Anda di halaman 1dari 34

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan bentuk alat yang disediakan

guru untuk merangsang atau mendorong siswa untuk mempermudah

belajar. Bentuk dari alat pembelajaran ini dapat berupa media audio,

visual, maupun audio visual.

Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis

komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk

belajar. Sementara itu Bridds (1970) berpendapat bahawa media adalah

segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa

untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya

(Arief S. Sadiman, 2014:6). Menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi

Pendidikan dalam Aristo Rahardi (2003:9) mengemukakan media

pembelejaran merupakan segala sesuatu yang digunakan orang untuk

menyalurkan pesan. Sedangkan menurut Yusuf Hadi Miarso dalam

Rohman (2013: 156) mengemukakan media pembelajaran merupakan

segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar

mengajar. Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan

bahwa media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan untuk

9
menyalurkan pesan atau informasi (materi pembelajaran) serta sebagai

perangsang peserta didik dalam proses belajar mengajar untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki fungsi sebagai pembawa informasi

dari guru (sumber) menuju siswa (penerima). Fungsi media dapat

diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang

mungkin timbuldalam proses pembelajaran.

Menurut Arief Sadiman (2014:17) bahwa kegunaan media

pembelajaran secara umum sebagai berikut a) memperjelas penyajian

pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis; b) mengatasi keterbatasan

ruang, waktu dam daya indera; c) media yang tepat dan bervariasi dapat

mengatasi sifat pasif anak didik; d) membantu siswa dan guru dalam

kegiatan belajar mengajar.

Levie dan lentz dalam Azhar Arsyad (2011:16) mengemukakan 4

fungsi media pembelajaran yaitu a) fungsi atensi menarik dan

mengarahkan perhatian siswa; b) fungsi afektif media visual dapat

terlihat dari tingkatan kenikmatan siswa ketika belajar; c) fungsi

kognitif; d) fungsi kompensatoris media pembelajaran membantu siswa

yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam

teks dan mengingatnya kembali.

Menurut endapat ahli yang diatas dapat disimpulakan bahwa

media pembelajaran harus dapat memotivasi siswa dalam proses

10
pembelajaran, karena media sebagai alat komunikasi guru dan siswa

dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang diinginkan.

c. Macam-Macam Media Pembelajaran

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh

terhadap kegiatan belajar mengajar di sekolah, sehingga media

pembelajaran yang digunakan harus mengikuti kebutuhan proses

pembelajaran. Azhar Arsyad (2014:31-34) menyatakan bahwa media

pembelajaran dapat dikelompokan ke dalam empat kelompok, yaitu a)

media hasil teknologi cetak; b) media hasil teknologi audio-visual; c)

media hasil teknologi yang berdasarkan komputer; d) media hasil

gabungan teknologi cetak dan komputer.

Yudi munadi (2013:55) menyatakan bahwa “Macam-macam

media pembelajaran yaitu media audio (radio, alat-alat perekam, dan

audio tape), media visual (majalah, koran, modul, komik, poster, atlas),

media audio visual (film, vidio, televisi) dan multimedia”.

Berdasrkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran dapat dikategorikan dalam empat bagian yaitu media

visual, media audio, media audio visual, dan media interaktif. Media

pembelajaran yang dibuat dalam penelitian ini merupakan media

pembelajaran interaktif yang mengacu pada layanan digital pada sistem

berbasis komputer yang menyajikan konten teks, gambar, dan video.

11
2. Modul

Media pembelajaran merupakan bentuk untuk menyalurkan pesan

kepada penerima atau siswa supaya dapat merangsang fikiran, perhatian dan

minat siswa. Media pembelajaran sangatlah bermanfaat bagi guru dan siswa

dalam proses belajar mengajar karena untuk mempermudah penyampaian

materi dalam berbagai bentuk media seperti media cetak, elektronik, dan lain-

lain.

a. Pengertian Modul

Modul pembelajaran merupakan satuan program belajar

mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara

perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri (self-

instructional) (Winkel, 2009:472).

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (2007:132) mengatakan

bahwa Modul didefinisikan sebagai satu unit program belajar-mengajar

terkecil yang secara rinci menggariskan: Tujuan instruksional yang akan

dicapai, topik yang akan dijadikan dasar proses belajar-mengajar, pokok-

pokok materi yang dipelajari, kedudukan dan fungsi modul dalam

kesatuan program yang lebih luas, peranan guru dalam proses belajar-

mengajar, alat-alat dan sumber yang akan dipergunakan, kegiatan-

kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati murid secara

berurutan, lembaran kerja yang harus diisi oleh siswa, dan program

evaluasi yang akan dilaksanakan.

12
Modul pembelajaran adalah media pembelajaran yang disusun

secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode dan

evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai

kompetensi yang diharapkan (Anwar, 2010; 135).

