
- 7 jam berikutnya
10ml/Kg BB/jam atau 2,5tts/Kg BB/menit (1ml=15tts) atau
3tts/Kg BB/menit (1ml-20tts)
- 16 jam berikutnya
105ml/Kg BB oraloit peroral. Bila anak tidak mau teruskan
DGaa intravena 1tts/Kg BB/menit (1ml=15tts) atau 1½tts/Kg
BB/menit (set infus 1ml-20tts)(Jufri et al., 2016)
4) Bayi baru lahir (Neonatus) BB 2-3Kg
Kebutuhan cairan:
125ml+10ml=250ml/Kg BB/24 jam
Jenis cairan: 4:1 (4 bagian glukosa 5%+1 bagian NaHCO31½%).
Kecapatan:
4 jam pertama 25ml/Kg BB/jam atau 6tts/Kg BB/i (1ml=15tts)
atau. 2½tts/Kg BB/i (1ml=20tts) (Jufri et al., 2016)
5) Bayi berat badan lahir rendah BB <2Kg
Kebutuhan cairan: 250ml/Kg BB/24 jam
Jenis cairan: 4:1 (4 bagian glukosa 10%+1 bagian NaHCO 31½
%)Kecepatan cairan=pada bayi baru lahir.(Jufri et al., 2016)
b. Pengobatan Dietatik (Makanan)
Untuk anak <1tahun dan >1tahun dengan BB kurang 7Kg jenis makanannya
adalah:(Ayu, 2016)
1) Susu (ASI dan atau susu formula mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tidak jenuh, seperti: LLM Al minor.
2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila anak
tidak mau minum susu.
Cara pemberian:(Ayu, 2016)
Hari pertama 1: setelah rehidrasi segara berikan makanan peroral. Bila
diberi ASI/susu formula tetapi diare masih sering,
diberikan oralit selang seling dengan ASI. Misal: 2kali
ASI/susu khusus: 1kali oralit.
Hari 2-4 : ASI/susu formula rendah laktosa penuh
Hari 5 : bila tak ada kelainan klien dipulangkan. Kembali
susudaatau makanan.
c. Obat-obatan
Prinsip: mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan/tanpa muntah
dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa/karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dll).
Obat yang diberikan adalah:(Ayu, 2016)
1) Obat anti sekresi
Asetosal. Dosis 25mg/tahun dengan dosis minimum 30mg
Klorpromazin. Dosis 0,5-1mg/Kg BB/hari
2) Obat spasmolitik
Papaverin, ekstrak beladon, opium loperamid tidak digunakan pada klien
diare. Obat pengeras tinja seperti seperti kaolin, pektin, charcoal tabonal
tidak bermanfaat mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
3) Anti biotik
Umumnya anti biotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas.
Pada klien kolera diberikan tetrasiklin 25-50mg/Kg BB/hari. ATS
diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti: OMA, Faringitis,
Bronkitis, Bronkopneumoni.(Ayu, 2016)
1.1.8 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat
terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, brakikardi,
perubahan pada EKG)
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan villy mukosa usus halus
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.(Saferi & Yessie, 2013)
1.1.9 Pencegahan
Upaya pencegahan diare pada balita dapat dilakukan oleh ibu-ibu dengan
beberapa cara antara lain:(Ayu, 2016)
a. Memberikan ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi, komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal seimbang untuk diserap secara optimal oleh
bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan dari umur 4 sampai
6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI
steril berbeda dengan sumber susu lain, susu formula atau cairan lain
disiapkan dengan air atau bahan yang terkontaminasi dalam botol yang
kotor, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,
menghindari anak dari bahaya bakteri yang menyebabkan diare. Pemberian
ASI selama diare mengurangi akibat engatif selama masa masa pertumbuhan
terhadap keadaan gizi bayi. Pemberian ASI mengurangi parahnya kejadian
diare. Pada bayi yang tidak diberi secara penuh dalam 6 bulan pertama
kehidupan, resiko mendapat diare 30 kali lebih besar. Pemberian susu
formula merupakan cara lain dari menyusui, penggunaan botol untuk
pemberian susu formula, biasanya menyebabkan resiko tinggi terkena diare
sehingga mengakibatkan gizi buruk.(Ayu, 2016)
b. Memberikan Makanan Pendamping ASI
Makanan pendamping ASI diberikan pada bayi secara bertahap harus
dibiasakan dengan makanan orang dewasa yang dihaluskan, karena masa
tersebut merupakan masa berbahaya yaitu meningkatnya resiko terkena diare
atau penyakit lain yang dapat menyebabkan kematian.(Ayu, 2016)
c. Menggunakan Air Bersih yang cukup
Kuman infeksi penyebab diare ditularkan melalui pekal oral, mereka
dapat ditulari dengan memasukan kedalam mulut cairan atau benda yang
tercemar dengan tinja, misalnya air minum, tangan atau jari-jari, makanan-
makanan yang disiapkan dalam panci yang telah dicuci dengan air tercemar
dan lain-lain.(Ayu, 2016)
d. Mencuci Tangan
Biasakan mencuci tangan dengan sabun terutama sesudah membuang air
besar, membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum
menyuapi makanan anak dan sebelum makan.(Ayu, 2016)
e. Menggunakan Jamban/WC
Keluarga harus membuang air besar di WC yang berfungsi dengan baik
agar dapat dipakai seluruh anggota keluarga dan harus dibersihkan secara
teratur, bila tidak ada jamban sebaiknya buang air bsar jauh dari rumah, jalan
setapak dan tempat anak bermain yang jaraknya lebih kurang 10 meter dari
air serta menghindari buang air besar tanpa alas kaki. (Ayu, 2016)
f. Membuang Tinja Balita yang benar
Dalam membuang tinja balita harus secara bersih dan benar, hal-hal yang
harus diperhatikan oleh keluarga antara lain; tinja bayi atau anak kecil
dibuang ke WC, bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan
mudah di jangkau, bila tidak ada jamban pilih tempat untuk membuang tinja
seperti di dalam lobang atau di kebun dan kemudian di timbun, bersihkan
tempat dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun.
(Ayu, 2016)
g. Pemberian Imunisasi Campak
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi
campak juga dapat mencegah diare. Beri anak imunisasi campak segera
setelah umur 9 bulan.(Ayu, 2016)

