Bioteknologi - 0402519013 - Indah Beti Lestari - Penerapan Bioteknologi Bidang Lingkungan-Fitoremediasi
Bioteknologi - 0402519013 - Indah Beti Lestari - Penerapan Bioteknologi Bidang Lingkungan-Fitoremediasi
LINGKUNGAN: FITOREMEDIASI
MAKALAH
Oleh
Indah Beti Lestari
0402519013
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang atas
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Penerapan Bioteknologi Bidang Lingkungan:
Fitoremediasi”. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk memenuhi mata kuliah Bioteknologi di Pascasarjana Universitas
Negeri Semarang.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-
dalamnya kepada Yth :
1. Dr. Noor Aini Habibah, M.Si dan Dr. Yustinus Ulung Anggraito, M.Si
selaku Dosen mata kuliah bioteknologi.
2. Orang tua yang telah membantu baik moril maupun materi.
3. Rekan-rekan satu rombel yang telah memberikan dukungan selama
penyusunan.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah:
1. Memahami secara kritis pengertian fitoremediasi dan prosesnya.
2. Memahami secara kritis penyerapan dan akumulasi logam berat.
3. Menganalisis tumbuhan yang digunakan sebagai hiperakumulator.
4. Memahami kelebihan, kelemahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
fitoremediasi.
5. Mengetahui cara fitoremediasi tanah yang tercemar merkuri?
BAB II
METODE
3. Rizofiltrasi (Rhizofiltration)
Akar tumbuhan mengadsorpsi atau presipitasi pada zona akar atau
mengabsorpsi larutan polutan sekitar akar ke dalam akar. Proses ini digunakan
untuk bahan larutan sehingga untuk kompos tidak memerlukan proses
rizofiltrasi. Tetapi untuk lindi yang terbentuk dalam proses pengomposan
primer maka rizofiltrasi sangat tepat diterapkan. Spesies tumbuhan yang
fungsional adalah rumput air seperti Cattail dan eceng gondok.
4. Fitodegradasi/Fitotransformasi (Phytodegradation/Phytotransformation)
Organ tumbuhan menguraikan polutan yang diserap melalui proses
metabolisme tumbuhan atau secara enzimatik. Zat organik fenol (mungkin
terbentuk pada pengomposan daun berkandungan lignin) adalah tepat
menggunakan proses ini. Spesies tumbuhan yang bisa digunakan adalah
berbagai jenis rumput.
Gambar 4. Proses Fitodegradasi Kontaminan (Sumber: ITRC, 2001)
6. Fitovolatilisasi (Phytovolatilization)
Penyerapan polutan oleh tumbuhan dan dikeluarkan dalam bentuk uap cair ke
atmosfer. Kontaminan bisa mengalami transformasi sebelum lepas ke
atmosfer. Kontaminan zat-zat organic adalah tepat menggunakan proses ini.
Spesies tumbuhan yang bisa digunakan adalah tumbuhan kapas dan pakis.
Gambar 6. Proses Fitovolatilisasi Kontaminan (Sumber: ITRC, 2001)
(3)
(4)
dimana H adalah indeks Shannon-Weiner, S adalah banyaknya semua spesies, Pi
adalah proporsi spesies i di semua spesies, E adalah kemerataan.
2.2.5. Analisis statistik
Analisis Hg pada tanaman dan tanah dilaporkan sebagai mean ± SD dari
penentuan rangkap tiga dari tiga tanaman dan tiga tanah. Data diserahkan ke tes
ANOVA, dan perbandingan rata-rata dilakukan bila diperlukan menggunakan tes
Tukey. Semua analisis statistik dilakukan menggunakan paket statistik SPSS (SPSS
16.0; IBM, USA). Analisis varians dan nilai rata-rata dihitung menggunakan paling
tidak signifikan uji perbedaan pada p <0,05.
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar 7. Fitoremediasi
Fitoremediasi merupakan salah satu teknologi yang secara biologi yang
memanfaatkan tumbuhan atau mikroorganisme yang dapat berasosiasi untuk
mengurangi polutan lingkungan baik pada air, tanah dan udara yang diakibatkan
oleh logam atau bahan organik. Salah satu keuntungan utama dari fitoremediasi
adalah biaya yang relatif rendah dibandingkan dengan metode perbaikan lainnya
seperti penggalian. Dalam banyak kasus fitoremediasi telah ditemukan kurang dari
setengah harga dari metode alternatif. Fitoremediasi juga menawarkan remediasi
permanen bukan sekadar pemindahan masalah.
Namun fitoremediasi bukan tanpa kesalahan, itu adalah proses yang
bergantung pada kedalaman akar dan toleransi tanaman terhadap kontaminan.
Paparan dari hewan ke tanaman yang bertindak sebagai hyperaccumulators juga
dapat menjadi perhatian lingkungan sebagai hewan herbivora dapat terakumulasi
mengkontaminasi partikel dalam jaringan mereka yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi rantai makanan secara keseluruhan. Fitoremediasi adalah proses
bioremediasi yang menggunakan berbagai tanaman untuk menghilangkan,
memindahkan, dan atau menghancurkan kontaminan dalam tanah dan air bawah
tanah. Konsep penggunaan tanaman untuk penanganan limbah dan sebagai
indikator pencemaran udara dan air sudah lama ada, yaitu fitoremediasi dengan
sistem lahan basah, lahan alang-alang dan tanaman apung. Selanjutnya konsep
fitoremediasi berkembang untuk penanganan masalah pencemaran tanah (Subroto,
1996).