Berdasarkan beberapa pengertian modul di atas maka dapat

disimpulkan bahwa modul pembelajaran adalah salah satu bentuk media

pembelajaran yang dikemas secara sistematis dan menarik sehingga

mudah untuk dipelajari secara mandiri.

Modul pembelajaran merupakan salah satu media yang dapat

dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri. Modul yang baik harus disusun

secara sistematis, menarik, dan jelas. Modul dapat digunakan kapanpun

dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan siswa.

b. Karakteristik Modul

Anwar (2010;136), menyatakan bahwa karakteristik modul

pembelajaran sebagai berikut :

1) Self instructional, Siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak

tergantung pada pihak lain.

2) Self contained, Seluruh materi pembelajaran dari satu unit

kompetensi yang dipelajari terdapat didalam satu modul utuh.

3) Stand alone, Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada

media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media

lain.

13
4) Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi

terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

5) User friendly, Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab

bersahabat/akrab dengan pemakainya.

6) Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.

c. Fungsi dan Tujuan Modul

1) Menurut Andi Parstowo (2015; 107) fungsi modul adalah:

a) Bahan ajar mandiri. Maksudnya, penggunaan modul dalam proses

pembelajaran berfungsi meningkatkan kemampuan peserta didik

untuk belajar sendiri tanpa tergantungan kepada kehadiran

pendidik.

b) Pengganti fungsi pendidik. Maksudnya, modul sebagai bahan ajar

yang harus mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik

dan mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan

dan usia mereka. Sementara fungsi penjelasan sesuatu tersebut

dapat melekat pada pendidik. Maka dari itu, penggunaan modul

bisa berfungsi sebagai pengganti fungsi atau peran

fasilitator/pendidik.

c) Sebagai alat evaluasi. Maksudnya, dengan modul, peserta didik

dituntut untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat

penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari. Dengan

demikian, modul juga sebagai alat evaluasi.

14
d) Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik. Maksudnya, karena

modul mengandung berbagi materi yang harus dipelajari oleh

peserta didik, maka modul juga memiliki fungsi sebagai bahan

rujukan bagi peserta didik.

2) Tujuan modul menurut Andi Prastowo (2015;108) antara lain:

a) Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan

bimbingan pendidik (yang minimal).

b) Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam

kegiatan pembelajaran.

c) Melatih kejujuran peserta didik.

d) Mengakomondasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta

didik. Bagi peserta didik yang kecepatan belajarnya tinggi, maka

mereka dapat belajar lebih cepat serta menyelesaikan modul

dengan lebih cepat pula. Dan sebaliknya bagi yang lambat, maka

mereka dipersilakan untuk mengulanginya kembali.

e) Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan

materi yang telah dipelajari.

d. Struktur Modul

1) Struktur modul menurut Surahman (2010;2) modul dapat disusun

dalam struktur sebagai berikut:

a) Judul Modul. Bagian ini berisi tentang nama modul dari suatu

mata kuliah tertentu.

15
b) Petunjuk umum. Bagian ini memuat penjelasan tentang langkah-

langkah yang akan ditempuh dalam perkuliahan, meliputi:

i. Kompetensi dasar

ii. Pokok bahasan

iii. Indikator pencapaian

iv. Referansi (diisi petunjuk dosen tentang buku-buku referensi

yang digunakan)

v. Strategi pembelajaran (menjelaskan pendekatan, metode,

langkah yang dipergunakan dalam proses pembelajaran)

vi. Lembar kegiatan pembelajaran

vii. Petunjuk bagi mahasiswa untk memahami langkah-langkah

dan materi perkuliahan

viii. evaluasi

c) Materi modul. Bagian ini berisi penjelasan secara rinci tentang

materi yang dikuliahkan pada setiap pertemuan.

d) Evaluasi semester. Evaluasi ini terdiri atas evaluasi tengah

semester dan akhir semester dengan tujuan untuk mengukur

kompetensi mahasiswa sesuai materi kuliah yang diberikan.

2) Struktur modul menurut Vembriarti (1985;37) Modul dapat disusun

dalam struktur sebagai berikut:

a) Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik

b) Petunjuk untuk pendidik

c) Lembar kegiatan peserta didik

16
d) Lembar kerja bagi siswa

e) Kunci lembar kerja

f) Lembar evaluasi

g) Kunci lembar evaluasi

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa

modul harus berisikan unsur-unsur setruktur antara lain judul, petunjuk

belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan,

petunjuk kerja atau lembar kerja, dan evaluasi.

3. E-Modul

a. Pengertian E-Modul

Perkembangan teknologi dan informasi perlahan mulai mengalami

masa transisi dari media cetak berangsur beralih menjadi media digital.

Informasi dan publikasi awalnya hanya didokumentasikan melalui media

cetak dan beralih kemedia elektronik sebagai alternatif penggantinya antara

lain media elektronik seperti buku elektronik, modul elektronik (e-modul).