1.2 RENCANA KEPERAWATAN GASTROENTERITIS


1.2.1 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan diare
menurut NANDA Internasional (2015), adalah sebagai berikut:
a. Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi, inflamasi,
iritasi, malabsorbsi.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,
kegagalan mekanisme regulasi.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis, faktor psikologis, ketidakmampuan mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering BAB,
perubahan status cairan, perubahan pigmentasi, perubahan turgor,
penurunan imunologis.
e. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan diare, intoleransi
makanan, malnutrisi.

1.2.2 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa keperawatan Intervensi
Noc Nic
1. Diare berhubungan dengan NOC: NIC:
parasit, psikologis, proses a. Kontinensi usus a. Manajemen diare
infeksi, inflamasi, iritasi, Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
malabsorbsi. tindakan keperawatan 1. Evaluasi efek
diharapkan pasien dapat samping pengobatan
mengontrol pengeluaran terhadap gastrointestinal
feses dari usus, dengan 2. Anjurkan pasien
Kriteria hasil: untuk menggunakan
1. Diare(4) obat antidiare
2. Mengeluarkan feses 3. Evaluasi intake
paling tidak 3x per makanan yang
hari(5) dikonsumsi sebelumnya
3. Minum cairan secara 4. Identifikasi faktor
adekuat(5) penyebab diare
4. Mengkonsumsi serat (misalnya, bakteri)
secara adekuat(5) 5. Berikan makanan
Keterangan: dalam porsi kecil dan
(4):Jarang menunjukkan lebih sering serta
(5): Secara konsisten tingkatkan porsi secara
menunjukkan bertahap
6. Monitor tanda dan
gejala diare

