Oleh :
NIM : 18021102100
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah ....................................................................
1.2 Rumusan masalah .............................................................................
1.3 Tujuan penelitian ..............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Sejauh ini pembangunan kota belum sepenuhnya merata. Bagi warga kota yang
tergolong minoritas, kaum disabilitas atau difabel, kota belum banyak menyediakan akses
yang semestinya, begitupulah dengan desain pembangunan gedung yang semestinya.
Sampai saat ini, masalah penyandang disabilitas masih menjadi salah satu masalah yang
perlu diperhatikan. Penyandang disabilitas cenderung mengalami hambatan dalam aktifitas
kehidupan nya sehari-hari, dari pandangan masyarakat pun penyandang disabilitas
membutuhkan bantuan dikarenakan kondisi yang dialaminya.
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada di atas, maka dapat diindentifikasi
masalahnya sebagai berikut:
Menurut latar belakang di atas maka rumusan masalah teridentifikasi sebagai berikut:
1. Apakah bangunan fakultas teknik di Universitas Sam Ratulangi telah menerapkan
desain ramah disabilitas?
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui pengaruh desain bangunan terhadap penyandang
disabilitas.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengidentifikasi bangunan khususnya di fakultas teknik Arsitektur
UNSRAT yang telah memenuhi standar untuk disabilitas.
b. Mengetahui rancangan yang ramah dan mendukung pengguna disabilitas.
c. Menganalisis keterkaitan arsitektur dan penyandang disabilitas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Difabel
1. Pengertian Difabel
Difable memiliki arti seseorang yang memiliki kelainan tubuh pada alat gerak
yang meliputi otot, tulang, dan persendian baik dalam struktur dan fungsinya yang
dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk
melakukan kegiatan selayaknya Pusat Bahasa, (2008). Kata difabel tidak muncul
begitu saja, difabel atau kata yang memiliki definisi “different abled people“
merupakan sebuah istilah untuk menamai mereka yang memiliki kebutuhan khusus,
dan menggantikan istilah “cacat” yang sebelumnya banyak digunakan dalam
penyebutan mereka yang berkebutuhan khusus.
Kata cacat yang selama ini umum digunakan tidak layak dilekatkan kepada
manusia, karena kata tersebut seringkali juga digunakan pada benda yang rusak.
Penggunaan istilah difabel dianggap lebih menghormati mereka para penyandang
disabilitas ditengah kehidupan masyarakat yang memandang golongan mereka
hanya sebelah mata. Sehingga kata difabel diyakininya lebih humanis dari pada kata
penyandang cacat. Menurut UU No 4 tahun 1997, Setiap orang yang mempunyai
kelainan fisik, dan atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan
dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara layaknya, yang terdiri dari
penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental.
a. Penyandang Tunanetra
Menurut Priyo dan Wijatmiko (2011), kriteria evaluasi bangunan gedung dari
segi aksesibilitas meliputi keandalan fisik bangunan gedung meliputi pemenuhan
unsur keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Definisi persyaratan
keandalan bangunan gedung :
Persyaratan teknis dalam kajian evaluasi bangunan ini diambil dari Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat PRT/M/No. 14 tahun 2017,
PRT/M/No. 30 tahun 2006, dan Manual Desain Bangunan Aksesibel (SAPPK ITB).
Berikut ini komparasi dari 3 peraturan yang dijadikan rujukan dan 11 item yang
dijadikan objek dalam evaluasi bangunan Gedung Arsitektur.
Dalam hal kondisi bangunan gedung tidak dapat memenuhi ukuran dasar ruang
yang memadai, maka perencana konstruksi dapat melakukan penyesuaian ukuran
dasar ruang sepanjang prinsip Desain Universal terpenuhi. Sehingga setiap
Pengguna Bangunan Gedung dan Pengunjung Bangunan Gedung masih dapat
beraktivitas secara mudah, aman, nyaman, dan mandiri.
Detail penerapan standar :
b. Jalur pemandu/guiding block
b. Didepan pintu masuk dan pintu keluar dari dan menuju tangga atau
fasilitas persilangan dengan perbedaan ketinggian lantai
METODE PENELITIAN
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007, Statistika
untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung).
Sc : Google Earth
ANALISIS
4. HASIL ANALISIS
Analisis penilaian elemen ramah disabilitas di Fakultas Teknik Unsrat
menggunakan metode komparasi dengan Peraturan Perundang-undangan yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah. Berikut ini adalah 8 elemen yang menjadi
pembahasan pada kajian “Pengaruh Desain Bangunan terhadap penyandang
disabilitas di Fakultas Teknik Unsrat”.