Istilah modul elektronik merupakan penggabungan istilah modul dalam

bentuk bahan ajar elektronik (e-book). Penyajian media pembelajaran dalam

bentuk elektronik ini akan menjadi lebih menarik dan memberikan berbagai

kemudahan.

Menurut Haritz C.N (2013:3) Buku digital atau disebut juga e-book

merupakan sebuah publikasi yang terdiri dari teks, gambar, maupun suara

dan dipublikasikan dalam bentuk digital yang dapat dibaca dikomputer

maupun perangkat elektronik lainnya.

17
Buku elektronik atau yang biasa dikenal dengan istilah e-book ini

merupakan tampilan informasi atau naskah dalam format buku yang

direkam secara elektronik dengan menggunakan hard disk, disket, CD, atau

flash disk dan dapat dibuka dan dibaca dengan menggunakan komputer atau

alat pembaca buku elektronik (B.P. Sitepu : 2006, 142). Modul elektronik

merupakan sebuah bentuk penyajian bahan belajar mandiri yang disusun

secara sistematis ke dalam unit pembelajaran terkecil untuk mencapai

tujuan pembelajaran tertentu, yang disajikan dalam format elektronik

(Kadek, 2016:201)

Media pembelajaran cetak modul dapat ditransformasikan

penyajiannya dalam bentuk elektronik, sehingga melahirkan istilah modul

elektronik atau e-modul. Tidak tedapat definisi pasti mengenai e-modul

sampai sejauh ini. Mengacu dari berbagai istilah yang berhubungan tersebut

dapat diidentifikasi bahwa modul elektronik merupakan penggabungan

istilah modul dengan media pembelajaran elektronik (e-book). Berdasarkan

uraian di atas dapat disimpulkan bahwa e-modul merupakan seperangkat

media pembelajaran digital atau non cetak yang disusun secara sistematis

yang digunakan untuk keperluan belajar mandiri, sehingga memudahkan

siswa untuk belajar mandiri dan memecahkan masalah dengan caranya

sendiri. E-modul dapat diimplementasikan sebagai sumber belajar mandiri

yang membantu siswa meningkatkan pemahaman secara kognitif dengan

tidak bergantung pada satu-satunya sumber informasi.

18
b. Karakteristik E-Modul

Karakteristik e-modul tidak jauh berbeda dengan karakteristik

yang dimiliki modul cetak sehingga karakteristik modul cetak dapat

diadaptasikan kedalam e-modul, berikut merupakan beberapa ciri

menurut Anwar (2010;136), menyatakan bahwa karakteristik modul

pembelajaran sebagai berikut :

1) Self instructional, Siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak

tergantung pada pihak lain.

2) Self contained, Seluruh materi pembelajaran dari satu unit

kompetensi yang dipelajari terdapat didalam satu modul utuh.

3) Stand alone, Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada

media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media

lain.

4) Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi

terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

5) User friendly, Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab

bersahabat/akrab dengan pemakainya.

6) Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.

c. Kelebihan dan Kekurangan E-Modul

Menurut S. Nasution (2008) modul yang disusun dengan baik

dapat memberikan banyak kelebihan bagi siswa, antara lain:

a) Balikan (feedback), siswa dapat mengetahui taraf hasil belajar

melalui umpan balik yang diberikan oleh modul secara langsung.

19
b) Penguasaan tuntas (mastery), siswa dapat mencapai hasil belajar

tinggi dengan menguasai materi pelajaran secara tuntas

c) Tujuan, peserta didik dapat mencapai hasil belajar tinggi sebab

modul memiliki tujuan jelas, spesifik dan terarah

d) Motivasi, pembelajaran yang membimbing siswa untuk mencapai

sukses melalui langkah-langkah teratur

e) Fleksibilitas, modul dapat digunakan oleh peserta didik sesuai

dengan kemampuan memahami materi masing-masing individu

f) Kerjasama, modul dapat mengurangi rasa persaingan dikalangan

siswa

g) Pengajaran remedial, modul memberikan kesempatan bagi peserta

didik untuk memperbaiki kelemahan, kesalahan, dan kekurangan

secara langsung

h) Rasa kepuasan, modul disusun untuk memudahkan peserta didik

belajar sesuai metode masing-masing

i) Bantuan individual, waktu dan kesempatan yang dimiliki siswa

untuk belajar tidak terbatas dengan menggunakan modul sehingga

siswa dapat mandiri

j) Mencegah kemubaziran, modul terdiri dari satuan pembelajaran

yang berdiri sendiri

k) Evaluasi formatif, bahan pelajaran terbatas dan diuji coba pada

peserta didik dalam jumlah kecil dapat menilai taraf hasil belajar

peserta didik.