b.Fungsi b. Manajemen Saluran


Gastrointestinal Setelah Cerna Tindakan
dilakukan tindakan keperawatan:
keperawatan diharapkan 1. Monitor buang air
saluran pencernaan besar termasuk
pasien mampu untuk frekuensi, konsistensi,
mencerna, dan bentuk, volume, dan
menyerap nutrisi dari warna, dengan cara
makanan, dengan yang tepat.
Kriteria hasil: 2. Monitor bising usus
1. Frekuensi BAB(4) 3. Instruksikan pasien
2. Konsistensi feses(5) mengenai makanan
3. Distensi perut(5) tinggi serat
4.Peningkatan
peristaltik(4)
5. Diare(4)
Keterangan:
(4): Sedikit terganggu
(5): Tidak terganggu
2. Kekurangan Volume cairan NOC: NIC:
berhubungan dengan a. Keseimbangan cairan a. Manajemen cairan
kehilangan cairan aktif, Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
kegagalan mekanisme tindakan keperawatan 1. Monitor status hidrasi
regulasi. diharapkan (misalnya, membran
keseimbangan cairan mukosa lembab, denyut
didalam tubuh pasien nadi adekuat)
tidak terganggu, dengan 2. Jaga intake/asupan
yang akurat dan catat
Kriteria hasil: output pasien
1. Tekanan darah (5) 3.Monitor
2.Denyut nadi perifer(5) makanan/cairan yang
3. Keseimbangan intake dikonsumsi dan hitung
dan output dalam 24 asupan kalori harian
jam(4) 4.Kolaborasi pemberian
4. Berat badan stabil(5) cairan IV 5.Monitor
5.Turgor kulit(5) status nutrisi
6.Kelembaban membran 6. Timbang berat badan
mukosa(5) setiap hari dan monitor
Keterangan: status pasien 7. Monitor
(4):Sedikit terganggu tanda-tanda vital
(5): Tidak terganggu 8. Dorong keluarga
untuk membantu pasien
makan

b. Hidrasi Setelah b.Manajemen


dilakukan tindakan Hipovolemia
keperawatan diharapkan Tindakan Keperawatan:
ketersediaan air didalam 1. Monitor status cairan
tubuh pasien tidak termasuk intake dan
terganggu, dengan output cairan
Kriteria hasil: 2. Pelihara IV line
1. Turgor kulit(5) 3. Monitor tingkat Hb
2. Membran mukosa dan hematokrit
lembab(5) 4. Monitor tanda-tanda
3. Intake cairan(5) vital
4. Mata dan ubun-ubun 5. Monitor respon
cekung(5) pasien terhadap
5. Nadi cepat dan penambahan cairan
lemah(5) 6. Dorong pasien untuk
Keterangan: menambah intake oral
(5): Tidak terganggu
c. Status nutrisi: asupan c. Monitor cairan
makanan & cairan Tindakan keperawatan:
Setelah dilakukan 1. Monitor berat badan
tindakan keperawatan 2. Monitor intake dan
diharapkan jumlah output
makanan dan cairan 3. Monitor nilai serum
yang masuk ke dalam dan elektrolit urin
tubuh pasien adekuat, 4. Monitor serum
dengan albumin dan total
Kriteria hasil: protein
1. Asupan makanan 5. Monitor TD, nadi,
secara oral(4) pernafasan
2. Asupan makan secara 6. Monitor kelembaban
tube feeding mukosa, turgor kulit
(NGT/OGT) (4)
3. Asupan cairan
intravena(4)
4. Asupan nutrisi
parenteral(4)
Keterangan:
(4): Sebagian besar
adekuat
3. Ketidakseimbangan nutrisi: NOC: NIC:
kurang dari kebutuhan a. Status nutrisi Setelah a. Manajemen nutrisi
tubuh dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
keperawatan diharapkan 1. Identifikasi adanya
nutrisi pasien dapat alergi atau intoleransi
terpenuhi, dengan makanan
Kriteria hasil: 2. Instruksikan pasien
1. Asupan makanan(4) mengenai kebutuhan
2. Asupan cairan(5) 3. nutrisi
Rasio berat/tinggi 3. Atur diet yang
badan(5) diperlukan (yaitu,
4. Energi(4) menyediakan makana
5.Hidrasi(4) protein tinggi,
Keterangan: menambah atau
(4):Sedikit menyimpang mengurangi kalori,
dari rentang normal menambah atau
(5):Tidak menyimpang menurangi vitamin,
dari rentang normal mineral)
4. Tentukan jumlah
b. Status nutrisi: Asupan kalori dan jenis nutrisi
Makanan & Cairan yang dibutuhkan untuk
Setelah dilakukan memenuhi persyaratan
tindakan keperawatan gizi
diharapkan jumlah
makanan dan cairan b. Monitor nutrisi
yang masuk ke dalam Tindakan keperawatan:
tubuh pasien adekuat, 1.Monitor
dengan Kriteria hasil: kecendrungan turun BB
