“ANDI
SALSA” DENGAN DIAGNOSA GASTROENTERITIS DI
KELURAHAN KAPASA KECAMATAN TAMALANREA
Oeh:
DOLFINA YUBEL ASNAT SINONAFIN
NH0118014
PEMBIMBING
1.1.7 Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan (jenis cairan, cara pemberian dan jumlah).
1. Cairan Peroral
a) Dehidrasi ringan dan sedang: cairan yang berisi NaCl, NaHCO3, KG
dan glukosa
b) Diare akut dan kolera, umur >6 bulan: kadar Na 90 Meq/L
c) Dehidrasi ringan/sedang, umur <6 bulan: kadar Na 50-60 mEq/L
formula lengkap sering disebut oralit
Cairan sederhana hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan
sukrosa atau air tajin yang diberi garam dan gula).(Jufri et al., 2016)
2. Cairan Parental
Garam yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien,
kadang-kadang tergantung kepada tersedianya cairan setempat.
Umumnya ringer laktat.(Jufri et al., 2016)
Cara memberikan cairan:
a) Belum ada dehidrasi
Peroral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap
defekasi
b) Dehidrasi ringan
1) 1 jam pertama: 25-50ml/Kg BB peroral (intragastrik).
2) Selanjutnya: 125ml/Kg BB/hari ad libtum
c) Dehidrasi sedang
1) 1 jam pertama: 50-100ml/Kg BB peroral/intragastrik (sonde).
2) Selanjutnya: 125ml/Kg BB/hari ad libitum
d) Dehidrasi berat
1) Anak 1 bulan – 2 tahun BB 3-10Kg
- 1 jam pertama.
40ml/Kg BB/jam=10tts/Kg BB/i (set infus berukuran
1ml=15tts) atau 13tts/Kg BB/menit
- 7 jam berikutnya.
12ml/Kg BB/jam=3tts/Kg BB/menit atau 4tts/Kg BB/menit
- 16 jam berikutnya.
125ml/Kg BB oralit peroral/Intragastrik. Bila anak tidak mau
minum teruskan dengan intravena 2tts/Kg BB/menit (set infus
1ml 15tts) atau 3tts/Kg BB/menit (set infus 1ml=20tts). (Jufri
et al., 2016)
2) Anak 2-5tahun, BB 10-15Kg
- 1 jam pertama
30ml/Kg BB/jam atau 8tts/Kg BB/menit (1ml-15tts) atau
10tts/Kg BB/menit (1ml-20tts)
- 7 jam berikutnya
10ml/Kg BB/jam atau 3tts/Kg BB/menit (1ml-15tts) atau
4tts/Kg BB/menit (1ml-20tts)
- 16 jam berikutnya
125ml/Kg BB oralit peroral/intragastrik. Bila anak tidak mau
minum teruskan dengan intravena 2tts/Kg BB/menit (1ml-
20tts)(Jufri et al., 2016)
3) Anak: 5-10tahun, BB 15-25Kg
- 1 jam pertama
20ml/Kg BB/jam atau 5tts/Kg BB/menit (1ml-15tts) atau
7tts/Kg BB/menit (1ml-20tts)
- 7 jam berikutnya
10ml/Kg BB/jam atau 2,5tts/Kg BB/menit (1ml=15tts) atau
3tts/Kg BB/menit (1ml-20tts)
- 16 jam berikutnya
105ml/Kg BB oraloit peroral. Bila anak tidak mau teruskan
DGaa intravena 1tts/Kg BB/menit (1ml=15tts) atau 1½tts/Kg
BB/menit (set infus 1ml-20tts)(Jufri et al., 2016)
4) Bayi baru lahir (Neonatus) BB 2-3Kg
Kebutuhan cairan:
125ml+10ml=250ml/Kg BB/24 jam
Jenis cairan: 4:1 (4 bagian glukosa 5%+1 bagian NaHCO31½%).
Kecapatan:
4 jam pertama 25ml/Kg BB/jam atau 6tts/Kg BB/i (1ml=15tts)
atau. 2½tts/Kg BB/i (1ml=20tts) (Jufri et al., 2016)
5) Bayi berat badan lahir rendah BB <2Kg
Kebutuhan cairan: 250ml/Kg BB/24 jam
Jenis cairan: 4:1 (4 bagian glukosa 10%+1 bagian NaHCO 31½
%)Kecepatan cairan=pada bayi baru lahir.(Jufri et al., 2016)
b. Pengobatan Dietatik (Makanan)
Untuk anak <1tahun dan >1tahun dengan BB kurang 7Kg jenis makanannya
adalah:(Ayu, 2016)
1) Susu (ASI dan atau susu formula mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tidak jenuh, seperti: LLM Al minor.
2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila anak
tidak mau minum susu.
Cara pemberian:(Ayu, 2016)
Hari pertama 1: setelah rehidrasi segara berikan makanan peroral. Bila
diberi ASI/susu formula tetapi diare masih sering,
diberikan oralit selang seling dengan ASI. Misal: 2kali
ASI/susu khusus: 1kali oralit.
Hari 2-4 : ASI/susu formula rendah laktosa penuh
Hari 5 : bila tak ada kelainan klien dipulangkan. Kembali
susudaatau makanan.
c. Obat-obatan
Prinsip: mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan/tanpa muntah
dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa/karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dll).
Obat yang diberikan adalah:(Ayu, 2016)
1) Obat anti sekresi
Asetosal. Dosis 25mg/tahun dengan dosis minimum 30mg
Klorpromazin. Dosis 0,5-1mg/Kg BB/hari
2) Obat spasmolitik
Papaverin, ekstrak beladon, opium loperamid tidak digunakan pada klien
diare. Obat pengeras tinja seperti seperti kaolin, pektin, charcoal tabonal
tidak bermanfaat mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
3) Anti biotik
Umumnya anti biotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas.
Pada klien kolera diberikan tetrasiklin 25-50mg/Kg BB/hari. ATS
diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti: OMA, Faringitis,
Bronkitis, Bronkopneumoni.(Ayu, 2016)
1.1.8 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat
terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, brakikardi,
perubahan pada EKG)
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan villy mukosa usus halus
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.(Saferi & Yessie, 2013)
1.1.9 Pencegahan
Upaya pencegahan diare pada balita dapat dilakukan oleh ibu-ibu dengan
beberapa cara antara lain:(Ayu, 2016)
a. Memberikan ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi, komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal seimbang untuk diserap secara optimal oleh
bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan dari umur 4 sampai
6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI
steril berbeda dengan sumber susu lain, susu formula atau cairan lain
disiapkan dengan air atau bahan yang terkontaminasi dalam botol yang
kotor, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,
menghindari anak dari bahaya bakteri yang menyebabkan diare. Pemberian
ASI selama diare mengurangi akibat engatif selama masa masa pertumbuhan
terhadap keadaan gizi bayi. Pemberian ASI mengurangi parahnya kejadian
diare. Pada bayi yang tidak diberi secara penuh dalam 6 bulan pertama
kehidupan, resiko mendapat diare 30 kali lebih besar. Pemberian susu
formula merupakan cara lain dari menyusui, penggunaan botol untuk
pemberian susu formula, biasanya menyebabkan resiko tinggi terkena diare
sehingga mengakibatkan gizi buruk.(Ayu, 2016)
b. Memberikan Makanan Pendamping ASI
Makanan pendamping ASI diberikan pada bayi secara bertahap harus
dibiasakan dengan makanan orang dewasa yang dihaluskan, karena masa
tersebut merupakan masa berbahaya yaitu meningkatnya resiko terkena diare
atau penyakit lain yang dapat menyebabkan kematian.(Ayu, 2016)
c. Menggunakan Air Bersih yang cukup
Kuman infeksi penyebab diare ditularkan melalui pekal oral, mereka
dapat ditulari dengan memasukan kedalam mulut cairan atau benda yang
tercemar dengan tinja, misalnya air minum, tangan atau jari-jari, makanan-
makanan yang disiapkan dalam panci yang telah dicuci dengan air tercemar
dan lain-lain.(Ayu, 2016)
d. Mencuci Tangan
Biasakan mencuci tangan dengan sabun terutama sesudah membuang air
besar, membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum
menyuapi makanan anak dan sebelum makan.(Ayu, 2016)
e. Menggunakan Jamban/WC
Keluarga harus membuang air besar di WC yang berfungsi dengan baik
agar dapat dipakai seluruh anggota keluarga dan harus dibersihkan secara
teratur, bila tidak ada jamban sebaiknya buang air bsar jauh dari rumah, jalan
setapak dan tempat anak bermain yang jaraknya lebih kurang 10 meter dari
air serta menghindari buang air besar tanpa alas kaki. (Ayu, 2016)
f. Membuang Tinja Balita yang benar
Dalam membuang tinja balita harus secara bersih dan benar, hal-hal yang
harus diperhatikan oleh keluarga antara lain; tinja bayi atau anak kecil
dibuang ke WC, bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan
mudah di jangkau, bila tidak ada jamban pilih tempat untuk membuang tinja
seperti di dalam lobang atau di kebun dan kemudian di timbun, bersihkan
tempat dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun.
(Ayu, 2016)
g. Pemberian Imunisasi Campak
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi
campak juga dapat mencegah diare. Beri anak imunisasi campak segera
setelah umur 9 bulan.(Ayu, 2016)
b.Fungsi gastrointestinal
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan saluran
pencernaan pasien
mampu untuk mencerna,
dan menyerap nutrisi
dari makanan, dengan
Kriteria hasil:
1. Frekuensi BAB(4)
2.Konsistensi feses(5)
3. Distensi perut(5)
4.Peningkatan
peristaltik(4)
5.Diare(4) Keterangan:
(4):Sedikit terganggu
(5): Tidak terganggu
1.2.3 Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan di susun secara sistematik.
Selanjutnya renana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang
nyata dan terpadu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, A. P. (2016). Diare Pencegahan dan Pengobatannya (B. Jhon (ed.); 1st ed.). Nuha
Medika.
Jufri, S. O., Soemarno, Sri, A., & Endang, S. (2016). Diare Balita Suatu Tinjauan
Bidang Kesehatan Masyarakat (S. D. Sutiawan (ed.); 1st ed.). CV Budi Utama.
Mary, D. G., Donna, J., & Jim, K. (2007). Keperawatan Medikal bedal (P. Arie &
Meidyna (eds.); 1st ed.). Rapha Publishing.
Saferi, W. A., & Yessie, P. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (Isna (ed.); 1st ed.).
Nuha Medika.