20
Selain itu I Wayan Santyasa (2009) juga menyebutkan beberapa

keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul

adalah sebagai berikut :

a) Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan

tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan

kemampuan.

b) Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada

modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang

mana mereka belum berhasil.

c) Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.

d) Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun

menurut jenjang akademik

Kekurangan Modul

Belajar dengan menggunakan modul juga sering disebut dengan

belajar mandiri. Menurut Atwi Suparman (2001:197), menyatakan

bahwa bentuk kegiatan belajar mandiri ini mempunyai kekurangan-

kekurangan sebagai berikut :

a) Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkan

lama.

b) Menentukan disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurang

dimiliki oleh siswa pada umumnya dan siswa yang belum matang

pada khususnya.

21
c) Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator untuk

terus menerus memantau proses belajar siswa.

Media pembelajaran cetak modul yang telah ditransformasikan

dalam penyajian berbentuk elektronik atau e-modul. E-modul dapat

diimplementasikan sebagai sumber belajar mandiri yang membantu

siswa meningkatkan pemahaman secara kognitif berikut kelebihan dan

kekurangan dari e-modul:

a) Kelebihan e-modul

i. Biaya yang digunakan lebih murah.

ii. Praktis dan dapat dibaca dimana saja.

iii. Ukuran huruf dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

iv. Bisa dibaca diruang yang intensitas cahayanya kurang.

v. Bisa diberi gambar animasi atau multimedia.

vi. Penulis lebih mudah dalam menerbitkan buku.

b) Kekurangan e-modul

i. Membutuhkan aplikasi khusus untuk membuka epub.

ii. Membuat mata cepat lelah

iii. Harus memiliki smarthphone atau laptop

iv. Memiliki pengetahuan tentang berbagai software agar mudah

dalam penggunaan.

d. Cara Membuat E-Modul

E-modul merupakan adaptasi dari modul cetak yang

dikembangkan menggunakan media elektronik. Dalam membuat e-

22
modul kita dapat mengacu dalam struktur yang terdapat dalam modul

cetak seperti yang diutarakan oleh beberapa ahli berikut ini:

1. Struktur modul menurut Surahman (2010;2) modul dapat disusun

dalam struktur sebagai berikut:

h) Judul Modul. Bagian ini berisi tentang nama modul dari suatu

mata kuliah tertentu.

i) Petunjuk umum. Bagian ini memuat penjelasan tentang langkah-

langkah yang akan ditempuh dalam perkuliahan, meliputi:

i. Kompetensi dasar

ii. Pokok bahasan

iii. Indikator pencapaian

iv. Referansi (diisi petunjuk dosen tentang buku-buku referensi

yang digunakan)

v. Strategi pembelajaran (menjelaskan pendekatan, metode,

langkah yang dipergunakan dalam proses pembelajaran)

vi. Lembar kegiatan pembelajaran

vii. Petunjuk bagi mahasiswa untk memahami langkah-langkah

dan materi perkuliahan

viii. evaluasi

j) Materi modul. Bagian ini berisi penjelasan secara rinci tentang

materi yang dikuliahkan pada setiap pertemuan.

23
k) Evaluasi semester. Evaluasi ini terdiri atas evaluasi tengah

semester dan akhir semester dengan tujuan untuk mengukur

kompetensi mahasiswa sesuai materi kuliah yang diberikan.

2. Struktur modul menurut Vembriarti (1985;37) Modul dapat disusun

dalam struktur sebagai berikut:

a) Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik

b) Petunjuk untuk pendidik

c) Lembar kegiatan peserta didik

d) Lembar kerja bagi siswa

e) Kunci lembar kerja

f) Lembar evaluasi

g) Kunci lembar evaluasi

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa

e-modul harus berisikan unsur-unsur struktur antara lain judul, petunjuk

belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-

latihan, petunjuk kerja atau lembar kerja, dan evaluasi. Struktur yang ada

digunakan untuk acuan dalam membuat e-modul. Cara membuat e-modul

dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Halaman judul, kata pengantar, daftar isi, peta kedudukan e-modul, dan

glosarium.

b) Pendahuluan: Deskripsi, Prasyarat, Petunjuk penggunaan e-modul,

Tujuan akhir, Kompetensi

24
c) Pembelajaran: Tujuan kegiatan pembelajaran, Uraian materi,

Rangkuman, Tugas, Tes Formatif, Kunci jawaban formatif

d) Evaluasi: Kognitif skill, Psikomotorik skill, Afektif skill, Kunci jawaban

e) Penutup dan Daftar Pustaka

f) Setelah draft modul selesai dibuat kedalam microsoft word, kemudian

kita mencovert modul menjadi elektronik modul menggunakan aplikasi

Sigil.