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Fitoremediasi merupakan salah satu teknologi yang secara biologi yang
memanfaatkan tumbuhan atau mikroorganisme yang dapat berasosiasi
untuk mengurangi polutan lingkungan baik pada air, tanah dan udara yang
diakibatkan oleh logam atau bahan organik. Proses fitoremediasi secara
umum dibedakan berdasarkan mekanisme fungsi dan struktur tumbuhan,
meliputi: Phytoacumulation, Rhizofiltration, Phytostabilization,
Rhizodegradation, Phytodegradation, dan Phytovolatization.
2. Penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tanaman dapat dibagi menjadi
tiga proses yang sinambung, yaitu: penyerapan oleh akar, translokasi logam
dari akar ke bagian tanaman lain dan lokalisasi logam pada sel dan jaringan.
3. Semua tumbuhan memiliki kemampuan menyerap logam tetapi dalam
jumlah yang bervariasi. Sejumlah tumbuhan dari banyak famili terbukti
memiliki sifat hipertoleran, yakni mampu mengakumulasi logam dengan
konsentrasi tinggi pada jaringan akar dan tajuknya, sehingga bersifat
hiperakumulator. Sifat hiperakumulator berarti dapat mengakumulasi unsur
logam tertentu dengan konsentrasi tinggi pada tajuknya dan dapat
digunakan untuk tujuan fitoekstraksi.
4. Menurut US Environmental Protection Agency (1998), metode
fitoremediasi mempunyai beberapa kelebihan, kelemahan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilannya.
5. Tanaman (Paspalum conjugatum; Miscanthus sinensis; Oxalis corniculata
L; Brassica juncea; Lolium perenne-Mycorrhizae) merupakan alternatif
yang baik menghilangkan merkuri dari tanah. Dari beberapa tanaman yang
digunakan, yang menunjukkan hasil penurunan merkuri yang paling tinggi
ialah Miscanthus sinensis (27 – 32 %).
DAFTAR PUSTAKA
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI Press. Jakarta.
Dewi, Y.S. dan Gultom, Y.H. 2009. Pemanfaatan Algae Chlorella sp.
dan Eceng Gondok untuk Menurunkan Tembaga (Cu) pada Industri
Pelapisan Logam. Skripsi. Teknik Kimia UNDIP. Semarang.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Kanisius. Yogyakarta.
Gunawan, P. 2007. Pengolahan Eceng Gondok sebagai Bahan Baku Kertas Seni.
Balai Litbang Kehutanan Sumatera. Padang.
Irawanto, R., & Prastiwi, E.A. 2019. Persepsi Penerapan Fitoremediasi melalui
Taman Tematik Akuatik di Kebun Raya Purwodadi. Proceeding Biology
Education Conference, 16 (1): 229-234.
Kamaruzzaman, B.Y., Ong, M.C., Jalal, K.C.A., Shahbudin, S., dan Nor, O.M.
2009. Accumulation of Lead and Copper in Rhizophora apiculata from
Setiu Mangrove Forest, Terengganu, Malaysia. Journal of Environmental
Biology 30 (5): 821-824.
Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
Leudo, Ana M., Yuby Cruz, Carolina Montoya-Ruiz, María del Pilar Delgado &
Juan F. Saldarriaga. 2020. Mercury Phytoremediation with Lolium
perenne-Mycorrhizae in Contaminated Soils. Sustainability, 12(9).
Liestianty, D., Muliadi, Novita, A.N., dan Yanny. 2014. Biogeokimia logam
tembaga (Cu): Phytoakumulasi, Distribusi dan Immobilisasi
Menggunakan Limbah serbuk Gergaji dalam Soil-Plant System. Prosiding
Seminar Nasional Geofisika 2014. Makassar.
Liua, Zhongchuang, Li-ao Wang, Shimin Dinga & Hongyan Xiao. 2018. Enhancer
assisted-phytoremediation of mercury-contaminated soils by Oxalis
corniculata L., and rhizosphere microorganism distribution of Oxalis
corniculata L. Ecotoxicology and Environmental Safety
Nusanthary, D.L., Colby, E.R., dan Santosa, H. 2012. Pengolahan Air Limbah
Rumah Tangga secara Biologis dengan Media Lumpur Aktif: Suatu Usaha
Pemanfaatan Kembali Air Limbah Rumah Tangga untuk Kebutuhan
Mandi dan Cuci. J Teknik Kimia dan Industri Vol. 1 (1) : 454-460.
Raja, D., Adarsh Kumarb, & Subodh Kumar Maitia. 2020. Brassica juncea (L.)
Czern. (Indian mustard): a putative plant species to facilitate the
phytoremediation of mercury contaminated soils. International Journal of
Phytoremediation,
Sooknah, R.D. dan Wilkie, A.C. 2004. Nutrient Removal by Floating Aquatic
Macrophytes Cultured in Anaerobically Digested Flushed Dairy Manure
Wastewater. J Ecol. Eng. 22 (1) : 27-42.
Suryanti, T dan Budhi, P. 2003. Eliminasi Logam Berat Kadmium dalam Air
Limbah Menggunakan Tanaman Air. Jurnal Tek. Ling. P3TL-BPPT 4 (3):
143-147.
Ustiatik, R., Siska Nurfitriani, Amrullah Fiqri & Eko Handayanto. 2020. The Use
of Mercury-Resistant Bacteria to Enhance Phytoremediation of Soil
Contaminated with Small-scale Gold Mine Tailing. Nature Environment
and Pollution Technology An International Quarterly Scientific Journal,
19(1): 253 – 261.
Zhao, A., Lingyun Gao, Buqing Chen & Liu Feng. 2019. Phytoremediation
potential of Miscanthus sinensis for mercury-polluted sites and its impacts
on soil microbial community. Environmental Science and Pollution
Research. https://doi.org/10.1007/s11356-019-06563-3.