1. Jalur akses utama menuju bangunan Gedung
2. Tempat parkir gedung
3. Ramp
4. Tangga
5. Toilet
6. Jalur pemandu, guiding block di dalam gedung
• Ramp
Gedung Fakultas Teknik Arsitektur Unsrat belum memiliki ramp
dimana sangat dibutuhkan sebagai aksesibilitas bagi penyandang
disabilitas terutama penyandang Tunanetra dan Tunadaksa sehingga
Gedung Arsitektur Unsrat meish tergolong belum memenuhi standar
Gedung ramah disabilitas.
Berikut merupakan standar ramp yang harus dibangun di Gedung
Arsitektur Unsrat.
Jalur pemandu menuju ruang dosen, cafetaria dan toilet ini diharapkan
membatu difabel tunanetra dalam mengakses ketiga ruang tersebut secara
mandiri, dengan bantuan guiding block dan petunjuk menggunakan huruf
braillei. Akan tetapi di dalam Gedung fakultas Teknik Arsitektur Unsrat ini
belum diaplikasikan ubin pemandu di dalam ruangan dan petunjuk arah
ruangan menggunakan huruf braille.
• Aksesibilitas Pintu
Terdapat 3 jenis pintu di dalam Gedung Arsitektur Unsrat yang menjadi
kajian evaluasi. Pintu ke-1 merupakan pintu utama yang terletak di depan
gedung, pintu ke-2 merupakan pintu ganda yang berada di dalam gedung, dan
pintu ke-3 merupakan pintu tunggal yang terletak di dalam gedung.
Aksesibilitas Pintu ke-1 Sebagai pintu utama. Pintu ini merupakan akses
utama untuk masuk kedalam gedung. hambatan yang dialami penyandang
disabilitas ialah tidak adanya ubin pemandu dari pintu depan ini. Tinggi pintu
akses didepan Gedung Fakultas Arsitektur tidak terlalu tinggi dan elevasinya
hampir sama dengan paving diluar Gedung sehingga hanya membutuhkan
sedikit bidang miring di depan pintu agar pengguna kursi roda dapat masuk
tanpa hambatan.
• Aksesibilitas Tangga
Terdapat 3 buah tangga di dalam Gedung Arsitektur, terdapat 1 tangga
utama dibagian tengah Gedung, 2 tangga terletak dibagian samping.
Semua akses pada tangga ini masih belum memenuhi standar ramah
disabilitas. Tunanetra menemui kendala, dengan tidak adanya guiding block
pada tangga tetapi cukup terbantu dengan adanya handrail pada kedua sisi
tangga. Tunadaksa (pengguna kruk) dapat mengakses tangga ini akan tetapi
susah untuk menggunakan nya dan juga tidak terdapat akses ramp ke lantai atas
bangunan sehingga masuk dalam kategori tidak memenuhi standar ramah
disabilitas. Begitupula dengan Tunadaksa (pengguna kursi roda) tidak dapat
mengakses tangga ini.
4.2 Saran
1. Menerapkan standar bangunan disabilitas.
2. Meningkatkan kesadaran publik terhadap isu-isu terhadap disabilitas.
3. Mengikutsertakan penyandang difabel dalam perencanaan pembangunan
fasilitas publik yang aksesibel terhadap semua kalangan.
4. Memberikan penghargaan kepada pengelola bangunan dan lingkungan
yang sudah menerapkan sarana aksesibilitas yang aksesibel bagi difabel.
5. Menyediakan fasilitas publik (pendukung) termasuk sarana aksesibilitas
umum yang dapat diakses oleh semua kalangan.
6. Menerapkan Saran Rancangan pada Bab IV
DAFTAR PUSTAKA
Manual Desain Bangunan Aksesibel (SAPPK ITB). Tentang ukuran standar pada
setiap fasilitas khusus sarana aksesibilitas penyandang difabel.
UU No 4 tahun 1997
aryana, A., & Widiawati, S. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tuna
Daksa. Jakarta: PT Luxima Metro Media.
Priyo Mandiyo dan Wijatmiko Ibnu Herlambang (2011). Evaluasi Keandalan Fisik
Bangunan Gedung (Studi Kasus di Wilayah Kabupaten Sleman). Jurnal ilmiah
semesta teknika.