4. SIGIL

eBook merupakan salah satu alternative yang dapat dipilih untuk

membudayakan minat membaca masyarakat tidak hanya dari kalangan

pelajar saja. eBook ini lebih bersifat modern dan menarik minat baca karena

didalam eBook ini terdapat fitur-fitur yang lebih menarik seperti teks,

gambar dan juga dapat di isi dengan suara untuk membantu memudahkan

penyampaian isi buku. eBook dipublikasikan dalam bentuk digital sehingga

mempermudah penulis dalam mempublikasikan bukunya. Sigil merupakan

software editor untuk epub yang bersifat open source. Epub (electronic

publication) merupakan salah satu format digital yang merupakan format

standarisasi bentuk yang diperkenalkan oleh International Digital

Publishing Forum (IDPF) pada tahun 2011. Epub merupakan software

pengganti Open eBook yang bertugas sebagai format buku terbuka. Epub

dapat diakses dari file yang bertipe html, xhtml, xml, css yang dijadiakan

satu file dengan ekstensi .epub. Epub juga bersifat friendly karena dapat

support dengan banyak perangkat seperti komputer (diakses di google

25
chrome, plugin firefox), android (dengan menggunakan Ideal reader,

FBreader0, IOS, Blackberry playbook, dan berbagai perangkat lainnya).

Menurut Harit C.N (2013:6) Sigil merupakan sebuah software editor

untuk epub yang bersifat open source. Beberapa fitur dari sigil adalah gratis

dan open source dengan lisensi GPLv3, Multiplatform : dapat dijalankan di

Windows, Linux dan Mac, Multiple view, dapat langsung mengedit

tampilan epub di book view, generator daftar isi dengan support untuk

heading multi level, dan editor metadata.

Berbagai macam software yang memiliki utilitas tinggi didapat hasil

bahwa software Sigil memiliki fitur yang lebih lengkap dibandingkan

dengan software sejenis, dimana selain fitur yang lengkap software Sigil

dapat diperoleh secara geratis. Hal inilah yang dipandang sebagai sisi plus

dari Sigil dibandingkan software lain.

5. Penyelesaian Tepi Pakaian

Dasar teknologi menjahit yang terdapat pada silabus (dapat dilihat

pada lampiran 4) di SMK N 2 Gedangsari terdapat materi pokok teknik

penyambungan kampuh, pembuatan lajur, pembuatan lipit, pembutan

kerutan, menyelesaikan sudut, penyelesaian tepi kain/kampuh (rompok,

depun, serip), pembuatan macam-macam saku (saku tempel, saku sisi).

Untuk penyelesaian tepi pakaian dapat berupa jahitan rompok, depun,

dan serip. Biasanya penyelesaian tepi pakaian digunakan untuk

menyelesaikan jahitan pada bagian kerung leher maupun ujung lengan.

26
a. Pengertian Penyelesaian Tepi Pakaian

Menurut Nanie Asri Yuliati (1993 : 16) tepi pakaian adalah bagian

pakaian yang bertiras dan memerlukan penyelesaian, seperti kerung

leher, lingkar bawah lengan tengah muka/tengah belakang.

Penyelesaian tepi merupakan salah satu cara untuk menyelesaiakan

lenan rumah tangga atau jahitan pakaian dengan menyelesaikan tepi

kain/kampuh dengan cara menjahit sepotong kain sepanjang tanda

jahitan.

Husna Widyani (2015:58) menyatakan bahwa penyelesaian tepi

busana digunakan untuk menyelesaiakan tepian busana seperti garis

leher, garis lengan, atau kelim. Bisa juga untuk memasang ban

pinggang, saku ritsleting, maupun kancing.

Berdasarkan beberapa pengertian penyelesaian tepi pakaian diatas

maka dapat disimpulkan bahwa penyelesaian tepi pakaian adalah

penyelesaian bagian pakaian yang bertiras atau bagian pakaian yang

membutuhkan penyelesaian seperti pada bagian kerung leher dan

bagian bawah lengan.

b. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

1. Alat Pelindung Diri (APD)

a) Pengertian Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri merupkan kelengkapan yang wajib

digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk

27
menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang

sekelilingnya. (http:/id.wikipedia.org/wiki/alat pelindung diri).

b) Alat Pelindung Diri

Beberapa Alat Pelindung Diri yang dapat digunakan dalam

pekerjaan dibidang busana atau ketika pembelajaran di

laboratorium busana (Nurseha, 2005:43), antara lain:

1) Alat pelindung kepala

Manfaat dari alat pelindung kepala adalah :

i. Melindungi rambut pekerja supaya tidak terjerat mesin

yang berputar

ii. Melindungi kepala dari panas radiasi, api, percikan

bahan kimia

iii. Melindungi kepala dari benturan dan tertimpa benda

2) Alat pelindung badan

Baju kerja merupakan saalah satu jenis dari baju

pengaman sebagaai alat pelindung badan. Alaat ini berguna

untuk melindungi seluruh atu sebagian tubuh dari percikan

api, pns, dingin, cairan kimia, dan oli.

3) Alat pelindung pernapasan

Alat pelindung pernapasan merupakan alat berfungsi

untuk melindungi pernafasan dari gas, uap, debu, atau udara

yang terkontaminasi di tempat kerja yang bersifat racun,

korosi, maupun rangsangan.

28
4) Alat pelindung tangan

Jenis alat pelindung tangan berupa sarung tangan dapat

terbuat dari karet, kulit, dan kain sutra. Sedangkan manfaat

dari alat pelindung tangan adalah melindungi tangan dari

temperatur yang ekstrim baik terlalu panas/terlalu dingin, zat

kimia kaustik, benda-benda berat atau tajam ataupun kontak

listrik.

5) Alat pelindung mata

Alat pelindung mata diperlukan untuk melindungi mata

dari kemungkinan kontak bahaya karena percikan atau

kemasukn debu, gas, uap, cairan korosif, partikel melayang,

atau terkena raidasi gelombang elekromagnetik.

6) Alat pelindung kaki

Alat pelindung kaki berfungsi melindungi kaki dari

benturan/tusukan/irisan/goresan benda tajam, larutan bahan

kimia, temperaturan yang ekstrim baik terlalu tinggi maupun

rendah, kumparan kawat-kawat yang beraliran listrik, dan

lantai licin agar tidak jatuh (terpeleset).

c) Tujuan dan Manfaat Alat Pelindung Diri

Tujuan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) adalah

untuk melidungi tubuh dari bahaya pekerjaan yang dapat

mengakibatkan panyakit atau kecelakan kerja, sehingga

penggunaan alat pelindung diri memegang peranan penting.

29
Sedngkan manfaat dari Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga

kerja adalah :

iv. Tenaga kerja dapat pekerja dengan perasaan lebih aman

untuk terhindar dari bahaya-bahaya kerja

v. Dapat mencegah kecelakaan akibat kerja

vi. Tenaga kerja memperoleh derajat kesehatan yang sesuai

hak dan martabatnya sehingga tenaga kerja akan mampu

bekerja secara aktif dan produktif

vii. Tenaga kerja bekerja dengan produktif sehingga

meningkatkan hasil produksinya

2. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Praktek Menjahit

Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kelalaian sendiri, ini terjadi

karena bekerja dengan terburu-buru, kurang memahami kecelakaan

yang dapat ditimbulkan dari pekerjaan yang dilakukannya,

kerusakan alat ataupun hal lain.

c. Alat dan Bahan yang digunakan

Untuk memulai menjahit penyelesaian tepi pakaian hal pertama

yang harus di lakukan adalah mengenal dan menyiapkan beberapa alat

dan bahan yang diperlukan agar menunjang keberhasilan dalam

menjahit. Berikut adalah alat dan bahan yang diperlukan:

30
a. Alat :

Tabel 1. Alat dan Bahan Yang Digunakan Untuk Penyelesaian Tepi


Pakaian
Nama Fungsi Gambar

1. Gunting Untuk menggunting


Kain kain atau bahan
utama

2. Gunting Untuk menggunting


Benang benang atau sisa-sisa
benang

3. Pendedel Untuk
mendedel/melepas
jahitan yang salah

4. Mesin Jahit Untuk


menyambungkan
bagian-bagian pola
yang telah dibuat
sesuai disain

5. Jarum Untuk menjelujur


tangan dan mengesum

31
6. Bantalan Untuk menyimpan
Jarum jarum tangan dan
jarum pentul

7. Pita ukur Untuk menentukan


ukuran

8. Jarum Untuk
pentul menggabungkan
atau menyemat
kain yang akan
dijahit

9. Karbon Untuk memberikan


Jahit dan tanda pola pada
rader kain

10. Kapur jahit Untuk memberikan


dan pensil tanda jahitan pada
jahit kain

32
b. Bahan :

Nama Fungsi Gambar

1. Kain Merupakan bahan


utama yang
digunakan untuk
menjahit

2. Benang Untuk menjahit,


menjelujur, dan
mengesum

3. Viselin Untuk melapisi


bahan utama

d. Macam-macam langkah penyelesaian tepi pakaian

1. Rompok

Menurut Ernawati, dkk (2008:114) rompok adalah penyelesaian

pinggir pakaian dengan menggunakan kumai serong. Rompok sering

digunakan untuk menyelesaikan lingkar kerung lengan, garis leher,

dan sebagaianya.

Husna Widyani (2015:59) menjelaskan rompok adalah

penyelesaian tepi leher dengan cara dibalutkan ke sekeliling garis

33
leher.

Rompok adalah penyelesaian tepi busana dengan menggunakan

kain serong atau bisban. Kain serong dapat diperoleh dengan

menggunting kain dengan arah diagonal (serong). (Amalia Iffat &

Husna W. , 2015:35)

Menerut pengertian diatas dapat diartikan bahwa pengertian

rompok adalah penyelesaian tepi untuk menyelesaikan lingkar

kerung leher, lingkar kerung lengan, dan lain sebagainya.

Menggunakan kain serong maupun bisban. Rompok juga dapat

digunakan sebagai hiasan pada pakaian.

Cara membuat rompok :

a) Siapkan kain kumai serong dengan lebar 2,5 cm atau

menyiapkan bisban.

b) Kumai serong atau bisban yang telah dipotong dijelujurkan pada

bagian baik kain utama. Dimana bagian baik kain saling

berhadapan, kemudian dijahit 0,5 cm dari tiras kain.

c) Kumai serong atau bisban dilipat kedalam pinggiran tiras dan

diselesaikan dengan dikelim atau disum sebagai

penyelesaiannya.

d) Hasil jahit untuk rompok 0,5 cm

e) Setrika supaya hasilnya rapi

34
2. Serip

Menurut Ernawati, dkk (2008:114) serip adalah lapisan

menurut bentuk yang hasil lapisannya menghadap keluar sebagai

hiasan.Serip berfungsi untuk penyelesaian pinggiran busana,

disamping itu serip juga berfungsi sebagai hiasan atau variasi

bagian busana.

Husna Widyani, (2015:59) serip adalah penyelesaian tepi leher

dengan cara dilapisi keluar.

Serip biasanya digunakan sebagai variasi busana. Oleh karena

itu, kain yang digunakan untuk serip umumnya berupa kain

kombinasi, atau kain lain yang berbedadengan busana utama

(Amalia Iffat & Husna W. , 2015: 33).

Menurut penjelasan diatas serip adalah penyelesaian tepi

lingkar kerung leher, lingkar kerung lengan, dan lain-lain. Kain

yang digunakan biasanya berupa kain kombinasi yang bisa juga

digunakan untuk hiasan busana. Untuk lebar serip basanya dapat

disesuaikan dengan model busana.

Cara membuat serip :

a) Gunting kain sesuai dengan bentuk garis leher, adapun lebar

serip kurang lebih 3 cm panjang kain sesuai dengan bagian

yang akan diserip ditambah 1 cm utuk kampuh.

b) Gunting viselin sesuai dengan bentuk serip 3 cm tanpa

menggunakan kampuh.

35
c) Tempelkan dan pressing viselin pada bahan utama kain yang

akan digunakan untuk serip pada bagian buruk kain.

d) Letakkan lapisan dengan bagian buruk kain dan bagian baik

serip berhadapan kemudian dijahit.

e) Lapisan dilipat kebagian baik dan di pres dengan setrika agar


rapi

f) Penyelesaian serip dilipat kebagian dalam lebih kurang 0,5 cm

kemudian dijahit pada pinggir serip yang telah dilipat.

g) Setrika supaya hasilnya rapi

3. Depun

Menurut Ernawati, dkk (2008:113) depun adalah lapisan

menurut bentuk yang letaknya kedalam kelim. Depun dapat

diartikan melapis/ mengelim pinggiran kain dengan menggunakan

kain lain yang sama bentuknya. Depun tidak boleh terlihat dari

bagian luar sehingga ketika membalik depun kedalan , lipatan

terletak pada 1mm setelah setikan lapisan menurut bentuk untuk

depun harus sama dengan bahan pakaiannya.

Husna Widyani, (2015:58) depun adalah penyelesaian tepi

leher dengan cara dilapis ke dalam.

Depun merupakan lapisan menurut bentuk yang terletak pada

bagian yang buruk. Depun diartikan juga dengan melapisi

pinggiran kain dengan kain lain yang sama bentuknya (Amalia Iffat

& Husna W. , 2015: 34).

Menurut penjelasan diatas dapat diartikan bahwa depun adalah

36
penyelesaian tepi yang lapisannya sesuai dengan bentuk dan

terletak pada bagian buruk bahan yang digunakan harus sesuai

dengan bahan utama pakaian.

Cara membuat depun :

a) Gunting kain sesuai dengan bentuk garis leher, adapun lebar

depun kurang lebih 3 cm, panjang kain sesuai dengan bagian

yang akan didepun ditambah 1 cm utuk kampuh.

b) Gunting viselin sesuai dengan bentuk depun 3 cm tanpa

menggunakan kampuh.

c) Tempelkan dan pressing viselin pada bahan utama dibagian

buruk kain.

d) Letakkan lapisan depun dengan bagian baik saling berhadapan

kemudian dijahit.

e) Lapisan dilipat kebagian buruk, rapikan tiras dan digunting

dengan jarak 1-2 cm sampai batas jahitan.

f) Jahit kurang lebih 1 mm dibawah jahitan pertama, kemudian

diselesaikan dengan tusuk kelim

g) Setrika supaya hasil rapi

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Dalam peneltian ini peneliti mengkaji beberapa pene;itan terdahulu yang

berkaiatan tentang modul antara lain:

1. Anggri Sekar Sari jurnal SCIENCE TECH Vol 3, No 1 2017

Pengembangan buku digital melalui aplikasi sigil pada mata kuliah

37
cookies dan candys . Meneliti mengenai pengembangan buku digital

menggunakan aplikasi sigil. Tujuan dari penelitian ini untuk

mengembangkan media pembelajaran praktik dengan aplikasi SIGIL dan

mengetahui kelayakan dari buku saku digital berdasarkan penilaian ahli,

materi, ahli media, dan pendapat mahasiswa. Jenis penelitian menggunakan

penelitian R&D.

2. Ramadhani, Rahmayanti (2017) Pengembangan Modul Pembelajaran

Penyelesaian Tepi Pakaian Pada Mata Pelajaran Dasar Teknologi

Menjahit Smk Negeri 1 Sewon Bantul. S1 Skripsi, Fakultas Teknik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul penyelesaian tepi

pakaian, mengetahuai kelayakan dan efektifitas modul. Jenis penelitian

menggunakan penelitian R&D. Untuk hasil kelayakan dalam penelitian ini

dikatan sngat baik.

3. Nur, Ismiyati (2018) Pengembangan Modul Pembuatan Pola Rok

Secara Konstruksi Untuk Siswa Kelas X Di Smk Negeri 1 Dlingo. S1

Skripsi, Fakultas Teknik. Penelitian ini menghasilakan media pembelajaran

berupa modul pembuatan pola rok. Jenis penelitian menggunakna penelitian

R&D yang dikembangkan dengan mengacu pengembangan Borg and Gall.

Pengembangan modul dinyatakan layak digunakan sebagai media

pembelajaran.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Mariah tahun 2018 dengan judul

The Effectiveness of Sea-Based Blended Learning eBook on The Subject

of Cookies and Candies pada Proceedings of International Conference of

38
Social Science, ICOSS 2018. Metode penelitian menggunakan quasi

eksperimen dengan desain pre-test dan post-test. Hasil yang didapatkan

pada pembahasan adalah terdapat efektifitas pembelajaran menggunakan

pembelajaran eBook.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu pengembangan e-modul

(elektronik modul) penyelesaian tepi pakaian pada mata pelajaran dasar

teknologi menjahit. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

adalah untuk mengembangakan modul menjadi e-modul, pengkajian tentang

kelayakan e-modul menurut pendapat siswa kelas X di SMK Negeri 2

Gedangsari. Untuk Lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Penelitian Yang Relevan

Nur
Ramadani
Anggri Sekar Ismiyati
Uraian penelitian Rahmayati
Sari K
(2017)
(2017) (2018)

Jenis penelitian R&D R&D R&D

Pembuatan
  
Modul
Kelayakan   

Hambatan
Tujuan - - -
penggunaan
penelitian
Modul
Meningkatka
n kualitas  - 

pembelajaran

39
Tempat SMK -  

Penelitian Universitas  - -

Angket   
Metode
Observasi   
pengumpulan Wawancara - - -

data Lembar tes - - -

Statistic
Teknik - - -
Diskriptif
pengumpulan Analisis
  
data Diskriptif

Berdasarkan penelitian yang relevan, maka peneliti mencoba untuk

mengembangkan modul menjadi e-modul atau elektronik modul penyelesaian

tepi pakaian untuk mata pelajaran dasar teknologi menjahit kelas X tata busana

di SMK Negeri 2 Gedangsari. Dengan mengembangkan media pembelajaran

ini, diharapkan dapat berguna bagi guru dan siswa sebagai media dan referensi

pembelajaran.

C. Kerangka Pikir

Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika dalam penyampaian materi dari

guru dapat diterima dengan jelas oleh siswa. Agar penyampaian materi dapat

tersampaikan dengan baik dibutuhkan media pembelajaran yang

menyenangkan dan mudah untuk dipahami oleh siswa terutama untuk

penyampaian materi parktik.

40
Dalam era digital ini kita dapat mengembangkan media pembelajaran

menggunakan elektronik seperti penggunaan smartphone maupun laptop.

Pengembangan media pembelajaran menggunakan elektronik agar

memberikan manfaat lebih bagi siswa untuk memanfaatkan smartphone kearah

yang lebih positif dan juga menarik minat siswa untuk lebih giat belajar.

Proses pembelajaran di SMKN 2 Gedangsari , guru menggunakan media

jobsheet dan fragment, sehingga siswa masih merasa kesulitan untuk

mengerjakan tugas praktik penyelesaian tepi pakaian. Oleh karena itu,

pengembangan media pembelajaran dengan aplikasi sea digital learning berupa

e-modul dapat mempermudah siswa dalam memahami isi materi.

Guru Pembelajaran Siswa


Praktik

Smartphone

Inovasi Media
Pembelajaran

Sea Digital Pengembangan Media Pembelajaran


Learning pembelajaran dengan sea penyelesaian tepi pada
digital learning berupa e-modul busana

Pembelajaran efektif,
efisien dan menyenangkan

Gambar 1. Kerangka Pikir

41
D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanan cara pengembangan e-modul melalui aplikasi SIGIL?

2. Apakah e-modul layak berdasarkan kesesuaian materi?

3. Apakah e-modul layak berdasarkan format modul?

4. Apakah e-modul layak berdasarkan pendapat dari siswa?

42

Anda mungkin juga menyukai