Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL PENELITIAN

FUNGSI CLIMATIC MODIFIER PADA BANGUNAN NEW MEDIA


TOWER UNM

OLEH :

EVABELLA MAJESTY RAWUNG

NIM :

18021102039

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
1
2020
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 Climatic Modifier


2.2 Bangunan sebagai Modifikator Iklim
2.3 Antispasi Manusia (Arsitek) dalam Memodifikasi Iklim melalui Bangunan/
Arsitektur

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Aspek iklim dan lingkungan merupakan salah satu hal yang


mempengaruhi produk arsitektur (Amos Rapoport 1969). Indonesia merupakan
negara yang terletak di 95° BT – 141°BT garis khatulistiwa. Hal ini menyebabkan
Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga indonesia hanya memiliki 2 musim,
yaitu musim hujan dan musim panas.

Kondisi iklim tropis ternyata tidak seluruhnya sesuai dengan kebutuhan


manusia dalam rangka memenuhi kenyamananfisiknya, sehingga perlu suatu
solusi yang sistematik terhadap permasalahan arsitektur tropis terutama
berkaitandengan kenyamanan pengguna bangunan.

Climatic Modifier lebih menunjuk bahwa bentukan arsitektur yang


fungsional itu diartikan sebagai bangunan yang mampu mengantisipasi,
mengontrol dan beradaptasi dengan lingkungan fisiknya, dalam hal ini adalah
aspek iklim yang berlaku disekitarnya. arsitektur harus dapat menyesuaikan diri
secara klimatologis dalam lingkungannya. Karena kehadirannya menuntut
fungsionalisasinya dari berbagai aspek termasuk iklim.

Selain sebagai sarana perlindungan fisik terhadap gangguan luar, baik


manusia lain atau binatang, bangunan dengan seluruh selubungnya (atap, dinding
dan lantai) berfungsi sebagai alat menetralisir atau memodifikasi iklim luar tidak
nyaman, yang tidak dikehendaki menjadi iklim nyaman sesuai dengan kebutuhan
pengguna bangunan. Dengan kata lain salah satu fungsi utama bangunan adalah
sebagai alat pemenuhan kenyamanan psikis maupun fisik bagi pengguna
bangunan.

New Media Tower adalah salah satu bangunan dari rencana enam
bangunan hemat energi yang akan dibangun oleh UMN. Bangunan ini didesain
oleh arsitek Budiman Hendropurnomo dari salah satu biro arsitektur.
3
2. Rumusan Masalah

Bagaimana bagaimana penerapan fungsi climatic modifier pada bangunan New


Media Tower UNM ?

3. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui bagaimana penerapan fungsi climatic modifier pada gedung


New Media Tower UNM.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Climatic Modivier

Climatic modifier merupakan salah satu teori fungsi arsitektur dari


Geoffrey Broadbent Broadbent memandang bahwa fungsi arsitektur perlu
ditelususri berdasarkan hubungan antara arsitek itu sendiri dengan penikmat
(manusia). Dalam memfomulasikan konsepnya mengenai fun arsitektur
(disebutnya “BUILDING TASK”), Broadbent mencoba menelusurinya
berdasarkan 3 (tiga) aspek utama dalam kaitan evaluasi suatu karya arsitektur,
yaitu :

 Arsitek (perancangnya)
 Pemakai, Penikmat dan Pengamat
 Karya Arsitektur itu sendiri secara otonom
Dalam kategorinya, Climatic modifier lebih menunjuk bahwa bentukan
arsitektur yang fungsional itu dapat diartikan sebagai bangunan yang mampu
mengantisipasi, mengontrol, dan beradaptasi dengan lingkungan fisiknya, dalam
hal ini adalah aspek iklim yang berlaku disekitarnya. Arsitektur harus dapat
menyesuaikan diri secara klimatologis dalam lingkungannya karena kehadirannya
menurut fungsionalisasinya dari berbagai aspek termasuk iklim.

2. 2 Bangunan sebagai Modifikator Iklim

Bangunan dengan seluruh selubungnya (atap, dinding dan lantai) berfungsi


sebagai alat menetralisir atau memodifikasi iklim luar tidak nyaman, yang tidak
dikehendaki menjadi iklim nyaman sesuai dengan kebutuhan pengguna bangunan.
Dengan kata lain salah satu fungsi utama bangunan adalah sebagai alat
pemenuhan kenyamanan psikis maupun fisik bagi pengguna bangunan.

Ada empat aspek kenyamanan fisik yang secara mendasar diperlukan


manusia dari bangunan: kenyamanan ruang, kenyamanan penglihatan,
kenyamanan pendengaran/suara serta kenyamanan termal. Dari keempat aspek
5
kenyamanan tersebut, kenyamanan termal merupakan aspek yang paling banyak
hubungannya dengan hampir semua faktor iklim.

Kenyamanan termal dipengaruhi oleh empat faktor iklim: suhu udara, suhu
radiasi, kelembaban dan kecepatan angin, serta dua faktor individual: jenis
aktifitas - berkaitan dengan tingkat metabolisme tubuh, serta jenis pakaian yang
dikenakan seseorang. Aspek kenyamanan termal sesungguhnya banyak
mendominasi pertimbangnan arsitek dalam merancang bangunan.

2. 3 Antispasi Manusia (Arsitek) dalam Memodifikasi Iklim melalui


Bangunan/ Arsitektur

Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan manusia dalam


memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi nyaman. Meskipun demikian
berbagai macam cara atau teknik tersebut dapat disederhanakan menjadi dua:
teknik mekanisasi dan teknik pemanfaatan energi matahari. Teknik mekanisasi
didefinisikan sebagai segala cara modifikasi iklim yang menggunakan energi
listrik yang tidak berasal dari energi matahari. Dalam teknik mekanisasi, seperti
halnya penempatan mesin pengkondisian udara (AC) dan mesin pemanas (heater),
arti bangunan sebagai alat untuk memodifikasi iklim menjadi lebih sederhana.

Keberhasilan modifikasi lebih terletak pada peralatan mekanik dibanding


dengan rancangan bangunan itu sendiri, meskipun kita masih dapat berbicara lain
jika hal tersebut lalu dikaitkan dengan aspek penggunaan energi dalam bangunan
tersebut. Dalam kaitan ini, rancangan bangunan yang baik adalah bangunan yang
dapat memberikan kenyamanan bagi penghuni tanpa perlu menggunakan banyak
energi.

Pada sisi lain, teknik modifikasi iklim dapat dilakukan dengan


memanfaatkan energi matahari. Karena hampir semua faktor iklim yang ada pada
permukaan bumi ini ditimbulkan oleh matahari, sehingga faktor-faktor iklim
seperti halnya angin juga dianggap sebagai bagian dari energi matahari. Teknik
pemanfaatan energi matahari untuk memodifikasi iklim dalam bangunan menjadi
sangat populer belakangan ini. Para arsitek di negara maju (Eropa dan Amerika
6
Utara terutama) mulai sadar akan pentingnya energi ketika negara Arab
melancarkan embargo minyak tahun 1973[5].

Ketergantungan energi listrik yang berasal dari minyak mulai dipikirkan


untuk dikurangi pada semua sektor termasuk bangunan. Kemudian disusul isu
pemanasan bumi (global warming) sekitar tahun 1980-an kembali meyakinkan
arsitek bahwa pemakaian energi yang berasal dari minyak bumi harus dikurangi.
Akibatnya adalah munculnya demikian banyak penelitian pada sektor bangunan
yang berupaya untuk mengurangi pemakaian energi minyak 4 bumi dalam
bangunan, tanpa harus mengorbankan kebutuhan manusia akan kenyamanan.
Alternatif pemanfaatan energi matahari dalam bangunan menjadi isu sentral di
mana-mana, terutama di negara-negara maju.

Pemanfaatan energi matahari untuk mencapai kenyamanan dalam


bangunan dapat dibagi dalam dua kelompok: pemanfaatan pasif dan pemanfaatan
aktif. Pemanfaatan pasif dimaksudkan sebagai usaha pencapaian kenyamanan
dalam bangunan melalui cara-cara di mana tidak perlu dilakukan upaya merubah
energi matahari menjadi energi listrik (yang kemudian akan digunakan bagi mesin
pendingin/pemanas atau lampu penerang). Sedangkan pemanfaatan aktif adalah
sebaliknya, energi matahari dirubah lebih dahulu menjadi energi listrik (dengan
menggunakan solar cell), baru kemudian digunakan sebagai alat untuk pencapaian
kebutuhan kenyamanan bagi penghuni bangunan, seperti halnya untuk mesin
pendingin, pemanas, penerangan serta alat lainnya.

Anda mungkin juga menyukai