. Asupan makanan 2. Monitor turgor kulit
secara oral(4) 3. Monitor adanya mual
2. Asupan makan secara dan muntah
tube feeding 4. Monitor pucat,
(NGT/OGT) (4) kemerahan, dan
3. Asupan cairan secara kekeringan jaringan
oral(4) konjungtiva
4. asupan nutrisi 5. Monitor diet dan
parenteral(4) asupan kalori
Keterangan: c. Monitor nutrisi
(4): Sebagian besar Tindakan keperawatan:
adekuat 1. Timbang berat badan
pasien
c. Status nutrisi: asupan 2. Monitor adanya mual
nutrisi Setelah dilakukan muntah
tindakan keperawatan 3. Monitor adanya
diharapkan asupan gizi penurunan berat badan
pasien terpenuhi, dengan 4. Monitor turgor kulit
Kriteria hasil: 1. Asupan dan mobilitas d.
kalori(5) 2. Asupan Bantuan peningkatan
protein(5) 3.Asupan BB.
karbohidrat(5) Tindakan keperawatan:
4. Asupan serat(4) 1. Timbang pasien pada
5. Asupan mineral(5) jam yang sama setiap
Keterangan: hari
(4): Sebagian besar 2. Monitor mual dan
adekuat muntah
(5): Sepenuhnya adekuat 3. Monitor asupan
kalori setiap hari
d. Berat badan: Massa 4. Instruksikan cara
tubuh Setelah dilakukan meningkatkan asupan
tindakan keperawatan kalori
diharapkan berat badan
pasien normal, dengan
Kriteria hasil: 1. Berat
badan(5)
2. Persentil lingkar
kepala (anak)(5)
3. Persentil berat badan
(anak)(5) Keterangan:
(5): Tidak ada deviasi
dari kisaran normal
4. Kerusakan integritas kulit NOC: NIC:
Integritas jaringan: Kulit Manajemen elektrolit/
& membran mukosa cairan Tindakan
Setelah dilakukan keperawatan:
tindakan keperawatan 1.Monitor kehilangan
diharapkan keutuhan cairan (misalnya,
dan fungsi kulit pasien muntah, diare)
tidak terganggu, dengan 2. Tingkatkan intake
Kriteria hasil: asupan cairan per oral 3.
1. Integritas kulit(5) 2. Pastikan bahwa larutan
Suhu kulit(5) intravena yang
3. Elastisitas(5) mengandung elektrolit
4. Hidrasi(4) diberikan dengan aliran
5. Perfusi jaringan(5) yang konstan dan sesuai
Keterangan:
(4):Sedikit terganggu
(5): Tidak terganggu
5. Disfungsi motilitas NOC: NIC:
gastrointestina a. Eliminasi usus a. Manajemen Saluran
Setelah dilakukan Cerna Tindakan
tindakan keperawatan keperawatan:
diharapkan pengeluaran 1. Monitor buang air
feses pasien tidak besar termasuk
terganggu, dengan frekuensi, konsistensi,
Kriteria hasil: bentuk, volume, dan
1. Pola eliminasi(5) 2. warna, dengan cara
Warna feses(5) yang tepat.
3. Feses lembut dan 2. Monitor bising usus
berbentuk(5) 3. Instruksikan pasien
4. Kemudahan BAB(5) mengenai makanan
5. Suara bising usus(5) tinggi serat
6. Nyeri pada saat 4. Monitor adanya tanda
BAB(5) dan gejala diare,
Keterangan: konstipasi.
(5): Tidak terganggu
(5): Tidak ada

b.Fungsi gastrointestinal
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan saluran
pencernaan pasien
mampu untuk mencerna,
dan menyerap nutrisi
dari makanan, dengan
Kriteria hasil:
1. Frekuensi BAB(4)
2.Konsistensi feses(5)
3. Distensi perut(5)
4.Peningkatan
peristaltik(4)
5.Diare(4) Keterangan:
(4):Sedikit terganggu
(5): Tidak terganggu

1.2.3 Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan di susun secara sistematik.
Selanjutnya renana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang
nyata dan terpadu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang
diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Ayu, A. P. (2016). Diare Pencegahan dan Pengobatannya (B. Jhon (ed.); 1st ed.). Nuha
Medika.
Jufri, S. O., Soemarno, Sri, A., & Endang, S. (2016). Diare Balita Suatu Tinjauan
Bidang Kesehatan Masyarakat (S. D. Sutiawan (ed.); 1st ed.). CV Budi Utama.
Mary, D. G., Donna, J., & Jim, K. (2007). Keperawatan Medikal bedal (P. Arie &
Meidyna (eds.); 1st ed.). Rapha Publishing.
Saferi, W. A., & Yessie, P. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (Isna (ed.); 1st ed.).
Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai